hukum perburuhan 2

25
HUKUM PERBURUHAN TEKNIK KOMPUTER D3 KALIMALANG DISUSUN OLEH : Nama Anggota : 1. [Desta Dwinanda] 41112902 Kelas : 3 DC02 JURUSAN TEKNIK KOMPUTER, FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS GUNADARMA 2015

Upload: dez-tha

Post on 04-Sep-2015

51 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

hukum perburuhan 2

TRANSCRIPT

HUKUM PERBURUHANTEKNIK KOMPUTER D3 KALIMALANG

DISUSUN OLEH : Nama Anggota: 1. [Desta Dwinanda] 41112902 Kelas

: 3 DC02 JURUSAN TEKNIK KOMPUTER, FAKULTAS ILMU KOMPUTERUNIVERSITAS GUNADARMA2015KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan segala kenikmatan dan kesempatan sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan ini. Penulisan ini disusun untuk melengkapi salah satu persyaratan dalam matakuliah SOFTSKILL. Dengan Judul penulisan ini adalah HUKUM PERBURUHAN Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan hambatan dalam penulisan ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, namun berkat motivasi dan bantuan dari berbagai pihak maka hambatan tersebut dapat terselesaikan dengan baik.Segala kritik dan saran, penulis harapkan untuk kebaikan dan penyempurnaan penulsan ini. Semoga penulisan ini dapat berguna bagi semua pembaca dan penulis.Bekasi, 2 Juli 2015 PenulisDAFTAR ISI

Halaman

Lembar Judul iKata Pengantar iiDaftar Isi iiiBAB I PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 2

Tujuan Penulisan 2BAB II PEMBAHASAN 3Para pihak dalam hukum ketenagakerjaan 3Hubungan Kerja 7 janjian Kerja 7 janjian Kerja Untuk Waktu Tertentu 8 Upah8 Pemutusan Hubungan Kerja10

Jaminan Sosial Tenaga Kerja ................................................................11

BAB III PENUTUP 13Kesimpulan 13DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................14BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangPeraturan perundang-undangan yang mengatur masalah tenaga kerja selalu berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Salah satu hal yang mempengaruhinya adalah meningkatnya perdagangan dan industri yang tumbuh di dalam masyarakat. Para pekerja yang semula bekerja di sector pertanian kemudian mulai bergeser ke sector industri yang tumbuh secara pesat dengan berdirinya berbagai perusahaan-perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja. Untuk mengetahui lebih lanjut masalah ketenagakerjaan dapat dilihat sebelum terjadi hubungan kerja, artinya seseorang akan mencari pekerjaan atau calon tenaga kerja. Calon tenaga kerja tersebut dapat dikatakan sebagai pengangguran dalam pengertian belum mendapatkan pekerjaan di dalam maupun di luar negeri dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidupnya.Penyediaan lapangan pekerjaan merupakan salah satu kewajiban pemerintah sesuai yang diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat 2 yang menyatakan bahwa setiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan kehidupan yang layak. Atas dasar tersebut pemerintah mengeluarkan berbagai aturan dan kebijaksanaan untuk memberikan perlindungan dan kesempatan kepada mereka.Pemerintah sebagai stabilisator dan dinamisator di bidang ketenagakerjaan, harus mampu menyediakan peraturan perundang-undangan terkait agar kepentingan para pihak dapat terpenuhi. Pertanyaan yang harus kita jawab sekarang adalah apakah hukum ketenagakerjaan kita telah menjamin keadilan untuk buruh? Karena, apabila tidak menjamin keadilan, maka akan terjadi banyak keresahan-keresahan bagi para buruh dan juga para pengusaha nantinya. Atas dasar itulah penulis mencoba menjelaskan hukum perburuhan.1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang diatas maka penulis merumuskan kedalam beberapa point, antara lain :

1. Apa pengertian pekerja/buruh ?

2. Siapa saja pihak yang terlibat dalam hukum perburuhan ?

3. Bagaimana hubungan kerja ?

4. Apa pengertian hubungan kerja ?

5. Apa pengertian upah, jaminan sosial tenaga kerja dan PHK ?

6. Apa isi dari perjanjian kerja ?

1.3. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas makan tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan karya ilmiah ini adalah :

1. Mengatahui pengertian buruh, pihaj yang terlibat dalam perburuhan dan Undang-Undang yang diatur dalam perburuhan

2. Mengetahui penjelasan mengenai Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang telah diatur oleh pemerintah

BAB II

LANDASAN TEORI2.1.Para pihak dalam hukum perburuhan/ketenagakerjaan

Menurut Mainun, SH., SPd (2204 : 13) dalam bukunya yang berjudul hukum ketenagakerjaan menjelaskan bahwa pihak dalam hukum ketenagakerjaan sangat luas, yaitu tidak hanya pengusaha dan pekerja/buruh saja tetapi juga pihak-pihak lain yang terkait yang terdiri dari pekerja/buruh, pengusaha, Serikat pekerja/Serikat Buruh, organisasi pengusaha dan pemerintah/penguasa. Penjelasannya sebagai berikut :

a. Pekerja/buruh

Menurut Mainun, SH., Spd (2204 : 13) pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Sedangkan definisi tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Namun istilah pekerjan dan buruh secara yuridis sebenarnya adalah sama dan tidak ada perbedaan diantara keduanya. Kedua kata tersebut dipergunakan dan digabungkan menjadi pekerja/buruh dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan untuk menyesuaikan dengan istilah Serikat Pekerja/Serikat Buruh yang terdapat dalam UU No. 21 Tahun 2000 yang telah diundangkan sebelumnya. Ada beberapa macam buruh diliat dari jenis kelaminnya antara lain :

Pekerja/Buruh Perempuan

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 memberikan beberapa keringanan kepada pekerja/buruh perempuan. Fasilitas atau kemudahan yang diberikan kepada buruh perempuan antara lain :

1. Pekerja/buruh perempuan yang berusia kurang dari 18 (delapan belas) tahun dilarang dipekerjakan antara pukul 23.00 hingga pukul 07.00

2. Pekerja/buruh perempuan yang hamil menurut keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan diri dan kandungannya jika bekerja malam hari, dilarang dipekerjakan antara pukul 23.00 hingga pukul 07.00

3. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan antara pukul 23.00 hingga 07.00 wajib :

Memberikan makanan dan minuman bergizi dan menjaga kesusilaan dan keamanan selama ditempat kerja

4. Pengusaha wajib menyediakan angkutan antar jemput bagi pekerja/buruh perempuan yang berangkat dan pulang kerja antara pukul 23.00 hingga pukul 05.00

Pekerja/Buruh Anak

Anak dalam hukum ketenagakerjaan adalah setiap orang yang berumur dibawah 18 tahun. Larangan mempekerjakan anak ini dapat disampangi bila anak yang bekerja tersebut berusia anatara 13 (tiga belas) tahun hingga 15 (lima belas) tahun dan hanya melakukan pekerjaan ringan sepanjang tidak mengganggu perkembangan dan kesehatannya dengan syarat :

1. Ada izin tertulis dari orang tua/wali

2. Ada perjanjian kerja antara pengusaha dengan orang tua/wali

3. Waktu kerja maksimum 3 (tiga) jam per hari

4. Dilakukan siang hari dan tidak mengganggu waktu sekolah

5. Kesehatan dan keselamatan kerja yang jelas, dan

6. Menerima upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku

Pekerja/Buruh Tenaga Kerja Asing

Tenaga kerja asing adalah warga negara asing pemegang visa dengan maksud untuk bekerja di wilayah Indonesia.

b. Pengusaha

Menurut Maimun, S.H,. SPd (2004 : 20) pengusaha adalah :

Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri

Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya

Orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b yang berkedudukan di luar Indonesia.

c. Organisasi pengusaha

Organisasi pengusaha di Indonesia sebenarnya telah tumbuh sejak zaman penjajahan Belanda. Beberapa organisasi pengusaha yang telah ada saat ini misalnya Nederlandsche Indische Maatschappij Voor Nijverheid yang didirikan tahun 1853. Organisasi pengusaha yang bergerak dibidang sosial ekonomi termasuk ketenagakerjaan adalah Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO).

d. Serikat Pekerja/Serikat Buruh

Menurut Mainun, S.H., SPd (2004 : 23) menjelaskan bahwa Serikat Pekerja/Serikat Buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh dan untuk pekerja/buruh baik di perusahaan maupun di luar perusahaan yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya. Tujuan didirikannya Serikat Pekerja/Serikat Buruh adalah untuk memberikan perlindungan, pembelaan hak dan kewajiban serta meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi pekerja/buruh dan keluarganya.

e. Pemerintah

Pemerintah selaku penguasa negara berkepentingan agar roda perekonomian nasional dan pendistribusian penghasilan dapat berjalan dengan tertib dan lancar sehingga tidak membahayakan keamanan negara. Fungsi dari pemerintah antara lain fungsi pembinaan, fungsi pengawasan, dan fungsi penyidikan.

2.2.Hubungan Kerja

Menurut Maimun, S.H,. SPd (2204 : 37) menerangkan bahwa hubungan kerja adalah hubungan antara pengusahan dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai unsur pekerjaan, upah dan perintah.

2.2.1.Perjanjian Kerja

Menurut Mainun, S.H,. SPd (2204 : 37) perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. Perjanjian kerja harus dibuat berdasarkan :

1. Kesepakatan kedua belah pihak

2. Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum

3. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan

4. Pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan peraturan perundangan yang berlaku

Perjanjian kerja yang dibuat secara tertulis oleh kedua belah pihak sekurang-kurangnya memuat :

1. Nama, alamat perusahaan dan jenis usaha

2. Nama, jenis kelamin, umur dan alamat pekerja/buruh

3. Jabatan atau jenis pekerjaan

4. Tempat pekerjaan

5. Besarnya upah dan cara pembayaran

6. Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja/buruh

7. Mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja

8. Tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat

9. Tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja

2.2.2.Perjanjian kerja untuk waktu tertentu

Sebagaimana ketentuan yang mengatur masalah ketenagakerjaan sebelumnya, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 juga mengatur hubungan kerja untuk waktu tertentu. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dapat didasarkan pada :

1. Jangka waktu tertentu

2. Selesainya suatu pekerjaan tertentu

2.3. Upah

Menurut Maimun, S.H,. SPd (2004 : 42) dalam bukunya hukum ketenagakerjaan menjelaskan bahwa pasal 1 ayat (30) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/ atau jasa yang telah atau akan dilakukan.

2.3.1Komponen Upah

Penghasilan upah komponennya terdiri dari :

1. Upah pokok yaitu imbalan dasar yang dibayarkan kepada pekerja/buruh menurut tingkat atau jenis pekerjaan yang besarnya ditetapkan berdasarkan kesepakatan

2. Tunjangan tetap yaitu suatu pembayaran yang teratur berkaitan dengan pekerjaan yang diberikan secara tetap untuk pekerja/buruh dan keluarganya serta dibayarkan dalam satuan waktu yang sama dengan pembayaran upah pokok seperti tunjangan istri, tunjangan anak, tunjangan jabatan dan lain-lain.

3. Tunjangan tidak tetap yaitu suatu pembayaran yang secara langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan pekerja/buruh yang diberikan secara tidak untuk pekerja/buruh dan keluarganya serta dibayarkan menurut satuan waktu yang tidak sama dengan waktu pembayaran upah pokok seperti tunjangan transport atau tunjangan makan apabila diberikan berdasarkan kehadiran pekerja/buruh

Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusian, oleh karna itu pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan yang melindugi pekerja/buruh yang meliputi :

1. Upah minimum

2. Upaj kerja lembur

3. Upah tidak masuk kerja karena berhalangan

4. Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain diluar pekerjaan

5. Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya

6. Bentuk dan cara pembayaran upah

7. Denda dan potongan upah

8. Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah

9. Struktur dan skala pengupahan yang proposional

10. Upah untuk pembayaran pesangon

11. Upah untuk pembayaran pajak penghasilan

2.4. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

Menurut Maimun, S.H,. SPd (2004 : 71) dalam bukunya hukum ketenagakerjaan menjelaskan bahwa Pemutusan hubungan kerja (PHK) adalah pengakhiran hubungan kerja karena satu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha. Setelah hubungan kerja berakhir pekerja/buruh tidak mempunyai kewajiban untuk bekerja pada pengusaha dan pengusaha tidak berkewajiban membayar upah kepada pekerja/buruh tersebut.

Ketentuan mengenai PHK yang diatur dalam UU No. 13 Th 2003 berlaku untuk semua PHK yang terjadi di badan usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik perseorangan, milik persekutuan atau milik badan hukum, baik milik swasta atau milik negara maupun usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. Pengusaha dilarang melakukan PHK dengan alasan-alasan tertentu yaitu sebagai berikut :

1. Pekerja/buuh berhalangan masuk kerja karena sakit menurut keterangan dokter selama waktu tidak melampaui 12 (dua belas) bulan secara terus-menerus

2. Pekerja/buruh menikah

3. Pekerja/buruh menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya

4. Pekerja/buruh perempuan hamil, melahirkan,gugur kandungan atau menyusui bayinya

5. Pekerja/buruh mengadukan pengusaha kepada pihak yang berwajib mengenai perbuatan pengusaha yang melakukan tindak pidana kejahatan

Pemutusan hubungan kerja dapat terjadi dengan 4 cara yaitu :

1. PHK demi hukum

2. PHK atas putusan pengadilan/PPH1

3. PHK atas kehendak pekerja/buruh

4. PHK atas kehendak pengusaha

2.5. Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Menurut Maimun, S.H,. SPd (2004 : 85) dalam bukunya hukum ketenagakerjaan menjelaskan bahwa jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia.

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja menggunakan istilah tenaga kerja untuk menunjuk subjek yang dilindungi (tertanggung dalam istilah asuransi) bukan pekerja/buruh. Selain lingkup tersebut penggunaan istilah tenaga kerja dimaksudkan karena pihak yang diberi jaminan bukan hanyak pekerja/buruh dan keluarganya tetapi juga :

1. Peserta magang dan murid yang bekerja dalam rangka pendek pada perusahaan baik menerima upah maupun tidak ;

2. Orang yang memborong pekerjaan tetapi tidak termasuk perushaan (pemborong pekerjaan yang bukan perusahaan)

3. Narapidana yang dipekerjakan diperusahaan

Ruang lingkup perlindungan pada program Jamsostek yang merupakan hak dari tenaga kerja meliputi :

1. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)

2. Jaminan Kematian (JK)

3. Jaminan Hari Tua (JHT)

4. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK)

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari materi yang sudah penulis jelaskan diatas adalah penulisan diatas berdasarkan ketentuan di bidang ketenagakerjaan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 yang meliputi pihak-pihak dalam hukum ketenagakerjaan yaitu pekerja/buruh, pengusaha, organisasi pengusaha, serikat pekerja/serikat buruh, dan pemerintah. Hubungan kerja tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam suatu hubungan kerja yaitu perjanjian kerja, upah, dan pemutusan hubungan kerja. Jaminan sosial tenaga kerja membahas tentang jaminan yang berhak diterima oleh pekerja, baik pekerja tetap, pekerja harian lepas, pekerja borongan, dan pekerja sektor jasa kontruksi, yaitu jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan pemeliharaan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Maimun. 2004. Hukum Ketenagakerjaan. Jakarta: PT ABADI