makalah gangg.kardio pd lansia
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan HidayahNya sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini dengan waktu yang ditentukan yang berjudul tentang
“Gangguan Sistem Kardiovaskuler Pada Lansia”
Makalah ini dibuat sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu
Keperawatan.Penulis menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan. Oleh sebab itu
penulis mengharapkan masukan demi kesempurnaan makalah ini agar dimanfaatkan dengan
baik.
Suraba
ya,2-Oktober-201
P
enulis
BAB IPENDAHULUAN
I.1.LATAR BELAKANG
Menuanya organ tubuh tak lebih dari sebuah proses alamiah. Namun, "sangat sulit
membedakan antara penuaan normal yang tidak bisa dicegah dengan kerusakan organ
akibat penuaan yang sebenarnya dapat dicegah," ungkap dr.A.Muin Rahman,Sp.PD,
KGer. dari divisi Geriatri Ilmu Penyakit Dalam FKUI – RSCM. Dari seluruh penyakit
yang mendera lansia, penyakit kardiovaskular menempati urutan paling atas. Kerusakan
akibat penuaan biasanya akan mengalami dua macam interaksi,yang berasal dari
penuaan itu sendiri atau proses patologis yang mengikuti penyakit jantung tersebut.
Kelompok ini pun sering mengalami kelainan klinis akibat komorbiditas serta
polifarmasi.
Penyakit jantung merupakan penyakit yang mematikan. Di seluruh dunia, jumlah
penderita penyakit ini terus bertambah. Ketiga kategori penyakit ini tidak lepas dari gaya
hidup yang kurang sehat yang banyak dilakukan seiring dengan berubahnya pola hidup.
Angka harapan hidup yang semakin meningkat ditambah peningkatan golongan usia tua
semakin memperbesar jumlah penderita penyakit jantung yang sebagian besar diderita
oleh orang tua. (Wikipedia,2008)
Sekitar 83 persen penderita gagal jantung merupakan lansia. Gagal jantung
diastolik merupakan masalah utama disfungsi pendarahan pada orang gaek. Dari para
lansia berusia di atas 80 tahun yang menderita gagal jantung, 70 persen di antaranya
memiliki fungsi sistolik yang normal. Sedangkan para penderita gagal jantung yang
berusia di bawah 60 tahun hanya kurang dari 10 persen yang fungsi sistoliknya masih
bagus. Artinya, sebagian besar penderita lansia tidak memiliki kelainan pada fungsi
sistolik, namun mengalami kelainan diastole. Sementara itu, hampir 75 persen pasien
geriatri menderita gagal jantung, hipertensi dan atau penyakit arteri koroner. Sedangkan
para lansia penderita gagal jantung diastolik akan mengalami gagal jantung
dekompensasi karena biasanya tekanan darahnya relatif tinggi dan tidak terkontrol.
Selain itu, sulit membedakan secara klinis antara gagal jantung diastol atau sistol karena
keduanya sering bercampur pada orang tua. Gejala yang mendadak merupakan tanda
umum gagal jantung akibat kelainan fungsi diastole.
Gejala dan tanda gagal jantung akibat penuaan relatif sama pada gagal jantung
orang muda, namun biasanya gejala klinis dan keluhan utama pasien tua seringkali
berbeda dan sangat tersembunyi. Biasanya pasien tidak sadar dengan penyakitnya, yang
dia alami ialah sebuah perasaan yang tidak berharga, tidak berguna, dan relatif menerima
keadaan apa adanya seiring dengan bertambahnya usia. Namun biasanya, karena gagal
jantung orang tua cenderung berupa kegagalan diastol, maka gejalanya akan timbul tiba-
tiba dan membuat orang tua jadi uring-uringan.
Secara umum, lansia dengan gagal jantung mesti bed rest agar mengurangi resiko
trombo emboli dan kondisi lain yang membuat fisik menjadi lemah. Penggunaan
stocking untuk kompresi dibarengi antikoagulan (terbatas sampai gejala dekom
berkurang) dapat dilakukan guna menghindari emboli dan trombosis vena. Diet restriksi
cairan tidak perlu dilakukan karena biasanya orang tua yang sedang sakit akan sangat
sulit untuk makan secara normal. Lansia pun cenderung cardiac cahexia dengan
mekanisme yang belum jelas, namun menyebabkan sangat rendahnya absorbsi dan
penimbunan lemak pada lansia dengan penyakit jantung. Sebelum sampai pada tata
laksana farmakologis, sangat penting peran dokter untuk menyemangati hidup para
lansia ini, mengajak keluarganya untuk merawat bersama, serta meyakinkan bahwa
mereka akan mendapatkan penanganan yang prima. Sebab, kekuatan psikologis jauh
lebih berarti mengingat banyaknya obat yang cenderung menjadi 'tidak mempan' untuk
orang-orang tua akibat penurunan fungsi organ yang hampir total.
I.2.Tujuan Penulisan
I.2.1.Tujuan Umum
Untuk Mengetahui Gangguan Sistem Kardiovaskuler Pada Lansia.
I.2.2.Tujuan Khusus
1) Mampu memahami dan mengindentifikasi masalah pada lansia dengan gagal
jantung.
2) Mampu melakukan pengkajian pada lansia dengan gagal jantung.
3) Mampu merumuskan diaganosa keperawatan pada lansia dengan gagal jantung.
4) Mampu menyusun rencana / intervensi keperawatan pada lansia dengan gagal
jantung.
5) Mampu mengaplikasikan tindakan nyata / implementasi pada lansia dengan gagal
jantung.
6) Mampu menilai / mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
II.Tinjauan umum
II.1.Penuaan Normal
Dengan meningkatnya usia, jantung dan pembuluh darah mengalami perubahan
baik structural maupun funsional
Secara umum, perubahan yang disebabkan oleh penuaan berlangsung lambat dan
dengan gejala yang tidak disadari.
Penurunan yang terjadi secara berangsur – angsur ini sering terjadi ditandai dengan
penurunan tingkat aktivitas, yang mengakibatkan penurunan kebutuhan darah yang
teroksigenasi.
Tabel : Perubahan Normal Pada System Kardiovaskuler Akibat Penuaan.
Perubahan Normal Yang Berbubungan Dengan Penuaan Implikasi Klinis
• Ventrikel kiri menebal
• Katup jantung menebal dan membentuk penonjolan.
• Jumlah sel pacemaker menurun.
• Arteri menjadi kaku dan tidak lurus pada kondisi dilatasi.
• Vena mengalami dilatasi, katup2 menjadi tidak kompeten. • Penurunan kekuatan
kontraktil.
• Gangguan aliran darah melalui katup.
• Umum terjadi disritmia.
• Penumpulan respon baroreseptor dan penumpulan respon terhadap panas dan
dingin.
• Edema pada ektremitas bawah dengan penumpukan darah.
II.2. Perubahan Struktur
Ukuran jantung seseorang tetap proporsional dengan berat badan, adanya suatu
hipertropi atau atropi yang terlihat jelas berarti tidak normal, tetapi hal tersebut
lebih merupakan tanda dari penyakit jantung.
Perubahan structural memengaruhi konduksi system jantung melalui peningkatan
jumlah jaringan fibrosa dan jaringan ikat.
Jumlah total sel – sel pacemaker mengalami penurunan seiring bertambahnya
usia, oleh karna itu hanya hanya sekitar 10% jumlah yang ditemukan pada usia
dewasa muda yang masih terdapat pada usia 75 tahun.
Dengan bertambahnya usia, system aorta dan arteri perifer menjadi kaku dan
tidak lurus. Perubahan ini terjai akibat peningkatan serat kolagen dan hilangnya
serat elastic dalam lapisan medial arteri.
Proses perubahan yang berhubungan dengan penuaan ini meningkatkan kekakuan
dan ketebalan disebut dengan arteriosklerosis.
II.3. Perubahan Fungsi
Dari sudut pandang fungsional atau penampilan, perubahan utama yang
berhubungan dengan penuaan system kardiovaskuler adalah penurunan
kemampuan untuk meningkatkan keluaran sebagai respons terhadap peningkatan
kebutuhan tubuh.
Prinsip mekanisme yang digunakan oleh jantung yang mengalami penuaan untuk
meningkatkan curah jantung adalah dengan meningkatkan volume akhir
diastolic, yang meningkatkan volume sekuncup (Dikenal sebagai Hukum
Starling).
Prinsip perubahan fungsional terkait usia yang dihubungkan dengan pembuluh
darah secara progresif meningkatkan tekanan sistolik. American Heart
Assosiation merekomendasikan bahwa nilai sistolik 160 mmHg dianggap sebagai
batas normal tertinggi untuk lansia.
III. Gagal Jantung
III.1. Pengertian
Gagal jantung adalah sindrom klinis (sekumpulan tanda dan gejala), ditandai oleh
sesak napas dan fatik (saat istirahat atau saat aktifitas yang disebabkan oleh
kelainan struktur atau fungsi jantung. Pada gagal jantung terjadi keadaan yang
mana jantung tidak dapat menghantarkan curah jantung yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. (Marulam, 2006).
Gagal jantung Kongsetif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah
dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen
dan nutrient dikarenakan adanya kelainan fungsi jantung yang berakibat jantung
gagal memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan
atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian
ventrikel kiri (Smeltzer & Bare, 2001).
Gagal jantung adalah merupakan suatu sindrom, bukan diagnosa penyakit.
Sindrom gagal jantung kongestif (Congestive Heart Failure / CHF) juga
mempunyai prevalensi yang cukup tinggi pada lansia dengan prognosis yang
buruk. Prevalensi CHF adalah tergantung umur atau age-dependent. Menurut
penelitian, gagal jantung jarang pada usia di bawah 45 tahun, tapi menanjak
tajam pada usia 75 – 84 tahun.
III.2. Etiologi
Kelainan Otot Jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan
menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan
fungsi otot jantung mencakup ateroslerosis koroner, hipertensi arterial dan
penyakit degeneratif atau inflamasi.
Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena
terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat
penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya
mendahului terjadinya gagal jantung. Peradangan dan penyakit miokardium
degeneratif berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi yang secara
langsung merusak serabut jantung menyebabkan kontraktilitas menurun.
Hipertensi Sistemik atau pulmonal (peningkatan after load) meningkatkan beban
kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung.
Peradangan dan penyakit myocardium degeneratif, berhubungan dengan gagal
jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung,
menyebabkan kontraktilitas menurun.
Penyakit jantung lain, terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya,
yang secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat
mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katub semiluner),
ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade, pericardium,
perikarditif konstriktif atau stenosis AV), peningkatan mendadak after load.
Faktor Sistemik
Terdapat sejumlah besar factor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya
gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme (missal : demam, tirotoksikosis).
Hipoksia dan anemi juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis
respiratorik atau metabolic dan abnormalita elektronik dapat menurunkan
kontraktilitas jantung.
Grade gagal jantung menurut New York Heart Association, terbagi dalam 4
kelainan fungsional :
I. Timbul sesak pada aktifitas fisik berat
II. Timbul sesak pada aktifitas fisik sedang
III. Timbul sesak pada aktifitas fisik ringan
IV. Timbul sesak pada aktifitas fisik sangat ringan / istirahat
III.3. Manifestasi Klinis
Tanda dominan :
Meningkatnya volume intravaskuler.
Kongestif jaringan akibat tekanan arteri dan vena meningkat akibat
penurunan curah jantung. Manifestasi kongesti berbeda tergantung pada
kegagalan ventrikel mana yang terjadi.
Gagal Jantung Kiri :
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri tak
mampu memompa darah yang dating dari paru. Manifestasi klinis yang
terjadi yaitu :
a) Dispnea, Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan
mengganggu pertukaran gas. Dapat terjadi ortopnoe. Beberapa pasien
dapat mengalami ortopnoe pada malam hari yang dinamakan Paroksimal
Nokturnal Dispnea (PND).
b) Batuk
c) Mudah lelah, Terjadi karena curah jantung yang kurang yang
menghambat jaringan dan sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya
pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga terjadi karena meningkatnya
energi yang digunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadi karena
distress pernafasan dan batuk.
d) Kegelisahan atau kecemasan, Terjadi karena akibat gangguan oksigenasi
jaringan, stress akibat kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung
tidak berfungsi dengan baik.
Gagal jantung Kanan :
a) Kongestif jaringan perifer dan visceral
b) Oedema ekstremitas bawah (oedema dependen), biasanya oedema pitting,
penambahan BB.
c) Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi
akibat pembesaran vena hepar
d) Anoreksia dan mual, terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena
dalam rongga abdomen.
e) Kelemahan.
Gejala Klasik Pada Lansia :
a) Dispnea
b) Ortopnea.
c) Dispnea noktural paroksimal (PND).
d) Edema dependen perifer.
III.4. Patofisiologi
Jantung yang normal dapat berespon terhadap peningkatan kebutuhan
metabolisme dengan menggunakan mekanisme kompensasi yang bervariasi untuk
mempertahankan kardiak output, yaitu meliputi :
a) Respon system saraf simpatis terhadap barroreseptor atau kemoreseptor
b) Pengencangan dan pelebaran otot jantung untuk menyesuaikan terhadap
peningkatan volume
c) Vaskontriksi arteri renal dan aktivasi system rennin angiotensin
d) Respon terhadap serum sodium dan regulasi ADH dan reabsorbsi terhadap
cairan
Kegagalan mekanisme kompensasi dapat dipercepat oleh adanya volume darah
sirkulasi yang dipompakan untuk melawan peningkatan resistensi vaskuler oleh
pengencangan jantung. Kecepatan jantung memperpendek waktu pengisian ventrikel
dari arteri coronaria. Menurunnya COP dan menyebabkan oksigenasi yang tidak
adekuat ke miokardium. Peningkatan dinding akibat dilatasi menyebabkan
peningkatan tuntutan oksigen dan pembesaran jantung (hipertrophi) terutama pada
jantung iskemik atau kerusakan yang menyebabkan kegagalan mekanisme
pemompaan.
III.5. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang
1) Foto torax dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung, oedema atau efusi
pleura yang menegaskan diagnosa CHF
2) EKG dapat mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik jantung dan iskemi
(jika disebabkan IMA), Ekokardiogram.
3) Fungsi tiroid pada usia lanjut harus dinilai untuk mendeteksi tiritoksikosis.
4) Pemeriksaan Lab meliputi : Elektrolit serum yang mengungkapkan kadar natrium
yang rendah sehingga hasil hemodelusi darah dari adanya kelebihan retensi air, K,
Na, Cl, Ureum, gula darah.
III.6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gagal jantung dengan sasaran :
1) Untuk menurunkan karja jantung
2) Untuk meningkatkan curah jantung dan kontraktilitas miokard
3) Untuk menurunkan retensi garam dan air.
Terapi Non Farmakologis :
1) Istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung
2) Oksigenasi
3) Dukungan diit : pembatasan natrium untuk mencegah, mengontrol atau
menghilangkan oedema.
Terapi Farmakologis :
1) Glikosida jantung
Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan
memperlambat frekuensi jantung.
Efek yang dihasillkan : peningkatan curah jantung, penurunan tekanan
vena dan volume darah dan peningkatan diurisi dan mengurangi oedema.
2) Terapi diuretic.
diberikan untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal.
Penggunaan harus hati – hati karena efek samping hiponatremia dan
hipokalemia.
Diuretik memiliki efek anti hipertensi dengan meningkatkan pelepasan
air dan garam natrium sehingga mentebabkan penurunan volume cairan
dan merendahkan tekanan darah.
3) Terapi Sedatif
Pemberian sedative untuk mengurangi kegelisahan bertujuan
mengistirahatkan dan memberi relaksasi pada klien.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari seluruh penyakit yang mendera lansia, penyakit kardiovaskular menempati
urutan paling atas. Penyakit jantung merupakan penyakit yang mematikan. Di seluruh
dunia, jumlah penderita penyakit ini terus bertambah. Ketiga kategori penyakit ini tidak
lepas dari gaya hidup yang kurang sehat yang banyak dilakukan seiring dengan
berubahnya pola hidup. Angka harapan hidup yang semakin meningkat ditambah
peningkatan golongan usia tua semakin memperbesar jumlah penderita penyakit jantung
yang sebagian besar diderita oleh orang tua. (Wikipedia,2008)
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilyn C, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3 Jakarta: EGC, 1999
Hudak, Gallo, Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Edisi IV, Jakarta, EGC: 1997
Price, Sylvia, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit, Edisi 4, Jakarta: EGC,
1999
Smeltzer, Bare, Buku Ajar keperawatan Medical Bedah, Bruner & Suddart, Edisi 8, Jakarta,
EGC, 2001
Angela, et.al, 1996. Essentials of gerontological nursing, adaptation to the aging process, JB
Lipincott, comp.
Annete, GL. 1996. Gerontological nursing, Mosby year Book, St, Louis Miss.
MAKALAH
GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULAR
PADA LANSIA
DISUSUN OLEH :
YUDI HARTANTO
102.0135B
PROGSUS DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HANG-TUAH SURABAYA
2010-2011