makalah interaksi obat makanan kel.6

17
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Interaksi obat dianggap penting karena dapat menguntungkan dan merugikan. Salah satu dari interaksi obat adalah interaksi obat itu sendiri dengan makanan. Interaksi antara obat dan makanan dapat terjadi ketika makanan yang kita makan mempengaruhi obat yang sedang kita gunakan, sehingga mempengaruhi efek obat tersebut. Interaksi anatara obat dan makanan dapat terjadi baik untuk obat dan makanan dapat terjadi baik untuk resep dokter maupun obat yang dibeli bebas, seperti obat antasida, vitamin, dll. Kadang-kadang apabila kita minum obat bersamaan dengan makanan, maka dapat mempengaruhi efektivitas obat dibandingkan apabila diminum dalam keadaan perut kosong, selain itu konsumsi secara bersamaan antara vitamin atau sumplemen herbal dengan obat juga dapat menyebabkan terjadinya efeksamping. Contoh reaksi yang dapat timbul apabila terjadi interaksi antara obat dan makanan, diantaranya : Makanan dapat mempercepat atau memperlambat efek dari obat, beberapa obat tertentu dapat menyebabkan vitamin dan mineral tidak bekerja secara tepat ditubuh, menyebabkan hilangnya atau bertambahnya nafsu makan, obat dapat mempengaruhi nutrisi tubuh, Obat herbal dapat berinteraki dengan obat modern. Selain itu, besar kecilnya efek interaksi obat dengan makanan antara tiap orang dapat berbeda, hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu seperti : Besarnya

Upload: phia29

Post on 24-Apr-2015

1.279 views

Category:

Documents


139 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Interaksi Obat Makanan Kel.6

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Interaksi obat dianggap penting karena dapat menguntungkan dan merugikan. Salah

satu dari interaksi obat adalah interaksi obat itu sendiri dengan makanan. Interaksi antara obat

dan makanan dapat terjadi ketika makanan yang kita makan mempengaruhi obat yang sedang

kita gunakan, sehingga mempengaruhi efek obat tersebut. Interaksi anatara obat dan makanan

dapat terjadi baik untuk obat dan makanan dapat terjadi baik untuk resep dokter maupun obat

yang dibeli bebas, seperti obat antasida, vitamin, dll.

Kadang-kadang apabila kita minum obat bersamaan dengan makanan, maka dapat

mempengaruhi efektivitas obat dibandingkan apabila diminum dalam keadaan perut kosong,

selain itu konsumsi secara bersamaan antara vitamin atau sumplemen herbal dengan obat juga

dapat menyebabkan terjadinya efeksamping. Contoh reaksi yang dapat timbul apabila terjadi

interaksi antara obat dan makanan, diantaranya : Makanan dapat mempercepat atau

memperlambat efek dari obat, beberapa obat tertentu dapat menyebabkan vitamin dan

mineral tidak bekerja secara tepat ditubuh, menyebabkan hilangnya atau bertambahnya nafsu

makan, obat dapat mempengaruhi nutrisi tubuh, Obat herbal dapat berinteraki dengan obat

modern.

Selain itu, besar kecilnya efek interaksi obat dengan makanan antara tiap orang dapat

berbeda, hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu seperti : Besarnya dosis obat

yang diminum, usia, kondisi tubuh dan kondisi kesehatan pasien, waktu konsumsi makan dan

waktu konsumsi obat. Untuk menghindari terjadinya interaksi obat dan makanan, bukan

berarti menghindari untuk mengkonsumsi obat atau makanan tersebut. Yang sebaiknya

dilakukan adalah pengaturan waktu antara obat dan makanan untuk dikonsumsi dalam waktu

yang berbeda. Dengan mempunyai informasi yang cukup mengenai obat yang digunakan

serta kapan waktu yang tepat untuk mengkonsumsinya, maka kita dapat menghindari

terjadinya interaksi antara obat dengan makanan.

I.2 Permasalahan

A. Bagaimana mekanisme interaksi obat dan makanan dalam tubuh ?

B. Apa efek yang timbul dari interaksi obat dan makanan ?

Page 2: Makalah Interaksi Obat Makanan Kel.6

C. Apa yang dilakukan atau tindakan apa yang dilakukan agar bisa mengatasi

interaksi dari obat dengan makanan tersebut?

I.3 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah disini adalah untuk mengetahui mekanisme dari

interaksi obat dengan makanan tersebut didalam tubuh, serta mengetahui efek-efek yang

merugikankan serta menguntungkan dari kedua interaksi obat dan makanan. Dan

memberikan sebagian kecil contoh obat-obat yang dapat berinteraksi dengan makanan. Dan

menjelaskan seperti apa cara penanggulangannya.

Page 3: Makalah Interaksi Obat Makanan Kel.6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Interaksi obat adalah modifikasi efek suatu obat akibat obat lain yang diberikan pada

awalnya atau diberikan bersamaan sehingga keefektifan atau toksisitas satu obat atau lebih

berubah. Interaksi obat didefinisikan oleh Committee for Proprietary Medicine Product

(CPMP) sebagai suatu keadaan bilamana suatu obat dipengaruhi oleh penambahan obat lain

dan menimbulkan pengaruh klinis. Efek-efeknya bisa meningkatkan atau mengurangi

efektifitas atau menghasilkan efek baru yang tidak dimiliki sebelumnya. Tetapi interaksi bisa

saja terjadi antara obat dengan makanan, obat dengan herbal, obat dengan mikronutrien, dan

obat injeksi dengan kandungan infus.

Prevalensi interaksi obat secara keseluruhan adalah 50% hingga 60%. Obat-obatan

yang mempengaruhi farmakodinamika atau farmakokinetika menunjukkan prevalensi sekitar

5% hingga 9%. Sekitar 7% efek samping pemberian obat di rumah sakit disebabkan oleh

interaksi obat.

Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi respons tubuh terhadap pengobatan

terdapat faktor interaksi obat. Obat dapat berinteraksi dengan makanan, zat kimia yang masuk

dari lingkungan, atau dengan obat lain. Biasanya, pengaruh ini terlihat sebagai suatu efek

samping, tetapi terkadang pula terjadi perubahan yang menguntungkan. Obat yang

mempengaruhi disebut dengan precipitant drug, sedangkan obat yang dipengaruhi disebut

sebagai object drug.

Sedangkan object drug, biasanya merupakan obat yang mempunyai kurva dose

response yang curam. Obat-obat ini menimbulkan perubahan reaksi terapeutik yang besar

dengan perubahan dosis kecil. Kelainan yang ditimbulkan bisa memperbesar efek terapinya.

Juga bila dosis toksik suatu object drug, dekat dengan dosis terapinya, maka mudah

keracunan obat bila terjadi suatu interaksi.

Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat meningkatkan toksisitas

dan atau mengurangi efektivitas obat yang berinteraksi, terutama bila menyangkut obat

dengan batas keamanan yang sempit (indeks terapi rendah) seperti glikosida jantung,

antikoagulan dan obat-obat sitostatika.

Page 4: Makalah Interaksi Obat Makanan Kel.6

Dengan kemajuan teknologi dan pengalaman pemakaian obat-obatan, maka interaksi

obat makin banyak diketahui. Secara farmakologis, obat yang bertindak sebagai precipitant

drug mempunyai sifat sebagai berikut :

a. Obat yang terikat banyak oleh protein plasma akan menggeser obat lain (object drug)

dari ikatan proteinnya. Contoh : aspirin, fenilbutazon dan golongan sulfa

b. Obat yang menghambat atau merangsang metabolisme obat lain. Contohnya :

Perangsang metabolisme : fenitoin, karbamazepan, rifampisin, antipirin, dan

griseofulvin.

Penghambat metabolisme : alopurinol, simetidin, siklosporin, luminal,

ketokonazol, eritromisin, klaritromisin, dan siprofloksasin.

c. Obat yang mempengaruhi renal clearance object drug. Contohnya : furosemid

(diuretik) dapat menghambat ekskresi gentamisin sehingga menimbulkan toksik.

Interaksi obat menurut jenis mekanisme kerja dibagi menjadi 2 yaitu interaksi

farmakodinamika dan interaksi farmakokinetika.

a. Interaksi farmakodinamika

Interaksi farmakodinamika hanya diharapkan jika zat berkhasiat yang saling

mempengaruhi bekerja sinergis atau antagonis pada suatu reseptor, pada suatu organ

sasaran atau pada suatu rangkaian pengaturan.

b. Interaksi farmakokinetika

Interaksi farmakokinetika dapat terjadi selama fasa farmakokinetika obat secara

menyeluruh juga pada absorpsi, distribusi, biotransformasi dan eliminasi.

2.1 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Interaksi Obat

Berbagai faktor dapat mempengaruhi kerentanan pasien terhadap interaksi

obat antara lain :

1. Faktor Usia

Distribusi obat-obatan yang larut dalam lipid (obat-obatan yang larut dalam

lemak) mengalami perubahan yang jelas, di mana wanita usia lanjut memiliki

jaringan lemak 33% lebih banyak dibandingkan wanita yang lebih muda, sehingga

terjadi akumulasi obat. Usia juga mempengaruhi metabolisme dan klirens obat

akibat perubahan yang terjadi pada hati dan ginjal. Saat tubuh semakin tua aliran

Page 5: Makalah Interaksi Obat Makanan Kel.6

darah melalui hati berkurang dan klirens beberapa obat dapat terhambat sekitar

30-40%. Selain itu enzim-enzim hati yang menjalankan metabolisme obat mudah

melimpah sehingga memperlambat metabolisme akibatnya terjadi peningkatan

konsentrasi obat-obatan tertentu.

Berdasarkan WHO kelompok usia lanjut dibagi menjadi 3 golongan besar

yaitu usia 60-74 tahun (young old), 75-84 tahun (old old) dan > 85 tahun (oldest

old). Perubahan fisiologis yang terjadi pada orang usia lanjut adalah penurunan

massa otot, cairan tubuha, laju filtrasi glomerulus, aliran darah ke hati serta

peningkatan lemak tubuh.

Tabel 2.1 . Perubahan farmakokinetika pada orang usia lanjut

Faktor Farmakokinetik Kemaknaan Klinis

Motilitas Gastrointestinal

pH Lambung

Fungsi Ginjal

Albumin dalam Serum

Total air tubuh

Rasio Lemak tubuh/massa tubuh

Dapat mempengaruhi kecepatan, namun tidak

mempengaruhi tingkat, penyerapan obat

Perubahan tidak bermakna pada penyerapan

obat

Penurunan eliminasi obat-obat yang

diekskresi melalui ginjal

Penurunan pengikatan protein sehingga

meningkatkan fraksi obat bebas

Penurunan volume distribusi obat-obatan

yang larut dalam air

Peningkatan volume distribusi obat-obatan

yang larut dalam lemak

2. Faktor Polifarmasi

Tujuan dari Polifarmasi ini tidak lain adalah untuk mencapai efek terapi yang

optimum mengurangi efek samping, menghambat timbulnya resistansi, mencegah

kemungkinan adanya efek toksik yang disebabkan oleh substansi zat aktif.

Polifarmasi berarti pemakaian banyak obat sekaligus pada seorang pasien, lebih

dari yang dibutuhkan secara logis-rasional dihubungkan dengan diagnosis yang

diperkirakan.

Page 6: Makalah Interaksi Obat Makanan Kel.6

Banyak obat yang tidak ada hubungannya dengan penyakit pasien diberikan

pada pasien yang tentu saja merupakan pemborosan dan meningkatkan insiden

penyakit karena obat.

3. Faktor Penyakit

Diabetes, hipotensi atau hipertensi, tukak, glaucoma, pelebaran prostat,

kontrol kandung kemih yang buruk, dan insomnia adalah beberapa kondisi yang

perlu diperhatikan karena penderita penyakit seperti ini berpeluang lebih tinggi

mengalami interaksi obat-penyakit.

4. Faktor Genetik

Karena faktor genetik sebagian orang memproses (metabolisme) obat secara

lambat akibatnya suatu obat bisa berakumulasi di dalam tubuh sehingga

menyebabkan toksisitas.

2.2 Dampak Klinis Interaksi Obat

Dampak klinis interaksi obat dilakukan dari beberapa obat yang saling

berinteraksi dimana ha yang paling utama adalah interaksi yang berpengaruh

signifikan terhadap klinis

Tabel 2.2. Dampak klinis interaksi obat berdasarkan level kejadian

Level Skala Interaksi Obat

Level signifikan Level Level Lokumentasi

1

2

3

4

5

Major

Moderat

Minor

Major atau Moderat

Minor untuk seluruh kelas

Established, probable atau

suspected

Established, probable atau

suspected

Established, probable atau

suspected

Possible

Possible dan Unlikely

Page 7: Makalah Interaksi Obat Makanan Kel.6

a) Level signifikansi 1 risiko yang ditimbulkan berpotensial mengancam individu

atau dapat mengakibatkan kerusakan yang permanen.

b) Level signifikansi 2 efek yang timbul akibat penurunan dari status klinik pasien

sehingga dibutuhkan terapi tambahan atau perawatan di rumah sakit.

c) Level signifikansi 3 efek yang dihasilkan ringan; akibatnya mungkin dapat

menyusahkan atau tidak dapat diketahui tetapi secara signifikan tidak

mempengaruhi terapi sehingga treatment tambahan tidak diperlikan.

d) Level signifikansi 4 efek yang dihasilkan dapat berbahaya dimana respons

farmakologi dapat berubah sehingga diperlukan terpi tambahan

e) Level signifikansi 5 efek yang dihasilkan ringan dimana respons klinik dapat

berubah namun ada beberapa yang tidak mengubah respons klinik.

Page 8: Makalah Interaksi Obat Makanan Kel.6

BAB III

PEMBAHASAN

Hubungan dan interaksi antara makanan, zat gizi yang terkandung dalam makanan,

dan obat sangat menarik perhatian masyarakat. Makanan dan zat gizi yang terkandung dalam

makanan jika dikonsumsi secara bersamaan dengan obat-obat tertentu dapat mempengaruhi

bioavailabilitas, farmakokinetika, farmakodinamika dan efek terapi suatu obat secara

keseluruhan. Nutrien tertentu di dalam saluran pencernaan dan/ atau di dalam sistem fisiologi

tubuh seperti di dalam darah dapat meningkatkan atau mengganggu kecepatan absorpsi dan

metabolisme obat. Interaksi obat dengn makanan bisa terjadi karena obat resep atau obat

bebas dan obat bebas terbatas seperti antasida, vitamin dan zat besi. Makanan yang

mengandung zat-zat aktif yang berinteraksi dengan obat-obat tertentu dapat menimbulkan

efek buruk yang tidak diharapkan. Zat-zat gizi termasuk makanan, minuman dan suplemen

makanan bisa mengubah efek obat yang digunakan pasien.

Seperti halnya makanan obat-obatan yang diminum harus diserap melalui mukosa

lambung atau usus kecil. Akibatnya adanya makanan di dalam sistem pencernaan dapat

menurunkan absorpsi suatu obat. Biasanya interaksi semacam ini dapat dihindari dengan

meminum obat satu jam atau dua jam setelah makan. Serat makanan juga mempengaruhi

absorpsi obat.

Karakteristik fisik dan kimia suatu obat adalah faktor yang sangat menentukan potensi

interaksinya dengan makanan. Obat yang berbeda di dalam kelompok obat yang sama atau

formulasi obat-obatan identik yang berbeda bisa menunjukkan karakteristik kimia yang

berbeda sehingga menghasilkan interaksi obat dengan makanan yang benar-benar berbeda.

Terjadinya interaksi makanan dengan obat tergantung pada ukuran dan komposisi

makanan serta waktu pemberian obat dalam kaitannya dengan makan. Misalnya

bioavailabilitas obat-obatan lipofilik biasanya meningkat dengan kandungan lemak yang

tinggi atau karena peningkatan daya larut obat (misalnya albendazol dan isotretinoin) atau

perangsangan sekresi asam lambung (misalnya griseofulvin dan halofantrin). Atau kandungan

serat yang tinggi dapat menurunkan bioavailabilitas obat-obatan tertentu (misalnya digoksin

dan lovastatin) karena pengikatan terhadap serat.

Page 9: Makalah Interaksi Obat Makanan Kel.6

Bioavailabilitas dan efek sebagian besar obat saling berkaitan sehingga perubahan

bioavailabilitas merupakan suatu parameter efek interaksi obat dengan makanan yang sangat

penting. Interaksi farmakokinetik obat dengan makanan yang paling penting disebabkan oleh

perubahan absorpsi suatu obat karena reaksi kimia yang terjadi antara obat dengan makanan

atau respons fisiologi terhadap makanan ; perubahan keasaman lambung, sekresi asam

empedu , atau motilitas saluran percernaan. Interaksi makanan dengan obat yang hanya

mempengaruhi tingkat absorpsi obat sering terjadi secara klinis namun jarang signifikan.

Namun untuk beberapa obat, ansorpsi cepat yang menghasilkan konsentrasi tertinggi obat

mungkin tidak dianjurkan karena terjadinya efek negatif yang terkandung konsentrasi

(misalnya kapsul misoprostol dan nifedipin).

Hubungan antara parameter farmakokinetik dengan efek farmakologi tidak selalu

sederhana. Umumnya perubahan-perubahan bioavailabilitas yang terkait makan hanya bisa

digunakan sebagai indikasi-indikasi obat dengan makanan. Relevan tergantung pada titik obat

(misalnya anti kuman, antihipertensi, obat penurun lipid atau anti koagulan).

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat interaksi antara makanan dan obat dimana

dampak interaksi makanan dengan obat tergantung pada sejumlah faktor seperti dosis obat,

usia subjek, ukuran dan kondisi kesehatan. Terlepas dari faktor-faktor ini, waktu konsumsi

makanan dan obat juga memperlihatkan peran penting. Pencegahan interaksi obat bukan

berarti menghindari obat atau mekanan. Dalam kasus tetrasiklin dan produk susu, keduanya

mesti dikonsumsi pada waktu yang berbeda tidak harus menghilangkan salah satunya.

Informasi yang memadai tentang obat-obatan dan waktu minum obat bisa membantu

mencegah masalah interaksi obat.

Tidak semua obat dipengaruhi makanan, namun banyak obat yang dapat dipengaruhi

oleh makanan dan waktu makan. Misalnya, minum obat bersamaan dengan waktu makanan

dapat mempengaruhi absorpsi obat. Makanan dapat memperlambat dan menurunkan absorpsi

obat. Itulah sebabnya obat-obatan ini mesti diminum saat perut dalam keadaan kosong. Disisi

lain, beberapa obat lebih mudah ditoleransi ketika diminum pada waktu makan.sebaiknya

ditanyakan ke dokter atau apoteker apakah obat bisa digunakan bersamaan dengan snack atau

makanan utama, atau apakah obat mesti digunakan ketika perut dalam keadaan kosong.

Makanan dapat mempengaruhi absorpsi obat didalam traktus gastrointestinalis dengan

mengubah pH lambung, sekresi, dan motilitas saluran pencernaan, serta waktu transit. Hal ini

menyebabkan perubahan kecepatan absorpsi atau tingkat absorpsi obat.

Page 10: Makalah Interaksi Obat Makanan Kel.6

a. Absorpsi obat yang meningkat karena adanya makanan

Obat Mekanisme Perhatian

Eritromisin Tidak diketahui Gunakan bersama makanan

Griseofulvin Obat larut dalam lipid, absorpsi

lebih tinggi dengan makanan

kaya lemak.

Gunakan bersama makanan

dengan kadar lemak tinggi

Karbamazepin Peningkatan produksi

empedu,pelarutan dan

penyerapan lebih tinggi.

-

Hudralazin,

Labetalol, dan

Metaprolol

Makanan dapat menurunkan

ekstraksi dan metabolisme

pertama.

Minum saat makan dengan

makanan yang kaya lemak.

Nitrofurantoin,

Fenitoin, dan

Propoksifen

Perlambatan pengosongan

gastrik meningkatkan pelarutan

dan penyerapan.

Minum saat waktu makan

b. Absorpsi obat yang tertunda atau menurun karena adanya makanan

Obat Mekanisme Perhatian

Am

pisilin

Mengurangi volume cairan perut Gunakan bersama air

Amoksisilin Mengurangi volume cairan perut Gunakan bersama air

INH Makanan akan menaikkan pH

saluran cerna dan memperlambat

waktu pengosongan lambung

Minum saat perut kosong

Linkomisin Mekanisme tidak diketahui Minum saat perut kosong

Sulfonamida Mekanisme tidak diketahui Gunakan bersama

dengan makanan yang

akan memperpanjang

waktu pengosongan

lambung

Tetrasiklin Berikatan dengan ion kalsium dan Gunakan 1 jam atau 2

Page 11: Makalah Interaksi Obat Makanan Kel.6

garam besi membentuk kelat yang

tidak larut

jam setelah makan, dan

hindari susu

Metenamin Hindari makanan

beralkali

Kinidin Efeknya meningkat karena terlalu

banyak kinidin

Hindari makanan

beralkali

Kinin Efeknya meningkat karena terlalu

banyak kini akan mengakibatkan

efek samping yang merugikan

Hindari makanan

beralkali

Benzodiazepin

tertentu (seperti

triamzolam),

Antagonis kalsium

(felodipin, nifedipin,

dan nisoldipin)

Dengan jus anggur menghambat

enzim yang terlibat dalam

metabolisme sehingga

mengidentifikasi efek obat

tertentu.

Hindari Jus Anggur

Antikoagulan Makanan yang kaya vitamin K

(seperti brokoli, tauge, bayam,

dan kangkung) dapat menurunkan

efektivitas antikoagulan sehingga

meningkatkan risiko pembekuan.

Asupan makanan seperti

ini mesti dibatasi, dan

jumlah yang dikonsumsi

setiap hari tetap konstan.

Bisfosfat (alendronat,

ibandronat dan

risedronat)

Makanan bahkan jus jeruk, kopi,

atau air mineral, dapat

menurunkan absorpsi dan

efektivitas obat-obatan ini.

Alendronat dan

risedronat diminum

dengan air putih paling

tidak setengah jam

sebelum makanan,

minuman, atau obat

pertama pada hari itu

diminum, dan ibandronat

mesti diminum paling

tidak satu jam

sebelumnya

Page 12: Makalah Interaksi Obat Makanan Kel.6

BAB IV

KESIMPULAN