makalah hidrosfer
DESCRIPTION
Makalah hidrodfer kelompok 4TRANSCRIPT
HIDROSFER
A.Pengertian Hidrosfer
Air adalah senyawa gabungan dua atom hydrogen dengan satu atom okigen menjadi
H2O. Sekitar 71% permukaan bumi merupakan wilayah perairan. Jadi dapat dikatakan bumi kita
ini adalah planet air
Hidrosfer berasal dari kata hidros artinya air dan sphere artinya daerah atau bulatan.
Hidrosfer dapat diartikan daerah perairan yang mengikuti bentuk bumi yang bulat. Sehingga
lapisan air yang meliputi permukaan bumi disebut hidrosfer.Daerah perairan ini meliputi
samudera, laut, danau, sungai, gletser, air tanah, dan uap air yang terdapat di atmosfer.
B.Siklus Hidrosfer
Air yang ada di bumi mempunyai jumlah yang relatif tetap dan selalu mengalami
sirkulasi. Uap air dari daratan dan lautan bergerak ke atas memasuki atmosfer. Setelah melalui
beberapa proses, uap air tersebut berubah menjadi awan. Kemudian, awan jatuh ke buni sebagai
hujan atau salju. Titik-titik air hujan yang jatuh ke bumi, sebagian meresap ke dalam tanah dan
sisanya mengalir melalui sungai-sungai menuju ke laut. Air yang jatuh ke bumi menguap
kembali ke udara, berubah menjadi awan, dan seterusnya. Jadi, siklus hidrologi adalah proses
berulang (siklus) dari air – uap air – awan – hujan – pengaliran air – kembali menjadi uap
air.Perubahan yang dialami air di Bumi hanya terjadi pada sifat, bentuk, dan persebarannya. Air
akan selalu mengalami perputaran dan perubahan bentuk selama siklus hidrologi berlangsung.
Air mengalami gerakan dan perubahan wujud secara berkelanjutan. Perubahan ini meliputi
wujud cair, gas, dan padat. Siklus air terjadi dengan bantuan penyinaran matahari. Siklus air
dapat dibedakan sebagai berikut.
1. Siklus Pendek, yaitu air laut menguap, mengalami kondensasi menjadi awan dan hujan,
lalu jatuh ke laut.
2. Siklus Sedang, yaitu air laut menguap, mengalami kondensasi dan dibawa angin,
membentuk awan di atas daratan, jatuh sebagai hujan, lalu masuk ke tanah, selokan,
sungai, dan ke laut lagi.
3. Siklus Panjang, yaitu air laut menguap menjadi gas kemudian membentuk kristal2 es di
atas laut, dibawa angin ke daratan (pegunungan tinggi), jatuh sebagai salju, membentuk
gletser (lapisan es yang mencair), masuk ke sungai, lalu kembali ke laut.
Terjadinya siklus air tersebut disebabkan oleh adanya proses2 yang mengikuti gejala
meteorologis dan klimatologis, antara lain :
Evaporasi, yaitu penguapan benda2 abiotik dan merupakan proses perubahan wujud air menjadi
gas. Penguapan di bumi 80 % berasal dari penguapan air laut.
Transpirasi, yaitu proses pelepasan uap air dari tumbuh2an melalui stomata atau mulut daun.
Evapotranspirasi, yaitu proses gabungan antara evaporasi dan transpirasi.
Kondensasi, yaitu proses perubahan wujud uap air menjadi air akibat pendinginan.
Adveksi, yaitu transportasi air pada gerakan horizontal seperti transportasi panas dan uap air dari
satu lokasi ke lokasi yang lain oleh gerakan udara mendatar.
Presipitasi, yaitu segala bentuk curahan atau hujan dari atmosfer ke bumi yang meliputi hujan
air, hujan es, dan hujan salju.
Run Off (Aliran Permukaan), yaitu pergerakan aliran air di permukaan tanah melalui sungai
dan anak sungai.
Infiltrasi, yaitu perembesan atau pergerakan air ke dalam tanah melalui pori tanah
Di dalam siklus hidrologi terjadi proses kondensasi dan sublemasi. Kondensasi adalah
proses berubahnya uap air menjadi butir2 air, sedangkan sublemasi adalah proses berubahnya
uap air menjadi butir2 es atau salju. Menurut perkiraan, air yang ada dipermukaan bumi
seluruhnya mencapai 1.360.000.000 km3. Sekitar 1.320.000.000 km3 berada di lautan/samudera
dan sisanya terjadi sirkulasi pada atmosfer ke daratan dan kembali ke laut atau samudera.
Air yang ada dipermukaan bumi dan di udara berada dalam bentuk cair, gas dan padat
(es atau salju). Perubahan air dalam tiga bentuk ini memang sangat menakjubkan. Jika terjadi
perubahan temperatur, air dapat berubah menjadi es yang disebut membeku (freezing), atau
sebaliknya es akan berubah menjadi air yang disebut mencair (melting), dan air yang mencair
tersebut dapat pula berubah menjadi gas melalui proses penguapan (evaporation).
Dalam setahun tidak kurang dari 500.000 km3 air di muka bumi berubah menjadi gas ke
dalam atmosfer. Kurang lebih 430.000 km3 air laut berubah menjadi uap air atau sekitar 1.000
km3 setiap hari, dan sisanya 70.000 km3 menguap dari daratan (termasuk penguapan dari
tanaman yang disebut dengan Transpiration).
Uap air yang terdapat dalam udara dapat berubah menjadi butir2 air atau es (kondensasi).
Jika temperatur udara terus menurun, butiran air berubah menjadi kristal2 es, lama kelamaan
semakin besar, dan udara tidak lagi mampu menahan beratnya sehingga jatuh ke bumi sebagai
hujan (precipitation). Butiran2 air atau kristal2 es yang masih bertahan melayang-layang di udara
karena amat kecil disebut awan.
Sebaliknya, setiap tahunnya curah hujan yang jatuh ke permukaan bumi sekitar 500.000
km3, yaitu 390.000 km3 langsung jatuh di laut/samudera, dan 110.000 km3 jatuh di daratan.
Persebaran air yang berada di muka bumi secara persentase adalah sebagai berikut : air laut 97,5
%, air sungai, air danau, air tanah, dan salju 2,449 %, serta berupa uap air 0,001 %.
C.Perairan Permukaan
Air permukaan adalah bagian dari air hujan yang tidak mengalami infiltrasi (peresapan),
atau air hujan yang mengalami peresapan dan muncul kembali ke permukaan bumi sebagai mata
air. Mata air yang muncul di permukaan bumi akan mengalir sebagai air permukaan.
Faktor yang mempengaruhi banyaknya air yang meresap dan mengalir di permukaan :
o Jumlah curah hujan
o Kuat jatuh butiran hujan
o Lama curah hujan
o Vegetasi di permukaan
o Struktur bumi dan derajat permeabilitas
o Kemiringan topografi
Macam-macam air permukaan :
a. Sungai
Sungai adalah air tawar yang mengalir dari sumbernya di daratan menuju dan bermuara
di laut, danau, atau sungai lain yang lebih besar. Aliran sungai merupakan aliran yang bersumber
dari 3 jenis limpasan, yaitu : limpasan yang berasal dari hujan, limpasan dari anak2 sungai, dan
limpasan dari air tanah.
Pada umumnya, sungai bermuara sampai ke laut atau danau2. Tetapi, adapula sungai2
yang muaranya tidak dapat mencapai laut banyak terdapat di daerah gurun yang amat kering. Di
Australia, sungai jenis ini disebut creek dan di Arab disebut Wadi. Pada saat hujan, palung2
sungai ini berisi air tetapi bilamana hujan tidak ada, sungai ini hanya berupa palung2 yang kerin.
Air hujan yang mengalir tidak dapat mencapai laut karena banyak meresap ke dalam tanah yang
kering dan ada pula yang habis menguap kembali ke atmosfer.
Besarnya volume air yang mengalir pada suatu sugai dalam satuan waktu pada titik
tertentu di sungai itu, disebut debit air. Debit air sungai terkecil terdapat di bagian hulu,
sedangkan yang terbesar terdapat di bagian muara. Sungai yang besar berarti debit airnya besar,
sebaliknya, sungai yang kecil berarti debit airnya kecil.
Besar kecilnya volume air yang mengalir (debit air sungai) dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain sebagai berikut :
Iklim, usur iklim sangat berpengaruh terhadap debit air sungai. Banyaknya curah hujan
(Presipitasi) dan besarnya penguapan (evaporasi) sangat menentukan volume air yang ada dalam
sungai.
Pada saat musim penghujan presipitasi lebih besar dibandingkan besarnya evaporasi yang
mengakibatkan debit air menjadi besar bahkan terjadi luapan air atau banjir. Tetapi sebaliknya,
pada musim kemarau jumlah presipitasi menurun tetapi tingkat penguapan meningkat sehingga
debit air semakin kecil.
Sebuah sungai dengan anak-anak sungainya mengalir pada suatu daerah aliran yang
disebut dengan DAS (Daerah Aliran Sungai). DAS adalah sebuah sungai dengan anak-anak
sungainya merupakan saluran air dari suatu daerah aliran dan disebut dengan DAS (Daerah
Aliran Sungai). Jadi DAS adalah keseluruhan wilayah yang curah hujannya mengalir ke suatu
sungai berikut anak-anak sungainya. Contoh : hujan yang jatuh pada bagian permukaan bumi
mengalirkan airnya ke sungai, misalnya sungai Kapuas. Bagian permukaan bumi yang menerima
air hujan dan mengalirkan airnya ke sungai Kapuas disebut DAS Kapuas. Das biasanya dibatasi
oleh punggung/igir perbukitan atau pegunungan. DAS yang luas berarti memiliki daerah
tangkapan hujan yang luas pula, sehingga debit air sungai yang mengalir pada DAS itu akan
lebih besar.
Berdasarkan perbedaan ciri-cirinya, DAS dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. DAS hulu, yaitu bagian sungai yang dekat dengan mata air, merupakan sungai dalam
stadium muda, dengan ciri-ciri aliran airnya deras, batuannya berbongkah besar, banyak
terdapat jeram, penampang lembah berbentuk huruf V karena erosi yang
2. DAS tengah, dicirikan dengan erosi vertikal memiliki peran yang sama kuat dengan erosi
lateral dalam membentuk lembah sungai, alirannya tidak terlalu deras, tidak terdapat
jeram, terdapat di daerah miring melandai.
3. DAS hilir, dicirikan dengan alirannya yang lambat, erosi lateral yang berperan dalam
pembentukan lembah sehingga bentuk lembah melebar, sungai berkelok-kelok
(membentuk meander), batuannya berbutir kasar sampai halus, daerahnya landai.
Berdasarkan ketersediaan airnya, sungai dibedakan menjadi:
1. Sungai Permanen, yaitu sungai yang selalu berair sepanjang tahun. sungai ini airnya
tetap mengalir baik pada musim kemarau maupun pada musim penghujan. Jenis
sungai ini banyak terdapat di Irian Jaya, Sumatera, dan Kalimantan.
2. Sungai Periodik, yaitu sungai yang berair banyak pada saat musim hujan, dan pada
musim kemarau airnya berkurang atau menjadi kering. Jenis sungai ini banyak
terdapat di Jawa Timur, Nusa Tenggara, dan Sulawesi, pada umumnya sungai
periodik ini mempunyai mata air dari daerah2 yang hutannya sudah gundul.
Selain itu, sungai dapat dikelompokkan berdasarkan sumber airnya, yaitu:
1. Sungai Hujan, yaitu sungai yang airnya berasal dari mata air dan air hujan. Hampir
sebagian besar sungai di Indonesia termasuk jenis sungai hujan.
2. Sungai Gletsyer, yaitu sungai yang asal airnya dari pencairan salju/es. Sungai jenis
ini terdapat di daerah-daerah yang bersalju, seperti daerah kutub atau daerah
pegunungan tinggi yang bersalju.
3. Sungai Campuran, yaitu sungai yang asal airnya dari air mata air, air hujan, dan
pencairan gletsyer. Indonesia memiliki sungai jenis ini, yaitu Sungai Membramo dan
Sungai Digul yang terdapat di Papua.
Ada berbagai bentuk atau tipe sungai yaitu :
1. Sungai Consequent Lateral, yakni sungai yang arah alirannya menuruni lereng2 asli
yang ada di permukaan bumi seperti dome, blockmountain, atau dataran yang baru
terangkat.
2. Sungai Consequent Longitudinal, yakni sungai yang alirannya sejajar dengan
antiklinal (bagian puncak gelombang pegungungan).
3. Sungai Subsequent, yakni sungai yang terjadi jika pada sebuah sungai consequent
lateral terjadi erosi mundur yang akhirnya akan sampai ke puncak lerengnya,
sehingga sungai tersebut akan mengadakan erosi se samping dan memperluas
lembahnya. Akibatnya akan timbul aliran baru yang mengikuti arah strike (arah
patahan).
4. Sungai Superimposed, yakni sungai yang mengalir pada lapisan sedimen datar yang
menutupi lapisan batuan di bawahnya. Apabila terjadi peremajaan, sungai tersebut
dapat mengikis lapisan2 penutup dan memotong formasi batuan yang semula tertutup,
sehingga sungai itu menempuh jalan yang tidak sesuai dengan struktur batuan.
5. Sungai Antecedent, yakni sungai yang arah alirannya tetap karena dapat
mengimbangi pangangkatan yang terjadi. Sungai ini hanya dapat terjadi bila
pengangkatan tersebut berjalan dengan lambat.
6. Sungai Resequent, yakni sungai yang mengalir menuruni dip slope (kemiringan
patahan) dari formasi2 daerah tersebut dan searah dengan sungai consequent lateral.
Sungai resequent ini terjadi lebih akhir sehingga lebih muda dan sering merupakan
anak sungai subsequent.
7. Sungai Obsequent, yakni sungai yang mengalir menuruni permukaan patahan, jadi
berlawanan dengan dip dari formasi2 patahan.
8. Sungai Insequent, yakni sungai yang terjadi tanpa ditentukan oleh sebab2 yang nyata.
Sungai ini tidak mengalir mengikuti perlapisan batuan atau dip. Sungai ini mengalir
dengan arah tidak tentu sehingga terjadi pola aliran dendritis.
9. Sungai Reverse, yani sugai yang tidak dapat mempertahankan arah alirannya
melawan suatu pengangkatan, sehingga mengubah arahnya untuk menyesuaikan diri.
10. Sungai Composit, yakni sungai yang mengalir dari daerah yang berlainan struktur
geologinya. Kebanyakan sungai yang besar merupakan sungai composit.
11. Sungai Anaclinal, yakni sungai yang mengalir pada permukaan, yang secara lambat
terangkat dan arah pengangkatan tersebut berlawanan dengan arah arus sungai.
12. Sungai Compound, yakni sungai yang membawa air dari daerah yang berlawanan
geomorfologinya.
Ada berbagai pola aliran sungai, sebagai berikut :
Pararel, adalah pola aliran yang terdapat pada suatu daerah yang luas dan miring sekali,
sehingga gradient dari sungai itu besar dan sungainya dapat mengambil jalan ke tempat yang
terendah dengan arah yang kurang lebih lurus. Pola ini misalnya dapat terbentuk pada suatu
coastal plain (dataran pantai) yang masih muda yang lereng aslinya miring sekali kea rah laut.
Rectangular, adalah pola aliran yang terdapat pada daerah yang mempunyai struktur
patahan, baik yang berupa patahan sesungguhnya atau hanya joint (retakan). Pola ini merupakan
pola aliran siku2.
Angulate, adalah pola aliran yang tidak membentuk sudut siku2 tetapi lebih kecil atau
lebih besar dari 90o. di sini masih kelihatan bahwa sungai2 masih mengikuti garis2 patahan.
Radial Centrifugal, adalah pola aliran pada kerucut gunung berapi atau dome yang baru
mencapai stadium muda dan pola alirannya menuruni lereng2 pegunungan.
Radial Centripetal, adalah pola aliran pada suatu kawah atau crater dan suatu kaldera
dari gunung berapi atau depresi lainnya, yang pola alirannya menuju ke pusat depresi tersebut.
Trellis, adalah pola aliran yang berbentuk seperti trails. Di sini sungai mangalir
sepanjang lembah dari suatu bentukan antiklin dan sinklin yang pararel.
Annular, adalah variasi dari radial pattern. Terdapat pada suatu dome atau kaldera yang
sudah mencapai stadium dewasa dan sudah timbul sungai consequent, subsequent, resequent dan
obsequent.
Dentritic, adalah pola aliran yang mirip cabang atau akar tanaman. Terdapat pada daerah
yang batu2annya homogen, dan lereng2nya tidak begitu terjal, sehingga sungai2nya tidak cukup
mempunyai kekuatan untuk menempuh jalan yang lurus dan pendek.
b. Danau.
Danau ialah suatu kumpulan air dalam cekungan tertent, yang biasanya berbentuk
mangkuk. Danau mendapat air dari curah hujan, sungai2, serta mata air, dan air tanah. Keempat
sumber tersebut bersama-sama dapat mengisi dan memberikan suplai air pada danau. Dalam hal
demikian biasanya danau itu bersifat permanen, artinya tetap berair sepanjang tahun. Sebaliknya,
jika sumber air pengisi danau itu hanya salah satu unsur saja misalnya dari curah hujan, maka
danau itu umumnya bersifat temporer atau periodic. Artinya danau tersebut pada waktu2 tertentu
kering.
Menurut macam airnya, danau dapat dibedakan menjadi 2, yaitu sebagi berikut :
1) Danau Air Asin.
Pada umumnya danau air asin terdapat di daerah semiarid dan arid, di mana penguapan yang
terjadi sangat kuat, dan tidak memiliki aliran keluaran. Kalau danau semacam ini menjadi kering,
maka tinggallah lapisan garam di dasar danau tersebut. Danau2 yang bersifat temporer banyak
terdapat di daerah arid yang mempunyai kadar garam tinggi. Contoh danau kadar garam yang
tinggi adalah Great Salt Lake, kadar garamnya sebesar 18,6 %, dan Danau Merah (dekat laut
asam), kadar garamnya 32 %.
2) Danau Air Tawar.
Danau air tawar terutama terdapat di daerah2 humid (basah) dimana curah hujan tinggi. Pada
umumnya, danau ini mendapatkan air dari curah hujan dan selalu mengalirkan airnya kembali ke
laut. Jadi danau ini merupakan danau terbuka.
Menurut terjadinya, danau dapat dibagi menjadi beberapa jenis sebagai berikut :
1. Danau Vulkanik/Kawah/Maar, yaitu danau yang terjadi karena peletusan gunung berapi
yang menimbulkan kawah luas di puncaknya. Kawah tersebut kemudian terisi oleh air hujan dan
terbentuklah danau. Contoh : Danau Kawah Gunung Kelud dan Gunung Batur.
2. Danau Lembah Gletser, setelah zaman es berakhir, daerah2 yang dulunya dilalui gletser
menjadi kering dan diisi oleh air. Kalau lembah yang telah terisi air itu tak berhubungan dengan
laut, maka lembah itu akan menjadi danau. Contohnya: danau Michigan, danau Huron, Superior,
Erie, dan danau Ontario.
3. Danau Tektonik, adalah danau yang terjadi karena peristiwa tektonik; yang mengakibatkan
terperosoknya sebagian kulit bumi. Maka terbentuklah cekungan yang cukup besar. Contoh
danau tektonik adalah : danau toba, singkarak, kerinci dll.
4. Danau Tektono-Vulkanik, yaitu danu yang terjadi akibat proses gabungan antara proses
vulkanik dengan proses tektonik. Ketika gunung berapi meletus, sebagian tanah /batuan yang
menutupi gunung dan merosot membentuk cekungan. Selanjutnya cekungan tersebut terisi air
dan terbentuklah danau. Contohnya adalah danau Toba di Sumatera Utara.
5. Danau Dolina/Karst, adalah danau yang terjadi karena pelarutan batuan kapur, sehingga
membentuk cekungan2 yang yang bentuknya seperti dolina/karst. Danau ini banyak ditemukan
di daerah pegunungan kapur.
6. Danau Hempangan/Bendungan, adalah danau yang terjadi karena aliran sebuah sungai
terbendung oleh lava, sehingga airnya menggenang dan terbentuklah danau. Contohnya danau
laut tawar di Aceh dan Tondano.
7. Danau Buatan, adalah danau yang dibendung oleh manusia dengan tujuan untuk irigasi,
perikanan, pembangkit tenaga listrik dan lain. Contohnya : Danau Siombak di Marelan, Proyek
Asahan dll.
c. Rawa
Rawa adalah daerah di sekitar sungai atau muara sungai yang cukup besar yang
merupakan tanah lumpur dengan kadar air relatif tinggi.
Rawa dilihat dari genangan airnya, dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu :
1) Rawa yang airnya selalu tergenang
Tanah2 di daerah rawa yang selalu tergenang airnya tidak dapat dimanfaatkan sebagai lahan
pertanian kerena lahannya tertutup tanah gambut yang tebal. Di daerah rawa yang airnya selalu
tergenang, sulit terdapat bentuk kehidupan binatang karena airnya sangat asam. Derajat
keasaman (pH) di daerah ini mencapai 4,5 atau kurang dengan warna air kemerah-merahan.
2) Rawa yang airnya tidak selalu tergenang.
Rawa jenis ini mengandung air tawar yang berasal dari limpahan air sungai pada saat air laut
pasang dan airnya relatif mongering pada saat air laut surut. Akibat adanya pergantian air tawar
di daerah rawa, maka keasaman tanah tidak terlalu tinggi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai
areal sawah pasang surut. Salah satu tanda yang menunjukkan bahwa kawasan rawa memiliki
tanah yang tidak terlalu asam adalah banyaknya pohon2 rumbia.
d. Gletser
Adalah massa besar es berbutir yang terbentuk dari penimbunan salju dan bergerak
menuju ke bawah akibat gravitasi bumi, sambil menguap ataupun meleleh
Gletser menutupi sekitar 10% daratan yang ada di bumi. Meskipun banak orang yangb
mengira gletser selalu ada di daerah kutub, Kecuali Austrtalia, bahkan terdapat pegunungan
tinggi di daerah khatulistiwa.
B. PERAIRAN LAUT
Laut menutupi permukaan bumi kurang lebih 75 %. Batas perairan laut dangan daratan
disebut garis pantai (pertemuan permuakaan laut dengan daratan). Perairan laut di permukaan
bumi tidak merata luasnya. Pada belahan bumi utara tertutup lautan sebesar 60%, sedangkan
pada belahan bumi selatan yang tertutup lautan sekitar 80%.
Kedalaman laut dan samudera sangat bervariasi, ada yang dangkal tetapi banyak pula
yang dalam. Dalam dan dangkalnya dasar laut menunjukkan relief dasar laut. Relief dasar laut
lebih besar dibandingkan relief di daratan. Hal ini terbukti dari kedalaman laut rata2 mencapai
3.800 m, sedangkan ketinggian daratan rata2 hanya 840 m. laut yang terdalam ada di Palung
Mindanau (Palung Filipina), mencapai kedalaman 10.830 m sedangkan daratan yang tertinggi
adalah pada Gunung Everest, yang mencapai ketinggian 8.880 m.
Untuk mengetahui kedalaman laut, dilakukan pengukuran2 yang disebut “menduga
dalamnya laut”. Pengukuran kedalaman laut ini dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
1) Batu Duga, cara ini disebut juga tali unting, merupakan cara mengukur kedalaman laut
yang paling sederhana. Sebongkah besi diikat pada ujung tali dan sebuah tabung beserta alat
pemberat diturunkan ke dasar laut. Sistem ini memerlukan waktu yang lama karena untuk
mengukur kedalaman laut sampai 5000 m saja memerlukan waktu sampai satu jam. Selain itu,
kedalaman laut yang sebenarnya kadang2 kurang tepat disebabkan tali yang diturunkan sering
condong/atau lengkung karena terbawa oleh arus laut.
2) Gema Duga, cara ini merupakan teknologi yang lebih maju dan mulai digunakan sejak
tahun 1920. Cara ini menggunakan alat pengirim dan penerima gelombang suara. Suara dari alat
pengirim akan merambat ke dasar laut dan sesampainya di dasar laut dipantulkan kembali ke
atas.Pantulan kembali gema suara akan diterima oleh alat penerima di atas kapal. Alat gema duga
sering dinamakan hidrofon. Dengan mengetahui kecepatan suara yang diterima, maka dapat
diketahui kedalamannya. Dengan pengandaian kecepatan suara dalam air laut 1.500 m/det,
dihasilkan rumus kedalaman laut sebagai berikut :
D=(t x v)/2
Keterangan :
D =kedalaman laut
t = jangka waktu antara suara yang dikirimkan sampai diterima kembali pantulan gema
suaranya.
v = kecepatan suara dalam air.
Contoh :
Waktu antara dikirimnya suara dari kapal sampai diterima kembali gema suaranya oleh hidrofon
di atas kapal adalah 7 detik. Maka kedalaman laut tersebut adalah :
D = t x v = 1500 x 7 = 5.250 meter
2 2
Dengan waktu hanya 7 detik, laut yang kedalamannya mencapai 5.250 m telah dapat diketahui.
Pembagian laut menurut zona atau jalur kedalamannya, laut dapat dibedakan menjadi beberapa
zona sebagai berikut :
Zona Litoral atau Jalur Pasang, yaitu bagian cekungan lautan yang terletak diantara
pasang naik dan pasang surut.
Zona Epineritik, yaitu bagian cekungan lautan diantara garis2 surut dan tempat paling
dalam yang masih dapat dicapai oleh daya sinar matahari (pada umumnya sampai sedalam 50
m).
Zona Neritik, yaitu bagian cekungan lautan yang dalamnya antara 50 – 200 m.
4) Zona Batial, yaitu bagian cekungan lautan yang dalamnya antara 200 – 2000 m.
5) Zona Abisal, yaitu bagian cekungan lautan yang dalamnya lebih dari 2000 m.
Pembagian laut menurut terjadinya, laut dapat dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu
sebagai berikut :
• Laut Transgresi atau Laut Meluas, yaitu laut yang terjadi karena perubahan permukaan
air laut positif, baik yang disebabkan oleh kenaikan permukaan air laut itu sendiri atau oleh
turunnya daratan perlahan-lahan, sehingga sebagian dari daratan digenangi air. Laut jenis ini
pada umumnya terjadi pada akhir zaman glacial. Contoh : Laut Utara dan Laut Jawa.
• Laut Ingresi atau Laut Tanah Turun, laut ini terjadi karena turunnya tanah sebagai
akibat tekanan vertikal (gaya endogen) yang menimbulkan patahan. Contoh : laut Karibia, Laut
Jepang, dan Laut Tengah.
• Laut Regresi atau Laut Menyempit, laut ini terjadi karena laut mengalami proses
penyempitan akibat adanya endapan2 di laut yang dibawa sungai sehingga laut tersebut
mengalami pendangkalan. Contohnya : Selat Malaka.
Pembagian laut menurut bagian-bagiannya:
• Continental Shelf (paparan benua) : suatu laut yang lerengnya landai dengan
kemiringan rata-rata 0,4% dan berbatasan langsung dengan daratan.
• Continental Slope (lereng benua) : dasar laut Continental Shelf kea rah laut dengan
lereng agak terjal yaitu 450 - 600. Kedalamannya antara 200 – 2.000 meter.
• Deep Sea Plain meliputi 2/3 dari seluruh dasar laut dan terletak pada kedalaman 2.000 –
6.000 meter.
• The Deeps merupakan dasar laut dengan ciri adanya trog dan mencapai kedalaman >
6.000 meter.
Berdasarkan letaknya, laut dapat dibedakan menjadi 5 jenis, yaitu :
1) Laut Tepi
Laut tepi merupakan laut yang berada di tepi benua dan dipisahkan oleh kepulauan dari
samudera. Contoh dari laut ini adalah Laut Cina Selatan yang terletak di tepi Benua Asia.
2) Laut Pedalaman
Laut pedalaman merupakan laut yang hampir seluruhnya dikelilingi oleh daratan atau terletak di
tengah2 suatu benua. Laut yang masuk jenis ini adalah laut hitam yang terletak di tengah Benua
Asia, juga Laut Adriatik.
3) Laut Tengah
Laut tengah merupakan lautan yang memisahkan dua benua atau lebih. Misalnya laut tengah
(Mediterania) yang memisahkan Benua Eropa dan Afrika, juga laut Indonesia yang memisahkan
Benua Asia dengan Australia.
4) Selat
Selat merupakan laut sempit yang terletak di antara dua pulau atau dua benua. Misalnya selat
Sunda yang terletak di antara pulau Sumatera dengan Pulau Jawa.
5) Teluk
Teluk merupakan laut yang menjorok ke daratan. Contoh dari teluk adalah Teluk Siam yang
terdapat di Thailand.
Macam-macam Gerakan laut
a. Arus laut : gerakan massa air laut dari suatu tempat ke tempat lain baik secara vertikal
maupun horizontal.
b. Gelombang laut : pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan air
laut yang membentuk kurva/grafik sinusoidal.
c. Pasang surut ( ocean tide) : pasang naik dan pasang turun merupakan bentuk gerakan air laut
yang terjadi karena pengaruh gaya tarik bulan dan matahari terhadap bumi.
Ada dua macam pasang surut :
Pasang purnama : peristiwa terjadinya pasang naik dan psang surut tertinggi (besar).
Pasang besar terjadi pada tanggal 1 (berdasarkan kalender bulan) dan pada tanggal 14
(saat bulan purnama). Pada kedua tanggal tersebut posisi Bumi – Bulan – Matahari
berada satu garis sehingga kekuatan gaya tarik bulan dan matahari berkumpul menjadi
satu menarik permukaan bumi.
Pasang perbani : peristiwa terjadinya pasang naik dan pasang surut terendah. Pasang
kecil terjadi pada tanggal 7 dan 21 kalender bulan. Pada kedua tanggal tersebut posisi
Matahari – Bulan – Bumi membentuk sudut 900. Gaya tarik Bulan dan Matahari terhadap
Bumi berlawanan arah sehingga kekuatannya menjadi berkurang (saling melemahkan)
dan terjadilah pasang terendah.
Pemanfaatan gerakan air laut dalam kehidupan :
o Pelayaran
o Perikanan
o Energi
o Pertanian laut
o Pariwisata
Arus laut adalah aliran air laut yang mempunyai arah dan peredaran yang tetap dan
teratur. Gerak aliran arus laut dapat disamakan dengan aliran air sungai, tetapi aliran arus laut
lebih lebar. Arus laut dapat dibedakan menurut letak, suhu, dan cara terjadinya.
1. Menurut letaknya
• Arus bawah ialah arus laut yang bergerak di bawah permukaan laut, misalnya arus bawah
di Selat Gibraltar.
• Arus atas ialah arus laut yang bergerak di permukaan laut, misalnya arus Kalifornia.
2. Menurut suhunya.
Arus panas ialah bila suhu arus air laut lebih panas daripada suhu air laut di sekitarnya, misalnya
arus teluk.
Arus dingin ialah bila suhu arus laut lebih dingin dari laut di sekitarnya, misalnya arus Labrador.
3. Menurut terjadinya.
1) Arus karena perbedaan kadar garam atau berat jenis air laut.
2) Arus karena dingin
3) Arus karena perbedaan niveau (beda tinggi muka air)
4) Arus karena pengaruh daratan/benua.
5) Arus karena pasang naik dan surut.
Kecerahan atau warna air laut tergantung pada zat2 oraganik maupun anorganik yang ada di laut.
Warna air laut ada beberapa macam karena beberapa sebab berikut :
Pada umumny lautan berwarna biru, hal ini disebabkan oleh sinar matahari yang
bergelombang pendek (sinar biru) dipantulkan lebih banyak daripada sinar lain.
Warna kuning, karena dasarnya terdapat lumpur kuning, misalnya sungai Kuning di Cina
(sungai Huang Ho).
Warna hijau, karena adanya plankton2 dalam jumlah besar.
Warna putih, karena permukaannya selalu tertutup es, misalnya latu di Kutub Utara dan
Selatan.
Warna ungu, karena adanya organism kecil yang mengeluarkan sinar2 fosfor, misalnya Laut
Ambon.
Warna hitam, karena dasarnya terdapat lumpur hitam. Misalnya laut Hitam.
Warna merah, karena banyaknya binatang2 kecil berwarna merah yang terapung-apung,
misalnya laut merah.
Salinitas atau kadar garam air laut adalah banyaknya garam (dinyatakan dengan gram) yang
terdapat dalam satu liter air laut. Garam di laut berasal dari hasil2 pelapukan di daratan. Hasil2
pelapukan ini mengandung bermacam-macam garam, yang oleh air sungai di larutkan,
dihanyutkan, serta dibawa ke laut. Hampir di setiap tempat laut memiliki salinitas (kadar garam)
antara 33% hingga 37%. Pada air laut dalam, nilai salinitas antara 34,5% dan 35% rata2 salinitas
air laut adalah 35%.
Menurut Clarke, di dalam air laut terdapat larutan garam seperti :
1) Kalsium karbonat (CaCO3) : 0,34%
2) Magnesium bromida (MgBr2) : 0,22%
3) Kalium Sulfat (K2SO4) : 2,64%
4) Kalsium sulfat (CaSO4) : 3,60%
5) Magnesium sulfat (MgSO4) : 4,74%
6) Magnesium Klorida (MgCL2) : 10,88%
7) Natrium Klorida (NaCl) : 77,78%
Perubahan kadar garam di laut tidak besar. Hal ini disebabkan oleh kecilnya proses
penguapan bila dibandingkan dengan isi air laut tersebut. Besar kecilnya kadar garam di laut
ditentukan oleh faktor2 berikut :
1) Banyak sedikitnya air yang berasal dari gletser
2) Besar kecilnya curah hujan di tempat tersebut
3) Besar kecilnya penguapan di tempat tersebut
4) Besar kecilnya atau banyak sedikitnya sungai yang bermuara di tempat tersebut.
Mineral laut berasal dari daratan yang dibawa oleh aliran sungai2. Mineral itu antara lain
adalah :
Garam, tempat2 pembuatan garam dijumpai di Pulau Madura dan Rembang.
Kapur, berasal dari kerang, globigerine (foraminifera), dan sebagainya.
Kalium karbonat, berasal dari sebangsa lumut (potash)
Fosfat, berasal dari tulang2 ikan dan kotoran burung pemakan ikan, dan biasanya untuk
pupuk.
Kekayaan fauna dan flora laut sama halnya dengan daratan. Pada umumnya organisme
laut dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1) Bentos, ialah binatang2 laut yang hidupnya di dasar laut. Bentos ini dapat pula dibagi
menjadi dua golongan yaitu : (1) bentos sesial, yang hidupnya terikat pada suatu tempat,
misalnya tiram, koral, jenis2 brochipoda dan sebagainya, dan (2)bentos vagil, yang bergerak di
dasar laut, misalnya landak laut, siput laut, dan sebagainya.
2) Pelagos, ialah organisme yang hidupnya tak tergantung pada dasar laut dan umumnya
menjadi penghuni lapisan air bagian atas. Pelagos dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu
(1) nekton, ialah golongan organisme yang mempunyai alat badan sendiri untuk bergerak
sehingga dapat tinggal di daerah tertentu yang menyediakan banyak makanan atau tempat2 yang
keadaannya baik bagi mereka. Contoh : semua jenis ikan, ubur2 dan sebagainya (2) plankton,
ialah golongan organisme yang tidak mempunyai alat2 badan sendiri untuk bergerak. Gerakan
mereka bergantung pada arus yang disebabkan oleh angin atau perbedaan suhu. Contoh : jenis2
binatang bersel satu seperti radiolarian, foraminifera, dan tumbuh2an yang bersel satu misalnya
algae, diatomea, demikian juga binatang2 bersel banyak yang kecil seperti sebangsa udang kecil.
Sama halnya dengan di daratan, di lautan pun sedimentasi terjadi terutama berasal dari sisa2
organisme yang mati maupun bahan2 anorganis. Beberapa jenis endapan lumpur berturut-turut
dari pantai ke laut dalam, yaitu :
1. Endapan Lumpur Terigen, endapan yang terdiri dari materi2 halus, terutama materi2 dari
daratan yang dibawa oleh sungai2.
2. Endapan Lumpur Globigerina, yaitu endapan yang terdiri atas sisa2 binatang dan
tumbuhan2 yang telah mati, terutama terdiri dari kapur berasam arang dan asam kersik. Lumpur
globigerina di atas terutama terdapat di dasar laut yang dalamnya antara 2000 m sampai 4000 m.
3. Endapan Lumpur Radiolaria atau Lumpur Laut Merah, yaitu endapan yang sebagian
berasal dari hasil2 letusan gunung berapi di dalam laut dan sebagian berasal dari sisa2 binatang
yang amat kecil yang berangka zat kersik. Endapan ini terdapat pada laut yang dalam (4.000 –
7.000 m) dan tidak terdapat kapur atau persenyawaan2 kapur