makalah audit olympus

17
B A B I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Laporan keuangan memiliki peran penting dalam dunia bisnis. Hal ini disebabkan laporan keuangan dapat mencerminkan bagus tidaknya posisi suatu perusahaan sehingga dapat menentukan keberlangsungan suatu perusahaan (going concern). Laporan keuangan suatu perusahaan pasti membutuhkan jasa seorang akuntan publik (auditor) untuk memeriksa laporan keuangan tersebut. Pemeriksaan ini tidak dimaksudkan untuk mencari kesalahan atau menemukan kecurangan, walaupun dalam pelaksanaannya sangat memungkinkan ditemukannya kesalahan atau kecurangan. Pemeriksaan atas laporan keuangan dimaksudkan untuk menilai kewajaran laporan keuangan berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku di Indonesia (Agoes, 2007). Semakin meluasnya kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai pihak yang dianggap independen, menuntut profesi akuntan publik untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat menghasilkan opini audit yang dapat diandalkan bagi pihak yang membutuhkan. Akuntan publik bertugas untuk membuktikan kewajaran suatu laporan keuangan klien dan tidak memihak kepada siapapun karena akuntan publik tidak hanya mendapatkan kepercayaan dari klien tetapi juga pihak ketiga. Seringkali kepentingan klien dan pihak ketiga bertentangan atau dengan kata lain terjadi situasi konflik audit. Ketika terjadi situasi konflik audit inilah auditor dituntut untuk dapat mempertahankan kepercayaan dari klien dan pihak ketiga dengan cara mempertahankan independensinya. Kasus Penyimpangan Akuntansi Perusahaan Olympus | 1

Upload: nandanurb

Post on 26-Sep-2015

740 views

Category:

Documents


130 download

DESCRIPTION

AUDITING

TRANSCRIPT

B A B I

P E N D A H U L U A NA. Latar Belakang

Laporan keuangan memiliki peran penting dalam dunia bisnis. Hal ini disebabkan laporan keuangan dapat mencerminkan bagus tidaknya posisi suatu perusahaan sehingga dapat menentukan keberlangsungan suatu perusahaan (going concern). Laporan keuangan suatu perusahaan pasti membutuhkan jasa seorang akuntan publik (auditor) untuk memeriksa laporan

keuangan tersebut.

Pemeriksaan ini tidak dimaksudkan untuk mencari kesalahan atau menemukan kecurangan, walaupun dalam pelaksanaannya sangat memungkinkan ditemukannya kesalahan atau kecurangan. Pemeriksaan atas laporan keuangan dimaksudkan untuk menilai kewajaran laporan keuangan berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku di Indonesia (Agoes, 2007).

Semakin meluasnya kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai pihak yang dianggap independen, menuntut profesi akuntan publik untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat menghasilkan opini audit yang dapat diandalkan bagi pihak yang membutuhkan. Akuntan publik bertugas untuk membuktikan kewajaran suatu laporan keuangan klien dan tidak memihak kepada siapapun karena akuntan publik tidak hanya mendapatkan kepercayaan dari klien tetapi juga pihak ketiga. Seringkali kepentingan klien dan pihak ketiga bertentangan atau dengan kata lain terjadi situasi konflik audit. Ketika terjadi situasi konflik audit inilah auditor dituntut untuk dapat mempertahankan kepercayaan dari klien dan pihak ketiga dengan cara mempertahankan independensinya.Auditor yang dianggap telah melakukan kesalahan maka akan mengakibatkan mereduksinya kepercayaan klien. Hal ini dikarenakan klien merupakan pihak yang mempunyai pengaruh besar terhadap auditor.

Kurangnya independensi auditor dan maraknya rekayasa laporan keuangan korporat, telah menurunkan kepercayaan para pemakai laporan keuangan auditan, sehingga para pemakai laporan keuangan seperti investor dan kreditor mempertanyakan eksistensi akuntan publik sebagai pihak yang independen. Beberapa kasus dalam dunia bisnis terkait kegagalan auditor dalam mendeteksi kecurangan terbukti dengan adanya beberapa skandal keuangan yang melibatkan akuntan publik seperti Enron, Xerox, World Com,

Walt Disney, Merck, dan Tyco.

Kasus lainnya yakni skandal keuangan yang terjadi pada Olympus Corporation, sebuah perusahaan produsen kamera dan peralatan kesehatan asal Jepang, yang terungkap pada akhir tahun 2011. Olympus Corporation, telah menyembunyikan kerugian dengan menganggapnya sebagai aset sejak tahun 1990-an.B. Ruang Lingkup Pembahasan

a. Profil Olympus

b. Sejarah Singkat Kasus Olympus

c. Pihak-Pihak yang Terkait

d. Kasus Penyimpangan Akuntansi yang Terjadi di Olympus

e. Pelanggaran Kode Etis Akuntansi Manajemen Olympus

f. Dampak Penyimpangan Akuntansi yang Dilakukan Oleh Olympus

B A B I I

P E M B A H A S A N

A. Profil Olympus

Olympus Corporation adalah sebuah perusahaan Jepang yang bergerak di bidang optik dan gambar seperti pembuatan kamera, mikroskop, termometer, kartu memori, dan lensa kamera. Olympus didirikan pada tanggal 12 Oktober 1919 di Tokyo, Jepang. Sedangkan, markas mereka di Amerika berada di Allentown, Pennsylvania dan di Eropa bermarkas di Hamburg, Germany.Produk pertama yang diproduksi oleh Olympus adalah mikroskop yang diperkenalkan di Jepang pada tahun 1920. Sejak itu, Olympus telah menjadi penyedia mikroskop presisi dan sistem mikroskop untuk laboratorium klinik, ilmu pengetahuan, teknik, pendidikan, pangan, pertanian, perikanan, peternakan dan industri penelitian.

Teknologi bioimaging Olympus membantu berbagai penelitian-penelitian ilmiah terbaru dalam biologi dan kedokteran yang dapat membantu menentukan generasi dunia kesehatan berikutnya. Olympus juga berkontribusi dalam penemuan penjelasan fungsi otak, mekanisme pembentukan kanker dan metastasis, kerja obat dan mekanisme kekebalan, dan sel iPS teknologi.

Olympus mempertahankan keunggulannya dalam tiga kelompok produk : kelompok produk imaging, yang meliputi kamera digital, kamera, dan tape recorder microcassette; kelompok produk medis, yang menawarkan endoskopi medis, penganalisis klinis dan peralatan medis lainnya, serta endoskopi industri dan instrumen inspeksi lainnya.

Produk perangkat sistem dan informasi terpadu yang meliputi mikroskop dan alat ukur, serta printer, perangkat pengolahan data barcode, magneto-optik disk drive dan produk-produk perangkat informasi lainnya. Perusahaan ini akan terus memberikan teknologi dan produk yang menawarkan nilai baru dalam kehidupan sehari-hari orang di seluruh dunia.

Dalam misinya, Olympus mencoba untuk membuat dunia sedikit lebih baik di setiap harinya, dan suatu tempat menjadi lebih sehat, lebih aman dan lebih baik bagi manusia untuk ditinggali. Perusahaan ini berkomitmen untuk mengembangkan teknologi dan produk baru, serta pelayanan yang sesuai dengan standar industri dan menawarkan peningkatan keselamatan, keamanan, kualitas dan produktivitas kepada pelanggan mereka.B. Sejarah Singkat Kasus Olympus

Pada akhir tahun 2011 kasus Olympus Corporation terungkap, Olympus telah menyembunyikan kerugian dengan menganggapnya sebagai aset sejak tahun 1990-an. Kasus ini mencuat setelah dewan Olympus memecat CEO mereka, Michael C. Woodford, yang baru menjabat selama enam bulan, karena terus mendesak dilakukannya penyelidikan internal terkait transaksi mencurigakan biaya advisory (penasihat keuangan) sebesar 687 juta dollar AS atas transaksi akuisisi senilai 2,2 miliar dollar AS. Setelah dipecat, Woodford membeberkan dokumen yang mengungkap besarnya biaya penasihat keuangan yang dibayar Olympus untuk mengakuisisi perusahaan alat kesehatan asal Inggris, Gyrus, pada 2008 lalu. Reuters mencatat biaya 687 juta dollar AS atau sekitar 6 triliun rupiah itu sebagai biaya penasihat keuangan terbesar yang pernah ada. Jumlah biaya penasihat keuangan yang dikeluarkan Olympus itu mencapai sepertiga dari total nilai akuisisinya, atau hampir 30 kali lipat dari biaya advisory yang biasanya berlaku di pasar modal, sekitar 1 hingga 5 persen. Diketahui kemudian bahwa kesepakatan itu dilakukan untuk menyembunyikan kerugian (indonesiafinancetoday.com, 2011; koran-jakarta.com, 2011).Auditor Olympus pada 1990-an adalah Arthur Andersen afiliasi Jepang, yang dulu adalah salah satu dari perusahaan akuntan Big Five. Setelah Andersen runtuh pada 2002, KPMG mengakuisisi unit perusahaan ini di Jepang, kemudian berganti nama menjadi Asahi & Co. Sejak saat itu, audit Olympus diambil alih oleh Asahi & Co. KPMG masih menjadi auditor hingga 2009. Olympus kemudian beralih ke Ernst & Young pada akhir tahun tersebut

(indonesiafinancetoday.com, 2011).

Financial Times bulan Oktober 2011 melaporkan ada yang janggal dengan opini KPMG terkait pembukuan Olympus. Tidak ada perselisihan antara KPMG dan Olympus yang diungkap ke publik, namun kemudian terkuak dalam artikel 4 November 2011 di Daily Telegraph. Begitu pula dengan opini Ernst & Young yang tidak mengungkap terjadi masalah. Laporan audit terbaru yang ditandatangani pada 28 Juni 2011 menyebutkan laporan keuangan yang sudah diaudit hanya untuk tahun fiskal 2010 dan 2011. Sementara laporan keuangan 2009 diaudit oleh auditor lain (indonesiafinancetoday.com, 2011).

C. Pihak-Pihak yang TerkaitPihak-Pihak yang terkait dalam kasus penyimpangan akuntansi Olympus :

1. Michael C. WoodfordMenurut situs Olympus, Woodford adalah lulusan Millbank College of Commerce, bergabung di unit peralatan medis Olympus Corporation, pada tahun 1981. Ia menjadi Managing Director pada usia 30 tahun. Pada tahun 2008, ia menjadi Executive Managing Director of Olympus Europa Holding GmbH dan anggota dewan direksi Olympus. Pada bulan Februari 2011, ia diangkat menjadi Presiden Olympus Corporation. Pada 30 September 2011, Woodford diangkat menjadi Chief Executive Officer, pengangkatan ini dilakukan pada tanggal 1 Oktober. Ia mulai gelisah dengan akuisisi yang mencurigakan sebesar US$ 1,3 miliar atau sekitar Rp 11 triliun, kemudian ia mendesak dewan direksi Olympus untuk menjelaskannya. Namun akibatnya ia dipecat dari jabatannya sebagai Presiden dan CEO pada tanggal 14 Oktober 2011. 2. Tsuyoshi KikukawaKikukawa bergabung dengan Olympus Corporation pada bulan Oktober 1964. Pada Juni 1993, ia menjadi Managing Director yang bertanggung jawab atas Humas & Advertising Dept. Pada bulan Februari 2011, Kikukawa menyerahkan gelar presidennya kepada Michael Woodford, ia tetap menjabat sebagai ketua dewan dan CEO. Kikukawa tetap menjadi ketua saat Woodford dipromosikan menjadi CEO pada 30 September 2011. Kikukawa kembali menjadi presiden dan CEO dua minggu kemudian setelah Woodford digulingkan. Kikukawa mengundurkan diri sebagai ketua, presiden, dan CEO pada 26 Oktober 2011. Menjelang pertemuan dewan pada 25 November 2011, Kikukawa mengumumkan pengunduran dirinya. Pada tahun 2013, ia dijatuhi hukuman tiga tahun penjara. Kikukawa tidak terbukti telah melakukan atau terlibat dalam skema tersebut.3. Hisashi Mori

Hisashi Mori adalah Executive Vice President of Olympus Corporation sampai pengunduran dirinya pada bulan November 2011. Mori bergabung dengan Olympus pada bulan April 1981. Ia menjadi General Manager, Divisi Keuangan sejak Juli 2001. Mori menjabat sebagai direktur utama Olympus Corporation sejak Juni 2006. Pada tahun 2013, ia dijatuhi hukuman 2,5 tahun penjara, akibat skandal di dalam perusahaan.4. Hideo Yamada

Hideo Yamada adalah seorang auditor internal Olympus sampai November 2011. Kemudian Yamada mengundurkan diri. Pada tahun 2013, ia dijatuhi hukuman 3 tahun penjara. Auditor internal Olympus ini bertanggung jawab sebagai pihak yang menutup-nutupi skandal Olympus. 5. Shuichi Takayama

Shuici Takayama menjadi Chief Executive Officer dan presiden Olympus dan menduduki posisi eksekutif atau setingkat direktorat pada anak perusahaan Olympus lainnya. Ia mengundurkan diri dari semua posisi dan menyatakannya pada rapat umum di bulan April 2012. Takayama menuding bahwa Tsuyoshi Kikukawa, yang mundur dari jabatan Presiden dan Komisaris Olympus pada 26 Oktober lalu sebagai pihak yang bertanggung jawab atas skandal olympus ini. Sedangkan, Wakil Presiden Direktur Hisashi Mori dan auditor internal Hideo Yamada bertanggung jawab sebagai pihak yang menutup-nutupi skandal olympus.Auditor :1. KPMGPada bulan Oktober 2011 Financial Times melaporkan bahwa terdapat kejanggalan pada opini KPMG terkait pembukuan Olympus. Sebelumnya, auditor perusahaan Olympus pada tahun 1990-an adalah Athur Andersen yang dulu adalah salah satu dari perusahaan akuntan Big Five. Setelah Athur jatuh pada tahun 2002, KPMG mengakuisisi unit perusahaan ini di Jepang, kemudian berganti nama menjadi Asahi & Co. KPMG masih menjadi auditor hingga tahun 2009. Selama 8 tahun KPMG melakukan audit, perusahaan akuntan ternama itu tidak mengungkapkan terjadinya masalah dalam pemberian opini atas laporan keuangan selama mengaudit perusahaan Olympus.2. Ernst & Young

Opini Ernst & Young juga yang tidak mengungkap terjadi masalah.Perantara :

Akio Nakagawa dan Nobumasa YokooMantan bankir, Akio Nakagawa dan Nobumasa Yokoo dan dua orang lainnya dicurigai membantu menyembunyikan kerugian investasi besarD. Kasus Penyimpangan Akuntansi yang Terjadi di Olympus

Olympus, produsen kamera asal Jepang mengaku telah menyembunyikan kerugian investasi di perusahaan sekuritas selama puluhan tahun atau sejak era 1990-an. Selama ini, Olympus menutupi kerugiannya dengan menyelewengkan dana akuisisi. Pengumuman ini merupakan buntut dari tuntutan mantan CEO Olympus, Michael Woodford yang dipecat pada 14 Oktober 2011. Woodford meminta perusahaan yang berumur 92 tahun ini menjelaskan transaksi mencurigakan sebesar US$ 1,3 miliar atau sekitar Rp 11 triliun. Presiden Direktur Olympus Shuichi Takayama menuding Tsuyoshi Kikukawa, yang mundur dari jabatan Presiden dan Komisaris Olympus pada 26 Oktober lalu, sebagai pihak yang bertanggung jawab. Sementara Wakil Presiden Direktur Hisashi Mori dan auditor internal Hideo Yamada bertanggung jawab sebagai pihak yang menutup-nutupi. Keduanya menyatakan siap jika dituntut hukuman pidana.Dalam pembukuan Olympus ditemukan sejumlah dana mencurigakan terkait akuisisi produsen peralatan medis asal Inggris, Gyrus, pada tahun 2008 lalu senilai US$ 2,2 miliar (Rp 18,7 triliun), yang juga melibatkan biaya penasihat US 687 juta (Rp 5,83 triliun) dan pembayaran kepada tiga perusahaan investasi lokal US$ 773 juta (Rp 6,57 triliun).Dana-dana tersebut ternyata digunakan untuk menutupi kerugian investasi di masa lalu tersebut. Hal itu terlihat sangat gamblang ketika dalam beberapa bulan kemudian, pembayaran kepada tiga perusahaan investasi lokal itu dihapus dari pembukuan Olympus. Kasus ini dipastikan akan menyeret Olympus, beserta para direksi dan akuntannya kena tuntutan pidana untuk pasal manipulasi laporan keuangan dari para pemegang sahamnya. Banyak analis yang kini mempertanyakan masa depan perusahaan yang dibentuk pada 1919 sebagai produsen mikroskop itu.Pengumuman yang mengejutkan ini juga membuat saham Olympus jatuh 29% ke posisi terendahnya dalam 16 tahun terakhir. Perusahaan ini sudah kehilangan 70% nilai pasarnya, setara Rp 5,1 triliun, sejak ditinggal Woodford, yang terus mempertanyakan investasi bodong tersebut. Pihak Olympus mengaku masih akan menunggu hasil penyelidikan lebih lanjut sebelum menyatakan apakah ada pihak lain yang ikut terlibat. Mori sudah dipecat pada hari yang sama, sementara auditor internal sudah meminta pengunduran diri.Kasus yang menimpa Olympus ini langsung menjadi perhatian media lokal karena merupakan skandal penipuan perusahaan terbesar di Jepang sejak serangkaian skandal broker di era 1990-an, salah satunya adalah broker terbesar keempat di Jepang, Yamaichi Securities pada 1997. Olympus mengaku menyelewengkan sejumlah dana akuisisi tersebut dengan disalurkan ke banyak perusahaan investasi supaya tidak mudah terdekteksi. Praktik yang lazim dilakukan perusahaan-perusahaan Jepang setelah krisis ekonomi Jepang tahun 1990 lalu.E. Pelanggaran Kode Etis Akuntansi Manajemen OlympusSkandal Olympus merupakan salah satu yang terbesar dalam sejarah korporasi di Jepang, dimana kasus manipulasi laporan keuangan yang mereka lakukan benar-benar merugikan bukan hanya perusahaan Olympus, tapi merusak citra perusahaan-perusahaan di Jepang.

Seperti yang diketahui, Jepang memiliki budaya yang sangat kental akan kecintaan terhadap bangsa sendiri, budaya tersebut juga mengakar kepada perusahaan asli Jepang termasuk Olympus. Kebanyakan pegawai atau bagian dari manajemen perusahaan memiliki loyalitas dan kecintaan yang tinggi terhadap perusahaan. Tetapi loyalitas tersebut disalahartikan dengan menutup-nutupi kebobrokan perusahaan. Berikut pelanggaran kode etis akuntansi manajemen yang dilakukan oleh Olympus :

1. Tata Kelola Perusahaan yang Buruk

Berbeda dengan perusahaan Barat (MNCs), Olympus dalam struktur tata kelola perusahaannya menempatkan Komite Audit pada level yang sama dengan Dewan Direksi, dimana Dewan Direksi juga memiliki wewenang untuk mengamati kinerja Komite Audit, padahal seharusnya Komite Audit dan Dewan Direksi merupakan bagian yang terpisah, dan Komite Audit bekerja secara independen untuk mengamati dan mengawasi kinerja Dewan Direksi beserta manajemen apakah sudah sesuai dengan kontrol internal perusahaan atau tidak, bukan malah sebaliknya diawasi oleh Dewan Direksi.

Olympus juga tidak menempatkan eksekutif maupun non-eksekutif independen dalam jajaran direksinya, dalam hal ini bukan hanya Olympus tapi hampir semua perusahaan di Jepang tidak bisa menerima perubahan dengan menempatkan eksekutif atau non-eksekutif asing dalam jajaran direksinya. 2. Manipulasi Laporan Keuangan TeroganisirTobashi dalam bahasa Jepang berarti "to make fly away : untuk membuatnya hilang" - mengacu pada teknik akuntansi yang digunakan oleh perusahaan untuk menyembunyikan kerugian investasi, biasanya dengan mentransfer kerugian menjadi aset untuk perusahaan sekutu atau perusahaan anak (Soble, 2011). Meskipun tobashi skema muncul di Jepang, perilaku seperti itu tidak asing lagi bagi skandal yang dialami perusahaan lainnya, termasuk Enron dan Lehman Brothers. Dalam menyembunyikan kredit macet, skema tobashi membuat perusahaan terlihat lebih baik. Dengan menjual aktiva bermasalah atau pinjaman ke perusahaan dummy, kerugian dapat dicegah untuk muncul di laporan keuangan (WSJ, 2011). Tobashi itu sah di Jepang sampai akhir 1990-an, dan tidak diizinkan untuk dipraktekan lagi ketika aturan diperketat.

Dalam kasus Olympus, tobashi dipraktekkan dari 1990-an, mengabaikan aturan Jepang terhadap skema tersebut. Dengan cara yang berbelit-belit, Olympus memberikan pinjaman kepada bank investasi asing, yang kemudian melanjutkan untuk membeli produk yang paling tidak menguntungkan dari produksi dari mereka. Pinjaman tersebut dilakukan sebagai upaya untuk menyembunyikan sekuritas Olympus atas kerugian investasi terkait. "Produk tobashi itu tidak merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum Jepang pada waktu itu, tapi perilaku itu tetap dianggap tidak pantas (Jiji, 2011)."

Dengan skema Tobashi, Olympus telah melakukan penipuan atas laporan keuangan perusahaan selama 20 tahun. Sekalipun skema Tobashi sebenarnya dilegalkan di Jepang sampai akhir 1990-an, tapi dalam praktik manajemen hal ini seharusnya tidak pantas dilakukan oleh manajemen sekalipun tidak melanggar hukum melalui praktek merger dan akuisisi yang kompleks, Olympus telah memanipulasi laporan keuangannya dan menyembunyikan kerugian investasi mereka. Padahal seharusnya, harus ada transparansi atas kinerja manajemen yang dilaporkan atau dipertanggungjawabkan dalam laporan keuangan.Hal ini bukan dilakukan per individu melainkan teroganisir secara keseluruhan dalam badan organisasi Olympus. Baik dari manajemen level atas sampai level bawah telah bekerjasama dengan sangat baik selama hampir 20 tahun untuk menutupi kerugian tersebut. Kepemimpinan keuangan seluruh perusahaan berkolusi dengan satu sama lain, memungkinkan bahwa semua transaksi mencurigakan bisa luput di bawah pengawasan auditor internal Olympus. Auditor Internal Olympus, Hideo Yamada secara sengaja membantu menutup-nutupi kerugian investasi yang dialami oleh Olympus dan memberikan opini wajar atas kondisi internal Olympus. Bahkan dalam salah satu catatan investigasi atas Olympus disebutkan, salah satu mantan Direktur Operasional Olympus secara sengaja menyarankan penggantinya untuk tidak membuka mulut dan menutupi manipulasi yang dilakukan oleh Olympus. Ini menunjukkan kinerja manajemen yang tidak independen dan terlalu kolektif.

F. Dampak Penyimpangan Akuntansi yang Dilakukan Oleh OlympusSkandal manipulasi yang dilakukan oleh manajemen Olympus, membuat Olympus hampir dihapuskan dari Tokyo Stock Exchange, Olympus telah mendapat ancaman akan dihapuskan dari STE, jika mereka tidak memberikan penjelasan tertulis atas kondisi perusahaan.

Laporan pertanggungjawaban Olympus yang tertuang dalam Report for 144th Term akhirnya menjelaskan kondisi Olympus yang sebenarnya kepada pihak yang berkepentingan pada April 2012. Pada laporan keuangan yang telah diaduit tersebut, terjadi penurunan nilai aset dari 966 miliar menjadi tersisa hanya 605 miliar, sebagai akibat kerugian investasi yang tidak dilaporkan oleh Olympus.Report for 144th Terms seperti pengakuan dosa Olympus terhadap khalayak ramai akan penipuan besar yang telah mereka lakukan, memecat 7 jajaran direksi, dan menata ulang manajemen perusahaan dengan memasukkan orang-orang baru untuk mengisi BoD Olympus. Nilai perusahaan juga turun drastis yaitu hampir 75% dari nilai sebelumnya sebagai

dampak penurunan kepercayaan investor terhadap manajemen Olympus, akhirnya Olympus harus menjual sahamnya kepada Sony agar tidak gulung tikar. Sony kini menjadi pemilik Olympus atas kepemilikan saham sebesar 51%.

B A B I I I

P E N U T U P

A. Kesimpulan

Dalam kasus yang terjadi pada perusahaan Olympus, terlihat beberapa pelanggaran etika akuntan manajemen, dalam keberlangsungan perusahaan selama 20 tahun. Manajemen dalam perusahaan ini telah melanggar semua standar akuntansi manajemen sehingga dalam penyampaian output ataupun laporan keuangan bagi pengguna internal maupun eksternal tidak mencerminkan hal yang terjadi dalam perusahaan. Manajemen secara khusus tidak mematuhi standar kompetensi dan objektifitas dengan memberikan laporan keuangan palsu. Hal ini berdampak pada ketidakpercayaan investor, sehingga harga saham langsung terjun bebas yaitu hampir 75%.B. SaranSebaiknya, Olympus harus mempertimbangkan untuk menerapkan tata kelola perusahaan yang lebih ke Barat dimana Komite Audit dan Dewan Direksi dipisahkan, dan Komite Audit bekerja secara independen untuk mengamati dan mengawasi kinerja Dewan Direksi beserta manajemen, bukan malah sebaliknya diawasi oleh Dewan Direksi.

Manajemen Olympus harus mengimplementasikan budaya independensi dan keterbukaan atas informasi yang terjadi pada perusahaan dengan memasukkan orang-orang yang non-Jepang,

Manajemen Olympus perlu menanamkan budaya anti penyuapan dan kebijakan perlu diperketat. Semua dewan direksi harus diberikan pelatihan kepatuhan tahunan dan setiap tahunnya mengakui kode etik tambahan khusus selain kode biasa yang mengatur direksi untuk memiliki standar yang lebih tinggi.

D A F T A R P U S T A K A

http://id.wikipedia.org/wiki/Olympus_Corporationhttp://profil.merdeka.com/mancanegara/o/olympus/http://koranjakarta.com/index.php/detail/view01/74727http://www.indonesiafinancetoday.com/read/16661/Olympus-Skandal-Korporasi-Baru-di-Jepanghttp://en.wikipedia.org/wiki/List_of_people_involved_in_the_Olympus_scandalTania Kautsarrahmelia.2013.Skripsi Pengaruh Independensi, Keahlian,

Pengetahuan Akuntansi dan Auditing serta Skeptisme Profesional Auditor Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Audit Oleh Akuntan Publik.Jakarta: UIN Syarifhidayatullah.http://finance.detik.com/read/2011/11/08/153440/1763010/4/2/skandal-penipuan-korporasi-terbesar-jepang-oleh-olympushttp://apbusinessethic.blogspot.com/2014/03/tugas-1-kelas-b-ppak-2014-kasus.htmlKasus Penyimpangan Akuntansi Perusahaan Olympus | 9