makalah aplikasi teknologi pendidikan

Upload: moh-mujib

Post on 30-May-2018

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/14/2019 Makalah Aplikasi Teknologi Pendidikan

    1/29

    APLIKASI TEKNOLOGI PENDIDIKANMoh. Mujib Zunun @lmisri

    I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Masyarakat Indonesia sekarang ini dan dimasa mendatang merupakan

    masyarakat yang berbudaya teknologi, yaitu bahwa perkembangan teknologi telah

    berlangsung sedemikian rupa hingga tersebar luas dan memengaruhi segenap

    bidang kehidupan.

    Teknologi, sebagai struktur, proses, dan artefak, merupakan ciri imperative

    perkembangan masyarakat masa depan. Mengingat bahwa teknologi itu

    berkembang dan merupakan bagian integral dalam segala bidang kehidupan,

    maka teknologi dalam bidang pendidikan harus pula dapat dikembangkan,

    dikendalikan, dan didayagunakan untuk dapat membantu terwujudnya amanat

    UUD 1945 mencerdaskan kehidupan bangsa.

    Indonesia merupakan satu-satunya Negara yang unik kondisi geografinya

    dimana untuk menjalin persatuan dan kesatuan bangsa peranan teknologi

    komunikasi mempunyai arti yang sangat strategis. Angkasa dengan gelombang

    elektromagnetik merupakan salah satu kekayaan alam, dan karena itu sesuai

    dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 Bab XIV Pasa 33 ayat (3) kekayaan

    alam itu dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

    Jumlah penduduk yang senantiasa bertambah, meskipun dengan angka

    pertumbuhan yang kian berkurang, menyiratkan bahwa makin bertambahnyaorang memerlukan pendidikan. Ditambah lagi dengan adanya perubahan yang

    senantiasa berlangsung, yang menghendaki didik ulang atau pendidikan terus-

    menerus bagi semua orang. Sementara itu sumber-sumber sedekala (tradisional)

    makin terbatas, sehingga harus diciptakan sumber-sumber baru, termasuk sumber

    Seminar Teknologi Pendidikan, Semester III B, Stainta@Desember 2008 1

  • 8/14/2019 Makalah Aplikasi Teknologi Pendidikan

    2/29

    untuk pendidikan. Bersamaan dengan itu sumber yang ada dan terbatas perlu

    dimanfaatkan secara lebih berdaya guna dan berhasil guna, yaitu untuk menjamin

    terlaksananya amanat yang terkandung dalam Bab XIII Pasal 31 Ayat (1) Undang-

    Undang Dasar 1945 agar tiap-tiap warganegara berhak mendapat pengajaran.

    B. Rumusan Masalah

    Pokok bahasan dalam makalah yang berjudul Aplikasi Teknologi

    Pendidikan, penulis membagi berdasarkan kisi-kisi sekaligus rumusan masalah

    sebagai berikut :

    o Apakah Pengertian Teknologi Pendidikan ?o Bagaimana Aplikasi Teknologi Pendidikan ?

    o Bagaimana Desain Sistem Pembelajaran Pendidikan Multikultural ?

    C. Tujuan Penulisan Makalah

    Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka tujuan

    penulisan makalah ini diarahkan untuk :

    1. Untuk mengetahui pengertian Teknologi Pendidikan2. Untuk mengetahui Aplikasi Teknologi Pendidikan

    3. Untuk mengetahui Desain Sistem Pemberlajaran Pendidikan Multikultural

    D. Sistematika Penulisan Makalah

    Sebagai langkah akhir dalam penulisan makalah ini, maka klasifikasi

    sistematika penulisannya sebagai berikut :

    Bab I : Pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang masalah, pembatasan

    dan rumusan masalah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.

    Bab II : Dibahas tentang tinjauan hakikat teknologi pendidikan, aplikasi teknologi

    pembelajarn dan desain system pembelajaran pendidikan multikultural.

    Seminar Teknologi Pendidikan, Semester III B, Stainta@Desember 2008 2

  • 8/14/2019 Makalah Aplikasi Teknologi Pendidikan

    3/29

    Bab III : Merupakan bab terakhir dalam penulisan makalah ini yang berisikan

    tentang kesimpulan.

    II

    PEMBAHASAN

    A. Pengertian Teknologi Pendidikan

    Istilah teknologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Technologia yang

    menurut Webster Dictionary berarti systematematic treatment atau penanganan

    sesuatu secara sistematis. Sedangkan Techne sebagai dasar kata teknologi berartiart, skil, science yang berarti keahlian, keterampilan, dan ilmu. Jadi teknologi

    pendidikan dapat diartikan sebagai penanganan atau pelaksanaan pendidikan

    secara sistematis atau penerapan science untuk memecahkan masalah-masalah

    pendidikan .1

    Dalam bahasa Inggris digunakan istilah instructional technology atau

    educational technology, yang mendefinisikan sebagai berikut, instructional

    technology means tehe media born of the communications relatioan which can be

    used for instructional purpose alongside the teacher, the book, and the

    blackboard .2 (Teknologi pembelajaran adalah mengutamakan media komunikasi

    yang berkembang secara pesat yang dapat dimanfaatkan dalam pendidikan selain

    guru, buku, dan papan tulis).

    Teknologi pendidikan / pembelajaran berdasarkan beberapa definisi dari

    berbagai lembaga dan perkembangannya, adalah sebagi berikut :

    o Council for educational Technology for the United Kingdom (CET)

    1 S. Nasution, Teknologi Pendidikan (Jakarta : Bumi Aksara, 1999), hal. 22 Ibid, hal. 1

    Seminar Teknologi Pendidikan, Semester III B, Stainta@Desember 2008 3

  • 8/14/2019 Makalah Aplikasi Teknologi Pendidikan

    4/29

    Teknologi pendidikan adalah pengembangan, penerapan, dan penilaian

    system-sistem, teknik-teknik dan alat-alat Bantu untuk memperbaiki proses

    belajar manusia. 3

    Dalam rumusan ini, fungsi pokok teknologi pendidikan adalah penerapan,

    dengan obyek pengetahuan ilmiah atau hasil penelitian, dengan obyek dan

    sasaran yang terdiri atas system-system, teknik-teknik dan alat-alat Bantu,

    dengan maksud memperbaiki proses belajar yang dilakukan manusia.

    o Commission on Instructional Technology 1970,

    Teknologi pembelajaran adalah membuat agar suatu pembelajaran lebih

    efektif dengan cara mendesain, melaksanakan dan mengevaluasi secara

    sistematis berdasarkan teori komunikasi dan belajar, serta memanfaatkan

    segala sumber baik yang bersifat manusia maupun non manusia. Dengan

    demikian, sejak tahun 1970-an, sudah ada pandangan bahwa manusia (dalam

    hal ini guru) bukanlah satu-satunya sumber belajar.

    o National centre for programmed,

    Teknologi pendidikan adalah penerapan pengetahuan ilmiah tentang belajar dan kondisi untuk memperbaiki efektifitas dan efisiensi pengajaran dan

    latihan. Ketiadaan prinsip-prinsip yang dibangun secara ilmiah, teknologi

    pendidikan melaksanakan teknik-teknik pengujian empiric untuk

    memperbaiki situasi-situasi belajar. 4

    Dalam rumusan ini fungsi pokok teknologi pendidikan adalah penerapan

    dengan obyek pengetahuan ilmiah atau hasil penelitian dalam bidang belajar

    dengan maksud memperbaiki efektifitas dan efisiensi pengajaran dan latihan,

    khususnya memperbaiki situasi-situasi belajar.

    o Commission on Instructional Technology (USA)

    3 Oemar Hamalik, Komputerisasi Pendidikan Nasional (Bandung : Mandar Maju, 1989), hal. 84 Ibid., hal. 9

    Seminar Teknologi Pendidikan, Semester III B, Stainta@Desember 2008 4

  • 8/14/2019 Makalah Aplikasi Teknologi Pendidikan

    5/29

    Teknologi pendidikan adalah suatu cara sistematik tentang belajar dan

    mengajar dalam kerangka-kerangka tujuan khusus, berdasarkan penelitian

    dalam belajar dan komunikasi dan mendayagunakan sumber-sumber

    manusiawi dan non manusiawi menuju pengajaran yang lebih efektif. 5

    o Association For Educational Communications and Technology (AECT-1972)

    Teknologi pendidikan adalah suatu bidang / disiplin dalam memfasilitasi

    belajar manusia melalui identifikasi, pengembangan, pengorganisasian dan

    pemanfaatan secara sistematis seluruh sumber belajar dan melalui pengelolaan

    proses kesemuanya itu.

    Atau dapat dikatakan bahwa teknologi pendidikan adalah suatu disiplin ilmu

    yang memfokuskan diri dalam upaya memfasilitasi belajar pada manusia. Jadi

    obyek formal teknologi pendidikan menurut pengertian ini adalah bagaimana

    memfasilitasi belajar. Melalui identifikasi, pengembangan, pengorganisasian

    dan pemanfaatan secara sistematis seluruh sumber belajar. Disamping itu,

    melalui pengelolaan yang baik dan tepat terdapat proses daripada

    pengembagan, pengoganisasian dan pemanfaatan secara sistematis seluruh

    sumber belajar tersebut.o Association For Educational Communications and Technology (AECT-1977);

    Teknologi pendidikan adalah proses kompleks yang terintegrasi meliputi

    orang, prosedur, gagasan, sarana dan organisasi untuk menganalisis masalah

    dan merancang, melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan masalah

    dalam aspek belajar manusia. 6 Menurut pengertian ini bahwa formal teknologi

    pendidikan adalah memecahkan masalah belajar manusia yang dilakukan

    dengan cara menganalisis masalah terlebih dahulu, baru kemudian

    melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan masalah tersebut.

    o Association For Educational Communications and Technology (AECT-1994);

    5 Ibid.6 Ibrahim, Teknologi Pendidikan (Arti, Kawasan dan Penerapannya di Indonesia ), (Malang : FIP-IKIPMalang 1985), hal. 2-3

    Seminar Teknologi Pendidikan, Semester III B, Stainta@Desember 2008 5

  • 8/14/2019 Makalah Aplikasi Teknologi Pendidikan

    6/29

    Teknologi Instruksional adalah teori dan praktek dalam mendesain,

    mengembangkan, memanfaatkan, mengelola, dan menilai proses-proses

    maupun sumber-sumber belajar. Definisi ini lebih operasional dari pada

    rumusan tahun 1977 yang menurut saya terlalu rumit. Definisi ini menegaskan

    adanya lima domain (kawasan) teknologi pembelajaran, yaitu kawasan desain,

    kawasan pengembagnan, kawasan pemanfaatan, kawasan pengelolaan, dan

    kawasan penilaian baik untuk proses maupun sumber belajar. Seorang

    teknologi pembelajaran bisa saja memfokuskan bidang garapannya dalam

    salah satu kawasan tersebut.

    o Tom Cutchall (1999)

    Teknologi pembelajaran merupakan penelitian dan aplikasi ilmu prilaku dan

    teori belajar dengan menggunakan pendekatan system untuk melakukan

    analisis, desain, pengembangan, implementasi, evaluasi dn pengelolaan

    penggunaan teknologi untuk membantu memecahkan masalah belajar dan

    kinerja. Tujuan utamanya adalah pemanfaatan teknologi (soft-technology

    maupun hard-technology) untuk membantu memecahkan masalah belajar dan

    kinerja manusia.o AECT (2004):

    Teknologi pendidikan adalah studi dan praktek etis dalam upaya memfasilitasi

    pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan cara menciptakan,

    menggunakan / memanfaatkan, dan mengelola proses dan sumber-sumber

    teknologi yang tepat. Jelas, tujuan utamanya masih tetap untuk memfasilitasi

    pembelajaran (agar efektif, efisien dan menarik/joyfull) dan meningkatkan

    kinerja.

    Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa :

    1. Teknologi pembelajaran / teknologi pendidikan adalah suatu disiplin/bidang

    (field of study)

    Seminar Teknologi Pendidikan, Semester III B, Stainta@Desember 2008 6

  • 8/14/2019 Makalah Aplikasi Teknologi Pendidikan

    7/29

    2. Istilah teknologi pembelajaran dipakai bergantian dengan istilah teknologi

    pendidikan tujuan utama teknologi pembelajaran adalah (1) untuk

    memecahkan masalah belajar atau memfasilitasi pembelajaran; dan (2) untuk

    meningkatkan kinerja.

    3. Dalam mewujudkannya menggunaka pendekatan sistemik (pendekatan yang

    holistic/komprehensif, bukan pendekatan yang bersifat parsial);

    4. Kawasan teknologi pembelajaran dapat meliputi kegiatan yang berkaitan

    dengan analisis, desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan,

    implementasi dan evaluasi baik proses-proses maupun sumber-sumber belajar.

    5. Teknologi pembelajaran tidak hanya bergerak di persekolahan tetapi jugadalam semua aktifitas manusia (seperti perusahaan, keluarga, organisasi

    masyarakat, dan lain-lain) sejauh berkaitan dengan upaya memecahkan

    masalah belajar dan peningkatan kinerja.

    6. Yang dimaksud dengan teknologi disini adalah teknologi dalam arti luas,

    bukan hanya teknologi fisik (hardtech), tetapi juga teknologi lunak (softtech).

    B. Aplikasi Teknologi PendidikanApabila konsep atau pengertian teknologi pendidikan kita analisis, kita

    akan memperoleh pedoman umum aplikasi sebagai berikut :

    1. Memadukan berbagai macam pendekatan dari bidang psikologi, komunikasi,

    manajemen, rekayasa, dan lain-lain secara bersistem.

    2. Memecahkan masalah belajar pada manusia secara menyeluruh dan serempak,

    dengan memerhatikan dan mengkaji semua kondisi dan saling kaitan

    diantaranya.

    3. Digunakannya teknologi sebagai proses dan produk untuk membantu

    memecahkan masalah belajar.

    4. Timbulnya daya lipat atau efek sinergi, di mana penggabungan pendekatan

    dan atau unsur-unsur mempunyai nilai lebih dari sekadar penjumlahan.

    Seminar Teknologi Pendidikan, Semester III B, Stainta@Desember 2008 7

  • 8/14/2019 Makalah Aplikasi Teknologi Pendidikan

    8/29

    Demikian pula pemecahan secara menyeluruh dan serempak akan mempunyai

    nilai lebih daripada memecahkan masalah secara terpisah.

    Teknologi pembelajaran memiliki lima kawasan yang menjadi bidang

    garapnya, baik sebagai objek formal maupun objek materinya, yaitu desain,

    pengembangan, pemanfaatan, pengolahan, evalusi sumber dan proses belajar.

    Oleh karenanya aplikasi teknologi pembelajaran juga tidak terlepas dari lima

    kawasan tersebut. Seels dan Richey (1994) menjelaskan bahwa demi menjaga

    keutuhan definisi (teknologi pembelajaran) kegiatan-kegiatan dalam setiap

    kawasan teknologi pembelajaran dapat dikaitkan baik kepada proses maupun

    sumber pembelajaran. 7 Masih menurut Seels dan Richey (1994), 8 dalam Teknologi Pembelajaran

    praktik sangat berpengaruh terhadap evolusi bidang tersebut, bahkan lebih besar

    daripada teorinya. Mempraktikkan Teknologi pembelajaran akan berhadapan

    dengan elemen-elemen yang memudahkan atau menyulitkan praktik itu sendiri.

    Elemen-elemen tersebut yaitu: 1) jenis materi pembelajaran; 2) sifat atau

    karakteristik pembelajar; 3) organisasi di mana pembelajaran berlangsung; 4)

    kemampuan sarana yang tersedia; dan 5) keahlian para praktisi.

    Dimensi praktik teknologi pembelajaran sejalan dengan perkembangan

    teknologi. Pada tahun 30-an ketika komputer elektronik pertama berhasil

    diciptakan, teknologi pembelajaran berkembang pesat sejalan dengan teknologi

    tersebut. Teknologi ini melahirkan berbagai alat yang merubah dunia dalam

    berbagai aspeknya, mulai dari bom atom dalam mengakhiri Perang Dunia II

    hingga Internet sebagai jaringan informasi publik global yang mampu

    menghubungkan jutaan orang di seluruh penjuru dunia hanya melalui komputer

    yang terhubung dengan jaringan. Fenomena yang juga banyak disebut sebagai

    revolusi digital inilah yang mampu meyakinkan banyak orang bahwa peradaban

    7 Seels, Barbara B. & Richey, Rita C. 1994. Teknologi Pembelajaran: Definisi dan Kawasannya .Penerjemah Dewi S. Prawiradilaga dkk. Jakarta: Kerjasama IPTPI LPTK UNJ., hal. 122.8 Ibid., hal. 103.

    Seminar Teknologi Pendidikan, Semester III B, Stainta@Desember 2008 8

  • 8/14/2019 Makalah Aplikasi Teknologi Pendidikan

    9/29

    umat manusia akan segera memasuki sebuah era baru yang diintrodusir sebagai

    era informasi.

    Seiring dengan perkembangan pesat Teknologi Pembelajaran tersebut,

    berkembang pula tempat kerja para teknolog pembelajaran. Hal ini juga

    mempunyai dampak terhadap keyakinan, nilai-nilai dan prioritas dalam bidang

    teknologi pembelajaran. Dampak ini pada akhirnya juga mempengaruhi

    perkembangan pola dan ragam praktik teknologi pendidikan, namun hal ini tidak

    mempengaruhi secara signifikan terhadap struktur dasar bidang studi. Kelima

    kawasan umum dalam Teknologi Pembelajaran masih tetap sesuai dengan konteks

    masing-masing kerja. Dampak kecil tersebut umumnya dapat diamati padasumber yang digunakan, isi yang digarap, dan kadang-kadang proses yang

    dilaksanakan. Teknologi Pembelajaran telah berkembang dari sekedar

    keterampilan menjadi profesi dan kemudian menjadi bidang kajian.

    Perlu diperhatikan dalam perkembangan pesat teknologi pembelajaran ini,

    salah satunya adalah praktik teknologi pembelajaran harus tetap memperhatikan

    kawasan dan memegang konsep utama yang membatasinya serta memanfaatkan

    dukungan dari pelbagai ilmu lain yang relevan (Atwi Suparman dalam

    Budiningsih, 2000) .9 Miarso (2004) menambahkan bahwa teknologi, termasuk

    teknologi pendidikan harus memililiki ciri: 1) proses untuk meningkatkan nilai

    tambah ( added values ); 2) menghasilkan dan memanfaatkan produk yang

    bervariasi dan semakin canggih; dan 3) interaksi proses dan produk tersebut

    sebagai suatu sistem dengan lingkungannya sebagai suatu sistem yang lebih

    luas .10

    Berkaitan dengan kawasan dan konsep utama serta ciri teknologi

    pembelajaran, tema makalah ini berada di kawasan Desain, dengan fokus pada

    Desain Sistem Pembelajaran (DSP). Desain Sistem Pembelajaran adalah prosedur

    yang terorganisasi yang meliputi langkah-langkah penganalisaan, perancangan9 Budiningsih, C. Asri. 2000. Kerangka Perkuliahan dan Bahan Pembelajaran Dasar-dasar Teknologi

    Pendidikan . Yogyakarta. Prodi Teknologi Pendidikan FIP UNY10 Miarso, Yusuf Hadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan . Jakarta: Kencana, hal. 198

    Seminar Teknologi Pendidikan, Semester III B, Stainta@Desember 2008 9

  • 8/14/2019 Makalah Aplikasi Teknologi Pendidikan

    10/29

    pengembangan, pengaplikasian dan penilain pembelajaran. Penganalisaan adalah

    adalah proses perumusan apa yang akan dipelajari; perancangan adalah proses

    penjabaran bagaimana hal tersebut akan dipelajari; pengembangan adalah proses

    penulisan dan pembuatan atau produksi bahan-bahan pembelajaran; pelaksanaan

    adalah pemanfaatan bahan dan strategi yang bersangkutan; dan penilaian adalah

    proses penentuan ketepatan pembelajaran. 11

    Aplikasi teknologi pendidikan secara khusus dalam PSDM terlalu banyak

    untuk disebutkan satu per satu dalam tulisan ini. Pada tahun 1980 AECT (sebagai

    organisasi profesi Teknologi Pendidikan yang berpusat di Amerika Serikat)

    bekerja sama dengan NSPI (National Society for Performance of Instruction)membentuk suatu joint task force untuk menyusun standar dalam bidang desain

    dan pengembangan instruksional, khususnya untuk keperluan PSDM. Joint task

    force ini kemudian dilebur dalam suatu lembaga baru yang disebut International

    Board of Standards for Training, Performance, and Instruction (IBSTPI) pada

    tahun 1985. IBSTPI antara lain merumuskan kompetensi dasar bagi instruktur

    PSDM, yaitu : 12

    1. Menganalisis bahan belajar dan informasi pembelajar.

    2. Mempersiapkan tempat untuk kegiatan instruksional.

    3. Menentukandan mempertahankan kredibiltas instruktur.

    4. Mengelola lingkungan belajar.

    5. Mendemonstrasikan keterampilan berkomunikasi yang efektif.

    6. Mendemonstrasikan keterampilan presentasi yang efektif

    7. Mendemonstrasikan keterampilan dan teknik bertanya yang efektif.

    8. Merespons kebutuhan belajar dengan senantiasa mengusahakan umpan balik.

    9. Memberikan penguatan dan dorongan untuk belajar.

    10. Menggunakan metode instruksional dengan semestinya.

    11 Seels, Barbara B. & Richey, Rita C. 1994. Teknologi Pembelajaran. ., hal. 33.12 Gilley, Jerry W. dan Steven A. Eggland, 1989, Princeples of Human Resource Development ,Reading, MA : Addison-Sesley Publishing Company Inc. : 30, 371-372

    Seminar Teknologi Pendidikan, Semester III B, Stainta@Desember 2008 10

  • 8/14/2019 Makalah Aplikasi Teknologi Pendidikan

    11/29

    11. Menggunakan media instruksional secara efektif.

    12. Mengevaluasi kinerja pembelajar.

    13. Mengevaluasi pembelajaran.

    14. Melaporkan hasil penilaian.

    Apabila kita memakai pendekatan dengan menganalisis model kawasan

    teknologi pendidikan, aplikasi itu dapat berupa pelaksanaan fungsi pengembangan

    pendidikan / instruksional meliputi : 13

    1. Pengakajian karakteristik dan kondisi SDM.

    2. Pengkajian kemampuan SDM yang diharapkan.3. Pengkajian kebutuhan pendidikan/latihan.

    4. Perencanaan program pendidikan/latihan.

    5. Pengembangan materi pendidikan/latihan.

    6. Pembuatan media instruksional.

    7. Penyusunan strategi instruksional.

    8. Pemilihan dan penerapan teknik pembelajaran.

    9. Penyebaran/penyajian pelajaran.

    10. Penilaian program, proses, dan hasil pendidikan/latihan.

    Sistem pembelajaran yang inovatif, sebagai bentuk penerapan konsep

    teknologi pendidikan, telah berhasil diciptakan dan bahkan dilembagakan dalam

    system pendidikan nasional. System itu antara lain adalah Sekolah Dasar PAMONG(

    Pendidikan Anak oleh Masyarakat, Orang tua, dan Guru), Sekolah Dasar Kecil, SMP

    Terbuka, serta system pembelajaran jarak jauh yang sekarang ini telah

    dilaksanakan/direncanakan oleh berbagai lembaga pendidikan dan latihan seperti di

    13 Miarso,Yusufhadi, Menyemai Benih , hal. 78-79

    Seminar Teknologi Pendidikan, Semester III B, Stainta@Desember 2008 11

  • 8/14/2019 Makalah Aplikasi Teknologi Pendidikan

    12/29

    Lembaga Pendidikan Perbankan (LPPI), PT Telkom, departemen Kesehatan,

    Departemen Penerangan, Departemen Pekerjaan Umum, dan sebagainya. 14

    Berbagai komponen teknologi pendidikan seperti media, teknik pembelajaran,

    pengembangan pembelajaran, dan sebagainya telah pula dilakukan oleh lembaga

    pendidikan dan pelatihan, seperti misalnya di Pusdiklat TNI-AD dan AU, Balai

    Latihan Kerja Departemen Tenaga Kerja, Pusdiklat Garuda, Pusdiklat Bulog, dan

    sejumlah pusdiklat lain. Di kalangan perguruan tinggi teknologi pendidikan telah dan

    sedang dimanfaatkan di IPB, ITB, UNDIP, UGM, UNS, UNAIR, ITS, UNHAS,

    UNLAM, UNPATI, UNTAD, UNHALU, UNSRAT, UNCEN, IKIP Medan, IKIP

    Padang, IKIP Jakarta, IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, IKIP Semarang, IKIPSurabaya, IKIP Malang, dan IKIP Ujung Pandang. Tak terhitung lagi pemanfaatannya

    di sekolah dasar dan menengah serta satuan pendidikan lain. Yang terakhir ini

    berkembang dengan adanya siaran televise pendidikan.

    Sebagaimana tercantum dalam UUSPN Pasal 30 setiap tenaga kependidikan

    yang bekerja pada satuan pendidikan mempunyai hak untuk menggunakan sarana,

    prasarana, dan fasilitas pendidikan yang lain dalam melaksanakan tugasnya. Sarana,

    prasarana, dan fasilitas pendidian itu perlu disediakan, dikembangkan dan

    dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya supaya diperoleh efektifitas dan efisiensi yang

    tinggi. Media pendidikan sebagai salah satu bentuk sarana pendidikan telah pula

    ditentukan dalam GBHN 1988 untuk terus dikembangkan dan dimanfaatkan (MPR-

    RI, 1988 : halaman. 70)

    Jelaslah bahwa untuk membantu memecahkan masalah pendidikan dan

    pelatihan dengan kondisi unik Indonesia, serta untuk menyerasikan perkembangan

    teknologi dengan dampak globalisasi, diperlukan usaha sinergistik yang memadukan

    perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, komunikasi, informasi, dan social-

    ekonomi. Kesemuanya ini merupakan bidang kompetensi teknologi pendidikan.

    14 Miarso,Yusufhadi, Menyemai Benih , hal. 94-96

    Seminar Teknologi Pendidikan, Semester III B, Stainta@Desember 2008 12

  • 8/14/2019 Makalah Aplikasi Teknologi Pendidikan

    13/29

    Untuk itu mutlak diperlukan tenaga profesi yang mahir dan ahli dalam teknologi

    pendidikan.

    Teknologi pendidikan merupakan suatu disiplin terapan, artinya ia

    berkembang karena adanya kebutuhan di lapangan, yaitu kebutuhan untuk belajar

    lebih efektif, lebih efesien, lebih banyak, lebih luas, lebih cepat, dan sebagainya.

    Untuk itu ada produk yang sengaja dibuat ada yang ditemukan dan di manfaatkan.

    Namun perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang sangat pesat akhir-

    akhir ini dan menawarkan sejumlah kemungkinan yang semula tidak terbayangkan,

    telah membalik cara berpikir kita dengan bagaimana menganbil manfaat teknologi

    tersebut untuk mengatasi masalah belajar .Berkembangnya penerapan teknologi pendidikan boleh dikatakan berasal dari

    Amerika Serikat. Pada awal perkembangan sekitar ratusan tahun yang lalu teknologi

    itu dikenal sebagai cara mengajar dengan menggunakan alat peraga hasil buatan

    sendiri oleh guru di sekolah. Tiga puluh tahun kemudian (sekitar tahun 1930)

    penggunaan alat peraga itu berkembang dengan diproduksinya secara massal media

    belajar-pengajaran untuk digunakan disekolah secara meluas. Sepuluh tahun

    kemudian, saat Amereka Serikat terlibat dalam PD II, diperlukan banyak sekali

    tenaga terampil dalam mengoperasikan dan menangani peralatan perang. Untuk itu

    diperlukan latihan yang efektif dalam waktu yang pendek dan dapat diulang sesering

    mungkin. Dikembangkanlah cara pelatihan dengan menggunakan berbagai media dan

    simulator untuk keperluan pelatihan personel angkatn bersenjata tersebut. Mulailah

    dikenal istilah teknologi kinerja (performance technology).

    Seusai PD II mulai dikembangkan pengalaman di kalangan angkatan

    bersenjata tersebut untuk keperluan pendidikan dan pelatihan. Dalam lingkungan

    sekolah dan perguruan tinggi mulai dibangun suatu lembaga yang dipisahkan dari

    perpustakaan, dengn menyediakan dan mengembangkan media pengajaran dan diberi

    nama Pusat Sumber Belajar. Program studi atau keahlian dalam teknologi pendidikan

    mulai dibuka di beberapa perguruan tinggi di Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada.

    Seminar Teknologi Pendidikan, Semester III B, Stainta@Desember 2008 13

  • 8/14/2019 Makalah Aplikasi Teknologi Pendidikan

    14/29

    Namun pendidikan dalam lingkungan sekolah ini lebih berorientasi teoritis

    dan mengganggap fungsinya adalah mempersiapkan peserta didik untuk masa depan

    yang siap latih. Padahal dengan semakin berkembangnya kegiatan social ekonomi

    diperlukan tenaga yang kompeten lebih banyak dan cepat. Hal ini memicu tumbuh

    dan berkembangnya lembaga-lembaga yang menyelenggarakan pelatihan dan kursus

    sebagai upaya pendidikan berkelanjutan yang bersifat terapan. Lembaga-lembaga ini

    ada yang berdiri sendiri, namun banyak yang merupakan bagian dari organisasi

    bisnis, industri dan public, serta organisasi pemerintah. Untuk mereka ini lebih tepat

    digunakan istilah teknologi pembelajaran, karena mereka lebih berkepentingan

    dalam membelajarkan orang dalam lingkungan kerja mereka sendiri atau pembelajaran untuk penguasaan suatu kompetensi tertentu. Perkembangan ini dapat

    digambarkan seperti pada gambar berikut :

    Di Indonesia sendiri penerapan teknologi pembelajaran tidak jauh berbeda

    dengan perkembangan seperti halnya di amerika Serikat, hanya terpaut waktu yang

    cukup lama. Perkembangan itu boleh dikatakan baru dikenal sekitar awal tahun 1950,

    dengan didirikannya Balai Kursus Tertulis Pendidikan Guru (BKTPG) dan Balai Alat

    Peraga Pendidikan (BAPP) di Bandung. BKTPG yang sekarang menjadi Pusat

    Pengembangan Penataran Guru Tertulis (P3G Tertulis) bertanggung jawab untuk

    menyelenggarakan penataran kualifikasi guru dengan bahan pelajaran tertulis dengan

    berpegangan pada konsep belajar mandiri. BAPP pada awal tahun 1970

    diintegrasikan dengan Pusat Pengaembangan Penataran Guru bidang studi.

    Beberapa bentuk penerapan teknologi pembelajaran secara menyeluruh, yaitu

    yang meliputi semua komponen dan karena itu merupakan system dapat dicontohkan

    sebagai berikut : 15

    o Proyek percontohan system PAMONG (Pendidikan Anak oleh Masyarakat, Orang

    tua, dan Guru) di Kabupaten Karanganyar, Surakarta pada tahun 1974, dan

    disebarkan di Kabupaten Malang dan Gianyar pada tahun 1978.

    15 Miarso, Yusufhadi, Menyemai Benih.. , hal. 171-174

    Seminar Teknologi Pendidikan, Semester III B, Stainta@Desember 2008 14

  • 8/14/2019 Makalah Aplikasi Teknologi Pendidikan

    15/29

  • 8/14/2019 Makalah Aplikasi Teknologi Pendidikan

    16/29

    peserta didik untuk benar-benar tulus menghargai keberagaman etnis, agama, ras,

    dan antargolongan.

    Inti dari pendidikan multikultural adalah kultur itu sendiri. Dalam Kamus

    Besar Bahasa Indonesia, kultur secara sederhana diartikan sebagai kebudayaan

    (Depdiknas, 2001: 611). Kebudayaan merupakan pengetahuan manusia yang

    diyakini akan kebenarannya oleh yang bersangkutan dan yang diselimuti serta

    menyelimuti perasaan-perasaan dan emosi-emosi manusia serta menjadi sumber

    bagi sistem penilaian sesuatu yang baik dan yang buruk, sesuatu yang berharga

    atau tidak, sesuatu yang bersih atau kotor, dan sebagainya. Kebudayaan itu

    diselimuti oleh nilai-nilai moral, yang sumber dari nilai-nilai moral tersebutadalah pada pandangan hidup dan pada etos atau sistem etika yang dipunyai oleh

    setiap manusia (Geertz,2006). 17

    Dalam pengalaman dan proses belajar, sesungguhnya manusia

    memperoleh serangkaian pengetahuan mengenai simbol-simbol. Simbol adalah

    segala sesuatu (benda, peristiwa, kelakuan atau tindakan manusia, ucapan) yang

    telah ditempeli sesuatu arti tertentu menurut kebudayaan yang bersangkutan.

    Simbol adalah komponen utama perwujudan kebudayaan karena setiap hal yang

    dilihat dan dialami oleh manusia itu sebenarnya diolah menjadi serangkaian

    simbol-simbol yang dimengerti oleh manusia. Sehingga Geertz (1966) 18

    menyatakan bahwa kebudayaan sebenarnya adalah suatu sistem pengetahuan

    yang mengorganisasi simbol-simbol. Dengan adanya simbol-simbol ini

    kebudayaan dapat dikembangkan karena sesuatu peristiwa atau benda dapat

    dipahami oleh sesama warga masyarakat hanya dengan menggunakan satu istilah

    saja. Dalam setiap kebudayaan, simbol-simbol yang ada itu cenderung untuk

    dibuat atau dimengerti oleh para warganya berdasarkan atas konsep-konsep yang

    mempunyai arti yang tetap dalam suatu jangka waktu tertentu. Dalam

    menggunakan simbol-simbol, seseorang biasanya selalu melakukannya17 Kuliah.dinus.ac.id, 2006. Konsep Kebudayaan . Diakses dari http://kuliah.dinus.ac.id/ edi-nur/mbbi/bab3.html tanggal 8 November 2008.18 Ibid.

    Seminar Teknologi Pendidikan, Semester III B, Stainta@Desember 2008 16

    http://kuliah.dinus.ac.id/%20edi-nur/mbbi/bab3.htmlhttp://kuliah.dinus.ac.id/%20edi-nur/mbbi/bab3.htmlhttp://kuliah.dinus.ac.id/%20edi-nur/mbbi/bab3.htmlhttp://kuliah.dinus.ac.id/%20edi-nur/mbbi/bab3.html
  • 8/14/2019 Makalah Aplikasi Teknologi Pendidikan

    17/29

    berdasarkan aturan-aturan untuk membentuk, mengkombinasikan bermacam-

    macam simbol, dan menginterpretasikan simbol-simbol yang dihadapi atau yang

    merangsangnya. Kalau serangkaian simbol-simbol itu dilihat sebagai bahasa,

    maka pengetahuan ini adalah tata bahasanya. Dalam antropologi budaya,

    pengetahuan ini dinamakan kode kebudayaan.

    Menurut Spradley (1972) 19 kebudayaan dapat secara operasional

    merupakan sebuah resep. Di mana kebudayaan menghasilkan kelakuan dan

    benda-benda kebudayaan tertentu, sebagaimana yang diperlukan sesuai dengan

    motivasi yang dipunyai ataupun rangsangan yang dihadapi. Resep-resep yang ada

    dalam setiap kebudayaan terdiri atas serangkaian petunjuk-petunjuk untuk mengatur, menyeleksi, dan merangkaikan simbol-simbol yang diperlukan,

    sehingga simbol-simbol yang telah terseleksi itu secara bersama-sama dan diatur

    sedemikian rupa diwujudkan dalam bentuk kelakuan atau benda-benda

    kebudayaan sebageimana diinginkan oleh pelakunya. Di samping itu, dalam

    setiap kebudayaan juga terdapat resep-resep yang antara lain berisikan

    pengetahuan untuk mengidentifikasi tujuan-tujuan dan cara-cara untuk mencapai

    sesuatu dengan sebaik-baiknya, berbagai ukuran untuk menilai berbagai tujuan

    hidup dan menentukan mana yang terlebih penting, berbagai cara untuk

    mengidentifikasi adanya bahaya-bahaya yang mengancam dan asalnya, serta

    bagaimana mengatasinya.

    Budaya sebagai nilai, simbol, ataupun resep, akan memberikan makna

    bahwa pembelajaran dengan berbasis budaya setempat di mana si pebelajar hidup

    adalah sangat efektif. Hal ini disebabkan budaya lokal di mana si pebelajar hidup

    sudah sangat akrab, menyatu dan riil, yang artinya dialaminya berkali-kali.

    Dengan menggali kembali/memanggil kembali budaya yang telah dialaminya dan

    sedang dijalaninya dan merekonstruksi ulang sebagai kesatuan materi tertentu

    akan terjadi pemahaman baru, yang sangat mungkin pada gilirannya sikap baru

    (sebagai hasil belajar).19 Ibid.

    Seminar Teknologi Pendidikan, Semester III B, Stainta@Desember 2008 17

  • 8/14/2019 Makalah Aplikasi Teknologi Pendidikan

    18/29

    Untuk membuat pembelajaran berbasis budaya (yang berhasil), maka

    unsur-unsur dalam kebudayaan itu sendiri harus dipahami sepenuhnya.

    Sebagaimana menurut Conrad P. Kottak (dalam Ghofur, 2006), kebudayaan

    memiliki karakter-karakter khusus, yaitu :20

    Pertama , kultur adalah sesuatu yang spesifik dan general sekaligus. Dalam

    kondisi bagaimanapun, secara general setiap manusia memiliki kultur. Namun

    secara spesifik, kultur pada kelompok manusia berbeda antara satu dan lainnya

    tergantung pada kelompok mana kultur itu berada. Pendek kata, setiap manusia

    mempunyai kultur, dan mereka hidup dalam kulturnya masing-masing. Maka,

    sulit dibantah bahwa masyarakat di Yogyakarta, misalnya, memiliki kultur yang berbeda dengan masyarakat di Jawa Timur.

    Kedua, kultur adalah sesuatu yang dipelajari. Di sini kultur terbentuk oleh

    ritus kegiatan yang dilakukan secara intens dan simultan oleh sekelompok

    masyarakat. Kultur lahir karena improvisasi kolektif yang secara alamiah

    mengikat pelakunya dalam satu kesatuan yang utuh. Dengan demikian, kultur

    terjadi karena sebuah rutinas, dilakukan berulang-ulang, persis sebagaimana

    seorang anak meniru kebiasaan orangtuanya.

    Ketiga, kultur adalah sesuatu yang dilakukan secara bersama-sama yang

    menjadi atribut bagi individu sebagai anggota dari kelompok masyarakat tertentu.

    Kultur, secara alamiah, ditransformasikan melalui masyarakat.

    Keempat, kultur adalah sebuah model. Artinya, kultur bukanlah

    sekumpulan adat istiadat dan kepercayaan yang hampa makna. Kultur disatukan

    oleh sistem-sistem yang tersusun secara jelas. Adat-istiadat, kepercayaan, dan

    nilai-nilai adalah sesuatu yang saling berkait kelindan antara satu lainnya.

    Kelima, kultur adalah sesuatu yang bersifat adaptif. Dengan kata lain,

    kultur merupakan proses bagi sebuah populasi untuk membangun hubungan yang

    20 Ghofur, Saiful Amin. 2006. KTSP dan Pendidikan Multikultural . Opini dalam Buletin Safiria.Yogyakarta, Magister Studi Islam UII.

    Seminar Teknologi Pendidikan, Semester III B, Stainta@Desember 2008 18

  • 8/14/2019 Makalah Aplikasi Teknologi Pendidikan

    19/29

    baik dengan lingkungan sekitarnya. Sehingga, semua anggota melakukan usaha

    maksimal untuk bertahan hidup dan melanjutkan keturunan.

    Andersen dan Cusher (dalam Ghofur: 2006) 21 mengatakan bahwa

    multikultural adalah pendidikan mengenai keragaman kebudayaan. Posisi

    kebudayaan masih sama dengan apa yang dikemukakan dalam sejumlah definisi

    di atas, yaitu keragamaan kebudayaan menjadi sesuatu yang dipelajari, jadi

    berstatus sebagai objek studi. Dalam pengertian ini, pendidikan multikultural

    diharapkan mampu menyuntikkan kesadaran sekaligus pengakuan siswa terhadap

    berbagai perbedaan kultur tersebut. Fokusnya adalah pada pemahaman dan hidup

    dengan perbedaan sosial dan budaya, baik secara individual maupun secarakelompok dan masyarakat. Individu dilihat sebagai refleksi dari kesatuan sosial

    dan budaya di mana mereka menjadi bagian darinya.

    Bertolak dari preposisi tersebut, Baidhawi (2005) merumuskan

    kompetensi yang hendak dicapai dalam pendidikan multikultural adalah: 22 1)

    mengembangkan kompetensi akademik standar dan dasar ( standard and basic

    academic skills ) tentang nilai-nilai persatuan-kesatuan, demokrasi, keadilan,

    kebebasan, persamaan derajat atau saling menghargai dalam keragaman budaya;

    2) mengembangkan kompetensi sosial agar dapat menumbuhkan pemahaman ( a

    better understanding ) tentang latar belakang budaya sendiri dan budaya lain

    dalam masyarakat; 3) mengembangkan kompetensi akademik untuk menganalisis

    dan membuat keputusan yang cerdas ( intelligent decisions ) tentang isu-isu dan

    masalah keseharian ( real-life problems ) melalui sebuah proses demokratis atau

    inkuiri dialogis ( dialogical inquiry ); dan 4) membantu mengkonseptualisasi dan

    mengaspirasikan sebuah masyarakat yang lebih baik, demokratis dan memiliki

    persamaan derajat.

    21 Ibid.22 Baidhawi, Zakiyuddin. 2005. Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural. Jakarta: Erlangga., hal.7-9

    Seminar Teknologi Pendidikan, Semester III B, Stainta@Desember 2008 19

  • 8/14/2019 Makalah Aplikasi Teknologi Pendidikan

    20/29

    Penulis sepakat dengan Ghofur (2006) yang merumuskan bahwa

    tujuan proyek pendidikan multikultural, yaitu: 23 1) memahami latar belakang diri

    dan kelompok dalam masyarakat; 2) menghormati dan mengapresiasi

    kebhinekaan budaya dan sosio-historis etnik; 3) menyelesaikan sikap-sikap yang

    terlalu etnosentris dan penuh purbasangka; 4) memahami faktor-faktor sosial,

    ekonomis, psikologis, dan historis yang menyebabkan terjadinya polarisasi etnik

    ketimpangan dan keterasingan etnik; 5) meningkatkan kemampuan menganalisis

    secara kritis masalah-masalah rutin dan isu melalui proses demokratis melalui

    sebuah visi tentang masyarakat yang lebih baik, adil dan bebas; dan 6)

    mengembangkan jati diri yang bermakna bagi semua orang.Secara operasional, kompetensi pendidikan multikultural yang

    dirumuskan oleh Baidhawi dan tujuan pendidikan multikultural yang dirumuskan

    Ghofur tersebut dapat dijadikan sebagai langkah penganalisaan untuk

    merumuskan apa yang akan dipelajari. Selain itu, deskripsi tentang pendidikan

    multikultural ini mempunyai dua fungsi sekaligus, yaitu sebagai isi pesan dari

    desain sistem pembelajaran dan sekaligus memperkuat bahwa budaya sebagai

    basis pembelajaran adalah efektif.

    Desain Sistem Pembelajara Pendidikan Multikultural

    Sebagaimana diungkap di depan, Desain Sistem Pembelajaran adalah

    prosedur yang terorganisasi yang meliputi langkah-langkah: 1) penganalisaan,

    yaitu proses perumusan apa yang akan dipelajari; 2) perancangan, yaitu proses

    penjabaran bagaimana hal tersebut akan dipelajari; 3) pengembangan, yaitu

    proses penulisan dan pembuatan atau produksi bahan-bahan pembelajaran; 4)

    pelaksanaan, yaitu pemanfaatan bahan dan strategi yang bersangkutan; dan 5)

    penilaian, yaitu proses penentuan ketepatan pembelajaran.

    1. Pendekatan Desain Sistem Pembelajaran

    23 Ghofur, Saiful Amin. 2006. KTSP ., hal. 10

    Seminar Teknologi Pendidikan, Semester III B, Stainta@Desember 2008 20

  • 8/14/2019 Makalah Aplikasi Teknologi Pendidikan

    21/29

    Proses perumusan yang akan dipelajari telah dideskripsikan pada bagian-

    bagian di depan. Untuk langkah kedua, perancangan, yaitu proses bagaimana

    hal tersebut dipelajari, penulis sepakat dengan Harto (2006) yang berpendapat

    bahwa untuk pendidikan multikultural perlu dibuat pendekatan alternatif

    ketiga yang berbeda dengan dua pendekatan yang selama ini dipakai, yaitu :

    Pertama , pendekatan dogmatik (dogmatic approuch ), yaitu

    pendekatan yang melihat pendidikan agama di sekolah sebagai media

    transmisi ajaran dan keyakinan agama tertentu semata secara "ecclesiastical" .

    Tujuannya adalah terwujudnya komitmen dogmatik peserta didik terhadap

    agamanya. Kedua, pendekatan ilmu-ilmu sosial ( social studies approuch ), yaitu

    pendekatan yang melihat pendidikan agama di sekolah sebagai mata pelajaran

    seperti mata pelajaran lainnya (ilmu-ilmu sosial) dan materi agama yang

    diajarkan dilihat sebagai sesuatu yang sekuler seperti halnya yang dilakukan

    oleh ilmu antropologi dan sosiologi. Kedua pendekatan itu sama-sama

    mengandung kelemahan. Kelemahan pendekatan pertama terletak pada

    potensinya untuk menumbuhkan fanatisme keagamaan yang tidak pada

    tempatnya. Sedangkan kelemahan pendekatan kedua terletak pada

    kecenderungan sekulernya, sehingga tidak mendorong bagi terwujudnya

    penganut agama yang baik.

    Pendekatan ketiga yang dimaksud oleh Harto adalah pendekatan

    perencanaan sosial ( social plannning approach ), yaitu pendekatan yang

    mendorong pemahaman dan komitmen peserta didik terhadap agama yang

    dipeluknya, dan pada waktu yang sama juga mendorong lahirnya sikap

    menghormati pemeluk dan ajaran agama lain untuk saling berdampingan

    dalam kemajemukan. Pendekatan ini perlu dirumuskan aspek-aspeknya.

    Pertama , apa yang disebut dengan multikulturalisme itu, apa saja materinya,

    keragaman agama atau keragaman budaya, apakah bersifat kognitif, atau

    bersifat pendekatan pembelajaran, berapa porsinya, dan sebagainya. Kedua ,

    Seminar Teknologi Pendidikan, Semester III B, Stainta@Desember 2008 21

  • 8/14/2019 Makalah Aplikasi Teknologi Pendidikan

    22/29

  • 8/14/2019 Makalah Aplikasi Teknologi Pendidikan

    23/29

    Berkaitan dengan apa yang dikemukana oleh Cushner tersebut, pendidik

    dituntut untuk secara tepat memilih strategi pembelajaran dalam komunitas

    yang majemuk. Peserta didik harus dibiasakan melihat persoalan dari berbagai

    pendekatan dan perpektif. Ia harus dapat menjelaskan dan memberikan

    pengertian bahwa perbedaan dan keragaman merupakan hal yang biasa dan

    sebuah keniscayaan, upaya penyeragaman merupakan bentuk pengingkaran

    terhadap sunatullah . Karena itu pendekatan pembelajaran tidak monolitik;

    bahwa seolah-olah kebenaran pendapat hanya miliknya, seolah pendapat

    pihak lain yang kebetulan berbeda pendekatan adalah keliru dan sesat. Strategi

    pembelajaran ini harus diterapkan ketika guru membahas persoalankeagamaan maupun persoalan budaya.

    Berdasarkan uraian di atas, ada beberapa hal yang dapat dijadikan

    catatan. Pertama , pendidikan agama yang diajarkan pada lembaga pendidikan

    perlu dilakukan reformulasi pola pendekatan pembelajaran dengan

    menyesuaikan pada konteks multikultural. Sebab, munculnya berbagai kasus

    konflik dan kerusuhan masa yang bernuansa etnis dan agama lebih disebabkan

    oleh minimnya wawasan pemahaman terhadap keragaman budaya yang sudah

    menjadi keniscayaan. Kedua , perlunya merubah paradigma pembelajaran

    agama yang selama ini dianut oleh sebagian umat beragama, sebab paradigma

    yang selama ini dijalankan ternyata lebih cenderung membentuk manusia

    beragama yang bersikap intoleran, eksklusif, egois, close-minded, dan

    berorientasi pada kesalehan individu. Karena itu, menghadapi kehidupan

    masyarakat yang multikultural ini, selain pendidikan dengan paradigma to

    think, to do dan to be , juga perlu paradigma to live together .

    2. Aspek Desain Bahan Pembelajaran

    Langkah ketiga dalam Mendesaian Sistem Pembelajaran adalah

    pengembangan, yaitu proses penulisan dan pembuatan atau produksi bahan-

    bahan pembelajaran. Proses penulisan bahan pembelajaran harus

    memperhatikan hal-hal berikut:

    Seminar Teknologi Pendidikan, Semester III B, Stainta@Desember 2008 23

  • 8/14/2019 Makalah Aplikasi Teknologi Pendidikan

    24/29

    a. Kejelasan tujuan pembelajaran (realistis dan terukur);

    b. Relevansi tujuan pembelajaran dengan Kurikulum/SK/KD;

    c. Ketepatan penggunaan media yang sesuai dengan tujuan dan materi

    pembelajaran;

    d. Kesesuaian materi, pemilihan media dan evaluasi (latihan, test, kunci

    jawaban) dengan tujuan pembelajaran;

    e. Sistematika yang runut, logis, dan jelas;

    f. Interaktivitas;

    g. Penumbuhan motivasi belajar;

    h. Kontekstualitas;i. Kelengkapan dan kualitas bahan bantuan belajar;

    j. Kejelasan uraian materi, pembahasan, contoh, simulasi, latihan;

    k. Konsistensi evaluasi dengan tujuan pembelajaran;

    l. Relevansi dan konsistensi alat evaluasi;

    m. Pemberian umpan balik terhadap latihan dan hasil evaluasi.

    3. Aspek Rekayasa Perangkat Lunak dalam Pemanfaatan Bahan dan Strategi

    Langkah ketiga dalam Mendesain Sistem Pembelajaran adalah pemanfaatan

    bahan dan strategi pembelajaran yang telah disusun dalam proses

    pembelajaran. Proses pemanfaatan bahan dan strategi tersebut harus

    memperhatikan hal-hal berikut:

    a. Efektif dan efisien dalam pengembangan maupun penggunaan media

    pembelajaran;

    b. Reliabilitas (kehandalan);

    c. Maintainabilitas (dapat dipelihara/dikelola dengan mudah);

    d. Usabilitas (mudah digunakan dan sederhana dalam pengoperasiannya);

    e. Ketepatan pemilihan jenis aplikasi/software/tool untuk pengembangan;

    f. Kompatibilitas (media pembelajaran dapat diinstalasi/dijalankan

    diberbagai hardware dan software yang ada);

    Seminar Teknologi Pendidikan, Semester III B, Stainta@Desember 2008 24

  • 8/14/2019 Makalah Aplikasi Teknologi Pendidikan

    25/29

    g. Pemaketan program media pembelajaran terpadu dan mudah dalam

    eksekusi;

    h. Dokumentasi program media pembelajaran yang lengkap meliputi:

    petunjuk instalasi (jelas, singkat, lengkap), trouble shooting (jelas,

    terstruktur, dan antisipatif), desain program (jelas dan menggambarkan

    alur kerja program);

    i. Reusabilitas (sebagian atau seluruh program media pembelajaran dapat

    dimanfaatkan kembali untuk mengembangkan media pembelajaran lain).

    4. Aspek Komunikasi Visual

    Selain harus memperhatikan aspek-aspek di atas, langkah pemanfaatan jugadapat menggunakan komunikasi visual sebagai strategi pembelajaran, dengan

    memperhatikan hal-hal berikut:

    a. Komunikatif: visualisasi mendukung materi ajar, agar mudah dicerna oleh

    siswa;

    b. Kreatif: visualisasi diharapkan disajikan secara unik dan tidak klise (sering

    digunakan), agar menarik perhatian;

    c. Sederhana: visualisasi tidak rumit, agar tidak mengurangi kejelasan isi

    materi ajar dan mudah diingat;

    d. Unity : menggunakan bahasa visual yang harmonis, utuh, dan senada, agar

    materi ajar dipersepsi secara utuh (komprehensif);

    e. Penggambaran objek dalam bentuk image (citra) yang representatif;

    f. Pemilihan warna yang sesuai, agar mendukung kesesuaian antara konsep

    kreatif dan topik yang dipilih;

    g. Tipografi (font dan susunan huruf), untuk memvisualisasikan bahasa

    verbal agar mendukung isi pesan, baik secara fungsi keterbacaan maupun

    fungsi psikologisnya;

    h. Tata letak ( lay-out ): peletakan dan susunan unsur-unsur visual terkendali

    dengan baik, agar memperjelas peran dan hirarki masing-masing unsur

    tersebut;

    Seminar Teknologi Pendidikan, Semester III B, Stainta@Desember 2008 25

  • 8/14/2019 Makalah Aplikasi Teknologi Pendidikan

    26/29

    i. Unsur visual bergerak (animasi dan/atau movie), animasi dapat

    dimanfaatkan untuk mensimulasikan materi ajar dan video untuk

    mengilustrasikan materi secara nyata;

    j. Navigasi ( icon ) yang familiar dan konsisten agar efektif dalam

    penggunaannya.

    5. Penilaian, Umpan Balik dan Perbaikan Terus Menerus

    Langkah kelima dalam mendesain sistem pembalajaran adalah penilaian, yaitu

    proses penentuan ketepatan pembelajaran. Setiap bab menyajikan

    rangkuman/kesimpulan dan atau soal latihan untuk mengukur keberhasilan

    belajar peserta didik dan sekaligus mengevaluasi ketepatan strategi pembelajaran. Penilaian ini mutlak dilakukan sebagai sistem manajemen mutu

    dan pengendalian proses belajar mengajar sehingga terjadi umpan balik dan

    perbaikan secara terus menerus (c ontinous improvement ).

    6. Desain Sistem Pembelajaran dan KTSP

    Desain Sistem Pembelajaran Pendidikan Multikultural dihadirkan untuk

    memanfaatkan peluang liberasi muatan kurikulum lokal dalam KTSP. Oleh

    karenanya, untuk memudahkan usulan, Desain Sistem Pembelajran

    Pendidikan Multikultural ini harus didesain sebagaimana desain mata

    pelajaran lain dalam konteks penyesuaian dengan standar KTSP. Pada

    dasarnya KTSP hanya memberikan rambu-rambu bahwa kurikulum dan

    proses pembelajaran harus berpatokan pada Standar Komptensi (SK) dan

    Kompetensi Dasar (KD), maka guru bisa Mendesain Sistem Pembelajaran

    secara otonom. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar meliputi: 1)

    Tingkat Satuan Pendidikan; 2) Mata Pelajaran; 3) Latar Belakang Pelajaran;

    4) Tujuan Mata Pelajaran; 5) Ruang Lingkup Mata Pelajaran; 6) Tabelisasi

    Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar; dan 7) Arah Pengembangan.

    Seminar Teknologi Pendidikan, Semester III B, Stainta@Desember 2008 26

  • 8/14/2019 Makalah Aplikasi Teknologi Pendidikan

    27/29

    III

    KESIMPULAN

    Teknologi pendidikan pada hakekatnya adalah pemecahan masalah

    pendidikan (tindak belajar manusia) dari segala aspek, bukan hanya digunakannya

    mesin-mesin atau alat-alat elektronik dfalam pendidikan.

    Teknologi pembelajaran memiliki lima kawasan yang menjadi bidang

    garapnya, baik sebagai objek formal maupun objek materinya, yaitu desain,

    pengembangan, pemanfaatan, pengolahan, evalusi sumber dan proses belajar

    Aplikasi teknologi Pembelajaran Pendidikan Multikultural ini hanya

    dilakukan penulis pada Kawasan Desain dengan subkategori Desain Sistem

    Pembelajaran. Walau hanya pada subkategori kawasan, namun kelima langkah dalam

    menyusun Desain Sistem Pembelajaran menunjukkan sinergitas antara berbagai

    kawasan Teknologi Pembelajaran : Desain, Pengembangan, Pemanfaatan,

    Pengelolaan dan Evaluasi Sumber dan Proses Belajar.

    Perkembangan Teknologi Pembelajaran yang linear dengan perkembangan

    teknologi harus disikapi secara hati-hati oleh Teknolog Pendidikan. Praktik Teknologi

    Pembelajaran harus memperhatihan Kawasan, Konsep Utama dan ciri khas Teknologi

    pembelajaran. Hal ini mutlak diperlukan untuk mengukuhkan keberadaan Teknologi

    Pembelajaran itu sendiri.

    Aplikasi Teknologi Pembelajaran Pendidikan Multikultural dapat

    dikembangkan tidak hanya untuk pembelajaran yang terkait erat dengan budaya itu

    sendiri (seperti pendidikan multikultural), namun dapat dikembangkan ke

    pembelajaran yang lain melihat substansi dari kaitan antara budaya dan substansi

    materi.

    Seminar Teknologi Pendidikan, Semester III B, Stainta@Desember 2008 27

  • 8/14/2019 Makalah Aplikasi Teknologi Pendidikan

    28/29

    BIBLIOGRAPY

    Atmajaya.ac.id. 2006. Pendidikan Multikultural Tanamkan Sikap Menghargai Keragaman . Diakses melalui www.atmajaya.ac.id/content.asp tanggal 11Desember 2006.

    Baidhawi, Zakiyuddin. 2005. Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural. Jakarta:Erlangga.

    BNSP. 2006. Instrumen Penilaian Tahap II Buku Teks Pelajaran Ekonomi SMA/MA .diakses melalui www.google.com/search?q=cache:W7IEGU_K5bQJ:www.

    bsnp-indonesia.org/files/FORMAT_INSTRUMEN_EKONOMI_8agst-FINAL.pdf +penilaian+ketepatan+pembelajaran&hl=id&gl=id&ct=clnk&cd=5

    tanggal 11 Desember 2008.Budiningsih, C. Asri. 2000. Kerangka Perkuliahan dan Bahan Pembelajaran Dasar-

    dasar Teknologi Pendidikan . Yogyakarta. Prodi Teknologi Pendidikan FIPUNY.

    DePorter, Bobbi & Hernacki, Mike. 2001. Quantum Learning (Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan). Bandung: Kaifa.

    Ghofur, Saiful Amin. 2006. KTSP dan Pendidikan Multikultural . Opini dalam BuletinSafiria. Yogyakarta, Magister Studi Islam UII.

    Harto, Kasinyo. 2006. Membangun Pola Pembelajaran Berwawasan Multikultural .Opini di Radar Banjarmasin. Diakses melalui http://www.radarbanjarmasin.com/berita/index.asp?Berita=Opini&id=64636. tanggal 11 Desember 2008.

    Ibrahim, Teknologi Pendidikan (Arti, Kawasan dan Penerapannya di Indonesia ),(Malang : FIP-IKIP Malang 1985)

    Kompas, 2006. Nilai-nilai Bidaya jawa Penting untuk Tangkal Budaya Asing .Kompas Yogyakarta, 5 Desember 2006. Halaman G (Dikbud).

    Kuliah.dinus.ac.id, 2006. Konsep Kebudayaan . Diakses dari http://kuliah.dinus.ac.id/ edi-nur/mbbi/bab3.html tanggal 8 November 2008.

    Miarso, Yusuf Hadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan . Jakarta: Kencana.

    Nasution, S., Teknologi Pendidikan (Jakarta : Bumi Aksara, 1999).Oemar Hamalik, Komputerisasi Pendidikan Nasional (Bandung : Mandar Maju,1989)

    Seminar Teknologi Pendidikan, Semester III B, Stainta@Desember 2008 28

    http://www.atmajaya.ac.id/content.asphttp://www.google.com/search?q=cache:W7IEGU_K5bQJ:www.%20bsnp-indonesia.org/files/FORMAT_INSTRUMEN_EKONOMI_8agst-FINAL%20.pdfhttp://www.google.com/search?q=cache:W7IEGU_K5bQJ:www.%20bsnp-indonesia.org/files/FORMAT_INSTRUMEN_EKONOMI_8agst-FINAL%20.pdfhttp://www.google.com/search?q=cache:W7IEGU_K5bQJ:www.%20bsnp-indonesia.org/files/FORMAT_INSTRUMEN_EKONOMI_8agst-FINAL%20.pdfhttp://kuliah.dinus.ac.id/%20edi-nur/mbbi/bab3.htmlhttp://kuliah.dinus.ac.id/%20edi-nur/mbbi/bab3.htmlhttp://www.atmajaya.ac.id/content.asphttp://www.google.com/search?q=cache:W7IEGU_K5bQJ:www.%20bsnp-indonesia.org/files/FORMAT_INSTRUMEN_EKONOMI_8agst-FINAL%20.pdfhttp://www.google.com/search?q=cache:W7IEGU_K5bQJ:www.%20bsnp-indonesia.org/files/FORMAT_INSTRUMEN_EKONOMI_8agst-FINAL%20.pdfhttp://www.google.com/search?q=cache:W7IEGU_K5bQJ:www.%20bsnp-indonesia.org/files/FORMAT_INSTRUMEN_EKONOMI_8agst-FINAL%20.pdfhttp://kuliah.dinus.ac.id/%20edi-nur/mbbi/bab3.htmlhttp://kuliah.dinus.ac.id/%20edi-nur/mbbi/bab3.html
  • 8/14/2019 Makalah Aplikasi Teknologi Pendidikan

    29/29

    Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22/2006 tentang

    Standar Isi Pendidikan dan Permendiknas No 23/2006 tentang Standar Kompetensi Kelulusan.

    Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan .

    Seels, Barbara B. & Richey, Rita C. 1994. Teknologi Pembelajaran: Definisi dan Kawasannya . Penerjemah Dewi S. Prawiradilaga dkk. Jakarta: KerjasamaIPTPI LPTK UNJ.

    Servocenter. 2006. Kecerdasan Emosi . Diakses dari servocenter.wordpress.com/2006/11/22/kecerdasan-emosi/, tanggal 11 Desember 2008.

    Suryani, Neneng. 2006. Urgensi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan . diakses dariRiau Pos Online http://riaupos.co.id/ . tanggal 5 Desember 2008.

    http://riaupos.co.id/http://riaupos.co.id/