makalah anthal eosinofil

6
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cacingan merupakan masalah kesehatan yang perlu penanganan serius, terutama di daerah tropis karena cukup banyak penduduk menderita cacingan. Penyakit cacingan dapat mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit dan terhambatnya tumbuh kembang anak, karena cacing mengambil sari makaan yang penting dari tubuh, misalnya protein, karbohidrat dan zat besi yang dapat menyebab anemia (Irianto, K. 2009). Penyakit yang disebabkan oleh parasit cacing masih banyak dijumpai di Indonesia.Beberapa jenis cacing bulat (nematode) terutama yang termasuk dalam kelompok cacing usus sangat prevalen. Di beberapa daerah, prevalensinya dapat mencapai 70- 80%. Beberapa cacing lain yang termasuk cacing daun (trematoda) dan cacing pita (cestoda) tidak jarang pula dijumpai. Hal ini menunjukkan bahwa penyakit cacing masih merupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia (Gunawan, P, et al. 1987). Kebanyakan cacing memerlukan suhu dan kelembapan udara tertentu, untuk hidup dan berkembang biaknya. Sebagian cacing memerlukan vertebrata atau invertebrata tertentu sebagai host, misalnya: ikan, siput, crustacean, atau serangga, dalam siklus(lingkaran) hidupnya. Di daerah tropis, host-host ini juga banyak berhubungan dengan manusia, karena tidak adanya pengendalian dari masyarakat setempat (Entjang, I. 2001). Eosinopilia bukan merupakan suatu penyakit,tetapi merupakan respon terhadap suatu penyakit. Peningkatan jumlah eosinopil dalam darah biasanya menunjukkan respon yang tepat terhadap infeksi parasit atau bahan-bahan penyebab reaksi alergi (Balqis, U. 2007). Sel eosinopil ini meningkatkan kemampuannya untuk membunuh atau merusak parasit dan mendukung peran penyelenggaraan fisiologi tanggapkebal terhadap berperantaraanIgE dalam mengontrol parasit cacing. Kejadian eosinopilia merupakan karakter yang berhubungan dengan infestasi cacing parasit atau reaksi-reaksi hipersensitivitas tipe 1 lainnya. Salah satu tugas sel eosinopil adalah penghancuran (destruksi) cacing parasit (Balqis, U. 2007))

Upload: miss-pramaysheilla

Post on 14-Jan-2016

143 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Berisi tentang cara cara pemeriksaan jumlah eosinofil... semoga bermanfaat

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH ANTHAL EOSINOFIL

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangCacingan merupakan masalah kesehatan yang perlu penanganan serius, terutama di

daerah tropis karena cukup banyak penduduk menderita cacingan. Penyakit cacingan dapat mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit dan terhambatnya tumbuh kembang anak, karena cacing mengambil sari makaan yang penting dari tubuh, misalnya protein, karbohidrat dan zat besi yang dapat menyebab anemia (Irianto, K. 2009).

 Penyakit yang disebabkan oleh parasit cacing masih banyak dijumpai di Indonesia.Beberapa jenis cacing bulat (nematode) terutama yang termasuk dalam kelompok cacing usus sangat prevalen. Di beberapa daerah, prevalensinya dapat mencapai 70-80%. Beberapa cacing lain yang termasuk cacing daun (trematoda) dan cacing pita (cestoda) tidak jarang pula dijumpai. Hal ini menunjukkan bahwa penyakit cacing masih merupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia (Gunawan, P, et al. 1987).

Kebanyakan cacing memerlukan suhu dan kelembapan udara tertentu, untuk hidup dan berkembang biaknya. Sebagian cacing memerlukan vertebrata atau invertebrata tertentu sebagai host, misalnya: ikan, siput, crustacean, atau serangga, dalam siklus(lingkaran) hidupnya. Di daerah tropis, host-host ini juga banyak berhubungan dengan manusia, karena tidak adanya pengendalian dari masyarakat setempat (Entjang, I. 2001).

Eosinopilia bukan merupakan suatu penyakit,tetapi merupakan respon terhadap suatu penyakit. Peningkatan jumlah eosinopil dalam darah biasanya menunjukkan respon yang tepat terhadap infeksi parasit atau bahan-bahan penyebab reaksi alergi (Balqis, U. 2007).

Sel eosinopil ini meningkatkan kemampuannya untuk membunuh atau merusak parasit dan mendukung peran penyelenggaraan fisiologi tanggapkebal terhadap berperantaraanIgE dalam mengontrol parasit cacing. Kejadian eosinopilia merupakan karakter yang berhubungan dengan infestasi cacing parasit atau reaksi-reaksi hipersensitivitas tipe 1 lainnya. Salah satu tugas sel eosinopil adalah penghancuran (destruksi) cacing parasit (Balqis, U. 2007))

Sel eosinopil terikat pada parasit terlapis antibodi karena sel eosinopil memiliki reseptor ketika berikatan, sel eosinopil mendegranulasi dan melepaskan kandungan granulanya di atas permukaan kutikula cacing. Sel eosinopil juga berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh untuk melawan infeksi cacing yang ditandai dengan peningkatan jumlah sel eosinopil di dalam jaringan (Balqis, U. 2007)

Disamping itu masih banyak makanan yang diperjualbelikan secara terbuka di pinggir jalan, dimana makanan tersebut bisa saja mengandung telur cacing yang terbawa oleh vector perantara seperti lalat. Infeksi terjadi dengan tertelannya telur yang berisi embrio. Sehingga dengan cepat infeksi cacingan dapat menyerang dan dapat mengakibatkan jumlah eosinofil akan meningkat dalam darah.

C. Tujuan

a. Untuk mengetahui jumlah sel eosinophil seseorang

Page 2: MAKALAH ANTHAL EOSINOFIL

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Eosinofil (bahasa Inggris: eosinophil, acidophil) adalah sel darah putih dari

kategori granulosit yang berperan dalam sistem kekebalan dengan

melawan parasit multiselular dan beberapa infeksi pada makhluk vertebrata. Bersama-

sama dengan sel biang, eosinofil juga ikut mengendalikan mekanisme alergi.

Eosinofil terbentuk pada proses haematopoiesis yang terjadi pada sumsum

tulang sebelum bermigrasi ke dalam sirkulasi darah.Eosinofil mengandung sejumlah zat

kimiawi antara lain histamin, eosinofil

peroksidase, ribonuklease, deoksiribonuklease, lipase,plasminogen dan

beberapa asam amino yang dirilis melalui proses degranulasi setelah eosinofil

teraktivasi. Zat-zat ini bersifat toksinterhadap parasit dan jaringan tubuh. Eosinofil

merupakan sel substrat peradangan dalam reaksi alergi. Aktivasi dan pelepasan racun

oleh eosinofil diatur dengan ketat untuk mencegah penghancuran jaringan yang tidak

diperlukan.Individu normal mempunyai rasio eosinofil sekitar 1 hingga 6% terhadap sel

darah putih dengan ukuran sekitar 12 - 17 mikrometer.[1]

Eosinofil dapat ditemukan pada medulla oblongata dan sambungan antara korteks

otak besar dan timus, dan di dalam saluran

pencernaan, ovarium, uterus, limpa dan lymph nodes. Tetapi tidak dijumpai

di paru, kulit, esofagus dan organ dalam lainnya, pada kondisi normal, keberadaan

eosinofil pada area ini sering merupakan pertanda adanya suatu penyakit.

Eosinofil dapat bertahan dalam sirkulasi darah selama 8-12 jam, dan bertahan lebih

lama sekitar 8-12 hari di dalam jaringan apabila tidak terdapat stimulasi.

Prinsip hitung eosinophil darah yaitu diencerkan dengan suatu larutan yang mengandung

eosin yang memberi warna merah pada granula eosinofil. Kemudian jumlah eosinofil dihitung

dengan kamar hitung.

Page 3: MAKALAH ANTHAL EOSINOFIL

BAB III

METODE PENELITIAN

Bahan Pemeriksaan :

Darah kapiler atau darah vena dengan antikoagulan tertentu.

Alat :

Pipet thoma leukosit

Kamar hitung Improved Neubauer

Deck glass / cover glass

Mikroskop.

Reagent :

Larutan Eosin, yang mengandung :

Larutan Eosin 2% 5 ml

Aceton  5 ml

Aquadest add  100 ml

Larutan ini harus disimpan dalam lemari es, tahan satu minggu

disaring sebelum digunakan.

Prosedur :

Mengisi pipet thoma leukosit :

Sama seperti pada tindakan menghitung leukosit, tapi disini darah dihisap sampai garis tanda 1 dan

sebagai cairan pengencer dipakai larutan khusus yang diisi sampai garis 11.

Mengisi kamar hitung

Sama seperti tindakan pada leukosit, setelah kamar hitung diisi dibiarkan selama 15 menit dalam

cawan petri tertutup yang berisi sepotong kertas saring basah.

Menghitung jumlah sel :

Dihitung dalam seluruh bidang yang dibagi yaitu dalam 9 mm3 dan 0,1 mm untuk tingginya.

Perhitungan

Pengenceran darah 10x, sel eosinofil dihitung dalam ruang sebesar 0,9 mm3. Jumlah sel eosinofil

yang dihitung dikali 10 x 10 : 9 adalah jumlah per µl darah

Harga normal

Eosinofil : 50-300 / mm3

Page 4: MAKALAH ANTHAL EOSINOFIL

BAB IV

PEMBAHASANPeningkatan jumlah eosinopil (eosinopilia) berhubungan dengan reaksi alergi dan infeksi

cacing (parasit). Di dalam jaringan, eosinopil ditemukan di jaringan ikat bawah epitel bronki, saluran cerna, uterus, dan vagina, dan mengelilingi cacing. Selain itu, sel-sel ini menghasilkan zat yang memodulasi peradangan melalui inaktivasi leukotrien dan histamin yang dihasilkan sel-sel lain. Eosinopil juga memfagositosis kompleks antigen-antibodiberperantaraan IgE dalam mengontrol parasit cacing, sel eosinopil mendegranulasi dan melepaskan kandungan granulanya di atas permukaan kutikula cacing  (Luiz Carlos Junqueira, Jose Carneiro, 2007).

Eosinofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah eosinofil lebih dari 300/µl darah. Eosinofilia terutama dijumpai pada keadaan alergi, infeksi parasit. Histamin yang dilepaskan pada reaksi antigen-antibodi merupakan substansi khemotaksis yang menarik eosinofil. Penyebab lain dari eosinofilia adalah penyakit kulit kronik, dan kanker tulang, otak, testis, dan ovarium.           Eosinopenia adalah suatu keadaan dimana jumlah eosinofil kurang dari 50/µl darah. Hal ini dapat dijumpai pada keadaan stress seperti syok, luka bakar, perdarahan dan infeksi berat, juga dapat terjadi pada hiperfungsi koreks adrenal dan pengobatan dengan kortikosteroid. Pemberian epinefrin akan menyebabkan penurunan jumlah eosinofil dan basofil, sedang jumlah monosit akan menurun pada infeksi akut. Walaupun demikian, jumlah basofil, eosinofil dan monosit yang kurang dari normal kurang bermakna dalam klinik. Pada hitung jenis leukosit pada pada orang normal, sering tidak dijumlah basofil maupun eosinofil.

BAB VPENUTUP

Demikianlah makalah yang saya buat ini, semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas. Terimakasih.

Page 5: MAKALAH ANTHAL EOSINOFIL

DAFTAR PUSTAKABalqis, U., 2007, Purifikasi dan Karakterisasi Protease dariEkskretori/Sekretori Stadium L3 Ascaridia galli dan Pengaruhnya Terhadap Pertahanan dan Gambaran Histopatologi Usus ayam[pdf] IPB, Available at:<http://www.damandiri.or.id/file/ummubalqisipbbab8.pdf (Accessed 16 february 2014).Entjang, I., 2001, Mikrobiologi dan Parasitologi Untuk Akademi Keperawatan, Citra Aditya Bakti.Fawcett, D.W., 2002, Buku Ajar Histologi, Alih Bahasa Jan Tambayong, Edisi ke-12, Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran ECG.Freund, M., 2011, Atlas Hematologi Heckner, Alih bahasa Frans Dany, Edisi ke- 11, Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran ECG.Gunawan, P.J.W., Magdalen, L.J., Ayda, R,.dan Harijani, A.M., 1987,Atlas Helmintologi

Kedokteran,Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.Irianto, K., 2009, Parasitologi, Bandung:Yrama Widya.

Junqueira, L.C., Jose, C., 2007, Histologi Dasar Teks & Atlas, Alih Bahasa Jan Tambayong, Edisi ke-10, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG.