makalah industri textil fix

62
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia menempati posisi yang buruk jauh di bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand. Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan daya saing perusahaan Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah. Padahal kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan atau industri. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Di era globalisasi dan pasar bebas yang akan berlaku tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia; telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang ii

Upload: vhiiettdaciuhma

Post on 28-Sep-2015

46 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

industri

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia menempati posisi yang buruk jauh di bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand. Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan daya saing perusahaan Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah. Padahal kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan atau industri. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Di era globalisasi dan pasar bebas yang akan berlaku tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia; telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatanyang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas. Sebagai faktor penyebab,sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerjayang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidakmenggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya. Salah satu komponen yang dapat meminimalisir kecelakaan dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan seperti perawat mempunyai kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja dan dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.

B. Rumusan Masalah1. Bagaimana membuat rancangan promosi kesehatan bagi masyarakat di industri tekstil?2. Bagaimana proses pelaksanaan rancangan promosi kesehatan bagi masyarakat di industri tekstil?

C. Tujuan1. Tujuan UmumMampu memahami konsep keperawatan kesehatan kerja dalam memberikan promosi kesehatan kepada masyarakat industri.2. Tujuan Khususa. Mampu menjelaskan standar tindakan perawat kesehatan kerja. b. Mampu menjelaskan peran perawat kesehatan kerja dalam area industri.c. Mampu menjelaskan gangguan kesehatan kerja apa saja yang bisa terjadi di area industri.d. Mampu menjelaskan APD apa saja yang dapat melindungi karyawan dari risiko kecelakaan kerja di area industrie. Mampu membuat suatu rancangan promosi kesehatan dalam rangka mengurangi terjadinya gangguan kesehatan kerja atau risiko kecelakaan kerja. D. Sistematika PenulisanAdapun sistematika penulisan pada makalah ini adalah :BAB I Pendahuluan terdiri dariA. Latar BelakangB. Rumusan MasalahC. TujuanD. Sistematika PenulisanBAB II PembahasanBAB III PenutupA. KesimpulanB. SaranDaftar Pustaka

BAB IIPEMBAHASAN

I. Konsep Umum Keperawatan Kesehatan KerjaA. Konsep Keperawatan Kesehatan KerjaMenurut American Association of Occupational Health Nurses (AAOHN) tahun 1994 Keperawatan kesehatan kerja adalah tindakan keperawatan khusus yang menyediakan layanan kesehatan bagi pekerja. Tindakan keperawatan ini merupakan bagian dari keperawatan komunitas yang berfokus pada promosi kesehatan, proteksi dan pemulihan kesehatan pekerja dalam lingkup Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Keperawatan kesehatan kerja merupakan perpaduan dan aplikasi dari prinsip keperawatan, pengobatan, kesehatan lingkungan, toksikologi dan epidemiologi yang tergabung dalam konsep keselamatan atau keamanan, hygiene industri (lingkungan tempat kerja dan hubungannya dengan kesehatan) dan ergonomic (Hitchcock et al, 1999).Keperawatan kesehatan kerja memberikan pelayanan kesehatan dengan mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesehatan para pekerja. Perawat kesehatan kerja bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan bagi pekerja mulai dari pengkajian status kesehatan pekerja, perawatan bagi pekerja yang sakit atau mengalami kecelakaan kerja, dan memberikan bimbingan atau konseling bagi pekerja yang memiliki masalah (Maciag, 1993 dalam Hitchcock et al, 1999). Perawat juga bertanggung jawab untuk merencanakan intervensi yang baik dan melaksanakan program kesehatan yang efektif dengan cara mengumpulkan data, analisis data, perencanaan program yang dibutuhkan untuk mendukung pelayanan kesehatan.Perawat kesehatan kerja berperan untuk memelihara kesehatan dan keselamatan pekerja dengan mengkaji adanya bahaya yang ditimbulkan akibat pekerjaan, kemungkinan atau risiko terjadinya kejadian yang membahayakan. Perencanaan yang dilakukan untuk mengatasi kemungkinan adanya bahaya dilakukan untuk mencegah terjadinya bahaya atau meminimalkan terjadinya risiko kecelakaan dan kematian para pekerja dan masyarakat sekitar tempat kerja. Penambahan prioritas dalam perencanaan termasuk pengembangan sistem triage, hubungan dengan tim komunitas lainnya (seperti pemadam kebakaran, kepolisian, rumah sakit, dan sebagainya) dan meminimalkan kerusakan property (Hitchcock et al, 199, p. 324).

B. Standar Tindakan Keperawatan Kesehatan Kerja Standar Keperawatan Kesehatan KerjaDalam melakukan tindakan keperawatan kesehatan kerja, perawat perlu mengetahui standar-standar untuk melakukan tindakan keperawatan. Adapun standar tindakan keperawatan kesehatan kerja, yaitu :1. PengkajianPerawat kesehatan kerja melakukan pengkajian status kesehatan klien secara sistematis.2. DiagnosisMengumpulkan dan menganalisa data untuk membuat diagnosa keperawatan.3. Mengidentifikasi hasilMengidentifikasi hasil yang akan dicapai atau diharapkan dari klien.4. PerencanaanMengembangkan perencanaan keperawatan yang komprehensif dan menyusun setiap tingkatan intervensi untuk mencapai hasil yang diharapkan sesuai intervensi yang telah ditetapkan.5. ImplementasiMengimplementasikan intervensi dengan promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan kecelakaan, rehabilitasi dan bimbingan selama perawatan.6. EvaluasiMengevaluasi respons klien secara sistematis dan berkelanjutan, untuk memberikan intervensi selanjutnya dan mengevaluasi perkembangan terhadap hasil atau pencapaian yang diharapkan.

Standar Tindakan Keperawatan Profesional1. Perkembangan yang Profesional Perawat kesehatan kerja bertanggung jawab dalam perkembangan professional, melanjutkan pendidikan, dan mengevaluasi performance individu sesuai dengan standar tindakan keperawatan.2. KualitasPerawat kesehatan kerja mengamati dan mengevaluasi kualitas dan keefektifan tindakan keperawatan kesehatan kerja.3. KolaborasiBekerjasama dengan para pekerja, pimpinan perusahaan, tenaga kesehatan lainnya, dan komunitas yang mendukung dalam pengkajian, perencanaan, implementasi, dan mengevaluasi tindakan keperawatan dan pelayanan kesehatan yang diberikan.4. PenelitianPerawat kesehatan kerja memberikan kontribusi berdasarkan pengetahuan ilmiah dalam keperawatan kesehatan kerja melalui penelitian, uji kelayakan dan menggunakan penelitian dalam praktek keperawatan.5. EtikaPerawat kesehatan kerja menggunakan kerangka etika sebagai panutan dalam melakukan tindakan keperawatan.6. PimpinanPerawat kesehatan kerja bekerjasama dengan pimpinan perusahaan yang merupakan sumber dukungan dalam melakukan program kesehatan kerja (Hitchcock, 1999, p. 325).

C. Peran Perawat Kesehatan Kerja1. Primary health carePerawatan berfokus pada pendidikan dan konseling kesehatan sehingga meningkatkan kesadaran kerja terhadap perawatan diri. Perawat dapat mengajarkan para tenaga kesehatan kemampuan pemeriksaan sederhana seperti mengukur suhu, menghitung nadi atau mengecek tekanan darah. Perawat dapat mengatur mekanisme pertolongan darurat dengan segera pada tempat kerja, dan memberikan konseling dengan teknik-teknik yang efektif.

2. Promosi kesehatan atau health education Pengajaran tidak harus formal dan direncanakan, bisa dalam bentuk informal. Pilih topik-topik yang mudah dikenali dan banyak berkaitan serta mudah direspon, seperti pola makan yang kurang baik, kebiasaan mengecek tekanan darah, penggunaan obat-obatan Buat kelompok pengajaran untuk melancarkan proses diskusi dan pemahaman Gunakan media yang menarik dan mudah dipahami seperti leaflet, lembar balik.3. AdministrasiAdministrasi erat kaitanya dengan kebijakan perusahaan. Perawat kesehatan kerja berperan untuk mengarahkan kebijakan-kebijakan perusahaan yang memberi jaminan dan perlindungan kesehatan tenaga kerja, seperti asuransi kesehatan, penyediaan alat-alat perlindungan, misalnya masker.4. ManagementPerawat kesehatan kerja perlu membatasi wilayah kerjanya antara dunia bisnis di tempat ia bekerja dengan peranya sebagai tenaga kesehatan di perusahaan. Perawat diharapkan dapat bekerja sama dengan para tenaga kerja dan mengembangkan program promosi dan pemeliharaan kesehatan diwilayah perusahaan.5. Kualitas Pelayanan Perawat kesehatan kerja merancang standar tertentu yang sesuai dengan pelayanan keperawatan. Merupakan proses menetapkan standar pelayanan keperawatan, mengevaluasi pelayanan yang diberikan berdasarkan standar, serta pelaksanaan tindakan untuk memperbaiki pelayanan yang tidak sesuai dengan standar. Memperhatikan tanggung gugat dari penerima pelayanan dan merupakan satu-satunya alat untuk meningkatkan hasil atau produktivitas klien yang optimum.6. Peneliti (Researcher)Salah satu peran perawat yang berguna untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan7. Kolaborasi komunitas Perawat okupasi bekerjasama dengan tenaga medis, ahli kesehatan industri, staff keamanan pegawai, bagian menejemen, perwakilan dari tenaga kerja yang representative dan tenaga kesehatan professional lainya yang dibutuhkan untuk tujuan konsultasi.

D. Peranan Perawat Dalam Pencegahan Masalah Kesehatan KerjaTugas utama petugas kesehatan dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah memlihara hygiene perusahaan, mendeteksi gejala penyakit akibat kerja, dan mengambil langkah-langkah pertolongan atau penanggulangan pertama. Pencegahan ternyata lebih menguntungkan daripada penanggulangan. Keadaan kerja yang membosankan atau sangat menekan dapat juga mencetuskan beberapa penyakit. Pengobatan Preventif adalah langkah yang paling ekonomis dalam penanganan kesehatan karyawan. Pencegahan Tingkat Pertama: Promosi kesehatan: Pendidikan kesehatan, meningkatkan gizi yang baik, pengembangan kepribadian, perusahaan yang sehat dan memadai, lingkungan kerja yang memadai, penyuluhan perkawinan dan pendidikan seks, dan pemeriksaan kesehatan periodic. Perlindungan khusus: imunisasi, hygene perorangan, sanitasi lingkungan, proteksi terhadap bahaya dan kecelakaan kerja.

Pencegahan Tingkat Kedua1. Diagnosis dini setiap keluhan dan pengobatan segera2. Pembatasan titik-titik lemah untuk mencegah terjadinya komplikasi.

Pencegahan Tingkat KetigaMeliputi rehabilitasi dan mempekerjakan kembali para penderita cacat. Sedapat mungkin perusahaan mencoba menempatkan karyawan-karyawan cacat di jabatan-jabatan yang sesuai.

Pemeriksaan BerkalaMeliputi tekanan darah, mata, payudara dan mendeteksi risiko kanker serviks (papsmear), tes terhadap penyakit paru-paru dan jantung menahun, tes terhadap lemak darah abnormal, tes kadar gula darah, tes darah terhadap kotoran, dan pemeriksaan penggunaan terhadap alkohol, stress dan kelainan emosi (Silalahi, 1995).

E. Manajemen Keselamatan KerjaKeselamatan dan kesehatan kerja merupakan pencegahan kecelakaan atau pemeliharaan keselamatan dan kesehatan kerja bertitik tolak dari konsep pengendalian kerugian menyeluruh. Doktrin keselamatan dan kesehatan kerja mengatakan bahwa cara menanggulangi kecelakaan kerja adalah meniadakan unsur penyebab kecelakaan dan / atau mengadakan pengawasan yang tepat (Silalahi, 1995).Manajemen sebagai satu ilmu perilaku yang mencakup aspek sosial dan fisik tidak terlepas dari tanggung jawab keselamatan dan kesehatan kerja, baik dari segi perencanaan, maupun pengambilan keputusan dan organisasi. Baik kecelakaan kerja, gangguan kesehatan, maupun pencemaran lingkungan harus merupakan bagian dari biaya produksi. Sekalipun sifatnya sosial, setiap kecelakaan atau tingkat keparahannya tidak dapat dilepaskan dari faktor ekonomi dalam suatu lingkungan kerja. Pencegahan kecelakaan, dana pemeliharaan hygiene dan kesehatan kerja, tidak saja dinilai dari segi biaya pencegahannya tetapi juga dari segi manusianya. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada dasarnya mencari dan mengungkapkan kelemahan operasional yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi ini dapat dilakukan dengan cara : 1) mengungkapkan sebab musabab sesuatu kecelakaan (akarnya), dan 2) meneliti apakah pengendalian secara cermat dilaksanakan atau tidak. Kesalahan operasional yang menimbulkan kecelakaan tidak terlepas dari perencanaan yang kurang lengkap, keputusan-keputusan yang tidak tepat, salah perhitungan dalam organisasi, pertimbangan, dan praktek manajemen yang kurang mantap.F. Ketentuan Hukum Keselamatan dan Kesehatan KerjaUndang-undang Pokok Keselamatan dan Kesehatan Kerja No. 1 Tahun 1970 dan undang-undang No. 4 Tahun 1984 tentang ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup adalah untuk memberi perlindungan bagi karyawan dan masyarakat umum dari akses yang mungkin dapat ditimbulkan oleh kegiatan-kegiatan ekonomi yang relatif baru bagi Indonesia. Undang-undang Keselamatan Kerja terdiri dari 11 bab, dengan 18 pasal. Ruang lingkup Keselamatan dan Kesehatan Kerja, pada Bab I Pasal 1 ayat 1 dengan kegiatan yang diperinci dalam Bab II Pasal 2 ayat 2. Tempat kerja adalah tempat dilakukannya pekerjaan bagi suatu usaha, dimana terdapat tenaga kerja yang bekerja, dan kemungkinan adanya bahaya kerja ditempat itu. Tenaga kerja adalah tenaga kerja yang bekerja sebagai pekerja tetap maupun tidak tetap atau pada saat tertentu. Misalnya gardu transformator yang tenaga kerjanya memasuki ruangan tersebut hanya sementara untuk mengadakan pengendalian, mengoperasikan instalasi, dan sebagainya. Bahaya kerja adalah sumber bahaya yang dikaitkan dengan a) keadaan perlengkapan dan peralatan, b) lingkungan kerja, c) sifat pekerjaan, d) cara kerja, e) proses produksi. Instansi yang berwenang merupakan instansi yang berwenang melakukan pengawasan terhadap ditaatinya undang-undang Keselamatan Kerja ini adalah Menteri Tenaga Kerja, yang pelaksanaannya ditugaskan kepada Direktur Jenderal Bina Hubungan Ketenagakerjaan dan Pengawasan Norma Kerja / Dirjen Binawas dan pelaksanaan sehari-harinya dilakukan oleh Direktorat Bina Norma Keselamatan Kerja dan Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Syarat-syarat Keselamatan Kerja diatur dalam Bab III Pasal 3. Dalam ayat 1 dicantumkan arah dan sasaran secara konkret yang harus dipenuhi sesuai dengan syarat-syarat Keselamatan Kerja yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang. Pada Pasal 3 ditetapkan syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk :a. Mencegah dan mengurangi kecelakaanb. Memberi pertolongan pada kecelakaanc. Memberi alat-alat perlindungan daripada para pekerjad. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembababan, debu, kotoran, asap, uap

G. Prinsip Keselamatan dan Kesehatan KerjaPrinsip kesehatan dan keselamatan kerja : Semua kecelakaan dan kejadian berbahaya dapat dicegah Semua tingkatan menejemen bertanggung jawab dalam kesehatan dan keselamatan kerja Semua pekerja bertanggung jawab pada diri sendiri, rekan kerja, dan keluarga yang bekerja pada suatu area yang berisiko, untuk menjaga kesehatan dan keselamatan mereka Mengeliminasi kecelakaan dan kejadian berbahaya dimana pimpinan menjamin semua pekerja telah terlatih untuk mengerjakan pekerjaan mereka secara efisien dan tetap menjaga kesehatan dan keselamatan pada saat bekerja. Semua pekerja harus terlibat dalam lingkungan kesehatan, keselamatan dan proses produksi (Reese, 2009).

H. Health Hazards (Bahaya Bagi Kesehatan) Health Hazard (bahaya bagi kesehatan) disebabkan oleh bahan kimia atau biological yang berpengaruh kurang baik bagi tubuh sehingga menyebabkan penyakit atau cedera. Kebanyakan paparan zat kimia dengan cara terhirup seperti uap, gas, debu, asap, atau paparan dan penyerapan zat kimia lewat kulit. Derajat bahaya yang ditimbulkan tergantung pada lamanya waktu paparan, banyaknya atau jumlah zat kimia yang terpapar. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan health hazard (bahaya bagi kesehatan) (Reeze, 2009), yaitu :1. Faktor FisikAdanya radiasi ion dan nonion, kebisingan, getaran dan suhu yang ekstrim. Faktor-faktor ini dapat menyebabkan dampak yang serius pagi para pekerja . Kebisingan karena peralatan atau mesin didalam tempat kerja pada waktu yang lama dapat menyebabkan hilangnya ketajaman pendengaran (tuli permanen), gangguan mental, komunikasi, gangguan pada saat bekerja dan tidur terganggu. Frekuensi suara yang dapat ditolerir sekitar 50-60 dB, dan ambang maksimal yang dapat mencederai pendengaran adalah sekitar 120 dB. Temperature yang tinggi dalam tempat kerja, lingkungan yang panas dapat mengakibatkan para pekerja hyperpirexia, kekurangan cairan (dehidrasi), sedangkan temperature yang rendah dapat menyebabkan hypotermi, ekstremitas seperti jari-jari tangan dan kaki, telinga dan hidung akan terasa kaku, kebas atau mati rasa, sehingga memungkinkan terjadinya risiko kecelakaan kerja. Paparan radiasi ionizing (partikel alfa, beta, sinar gamma, dan neutron) dapat menyebabkan kerusakan pada sel-sel tubuh, kelainan pada kulit, mata, seperti sinar-X, radiasi nuklir, radiasi sinar kosmik dari matahari. Paparan radiasi nonionizing tidak sama berbahaya dibanding dengan radiasi ionizing. Radiasi nonionizing berasal dari lampu, matahari, laser, radar siaran radio atau televisi. Frekuensi getaran dari peralatan dalam tempat kerja berkisar antara 40 dan 90 Hz dapat menyebabkan kerusakan pada sistem sirkulasi dan sistem saraf. Getaran dapat menyebabkan timbulnya masalah pernafasan, nyeri abdomen, ketegangan pada otot.

2. Faktor BiologiFaktor biologi termasuk binatang kecil / kutu, serangga, jamur, virus dan kontaminasi dengan bakteri. Sanitasi dan aktivitas rumah tangga seperti air yang dapat diminum, pengolahan makanan, limbah industri, kotoran, kebersihan diri dapat memperburuk risiko dari biologi hazard jika tidak diperhatikan. Agen atau perantara biological ditempat kerja termasuk virus, riketsia (organisme yang dapat menyebabkan penyakit, bakteri dan parasit. Penyakit dapat ditularkan melalui binatang kepada manusia, atau melalui inhalasi, suntikan, makanan atau kontak fisik.3. Faktor Ergonomic Desain peralatan atau tempat kerja yang tidak sesuai, kesalahan konstruksi mesin, penerangan yang kurang, gerakan yang berulang-ulang dengan posisi yang tidak tepat dapat menyebabkan terjadinya kelelahan dan kecelakaan. 4. Faktor KimiaBerasal dari konsentrasi bahan kimia termasuk gas, uap panas dan zat padat dalam bentuk debu atau jamur. Gas yang beracun, mengakibatkan keracunan gas, iritasi saluran pernafasan. Peradangan saluran pencernaan Uap panas, jamur dapat mengiritasi jaringan kulit Debu yang terlalu banyak di ruangan kerja, sering mengakibatkan ganguan pada pernafasan seperti ISPA

5. Faktor PsikologiStressor yang mempengaruhi psikis pekerja, antara lain : Proses kerja yang rutin dan membosankan Hubungan kerja yang terlalu menekan atau sangat menuntut Suasana kerja yang serba kurang aman Komunikasi yang buruk dengan atasan maupun rekan kerja Jam kerja yang terlalu panjang dan tidak adanya rotasi kerja Aturan perusahaan yang tidak jelas Beban kerja yang berlebihan Kurang lengkapnya peralatan kerja dan sarana serta fasilitas kerja Pengawasan kerja yang kurang memadai Tidak di ikut sertakan dalam pengambilan keputusan Perkembangan karir (Silalahi, 1995).

I. Pencegahan Health Hazard1) SubstitusiBahan-bahan yang berbahaya atau terbukti dapat menyebabkan penyakit secara cepat atau lambat harus ditukar dengan yang lebih aman.2) IsolasiMengisolasi proses yang bising atau pencampuran bahan/larutan yang menimbulkan gas berbahaya.3) Ventilasi PenyedotanKipas penghisap atau exchaust fan pada tempat-tempat tertentu dipasang, agar gas yang berbahaya terhisap keluar dan ditukar dengan udara bersih.

4) Ventilasi UmumTempat-tempat bekerja bagi karyawan seperti tempat pengemasan atau dapur produksi harus dilengkapi dengan ventilasi umum untuk memudahkan peredaran udara.5) Alat PelindungAlat alat yang melindungi tubuh atau sebagian dari tubuh wajib dipakai oleh karyawan misalnya topi pengaman, masker, respirator, kacamata, sarung tangan, pakaian kerja, dan sebagainya.6) Pemeriksaan Kesehatan Pra-karyaSetiap karyawan harus terlebih dahulu melalui pemeriksaan kesehatan umum dan khusus untuk mengindera kelemahan masing-masing.7) Pemeriksaan Kesehatan BerkalaPemeriksaan ini untuk mengetahui sedini mungkin apakah faktor-faktor penyebab penyakit sudah menimbulkan gangguan atau kelainan.8) Pemeriksaan Kesehatan KhususKaryawan yang menunjukkan gejala yang dicurigai ada kaitannya dengan lingkungan kerjanya, harus dikirim ke klinik spesialis untuk menjalani pemeriksaan khusus.9) Penerangan Pra-karyaSebelum karyawan bekerja, mereka harus menjalani induksi atau perkenalan pada lingkungan pekerjaan dan semua peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.10) Pendidikan Keselamatan dan Kesehatan KerjaSetiap penyelia, mandor, anggota Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Ahlinya, harus menjalani pendidikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja secara beruntun dan berulang-ulang. Mereka kemudian mendidik karyawan dalam praktek manufaktur yang baik dan kesehatan kerja itu sendiri (Silalahi, 1995).

II. Gangguan Kesehatan Dalam IndustriKeselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya perlindungan yang ditujukan kepada semua potensi yang dapat menimbulkan bahaya, agar tenaga kerja dan orang lain yang ada di tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat. Potensi-potensi yang dapat menimbulkan bahaya dapat berasal dari mesin, lingkungan kerja, sifat pekerjaan, cara kerja dan proses produksi. Masalah kesehatan dan keselamatan kerja sering membutuhkan masukan dari berbagai sumber, seperti dokter, ahli kesehatan, ahli keamanan, dan perawat, serta pengusaha, karyawan, dan perwakilan bidang keselamatan. Untuk menemukan solusi idealnya melibatkan pendekatan tim untuk memecahkan masalah yang sering memperhatikan tahapan sebagai berikut : a. Menilai resikob. Memutuskan apa yang perlu dilakukan untuk mengurangi resikoc. Memutuskan siapa orang yang tepat untuk melakukan pekerjaan itu, tergantung pada situasi tertentu, persyaratan yang khusus dan keahlian mereka (John & Sons, 2008). Perawat kesehatan kerja harus memahami potensi risiko kesehatan yang aktual yang terkait dengan keadaan individu individu yang telah diterapkan. Hasil dari penilaian tersebut dilaporkan kembali ke perusahaan dalam hal tingkat kesegaran pekerja. Menurut John & Sons, (2008) pemeriksaan kesehatan pra-kerja adalah kegiatan yang dilakukan setiap pelayanan kesehatan kerja, dengan tanggung jawab utama dalam hal ini diawali pada perawat kesehatan kerja. Dalam beberapa kasus penilaian risiko kesehatan merupakan persyaratan yang khusus dengan standar ketahanan spesifik dan membutuhkan masukan dari petugas kesehatan professional lainnya. Beberapa hal yang relevan dengan penilaian resiko kesehatan di seluruh area tempat kerja, seperti : Peraturan kerja Manajemen kesehatan dan keselamatan Peraturan kesehatan untuk kontrol zat berbahaya Peraturan kesehatan dan keselamatan (konsultasi dengan karyawan) Akses laporan medis. Pedoman nasional yang harus di ikuti berkaitan dengan tempat kerja tertentu, seperti bimbingan yang dihasilkan oleh departemen kesehatan untuk pengaturan perawatan kesehatan misalnya: izin kesehatan Tuberculosis, Hepatitis B, Hepatitis C, dan HIV, tenaga kesehatan baru (DOH (2007) dalam John (2008)).ILO (1986), mendefinisikan bahaya kerja (work hazard) adalah suatu sumber potensi kerugian atau situasi yang berhubungan dengan pekerja, pekerjaan dan lingkungan kerja yang berpotensi menyebabkan kerugian dan gangguan.Gangguan mental psikologis akibat hubungan kerja tidak baik, jenis pekerjaan yang monoton, upah kerja terlalu rendah akan mengakibatkan stres, mempengaruhi gairah kerja menurun, mudah terjadi kecelakaan kerja, semangat kerja menurun, yang pada akhirnya menurunkan produktivitas kerja (Efendi 1998).Jadwal kerja juga mempengaruhi terhadap kesehatan seperti jadwal kerja shif dan jam kerja yang panjang/kerja jangka panjang. Jadwal kerja yang tidak fleksibel, jam kerja yang tidak dapat di perkirakan dan jam kerja yang panjang adalah salah satu pokok yang termasuk dalam jadwal kerja. Sehubungan dengan shif kerja, penelitian menunjukkan bahwa kerja shif merupakan sumber utama dari stress bagi pekerja pabrik (Monk & Tepas,1985). Para pekerja shift lebih sering mengeluh tentang kelelahan dan ganggua pencernaan dari pada pekerja pagi/siang dan dampak dari kerja shif terhadap kebiasaan makan yang mungkin menyebabkan gangguan-gangguan pada pencernaan. Masalah-masalah kesehatan kerja yang menurunkan produktivitas, antara lain:1. Penyakit-penyakit umum yang diderita pekerja seperti TBC, jantung dan sebagainya2. Penyakit-penyakit yang timbul akibat kerja seperti pneumoconiosis, dermatosis, ISPA, dan lain sebagainya3. Keadaan gizi yang kurang baik4. Lingkungan kerja yang kurang menunjang peningkatan produktivitas, misalnya suhu, kelembapan, ventilasi, penerangan dan sebagainya5. Kesejahteraan tenaga kerja yang kurang memadai6. Fasilitas kesehatan perusahaan yang kurang memadai7. Penerapan perundang-undangan yang belum dapat dilaksanakan sepenuhnyaTingkat pencegahan gangguan kesehatan dan kecelakaan akibat kerja :a. Peningkatan kesehatan (Health Promotion) Pendidikan kesehatan pada pekerja Peningkatan dan perbaikan gizi pekerja Perkembangan kejiwaan pekerja yang sehat Rekreasi bagi pekerja Penyediaan tempat dan lingkungan kerja yang sehat Pemeriksaan sebelum bekerja Perhatian terhadap faktor keturunanb. Perlindungan khusus (Specific Protection) Pemberian imunisasi Higiene kerja yang baik Sanitasi lingkungan kerja yang sehat Perlindungan diri terhadap bahaya-bahaya pekerjaan Pengendalian bahaya akibat kerja agar dalam keadaan aman Perlindungan terhadap faktor karsinogen Menghindari sebab-sebab alergi Penyesuaian pekerja dengan mesinc. Diagnosa dini dan pengobatan yang tetap (Early diagnosis and promptreatment) Mencari tenaga kerja baik perorangan atau kelompok yang mengalami gangguan kesehatan tertentu General ceck up secara teratur terhadap pekerja dengan tujuan untuk mengobati dan mencegah proses penyakit, mencegah penularan dan komplikasi Penjaringan ( Skrining )d. Pencegahan kecacatan ( Disability Limitation) Pengobatan yang adekuat untuk mencgah dan menghentikan proses penyakit Perawatan yang baik Penyediaan fasilitas untuk membatasi keacatan dan mencegah kematiane. Pemulihan (Rehabilitation) Latihan untuk melatih kemampuan yang ada Menyediakan tempat kerja yang dilindungi Penempatan tenaga cacat secara selektif Pendidikan masyarakat untuk menggunakan tenaga cacat.

III. Ketidakpatuhan Terhadap Penggunaan APDPerubahan perilaku sehat adalah fenomena siklik ketika individu menjalani beberapa tahapan. Pada tahap pertama individu tidak berpikir serius untuk mengubah perilaku, saat mencapai tahap akhir seseorang berhasil mempertahankan perubahan perilaku. Beberapa model perubahan perilaku telah diajukan (Kozier, 2004).Promosi kesehatan adalah proses pemberdayaan masyarakat agar mampu memelihara dan menjaga kesehatannya. Proses pemberdayaan tersebut dilakukan dari, oleh, dan untuk masyarakat, artinya proses pemberdayaan tersebut dilakukan melalui kelompok-kelompok potensial di masyarakat, bahkan semua komponen masyarakat (Eldemen, 2006).Jadi hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan perilaku, karena perubahan perilaku merupakan tujuan pendidikan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan yang lainnya.Jika kita menemukan cara untuk mencari manfaat dari kesehatan terhadap kepekaaan dan perilaku yang responsif dan penyesuaian gaya hidup yang kondusif pada kesehatan, maka dalam profesi kesehatan kita harus menemukan arti yang paling efektif dari manfaat kesehatan untuk semua baik dari tingkah laku serta ketidakpatuhan klien terhadap apa yang ditetapkan.Dalam perubahan perilaku seseorang ada kaitannya dengan motivasi seseorang untuk berubah serta model-model proses keperawatan yang berkaitan dengan tahapan perubahan perilaku seseorang. Adapun salah satu model proses keperawatan yang berkaitan dengan ketidakpatuhan penggunaan alat pelindung diri bagi pekerja diarea industri menurut Rankin (2010) adalah model proses keperawatan The Health Belief Model.Health Belief Model (HBM) seringkali dipertimbangkan sebagai kerangka utama dalam perilaku yang berkaitan dengan kesehatan manusia dan telah mendorong penelitian perilaku kesehatan sejak tahun 1950-an. Health belief model juga diuraikan dalam usaha mencari cara menerangkan perilaku yang berkaitan dengan kesehatan dan digunakan untuk meramalkan perilaku peningkatan kesehatan. Health Belief Model merupakan model kognitif yang dipengaruhi oleh informasi dari lingkungan. Menurut model ini kemungkinan individu akan melakukan tindakan pencegahan tergantung dari dua keyakinan atau penilaian kesehatan yaitu ancaman yang dirasakan dari sakit dan pertimbangan tentang keuntungan dan kerugian (manfaat) dari perilaku kesehatan. Model ini digunakan pada kondisi menangani pasien karena model ini mengajarkan tentang pendekatan secara individu. Tujuan dari promosi kesehatan serta pendidikan kesehatan yang dilakukan pada pekerja di area industri tekstil yang salah satunya adalah untuk merubah perilaku individu terkait dengan Health Belief Model.Gambaran umum pada sebagian pekerja di industri tekstil terhadap penyakit dan kecelakaan kerja, khususnya akibat ketidakpatuhan dalam penggunaan APD yaitu:a. Tidak pentingnya penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) terutama pada penggunaan masker. Mereka menganggap adanya kerugian dan kentungan bagi mereka, kerugiannya adalah sebagian dari mereka merasa terganggu akan penggunaan masker dimana mereka bekerja, alasannya risih atau terganggu karena tertutupnya saluran pernapasan mereka yaitu hidung, akan tetapi ada sebagian dari para pekerja di area industri mengetahui akan keuntungan dari penggunaan masker, mereka mengetahui apa dampak yang akan terjadi jika mereka tidak menggunakan masker.b. Para pekerja pada umumnya merasa tidak nyaman akan penggunaan alat pelindung diri seperti masker, mereka merasa risih atau terganggu dengan masker (penutup hidung) yang mengganggu saluran nafas pada saat mereka bekerja, oleh sebab itu mereka tidak patuh akan penggunaan alat pelindung diri seperti masker.c. Kurangnya pengetahuan pekerja pada umumnya tentang manfaat Alat Pelindung Diri (APD) untuk mencegah Health Hazard yang dapat menyebabkan penyakit terutama penyakit resiko tinggi ISPA.d. Tidak tersedianya Alat Pelindung Diri (APD) oleh pengelola. Alasan sebagian para pekerja tidak patuh akan penggunaan alat pelindung diri seperti masker karena tidak tersedianya alat tersebut.Ada juga ditemukan sebagian pekerja di area industri yang patuh dalam penggunaan APD antara lain para pekerja mengetahui akan dampak dari ketidakpatuhan dalam penggunaan APD terutama penggunaan masker, jika masker tidak dipakai mereka mengetahui apa yang akan terjadi penyakit gangguan pernapasan seperti penyakit ISPA. Mereka patuh akan penggunaan APD karena mereka mengetahui akan pentingnya penggunaan APD dan itu merupakan ancaman bagi mereka jika tidak patuh dalam penggunaan APD. Tetapi pada umumnya para pekerja tidak patuh dalam penggunaan APD daripada yang patuh dalam penggunaan APD. Pemakaian APD harus dianggap sebagai garis pertahanan terakhir dan hanya akan digunakan ketika pengendalian mesin menjadi sulit dan tidak efektif, namun APD dapat digunakan sesuai dengan potensi bahaya yang ada di tempat kerja dan lingkungan kerja. Dalam prilaku kesehatan, penyakit yang menimbulkan ketidakseimbangan akan lebih mudah diintervensi karena pada dasarnya manusia memang selalu meghindari keadaan yang tidak nyaman.IV. Rancangan promosi kesehatan di area industri : Pencegahan penyakit akibat kerja di area industri tekstilRencana promosi kesehatan harus disusun berdasarkan kebutuhan, keinginan, dan prioritas klien. Usahakan melibatkan klien dalam menentukan tujuan promosi kesehatan, tindakan atau intervensi untuk mencapai tujuan ini, frekuensi dan durasi tindakan, dan metode evaluasi. Selama proses perencanaan perawat berindak sebagai narasumber, bukan sebagai penasihat atau konselor. Dalam rancangan ini kelompok 4 fokus dalam kegiatan upaya promosi kesehatan di area industri tekstil yang sasaran utamanya adalah masyarakat industri tekstil / orang yang berada dan terlibat dalam operasioanal industri tekstil tersebut, diantaranya pengelola industri, pekerja, dan orang yang ada di dalam lingkungan industri tekstil. Peran tenaga kesehatan yang dibantu oleh Paramedis Higiene Perusahaan dan kesehatan kerja adalah memelihara higiene perusahaan, mendeteksi gejala penyakit akibat kerja, dan mengambil langkah pertolongan atau penanggulangan pertama terhadap masalah kesehatan yang ditimbulkan di area industri tekstil. Perusahaan mengenal dua kategori penyakit yang diderita tenaga kerja : penyakit umum, adalah semua penyakit yang mungkin diderita oleh setiap orang, dan penyakit akibat kerja yaitu suatu penyakit yang timbul setelah seorang pekerja yang sebelumnya sehat saat memulai pekerjaannya. Faktor faktor penyebab penyakit akibat kerja mencakup fisik, kimia, biologi, ergonomic dan psikologis. Beberapa penyakit akibat kerjaBagian Tubuh yang tergangguGejalaPenyebab

MataKemerahan, gatal, iritasi, butaAsap, ozone, ammonia, debu logam,asam, radiasi ultraviolet

KepalaPusing, sakit kepalaLarutan, gas, suhu tinggi, kebisingan, karbonmonoksida

Otak dan sistem syarafKetegangan, gelisah, gemetar, gangguan bicaraKebisingan, timah, DDT, air raksa, larutan benzene

TelingaBerdengung, kepekaan sementara dan tuliBunyi dan getaran

Hidung dan tenggorokanBersin, batuk, radang kerongkongan, kanker hidungAmmonia, larutan, soda api, debu, fume, serbuk kayu,emisi dapur kokas

Dada dan paru- paruEmphysema, sesak nafas, batuk kering, gejala fluDebu kapas, TDI, larutan, ozozne, asbestos

Otot dan punggungPerih dan kakuMengangkat berat, membungkuk, getaran dan posisi yang tidak nyaman

HatiKurang nafsu makan, sakit kuning, kanker, cirrosisLarutan, karbon tetrachloride

Ginjal dan urinariaNyeri pinggang, gangguan buang air kecil, kankerTimah, arsenik, gas anastetis, pewarna dan benzena

Sistem reproduksi dan integumen / kulitMandul, impotensi, kelainan kongenital, keguguran dan gatal-gatal pada kulit, bisulDES, Timah, xylenen, benzene, arsenik, aspal, radiasi

Upaya pencegahan yang dilakukan oleh perusahaan antara lain: Substitusi: mengganti bahan yang berbahaya dengan bahan yanga aman. Isolasi: Mengisolasi proses yang bising atau pencampuran bahan / larutan yang berbahaya. Ventilasi penyedot: Pemasangan exchauset fan di temapt yang menghasilakan uap berbahaya Ventilasi umum: Pemasangan jendela/ ventilasi yang memadai di tempat pekerja bekerja. Penggunaan alat pelindung diri; Mewajibkan seluruh pekerja menggunakan alat pelindung diri bila memasuki area tempat kerja. Pemeriksaan kesehatan pra- karya: Screening awal perekrutan pekerja. Penerangan pra- karya: Orientasi lingkungan kerja untuk pra-karya agar mengenal lingkungan kerja dan agar berhati- hati dalam bekerja Pemerikasaan kesehatan berkala: Pemeriksaan awal untuk mendeteksi dini penyakit akibat kerja. Pendidikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja: untuk mewujudkan kesejahteraan kesehatan bagi pekerja

a. Gambaran Umum IndustriMemasuki perkembangan era industrialisasi yang bersifat global seperti sekarang ini, persaingan industri untuk memperebutkan pasar baik pasar tingkat regeonal, nasional maupun internasional dilakukan oleh setiap perusahaan secara kompetitif. Industri tidak terlepas dari sumber daya manusia yang diharapkan menjadi sumber daya yang siap pakai dan mampu membantu tercapainya tujuan perusahaan dalam bidang yang dibutuhkan. Apabila tenaga kerja diperlakukan secara tepat dan sesuai dengan harkat dan martabatnya maka perusaan akan mencapai hasil yag sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dalam kegiatan keselamatan kerja mulai dari persiapan proses merencanakan dan mengendalikan situasi yang bepotensi menimbulkan kecelakaan kerja melalui persiapan prosedur operasi standar yang menjadi acuan dalam bekerja. ( Rika Ampuh Hadiguna, 2009). Kesehatan kerja adalah kondisi bebas dari gangguan fisik, mental, emosi dan rasa takut yang disebabkan lingkungan kerja.Peran tenaga kesehatan yang mengurusi problematika kesehatan menyeluruh dari tenaga kerja, yang artinya mempunyai tugas dalam usaha kuratif, pereventif, penyesuaian faktor manusia terhadap pekerjaan dan hygiennya. Hal ini sejalan dengan konsep menejemen modern yang menitikberatkan kepada pengendalian kerugian. Untuk menciptakan kondisi lingkungan kerja yang aman, hygiene dan nyaman serta tenaga kerja yang sehat, selamat dan produktif. Selaras dengan ISO 14000 yang meliputi keselamatan kerja, kesehatan kerja dan kesehatan lingkungan. Pengetahuan kesehatan akan mempengaruhi perilaku sebagai hasil jangka menengah (intermediate impact) dari pendidikan kesehatan. Selanjutnya perilaku kesehatan akan berpengaruh kepada indikator kesehatan yang meningkat. Dalam mewujudkan visi dan misi pendidikan / promosi kesehatan ada tiga strategi pokok yang dilakukan oleh WHO, meliputi: Advocacy (advokasi), melakukan pendekatan atau lobbying dengan para pembuat keputusan setempat agar mereka menerima dan berkomitmen yang akhirnya bersedia mengeluarkan kebijakan / keputusan untuk membantu dan mendukung program tersebut. Social support (dukungan sosial), melakukan pendekatan dengan orang yang berpengaruh di lingkungan tersebut. Empowerment (Pemberdayaan masyarakat), petugas dalam hal ini tenaga kesehatan bersama masyarakat berperan dalam promosi kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat untuk hidup sehat.Di area industri tekstil, masyarakat yang dimaksud disini adalah pengelola, pekerja, dan individu yang terlibat dalam kegiatan industri. Bagi setiap pengusaha, preventif / pencegahan jauh lebih menguntungkan daripada penanggulangan. b. Tujuan Agar masyarakat industri mencapai derajat kesehatan yang optimal baik fisik, mental, dan sosial. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja sebagai salah satu unsur yang sangat penting dari kesejahteraan pekerja. Meningkatkan gairah kerja, efisien, produktivitas dan moril kerja faktor manusia dalam setiap sektor kegiatan ekonomi Perlindungan masyarakat industri dari penyakit akibat kerja Kepatuhan dan kesadaran pekerja dalam menggunakan Alat Pelindung Diri (APD ) saat bekerja Peningkatan kesejahteraan pekerja dengan pengaturan gizi bagi pekerja Pengaturan jam kerja yang sesuai dengan standar dan perundangan yang berlakuc. Penetapan prioritas Perlindungan dan pencegahan penyakit akibat kerja: ISPA Kepatuhan masyarakat industri tekstil tentang penggunan Alat Pelindung Diri saat berada di area industri Peningkatan kesehatan optimal pada masyarakat industri tekstild. WaktuPengaturan waktu pembelajaran dalam promosi kesehatan juga penting, karena berpengaruh pada perhatian yang besar dan konsentrasi masyarakat industri tekstil. Atur waktu pembelajaran saat masyarakat industri sedang istirahat agar memiliki perhatian yang besar, reseptif dan sadar. Sesi pengajaran jangan terlalu pendek ataupun terlalu lama. Umumnya waktu yang sering digunakan adalah 20 menit, sehingga lebih mudah ditoleransi dan mampu memperahankan minat.Frekuensi pengajaran tergantung pada kemampuan masyarakat industri tekstil dalam memahami materi promosi kesehatan dan kerumitan materi yang diberikan. Interval antar sesi pengajaran jangan terlalu panjang karena dikhawatirkan masyarakat industri tekstil akan lupa informasi yang sebelumnya telah diberikan.e. Pengaturan Materi PengajaranAgar efektif, urutkan informasi yang akan diberikan. Materi yang diberikan dari yang sederhana ke materi yang lebih kompleks. Awali setiap instruksi dengan masalah utama. Ciptakan suasana yang nyaman dalam kegiatan promosi kesehatan (ceramah dan diskusi ). Pilih metode promosi edukasi kesehatan yang sesuai dengan sasaran.

f. Pelayanan kolaboratifPeran Paramedis Higiene perusahaan sangat di perlukan untuk mencapai tujuan promosi kesehatan di area industry. Dalam perencanaan pilih metode pengajaran yang sesuai, motivasi masyarakat industri tekstil untuk memberikan saran dan lakukan rujukan kepada professional pelayanan kesehatan lain jika sesuai. Hal ini perlu dilakukan terutama pada kebutuhan masyarakat industri tekstil yang kompleks.Pender et al (2002) dalam Potter P.A & Perry G.A (2009) menjabarkan langkah-langkah penyusunan rencana promosi perlindungan kesehatan bersama, yaitu:1. Mengidentifikasi tujuan kesehatan dan pemilihan perubahan perilaku terkait.Masyarakat industri tekstil memilih 2 atau 3 prioritas utama tujuan kesehatan, memprioritaskannya dan meninjau pemilihan perubahan perilaku masyarakat industri tekstil2. Mengidentifikasi perilaku atau hasil kesehtan.Setiap tujuan yang terpilih pada langkah 1, tentukan perubahan perilaku spesifik yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diharapkan.3. Menyusun rencana perubahan perilaku.Masyarakat industri tekstil mungkin perlu dibantu dalam mengkaji ketidak konsistenan perilaku yang dirasa bermanfaat dan dalam menentukan perilaku yang paling menarik dan yang paling ingin mereka coba.4. Mengulang pertanyaan manfaat perubahan.5. Membahas pendukung dan kendala lingkungan dan interpersonal terhadap preubahan.Faktor lingkungan dan interpersonal yang mendukung perubahan positif harus digunakan untuk menguatkan usaha masyarakat industri tekstil mengubah gaya hidup.6. Menentukan kerangka waktu untuk implementasi.Dengan menyusun kerangka waktu, pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dapat dikembangkan sebelum perilaku baru di implementasikan.

7. Komit terhadap tujuan perubahan perilaku.Pembuatan kontrak didasarkan pada keyakinan bahwa semua orang memiliki untuk potensi untuk tumbuh dan hak putusan mandiri, meskipun pilihan mereka mungkin sedikit berbeda.Berdasarkan kasus pemicu 5 kami merencanakan rancangannpromosi kesehatan pada masyarakat industri tekstil :a. Tujuan Edukasi Kesehatan :1. Masyarakat industri tekstil mengetahui tentang pengertian penyakit akibat kerja :ISPA2. Masyarakat industri tekstil mengetahui tentang faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya penyakit ISPA3. Masyarakat industri tekstil mengetahui tanda dan gejala serta penanganan dari penyakit ISPA.4. Masyarakat industri tekstil mengetahui jenis jenis alat pelindung diri (APD)5. Masyarakat industri tekstil memahami dan menyadari pentingnya pemakaian alat pelindung diri saat bekerja6. Masyarakat industri tekstil bisa dan mampu menggunakan alat pelindung diri secara benar sesuai dengan standar yang berlaku.b. Penentuan prioritasKami memprioritaskan pembelajaran dalam upaya perlindungan dan pencegahan penyakit akibat kerja ( ISPA ) dan penekanan akan pentingnya kesadaran pekerja dalam penggunaan alat pelindung diri saat bekerja. c. WaktuWaktu yang kami rencanakan pada pemberian promosi kesehatan pada masyarakat industri tekstil ini selama 30 menit, dengan mempertimbangkan konsentrasi dan minat yang tetap besar atau baik.d. Pengaturan Materi PengajaranKegiatan promosi kesehatan di area industri tekstil ini diawali dengan penyebaran brosur atau propaganda poster yang di pasang di area industri tekstil yang isinya undangan bagi masyarakat industri tekstil untuk hadir dalam kegiatan pendidikan kesehatan dalam rangka promosi kesehatan di lingkungan industri tekstil. Dalam pelaksanaan edukasi kesehatan urutkan materi pendidikan.e. Pelayanan kolaboratifDalam hal ini kami belum merencanakan untuk melakukan rujukan ke profesional lain.

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanDalam lingkungan kerja health hazard banyak menimbulkan gangguan kesehatan atau kecelakaan kerja. Oleh karena itu, keperawatan kesehatan kerja memiliki peranan penting dalam mencegah, merawat dan memelihara kesehatan para pekerja dalam suatu komunitas dengan melakukan promosi kesehatan.Sebelum merancang suatu program promosi kesehatan dalam lingkungan kerja khususnya area industri, perawat harus benar-benar mengkaji terlebih dahulu apa yang menjadi masalah atau kebutuhan klien di area industri, agar bermanfaat bagi klien. Dan perlu dikaji juga mengenai tahap perubahan klien sampai pada tahap apa, sehingga perawat mengetahui hal-hal apa saja yang perlu ditekankan saat memberikan promosi kesehatan.B. SaranPromosi kesehatan merupakan kegiatan yang sangat penting dalam rangka pencegahan primer khususnya di area industri dan berfokus pada tiga perubahan perilaku baik kognitif, afektif, dan psikomotor, sehingga membantu mengurangi risiko kembalinya klien ke pelayanan kesehatan dengan penyakit yang sama. Sehingga perawat harus membekali kemampuannya dalam hal ini.

LAMPIRAN

SATUAN ACARA PROGRAM PROMOSI KESEHATAN

1. Topik: Masker Menghindari Infeksi Saluran Pernapasan Atas2. Pokok Bahasan: Health Hazard dan APD, masker3. Subpokok Bahasan:a. Pengertian health hazardb. Faktor penyebab health hazardc. Beberapa cara pencegahan health hazardd. Kriteria APD, masker yang baike. Jenis-jenis APD, maskerf. Penggunaan APD (masker) yang benar4. Sasaran: Karyawan industri tekstil5. Waktu dan Tempat a Hari / Tanggal: Minggu, 20 Oktober 2013b WaktuSesi I: Pukul 10.00 s.d 10.40 am (untuk karyawan sip malam)Sesi II: Pukul 07.00 s.d 07.40 pm (untuk karyawan sip pagi)c Tempat: Gedung pelatihan karyawan Lantai 56. Metode: Ceramah, demonstrasi7. MediaMedia pra kegiatanSatu minggu sebelum acara ditempel beberapa poster untuk mempromosikan kepada karyawan tentang kegiatan. Poster ditempel di tempat-tempat umum di area industri.Media saat kegiatan: Lcd, laptop, Leaflet.8. Tujuana. Tujuan Instruksional Umum (TIU)Meningkatkan pengetahuan karyawan industri mengenai health hazard.b. Tujuan Insruksional Khusus (TIK)Setelah mengikuti uraian penyuluhan mengenai health hazard setiap peserta diharapkan dapat:1. Menyebutkan pengertian health hazard2. Menyebutkan faktor penyebab health hazard3. Menyebutkan beberapa cara pencegahan health hazard4. Kriteria APD, masker yang baik5. Jenis-jenis APD, masker6. Mendemonstrasikan penggunaan APD, masker yang benar.

9. Manfaata. Bagi industri Menurunkan angka ketidakhadiran karyawan akibat sakit Meningkatkan produktifitas industri Menurunkan klaim asuransib. Bagi karyawan Meningkatnya pengetahuan karyawan mengenai health hazard. Terhindar dari penyakit infeksi saluran pernapasan Meningkatkan kesejahteraan karyawan dan keluarga

10. MateriTerlampir

11. Tahap Kegiatan PromosiTahapKegiatan PenyuluhKegiatan SasaranMetode dan Media

Pembukaan(5 menit) Memperkenalkan diri Menyamakan persepsi Menyampaikan maksud tujuan dilaksanakan promosi kesehatan Menggali pengetahuan karyawan industri

Menjawab salam Memperhatikan Menjawab pertanyaan

Ceramah

Penyajian materi( 20 menit)Demonstrasi (5 menit) Menyebutkan pengertian health hazard Menyebutkan faktor penyebab health hazard Menyebutkan beberapa cara pencegahan health hazard Menyebutkan kriteria APD, masker yang baik Menyebutkan jenis-jenis APD, masker Mendemonstrasikan penggunaan APD, masker yang benar. Memberikan doorprize kepada karyawan yang dapat memperagakan penggunaan APD, masker secara benar.

Menyimak penjelasan

Mengajukan pertanyaan seputar materi Mendemonstrasikan penggunaan masker.Ceramah, Lcd, laptop, -

Penutup(10 menit) Memberi kesimpulan materi Menanyakan umpan balik Memberikan door prize kepada karyawan yang dapat menjawab pertanyaan Menyampaikan hasil evaluasi Menutup acara promosi kesehatan Membagi Leaflet Memperhatikan penjelasan Menjawab pertanyaan dari penyuluh

Diskusi, Leaflet

12. Evaluasi Programa. Evaluasi strukturSaat akan dilakukan promosi kesehatan diharapkan gedung beserta sarana di dalamnya yang disediakan oleh pihak industri dapat berfungsi dengan baik, beberapa peralatan yang digunakan dalam promosi kesehatan seperti LCD, laptop, layar, dan leaflet, kondisi dan fungsinya dalam keadaan baikb. Evaluasi prosesSaat dilakukan promosi kesehatan pemberi materi dapat memberikan materi dengan baik, karyawan antusias untuk bertanya seputar materi, narasumber dapat menjawab pertanyaan dari peserta dengan baik, kegiatan berlangsung kondusif , waktu yang digunakan efektif dan efisien, petugas dokumentasi dapat mendokomentasikan kegiatan dengan baik.c. Evaluasi hasilSetelah dilakukan promosi kesehatan tentang infeksi saluran pernapasan diharapkan sebagai berikut. Karyawan dapat menyebutkan Menyebutkan pengertian health hazard, faktor penyebab health hazard, beberapa cara pencegahan, health hazard, kriteria APD, masker yang baik, jenis-jenis APD, masker dan mendemonstrasikan penggunaan APD, masker yang benar Karyawan atau pun pihak pengelola industri merasa puas terhadap kualitas pelayanan promosi kesehatan yang diterima.

MATERIA. Pengertian Health Hazards Health Hazard adalah risiko kesehatan yang disebabkan oleh bahan kimia atau biological yang berpengaruh kurang baik bagi tubuh sehingga menyebabkan penyakit atau cedera. Kebanyakan paparan zat kimia dengan cara terhirup seperti uap, gas, debu, asap, atau paparan dan penyerapan zat kimia lewat kulit. Derajat bahaya yang ditimbulkan tergantung pada lamanya waktu paparan, banyaknya atau jumlah zat kimia yang terpapar. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan health hazard (Reeze, 2009), yaitu :1. Faktor FisikAdanya radiasi ion dan nonion, kebisingan, getaran dan suhu yang ekstrim. Faktor-faktor ini dapat menyebabkan dampak yang serius pagi para pekerja . Kebisingan karena peralatan atau mesin didalam tempat kerja pada waktu yang lama dapat menyebabkan hilangnya ketajaman pendengaran (tuli permanen), gangguan mental, komunikasi, gangguan pada saat bekerja dan tidur terganggu. Frekuensi suara yang dapat ditolerir sekitar 50-60 dB, dan ambang maksimal yang dapat mencederai pendengaran adalah sekitar 120 dB. Temperature yang tinggi dalam tempat kerja, lingkungan yang panas dapat mengakibatkan para pekerja hyperpirexia, kekurangan cairan (dehidrasi), sedangkan temperature yang rendah dapat menyebabkan hypotermi, ekstremitas seperti jari-jari tangan dan kaki, telinga dan hidung akan terasa kaku, kebas atau mati rasa, sehingga memungkinkan terjadinya risiko kecelakaan kerja. Paparan radiasi ionizing (partikel alfa, beta, sinar gamma, dan neutron) dapat menyebabkan kerusakan pada sel-sel tubuh, kelainan pada kulit, mata, seperti sinar-X, radiasi nuklir, radiasi sinar kosmik dari matahari. Paparan radiasi nonionizing tidak sama berbahaya dibanding dengan radiasi ionizing. Radiasi nonionizing berasal dari lampu, matahari, laser, radar siaran radio atau televisi. Frekuensi getaran dari peralatan dalam tempat kerja berkisar antara 40 dan 90 Hz dapat menyebabkan kerusakan pada sistem sirkulasi dan sistem saraf. Getaran dapat menyebabkan timbulnya masalah pernafasan, nyeri abdomen, ketegangan pada otot.

2. Faktor BiologiFaktor biologi termasuk binatang kecil / kutu, serangga, jamur, virus dan kontaminasi dengan bakteri. Sanitasi dan aktivitas rumah tangga seperti air yang dapat diminum, pengolahan makanan, limbah industri, kotoran, kebersihan diri dapat memperburuk risiko dari biologi hazard jika tidak diperhatikan. Agen atau perantara biological ditempat kerja termasuk virus, riketsia (organisme yang dapat menyebabkan penyakit, bakteri dan parasit. Penyakit dapat ditularkan melalui binatang kepada manusia, atau melalui inhalasi, suntikan, makanan atau kontak fisik.3. Faktor Ergonomic Desain peralatan atau tempat kerja yang tidak sesuai. Penerangan yang kurang, gerakan yang berulang-ulang dengan posisi yang tidak tepat dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan.4. Faktor KimiaBerasal dari konsentrasi bahan kimia termasuk uap, gas dan zat padat dalam bentuk debu atau jamur. Bahan-bahan kimia ini dapat mengiritasi tubuh lewat paparan dengan kulit dan inhalasi yang mengakibatkan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA).5. Faktor PsikologisProses kerja yang rutin dan membosankan, hubungan kerja yang terlalu menekan atau sangat menuntut, suasana kerja yang serba kurang aman, merupakan stressor yang mempengaruhi psikis pekerja (Silalahi, 1995).

B. Pencegahan Health Hazard1) SubstitusiBahan-bahan yang berbahaya atau terbukti dapat menyebabkan penyakit secara cepat atau lambat harus ditukar dengan yang lebih aman.2) IsolasiMengisolasi proses yang bising atau pencampuran bahan/larutan yang menimbulkan gas berbahaya.

3) Ventilasi PenyedotanKipas penghisap atau exchaust fan pada tempat-tempat tertentu dipasang, agar gas yang berbahaya terhisap keluar dan ditukar dengan udara bersih. 4) Ventilasi UmumTempat-tempat bekerja bagi karyawan seperti tempat pengemasan atau dapur produksi harus dilengkapi dengan ventilasi umum untuk memudahkan peredaran udara.5) Alat Pelindung DiriAlat alat yang melindungi tubuh atau sebagian dari tubuh wajib dipakai oleh karyawan misalnya topi pengaman, masker, respirator, kacamata, sarung tangan, pakaian kerja, dan sebagainya.6) Pemeriksaan Kesehatan Pra-karyaSetiap karyawan harus terlebih dahulu melalui pemeriksaan kesehatan umum dan khusus untuk mengindera kelemahan masing-masing.7) Pemeriksaan Kesehatan BerkalaPemeriksaan ini untuk mengetahui sedini mungkin apakah faktor-faktor penyebab penyakit sudah menimbulkan gangguan atau kelainan.8) Pemeriksaan Kesehatan KhususKaryawan yang menunjukkan gejala yang dicurigai ada kaitannya dengan lingkungan kerjanya, harus dikirim ke klinik spesialis untuk menjalani pemeriksaan khusus.9) Penerangan Pra-karyaSebelum karyawan bekerja, mereka harus menjalani induksi atau perkenalan pada lingkungan pekerjaan dan semua peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.10) Pendidikan Keselamatan dan Kesehatan KerjaAnggota Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Ahlinya, harus menjalani pendidikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja secara beruntun dan berulang-ulang. Mereka kemudian mendidik karyawan dalam praktek manufaktur yang baik dan kesehatan kerja itu sendiri (Silalahi, 1995).

C. Alat Pelindung Diri Masker 1. Penggunaan APD, masker yang benarStandar penggunaan APD, masker yaitu masker menutupi mulut, dan hidung bukan menutupi mulut saja atau hidung saja.2. Masker yang baik atau standar: Enak dipakai tidak mengganggu kerja Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya dan dapat dipastikan mengurangi kecelakaan akibat kerja.3. Jenis-jenis Masker a. Masker biasaMerupakan masker yang biasa digunakan oleh masyarakat umum, biasanya memiliki bagian luar berwarna hijau muda dan bagian dalamnya berwarna putih dan hanya dapat dipakai dalam satu kali pemakaian, atau terbuat dari kain yang dapat dipakai berulang kali. Masker ini memiliki tali/karet untuk memudahkan terpasang ke bagian belakang kepala atau telinga.b. Masker respiratorMasker ini biasanya dipergunakan oleh tenaga kesehatan di bagian infeksi dan menular. Masker ini biasanya juga dipergunakan oleh petugas peternakan ketika terjadi wabah flu burung dan dapat digunakan berulang kaliHanya saja masker respiratori ini memiliki kekurangan antara lain bagi yang tidak terbiasa menggunakan, mungkin akan merasa gerah dan sesak sehingga hanya bertahan beberapa jam saja memakainya. Dan untuk mendapatkan masker ini agak sulit dan relatif mahal harganya.

DAFTAR PUSTAKA

Wiley,John. & Sond.(2008). Occupational Health Nursing. (3rd Ed). Singapore: Markono Print Media.Efendi,Nasrul.(1998). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:EGCReese, Charles D. (2009). Occupational Health and Safety Management. (2nd ed).USA: CRC Press Silalahi, Bennet N.B., dan Silalahi, Rumondang. (1995). Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: SapdodadiHitchcock, Janice E., Schubert, Phyllis E., and Thomas, Sue A. (1999). Community Health Nursing ; Caring in Action. USA: Delmar Publisher Eldemen, C L.& Mandle C L. (2001). Health Promotion Throughout the Life Span.St Louis: Mosby.Kozier, B., Erb. G., Berman, A.J., & Snyder. (2004). Fundamentals of Nursing :Concepts, Process, and Practice. 7th Ed. New Jersey : Pearson Education, Inc.Rankin, Sally H. & Stallings, Karen Duffy. (2001). Patient Education: Principles & Practice.(4th Ed.) Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.Potter, P.A. & Perry, A.G. (2009). Fundamnetal of Nursing : Concept, process and practice. (7th ed). Jakarta : Salemba Medika.Anderson, E. dan McFarlen, J. (2007). Keperawatan Komunitas: Teori dan Aplikasi. (3rd Ed). EGC: Jakarta.Brunner dan Suddarth. (2005). Medical-Surgical Nursing. Lippincott: Williams and wilkins

RANCANGAN PROGRAM PROMOSI KESAHATANDI AREA INDUSTRI

KELAS AKELOMPOK 4Adeline Sthevany, 1306489003I Made Agus Wibowo, 1306489211Muchtarul fahdal, 1306489294Riris wijayanti, 1306489350Torangso Sagala, 1306489395

Makalah Pemicu VUntuk Mata Kuliah Promkes

FAKULTAS ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS INDONESIA 2013 KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan RahmatNya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata ajar Promosi Kesehatan mengenai Rancangan Promosi Kesehatan di Area Industri Tekstil.

Dalam penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing, teman-teman kelompok dan semua pihak yang membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Depok, 23 Oktober 2013

penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...iDAFTAR ISI.iiBAB I PENDAHULUAN......................1A. Latar Belakang....1B. Rumusan Masalah...2C. Tujuan.2D. Sistematika penulisan..3BAB II PEMBAHASAN4A. Konsep umum keperawatan kesehatan kerja.4B. Gangguan kesehatan dalam industri..15C. Ketidakpatuhan terhadap penggunaan APD..18D. Rancangan promosi kesehatan di area industri.20BAB III PENUTUP...28A. Kesimpulan...28B. Saran...28 DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN

ii