makalah blok 7

17
Wajah Membiru disertai Sesak Nafas Arwi Wijaya 10.2012.294 / B2 [email protected] Falkutas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731 Pendahuluan Pernapasan adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan dua proses yang berbeda tetapi saling berhubungan: pernapasan seluler dan pernapasan mekanik. Pernapasan seluler adalah proses di mana sel memperoleh energi melalui pemecahan molekul organik. Pernapasan mekanik adalah proses melalui mana kebutuhan oksigen diserap dari atmosfir ke dalam sistem vaskular darah dan proses melalui mana karbon dioksida dikeluarkan ke atmosfir. Pernapasan mekanik terjadi di dalam sistem pernapasan. Sistem pernapasan atau respirasi merupakan proses pengambilan O2 (oksigen) dari atmosfer ke dalam sel-sel tubuh untuk proses metabolisme tubuh dan memproduksi serta mengeluarkan CO2 (karbondioksida) yang dihasilkan sel-sel hasil metabolisme tubuh ke atmosfer bersama dengan air. Sistem pernafasan mencakup paru dan sistem saluran bercabang yang menghubungkan tempat pertukaran gas dengan lingkungan luar. Udara digerakan melalui paru oleh suatu mekanisme ventilasi, yang terdiri atas rongga toraks, otot interkostal, diafragma, dan komponen elastis jaringan paru. Secara fungsional, 1

Upload: arwi-wijaya

Post on 21-Dec-2015

9 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

a

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Blok 7

Wajah Membiru disertai Sesak Nafas

Arwi Wijaya

10.2012.294 / B2

[email protected]

Falkutas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731

Pendahuluan

Pernapasan adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan dua proses yang berbeda

tetapi saling berhubungan: pernapasan seluler dan pernapasan mekanik. Pernapasan seluler

adalah proses di mana sel memperoleh energi melalui pemecahan molekul organik.

Pernapasan mekanik adalah proses melalui mana kebutuhan oksigen diserap dari atmosfir ke

dalam sistem vaskular darah dan proses melalui mana karbon dioksida dikeluarkan ke

atmosfir. Pernapasan mekanik terjadi di dalam sistem pernapasan.

Sistem pernapasan atau respirasi merupakan proses pengambilan O2 (oksigen) dari

atmosfer ke dalam sel-sel tubuh untuk proses metabolisme tubuh dan memproduksi serta

mengeluarkan CO2 (karbondioksida) yang dihasilkan sel-sel hasil metabolisme tubuh ke

atmosfer bersama dengan air. Sistem pernafasan mencakup paru dan sistem saluran

bercabang yang menghubungkan tempat pertukaran gas dengan lingkungan luar. Udara

digerakan melalui paru oleh suatu mekanisme ventilasi, yang terdiri atas rongga toraks, otot

interkostal, diafragma, dan komponen elastis jaringan paru. Secara fungsional, struktur-

struktur tersebut membentuk bagian konduksi sistem yang tersusun atas rongga hidung,

nasofaring, laring, trakea, bronkus, dan sebagian bronkiolus yaitu bronkiolus terminalis.

Saluran bagian konduksi ini pada umumnya berifat kaku dan selalu terbuka. Proses

pertukaran gas sendiri pada paru-paru sudah mulai terjadi pada bronkiolus respiratorius dan

utamanya terjadi di alveoli. Alveoli merupakan tempat utama bagi fungsi utama paru, yaitu

pertukaran O2 dan CO2 antara udara yang dihirup dan darah, berstruktur mirip kantung yang

membentuk sebagian besar bagian paru.1

Struktur Sistem Pernapasan

Hidung (Nasal)

Hidung merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai alat pernapasan dan indra penciuman.

Berbentuk pyramid disertai dengan suatu akar dan dasar yang tersusun dari kerangka kerja

tulang pada bagian batang, kartolago hialin pada cuping hidung, jaringan fibroareolar dan

1

Page 2: Makalah Blok 7

otot skelet. Septum nasi membagi hidung menjadi sisi kiri dan sisi kanan rongga nasal.

Terdapat lubang hidung sebagai tempat masuk udara yaitu nares anterior (lubang hidung

depan) dan nares posterior (lubang hidung belakang). Sementara kulit luar dipalisi oleh epitel

berlapis gepeng bertanduk bersama dengan kelenjar keringat dan kelenjar sebasea.2

Rongga Hidung

Rongga hidung kiri dan kanan terdiri atas dua struktur: vestibulum di luar dan rongga hidung

(fossa nasalis) di dalam. Vestibulum adalah bagian paling anterior dan paling lebar di setiap

rongga hidung. Kulit hidung memasuki nares yang berlanjut ke dalam vestibulum dan

memiliki kelenjar keringat, kelenjar sabasea, dan vibrisae yang menyaring partikel-partikel

besar dari udara inspirasi. Di dalam vesibulum, epitelnya tidak berlapis tanduk lagi dan akan

beralih menjadi epitel respiratorik sebelum memasuki fossa nasalis. Rongga hidung berada

didalam tengkorak yang dipisahkan oleh septum nasi oseosa. Dari setiap dinding lateral,

terdapat tiga tonjolan bertulang disebut conchae. Conchae terdiri atas conchae nasalis

superior, medius, inferior dimana meatus nasi superior, medius, inferior merupakan jalan

udara rongga nasal yang terletak dibawah conchae. Di dalam lamina propia conchae terdapat

pleksus venosus yang dikenal sebagai badan pengembang (swell bodies) yang berperan untuk

menghangatkan udara, juga terdapat glandula nasalis yang sekretnya berfungsi untuk

melembabkan udara. 1

Sinus Paranasalis

Sinus paranasalis adalah rongga yang menghubungkan tulang tengkorak dengan kavum nasi.

Terletak bilateral di tulang frontal, maksila, ethmoid, dan sfenoid tengkorak. Sinus-sinus ini

dilapisi oleh epitel respiratorik yang lebih tipis dengan sedikit sel goblet. Lamina proprianya

mengandung sedikit kelenjar kecil dan menyatu dengan periosteum dibawahnya. Sinus

paranasalis berhubungan langsung dengan rongga hidung melalui lubang-lubang kecil.

Mukus yang dihasilkan dalam sinus ini terdorong ke dalam hidung sebagai akibat dari

aktivitas sel-sel epitel bersilia. Terdapat empat pasang sinus paranasalis yaitu sinus frontalis,

ethmoidalis, spenoidalis, dan maxillaris.2

Sinus frontalis bermuara melalui infundibulum berbentuk corong, ke dalam perluasaan

sebelah posterior hiatus semilunaris. Derajat meluasnya sinus ke dalam tulang dahi,

sangat bervariasi dan biasanya sinus ini tidak simetris. Di dekatnya terletak lekuk

tengkorak depan dan atap orbita.

2

Page 3: Makalah Blok 7

Sinus ethmoidalis terbagi atas sinus ethmoidalis anterior, medius, dan posterior.

Kelompok anterior (sinus infundibular) bermuara ke dalam ductus nasolacrimalis.

Kelompok medius (bullar) bermuara ke meatus nasi medius. Kelompok posterior

bermuara di meatus nasi superior. Batas-batasnya adalah orbita, lekuk tengkorak depan

dan rongga hidung dan terpisah dari alat-alat ini oleh lamela-lamela yang setipis kertas.

Sinus spenoidalis bermuara dari recessus sphenopalatina rongga hidung, dipisahkan oleh

sebuah sekat sagital, kadang-kadang sekat ini tidak lengkap. Atap sinus spenoidalis

dibentuk oleh sela tursika pada dasar tengkorak.

Sinus maksilaris (antrum) bermuara ke dalam meatus nasi medius melalui hiatus semi

lunaris, meluas di bawah orbita dan dasarnya dipisahkan dari akar gigi-gigi molar dan

premolar oleh sebuah lempeng tulang.

Faring

Faring merupakan tabung muskular berukuran 12,5 cm yang merentang dari bagian dasar

tulang tengkorak sampai esofagus. Faring merupakan ruangan di belakang cavum nasi yang

menghubungkan traktus digestivus dan traktus respiratorius. Faring terbagi menjadi

nasofaring, orofaring, dan laringofaring.2

Nasofaring berada di sebelah dorsal hidung dan sebelah cranial palatum molle. Osteum

faringeum tuba eustachii (auditorik) menghubungkan nasofaring dengan telinga tengah.

Tuba ini berfungsi untuk menyetarakan tekanan udara pada kedua sisi gendang telinga.

Bagian posteriornya terdapat jaringan limfoid untuk membentuk tonsila faringea. Epitel

penyusunnya merupakan epitel bertingkat toraks bersel goblet.

Orofaring terbentang mulai dari palatum molle sampai tepi atas epiglotis atau setinggi

corpus vertebra cervical 2 dan 3 bagian atas. Tersusun atas epitel berlapis gepeng tanpa

lapisan tanduk, dimana pada orofaring terdapat tonsila palatina.

Laringofaring mengelilingi mulut esofagus dan laring, merupakan gerbang untuk sistem

respiratorik selanjutnya. Laringofaring memiliki epitel bervariasi, sebagian besar epitel

berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Ke arah caudal laringofaring dilanjutkan sebagai

oesofagus.

Laring

Laring adalah saluran kaku yang pendek untuk udara antar faring dengan trakea. Dindingnya

diperkuat oleh kartilago hialin berupa tiroid, krikoid, aritenoid dan kartilago elastis yang lebih

3

Page 4: Makalah Blok 7

kecil berupa epiglotis, kuneiformis dan komikulata, yang semuanya dihubungkan oleh

ligamen. Selain menjaga agar jalan napas terbuka, pergerakan kartilago ini oleh otot rangka

berperan pada produksi suara selama fonasi dan epiglotis berfungsi sebagai katup untuk

mencegah masuknya makanan yang ditelan melalui trakea. Epiglotis yang terjulur keluar dari

tepian laring, meluas ke dalam faring dan memiliki lapisan pars lingualis dan pars laringeal.

Seluruh permukaan lingual dan bagian apikal permukaan laringeal ditutupi oleh epitel

berlapis gepeng. Pada beberapa titik permukaan laringeal di epiglotis, epitelnya beralih

menjadi epitel bertingkat toraks bersel goblet. Di bawah epitel terdapat kelenjar campuran

mukosa dan serosa di lamina propria. Di bawah epiglotis, mukosa laring menjulurkan dua

pasang lipatan ke lumen laring. Pasangan atas, yaitu plica vestibularis atau pita suara palsu,

yang sebagian besar dilapisi epitel respiratorik yang dibawahnya banyak kelenjar

seromukosa. Pasangan lipatan bawah membentuk plica vokalis atau pita suara sejati. Lipatin-

lipatan tersebut dilapisi oleh epitel paralel dan berkas otot rangka m.vocalis. Otot tersebut

mengatur ketegangan setiap pita tersebut beserta ligamenya. Jika udara dipaksa masuk di

antara lipatan-lipatan tersebut, berbagai tegangan pita suara tersebut menghasilkan berbagai

jenis suara. Semua struktur dan ruang di saluran napas di atas pita suara terlibat dalam

memodifikasi resonansi suara.1

Trakea

Trakea adalah saluran dengan panjang 12-14 cm dan dilapisi mukosa respiratorik khas. Di

lamina Propria, terdapat sejumlah besar kelenjar seromukosa menghasilkan mukus encer dan

di submukosa, 16 - 20 cincin kartilago hialin berbentuk c menjaga agar lumen trakea tetap

terbuka. Ujung terbuka dari cincin kartiago ini terdapat di permukaan posterior trakea,

menghadap esofagus dan dihubungkan oleh suatu berkas otot polos (m. trachealis) dan suatu

lembar jaringan fibroelastis yang melekat pada perikondrium. Keseluruhan organ dikelilingi

oleh lapisan adventisia. Trakea menjadi relaks selama menelan untuk mempermudah phase

makanan dan memungkinkan esofagus menonjol ke dalam lumen trakea, dengan lapisan

elastis yaitu jaringan fibroelastis dan ligamentum anulare yang mencegah peregangan

berlebih di lumen. Pada refleks batuk, otot berkontraksi untuk menyempitkan lumen trakea

dan melonggarkan materi pada pasase udara.1

Percabangan Bronkus

Trakea terbagi menjadi dua bronkus primer yang memasuki paru di hilus beserta arteri, vena,

dan pembuluh limfe. Setelah memasuki paru, bronkus primer menyusur kebawah dan keluar

4

Page 5: Makalah Blok 7

dan membentuk tiga bronkus sekunder dalam paru kanan dan dua buah di paru kiri, dan

masing-masing memasok sebuah lobus paru. Bronkus lobaris ini terus bercabang dan

membentuk bronkus tersier. Bronkus tersier membentuk bronkus yang semakin kecil dengan

cabang terminal yang disebut bronkiolus terminalis.3,4

Bronkus, pada setiap bronkus primer bercabang-cabang dengan setiap cabang yang

mengecil sehingga tercapai diameter sekitar 5 mm. Mukosa bronkus besar secara struktur

sama dengan mukosa trakea, kecuali pada susunan otot polos dan kartilagonya. Di lamina

propria bronkus terdapat berkas menyilang otot polos yang tersusun spiral. Lamina

propria juga mengandung serat elastin dan memiliki banyak kelenjar mukosa dengan

saluran yang bermuara dalam lumen bronkus.

Bronkiolus sebagai jalan napas intralobular berdiameter 5 mm atau kurang, terbentuk

setelah generasi kesepuluh percabangan dan tidak memiliki kartilago maupun kelenjar

dalam mukosanya. Pada bronkiolus yang lebih besar, epitelnya masih epitel bersilia,

tetapi makin memendek dan sederhana menjadi selapis silindris bersilia. Sebagai bagian

konduksi bronkiolus akan terus berjalan sampai di bronkiolus terminalis.

Bronkiolus respiratorius berfungsi sebagai daerah peralihan antara bagian konduksi dan

bagian respiratorik sistem pernafasan. Mukosa bronkiolus respiratorius secara struktur

sama dengan mukosa bronkiolus terminalis kecuali dindingnya yang diselingi banyak

alveolus tempat terjadinya pertukaran gas. Bagian bronkiolus respiratorius dilapisi oleh

epitel kuboid bersilia dan sel clara, tetapi pada tepi muara alveolus, epitel bronkiolus

menyatu dengan sel-sel alveolus gepeng. 3

Paru-paru

Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot-

otot intercostalis externus dan internus pada rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh

diafragma yang berotot kuat. Vena, arteri, dan nervus intercostalis juga ikut memparsarafi

bagian rongga dada ini. Paru-paru terdiri atas dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo

dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus.

Pada paru-paru kiri terdapat incisura yaitu incisura obligus. Incisura ini membagi paru-paru

kiri atas menjadi dua lobus yaitu lobus suprior dan lobus inferior. Paru-paru kanan memiliki

dua insisura yaitu incisura obligue dan incisura interlobularis sekunder. Paru-paru dibungkus

oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi

paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada

yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis). Antara selaput

5

Page 6: Makalah Blok 7

luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas

paru-paru. Cairan pleura berasal dari plasma darah yang masuk secara eksudasi. Dinding

rongga pleura bersifat permeabel terhadap air dan zat-zat lain. Paru-paru berstruktur seperti

spon yang elastis dengan daerah permukaan dalam yang sangat lebar untuk pertukaran gas.

Pada paru-paru juga terdapat ductus alveolaris dan alveolus. Ductus alveolaris dilapisi oleh

sel alveolus gepeng yang sangat halus. Di lamina proprianya yang mengelilingi tepian

alveolus terdapat anyaman sel otot polos, yang menghilang di sakus alveolaris.Sejumlah

besar matriks serat elastin dan kolagen memberikan sokongan pada duktus dan alveolusnya.2,5

Alveolus

Alveolus merupakan evaginasi mirip kantong di bronkiolus respiratorius, ductus alveolaris,

dan sakus alveolaris. Alveoli bertangung jawab atas terbentuknya struktur berongga pada

paru. Secara struktural, alveolus menyerupai kantong kecil yang terbuka pada satu sisinya,

yang mirip dengan saran lebah. Di dalam struktur mirip mangkuk ini, berlangsung pertukaran

O2 dan CO2 antara udara dan darah. Struktur dinding alveolus dikhususkan untuk

memudahkan dan memperlancar difusi antara lingkungan luar dan dalam. Umumnya, setiap

dinding terletak di antara dua alveolus yang bersebelahan sehingga disebut sebagai septum

interalveolus. Satu septum intreralveolar memiliki sel dan matriks ekstrasel jaringan ikat,

terutama serat elastin dan kolagen, yang dipendarahi oleh sejumlah besar jalinan kapiler

tubuh. Pada dinding alveolus terdapat lubang yang memungkinkan udara mengalir dari satu

alveolus ke alveolus lain yang dikenal sebagai stigma alveolaris. Dinding sel alveolus sendiri

terdiri atas pneumosit tipe 1, pneumosit tipe 2 untuk sekresi surfaktan, sel alveolar fagosit

berupa dust cell atau sel debu dan endotel kapiler yang melapisi membran kapiler paru.6

Keseimbangan Asam Basa (Asidosis Alkalosis)

Ph darah arteri normal adalah kurang lebih 7,40 atau di antara 7,35 – 7.45. Proses

perubahan ph ada dua macam, yaitu proses perubahan yang bersifat metabolik, karena

perubahan konsentrasi ion bikarbonat yang disebabkan gangguan metabolisme. Dan proses

perubahan yang bersifat respiratorik, karena perubahan tekanan parsial CO2 disebabkan

gangguan respirasi. Perubahan pCO2 akan menyebabkan perubahan pH darah. PH darah akan

turun atau yang disebut asidosis jika pCO2 naik (asidosis respiratorik primer) atau jika HCO3-

turun (asidosis metabolik primer). PH darah akan naik atau yang disebut alkalosis jika pCO2

turun (alkalosis respiratorik primer) atau jika HCO3- naik (alkalosis metabolik primer)

(respirologi).7

6

Page 7: Makalah Blok 7

Proses asidosis respiratorik terjadi jika terdapat akumulasi CO2 sehingga terjadi

peningkatan pCO2. Karena pCO2 naik, pH darah akan turun. Pada proses asidosis yang baru

saja terjadi, setiap perubahan pCO2 sebesar 10 mmHg akan menurunkan pH darah sebesar

0,08 unit, sedangkan pada proses asidosis yang telah lama terjadi dan telah terdapat hasil

upaya ginjal untuk mengompensasi, perubahan pCO2 sebesar 10 mmHg hanya menurunkan

pH darah sebesar 0,03 unit. Sebaliknya pada alkalosis respiratorik, menurunnya pCO2 akan

meningkatkan pH darah, setiap perubahan sebesar 10 mmHg akan terjadi perubahan darah

sebesar 0,08 unit pada proses akut dan 0,3 unit pada proses kronik.7

Pada asidosis metabolik, konsentrasi HCO3- akan turun. Pada keadaan ini dibedakan

apakah terdapat peningkatan anion gap atau tidak. Anion gap adalah perbedaan antara umlah

muatan ion positif pada Na+ dan jumlah muatan ion negatif pada Cl- dan HCO3-. Anion

HCO3- turun karena kehadiran anion lain. Karena anion HCO3- turun, akan terdapat

peningkatan harga anion gap atau anion gap melampaui angka normal. Sedangkan pada

alkalosis metabolik,terjadinya peningkatan anion HCO3- . Kejadian ini diakibatkan oleh

hilangnya ion H+. Sebagai upaya kompensasi, paru akan berusaha menciptakan keadaan

hipoventilasi sehingga CO2 tertimbun dan pCO2 naik, dengan demikian pH akan naik

kembali.7

Mekanisme Pernapasan

Fungsi utama pernafasan adalah untuk menyediakan oksigen bagi sel sel tubuh dalam

proses metabolik, yang kemudian dihasilkan zat sisa CO2 yang akan dikeluarkan lagi ke

udara. Proses pernafasan dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Pernafasan seluler: metabolisme intra sel yang terjadi di mitokondria termasuk konsumsi

okesigen dan produksi CO2 selama pengambilan energi dari molekul nutrient.8

2. Pernafasan eksternal: urutan jalan kejadian masuknya udara dari udara luar sampai ke sel

tubuh. Jalan udara sampai ke sel dibagi menjadi 2, yaitu bagian yang mengalami

pertukaran udara dan yang tidak (hanya merupakan saluran ruang rugi). Yang

merupakan ruang rugi adalah dari hidung sampai ke bronkiolus terminalis. Sedangkan

yang mengalami pertukaran udara dengan kapiler darah, dari bronkiolus respiratorius

sampai alveolus. Jalan nafas atau udara dari lingkungan luar sampai terjadi pertukaran

udara sampai ditingkat sel ditentukan oleh tekanan gas yang bersangkutan di tempat

tempat yang dilewati. Perjalanan udara berjalan dari tekanan yang tinggi ke tekanan yang

rendah. Perbedaan tekanan intra alveolar saat inspirasi sebesar -1 mmHg dari udara

luar,sedangkan ekspirasi +1 mmHg.8

7

Page 8: Makalah Blok 7

Perjalanan udara : Udara masuk ke hidung faring laring trakea paru kanan

bronkus kecil bronkiolus bronkiolus terminalis bronkiolus respiratorius

duktus alveolaris sakus alveolaris alveolus.

Udara masuk ke dalam paru-paru karena adanya tekanan yang lebih rendah akibat menurunnya

otot diafragma. Saat inilah terjadi inspirasi tenang, akibat kontraksi otot diafragma dan

interkostalis eksternus. Sedangkan dalam keadaan istirahat, diafragma berbentuk kubah yang

luas permukaannya 250 cm2. Otot diafragma dirangsang oleh n. Phrenicus yang dapat

menyebabkan pembesaran rongga dada sekitar 75% oleh diafragma. Sedangkan untuk

inspirasi kuat dibutuhkan otot tambahan seperti sternocleidomatoideus, pectoralis mayor dan

lain lain. Udara yang masuk ini kemudian melewati jalan nafas. Setelah CO2 sampai ke

alveoli, maka terjadilah proses ekspirasi. Proses ini adalah proses pasif, akibat dari relaksasi

otot inspirasi sehingga jaringan paru kembali ke kedudukan semula sesudah teregang (daya

recoil). Akan tetapi, untuk ekspirasi kuat dibantu oleh otot intercostalis internus dan otot

dinding perut (abdomen).8

Setelah sampai di alveoli, terjadilah proses difusi. Proses difusi berlangsung terus

menerus sebab alveol selalu berisi udara sekitar 2500 ml pada ekspirasi tenang dan aliran

darah di kapiler paru juga terus menerus, sewaktu diastol ventrikel dan waktu menahan nafas

difusi terus berlangsung. Tiga fase proses difusi gas antara udara alveol dan darah kapiler

paru. Yang pertama adalah fase gas yaitu luas penampang total saluran udara hanya sampai

duktus alveolaris, dalam alveol gerakan molekul gas dan pencampuran gas dengan cara

difusi. Maka O2 lebih cepat mendifusi daripada CO2 . Selanjutnya fase membran terjadi bila

membran respirasi tebal, maka difusi akan sukar. Yang terakhir adalah fase cairan dimana O2

mendifusi ke plasma, kemudian ke eritrosit dan berikatan dengan hemoglobin, kecepatan

difusi bergantung kepada daya larut gas. Jadi CO2 lebih mudah larut dalam air daripada O2.6

Difusi terjadi akibat perbedaan tekanan parsial gas. Tekanan gas:

1. Di paru paru : - O2 di alveoli 104 mmHg, di darah 40 mmHg

- CO2 di alveoli 40 mmHg, di darah 45 mmHg

2. Di jaringan : - O2 di jaringan 40 mmHg, di darah 95 mmHg

- CO2 di jaringan 45 mmHg, di darah 40 mmHg

O2 masuk ke jaringan melalui 2 jalur, yaitu larut dalam plasma dan terikat dengan Hb

eritrosit (98,5%). Sedangkan CO2 di ekspirasikan dengan 3 jalur, yaitu larut dalam plasma

(7%), bentuk carbamino Hb (23%), dan ion bikarbonat (70%).8

Otot-otot Pernapasan

8

Page 9: Makalah Blok 7

Otot pernafasan, menurut kegunaannya terbagi menjadi tiga, yaitu otot inspirasi utama

untuk respirasi tenang, otot inspirasi tambahan untuk inspirasi kuat dan otot ekspirasi

tambahan untuk ekspirasi kuat.

Otot inspirasi utama terdiri atas M. interkostalis ekternus, Mm. levator costarum, M.

seratus posterior, M. subcostalis, M. transversus thoracis, Otot diafragma. Otot inspirasi

tambahan terdiri atas M. sternocleidomastoideus, M. scalenus anterior, M. scalenus medius,

M. scalenus posterior, M. pectoralis major, M. pectoralis minor, M. latissimus dorsi, M.

seratus anterior, M. iliocostalis atas. Otot ekspirasi tambahan M. interkostalis internus, M.

longissimus, M. rektus abdominis, M. oblikus abdominis ekternus, M. oblikus abdominis

internus, M. iliocostalis bawah.4

Sianosis

Sianosis adalah suatu keadaan dimana kulit dan membrane mukosa berwarna kebiruan

akibat penumpukan deoksihemoglobin pada pembuluh darah kecil pada area tersebut.

Sianosis biasanya paling terlihat pada bibir, kuku dan telinga. Derajat sianosis ditentukan dari

derajat ketebalan kulit yang terlibat.sebenarnya derajat keakuratan penilaian sianosis ini sulit

ditentukan karena derajat penurunan saturasi oksigen yang dapat menyebabkan sianosis

berbeda pada tiap ras.9

Penyebab dari penumpukan hemoglobin tereduksi bisa karena peningkatan darah

pembuluh vena akibat penurunan saturasi oksigen di dalam darah. Sianosis muncul biasanya

karena kadar hemoglobin tereduksi minimal 5g/dL pada darah arteri. Namun tidak semua

sianosis ini disebabkan oleh peningkatnan kadar hemoglobin tereduksi. Penyebab yang lain

mungkin karena pigmen yang abnormal, seperti methemoglobin atau sulfhemoglobin pada

eritrosit.9

Dalam skenario dikatakan bahwa laki-laki tersebut sesak dan sulit bernafas disertai

wajahnya membiru saat sedang mendaki gunung. Itu termasuk tipe sianosis sentral, pada

keadaan ini jumlah saturasi oksigen menurun. Biasanya sianosis sentral ini terdapat pada

membrane mukosa dan kulit. Adanya penurunan saturasi oksigen merupakan tanda dari

penurunan oksigen dalam darah. Penurunan tersebut dapat diakibatkan oleh penurunan laju

oksigen tanpa adanya kompensasi dari paru-paru untuk meningkatkan jumlah oksigen

tersebut.7

Kesimpulan

9

Page 10: Makalah Blok 7

Sistem Respirasi berfungsi untuk menyediakan permukaan untuk pertukaran gas antara udara

dan sistem aliran darah. Saluran pernapasan sebagai jalur untuk keluar masuknya udara dari

luar ke paru-paru. Selain itu ia sebagai sumber produksi suara termasuk untuk berbicara,

menyanyi, dan bentuk komunikasi lainnya. Di dalam skenario diberitahukan bahwa laki-laki

tersebut wajahnya kebiruan serta sulit bernapas, itu dapat terjadi karena penurunan saturasi

oksigen yang disertai penurunan laju oksigen sehingga akan terjadi penumpukan

deoksihemoglobin pada pembuluh darah kecil yang menyebabkan wajah laki-laki tersebut

membiru.

Daftar Pustaka

1. Mescher AL. Sistem pernafasan. in: Mescher AL. Histologi dasar Junqueira. 12thed.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.h.292.

2. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC; 2004.h.266-77.

3. Djojodibroto RD. Respirologi. Jakarta: EGC; 2007. h.9-17.

4. Santoso G. Anatomi sistem pernafasan. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009. h 51-62.

5. Pearce E. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta : PT.Gramedia ; 2006 .h.

211-25

6. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi dasar.Ed 10. Jakarta: EGC; 2007.h.355

7. Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. Biokimia Harper. 25th ed.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003.

8. Sherwood L. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Ed 2. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC; 2001. h.499-537.

9. Fauci AS, et al. Harrison’s Principles of Internal Medicine. Ed 17. Philadelphia:

McGraw-Hill; 2008.

10