makalah detektor logam
DESCRIPTION
Makalah Detektor LogamTRANSCRIPT
ah
1. Rumusan Masalah
Dalam tugas makalah ini penulis mencoba untuk
mengetahui bagaimana prinsip kerja detector logam (metal
detector).
2. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui prinsip kerja
detektor logam (metal detector) .
A. Dasar Teori
1. Hukum Faraday
Fenomena memproduksi kelistrikan dari peristiwa kemagnetan
diterangkan oleh hokum Faraday. Hukum ini menyatakan bahwa
apabila terjadi perubahan fluks dalam suatu loop maka
dihasilkan gaya gerak listrik (tegangan listrik) induksi yang
berbanding lurus dengan laju perubahan fluks. Secara
matematik, hokum tersebut ditulis :
ε=−N d∅dt
Dengan : gaya gerak listrik induksi, N : Jumlah lilitan kumparan.
Tampak dari persamaan (1) besarnnya ggl yang dihasilkan
bergantung pada berapa cepat perubahan fluks berlangsung,
bukan bergantung pada berapa nilai fluks saat itu. Juga makin
banyak lilitan pada kumparan makin besar ggl induksi yang
dihasilkan.
2. Hukum Biot-Savart
Tak lama setelah penemuan Oersted pada tahun 1819 bahwa
jarum kompas dapat dipengaruhi oleh konduktor yang dialiri
arus, Jean-Baptiste Biot (1774 – 1862) dan Felix Savart (1791 –
1841) melakukan banyak percobaan mengenai gaya yang
diberikan oleh arus listrik pada magnet di dekatnya. Dari hasil
percobaan mereka, Biot dan Savart menemukan suatu
persamaan matematika yang memberikan nilai medan magnet
pada suatu titik dalam ruang dengan bentuk arus yang
menghasilkan medan tersebut. Persamaan tersebut dikenal
sebagai huku Biot-Savart, yang secara matematik dituliskan
dB=μo4 π
I ds x r̂r2
Dimana μo adalah konstanta yang disebut permeabilitas ruang
bebas. μo=4 π x10−7T .m/ A, r adalah jarak dari
elemen ke titik P, dan r̂ adalah vector satuan yang mengarah
dari ds ke titik P.
2.1. Medan Magnet dari Solenoida
Sebuah solenoid adalah seutas kawat yang berbentuk
heliks. Dengan konfigurasi ini medan magnet homogen dapat
dihasilkan dalam ruang yang dikelilingi oleh lilitan-lilitan kawat.
Kuat medan magnet total yang dihasilkan di pusat solenoida :
B=μ° iNl=μ° i n
Dimana n=Nl
adalah jumlah liltan persatuan panjang.
2.2. Medan Magnet dalam Toroida
Jika solenoid yang panjangnya berhingga digabungkan
ujungnya, maka didapatkan sebuah bentuk seperti kue donat,
Bentuk ini dinamakan toroid. Kuat medan magnet di dalam toroid
adalah :
B=B i N2πr
Dengan n jumlah kumparan persatuan panjang dan I arus yang
mengalir pada kawat toroid. Untuk toroida ideal, kuat medan
magnet diluar toroid nol.
3. Fluks magnetik
Jika dalam suatu ruang terdapat medan magnet, jumlah garis
gaya yang menembus permukaan dengan luas tertentu berbeda-
beda. Tergantung paa kuat medan dan sudut antara medan
magnet dengan vector permukaan. Fluks magnetic mengukur
jumlah garis gaya yang menembus suatu permukaan. Fluks
magnetic didefinisikan sebagai
∅=∮B .d A4. Induktansi
Jika sebuah solenoid dialiri arus searah maka beda potensial
antara dua ujung solenoid hampir nol, karena beda tegangan
sama dengan perkalian arus dan hambatan solenoid. Tetapi jika
solenoid dialiri arus yang berubah-ubah terhadap waktu, maka
sifat solenoid akan berubah. Sifat yang terjadi adalah kuat
medan magnet di dalam solenoid berubah-ubah. Berdasarkan
hokum Faraday maka solenoid menghasilkan gg induksi. Jadi
ketika dialiri arus listrik bolak-balik maka muncul tegangan
antara dua ujung solenoida.
5. Gaya Gerak Listrik (ggl) antara dua ujung solenoid
Diketahui bahwa kuat medan magnet dalam rongga solenoid
adalah :
B=μ° i n
Jika luas penampang solenoid A maka fluks magnetic dalam
solenoid adalah
∅=B A=μ° i n A
Oleh karena itu berdasarkan hokum Faraday, ggl induksi yang
dihasilkan oleh solenoid adalah
ε=−N d∅dt
=−N d(μ¿¿° i n A)
dt=−N μ°n A
didt
¿
Tampak bahwa ggl induksi yang dihasilkan berbanding lurus
dengan laju perubahan arus.
6. Analisis Masalah
7. Kesimpulan