makalah genosida

14
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman pada hakikatnya merupakan suatu kelebihan yang dimiliki umat manusia. Perbedaan itu bisa berupa apa saja. Baik perbedaan jenis kelamin, perbedaan umur, tempat tinggal, warna kulit, bahasa ataupun budaya.Masingmasing perbedaan tersebut memiliki keunikan dan kelebihan masing-masing. Namun justru perbedaan inilah yang menjadi bibit perselisihan. Sepanjang sejarah dunia pada umunya dan Indonesia pada khususnya, perselisihan kerap kali terjadi pada dua kelompok yang memiliki perbedaan. Banyak sekali perbedaan yang menjadi cikal bakal perselisihan ataupun permusuhan besar-besaran, tetapi dalam banyak kasus, perbedaan etnis atau budaya merupakan salah satu yang paling sering menjadi sorotan. Perbedaan ini sering menjadi awal pertikaian yang sangat sulit untuk dihentikan bahkan hingga turun temurun. Indonesia yang dikenal dengan keanearagamannya yang luar biasa tentu saja tidak dapat luput dari berbagai kasus perselisihan antar dua kelompok budaya.

Upload: ismarwulans

Post on 23-Dec-2015

302 views

Category:

Documents


64 download

DESCRIPTION

Makalah Genosida

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Genosida

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keanekaragaman pada hakikatnya merupakan suatu kelebihan yang dimilikiumat manusia. Perbedaan itu bisa berupa apa saja. Baik perbedaan jenis kelamin,perbedaan umur, tempat tinggal, warna kulit, bahasa ataupun budaya.Masingmasingperbedaan tersebut memiliki keunikan dan kelebihan masing-masing. Namun justru perbedaan inilah yang menjadi bibit perselisihan.

Sepanjang sejarah dunia pada umunya dan Indonesia pada khususnya,perselisihan kerap kali terjadi pada dua kelompok yang memiliki perbedaan.

Banyak sekali perbedaan yang menjadi cikal bakal perselisihan ataupunpermusuhan besar-besaran, tetapi dalam banyak kasus, perbedaan etnis atau budayamerupakan salah satu yang paling sering menjadi sorotan. Perbedaan ini seringmenjadi awal pertikaian yang sangat sulit untuk dihentikan bahkan hingga turuntemurun.

Indonesia yang dikenal dengan keanearagamannya yang luar biasa tentu sajatidak dapat luput dari berbagai kasus perselisihan antar dua kelompok budaya.Perselisihan semacam ini kerap terjadi dalam berbagai bentuk. Mulai dariperebutan hak milik atas suatu benda, tanah hingga perkelahian fisik yangmenyebabkan korban dari di dua belah pihak.

Namun terkadang perselisihan semacam ini bisa berkembang terlalu jauhdan menyimpang dari apa yang biasanya terjadi. Perselisihan antar etnis ataubudaya ternyata mampu berkembang menjadi suatu tindakan agresif yang membuatpelakunya bertindak diluar batas bahkan dikategorikan kriminal berat. Kategoricriminal tertinggi dari perselisihan macam ini adalah pembantaian besar-besaranterhadap suatu etnis tertentu. Hal ini pernah beberapa kali terjadi di masa silam baikdi Indonesia ataupun negara lain. Pembantaian ini tak urung yang menyebabkanjatuhnya banyak korban dan kerugian materil maupun immateril. Pembantaiansemacam ini biasa juga dikenal dengan istilah Genosida

Pada makalah ini akan dibahas lebih lanjut tentang apa pengertian Genosidadari segi sosiologi, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya Genosida terkait isuetnis, contoh-contoh kasus Genosida dan tindakan apa yang dilakukan sebagaipengendalian dan pencegahan atas perilaku tersebut dalam masyarakat.

Page 2: Makalah Genosida

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah adalah agar kita dapat mengetahuiapa itu Genosida antar etnis, beberapa faktor yang menyebabkannya, tindakanpengendalian serta bagaimana pencegahannya dalam masyarakat.

1.3 Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan makalah ini agar kita mampu memahamimengapa kasus Genosida bisa terjadi dan dapat ikut serta melakukanpencegahan tindakan tersebut mulai dari sekarang.

1.4 Perumusan Masalah

(2.1)Definisi Genosida(2.2) Kasus Genosida yang terjadi di Indonesia dan Dunia(2.3) Pengendalian serta Pencegahan Genosida

Page 3: Makalah Genosida

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Definisi Genosida

Genosida dalam ilmu sosiologi termasuk sebagai bagian pola hubunganantar kelompok. Kontak antar dua kelompok ras dapat diikuti proses akulturasi(perpaduan budaya), dominasi (satu ras menguasai ras yang lain), paternalism(dominasi ras pendatang), atau integrasi (pengakuan perbedaan).

Genosida secara umum didefinisikan sebagai sebuah pembantaian besarbesaran secara sistematis terhadap satu suku bangsa atau kelompok dengan maksud memusnahkan (membuat punah) bangsa tersebut. Kata ini pertama kali digunakan oleh seorang ahli hukum Polandia, Raphael Lemkin, pada tahun 1944 dalam bukunya Axis Rule in Occupied Europe yang diterbitkan di Amerika Serika. Kata ini diambil dari bahasa Yunani γένος genos ('ras', 'bangsa' atau 'rakyat') dan bahasa Latin caedere ('pembunuhan').

Genosida merupakan satu dari empat pelanggaran HAM berat yang beradadalam yurisdiksi International Criminal Court. Pelanggaran HAM berat lainnyaialah kejahatan terhadap kemanusiaan,kejahatan perang, dan kejahatan Agresi.

Menurut Statuta Roma dan Undang-Undang no. 26 tahun 2000tentang Pengadilan HAM, genosida ialah “ Perbuatan yang dilakukan denganmaksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompokbangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama dengan cara membunuh anggotakelompok; mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadapanggota kelompok; menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang menciptakankemusnahan secara fisik sebagian atau seluruhnya; melakukan tindakan mencegahkelahiran dalam kelompok; memindahkan secara paksa anak-anak dalamkelompok ke kelompok lain. “

2.2 Kasus Genosida dan Faktor-Faktor Penyebabnya

Kasus genosida di Indonesia

Page 4: Makalah Genosida

Indonesia sebagai Negara kesatuan yang terdiri dari ribuan pulau danwilayah yang cukup besar memiliki banyak sekali budaya yang terdapatdidalamnya. Bahkan di satu pulau dapat memiliki ratusan kebudayaan yang berbeda. Keanekaragaman ini merupakan suatu kelebihan namun tidakmenutup adanya konflik antar kelompok etnis yang tumbuh tersebar di seluruhkawasan Indonesia. Hal itu dapat terlihat dari berbagai kasus Genosida yang terjadi sejauh sejarah berdirinya Indonesia.

· Pembunuhan masal di Bandanaira (Pulau Banda) tahun 1621 oleh Belandapada zaman Jan Pietersz Coen. Penduduk dipaksa untuk bekerja. Akibatpembunuhan tersebut belanda terpaksa mendatangkan budak dr Negara dandaerah lain. Jumlah pasti tidak diketahui. Dalam kesaksian disebut hampersemua penduduk meninggal, sebagian kecil melarikan diri.

1. Tragedi pembantaian Jepang di Kalimantan. Tidak hanya kaum prokemerdekaanyg dibunuh tetapi juga para pemuka agama, pemuka golongandan para Raja di zaman itu.

2. Westerling di Sulawesi Selatan. Menurut mantan Diplomat RI, ManaiSophian, tercatat 40.000 orang meninggal meski Belanda mengklaim hanya5000 orang yang meninggal.

3. Tragedi 1965. Setelah gerakan G30SPKI terjadi, gerakan ‘membersihkan’komunis menggelora dimana-mana. Militer dikerahkan ke seluruh negri,Mereka yang dianggap pendukung komunis, dibantai, ditangkap, disiksadan dibuang tanpa pernah ada pengadilan yang adil dan bukti yang jelas.Kebanyakan dari mereka yang ditangkap adalah buruh dan petani.

4. Tragedi mei 1998 dimana etnis tionghoa mengalami pembantaian,pengrusakan properti, pemerkosaan dan penculikan.

5. Kerusuhan Sampit, (Februari 2001) Kalimantan Barat antara suku Dayakdan Suku Madura.

Kebanyakan kasus Genosida yang terjadi sebelum masa kemerdekaan memilikimotif atau latar belakang kepentingan politik para penjajah di masa itu. Sedangkan kasus Genosida yang terjadi setelah kemerdekaan Indonesia seperti kasus G30SPKI,dimana pembantaian dilakukan terhadap mereka yang menganut paham dan termasuk golongan komunis merupakan kasus Genosida dengan latar belakangfaham atau golongan.Kasus Genosida yang disebut terakhir, yaitu kerusuhan Sampit merupakansalah satu kasus Genosida yang memiliki latar belakang pertikaian SARA.

Page 5: Makalah Genosida

Kasus Genosida Internasional

Selain di Indonesia, dunia memiliki sejarah sendiri tentang terjadinyaGenosida. Sebagian kasus di antaranya adalah :

Pembantaian bangsa Kanaan oleh bangsa Yahudi pada milenium pertamasebelum Masehi.

Pembantaian bangsa Helvetia oleh Julius Caesar pada abad ke-1 SM.

Pembantaian suku bangsa Keltik oleh bangsa Anglo-Saxon di Britania danIrlandia sejak abad ke-7.

Pembantaian bangsa-bangsa Indian di benua Amerika oleh para penjajahEropa semenjak tahun 1492.

Pembantaian bangsa Aborigin Australia oleh Britania Raya semenjaktahun 1788.

Pembantaian Bangsa Armenia oleh beberapa kelompok Turki padaakhir Perang Dunia I.

Pembantaian Orang Yahudi, orang Gipsi (Sinti dan Roma) dan suku bangsaSlavia oleh kaum Nazi Jerman pada Perang Dunia II.

Pembantaian suku bangsa Jerman di Eropa Timur pada akhir Perang DuniaII oleh suku-suku bangsa Ceko, Polandia dan Uni Soviet di sebelah timurgaris perbatasan Oder-Neisse.

Pembantaian lebih dari dua juta jiwa rakyat oleh rezim Khmer Merah padaakhir tahun 1970-an. Pembantaian bangsa Kurdi oleh rezim Saddam Hussein Irak padatahun 1980-an.

Pembantaian kaum berkulit hitam di Darfur olehmilisi Janjaweed di Sudan pada 2004. Pembantaian ini dianggap Genosidaoleh pemerintah Amerika Serikat namun dianggap tidak oleh PBB.

Page 6: Makalah Genosida

2.3 Pengendalian dan Pencegahan Genosida dalam Masyarakat

Telah dibahas sebelumnya bahwa Genosida merupakan bagian dari polahubungan antar kelompok, dalam pokok bahasan disini, Genosida menjadi salahsatu pola hubungan antar kelompok etnis. Berdasarkan uraian kasus kasus diatas, dapat terlihat bahwa genosida yang terjadi, berkembang dan pecah bukan hanya karena perilaku menyimpang dari kedua belah pihak yang memanfaatkan rasa etnosentris pada diri mereka untuk melakukan hal yang tidak manusiawi, tetapi ada juga faktor dari luar kelompok yang menyebabkan itu bisa terjadi.Salah satu yang dibahas diatas adalah ketidakpuasan kelompok atas kinerjapemerintah yang tidak tuntas dalam menyelesaikan masalah antar dua belah pihaksehingga menyebabkan kelompok bersangkutan mencari cara lain untukmenyelesaikan. Atas dasar solidaritas terhadap sesama kelompok satu etnis, maka mereka melakukan tindakan yang melanggar hukum dan tidak manusiawi.

Tindakan ini bisa dikategorikan tindakan yang menyimpang atau tidak sesuai harapan masyarakat. Selain itu adanya diversifikasi yang terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung dapat menyebabkan kecemburuan sosial danberujung pada dendam yang mengakar.

Sehubungan dengan penyimpangan yang dilakukan kelompok tentunya adapengendalian sosial yang dilakukan. Menurut Berger, cara pengendalian terakhirdan tertua adalah dengan paksaan fisik.

Pada kasus kerusuhan Sampit, bentuk pengendalianyang dilakukan adalah dalam bentuk fisik. Hal ini dilakukan karena kategoripenyimpangan yang dilakukan masyarakat sudah memasuki kategori criminal beratyang direncanakan oleh kolektif. Bentuk pengendalian yang diambil pun lebih kuat yaitu melalui militer pemerintahan yang turun langsung dan menghentikan tindakan Genosida secara langsung dan fisik.

Disamping itu, baik di Indonesia maupun internasional telah ditetapkanhukum-hukum tentang keberlangsungan hidup (HAM) pada umumnya danperlindungan terhadap kelompok masyarakat dan golongan baik etnis atau bukan.Di Indonesia Pengadilan HAM berkedudukan di daerah kabupaten atau daerah kotayang daerah hukumnya meliputi daerah hukum Pengadilan Negeri yangbersangkutan. Pengadilan HAM bertugas dan berwenang memeriksa dan memutusperkara pelanggaran hakasasi manusia yang berat. Pengadilan HAM berwenangjuga memeriksa dan memutus perkara pelanggaran hak asasi manusia yang beratyang dilakukan di luar batas teritorial wilayah negara Republik Indonesia olehwarga negara Indonesia.

Akan tetapi Pengadilan HAM tidak berwenang memeriksa dan memutusperkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat yang dilakukan oleh seseorangyang berumur di bawah 18 (delapan belas) tahun pada saat kejahatan dilakukan.Berdasarkan UU no. 26 tahun 2000, pelanggaran HAM meliputi kejahatanGenosida sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7A :

Page 7: Makalah Genosida

“ adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama, dengan cara: Membunuh anggota kelompok; Mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota-anggota kelompok; Menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagiannya; Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain; Memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegahkelahiran di dalam kelompok; “

Dunia internasional sendiri merujuk peraturan HAM oleh PerserikatanBangsa-Bangsa (PBB) yang merupakan organisasi dunia dan dibentuk denganalasan utama hak asasi manusia. Kekejaman dan Genosida setelah Perang Dunia IImenyebabkan munculnya konsensus bahwa organisasi baru ini harus bekerja untukmencegah tragedi serupa di masa mendatang. Tujuan awal adalah menciptakankerangka hukum untuk mempertimbangkan dan bertindak atas keluhan tentangpelanggaran hak asasi manusia.Beberapa hak 370 juta masyarakat adat di seluruh dunia juga merupakansuatu fokus untuk PBB, dengan Deklarasi tentang Hak-Hak Masyarakat Adat yangdisetujui oleh Majelis Umum pada tahun 2007. Deklarasi ini menguraikan hak-hakindividu dan kolektif untuk budaya , bahasa, pendidikan, identitas, pekerjaan dan kesehatan, menyikapi isu-isu pasca-kolonial yang dihadapi masyarakat adat selama berabad-abad. Deklarasi tersebut bertujuan untuk mempertahankan, memperkuat dan mendorong pertumbuhan adat, budaya institusi dan tradisi. Deklarasi ini juga melarang diskriminasi terhadap masyarakat adat dan mendorong partisipasi aktif mereka dalam hal-hal yang menyangkut masa lalu, masa sekarang dan masa depan mereka.

Meski bisa dilakukan tindakan pengendalian, perlu juga dipahami bahwatindakan pencegahan akan jauh lebih baik jika tindakan pencegahan juga dilakukan sejak awal. Jika menilik kasus genosida bernuansa etnis diatas, dapt terlihat bahwa masalah antar dua kelompok bertikai dimulai dari ketidakcocokan dan prasangka yang berkembang menjadi streotip negatif tertentu. Diversifikasi etnis yang dilakukan pihak luar ataupun pemerintah juga menjadi salah satu penyebabnya. Dan yang paling utama adalah tidak terselesaikannya urusan hukum secara tuntas antara kedua belah pihak yang berseteri sehingga salah satu pihak atau keduanya memilih untuk bertindak secara agresif untuk mendapat keinginannya. Karena itu tindakan pencegahan yang paling penting adalah berasal dari pemerintah sebagai pihak yang memiliki kuasa lebih.

Tindakan pencegahan yang paling utama adalah memastikan apabila adakasus antar dua kempompok etnis, proses hukum berjalan dengan sebagaimanamestinya sesuai peraturan yang berlaku dan tanpa memihak salah satunya. Denganberjalannya proses hukum yang baik, akan menimbulkan kepercayaan terhadaphukum sehingga jika ada suatu pertikain baik bernuansa etnis ataupun tidak,kelompok-kelompok tersebut akan mempercayakan penyelesaiannya kepada hukumpemerintah bukannya malah bertindak agresif dan menyimpang.

Tindakan pencegahan berikutnya adalah memastikan peraturan-peraturan

Page 8: Makalah Genosida

yang ada sudah cukup meng-cover segala hak dan kewajiban serta perlindunganbagi masyarakat etnis tanpa mendahulukan atau menkhususkan etnis manapun.Dengan adanya peraturan tersebut, masyrakat etnis akan merasa aman dan tidakakan terpicu untuk membuat tindakan sendiri tapi menjadikan peraturan pemerintah sebagai rujukan pertama.

Kedua pencegahan diatas sangat penting untuk menghindari eskalasi konflik yang mungkin terjadi antar dua kelompok etnis terutama di Negara Indonesia yang terdiri dari ribuan suku bangsa berbeda. Penting bagi Indonesia untuk memliki peraturan dengan status hukum yang kuat tentang keberadaan ettnis-etnis yang berbeda dalam kawasaanya. Tugas pemerintahlah untuk memastikan semua peraturan dijalankan dengan semestinya.

Selain pencegahan dari pihak luar, anggota kelompok etnis sendiri pun perlu menumbuhkan rasa toleransi terhadap etnis lain sebagai salah satu langkah merubah pola pikir atas prasangka maupun stereotip etnis tertentu yang kerap kali menjadi awal permusuhan antar etnis. Stereotip-stereotip yang berkembang seperti suku Minang yang perhitungan, suku Batak yang kasar ataupu suku Jawa yang kaku dan konservatif sebenarnya bisa dihapuskan. Harus ada pemahaman di kalangan semua masyarakat terutama masyarakat yang masih menganut nilai-nilai etnis tertentu bahwa stereotip bukanlah penilaian mutlak untuk keseluruhan mayarakat etnis tertentu. Sehingga tidak ada anggapan bahwa etnis tertentu adalah lebih baik dari etnis lainnya. Sikap saling toleran dan terbuka dengan perbedaan tentunya mampu menumbuhkan sikap saling menghormati antar etnis sehingga tidak akan terjadi pertikaian hingga tindakan seperti Genosida.

Page 9: Makalah Genosida

BAB IIIKESIMPULAN

Genosida yaitu pembunuhan massal terhadap suatu etnis tertentu merupakantindakan menyimpang yang tidak manusiawi yang seringkali diikuti denganperilaku menyimpang lainnya seperti penculikan, pemerkosaan dan penyiksaan.

Banyak hal yang melatarbelakangi tindakan Genosida seperti adanya kepentingan politik, ekonomi dan juga rasa etnosentrisme berlebihan sehingga membuat suatu etnis pantas memusnahkan etnis lainnya.

Rasa etnosentrisme negatif dapat dicegah mulai dari pemerintah yang harus memastikan adanya peraturan hukum yang kuat tentang masyarakat etnis, pelaksanaanya hingga tuntas dan tanpa memihak, serta harus adanya pemahaman dari masyrakat sendiri tentang toleransi antar etnis. Pengendalian Genosida apabila sudah terjadi adalah berupa pengendalian fisik melibatkan pihak berwajib baik dari dalam negeri maupun luar negeri jika dibutuhkan.

Daftar Pustaka

Page 10: Makalah Genosida

http://id.wikipedia.org/wiki/Genosidahttp://id.wikipedia.org/wiki/Pengadilan_HAMhttp://id.wikipedia.org/wiki/Perserikatan_Bangsa-Bangsahttp://id.wikipedia.org/wiki/Tutsihttp://members.fortunecity.com/sakinahonline/alislam/www.alislam.or.id/informasi/i-sampit-berdarah.htmlhttp://nyanyoataraxis.wordpress.com/2009/06/14/genosida-di-indonesia/