makalah hukum perburuhan dan pemborong (ibrahim sanusi)

16
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ada fenomena bahwa posisi penyelia jasa dipandang lebih lemah daripada posisi pengguna jasa. Dengan kata lain posisi pengguna jasa lebih dominan dari pada posisi penyedia jasa. Penyedia jasa hampir selalu harus memenuhi konsep/draf kontrak yang dibuat pengguna jasa karena pengguna jasa selalu menempatkan dirinya lebih tinggi dari penyelia jasa. Mungkin hal ini diwarisi dari pengertian bahwa dahulu pengguna jasa disebut bouwheer (majikan bangunan) sehingga sebagimana biasa majikan selalu lebih kuasa. Peraturan perundang-undangan yang baku untuk mengatur hak-hak dan kewajiban para pelaku industri jasa konstruksi sampai lahirnya Undang-Undang No. 18/1999 tentang jasa konstruksi, belum ada sehingga asas kebebasan berkontrak, sebagaimana diatur oleh Undang-Undang Hukum Perdata (KUHP) Pasal 1338 dipakai sebagai satu-satunya asas dalam penyusunan kontrak. Dengan posisi yang lebih dominan, pengguna jasa lebih leluasa menyusun kontrak dan ini dapat merugikan penyedia jasa (Nazarkhan Yasin,2003). Ketidak seimbangan antara terbatasnya pekerjaan konstruksi/proyek dan banyaknya penyedia jasa mengakibatkan posisi tawar penyedia jasa sangat lemah. Adanya kekhawatiran tidak mendapatkan pekerjaan yang 1

Upload: rabiatul-adawiyah-atul

Post on 08-Dec-2015

45 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

hukum perburuhan

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Hukum Perburuhan Dan Pemborong (Ibrahim Sanusi)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ada fenomena bahwa posisi penyelia jasa dipandang lebih lemah daripada

posisi pengguna jasa. Dengan kata lain posisi pengguna jasa lebih dominan dari pada

posisi penyedia jasa. Penyedia jasa hampir selalu harus memenuhi konsep/draf

kontrak yang dibuat pengguna jasa karena pengguna jasa selalu menempatkan

dirinya lebih tinggi dari penyelia jasa. Mungkin hal ini diwarisi dari pengertian

bahwa dahulu pengguna jasa disebut bouwheer (majikan bangunan) sehingga

sebagimana biasa majikan selalu lebih kuasa. Peraturan perundang-undangan yang

baku untuk mengatur hak-hak dan kewajiban para pelaku industri jasa konstruksi

sampai lahirnya Undang-Undang No. 18/1999 tentang jasa konstruksi, belum ada

sehingga asas kebebasan berkontrak, sebagaimana diatur oleh Undang-Undang

Hukum Perdata (KUHP) Pasal 1338 dipakai sebagai satu-satunya asas dalam

penyusunan kontrak. Dengan posisi yang lebih dominan, pengguna jasa lebih leluasa

menyusun kontrak dan ini dapat merugikan penyedia jasa (Nazarkhan Yasin,2003).

Ketidak seimbangan antara terbatasnya pekerjaan konstruksi/proyek dan

banyaknya penyedia jasa mengakibatkan posisi tawar penyedia jasa sangat lemah.

Adanya kekhawatiran tidak mendapatkan pekerjaan yang ditenderkan pengguna

jasa/pemilik proyek menyebabkan penyedia jasa “rela” menerima kontrak

konstruksi.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah ini yang tibul dari latar belakang poin di atas, maka

yang menjadi rumusan masalah pada penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:  

1.      Bagaimana sistem klaim pada kontrak konstruksi?

2.      Bagaimana Wujud dan pelaksanaan klaim?

3.      Apasaja yang tercantum pada unsur unsur klaim?

1.3. Tujuan

1.      Mengetahui sistem klaim pada kontrak konstruksi.

2.      Mengetahui Wujud dan pelaksanaan klaim.

3.      Mengetahui Apasaja yang tercantum pada unsur unsur klaim.

1

Page 2: Makalah Hukum Perburuhan Dan Pemborong (Ibrahim Sanusi)

BAB II

TUJUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Klaim

Klaim konstruksi dapat terjadi antar para pihak yang berkontrak. klaim

mungkin saja datang dari pihak penyedia jasa kepada pengguna jasa atau sebaliknya.

Jadi tidak benar bila klaim hanya datang dari pihak pengguna jasa atau sebaliknya

hanya pengguna jasa yang boleh mengajukan klaim.

Sesungguhnya dengan mengetahui sebab-sebab dari suatu klaim, para pihak

selaku pelaksana industri jasa konstruksi dengan pikiran jernih dapat menempatkan

masalah klaim secara wajar dan proporsional dan tak perlu merasa canggung atau

alergi. Pendapat beberapa penulis. Prof. H. Priyatna Abdurrasyid, beberapa sebab

utama terjadinya klaim: Informasi design yang tidak tepat, informasi design yang

tidak sempurna, investigasi lokasi yang tidak sempurna, reaksi klien yang lambat,

komunikasi yang buruk, sasaran waktu yang tidak realistis, administrasi kontrak yang

tidak sempurna, kejadian eksternal yang tidak terkendali, informasi tender yang tidak

lengkap, alokasi risiko yang tidak jelas, keterlambatan, ingkar membayar.

Kebanyakan sengketa/ketidaksepakatan dibidang jasa konstruksi pada

umumnya dapat diselesaikan melalui negosiasi/mediasi diluar pengadilan karena

kontruksi merupakan kegiatan yang berkelanjutan dari awal sampai akhir. Melempar

masalah kepengadilan berarti menghentikan pembangunan untuk jangka waktu yang

tidak bisa diperhitungkan. Tapi negosiasi atau mediasi pun dapat tidak

berfungsi/gagal. Menurut Robert D. Gilbreath, sebab-sebabterj adinya klaim:

a. Pekerjaan yang cacat.

Para pengguna jasa yang tidak puas dengan apa yang dihasilkan penyedia jasa

dapat mengajukan klaim atas kerugian termasuk biaya perubahan, penggantian

atau pembongkaran pekerjaan yang cacat. Dalam banyak kejadian, pekerjaan yang

tidak diselesaikan sesuai dengan spesifikasi yang disebut dalam kontrak atau hal

lain yang tidak cocok dengan maksud yang ditetapkan. Kadang-kadang barang

atau jasa yang diminta tidak sesuai dengan garansi/jaminan yang diberikan

penyedia jasa atau pemasok bahan.

2

Page 3: Makalah Hukum Perburuhan Dan Pemborong (Ibrahim Sanusi)

b. Kelambatan yang disebabkan penyedia jasa.

Jika penyedia jasa berjanji melaksanakan pekerjaan tersebut, dalam waktu yang

telah ditetapkan, pengguna jasa dapat mengajukan klaim atas kerugian bila

keterlambatan tersebut disebabkan penyedia jasa atau dalam kejadian lain, bahkan

jika keterlambatan tersebut diluar kendali dari penyedia jasa. Jenis-jenis klaim

kerugian dalam hal ini adalah kehilangan kesempatan penggunaan dari fasilitas

tersebut, pengaruh reaksi terhadap penyedia jasa lain dan kenaikan biaya dari

pekerjaan lain yang terlambat.

c. Sebagai klaim tandingan.

Para pengguna jasa yang menghadapi klaim-klaim para penyedia jasa dapat

membalasnya dengan klaim tandingan. Klaim tandingan biasanya menyerang atau

berusaha memojokan/mendiskreditkan unsure-unsur asli dari klaim penyedia jasa,

dengan membuka hal-hal yang tumpang tindih atau perangkap kerugian biaya atau

menyebutkan perubahan-perubahan atau pasal-pasal klaim dalam kontrak yang

melarang atau modifikasi dari tindakan-tindakan penyedia jasa dalam hal

terjadinya sengketa. Kebanyakan klaim yang ditemukan dalam proyek konstruksi

datang dari penyedia jasa terhadap pengguna jasa karena satu dan lain sebab.

Perubahan-perubahan tidak resmi adalah sebagai berikut:

Kelambatan atau cacat informasi dari pengguna jasa biasanya dalam bentuk

gambar-gambar atau spesifikasi teknis.

Kelambatan atau cacat informasi dari bahan-bahan atau peralatan yang

diserahkan pengguna jasa.

Perubahan-perubahan permintaan, gambar-gambar atau spesifikasi.

Perubahan-perubahan kondisi lapangan atau kondisi lapangan yang tidak

diketahui.

Pengaruh reaksi dari pekerjaan yang tidak bersamaan.

Larangan-larangan metode kerja tertentu termasuk kelambatan atau

percepatan pelaksanaan pekerjaan penyedia jasa.

Kontrak yang memiliki arti mendua atau perbedaan penafsiran.

2.2. Sebab-sebab Timbulnya Klaim

3

Page 4: Makalah Hukum Perburuhan Dan Pemborong (Ibrahim Sanusi)

Sesungguhnya dalam industri jasa konstruksi, klaim adalah suatu hal yang

sangat wajar terjadi. di negara barat yang industri jasa konstruksinya sudah

berkembang dan para pelaku industri jasa konstruksi menyadari betul arti sebuah

klaim, maka hal ini menjadi biasa.di Indonesia hampir tak pernah ada pengguna jasa

yang bertanya seperti kejadian di Saudi Arabia tersebut. Hal ini tak lain karena salah

pengertian mengenai arti sesungguhnya dari klaim sehingga dianggap sesuatu yang

biasa. Jadi sebagaimana dengan perubahan pekerjaan, klaim dapat berasal dari mana

saja. Walaupun ada beberapa sebab timbulnya klaim, tetapi hampir semuanya

memiliki dasar dalam tindakan atau pengurangan dari salah satu pihak dalam kontrak

namun dapat juga yang kurang sering terjadi seperti sebab-sebab dari pihak ketiga,

tindakan/keinginan Tuhan atau hal lain yang menyebabkan pihak yang mengajukan

klaim pihak yang mengajukan klaim menderita rugi. Dalam pelatihan ini kita batasi

sebab-sebab timbulnya klaim antara para pihak dalam suatu kontrak konstruksi antara

lain:

a. Sebab-sebab umum komunikasi antara pengguna jasa dan penyedia jasa buruk,

administrasi kontrak yang tidak mencukupi, sasaran waktu yang tidak terkendali,

kejadian eksternal yang tidak terkendali, kontrak yang artinya mendua.

b. Sebab–sebab dari pengguna jasa informasi tender yang tidak lengkap/sempurna

mengenai desain, bahan, spesifikasi, penyelidikan site yang tidak

sempurna/perubahan site, reaksi/tanggapan yang lambat, alokasi risiko yang

tidak jelas, kelambatan pembayaran, larangan metode kerja tertentu.

c. Sebab-sebab dari penyedia jasa pekerjaan yang cacat/mutu pekerjaan buruk,

kelambatan penyelesaian, klaim tandingan/perlawanan klaim; Pekerjaan tidak

sesuai spesifikasi, Bahan yang dipakai memenuhi syarat garansi.

BAB.III

4

Page 5: Makalah Hukum Perburuhan Dan Pemborong (Ibrahim Sanusi)

UNSUR-UNSUR KLAIM

3.1. Jenis-Jenis dan Unsur klaim

Klaim-klaim konstruksi yang biasa muncul dan paling sering terjadi adalah

klaim mengenai waktu dan biaya sebagai akibat perubahan pekerjaan. Bila pekerjaan

berubah, katakanlah volume pekerjaan bertambah atau sifat dan jenisnya berubah,

tidak terlalu sulit menghitung berapa tambahan biaya yang diminta penyedia jasa

beserta tambahan waktu. Namun terkadang penyedia jasa, disamping mengajukan

klaim yang disebut tadi, juga mengajukan klaim sebagai dampak terhadap pekerjaan

yang tidak berubah. Hal ini dapat diterangkan sebagai berikut: suatu pekerjaan yang

tidak diubah terpaksa ditunda (karena alasan teknis pelaksanaannya dengan adanya

pekerjaan lain yang berubah).

Pekerjaan yang tidak berubah tadi seharusnya dikerjakan pada musim

kemarau. Oleh karena terjadi penundaan pekerjaan ini terpaksa dilaksanakan dalam

musim hujan yang mengakibatkan menurunkan produktifitas dan perlu tambahan

biaya untuk melindungi pekerjaan tersebut dari pengaruh cuaca (hujan). Belum lagi

kemungkinan terjadinya kenaikan upah buruh karena musim hujan, tambahan tenaga

pengamanan, biaya administrasi, dan overhead. Menurut Robert D Gilbreath, unsur-

unsur klaim konstruksi tersebut adalah:

a. Tambahan upah, material, peralatan, pengawasan, administrasi, overhead dan

waktu.

b. Pengulangan pekerjaan (bongkar/pasang).

c. Penurunan prestasi kerja.

d. Pengaruh iklim.

e. De-mobilisasi dan Re-mobilisasi.

f. Salah penempatan peralatan.

g. Penumpukan bahan.

h. De-efisiensi jenis pekerjaan.

a. Kategori klaim

- Dari pengguna jasa terhadap penyedia jasa:

- Pengurangan nilai kontrak.

- Percepatan waktu penyelesaian pekerjaan

- Kompensasi atas kelalaian penyedia jasa

5

Page 6: Makalah Hukum Perburuhan Dan Pemborong (Ibrahim Sanusi)

- dari penyedia jasa terhadap pengguna jasa:

- Tambahan waktu pelaksanaan pekerjaan

- Tambahan kompensasi

- Tambahan konsesi atas pengurangan spesifikasi teknis atau bahan.

- Dari sub penyedia jasa atau pemasok bahan terhadap penyedia jasa utama

3.2. Jenis-Jenis klaimDi sektor konstruksi, klaim merupakan suatu hal yang biasa terjadi. Namun

demikian, pemahaman yang kurang mendalam terhadap klaim itu sendiri telah

membuat para pelaku industri jasa konstruksi cenderung merasa takut. Padahal klaim

harus dikelola dengan baik dan tidak perlu dihindari, karena pada prinsipnya klaim

merupakan suatu tindakan seseorang untuk men dapatkan haknya kembali. Klaim di

industri konstruksi dapat timbul karena beberapa hal, di antaranya informasi desain

yang tidak tepat, investigasi lokasi yang tidak sempurna, reaksi klien yang lambat,

serta komunikasi yang buruk, di samping itu, ada pula sasaran waktu yang tidak

realistis, administrasi kontrak yang tidak sempurna, informasi tender yang tidak

lengkap, alokasi risiko yang tidak jelas, serta ke terlambatan atau ingkar membayar.

Ada beberapa jenis klaim diantaranya adalah:

a. Klaim tambahan biaya dan waktu; diantara beberapa jenis klaim, akan

ditinjau 2 (dua) jenis klaim yang sering terjadi yaitu klaim yang timbul

akibat keterlambatan penyelesaian pekerjaan. Klaim jenis ini biasanya

mengenai permintaan tambahan waktu dan tambahan biaya.

b. Klaim biaya tak langsung (Overhead); Selain itu terdapat pula jenis klaim

lain sebagai akibat kelambatan tadi, klaim atas biaya tak langsung

(overhead). Penyedia jasa yang terlambat menyelesaikan suatu pekerjaan

karena sebab-sebab dari pengguna jasa, meminta tambahan biaya overhead

dengan alasan biaya ini bertambah karena pekerjaan belum selesai.

c. Klaim tambahan waktu (tanpa tambahan biaya); Walaupun klaim

kelembatan kelihatannya sederhana saja, namun dalam kenyataannya tidak

demikian. Misalnya penyedia jasa hanya diberikan tambahan waktu

pelaksanaan tanpa tambahan biaya karena alasan-alsan tertentu.

6

Page 7: Makalah Hukum Perburuhan Dan Pemborong (Ibrahim Sanusi)

d. Klaim kompensasi lain; Dilain kejadian penyedia jasa selain mendapatkan

tambahan waktu mendapatkan pula kompensasi lain. Ada kalanya penyedia

jasa tidak mendapatkan seluruh klaim kelambatan yang diminta karena

tidak seluruh kelambatan tersebut kesalahan pengguna jasa. Penyedia jasa

juga mempunyai andil dalam kelambatan tersebut yang terjadi secara

tumpang tindih. Selain itu terdapat pula jenis klaim lain sebagai akibat

kelambatan tadi yaitu klaim atas biaya tak langsung . Penyedia jasa yang

terlambat menyelesaikan suatu pekerjaan karena sebab-sebab dari

pengguna jasa, meminta penggantian tambahan biaya overhead dengan

alasan biaya ini bertambah karena pekerjaan belum selesai.

7

Page 8: Makalah Hukum Perburuhan Dan Pemborong (Ibrahim Sanusi)

BAB.IV

BENTUK PENGAJUAN KLAIM

4.1. Struktur Klaim Penyedia Jasa

Sebagaimana telah disebut sebelumnya, klaim-klaim penyedia jasa dapat

bervariasi dalam bentuk dan isinya. Akan tetapi jenis klaim biasanya mengikuti

struktur sebagai berikut :

a. Keterangan mengenai ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat kontrak seperti

lingkup pekerjaan, struktur pembiayaan yang meliputi bagian pekerjaan yang

ditanyakan.

b. Keterangan mengenai fakta peristiwa yang telah terjadi (atau tidak terjadi)

biasanya disajikan secara kronologis dan merupakan surat-menyurat, perintah-

perintah perubahan, rapat-rapat, dan sebagainya.

c. Akibat dari keadaan rangsangan klaim, biasanya disajikan sebagai cerita mengenai

kenaikan/tambahan usaha yang diperlukan penyedia jasa.

d. Analisa biaya, yang mungkin termasuk rincian daftar kenaikan biaya yang

disebabkan perubahan atau suatu perbandingan antara biaya sesungguhnya dan

biaya yang diperkirakan-perbedaan antara keduanya menunjukkan jumlah klaim.

Perlu diingat bahwa klaim berbeda dengan perhitungan penyedia jasa akibat

pemberitahuan perubahan pekerjaan. Dalam arti yang sangat kaku mungkin sama,

dengan pertimbangan bahwa dalam kedua hal tersebut penyedia jasa menyajikan

informasi mengenai tambahan biaya kepada pengguna jasa. Akan tetapi, pengajuan

biaya terjadi sebelum pekerjaan dilaksanakan, dan sebuah klaim biasanya diajukan

setelah atau selama pelaksanaan pekerjaan bersangkutan.

4.2. Prosedur Klaim

Penyedia jasa harus menyiapkan klaimnya secara tertulis untuk kompensasi

tambahan bagi perubahan yang harganya tidak ditetapkan dalam rincian yang

mencukupi untuk mengajukan secara jelas fakta-fakta yang diperlukan untuk

menunjukkan biaya dan posisinya dimana dia berhak mendapatkan kenaikan harga

kontrak karena perubahan pekerjaan. Tak ada format tertentu yang diperlukan untuk

pengajuan klaim. Akan tetapi klaim tersebut haruslah ditata/diatur secara logis dan

8

Page 9: Makalah Hukum Perburuhan Dan Pemborong (Ibrahim Sanusi)

berisi fakta pernyataan klaim dalam sebanyak mungkin rincian yang diperlukan untuk

menyajikan pandangan penyedia jasa, juga harus berisi atau merujuk pada dokumen-

dokumen pokok dan pasal-pasal kontrak, laporan-laporan dari saksi ahli dan foto-foto

dan juga harus berisi dasar hukum dan kontrak dari klaim tersebut untuk

menunjukkan bahwa penyedia jasa berhak mendapatkan kenaikan nilai kontrak.

9

Page 10: Makalah Hukum Perburuhan Dan Pemborong (Ibrahim Sanusi)

BAB.V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Pelaku konstruksi Indonesia harus segera berbenah dan meningkatkan

kompetensinya untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) di akhir tahun

2015 nanti. Peningkatan itu termasuk dalam hal teknis, manajemen, dan sumber daya

manusia, Industri konstruksi memiliki keunikan dan tingkat kompleksitas tinggi di

bandingkan dengan industri lainnya. Hal ini menjadikan dalam suatu proyek

konstruksi se ringkali ditemui perubahan terhadap substansi yang sebelumnya

disetujui dan dituangkan dalam kontrak. Perubahan-perubahan tersebut dapat dila-

kukan baik oleh pengguna jasa, penyedia jasa, maupun industri konstruksi sebagai

pemasok material dan peralatan. Perubahan ini merupakan salah satu penyebab

timbulnya klaim. Karena itu, salah satu kompetensi yang harus dikuasai pelaku

konstruksi nasional adalah pemahaman terhadap pengelolaan klaim yang dihadapi

para pelaku di bidang jasa konstruksi.

5.2. Saran

Adapun saran dalam penyusunan makalah ilmu sosial budaya dasar yang apat

di tarik untuk penyampaian pesan bagi penyusun maupun pembaca itu sendiri sebagai

berikut:

1.    Pihak -pihak yang terlibat dalam klaim konstruksi diharapkan untuk memberikan

perhatian lebih mengenai factor-faktor penyebab klaim yang sering terjadi dalam

proyek konstruksi. Dengan demikian dapat dilakukan langkah-langkah untuk

mencegahtimbulnya klaim konstruksi

2.    Pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proyek konstruksi, sebaiknya menyusun

metode yang tepat untuk mengatasi pengaruh klaim kostruksi dalam suatu

proyek.

10

Page 11: Makalah Hukum Perburuhan Dan Pemborong (Ibrahim Sanusi)

DAFTAR PUSTAKA

Fuady, Munir. 2000. Arbitrase Nasional, Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis.

Bandung : Citra Aditya Bhakti.

Gautama Sudargo.1999. Undang-Undang Arbitrase Baru. Jakarta : PT Citra Aditya

Bakti.

Harahap, M Yahya. 1999. Arbitrase. Jakarta : Pustaka Kartini. Subekti, R.1992.

Arbitrase Perdagangan. Bandung : Bina Cipta. Undang-Undang No. 30 Tahun 1999,

tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Undang-Undang No.

18/1999, tentang Jasa Konstruksi.

Yasin Nazarkhan. 2004. Mengenal Klaim Konstruksi & Penyelesaian Sengketa

Konstruksi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Yasin Nazarkhan. 2003. Mengenal Kontrak Konstruksi di Indonesia. Jakarta : PT

Gramedia Pustaka Utama. 11

11