makalah farko kanker
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kanker merupakan suatu kelompok penyakit neoplastik yang timbul pada
manusia dari semua kelompok usia dan ras. Kanker payudara adalah salah satu penyakit
paling mematikan yang dialami kaum perempuan di Indonesia. Kanker jenis ini adalah
sebutan untuk pertumbuhan sel-sel yang berlebihan yang memicu benjolan atau tumor
ganas. Sifatnya sangat khas, yaitu dapat menyebar ke bagian lain di seluruh tubuh untuk
berkembang menjadi tumor yang baru. Sel kanker payudara yang pertama dapat tumbuh
menjadi tumor sebesar 1 cm pada waktu 8-12 tahun. Sel kanker tersebut diam pada
kelenjar payudara. Sel-sel kanker payudara ini dapat menyebar melalui aliran darah ke
seluruh tubuh. Namun, kapan penyebaran itu berlangsung, tidak bisa diketahui. Sel
kanker payudara dapat bersembunyi di dalam tubuh selama bertahun-tahun tanpa
diketahui, dan tiba-tiba aktif menjadi tumor ganas atau kanker.
Salah satu pengobatan kanker adalah kemoterapi yang dapat dipakai sebagai
pengobatan tunggal atau bersama - sama dengan pembedahan dan radiasi.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Dengan penyusunan makalah ini dapat mengetahui, mengerti dan memahami lebih
jauh tentang proses keperawatan pemberian obat antimetabolit
2. Tujuan Khusus
Mengetahui penggolongan obat-obatan antikanker
Mengetahui penggolongan obat anti metabolit
Memahami proses keperawatan pada klien yang mendapatkan terapi
antimetabolit
1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
PROSES KEPERAWATAN PEMBERIAN OBAT ANTIKANKER
A. SIKLUS SEL DAN TAHAP-TAHAPNYA
Untuk mengetahui cara kerja obat antikanker, perlu diketahui tahap replikasi
sel karena bebrapa obat antikanker bekerja pada tahap-tahap tsb:
G1: produksi enzim yang diperlukan untuk DNA (asam deoksiribonukleat)
S1(sintesis): sintesis dan replikasi DNA
G2: RNA(asam ribonukleat) dan sintesis protein
M (mitosis): pembelahan sel
G0: fase istirahat
B. PENGGOLONGAN OBAT ANTIKANKER
1. Antimetabolit
Obat jenis ini mengganggu tersedianya purin atau pirimidin precursor nukleotida
yang normal dengan menghambat sintesisnya atau kompetisi pada sintesis DNA
atau RNA, efek sitotoksik maksimalnya adalah S-fase dan karena itu sel siklus
spesifik.
Yang termasuk obat anti kanker golongan ini adalah :
Metotreksat
Sitarabin
Fludarabin
5-fluorourasil
6-merkaptopurin
6-tioguanin
2
2. Antibiotik
Kemampuan obat-obat ini dengan kerja sitotoksik disebabkan interaksinya dengan
DNA, terjadi kerusakan fungsi DNA. Obat-obat ini termasuk golongan spesifik
siklus sel.
Yang termasuk obat antikanker golongan ini adalah :
Bleomisin
Daktinomisin
Daunorubisin
Doksorubisin
Idarubisin
Plikamisin
3. Obat-Obat Alkilasi
Zat alkilator bekerja sebagai sitotoksik dengan cara terikat secara kovalen pada
golongan nukleofilik konstituen berbagai jenis sel. Zat alkilator tidak
membedakan sel yang berkembang atau yang beristirahat, tetapi paling toksik
untuk sel-sel yang sedang membelah cepat. Dapat digunakan untuk mengobati
berbagai kanker limfatik dan padat dalam kombinasi dengan obat-obatan lain.
Selain sitotoksik, zat bersifat mutagenic dan karsinogenik dan dapat menyebabkan
keganasan kedua seperti leukemia akut.
Yang termasuk obat antikanker golongan ini adalah :
Karmustin & lomustin
Siklofosfamid & ifosfamid
Mekloretamin
Stretozotocin
4. Inhibitor Mikrotubul
Gelondong mitotik merupakan bagian dari tulang rangka intraseluler yang lebih
besar ( sitoskeleton) yang perlu untuk gerakan internal dalam sitoplasma sel-sel
eukariotik. Gelondong ini terdiri dari kromatin dan suatu sistem mikrotubulus dari
3
tubulin protein. Gelondong mitotik perlu untuk pembelahan DNA menjadi dua sel
anak yang dibentuk ketika sel eukariotik membelah. Obat antikanker bekerja
menghambat proses ini dengan mempengaruhi keseimbangan antara bentuk
polimer dan depolimer mikrotubulus, sehingga tejadi toksisitas.
Navelbin
Paclitaxel (taxol)
Vinblastin
Vinkristin
5. Hormon Steroid Dan Antagonisnya
Tumor yang sensitif terhadap hormon steroid dapat responsif pada hormon,
tumor mengecil setelah pengobatan dengan horon tertentu, atau dengan
menghilangkan rangsang hormon menyebabkan regresi tumor atau respon
terhadap keduanya.
Aminoglutetimid
Estrogen
Flutamid
Goserelin
Leuprolid
Prednisone
Tamoxifen
6. Lain-Lain
Asparaginase
Cisplatin dan carboplatin
Etoposid
Interferon
Prokarbazin
4
C. PENGGOLANGAN OBAT ANTIMETABOLIT
1. Metotreksat
Metotreksat (MTX) secara struktur berhubungan dengan asam folat dan
bekerja sebagai antagonis vitamin sehingga menggangu pembeentukan DNA,
RNA dan protein. Efektif pada leukimia limfosit akut, koriokasinoma, kanker
payudara, kanker kepala dan leher.
2. 6-Merkaptopurin (6-MP)
Merkaptopurin merupakan antagonis purin yang pertama yang dapat
mengobati panyakit neoplastik. Sering digunakan pada leukimia limfoblastik
akut (ALL)
3. 6-Tioguanin (6-TG)
Merupakan analog purin lainnya yang digunakan untuk pengobatan leukimia
non-limfositik akut yang biasanya dikombinasikan dengan sitarabin untuk
menghasilkan kerja yang sinergis
4. 5-Fluorourasil (5-FU)
5-FU merupakan analog pirimidin, mengganggu konversi asam deoksiuridilat menjadi asam timidilad sehingga sel akan kekurangan prekursor penting dalam sintesis DNA. Obat ini digunakan terutama pada tumor padat yang berkembang lambat ( mis: payudara, kolorektal, ovarium, dan karsinoma lambung) dan pada karsinoma sel basal superfisial.
5. Sitarabin (Sitosin Arabinosin, Ara-C)
Sitarabin bekerja sebagai antagonis pirimidin. Biasa digunakan untuk pengobatan leukimia limfosit bersama 6-TG
6. Fludarabin
Fludarabin merupakan nukleotida purin tiruan. Biasa digunakan untuk pengobatan leukimia limfosit kronik dan leukimia sel berambut.
5
Tabel Analog Struktur, Dosis dan Toksisitas
Agen kemoterapi Dosis obat tunggal Toksisitas tertunda
Metotreksat (MTX) 2,5-5mg/hari per oral; 10
mg intrarektal 1-2 kali per
minggu
Ulserasi oral dan traktus
gastointestinal, depresi sum-
sum tulang, leukopeni, dan
trombositopeni
Merkaptopurin (6-
MP, purinethol)
2,5 mg/kg/hari per oral Biasanya dapat ditoleransi
dengan baik. Dosis lebih besar
dapat mengakibatkan depresi
sumsum tulang
Tioguanin (6-TG) 2 mg/kg/hari per oral Biasanya dapat ditoleransi
dengan baik. Dosis lebih besar
dapat mengakibatkan depresi
sumsum tulang
Flurourasil (5-FU) 15 mg/kg/hari iv selama 5
hari dg infus 24 jam; 15
mg/kg per minggu iv
Mual, ulserasi oral dan
gastrointestinal, depresi
sumsum tulang,
Sitarabin (cytosar-U) 100 mg/m2/hari selama 5-
10 hari , dengan infus iv
kontinu atau subkutis
setiap 8 jam
Mual dan muntah, depresi
sumsum tulang, megaloblastik,
leukopenia, trombositopenia.
Fludarabin 200 mg/m2/hari iv selama 5
hari
Mual dan muntah, diare,
demam, hipotensi, hipoplasia.
D. PROSES KEPERAWATAN PEMBERIAN OBAT ANTIMETABOLIT
6
1. PENGKAJIAN
a. Pengkajian data
Biodata klien: Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan.
Rasional:
Nama: salah satu petunjuk untuk dalam menjalankan 8 B pada
pemberian obat
Umur: merupakan pertimbangan pemilihan jenis obat yang akan
digunakan (proses sekskresi dan metabolisme obat) karena semakin
lanjut usia fingsi organ akan mengalami penurunan fungsi.
Jenis kelamin: untuk memastikan benar pasien (dari jenis kelamin)
dalam pemberian obat
Pekerjaan: jenis pekerjaan pasien dapat mempengaruhi proses
keberlangsungan pengobatan terkait biaya pengobatan yang mahal dan
cenderung dalam rentang waktu yang lama.
Pendidikan: pendidikan klien dapat mempengaruhi persepsi klien
dalam menjalani pengobatan.
b. Riwayat Penyakit
kaji kondisi/stadium penyakit kanker yang diderita pasien.
Rasional: dapat membantu menentukan dalam pemilihan terapi yang
paling efektif sesuai dengan
kaji adanya riwayat penyakit gangguan hepar dan ginjal
Rasional: untuk menghindari efek samping obat yang diberikan
c. Riwayat Pengobatan
Mengkaji apakah pasien pernah menjalani pegobatan untuk mengatasi
penyakit kanker baik secara tradisional ataupun medis.
Rasional: Sehingga dapat menentukan jenis dan dosis obat secara tepat.
d. Pengkajian Fisik
- Kaji tanda-tanda vital pasien
7
Rasional: untuk perbandingan tanda vital sebelum dan sesudah
pemberian obat.
- Kaji output urin pasien,
Rasional: pada pengobatan dengan antimetabolit ada efek samping
sistisis hemoragi dan nefrotoksisitas
- Kaji mual dan muntah
Rasional: untuk mempertimbangkan tingkat hidrasi dan pemenuhan
nutrisi pasien
- Kaji keadaan rambut klien,
Rasional: untuk mensupport klien dalam penggunaan rambut
palsu/kerudung menghindari harga diri rendah pada pasien
- Kaji keadaan kulit pasien: adanya ruam, eritema dan urtikaria
Rasional: untuk menentukan
- Kaji keadaan mukosa oral,
Rasional: karena beberapa obat antimetabolit memiliki efek samping
stomatitis
- Kaji apakah pasien dalam keadaan hamil atau tidak,
Rasional: karena obat kanker memiliki efek teratogen yang dapat
mengakibatkan kecacatan pada janin
- Kaji fungsi pencernaan klien riwayat gastritis, bising usus pasien
Rasional: pada beberapa obat antimetabolit akan didapati efek samping
diare dan iritasi saluran cerna
e. Psikologis
- Kaji persepsi klien tentang pengobatan
Rasional: persepsi yang baik tentang pengobatan akan memudahkan
kerjasama antara perawat dan klien
- kaji pendapat klien tentang nilai, dan ideal diri
Rasional: efek samping obat kanker salah satunya adalah alopesia
yang bisa mengakibatkan penurunan harga diri klien
8
f. Pemeriksaan Penunjang
- Pantau nilai SGOT dan SGPT
Rasional: untuk mengetahui adanya gangguan fungsi hepar klien
- Pantau nilai ureum kreatinin dalam urine
Rasional: untuk mengetahui adanya gangguan pada fungsi ginjal klien
- Pantau nilai Hb, leukosit, trombosit dan hematokrit
Rasional: untuk mengetahui status imunitas klien dan hemodinamik
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri berhubungan dengan
b. Mual/nause berhubungan dengan kemoterapi
c. Ansietas berhubungan dengan lingkungan rumah sakit yang tidak dikenal/
ketidakpastian tentang hasil pengobatan kanker.
d. Risiko infeksi
e. Risiko ekstravasasi obat vesicant
9
3. Intervensi keperawatan
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Mual/nause berhubungan dengan kemoterapi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan mual klien berkurang dg KH: Klien merasa lebih nyaman, status cairan seimbang, nutrisi terpenuhi
- Kaji penyebab mual dan muntah klien
- Jaga kebersihan klien setelah muntah dan letakkan tisu pembersih pada lokasi yang mudah dijangkau klien
- Berikan perawatan oral setelah klian muntah
- Monitor status cairan klien
- Berikan/ajarkan metode distraksi dari sensasi mual mis: musik, aromaterapi
- Jaga lingkungan yang bersih, tenang dan ventilasi yang baik.
- Hindari pergerakan yang tiba-tiba,
- Dengan diketahuinya penyebab, maka perawat dapat menentukan intervensi yang tepat untuk menangani mual dan muntah
- Mempertahankan kondisi/lingkungan yang nyaman bagi klien
- Perawatan mulut dapat
menghilangkan aroma dan rasa dari muntahan, dan mampu mereduksi rangsangan mual/muntah.
- Untuk mengetahui tingkat hidrasi klien
- Dapat mengalihkan rasa mual klien
- Bau dapur dan kamar mandi dapat meransang mual dan muntah
- Pergerakan lebih jauh dapat merangsang timbulnya mual dan
10
biarkan klien tetap terlentang
- Kolaborasi pemberian antiemetik
- Berikan antiemetik satu jam sebelum kemoterapi
- Modifikasi klien untuk makan sedikit tapi sering
- Berikan diit yang disukai dalam keaadaan hangat dan sajikan dengan menarik
muntah- Pemberian antiemetik efektif
dalam mengurangi mual dan muntah pada kemoterapi
- Efek dari antiemetik akan direspon oleh tubuh 1 jam setelah obat diminum
- Makan/minum sedikit tapi sering dapat mengurangi mual dan muntah akibat lambung yang penuh
- Diit yang menarik dapat meningkatkan selera makan klien sehingga nutrisi terpenuhi
11
2. Nyeri berhubungan dengan iritasi dinding pembuluh darah pada pemberian obat melalui IV
Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri klien berkurang dengan KH:- skala nyeri menurun 1-3- klien melaporkan nyeri
berkurang atau hilang- klien tampak rileks- klien dapat beristirahat
- Lakukan pengkajian nyeri : lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, dan kualitas
- Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
- Gunakan komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien
- Kontrol faktor lingkungan yang mempengaruhi nyeri seperti kebisingan, suhu ruangan dan pencahayaan.
- Ajarkan tehnik relaksasi
- Anjurkan untuk istirahat yang cukup
- Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
- Intensitas dari nyeri dan ketidaknyamanan harus dikaji dan dikdokumentasikan setelah prosedur
- Untuk mengetahui adanya rasa tidak nyaman pada pasien
- Pendekatan dengan tehnik komunikasi terapeutik akan meningkatkan kepercayaan klien terhadap perawat
- Dapat memberikan ketenangan pada pasien sehingga pasien lebih rileks
- Untuk mengurangi ketegangan otot dan syaraf klien sehingga nyeri berkurang
- Kelelahan fisik dapat meningkatkan nyeri
- Respon klien terhahap prosedur dapat dijadikan bahan evaluasi untuk intervensi selanjutnya
3. Ansietas berhubungan dengan lingkungan rumah sakit yang tidak dikenal/ ketidakpastian tentang hasil pengobatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien mampu mengontrol cemas dan mampu mengembangkan koping yang adaptif dengan KH:- Mampu mengidentifikasi
- Kaji tingkat kecemasan dan faktor yang mempengaruhi
- Data awal dari kecemasan sangat diperlukan untuk menentukan tingkat kecemasan klien dan faktor yang mempengaruhi dapat diketahui sehingga perawat dapat meminimalkan faktor yang
12
kanker. dan mengungkapkan perasaan
- Mendemonstrasikan tehnik mengontrol ansietas
- TTV memberi gambaran terbebas dari distrees
- Ekspresi tubuh, wajah dan sikap terbebas dari disstress
- Yakinkan klien bahwa perawat siap membantu masalah kesehatan yang dihadapi klien dan dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya
- Pahami persepsi klien tentang situasi stress
- Berikan informasi aktual tentang diagnosa, tindakan dan prognosis.
- Dorong keluarga untuk menemanin klien.
- Ajarkan tehnik relaksasi untuk mengurangi kecemasan
- Lakukan kontak yang sering dan berikan suasana yang meningkatkan ketenangan
mempengaruhi- Kehadiran dan kesiapan perawat
dapat membantu klien dalam pemenuhan rasa aman
- Untuk mengetahui keadaan pasien sehingga perawat dapat mengurangi tingakt stress pasien
- Informasi yang adekuat akan meningkatkan pemahaman klien sehingga rasa cemas tentang kondisinya berkurang
- Kehadiran keluarga dapat memberikan support mental nagi klien
- Tehnik relaksasi dapat mereduksi stress yang timbul
- Kontak yang sering oleh pemberi perawatan menunjukkan rasa penerimaan dan meningkatkan rasa percaya klien
4. Risiko infeksi Tidak terdapat faktor risiko infeksi
- Monitor tanda-tanda infeksi - Untuk mengetahui lebih dini kondisi pasien sehingga dapat dilakukan tindakan segera untuk pencegahan pada tahap lebih lanjut
13
- Pertahankan lingkungan yang aseptik
- Pertahankan tehnik aseptik untuk setiap tindakan
- Monitor kerentanan terhadap infeksi- Pertahankan tehnik isolasi bila perlu
- Dorong masukan cairan dan nutrisi yang adekuat
- Batasi pengunjung jika perlu
- Menghindari adanya infeksi silang
- Mencegah terjadinya infeksi
- untuk mempertahankan/meningkatkan kondisi tubuh klien tetap optimal
- nutrisi dan cairan yang adekuat akan meningkatkan imunitas
- mengurangi adanya infeksi silang
5. Risiko ekstravasasi obat vesicant
Mengurangi dan mengatasi komplikasi kemoterapi
- Hindari pemasangan pada daerah pergelangan saat memberikan vesicant
- Hindari kontak kulit langsung dengan obat-obatan antikanker.
- Kaji patensi aliran infus
- Amati keadaan jaringan sekitar infus tiap 30 menit terhadap kebocoran, rasa terbakar/nyeri.
- Pemasangan pada area tsb akan meningkatkan kejadian ekstravasasi karena pergelangan merupakan daerah yang mengalami banyak pergerakan
- Aborsbsi obat melalui kulit dapat terjadi
- Mencegah terjadinya edema dan merembesnya obat
- Untuk mengetahui adanya eksttavasasi dini dan memberikan intervensi segera sehingga mencega komplikasi lebih lanjut
14
15
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi keperawatan
yang telah disusun.
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan pada klien yang mendapatkan pengobatan antimetabolit
, antara lain:
Melalui proses keperawtan yang telah dilakukan kepada klien diharapkan
efek samping obat seperti mual, muntah, stomatitis, alopesia, cemas dapat
diminimalkan.
Klien menggunakan koping yang adaptif dalam mengatasi stessor dan
perubahan yang terjadi dirinya
Klien dan keluarga kooperatif dan memberi dukungan pada proses
pengobatan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Deglin, Judith Hopfer. 2004. Pedoman Obat Untuk Perawat. Jakarta : EGC
Katzung, Bertram. 1997. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi VI. Jakarta : EGC
Tanu, Ian. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta : FKUI
http://www.peoplesgroup.in/student%20resources/nursing/CHEMO.ppt /Nursing Care Of
Patients Receiving Chemotherapy, diakses pada tanggal 20 April 2011
17