makalah filsafat hukum

14
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Filsafat hukum menurut Purnadi Purwacaraka dan Soerjono Soekanto (1979:2) mengatakan “ Filsafat hukum adalah perenungan dan perumusan nilai- nilai kecuali itu filsafat hukum juga mencakup penyerasian nilai-nilai misalnya : penyerasian antara ketertiban dengan ketentraman, antara kebendaan dengan keakhlakan, dan antara kelanggengan/konservatisme dengan pembaharuan:. Kesulitan pertama yang banyak dialami dalam memahami hukum yaitu berfikir mengenai hukum dengan cara yang telah ditentukan dalam ilmu hukum, mengaitkan satu sama lain sebab dengan sebab lainnya, yang satu dengan hal yang timbul karenanya. Alam berfikir hukum adalah berfikir khas, dengan karakteristik yang tidak ditemui dalam cara-cara berfikir yang lain. Positivisme hukum atau disebut juga mazhab formalistik, mencoba menjawab masalah-maasalah hukum melalui sistem-sistem norma, aturan-aturan, bagi aliran ini alam berfikir hukum adalah berfikir normatif bahkan cenderung legisme. Aliran sosiologis mengemukakan cara yang bisa dikatakan sangat bertolak belakang dengan cara positivisme hukum, yaitu mencoba melihat konteks, memfokuskan cara pandang hukum terhadap pola kelakuan/tingkah laku masyarakat, sehingga cenderung menolak aturan-aturan formal

Upload: restu-angga-drikanosan

Post on 23-Dec-2015

78 views

Category:

Documents


23 download

DESCRIPTION

tugas hukum sumber google dan buku

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Filsafat Hukum

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah

 Filsafat hukum menurut Purnadi Purwacaraka dan Soerjono Soekanto (1979:2) mengatakan “

Filsafat hukum adalah perenungan dan perumusan nilai- nilai kecuali itu filsafat hukum juga

mencakup penyerasian nilai-nilai misalnya : penyerasian antara ketertiban dengan

ketentraman, antara kebendaan dengan keakhlakan, dan antara kelanggengan/konservatisme

dengan pembaharuan:.

Kesulitan pertama yang banyak dialami dalam memahami hukum yaitu berfikir mengenai

hukum dengan cara yang telah ditentukan dalam ilmu hukum, mengaitkan satu sama lain sebab

dengan sebab lainnya, yang satu dengan hal yang timbul karenanya. Alam berfikir hukum adalah

berfikir khas, dengan karakteristik yang tidak ditemui dalam cara-cara berfikir yang lain.

Positivisme hukum atau disebut juga mazhab formalistik, mencoba menjawab masalah-

maasalah hukum melalui sistem-sistem norma, aturan-aturan, bagi aliran ini alam berfikir hukum

adalah berfikir normatif bahkan cenderung legisme. Aliran sosiologis mengemukakan cara yang

bisa dikatakan sangat bertolak belakang dengan cara positivisme hukum, yaitu mencoba melihat

konteks, memfokuskan cara pandang hukum terhadap pola kelakuan/tingkah laku masyarakat,

sehingga cenderung menolak aturan-aturan formal (yang dibuat oleh lembaga formal seperti

DPR, dengan bentuk peraturan perundang-undangan).

Dalam filsafat hukum ada beberapa aliran atau mazhab sebagai berikut:

1.      Mazhab Hukum Alam

2.      Mazhab Formalistis

3.      Mazhab Kebudayaan dan Sejarah

4.      Utilitarianisme

5.      Sociological Jurisprudence

6.      Realisme Hukum

7.      Critical Legal Studies

8.      Feminisme Jurisprudence

Page 2: Makalah Filsafat Hukum

9.      Semiotika Jurisprudence

Diantara aliran atau mazhab tersebut yang akan dibahas disini adalah Sociological

Jurisprudence.

Menurut ilmu hukum dan filsafat hukum, maka usaha pembaharuan hukum dapat dikatakan

bahwa Negara Republik Indonesia dalam kebijaksanaan pembinaan hukumnya menganut teori

gabungan dari apa yang dikenal sebagai aliran sociological jurisprudence dan pragmatic

jurisprudence. Aliran sociological jurisprudence ialah aliran yang menghendaki bahwa dalam

proses pembentukan pembaharuan hukum harus memperhatikan kesadaran masyarakat.

Memperhatikan nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat. Tokoh mazhab yang

mengemukakan aliran ini adalah Eugen Ehrlich dan Roscoe Pound.

1.2  Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :

1.      Apakah Sociological Jurisprudence?

2.      Bagaimana perbedaan antara Sociological Jurisprudence dan Sosiologi Hukum?

3.      Bagaimana kritik terhadap Aliran Sociological Jurisprudence?

1.3  Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :

1.      Untuk mengtahui apa Sociological Jurisprudence

2.      Untuk mengetahui perbedaan Sociological Jurisprudence dan Sosiologi Hukum

3.      Untuk mengetahui kritik terhadap Aliran Sociological Jurisprudence

 

Page 3: Makalah Filsafat Hukum

BAB II

FILSAFAT HUKUM DENGAN

ALIRAN SOCIOLOGICAL JURISPRUDENCE

2.1 Aliran Sociological Jurisprudence

Pendasar aliran ini, antara lain: Roscoe Pound, Eugen Ehrlich, Benjamin Cardozo,

Kontorowics, Gurvitch dan lain-lain. Aliran ini berkembang di Amerika, pada intinya aliran ini

hendak mengatakan bahwa hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang

hidup dalam masyarakat. Kata “sesuai” diartikan sebagai hukum yang mencerminkan nilai-nilai

yang hidup di dalam masyarakat.

Aliran Sociological Jurispurdence sebagai salah satu aliran pemikiran filsafat hukum

menitik beratkan pada hukum dalam kaitannya dengan masyarakat. Menurut aliran ini :

“ Hukum yang baik haruslah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup  di antara

masyarakat”.

Menurut Lilirasjidi, Sociological Yurisprudence menggunakan pendekatan hukum

kemasyarakatan, sementara sosiologi hukum menggunakan pendekatan dari masyarakat ke

hukum. Menurut Sociological Yurisprudence hukum yang baik haruslah hukum yang sesuai

dengan hukum yang hidup dalam msyarakat. Aliran ini memisahkan secara tegas antara hukum

positif dengan hukum yang hidup dalam masyarakat (living law). Aliran ini timbul sebagai

akibat dari proses dialektika antara (tesis) positivisme hukum dan (antitesis) mazhab sejarah.

Roscoe Pound, hukum harus dipandang sebagai suatu lembaga kemasyarakatan yang

berfungsi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial, dan adalah tugas ilmu hukum untuk

mengembangkan suatu kerangka dengan mana kebutuhan-kebutuhan sosial dapat terpenuhi

secara maksimal.

Pound juga menganjurkan untuk mempelajari hukum sebagai suatu proses (law in

action), yang dibedakan dengan hukum yang tertulis (law in the books). Pembedaan ini dapat

diterapkan pada seluruh bidang hukum, baik hukum substantif, maupun hukum ajektif. Ajaran

tersebut menonjolkan masalah apakah hukum yang ditetapkan sesuai dengan pola-pola

perikelakuan.

Page 4: Makalah Filsafat Hukum

Eugen Ehrlich, Penulis yang pertama kali menyandang sosiolog hukum (Grundlegung der

Soziologie des Recht, 1912). Menurut Ehrlich pusat gaya tarik perkembangan hukum tidak

terletak pada perundang-undangan, tidak pada ilmu hukum, tetapi di dalam masyarakat sendiri.

Ajaran berpokok pada pembedaan antara hukum positif dengan hukum yang hidup, atau dengan

kata lain pembedaan antara kaidah-kaidah hukum dengan kaidah-kaidah sosial lainnya. Hukum

positif hanya akan efektif apabila selaras dengan hukum yang hidup dalam masyarakat.

Aliran Sociological Jurisprudence berbeda dengan Sosiologi Hukum. Berarti bahwa hukum

itu mencerminkan nilai-nilai yang hidup didalam masyarakat. Dijelaskan oleh Roscoe Pound

dalam kata pengantar pada buku Gurvitch yang berjudul Sosiologi hukum, perbedaan diantara

keduanya ialah :

-             Sociological Jurisprudence itu merupakan suatu madzab/aliran dalam filsafat hukum yang

mempelajari pengaruh timbal balik antara hukum dan masyarakat, sedangkan

-             Sosiologi Hukum adalah cabang sosiologi mempelajari hukum sebagai gejala sosial.

Sosiologi hukum sebagai cabang sosiologi yang mempelajari pengaruh masyarakat

kepada hukum dan dan sejauh mana gejala-gejala yang ada dalam masyarakat dapat

mempengaruhi hukum di samping juga diselidiki juga pengaruh sebaliknya, yaitu pengaruh

hukum terhadap masyarakat.

Dari dua hal tersebut (sociological jurisprudence dan sosiologi hukum) dapat dibedakan

cara pendekatannya. Sociological jurisprudence, cara pendekatannya bertolak dari hukum kepada

masyarakat, sedangkan sosiologi hukum cara pendekatannya bertolak dari masyarakat kepada

hukum.

Roscoe Pound menganggap bahwa hukum sebagai alat rekayasa sosial (Law as a tool of

social engineering and social controle) yang bertujuan menciptakan harmoni dan keserasian

agar secara optimal dapat memenuhi kebutuhan dan kepentingan manusia dalam masyarakat.

Keadilan adalah lambang usaha penyerasian yang harmonis dan tidak memihak dalam

mengupayakan kepentingan anggota masyarakat yang bersangkutan. Untuk kepentingan yang

ideal itu diperlukan kekuatan paksa yang dilakukan oleh penguasa negara.

Aliran ini secara tegas memisahkan antara hukum positif dengan (the positive law)

dengan hukum yang hidup (the living law). Aliran ini timbul dari proses dialektika antara (tesis)

Positivisme Hukum (antitesis) dan Mazhab Sejarah. Sebagaimana diketahui, Positivisme Hukum

memandang tiada hukum kecuali perintah yang diberikan penguasa (law is a command of law

Page 5: Makalah Filsafat Hukum

givers), sebaliknya Mazhab Sejarah menyatakan hukum timbul dan berkembang bersama dengan

masyarakat.

Aliran pertama mementingkan akal, sementara aliran yang kedua lebih mementingkan

pengalaman, dan Sociological Jurisprudence menganggap keduanya sama pentingnya. Aliran

sociological jurisprudence ini memiliki pengaruh yang sangat luas dalam pembangunan hukum

Indonesia.

Singkatnya yaitu, aliran hukum yang konsepnya bahwa hukum yang dibuat agar

memperhatikan hukum yang hidup dalam masyarakat atau living law baik tertulis maupun tidak

tertulis.

Misalnya dalam hukum yang tertulis jelas dicontohkan Undang- Undang sebagai hukum

tertulis, sedangkan yang dimaksudkan hukum tidak tertulis disini adalah hukum adat yang

dimana hukum ini adalah semulanya hanya sebagai kebiasaan yang lama kelamaan menjadi

suatu hukum yang berlaku dalam adat tersebut tanpa tertulis. Dalam masyarakat yang mengenal

hukum tidak tertulis serta berada dalam masa pergolakan dan peralihan, Hakim merupakan

perumus dan penggali dari nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat. Untuk itu Hakim

harus terjun ditengah-tengah masyarakat untuk mengenal, merasakan dan mampu menyelami

perasaan hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat.

Ehrlich mengatakan bahwa pusat perkembangan dari hukum bukanlah terletak pada

badan-badan legislatif, keputusan- keputusan badan yudikatif atau ilmu hukum, akan tetapi justru

terletak dalam masyaratak itu sendiri. Tata tertib dalam masyarakat didasarkan pada peraturan-

peraturan yang dipaksakan oleh negara. Sementara itu Rescoe Pound berpendapat, bahwa hukum

harus dilihat atau dipandang sebagai suatu lembaga kemasyarakatan yang berfungsi untuk

memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial, dan adalah tugas dari ilmu hukum untuk

memperkembangkan suatu kerangka dengan mana kebutuhan-kebutuhan sosial dapat terpenuhi

secara maksimal.

Pound menganjurkan untuk mempelajari Ilmu Hukum sebagai suatu proses ( law in

action), yang dibedakan dengan hukum tertulis ( Law in books). Pembedaan ini dapat diterapkan

pada seluruh bidang hukum, baik hukum substantif maupun hukum ajektif. Ajaran tersebut

menonjolkan masaalah apakah hukum yang ditetapkan sesuai dengan pola-pola perikelakuan.

Ajaran-ajaran tersebut dapat diperluas lagi sehingga juga mencakup masalah-masalah keputusan-

Page 6: Makalah Filsafat Hukum

keputusan pengadilan serta pelaksanaannya, dan juga antara isi suatu peraturan dengan efek-

efeknya yang nyata.

2.2  Kritik terhadap Aliran Sociological Jurisprudence

Sekalipun aliran sociological jurispridence kelihatannya sangat ideal dengan cita hukum

masyarakat yang terus-menerus berubah ini, karena mengutamakan bagaimana suatu hukum itu

menjadi baik dan sesuai dengan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. Tetapi, aliran ini

bukanlah tanpa kritik.

Suatu hal yang patut dipahami, bahwa dalam program sosiologi jurisprudence Pound,

lebih mengutamakan tujuan praktis dengan :

1)  menelaah akibat sosial yang aktual dari lembaga hukum dan doktirin hukum, karena itu , lebih

memandang kerjanya hukum dari pada isi abstraknya

2)  memajukan telaah sosiologis berkenaan dengan telaah hukum untuk mempersipakan perundang-

undangan, karena itu, menganggap hukum sebagai suatu lembaga sosial yang dapat diperbaiki

oleh usaha yang cerdik guna menemukan cara terbaik untuk melanjutkan dan membimbing usaha

usaha demikian itu

3)  mempelajari cara membuat peraturan yang efektif dan menitik beratkan pada tujuan sosial yang

hendak dicapai oleh hukum dan bukannya pada sanksi

4)  menelaah sejarah hukum sosiologis yakni tentang akibat sosial yang ditimbulkan oleh doktrin

hukum dan bagaimana cara mengahasilkannya

5)   membela apa yang dinamakan pelaksanaan hukum secara adil dan mendesak supaya ajaran

hukum harus dianggap sebagai bentuk yang tidak dapat berubah

6)  meningkatkan efektifitas pencapaian tujuan yang tersebut diatas agar usaha untuk mencapai

maksud serta tujuan hukum lebih efektif.

Program sosiologis jurisprudence Pound kelihatan berpengaruh dalam pandangannya

yakni apa yang disebut dengan hukum sebagai social engineering serta ajaran sociological

jurisprudence yang dikembangkannya. Dimana hukum yang baik itu adalah hukum yang sesuai

dengan hukum yang hidup dalam masyarakat. Aliran ini mengetengahkan pentingnya hukum

yang hidup dalam masyarakat. Dimana hukum positif akan baik apabila ada hubungan dengan

Page 7: Makalah Filsafat Hukum

peraturan yang terletak di dasar dan di dalam masyarakat secara sosilogis dan antropologis.

Tetapi tidak mudah untuk mewujudkan cita hukum yang demikian. Tidak saja dimungkinkan

oleh adanya perbenturan antara nilai-nilai dan tertib yang ada dalam masyarakat sebagai suatu

kelompok dengan kelompok masyarakat lainnya. Terutama dalam masyarakat yang pruralistik.

Tetapi sama sekali tidak berarti tidak bisa diterapkan.

Dalam masyarakat yang monoistik, tidak begitu sukar menerapkan ajaran sociological

jurisprudence. Berbeda halnya dengan masyarakat yang memiliki pruralistik seperti masyarakat

Indonesia dimana nilai-nilai dan tata tertibnya masing-masing serta pola perilaku yang spesifik

pula adalah tidak mudah menerapkan ajaran sociological jurisprudence.

Berdasarkan fakta bahwa setiap kelompok mempunyai tata tertib sendiri, dan fakta bahwa

hubungan antara tertib ini adalah terus menerus berubah menurut tipe masyarakat yang serba

meliputi, yang terhadapnya negara hanyalah merupakan suatu kelompok yang khusus dan suatu

tata tertib yang khusus pula. Dalam menerapkannya diperlukan berbagai pendekatan untuk

memahami dan menginventarisasi nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, terutama dalam

masyarakat majemuk yang memiliki tata tertib sendiri dan pruralitik.

Menurut Pound, hukum di pandang sebagai lembaga masyarakat untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhan sosial. Disisi lain, Friedman mengemukakan, secara teoritis karya Ehrlich,

menunjukkan adanya tiga kelemahan pokok terhadap ajaran sociological jurisprudence yang

dikembangkan Ehrlich, yang semuanya disebabkan oleh keinginanannya meremehkan fungsi

negara dalam pembuatan undang-undang.

Kelemahan itu adalah :

Karya tersebut tidak memberikan kriteria yang jelas membedakan norma hukum dari norma

sosial yang lain. Bahwa keduanya tidak dapat dipertukarkan, sesuatu yang merupakan fakta

historis dan sosial, tidak mengurangi perlunya pengujian pernedaan yang jelas. Sesuai dengan itu

sosiologi hukum Ehrlich selalu hampir menjadi suatu dalam garis besar, sosilogi umum.

Ehrlich meragukan posisi adat kebiasaan sebagai sumber hukum dan adat kebiasaan sebagai

satu bentuk hukum. Dalam masyarakat primitif seperti halnya dalam hukum internasional pada

zaman ketika adat istiadat dipandang baik sebagai sumber hukum maupun sebagai bentuk hukum

yang paling penting. Di negara modern peran masyarakat mula-mula masih penting, tetapi

kemudian berangsur berkurang. Masyarakat modern menuntut sangat banyak undang-undang

yang jelas dibuat oleh pembuat undang-undang yang sah. Undang-undang semacam itu selalu

Page 8: Makalah Filsafat Hukum

derajat bermacam-macam, tergantung dari fakta hukum ini, tetapi berlakunya sebagai hukum

bersumber pada ketaatan faktual ini. Kebingunan ini merembes ke seluruh karya Ehrlich.

Ehrlich menolak mengikuti logika perbedaan yang ia sendiri adakan norma-norma hukum

negara yang khas dan norma-norma hukum dinama negara hanya memberi sanksi pada fakta-

fakta sosial. Konsekwensinya adalah adat kebiasaan berkurang sebelum perbuatan udang-undang

secara terperinci, terutama undang-undang yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat

mempengaruhi kebiasaan dalam masya-rakat sama banyaknya dengan pengaruh dirinya sendiri.

Page 9: Makalah Filsafat Hukum

BAB III

KESIMPULAN

Sociological Jurispurdence sebagai salah satu aliran pemikiran filsafat hukum menitik

beratkan pada hukum dalam kaitannya dengan masyarakat. Menurut aliran ini hukum yang baik

haruslah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup  di antara masyarakat. Aliran ini secara

tegas memisahkan antara hukum positif dengan (the positive law) dengan hukum yang hidup

(the living law). Roscoe Pound  (1870-1964)  merupakan salah satu eksponen dari aliran ini.

Dalam bukunya An introduction to the philosophy of law, Pound menegaskan bahwa hukum itu

bertugas untuk memenuhi kehendak masyarakat yang menginginkan keamanan yang menurut

pengertian yang paling rendah dinyatakan sebagai tujuan ketertiban hukum.

Dalam aliran Sociological Jurisprudence hukum menjadi sangat akomodatif dan

menyerap ekspektasi masyarakat. Bagi Sociological Jurisprudence hukum dikonstruksi dari

kebutuhan, keinginan, tuntutan dan harapan dari masyarakat. Jadi yang didahulukan adalah

kemanfaatan dari hukum itu sendiri bagi masyarakat, dengan demikian hukum akan menjadi

hidup. Aliran sangat mengedepankan kesadaran hukum dan rasa keadilan masyarakat. Akan

tetapi hal ini berakibat hukum menjadi demikian cair. Kritik yang terbesar yang ditujukan bagi

Sociological Jurisprudence adalah dengan pendekatan ini  hukum dapat kehilangan ”taringnya“

dan tidak ajeg. Paradigma ini juga dianggap terlalu mengadaikan suatu masyarakat telah

demikian berkembang sampai pada tahap dimana tidak lagi ada ketegangan pada pranata sosial

dalam merumuskan tuntutannya, masyarakat dianggap telah mampu menentukan hukumnya

sendiri, dan mengecilkan kedaulatan dari penguasa.

Jadi, aliran Sosiological Yuresprudence berkembang dan membahas tentang hukum yang

ada di masyarakat. Hanya saja dalam aliran Sosiological Yurisprudence membahas tentang

hukum yang berkembang atau yang ada di masyrakat itu sendiri.

Dalam masyarakat yang monoistik, tidak begitu sukar menerapkan ajaran sociological

jurisprudence. Berbeda halnya dengan masyarakat yang memiliki pruralistik seperti masyarakat

Page 10: Makalah Filsafat Hukum

Indonesia dimana nilai-nilai dan tata tertibnya masing-masing serta pola perilaku yang spesifik

pula adalah tidak mudah menerapkan ajaran sociological jurisprudence.