makalah batuan

43
BAB I PENDAHULUAN 1.1 PENDAHULUAN Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan, dimana bagian lautan lebih besar daripada bagian daratan. Akan tetapi daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat diamati langsung dengan dekat, maka banyak hal-hal yang dapat diketahui secara cepat dan jelas. Salah satu diantaranya adalah kenyataan bahwa daratan tersusun oleh jenis batuan yang berbeda satu sama lain dan berbeda-beda materi penyusun serta berbeda pula dalam proses terbentuknya. Petrology yaitu ilmu yang khusus membahas tentang batuan. Batuan beku sebenarnya telah banyak dipergunakan orang dalam kehidupan sehari-hari hanya saja kebanyakan orang hanya mengetahui cara mempergunakannya saja, dan sedikit yang mengetahui asal kejadian dan seluk-beluk mengenai batuan beku ini. Secara sederhana batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari pembekuan magma. Penggolongan batuan beku telah bayak dilakukan dari dahulu hingga sekarang, namun karena tidak adanya kesepakatan antara ahli petrologi dalam mengklasifikasikan betuan beku mengakibatkan sebagian klasifikasi dibuat atas dasar yang berbeda-beda. Penggolongan batuan beku dapat didasarkan pada tiga patokan utama, yaitu berdasarkan genetik batuan, berdasarkan

Upload: hazumra-hardi

Post on 26-Oct-2015

263 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

struktur dan tekstur

TRANSCRIPT

Page 1: makalah batuan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 PENDAHULUAN

Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan, dimana bagian lautan lebih besar daripada

bagian daratan. Akan tetapi daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat diamati langsung

dengan dekat, maka banyak hal-hal yang dapat diketahui secara cepat dan jelas. Salah satu

diantaranya adalah kenyataan bahwa daratan tersusun oleh jenis batuan yang berbeda satu sama

lain dan berbeda-beda materi penyusun serta berbeda pula dalam proses terbentuknya.

            Petrology yaitu ilmu yang khusus membahas tentang batuan. Batuan beku sebenarnya

telah banyak dipergunakan orang dalam kehidupan sehari-hari hanya saja kebanyakan

orang hanya mengetahui cara mempergunakannya saja, dan sedikit yang mengetahui asal

kejadian dan seluk-beluk mengenai batuan beku ini. Secara sederhana batuan beku adalah

batuan yang terbentuk dari pembekuan magma. Penggolongan batuan beku telah bayak

dilakukan dari dahulu hingga sekarang, namun karena tidak adanya kesepakatan antara ahli

petrologi dalam mengklasifikasikan betuan beku mengakibatkan sebagian klasifikasi dibuat atas

dasar yang berbeda-beda. Penggolongan batuan beku dapat didasarkan pada tiga patokan utama,

yaitu berdasarkan genetik batuan, berdasarkan senyawa kimia yang terkandung dan bersarkan

susunan mineraloginya.

Batuan beku adalah batuan yang terbentuk langsung dari pembekuan magma. Proses pembekuan

tersebut merupakan proses perubahan fase dari cair menjadi padat. Pembekuan magma akan

menghasilkan kristal-kristal mineral primer ataupun gelas. Proses pembekuan magma akan

sangat berpengaruh terhadap tekstur dan struktur primer batuan sedangkan komposisi batuan

sangat dipengaruhi oleh sifat magma sel.

Pada saat penurunan suhu akan melewati tahapan perubahan fase cair ke padat. Apabila pada

saat itu terdapat cukup energi pembentukan kristal maka akan terbentuk kristal-kristal mineral

berukuran besar sedangkan bila energi pembentukan rendah akan terbentuk kristal yang

Page 2: makalah batuan

berukuran halus. Bila pendinginan berlangsung sangat cepat maka kristal tidak terbentuk dan

cairan magma membeku menjadi gelas.

Magma terbentuk dalam mantel dan kerak bawah (lower crust). Keluar ke permukaan karena

memiliki berat jenis lebih ringan (lebih tidak padat) or less denser dari batuan sekitarnya.

Magma dapat mengalami kritasilasi secara parsial (sebagian) ataupun secara keseluruhan pada

kedalaman yang bervariasi dalam kerak, atau dapat mengalami kristalisasi dekat permukaan

bumi. Atau secara sederhana produk dari kristalisasi magma adalah batuan beku. Ketika magma

mendekati permukaan dan berhenti kemudian, akan membentuk batuan volkanik. Sementara

yang terbentuk di kedalaman dan mengalami kristalisasi disana akan membentuk batuan

plutonik. Asal mula dari batuan dengan mengetahui proses kristalisasinya selama erupsi volkanik

berlangsung dapat mudah dipahami melalui hubungan-hubungan yang umum dijumpai. Sebagai

contoh geologist dapat memahami proses yang terjadi saat kristalisasi tanpa perlu harus

mengamati langsung bagaimana magma itu mengkristal membentuk batuan. Cukup dari data

singkapan batuan beku yang sudah terbentuk untuk dilakukan pengamatan lebih lanjut. Tapi

banyak pertanyaan akan muncul. Bagaimana batuan beku ini dapat dikenali? Bagaimana

membedakan satu jenis batuan beku dan lainnya?? Dan bagaimana proses kristalisasi terjadi?

Jawaban untuk pertanyaaan ini dapat diperoleh melalui: (1) observasi lapangan dari hasil erupsi

volkanik yang telah ada (present is the key to the past), (2) pengamtan lapangan terhadap ciri

yang hadir dari batuan beku yang ada, (3) studi laboratorium terhadap mineralogi dan tekstur

dari batuan beku, (4) analisis kimia dari batuan beku, (5) studi laboratorium dari proses kimia

dan perilaku kristalisasi saat melt (kondisi leburan dimana seluruh fase kristal masih cair), (6)

aplikasi dari pemikiran induktif dan deduktif. Batuan beku diketahui, dideskripsi, diberi nama,

dan diklasifikasi berdasarakan struktur, tekstur, dan komposisi. Komposisi termasuk kedalam

komposisi mineral dan kimia. Tekstur adalah karakter fisik dari batuan, termasuk ukuran, bentuk

orientasi, dan distribusi dari butir dan hubungan antar butir. Struktur adalah ciri (feature) yang

hadir pada batuan, yang lebih besar dari grain, holes, fracture, atau kesluruhan massa dari batuan.

Tekstur dan struktur dari batuan beku berguna untuk membedakan batuan beku dan batuan

lainnya.

Page 3: makalah batuan

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis membatasi dengan hanya mengkaji masalah-masalah

sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan batuan beku?

2. Apa yang dimaksud dengan struktur batuan beku?

3. Apa yang dimaksud dengan tekstur batuan beku?

1.3 TUJUAN PENULISAN

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dibuat tujuan masalah sebagai berikut :

1. Menjelaskan apa itu batuan beku

2. Menjelaskan semua yang berhubungan dengan struktur batuan beku

3. Menjelaskan semua yang berhubungan dengan tekstur batuan beku

Page 4: makalah batuan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 BATUAN

Batuan ialah segala macam material padat yang menyusun kulit bumi/kerak bumi, baik

yang telah padu maupun lepas.

Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan dimana bagian dari lautan lebih besar

daripada bagian daratan. Akan tetapi karena daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat

kita amati langsung dengan dekat maka banyak hal-hal yang dapat pula kita ketahui dengan cepat

dan jelas. Salah satu diantaranya adalah kenyataan bahwa daratan tersusun oleh beberapa jenis

batuan yang berbeda satu sama lain. Dari jenisnya batuan-batuan tersebut dapat digolongkan

menjadi 3 jenis golongan. Mereka adalah : batuan beku (igneous rocks), batuan sediment

(sedimentary rocks), dan batuan metamorfosa/malihan (metamorphic rocks). Batuan-batuan

tersebut berbeda-beda materi penyusunnya dan berbeda pula proses terbentuknya.

2.2 BATUAN BEKU

Batuan beku atau sering disebut igneous rocks adalah batuan yang terbentuk dari satu

atau beberapa mineral dan terbentuk akibat pembekuan dari magma. Berdasarkan teksturnya

batuan beku ini bisa dibedakan lagi menjadi batuan beku plutonik dan vulkanik. Perbedaan

antara keduanya bisa dilihat dari besar mineral penyusun batuannya. Batuan beku plutonik

umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang relatif lebih lambat sehingga mineral-mineral

penyusunnya relatif besar. Contoh batuan beku plutonik ini seperti gabro, diorite, dan granit

(yang sering dijadikan hiasan rumah). Sedangkan batuan beku vulkanik umumnya terbentuk dari

pembekuan magma yang sangat cepat (misalnya akibat letusan gunung api) sehingga mineral

penyusunnya lebih kecil. Contohnya adalah basalt, andesit (yang sering dijadikan pondasi

rumah), dan dacite.

Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen (1960), F. F Groun (1947), Takeda (1970),

magma didefinisikan sebagai cairan silikat kental yang pijar terbentuk secara alamiah,

Page 5: makalah batuan

bertemperatur tinggi antara 1.500–2.5000C dan bersifat mobile (dapat bergerak) serta terdapat

pada kerak bumi bagian bawah. Dalam magma tersebut terdapat beberapa bahan yang larut,

bersifat volatile (air, CO2, chlorine, fluorine, iron, sulphur, dan lain-lain) yang merupakan

penyebab mobilitas magma, dan non-volatile (non-gas) yang merupakan pembentuk mineral

yang lazim dijumpai dalam batuan beku.

Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke permukaan bumi, maka

mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut dikenal dengan peristiwa penghabluran.

Berdasarkan penghabluran mineral-mineral silikat (magma), oleh NL. Bowen disusun suatu seri

yang dikenal dengan Bowen’s Reaction Series.

Dalam mengidentifikasi batuan beku, sangat perlu sekali mengetahui karakteristik batuan beku

yang meliputi sifat fisik dan komposisi mineral batuan beku.

Pengenalan batuan beku secara umum dimulai dilapangan. Terdapat struktur batuan yang

dikenali dilapangan dapat menjadi petunjuk proses petrogenesis. Juga dilapangan, lup digunakan

untuk mengamtai mineral dantekstru batuan. Setelahnya, studi laboratoriaum, termasuk

pengamatan mineral dan tekstur melalui analsis dengan mikroskop petrografi dan elektron,

memudahkan pemahaman yang lebih besar lagi untuk tiap jenis batuan yang diamati.

2.3 STRUKTUR BATUAN BEKU

Struktur batuan beku adalah bentuk batuan beku dalam skala besar. Seperti lava bantal yang

terbentuk di lingkungan air (laut), lava bongkah, struktur aliran dan lain-lain. Suatu bentuk dari

struktur batuan sangat erat sekali dengan waktu terbentuknya (Graha, 1987).

Struktur adalah kenampakan hubungan antara bagian-bagian batuan yang berbeda.pengertian

struktur pada batuan beku biasanya mengacu pada pengamatan dalam skala besar atau singkapan

dilapangan.pada batuan beku struktur yang sering ditemukan adalah: 

2.3.1 Masif                  : bila batuan pejal,tanpa retakan ataupun lubang-lubang gas.

umumnya terjadi pada batuan beku dalam. Pada batuan beku luar yang cukup

tebal, bagian tengahnya juga dapat berstruktur masif.

Page 6: makalah batuan

2.3.2 Jointing     : bila batuan tampak seperti mempunyai retakan-

retakan.kenapakan ini akan mudah diamati pada singkapan di lapangan. 

2.3.3 Vesikular       : struktur lubang bekas keluarnya gas pada saat pendinginan.

Struktur ini sangat khas terbentuk pada batuan beku luar. Namun pada batuan

beku intrusi dekat permukaan struktur vesikuler ini kadang-kadang juga dijumpai.

Bentuk lubang sangat beragam, ada yang berupa lingkaran atau membulat, elip,

dan meruncing atau menyudut, demikian pula ukuran lubang tersebut. Vesikuler

berbentuk melingkar umumnya terjadi pada batuan beku luar yang berasal dari

lava relatif encer dan tidak mengalir cepat. Vesikuler bentuk elip menunjukkan

lava encer dan mengalir. Sumbu terpanjang elip sejajar arah sumber dan aliran.

Vesikuler meruncing umumnya terdapat pada lava yang kental. dicirikandengan

adanya lubang-lubang gas. Sturktur ini dibagi lagi menjadi 3, yaitu: 

2.3.3.1 Skoriaan :  bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan.

2.3.3.2 Pumisan : bila lubang-lubang gas saling berhubungan. 

2.3.3.3 Aliran     : bila ada kenampakan aliran dari kristal-kristal maupun lubang gas. 

2.3.4 Amigdaloidal    : bila lubang-lubang gas terisi oleh mineral-mineral sekunder. 

2.3.5 Berlapis : terjadi sebagai akibat pemilahan kristal (segregasi) yang

berbeda pada saat pembekuan.

2.3.6 Struktur aliran : Semua batuan beku seharusnya ada berawal dari adanya aliran

ke suatu tempat. Struktur aliran adalah bagian dari magma atau lava yang

berdekatan pada pendinginan secara cepat pada kontak langsung, dan oleh karena

itu batas ketercapaiannya pada viskositas yang relatif tinggi dan diakhiri dengan

konsolidasi. Lebih dahulu bagian dalam yang lebih jauh terbentuk menjadi badan

keras (Lahee,1961).

2.3.7 Struktur bantal (pillow structure) : Struktur yang dinyatakan pada batuan ekstrusi

tertentu, yang dicirikan oleh masa yang berbentuk bantal. Dimana ukuran dari

bentuk lava ini pada umumnya antara 30-60 cm (Graha, 1987).

2.3.8 Struktur Kekar : bidang-bidang pemisah/retakan yang terdapat dalam semua

jenis batuan, biasanya disebabkan oleh proses pendinginan tetapi ada yang

Page 7: makalah batuan

disebabkan oleh gerakan-gerakan di dalam bumi yang berlaku sesudah batuan

mengalami pembekuan.

Retakan-retakan yang memotong sejajar dengan permukaan bumi menghasilkan

struktur perlapisan, sedang yang tegak lurus dengan permukaan bumi akan

menghasilkan struktur bongkah.

Retakan dapat pula membentuk kolom-kolom yang dikenal dengan struktur kekar

meniang (columnar jointing), hal ini disebabkan karena adanya pendinginan dan

penyusutan yang merata dalam magma dan dicirikan oleh perkembangan retakan

membentuk segi empat, segi lima atau segi enam, umumnya terdapat pada batuan

basal.

2.3.9 Xenolit : struktur yang memperlihatkan adanya suatu fragmen batuan yang

masuk atau tertanam kedalam batuan beku.

Struktur batuan beku tersebut di atas dapat diamati dari contoh setangan (hand specimen) di

laboratorium. Sedangkan struktur batuan beku dalam lingkup lebih besar, yang dapat

menunjukkan hubungan dengan batuan di sekitarnya, seperti dike (retas), sill, volcanic neck,

kubah lava, aliran lava dan lain-lain hanya dapat diamati di lapangan.

Berdasarkan strukturnya batuan beku dibagi kedalam dua kelompok utama yaitu tipe batuan

beku ekstrusif dan intrusif. Struktur ekstrusif dibentuk ketika magma dipaksa keluar ke

permukaan. Struktur intrusif merupakan struktur yang terbentuk dibawah permukaan.

STRUKTUR EKSTRUSIF

Struktur ekstrusif dibagi kedalam tiga kelompok utama: major, intermediet, dan minor (besar,

sedang kecil)- pengelompokan ini dibagi berdasarkan ukuran dari struktur ekstrusif yang hadir

dilapangan. Sebagai contoh untuk strukur yang major salah satunya dikenal ada lava plateu dan

basaltic plain, memiliki bentuk tabular dan mengandung poor-silica (miskin silaca karena

basaltik) merupakan batuan volkanik. Lava plateu keterdaptannya sangat luas dan banyak

dimuka bumi, umurnya pun sangat tua sekali dari prekambrian sampai kenozoik. Contohnya di

Parana Brazil berumur jurasik hingga kapur awal. Lava plateu secara primer terdiri material hasil

aliran lava, hasil solidifiasi masa dari fluida basaltik yang mengalir melewati permukaan dan

Page 8: makalah batuan

mengalami kristalisasi. Secaras khas, lava flow ini dipasok oleh magma yang keluar ke

permukaan melalui sistem rekahan yang hadir, mengalir cukup jauh, dan terakumulasi

membentuk layer gundukan magma. Hanya sedikit dari batuan piroklastik yang berisi fragmen

dari batuan volkanik terbentuk dari hasil erupsi eksplosif membentuk plateu seperti pada lava

plateu. Adapun basaltic plain berbeda dengan plateu karena terbetnuk dari hasil unit aliran lava

ganda yang tererupsi dari satu (lubang erupsi), yang menutupi pusat erupsi (Greeley, 1982).

Pusat ini dinamakan shield cone, yaitu dataran yang berbentuk kerucut hasildari akumulasi lava

yang mengandung jumlah minor dari interlayer (lapisan lapisan) material piroklastik.

Menutupi area yang sama, namun memiliki volume yang lebih kecil dinamakan pyroclastic

sheet. Pyroclastic sheet adalah akumulasi dari material volkanik (piroklastik) kaya silika, atau

material piroklastik yang terlontar keluar hasil erupsi eksplosif. Partikel partikel pada endapanini

dikenal dengan ash falls terkadang dapat terjadi melalui proses aliran piroklastik (dikenal dengan

nuee ardentee)-hasil pergerakan awan panas yang sangat cepat. Masa batuan yang terbentuk dari

hasil aliran piroklastik ini dikenal dengan ignimbrite atau ash flow. Ignimbrit terdiri dari butiran

halus (<2 mm) dari material piroklastik yang disebut ash, yang cerah khas mengalami kompaksi

karena berat material yang berada diatasnya dan secara lokal kadang mengalami pemaanggangan

(welded) akibat panas yang hadir saat aliran. Pyroclastic sheet dapat hadir dalam satu unit unggal

karena mengalami pendingian pada satu waktu (single cooling unit) atau memiliki set unit

ketebalan karena mengalami sejarah pendinginan yang komplek (composite cooling unit).

Composite cone, atau stratovolkano, sesuai namanya berisi layer dari material piroklastik dan

lava. Memiliki lereng yang curam dan membentuk cone (kerucut) gunung api. Batuan yang

mengisi composite cone terdiri dari kelompok silica poor (basalt), batuan intermediet (contohnya

andesit), hingga batuan tipe asam kaya silica (ryolith). Contoh endapanya diantaranya di cascade

range California banyak dijumpai di island arc. Caldera merupakan depresi circular yang besar

hasil dari erupsi yang diikuti dengan collapse dari suatu struktur volcanic (Howell Williams,

1941). Uplift yang terjadi setelahnya di pusat dome dapat terjadi, dan caldera tipe ini dikenal

dengan resurgent caldera, contohnya di Crater lake, Oregon, New mexico atau gunung Krakatau

Indonesia. Adapun Crater (kawah) juga merupakan depresi, tapi merpakan hasil dari aktivitas

erupsi langusng dari suatu gunung api tapi namun tidak diikuti dengan collaps. Dari ukurannya

crater lebih kecil dari caldera, dengan radius kurang dari 1 km. Pyroclastic cone, juga dikenal

dengan istilah cinder cone, bentuknya lebih kecil, dan memiliki sayap yang curam tersusun oleh

Page 9: makalah batuan

sebagian besar piroklast (material piroklastik) dari berbagai ukuran, dengan atau sedikit atau

tanpa lava. Kerucut kecil ini berasosiasi dengan volkanik arc atau terisolasi, local volcanic

terrane. Volcanic dome, lebih kecil, dengan struktur sayap yang curam seperti cangkir yang

terbalik atau kerucut. Terbentuk dari hasil intrusi, ekstrusi, atau keduanya dari magma yang

bersifat siliceous dan kental. Dome ini biasanya berasosiasi dengan gunung api utama.

Lava flow bentuknya tabular hingga lobate, dibagi dua untuk jenis lava basalt yangberada di

hotspot continental(contohnya di hawai) pahoehoe lava dan aa lava. Pahohoe cenderung lebih

bertekstur halus sedangkan aa lava lebih kasar. Dibawah flow surface, pendinginan yang terjadi

secara mendadak dapat membentuk struktur columnar joint. Ketika lava keluar dan melewati

batuan atau tanah hasil erosi maka akan membentuk suatu zona seperti bata merah dari material

teroksidasi yang dikenal dengan baked zone. Fragmen aliran lava yang telah membeku

seelumnya dapat lepas dan masuk ke dalam aliran lava baru dan struktru ini dikenal dengan

autolith. Sedangkan batuan asing yang masuk ke dalam sebagai ingklusi disebut xenolith. Gas

yang yang keluar bebas dari aliran lava akan meninggalkan lubang yang disebut vesicle. Jika

vesicle ini kemudian diisi oleh mineral sekunder seperti kuarsa, kalsit, atau zeolit maka disebut

amygdule. Inklusi, vesicle, atau butir mineral yang membentuk suatu arah yang liniear searah

denga liran lava memiliki struktur flow banding. Magma terfragmentasi membentuk klastika

volkanik (piroklastik) melewati beberapa proses meliputi: (1) menurunya tekanan dalam magma

ketika magma keluar, (2) separasi gas dari melt (peleburan), (3) formasi dari gelembung

(formation of bubble) dan (4) transformasi eksplosif dari bubbly magma membentuk campuran

fragmen gas yang tererupsi dari vent (Sugioka dan Brusik 1995; Papale 1999).

Material volkaniklastik, terfragmentasi saat erupsi, dinamakan pyroclast dan dibagi kedalam tiga

kelompok berdasarkan ukurannya (Schmid, 1981). Mengingat bahwa abu (ash) merupakan

material yang sangat kecil < 2 mm. istilah lapili adalah pyroclast berukuran 2.0-64 mm untuk

diameternya. Bombs merupakan bagian yang masih cair sebagian pada saat transportasi dan

membentuk ukuran akumulasi yang lebih besar dari ash. Sementara batuan yang terdiri dari

block dinamakan breksi, hadir dalam kondisi telah padat (solid state) sehingga terkadang telah

terbentuk didalam dan terlontar keluar biasanya hasil gerusan country rock (batuan volkanik

samping yang sudah ada sebelumnya) ataupun dari hasil pembekuan magma didalam yang ikut

terlontar keluar.

Page 10: makalah batuan

STRUKTUR INTRUSIF

Seperti halnya struktur ekstrusif struktur intrusif juga dibagi ke dalam struktur mayor,

intermediet, dan minor. Pembagian ini juga sama berdasarkan dimensi dan persebarannya. Untuk

struktur pada kelompok intermediet samapi major seringkali dsebut dengan istilah pluton (tubuh

raksasa batuan intrusi plutonik), oleh karenanya batuan intrusif seringkali disebut sebagai batuan

plutonik. Dan seringkali secara khas berasosiasi dengan batuan bertekstur ‘granitik’.

Batholith dan lopolith merupakan dua jenis struktur intrusif yang paling besar, dapat mencapai

100 km2 luasnya. Semetnara batuan plutonik dengan luas tubuh kurang dari 100 km2 dinamakan

stock. Pada literatur terdahulu, batholith seringkali digambarkan memiliki tepi yang curam,

tubuh silinder dengan kedalaman yang cukup dalam. Dan tidak memiliki dasar. Sementara

penelitian terbaru menggambarkan batholith itu merupakan tubuh intrusi berbentuk lensa

raksasa. Tapi apapun bentuknya batolith tetap merupakan jenis intrusi plutonik paling besar.

Terlepas dari perdebatan ukuran dan bentuk batolith dan stock Buddington (1959) memberikan

klasifikasi mengenai pluton berdasarkan kedalaman keterbentukannya. Yaitu Epizonal (shallow),

mesozonal (intermediet), dan Catazonal (deep).

Epizonal kehadirannya cenderung konkordant (memotong batuan disekitarnya), sementara

catazonal cenderung sejajar dan melensa dan mesozonal dapat bervariasi. Jika terjadi kontak dari

pluton epizonal akan membentuk pola chilled margin (atau tepi yang bertekstur halus akibat

pendinginan yang terjadi saat kontak batuan pluton dan batuan tepi yang lebih dingin).

Sementara pada catazonal hal ini jarang terjadi karena terbentuk dikondisi yang dalam dan

temperatur dan tekanan yang besarnya sama dengan batuan samping. Istilah struktur roof

pendant merupakan massa batuan yang menggantung diatas pluton (batuan ini merupakan batuan

samping yang menjadi atap (roof) dari pluton) saat erosi terjadi batuan roof ini masih tersisa dan

membentuk struktur roof pendant ini.

Struktur miarolitic cavity merupakan suatu rongga dalam batuan yang terisi pertumbuhan

mineral lain. Biasanya hadir dalam batuan ekstrusif dekat permukaan dalam hal ini untuk kasus

intrusif tentu epizonallah yang paling mungkin banyak kehadiran struktur ini sementara pada

catazonal jarang. Biasanya miarolitic cavity ini lebih cenderng ke tekstur daripada struktur.

Page 11: makalah batuan

Untuk struktur struktur berbentuk alignment (kelurusan) atau fabric mengacu kepada suatu

struktur yang terjadi akibat adanya kelurusan-kelurusan susunan komponen mineral atau batuan.

Kelurusan dari xenolith yang terbentuk pada suatu pluton dan membentuk pola arch

(melengkung) maka disebut schlieren dome dan arch. Biasanya banyak pada mesozonal pluton.

Lopolith merupakan struktur tubh batuan beku intrusif dengan bentuk atap yang melengkung

(cekung). Meskipun struktur ini tidak umum dijumpai tapi merekamenarik diplajari khususnya

untuk komposisi batuan yang basa dan ultrabasa karena alasan ekonomis (entah apa yah).

Laccolith, phacolith, dan sill merupakan struktur konkordan (sejajar dengan lapisan batuan)

dengan ukuran yang sedang. Laccolith lebih pendek dan lebih tebal dari sill dan memiliki

cembungan yang lebih menjorok keatas mendorong layer diatasnya. Phacolith merupakan intrusi

yang lenticular (membentuk lensa) yang berada pada sumbu lipatan (Gilbert 1980). Dike

merupakan (pluton berbentuk tabular) yang memanjang dari atas ke bawah, Gilbert

menginterpretasuikannya sebagai asal muasal magma pembawa laccolith, namun saat ini

pernyataan ini masih kontroversi dan pelru bukti lanjut. Dike merupakan tipe intrusi dikordan.

Hadir dalam berbagai bentuk dan komposisi dan dapat simple (terbentuk dari satu kali intrusi),

multiple (dua kali intrusi), atau composite (beberapa kali intrusi dengan tipe magmayang

berbeda). Ring dike dan cone sheet merupakan jenis dike yang khas. Ring dike seringkali

berukuran besar dan vertikal dan memiliki bentuk silinder. Dike ini, berada diatas dapur magma,

umumnya berasosiasi dengan cauldron collapse.

Dike menjadi conduit (saluran) bagi migrasi magma ke permukaan. Erosi yang terjadi akan

membentuk volcanic neck. Funnel merupakan tubuh batuan plutonik padat yang membentuk

layering dengan dip ke dalam, hampir mirip seperti cone sheet. Cupole merupakan kenampakan

menyerupai stock dari batuan plutonik yang terpisah dari batuan plutonik yang lebih besar oleh

country rock dan dipercaya masih memiliki hubungan (masih nyambung sama) dengan batuan

plutonik yang lebih besar. Schlieren (juga dikenal dengan layer aliran) merupakan bentuk tubuh

intrusi tabular, tersebar, memiliki konsentrasi mineral tertentu yang membentuk disk (lengkung

seperti disk) dalam massa batuan beku (balk, 1937), namun batasnyanya juga tersebar, schlieran

dapat terlihat akibat konsentrasi dari mineral lebih melimpah dalam mengisi bentuk disknya itu.

Ketika magma bergerak schlieren terorientasi memanjang paralel denganaliran, khsusunya ketika

terkonsentrasi dekat dengan batas pluton.

Page 12: makalah batuan

Struktur yang lebih kecil termasuk variasi dalam tabel dibawah ini. Struktur apophysis

bentuknya pendek, dike yang tidak teratur yang meluas dari puton margin ke country rock

(batuan samping yang diterobos). Vein, merupakan struktur yang ada pada batuan yang telah

mengalami retakan akibat deformasi dan terisi mineral (fracture filling). Istilah xenolith dan

autolith mengacu kepada inklusi batuan dalam batuan. Dimana xenolith merupakan tubh kecil

dari material yang dijumpai dalam batuan plutonik (terkadang dikenal juga dengan accidental

inclusions). Adapun autolith terkadang disebut cognate inclusion (inklusi seasal) yaitu terbentuk

ketika suatu magma tersolidifikasi namun kemudian runtuh sebagian tubuhnya masuk ke cairan

magma yang belum mengalami kristalisasi dan jika tidak melebur terbentuklah autolith.

Foliasi, lineasi, dan layering merupakan struktur yang dapat mencirikan batuan pada beberapa

tubuh intrusi. Foliasi merupakan suatu struktur planar yang dapat membentuk karakter akumulasi

mineral menyerupai daun yang terbentuk dari hasil aliran, kompaksi, atau deformasi yang

menjadi fungsi dari keluiusan paralel yang dibentuk baik mendatar (seperti lembaran) maupun

menjarum (acicular). (Peerson et al 1998). Lineasi merupakan ciri yang hadir dari kelurusan

paralel dari mienral lurus yang memotohng ciri planar yang ada.

Layer juga hadir dalam batuan beku layer ini bentuknya berlembar membentuk distribusi

komposisi mineral, tekstrut, atau keduanya (irvine 1982). Secara khas layer berkembang pada

magma silika rendah saat pendinginan terjadi dan tingkat kristalisasi yang cukup lambat

memungkinkan krstal tenggelam atau mengembang pada cairan sisa. Ciri layering yang tidak

berhubungan dengan intrusi dinamakan bands (Itvine 1982). Berbagai jenis dari batuan beku,

termasuk flow band dalam batuan volkanik dan beberapa orbicular dan comb-layer structre

dalam batuan plutonik.

2.4 TEKSTUR BATUAN BEKU

Magma adalah larutan kompleks, karena menurunnya temperatur, perubahan tekanan, atau

perubahan komposisi, larutan ini akan mengkristalisasi, atau membeku dengan cepat tanpa

membentuk kristal. Produk akhir dari kristalissasi atau solidifikasi adalah batuan yang terdiri dari

interlocking crystals (kristal-kristal yang saling mengunci satu sama lain) yang dikelilingi oleh

atau tanpa gelas. Jika magma terfragmentasi melalui erupsi ekslosif gas akan dibebaskan

bersama, kristal, gelas, dan batuan dapat terakumulasi dan terlitifiakasi membentuk batuan.

Page 13: makalah batuan

Apapun sejarahnya material-material erupsi dapat berupa: gelas, kristal, fragmen gelas, kristal ,

atau batuan. Karakteristik dan hubungan dari material ini dapat berupa: hubungan ukuran butir,

bentuk butir, orientasi butir, hubungan batas butir (kontak butir), dan kristalinitas batuan- dan

semua hubungan-hubungan ini dikenal dengan tekstur batuan.

Batuan beku dengan susunan butir berupa interlocking crystal memiliki tekstur kristalin,

sementara yang tersusun dari fragmen klastik atau lebih khusus lagi akan membentuk tekstur

piroklastik (maka dikenal sebagai batuan piroklastik meski sumbernya sama dengan batuan

beku). Kristalinitas dan dominasi ukuran butir dalam batuan beku secara tekstrual dibagi

menjadi: holokristalin (semua butir tersusun dari kristal), tekstur holohyalin dimana semuanya

tersusun dari gelas. Dan tekstur kombinasi antara keduanya dikenal dengan tekstur hipokristalin.

Sementara dari ukuran butirnya dikenal tekstur afanitik untuk akumulasi butir penyusun yang

halus dan faneritik untuk akumulasi butir yang kasar, sementara kombinasi keduanya dikenal

dengan tekstur porfiritik.

Sementara untuk ukuran butir yang sangat kasar dikenal tekstur pegmatitik (>3 cm), terkadang

banyak dijumpai pada batuan siliceous (granitioid) (pluton yang sangat asam sekali). Istilah

fenokris ditujukan kepada butir mineral yang besar dan groundmass untuk butir kecil (matrik)

yang mengelilinginya pada batuan beku. Batuan volkanik yang miskin fenokris dapat disebut

memiliki tekstur aphyric sementara yang kaya fenokris bertekstur phyric. Pada tekstru

mikroskopis, baik fenokris amupun groundmass sifatnya afanitik. Jika fenokrisnya faneritik

namun groundmassnya afanitik maka teksturnya disebut afanitikporfiritik. Jika kedua

groundmass dan fenokris sifatnya faneritik (besar dan mudah diidentifikasi keduanya) maka

teksturnya disebut faneritik-porfiritik.

Bentuk kristal juga memiliki istilah deskriptif dan tekstur tersendiri seperti tekstur idiomorfphic-

granular dimana dominasi butir kristal penyusunnya adalah euhedral. Hipidiomorfik dominan

disusun oleh Kristal subhedral. Dan alotriomorfik granular adalah istilah tekstur batuan yang

disusun oleh dominan Kristal anhedral. Sementara tekstur dengan bentuk akumulasi kristal

khusus, orientasi tertentu, dan interelasi, atau cirri internal memiliki nama tersendiri.

Dalam banyak kasus, pengamatan detil dari tekstur volkanik tidak dapat diamati tanpa bantuan

Page 14: makalah batuan

mikroskop. Beberapa tekstur volkanik seperti: sferulitik, votrofirik, intersertal, intergranular,

subofitik, dan ofitik merupakan tekstur tekstur yang dapat diamati dibawah mikroskop. Tekstur

vitrofirik merupakan tekstur yang hadir berupa fenokris yang tertanam dalam glassy groundmass

(groundmass gelas). Pada batuan porfiritik dimana plagioklas menjadi jumlah yang dominan dari

batuan, dengan sisanya berupa gelas dan kristal kecil darei material lain maka dinamakan

bertekstur intersertal. Jika feldspar feldspar ini memiliki lineasi (kelurusan) tertentu maka

dikenal dengan tekstru trachytic. Tekstur intergranular merupakan tekstru holokristalin yang

mana terdapat butir augit dalam mineral lain yang hadir mengisi celah dari plagioklas misalnya.

Pada tekstru supopfitik, augit dan plagioklas memiliki ukuran yang sama, dengan augit meliputi

sebagian dari plagioklas, pada tekstur ofitik piroksen memperluas ukuran dari plagioklas,

sehingga banyak latice (kisi) lplagioklas menutupi utiran piroksen. Lepasnya gas dari magma

mendekati permukaan dan tererupsi membentuk tekstur dan struktur yang unik. Jika gas-gas

yang keluar ini meninggalkan jejak berupa rongga maka dinamakan bertekstur vesikular.. dan

bila rongga ini terisi mineral maka dikenal tekstur/struktur amigdaloidal. Tekstur pumiceous

merupakan tekstur pada batuapung (pumice) dimana batuan ringan yang ikut terbawa gas yang

mencoba bebas melalui rongga batuan volkanik.

Tekstrur poikilitik merupakan kristal besar (oikocryst) yang secara tidak teratur mentupi kristal

kecil atau mineral lain. Tekstru ini khas pada batuan plutonik biasanya granit. Tekstur ofitik,

dijumapi pada batuan plutonik dan volkanik, merupakan salah satu tipe tipe dari tekstur

poikilitik. Tekstru grafik merupakan tekstru yang sama dengan poikilitik dimana butiran yang

lebih besar mentupi bturan kecil, yang hadir dalam batuan granitoid pegmatitik, terdiri dari

kristal yang besar dari alkali feldspar. Jika terdapat tekstur kuarsa yang tumbuh didalam sodic

plagioklas maka teksturnya dikenal dengan myrmektic. Tekstru yang sama juga ada berupa

feldspar dalam alkali feldspar dikenal dengan graphyric. Baik grafirik maupun myrmektik

keduanya merupakan jenis tekstur dari symplectic, merupakan istilah tekstur yang umum

dijumpai berupa wormy (seperti cacing) atau pertumbuhan yang tidak teratur dari satu mineral

dalam inieral lain. Tekstru serate merupakan suatu tekstru yang terdiri dari butiran berbagai

ukuran, yang menggradasi satu sama lain Tekstur dalam batuan plutonik bersilika rendah (< 53%

SiO2) termasuk ophitic, subophitic, diabasic, dan berbagai tekstur kumulasi. Tekstru diabasik

merupakan serti tiga tekstur dari ofitik, subofitik dan diabasik. Pada tekstur diabasik dimana

Page 15: makalah batuan

buriran kasar dari plagioklas kisinya diisi oleh augit atau mineral lain berbutir kecil. Tekstur

kumulat merupakan tekstur yang ada dalam batuan beku yang mencirikan framework kristal

mineral bersentuhan satu sama lain. Material yang terakumulasi ini terkadang terpanggang oleh

postcumulus material atau cairan magma yang datang terakhir dan mengisi akumulasi mineral

yang sudah ada.

Tekstur lainnya dijumpai pada batuan plutonik seperti zoning dalam satu butir. Yang paling

umum adalah tekstur zoning. Banyak mineral seperti plagioklas, klinopiroksen, dan garnet

memioliki zoning, tekstur corona (reaction rim)merupakan tekstru reaksi antar suatu mineral

dengan cairan tepi yang kontak dengannya. Jika suatu mineral tumbuh diantara yang lainnya

maka tekstur/strukturnya dikenal dengan epitaxial. Tekstru rapikivi, merupakan jenis tekstru

pada batuan granitoid, merupakan tekstru yang dicirikan oleh butiran alkali feldspar yang

ditutupi tepinya oleh plagioklas.

ASAL MULA TEKSTUR PADA BATUAN BEKU

Karena batuan beku terbentuk dari magma, tekstur pada batuan beku dikontrol oleh proses yang

terjadi selama proses kristalisasi dari saat melt. Diagram fase digunakan untuk menunjukan

jenis-jenis mineral (fase) yang muncul selama proses kristalisasi. Proses proses ini adalah proses

kimia dan fisika. Ketika material mendingin akan melewati tiga tahapan: 1. Tahap dimana

seluruh material dalam kondisi melt (melebur/ fase cair), 2. Tahap dimanan kristal dan melt

(larutan magma/fase cair tadi) hadir bersama, 3. Tahap dimana semua material telah padat

(solid). Pada diagram sistem albit-anortit terdapat dua separasi fase yaitu fase dimana semuanya

masih berupa liquid (melt) dan zona pada diagramnya dinamakan liquidus, fase semua mineral

telah terbentuk (plagioklas) dinamakan fase solidus, dan zona antara campuran kristal dan melt.

Proses yang paling utama yang akanmembentuk struktur kristal dikenal dengan nucleation

(nukleasi) proses ini melibatkan perilaku ikatan atomtertentu yang akan membentuk struktur dari

kristal. Fase liquid lebih dianggap sebagai ketidak beraturan dari suatu fase padat, dan nuclei

(pembentuk dari nukleasi) dibentuk dan dihancurkan secara konstan melalui pergerakan acak

dari atom dalam liquid.

Page 16: makalah batuan

Kristalisasi dari melt, nukleasilah yang akan mengawali dari semua proses pembentukan kristal,

karena ketika suatu struktur dari hasil proses nukleasi ini terbentuk maka energi yang dibutuhkan

akan semakin kecil karena permukaan untuk nukelasi baru telah terbentuk. Sejarah dan dinamki

proses kristalisasi dari batuan dapat diketahui lebih lanjut melalui analisis CSD (Crystal Size

Distribution) (Marsh 1988). Dimana kristalisasi akan menggambarkan perpindahan energi dari

energi tinggi ke rendah.

Dimanapun struktur permukaan telah dibentuk dan akan ada energi yang berinteraksi dengan

permukaan tersebut dikenal dengan surface-free energy. Untuk membentuk krsital, energi harus

digunakan untuk membentuk batas permukaan baru. Seperti biasa nuclei akan dibentuk lebih

dahulu terus bernucleasi membentuk nuclei yang lain dan nucleasi terus berlanjut hingga antar

nuclei membentuk struktur permukaan baru yang lebih kuat. Nucleasi yang terjadi dapat bersifat

homogen, dimana nuclei tumbuh spontan dalam melt, dan memerlukan energi yang besar

sedangkan nukleasi jenis lain dikenal dengan nukleasi heterogen dimana ada pengotor lain yang

mengisi struktur permukaan yang sudah ada sebelumnya dan memerlukan energi yang lebih

rendah karena tidak memerulukan energi untuk menciptakan permukaan baru.

Nukleasi dikontrol oleh komposisi dari melt, struktur melt, temperatur melt, dan cooling rate.

Untuk komposisi dari melt contohnya olivin tidak akan terbentuk dalam melt yang tidak

mengandung Fe atau Mg). Struktur dari melt berhubugan dengan kimia dari melt, hingga

tempertur maksimum melt akan terbentuk (masih dalam fase cair) jika struktur melt menyisakan

krstal, pertumbuhan kristal akan semakin mudah, terjadi karena nukleasi heterogen. Masuknya

gelas silika murni akan membentuk jaringan omplek dari tetraherdar SiO4. Pertambahan

berbagai ion ke dalam melt (sperti OH, Ca, Mg) akan merusak struktur ini. Sama juga dengan

suhu yang terlalu tinggi dapat merusak struktur dari nuclei dalam cairan. Berkurangnnya

kemungkinan menahan tetap terjadinya nukelasi heterogen, Lofgren (1983) berpendapat bahwa

nuclei kristal yang melt pada temperatur lebih rendah dapat terbentuk dalam melt dari mineral

dengan temperatur melting tinggi. Karenanya, dia menyarankan bahwa nukleasi heterogen dapat

menjadi faktor dominan pembentuk tekstur batuan beku. Rupanya, jumlah waktu dari melt akan

mempengaruhi berapa banyak nuclei yang dapat dirusak secara teoritis, jika nuclei

dirusak,nukleasi homogen akan menjadi sangat penting dalam perkembangan tekstur. Pada

Page 17: makalah batuan

kenyataannya, nuclei sisa dari melt yang disebutkan Lofgren (1983) dan Marh (1998) atau jika

tubuh magma mulai mengkristal pada tepinya (melalui nucleasi heterogen di dinding, bawah,

atau atap), maka nukleasi heterogen menjadi pengontrol proses keterbentukan tekstur. Suatu

waktu beberapa kristal telah terbentuk, nukleasi heterogen juga dapat hadir pada tepi kristal yang

sudah lebih dulu terbentuk, khususnya jika saturasi lokal dari rekasi kimia komponen tertentu

terjadi dekat dengan kristal.

Ketika suatu nuclei terbetntuk, pertumbuhan kristal dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor:

1. Komposisi melt

2. Jenis dan densitas dari kehadiran nuclei

3. Temperatur dari melt ketika kristalisasi dimulai (dapat saja bukan temperatur likuidus)

4. Cooling rate

5. Difusi spesies kimia melalui melt

6. Rekasi yang terjadi antara muka kristal dan cairan melt

7. Heat flow pada daerah tempat tumbuhnya kristal.

Ingat bahwa tekstur2 ini diamati berdasarkan ukuran, bentuk (morfologi), orientasi dan

hubungan batas dari kristal dan kristalinitas dari seluruh batuan. Yang mana tiap faktor ini

menentukan karakter masing-masing.

Kristalinitas ditentukan oleh komposisi dan faktor temperatur (1,3,4). Magma kaya silika

(ryolitik, granitik) cenderung akan lebih viskous (kental), dan lebih tebal (seperti madu yang

lebih tebal dari air), viskositas yang tinggi akan mengurangi kemampuan atom untuk bermigrasi

saat melt, atau berdifusi, ke dalam nucleous atau menumbuhkan kristal. Magma silika rendah

(basal, gabbro) memiliki viskositas lebih rendah, memudahkan tingkat difusi yang lebih besar.

Sama halnya dengan, tingkat pendingingan yang tinggi juga tetap tidak memudahkan material

bermigrasi membentuk nuclei atau menumbuhkan muka kristal. Faktanya, melting dapat

mendingin sangat cepat membentuk material padat (gelas).

Viskositas tinggi dan pendinginan yang cepat berkombinasi memebentuk erupsi magma silka

tinggi untuk membentuk tekstur gelas (glassy texture) pada batuan volkanik dan produknya

dikenal dengan obsidian.

Page 18: makalah batuan

Kebanyakan obsidian, dibandingkan gelas pada umumnya terdiri dari mikrolite, atau kristal

kristal yang sangat kecil dalam matrik gelas. Sama dengan tekstur hipokristalin hadir dalam

batuan volkanik yang lain, sebagai tekstur porfiritik. Kehadiran tekstur dalam ukuran butir yang

bervariasi tidak lepas dari perhatian terhadap faktor faktor yang mengontrol ukuran butirnya

(Marsh 1998). Hypokristalin dan tekstur porfiritik yang lain memiliki atribut sejarah pendinginan

dua tahap. Pertama akan membentuk fenokris, diikuti dengan pendinginan yang membentuk

groundmass tentu saja dengan suhu yang leibih rendah dan penurunan temperatur yang lebih

cepat. Mengeneralisasi kurva densitas nukleasi ditunjkan oleh gambar 2.25 merupakan faktor

yang penting dalam pertumbuhan kristal konsep undercooling(faktor 3). Mungkin saja melt

mendingin dibawah temperatur liquidus. Kristal mulai terbentuk, setelah masa inkubasi, karena

kesetimbangan distabilkan lagi. Perbedaan temperatur antara temperatur kristalisasi dan

temperatur likuiuds dinamakan undercooling (atau terkadang juga disebut supercooling) dan

dintunjukan dengan simbul ΔT (T liquidus-T crystal growth). Pada gambar 2.25a pendinginan

melt menuju ΔT1 akan secara relatif menurunkan densitas nukleasi (jumlah nuclei/unit volume)

(garis putus putus). Karena tingkat pertumbuhan dari bebrapa krstal akan cepat dan menjadi

besar. Dan hasilnya berupa tekstur pegmatitik.seperti pada contoh kedua, anggap melt mendingin

dari ΔT2, pada ΔT2 akan membentuk tinggakat pertumbuhan yang besar sampai menengah

(hipidiomorfik granular, medium-fine grainde texture). Pada kondisi undercooled ΔT3 akan

membentuk densitas nuklei yang tinggi namun growth ratenya rendah. Hasil dari tekstur akan

bersifat afantitik atau fine grained.

Sebagaimana conto yang ditunjukan pada paragraf awal dair bagian ini, mengenali ukuran dari

Kristal yang terbentuk bukan emrupakan fngsi dari tingkat pendinginan sebagaimana sering

dianggap demikian. Tapi tingkat nukleasi, densitasnya, memegang kontrol paling dominan

(Swanson 1977). Meskipun pendinginan yanglambat pada kedalaman dapat menghasilkan kristal

yang besar, kombinasi dari densitas nukleasi yang rendah (misalnya <1000 nuclei per cm3) dan

pertumbuhan kristal yang tinggi (3 mm sampai 19 m/ day) dapat menghasilkan formasi kristal

yang besar. Beberapa kristal dapat terbentuk pada periode ang singkat. Beberapa pegmatiti,

faktanya, memiliki morfologi yang menunjukan pertumbuhan yang sangat cepat.

Page 19: makalah batuan

Secara eksperimental Swanson (1977) telah membuat kurva yang menghubngkan pertumbuhan

Kristal dengan densitas nukleasi antara beberapa mineral (kuarsa, plagioklas, dan alkali

feldspar). Perhatikan kurvanya pada suhu 120°C akan membentuk tekstur porfiritik selama satu

tahap proses pendinginan. Untuk alkali felkspar pada ΔT, densitas nukleasi relatif rendah tapi

pertumbuhannya tinggi dan membentuk kristal yang besar. Pada plagioklas baik growth ratenya

maupun densitas nukleasi adalah sedang, sehingga ukuran kristalnya akan berkembang dalam

ukuran sedang. Dan kristal kuarsa yang kecil juga akan terbentuk pada waktu yang sama. Batuan

yang akan dihasilkan akan memilki bentuk yang fenokris berupa alkali feldspar dengan matrik

berupa plagioklas dan kuarsa.

Dapat disimpulkan bahwa, berbagai jenis cooling rates, densitas nuleasi, dan growth rate, dan

Collin ghistory dapat menghasilkan berbagai jenis ukuran butir, umumnya,, tiap jeis butir hadir

hadir dalam berbagai ukuran. Pada batuan dengan ukuran butir yang besar, butir yang dihasilkan

akan panjang, pendinginan yang lambat dan kristalisasi atau dari rapid growth dari beberapa

nuclei pada saat undercooling yang kecil. Tekstur porfiritik dapat terbentuk dari sejarah

kristalisasi single atau multistage. Pengaruh dari komposisi terhadap morfologi yang dihasilkan

tidak terlalu banyak tqapi Lofgren dan Donaldson (1975) mengajukan bahwa cooling rate yang

tetap, akanmerubah komposisi dari melt dari poor silica (gabbroic) ke hihg silica (granitic)

menyebabkan perubhan dari bentuk kristalyang tabular menjadi bercabang (tabular ke brancing).

Penelitian mereka juga mendemonstrasikans pengaruh dari cooling rate. Cooling rate yang

rendah membentuk kristal yang tabular, sama halnya dengan undercooling yang kecil. Dengan

meningkatnya cooling rate, morfologi bervariasi dari memanjang hingga agak bercabang sampai

membentuk bentuk yang benar benar bercabang (Lofgren 1983) membentuk range tekstur basal

dari spherulitik hingga ophitic, karena densitas dan jenis lokasi nukleasi heterogen, dan dia juga

berargumen (1980m 1983) bahwa fenomena nukleasi merupakan faktor kritis dalam

perkembangan tekstur.

Range dari tekstur batuan beku sangat bergantung dari variasi hubungan nukleasi dan

pertumbuhan kristal, sebagai konsekuensi dari pemahaman tekstur memerlukan penelitian yang

dikombinasikan proses kristalisasi.

Page 20: makalah batuan

Tekstur didefinisikan sebagai keadaan atau hubungan yang erat antar mineral-mineral sebagai

bagian dari batuan dan antara mineral-mineral dengan massa gelas yang membentuk massa dasar

dari batuan.

Tekstur pada batuan beku umumnya ditentukan oleh tiga hal yang penting, yaitu:

2.4.1 Kristalinitas

Kristalinitas adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu terbentuknya batuan

tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk menunjukkan berapa banyak yang

berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk kristal, selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan

pembekuan magma. Apabila magma dalam pembekuannya berlangsung lambat maka kristalnya

kasar. Sedangkan jika pembekuannya berlangsung cepat maka kristalnya akan halus, akan tetapi

jika pendinginannya berlangsung dengan cepat sekali maka kristalnya berbentuk amorf.

Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:

2.4.1.1 Holokristalin, yaitu batuan beku dimana semuanya tersusun oleh kristal. Tekstur

holokristalin adalah karakteristik batuan plutonik, yaitu mikrokristalin yang telah

membeku di dekat permukaan.

2.4.1.2 Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan sebagian lagi

terdiri dari massa kristal.

2.4.1.3 Holohialin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas. Tekstur

holohialin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian), dike dan sill, atau sebagai fasies

yang lebih kecil dari tubuh batuan.

2.4.2 Granularitas

Granularitas didefinisikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku. Pada umumnya dikenal

dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:

2.4.2.1 Fanerik/fanerokristalin

Besar kristal-kristal dari golongan ini dapat dibedakan satu sama lain secara megaskopis dengan

mata biasa. Kristal-kristal jenis fanerik ini dapat dibedakan menjadi:

Page 21: makalah batuan

2.4.2.1.1 Halus (fine), apabila ukuran diameter butir kurang dari 1 mm.

2.4.2.1.2 Sedang (medium), apabila ukuran diameter butir antara 1 – 5 mm.

2.4.2.1.3 Kasar (coarse), apabila ukuran diameter butir antara 5 – 30 mm.

2.4.2.1.4 Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter butir lebih dari 30

mm.

2.4.2.2 Afanitik

Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat dibedakan dengan mata biasa sehingga

diperlukan bantuan mikroskop. Batuan dengan tekstur afanitik dapat tersusun oleh kristal, gelas

atau keduanya. Dalam analisis mikroskopis dapat dibedakan:

2.4.2.2.1 Mikrokristalin, apabila mineral-mineral pada batuan beku bisa

diamati dengan bantuan mikroskop dengan ukuran butiran sekitar

0,1 – 0,01 mm.

2.4.2.2.2 Kriptokristalin, apabila mineral-mineral dalam batuan beku terlalu

kecil untuk diamati meskipun dengan bantuan mikroskop. Ukuran

butiran berkisar antara 0,01 – 0,002 mm.

2.4.2.2.3 Amorf/glassy/hyaline, apabila batuan beku tersusun oleh gelas.

Ukuran butir kristal :

< 1 mm ——– berbutir halus

1 – 5 mm ——– berbutir sedang

5 – 30 mm ——– berbutir kasar

> 30 mm ——– berbutir sangat kasar

Apabila batuan beku mempunyai tekstur afanitik maka pemerian tekstur lebih rinci tidak dapat

diketahui, sehingga harus dihentikan. Sebaliknya apabila batuan beku tersebut bertekstur fanerik

maka pemerian lebih lanjut dapat diteruskan.

Page 22: makalah batuan

2.4.3 Bentuk Kristal

Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat batuan secara

keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga bentuk kristal, yaitu:

2.4.3.1 Euhedral, jika kristal berbentuk sempurna/lengkap, dibatasi oleh bidang

kristal yang ideal (tegas, jelas dan teratur). Batuan beku yang hampir

semuanya tersusun oleh mineral dengan bentuk kristal euhedral, disebut

bertekstur idiomorfik granular atau panidiomorfik granular.

2.4.3.2 Subhedral, jika kristalnya dibatasi oleh bidang-bidang kristal yang tidak

begitu jelas, sebagian teratur dan sebagian tidak. Tekstur batuan beku

dengan mineral penyusun umumnya berbentuk kristal subhedral disebut

hipidiomorfik granular atau subidiomorfik granular.

2.4.3.3 Anhedral, kalau kristalnya dibatasi oleh bidang-bidang kristal yang tidak

teratur. Tekstur batuan yang tersusun oleh mineral dengan bentuk kristal

anhedral disebut alotriomorfik granular atau xenomorfik granular.

Ditinjau dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat bentuk kristal, yaitu:

2.4.3.4 Equidimensional, apabila bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang.

2.4.3.5 Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi yang

lain.

2.4.3.6 Prismitik, apabila bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua dimensi yang

lain.

2.4.3.7 Irregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.

2.4.4 Hubungan Antar Kristal

Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi didefinisikan sebagai hubungan antara

kristal/mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan. Secara garis besar, relasi dapat

dibagi menjadi dua,

Page 23: makalah batuan

2.4.4.1 Equigranular

Yaitu apabila secara relatif ukuran kristalnya yang membentuk batuan berukuran sama besar.

Berdasarkan keidealan kristal-kristalnya, maka equigranular dibagi menjadi tiga, yaitu:

2.4.4.1.1 Panidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya

terdiri dari mineral-mineral yang euhedral.

2.4.4.1.2 Hipidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya

terdiri dari mineral-mineral yang subhedral.

2.4.4.1.3 Allotriomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya

terdiri dari mineral-mineral yang anhedral.

2.4.4.2 Inequigranular

Yaitu apabila ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk batuan tidak sama besar.

Mineral yang besar disebut fenokris dan yang lain disebut massa dasar atau matrik yang

bisa berupa mineral atau gelas. Inequigranular dibedakan menjadi 2 yaitu:

2.4.4.2.1 Faneroporfiritik, yaitu jika  fenokris (mineral besar) terdapat diantara

massa dasar kristal-kristal yang faneritik (terlihat dengan mata

telanjang).

2.4.4.2.2 Porfiroafanitik, yaitu jika fenokris (mineral besar) terdapat diantara

massa dasar kristal-kristal yang Afanitik ( tidak terlihat dengan mata

telanjang).

2.4.5 Ukuran kristal 

Ukuran kristal adalah sifat tekstural yang paling mudah dikenali.ukuran kristal dapat

menunjukan tingkat kristalisasi pada batuan.

Page 24: makalah batuan

Di dalam batuan beku bertekstur holokristalin inequigranular dan hipokristalin terdapat kristal

berukuran butir besar, disebut fenokris, yang tertanam di dalam masadasar (groundmass).

Kenampakan demikian disebut tekstur porfir atau porfiri atau firik. Tekstur holokristalin

porfiritik adalah apabila di dalam batuan beku itu terdapat kristal besar (fenokris) yang tertanam

di dalam masadasar kristal yang lebih halus. Tekstur hipokristalin porfiritik diperuntukkan bagi

batuan beku yang mempunyai fenokris tertanam di dalam masadasar gelas. Karena tekstur

holokristalin porfiritik dan hipokristalin porfiritik secara mata telanjang dapat diidentifikasi maka

kenampakan tersebut dapat disebut bertekstur faneroporfiritik. Sebaliknya, apabila fenokrisnya

tertanam di dalam masadasar afanitik maka batuannya bertekstur porfiroafanitik. Tekstur

vitrofirik adalah tekstur dimana mineral penyusunnya secara dominan adalah gelas, sedang

kristalnya hanya sedikit (< 10 %).

Tekstur diabasik adalah tekstur dimana kristal plagioklas berbentuk prismatik panjang (lath-

like), berarah relatif sejajar dan di antaranya terdapat butir-butir lebih kecil daripada kristal olivin

dan piroksen. Tekstur gabroik adalah tekstur holokristalin, berbutir sedang – kasar (Æ : 1 – 30

mm), tersusun secara dominan oleh mineral mafik (olivin, piroksen, amfibol) dan plagioklas

basa. Tekstur granitik adalah tekstur holokristalin berbutir sedang-kasar tersusun oleh plagioklas

asam, alkali felspar, dan kuarsa. Tekstur pegmatitik adalah tekstur holokristalin kasar – sangat

kasar (Æ ³ 5 mm), tersusun oleh alkali felspar dan kuarsa. Tekstur dioritik sebanding dengan

tekstur gabroik dan granitik tetapi biasanya untuk batuan beku menengah.

Menurut Sapiie (2006), eberapa tekstur batuan beku yang umum adalah:

1. Gelas (Glassy) – tidak berbutir atau tidak mempunyai kristal (amorf).

2. Afanitik (aphanitic) – (fine grain texture)

3.  berbutir sangat halus, hanya dapat dilihat dengan mikroskop.

4. Faneritik (phaneritic) – ( coarse grain texture)

5. Berbutir cukup besar, dapat dilihat tanpa mikroskop.

6. Porfiritik (porphyritik) – mempunyai dua ukuran kristal yang dominan.

7. Piroklastik (pyroklastik) – mempunyai fragmen material volkanik.

Page 25: makalah batuan

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Batuan ialah segala macam material padat yang menyusun kulit bumi/kerak bumi, baik

yang telah padu maupun lepas. Material padat dapat terjadi dari agregat mineral yang tersusun

oleh 1 macam mineral maupun dari berbagai mineral. Batu adalah material padat dari agregat

mineral yang telah padu.

            Batuan beku merupakan batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan

membeku. Batuan beku berdasarkan genetiknya yaitu batuan ekstruksi dan batuan instrusi.

Batuan beku berdasarkan komposisi  kimianya yaitu Salah satu klasifikasi batuan beku dari

senyawa oksidanya, sepreti SiO2, TiO2, AlO2, Fe2O3, FeO, MnO, MgO, CaO, Na2O, K2O, H2O+,

P2O5.

Batuan beku berdasarkan mineraloginya,biasanya dipergunakan adalah mineral kuarsa,

plagioklas, potassium feldspar dan foid untuk mineral felsik. Sedangkan untuk mafik mineral

biasanya mineral amphibol, piroksen dan olovin.

Struktur batuan beku ada beberapa, diantaranya yaitu struktur bantal, struktur vesikular,

strutur aliran, struktur kekar.

Tekstur batuan beku ada beberapa, diantaranya yaitu kristalinitas, granularitas, kemas,

ukuran Kristal, bentuk Kristal.

Deskripsi batuan beku  dikelompokkan menjadi 5, yaitu kelompok granit, kelompok

synit, kelompok diorit, kelompok gabro dan kelompok utra basa.

Page 26: makalah batuan

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Batuan_beku

http://pillowlava.wordpress.com/geology/mineralisasi/

http://wingmanarrows.wordpress.com/geological/petrologi/batuan-beku/

http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:ds5LzK9Qi1AJ:thekoist.files.wordpress.com/2011/12/batuan-beku.pdf+&cd=13&hl=id&ct=clnk

http://ptbudie.wordpress.com/2012/11/15/deskripsi-batuan-beku/

http://gengeology.blogdetik.com/category/struktur-batuan-beku/

http://ilmutentangbumi.com/struktur-batuan-beku-intrusif/

http://www.echogeo.net/2013/09/tekstur-batuan-beku.html

http://www.echogeo.net/2013/09/struktur-batuan-beku.html

http://elisa.ugm.ac.id/community/show/petografi/

Soetoto. 2001.Geologi.Yogyakarta: Teknik Geologi FT-UGM

Page 27: makalah batuan