makalah akuntansi cabang
TRANSCRIPT
SISTEM AKUNTANSI KANTOR CABANG MATA KULIAH AKUNTANSI KEUANGAN
LANJUTAN I
OLEH DOSEN DEWI MAHMUDAH SE.,M.Acc
MAKALAH
KELOMPOK VI :
KHATIJAH/101401039/B
SARIANTO/101401056/B
SAFARUDDIN/101401032/B
ERDI RUSLI/101401047/B
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PERIODE 2016/2017
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan
nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Sistem Akuntansi Cabang”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan oleh Dosen
Dewi Mahmuda, SE., M.Acc. dalam mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan I
di Universitas Muhammadiyah Buton Fakultas Ekonomi Program Studi
Akuntansi.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada dosen kami yang telah memberikan tugas dan
petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam
penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknik
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk
itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan
makalah ini.
Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Baubau, 18 Oktober 2016
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................1
1.2 Rumusan masalah................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Akuntansi Cabang................................................................3
2.1.1 Sistem Akuntansi Kantor Cabang..............................4
2.1.2 Rekening Timbal Balik..............................................5
2.2 Alternatif Memfakturkan Barang Dagang...........................7
2.2.1 Pengiriman Barang Dagang ke Kantor Cabang........7
2.2.2 Perlakuan Terhadap Ongkos Angkut Barang.............7
2.3 Perlakuan Selisih Harga Faktur dan Harga Pokok...............8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perusahaan-perusahaan besar atau yang sedang berkembang, selalu
berusaha meningkatkan volume penjualannya. Aspek pemasaran merupakan
aspek penting dalam usaha pencapaian tujuan ini. Oleh karena itu, bagian
pemasaran merupakan ujung tombak keberhasilan suatu perusahaan. Dalam
rangka memperluas daerah pemasaran, perusahaan melakukan pemetaan
wilayah sehingga dapat diketahui pasar potensialbagi produk atau jasa yang
dihasilkan/ditawarkan. Dengan cara ini dapat diketahui market share (bagian
pasar yang dapat dimasuki) dari produk atau jasa yang dihasilkan atau
ditawarkan perusahaan. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk
menangkap peluang dari market share yang sudah diketahui ini antara lain
dengan cara membuka kantor agen dan kantor cabang.
Pada dasarnya kantor agen berbeda dengan kantor cabang. Kantor
agen hanya berfungsi mencarikan pembeli atau memperoleh order.
Penjualan kepada konsumen dilakukan langsung oleh kantor pusat,
pembayarannya juga diterima langsung dari konsumen ke kantor pusat.
Sedangkan kantor cabang mempunyai wewenang yang lebih luas
dibandingkan kantor agen, karena selain berfungsi mencari pembeli kantor
cabang dapat melakukan transaksi penjualan secara langsung kepada
konsumen. Wewenang yang lebih besar lagi adalah kantor cabang dapat
membeli barang dagangan dari luar. Akuntansi kantor cabang membagi
sistem akuntansi perusahaan secara terpisah antara kantor pusat dan kantor
cabang.
Kantor pusat terdiri dari unit akuntansi pusat untuk perusahaan,
sedangkan kantor cabang terdiri dari tambahan sistem akuntansi untuk
mencatat kegiatan setiap cabang. Kantor cabang mempunyai kewenangan
1
2
dalam melakukan transaksi penjualan. Oleh karena itu, kantor cabang
melaksanakan pembukuan tersendiri. Jadi baik kantor pusat maupun kantor
cabang menyelenggarakan pencatatan akuntansi sendiri-sendiri. Pencatatan
ini hanya berguna untuk pihak intern kantor pusat maupun kantor cabang.
Tujuan dibuatnya kantor cabang yakni agar kemampuan perusahaan
dalam penjualan meningkat. Biasanya kantor cabang dibawahi oleh seorang
manajer cabang yang bertanggung jawab langsung kepada top manajer di
kantor pusat. Manajer cabang harus melaporkan informasi tentang volume
aktivitas dan hasil usaha cabang kepada kantor pusat. Walaupun kantor
cabang merupakan unit usaha yang berdiri sendiri namun dia tetap dalam
pengawasan kantor pusat. Garis besarnya suatu cabang diberi modal kerja
oleh kantor pusat, cabang bisa membeli stok barang sendiri untuk memenuhi
permintaan pelanggan. Apabila kantor pusat tidak sanggup memenuhi
permintaan tersebut maka alternatifnya cabang mengolah usahanya secara
terpisah dari rekening kantor pusat. Akan tetapi hal ini bisa dibatasi
keleluasaannya jika kantor pusat berkehendak.
1.2 Rumusan Masalah
Setelah membaca latar belakang diatas maka rumusan masalahnya yaitu :
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan akuntansi cabang ?
1.2.2 Bagaimana alternatif memfakturkan barang dagang ?
1.2.3 Bagaimana perlakuan atas selisih harga faktur dan harga pokok ?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka dapat disimpulkan tujuan
penulisannya yaitu :
1.3.1 Untuk memahami dan mendeskripsikan maksud dari akuntansi cabang
1.3.2 Untuk memahami dan mendeskripsikan alternatif memfakturkan
barang dagang
1.3.3 Untuk memahami dan mendeskripsikan perlakuan atas selisih harga
faktur dan harga pokok
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Akuntansi Cabang
Kantor cabang adalah bagian entitas yang memiliki lokasi sendiri
yang melakukan pencatatan akuntansi secara terpisah. Akuntansi kantor
cabang membagi sistem akuntansi perusahaan secara terpisah antara kantor
pusat dan kantor cabang. Kantor pusat terdiri dari unit akuntansi pusat untuk
perusahaan, sedangkan kantor cabang terdiri dari tambahan sistem akuntansi
untuk mencatat kegiatan setiap cabang. Kantor cabang mempunyai
kewenangan dalam melakukan transaksi penjualan. Oleh karena itu, kantor
cabang melaksanakan pembukuan tersendiri. Jadi baik kantor pusat maupun
kantor cabang menyelenggarakan pencatatan akuntansi sendiri-sendiri.
Pencatatan ini hanya berguna untuk pihak intern kantor pusat maupun
kantor cabang. Untuk kepentingan pihak ekstern kantor pusat menyiapkan
laporan konsolidasi yaitu laporan keuangan yang berisi kinerja keuangan
gabungan dari kantor pusat dan kantor cabang.
Berbeda dengan investasi kantor pusat di kantor agen yang hanya
berupa modal kerja awal saja, investasi yang ditanamkan oleh kantor pusat
ke kantor cabang meliputi semua kebutuhan awal kantor cabang. Oleh
karena itu, dapat dikatakan bahwa kantor pusat bertindak sebagai Investor
(pihak penyandang dana) dan kantor cabang sebagai Investee (pihak
penerima dana). Oleh karena itu, diperlukan rekening yang bersifat
Resiprokal (timbal balik) antara kantor pusat dan kantor cabang untuk
menampung transaksi yang bersifat resiprokal ini, kantor pusat
menggunakan nama rekening kantor cabang, sebaliknya kantor cabang
menggunakan rekening kantor pusat. Rekening kantor cabang merupakan
hak kantor pusat sedangkan rekening kantor pusat merupakan kewajiban
3
4
kantor cabang. Dalam membuat laporan konsolidasi rekening resiprokal
harus dieleminasi.
2.1.1 Sistem Akuntansi Kantor Cabang
Penerapan kegiatan akuntansi pada sebuah kantor cabang
tergantung pada kebijaksanaan perusahaan. Sistem akuntansi kantor
cabang pada dasarnya dapat dilaksanakan menurut sistem sentralisasi,
desentralisasi atau kombinasi keduanya
a. Sistem Sentralisasi
Apabila sistem sentralisasi dilaksanakan maka pembukuan
terhadap transaksi-transaksi yang terjadi di kantor cabang
diselenggarakan sepenuhnya oleh kantor pusat. Dicatat dalam
buku harian kantor pusat dan buku besar atau seperangkat
catatan yang terpisah. Data diberikan oleh cabang dalam bentuk
dokumen asli yang membuktikan transaksi cabang didukung
oleh voucher asli. Pada prinsipnya sama dengan untuk agen
penjualan dimana kantor cabang membuat dokumen-dokumen
dasar seperti faktur penjualan, catatan waktu kerja, dan bukti-
bukti pendukung transaksi lainnya yang tembusannya atau
aslinya dikirimkan ke kantor pusat untuk dicatat di dalam buku
jurnal dan buku besar kantor pusat.
b. Sistem Desentralisasi
Jika menggunakan sistem desentralisasi maka setiap
cabang dan kantor pusat menyelenggarakan pembukuan atas
transaksi yang terjadi pada cabang dan pusat bersangkutan
secara lengkap. Pada cara ini, setiap cabang membuat
pembukuan atas transaksi-transaksi yang terjadi pada kantor
cabang secara lengkap yang meliputi jurnal, buku besar dan
buku-buku pembantu. Laporan keuangan disiapkan secara
tahunan oleh kantor cabang dan dikirimkan ke kantor pusat.
Prinsip-prinsip akuntansi, sistem pengendalian internal, format
dan isi laporan keuangan ditentukan oleh kantor pusat. Laporan
5
keuangan yang terpisah antara kantor cabang dan kantor pusat
digabungkan menjadi laporan keuangan tunggal untuk tujuan
pelaporan eksternal.
c. Sistem Kombinasi (Sentralisasi-Desentralisasi)
Jika menggunakan sistem kombinasi dari keduanya maka
cabang dapat menyelenggarakan catatan asli (books Original
Entry) untuk semua transaksi sebagai salinan. Lalu salinan
tersebut dikirim ke kantor pusat, dimana data dibukukan pada
perkiraan cabang yang diselenggarakan tersendiri atau
dibukukan dalam buku besar umum kantor pusat.
2.1.2 Rekening Timbal Balik
Rekening timbal balik adalah rekening untuk mencatat suatu
transaksi di buku pencatatan yang berbeda. Rekening-rekening ini
mempunyai saldo yang sama tetapi pada sisi yang berlawanan apabila
seluruh proses akuntansi pada suatu periode telah selesai dilakukan
dengan benar. Dengan sistemm desentralisasi rekening timbal balik di
buku kantor cabang dan kantor pusat digunakan untuk mencatat
transaksi cabang dan pusat serta transaksi cabang dengan cabang yang
mempengaruhi investasi oleh pusat di cabang.
a. Rekening “Kantor Cabang” dan Rekening “Kantor Pusat”
Dengan sistem desentralisasi hubungan pusat dan cabang
adalah hubungan antara investor dan investee. Hubungan ini
dicatat di buku kantor pusat dalam rekening kantor cabang dan
di buku kantor cabang dalam rekening kantor pusat. Hubungan
dan aturan pencatatan di kedua rekening tersebut adalah :
Kantor Cabang Kantor Pusat
Di buku besar kantor pusat Di buku besar kantor cabang
Saldo rekening menunjukkan
jumlah investasi yang telah
dilakukan oleh pusat di cabang
Saldo rekening menunjukkan
jumlah pendanaan yang telah
diterima oleh cabang dari pusat
Merupakan rekening aset dengan Merupakan rekening ekuitas
6
saldo normal di sisi debit dengan saldo normal di sisi
kredit
Debit : aset yang dikirim ke
cabang, pembebanan biaya ke
cabang, laba operasi cabang
Debit : aset yang dikirim ke
Pusat, pembebanan biaya ke
pusat, rugi operasi cabang
Kredit : aset yang diterima dari
cabang, Pembebanan biaya dari
cabang, rugi operasi cabang
Kredit : aset yang diterima dari
pusat, Pembebanan biaya dari
pusat, laba operasi cabang
b. Rekening “Pengiriman Barang ke Cabang” dan rekening
“Pengiriman Barang dari Pusat”
Rekening-rekening ini dibutuhkan bila pencatatan barang
dagangan menggunakan sistem phisik. Hubungan dan aturan
pencatatan kedua rekening tersebut adalah :
Pengiriman Barang ke Cabang Pengiriman Barang dari Pusat
Di buku besar kantor pusat Di buku besar kantor cabang
Rekening laba-rugi yang
disajikan sebagai pengurang
biaya perolehan barang yang
tersedia dijual di kantor pusat
Rekening laba-rugi yang
disajikan sebagai penambah
biaya perolehan barang yang
tersedia dijual di kantor cabang
Debit : penutupan ke laba-rugi,
pengembalian barang dari cabang
Debit :Penerimaan barang dari
pusat
Kredit : Pengiriman barang dari
cabang
Kredit : penutupan ke laba-rugi,
pengembalian barang ke pusat
Rekening timbal balik lain yang dibutuhkan adalah rekening
yang menunjukkan utang piutang dan pendapatan-beban yang timbul
antara pusat dan cabang. Contoh utang-piutang bunga dan beban
pendapatan bunga.
2.2 Alternatif Memfakturkan Barang Dagang
7
Yang dimaksud dengan pengiriman barang disini adalah pengiriman
barang dagangan (transfer of merchandise), seperti halnya pada transfer kas
pengiriman barang dagangan antara cabang ini otorisasi tetap ada pada
kantor pusat. Untuk pengiriman barang dagangan ini, menimbulkan masalah
tersendiri yaitu ongkos angkut untuk pengiriman barang dagangan dari
cabang pengirim dari cabang penerima.
Dalam hal pengiriman barang-barang dari pusat ke cabang biasanya
ongkos angkutnya untuk barang-barang tersebut di perhitungkan dan
menjadi beban untuk kantor cabang yaitu ditambahkan pada harga barang-
barang yang bersangkutan. Tetapi dalam hal pengiriman barang antar
cabang di lakukan atas perintah kantor pusat.
2.2.1 Perlakuan Terhadap Ongkos Angkut Barang
a. Ongkos angkut barang dari cabang pengirim ke cabang
penerima, terlebih dahulu dibayar oleh cabang pengirim dan
nantinya akan di perhitungkan sebagai beban kantor pusat.
b. Cabang penerima akan dibebani ongkos angkut sebesar ongkos
angkut apabila barang tersebut langsung di kirim dari kantor
pusat, bukan sebesar ongkos angkut dari cabang pengirim.
c. Apabila terjadi selisih ongkos angkut antar cabang pengirim ke
cabang penerima dengan ongkos angkut dengan kantor pusat
langsung ka cabang penerima, maka selisih ongkos angkut
tersebut dibebankan ke kantor pusat dan di catat kedalam
rekening “ selisih Ongkos Angkut Barang Antar Cabang”.
2.2.2 Pengiriman Barang Dagang ke Kantor Cabang
Difakturkan kantor pusat dengan harga :
a. Harga melebihi (diatas) harga pokok (cost)
Hubungan umumnya kantor pusat menyediakan barang
dagangan untuk kantor cabang sedangkan untuk hubungan
khususnya kantor pusat menetapkan harga faktur diatas harga
pokok untuk setiap pengiriman barang dagangan ke kantor
cabang. Tujuan penetapan harga faktur diatas harga pokok yaitu
8
agar kepala kantor cabang tidak dapat mengetahui secara
lengkap informasi laba aktual dari hasil operasi kantor cabang.
b. Pengiriman barang ke kantor cabang difakturkan dengan harga
jual eceran
Hubungan umumnya kantor pusat menyediakan barang
dagangan untuk cabang sedangkan hubungan khususnya kantor
pusat menetapkan harga faktur untuk setiap pengiriman barang
dagangan ke kantor cabang berdasarkan harga jual eceran.
Tujuan penetapan harga faktur berdasarkan harga jual eceran
yaitu untuk merahasiakan informasi laba aktual dari hasil
operasi kantor cabang dan mengendalikan barang dagangan
yang diurus kantor cabang menjadi lebih efektif.
2.3 Perlakuan Selisih Harga Faktur dan Harga Pokok
Pengiriman barang dagangan dari pusat seringkali dibebankan ke
cabang dengan harga lebih besar dari biaya perolehan barang di kantor
pusat. Harga transfer ini dapat ditentukan berdasarkan biaya perolehan
ditambah % tertentu atau berdasarkan harga jual eceran. Penetapan harga
transfer ini didasarkan pada asumsi dalam sistem desentralisasi yaitu bahwa
pusat dan cabang masing-masing kesatuan usaha yang berdiri sendiri.
Tujuannya adalah agar alokasi pendapatan antara pusat-cabang dapat
dilakukan secara wajar sehingga memberikan informasi yang lebih berguna
untuk menilai prestasi kantor cabang sebagai kesatuan usaha yang berdiri
sendiri. Selisih antara biaya perolehan dan harga transfer barang dagangan
dicatat di rekening kantor pusat yaitu laba belum direalisasi atau cadangan
kelebihan harga. Dengan sistem phisik hubungan timbal balik terjadi pada
rekening (Pengiriman Barang ke Cabang + Laba Belum Direalisasi) dengan
pengiriman barang dari pusat. Aturan pencatatan dan penyajian rekening ini
adalah sebagai berikut :
Debit : Jurnal penutup pada akhir
periode akuntansi untuk mengakui
Kredit : Saat mengirim
barang ke cabang sebesar
9
selisih harga transfer yang sudah
direalisir dalam barang dagangan yang
dijual cabang ke pelanggan
selisih harga transfer diatas
biaya perolehan barang di
pusat
Saldo normal di sisi kredit sebesar selisih harga transfer barang
dagangan yang masih ada di cabang
Penyajian di laporan posisi keuangan kantor pusat sebagai :
Pengurang rekening kantor cabang di kelompok aset atau salah satu
elemen di kelompok kewajiban
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Suatu cabang beroperasi sebagai unit usaha terpisah, dan di bawah
pengendalian kantor pusat. Modal kerja (berupa uang tunai, barang-barang
dagangan, aktiva lainnya) diberi oleh kantor pusat. Barang dagangan dapat
dibeli dari pihak ketiga, untuk jenis barang yang tersedia dari kantor pusat.
Aktivitas penjualan yang dilaksanakan, dimulai untuk mendapatkan
pembeli, mengirimkan barang/jasa, membuat faktur penjualan, menagih
piutang dan menyimpan dalam rekening banknya sendiri.
Pembatasan keleluasaan cabang operasi dapat dilakukan kantor pusat,
seperti penerimaan kas dari hasil penjualan, pengumpulan piutang, setiap harinya
harus disetorkan atas nama rekening kantor pusat dalam jumlah yang utuh.
Pembentukan dana kas kecil untuk pengeluaran kas di cabang. Penerapan
kegiatan akuntansi pada sebuah kantor cabang tergantung pada
kebijaksanaan perusahaan. Sistem akuntansi kantor cabang pada dasarnya
dapat dilaksanakan menurut sistem sentralisasi, desentralisasi atau
kombinasi keduanya
Alternatif memfakturkan barang dagang ke cabang yaitu dengan cara
menetapkan harga faktur diatas harga pokok dan menetapkan harga faktur
dengan harga jual eceran. Pengiriman barang dagangan dari pusat seringkali
dibebankan ke cabang dengan harga lebih besar dari biaya perolehan barang
di kantor pusat. Harga transfer ini dapat ditentukan berdasarkan biaya
perolehan ditambah % tertentu atau berdasarkan harga jual eceran.
Penetapan harga transfer ini didasarkan pada asumsi dalam sistem
desentralisasi yaitu bahwa pusat dan cabang masing-masing kesatuan usaha
yang berdiri sendiri.
10
11
DAFTAR PUSTAKA
Ratnaningsih, Dewi. (2015), “Akuntansi Keuangan Lanjutan I (Buku Satu)”,
Yogyakarta : Cahaya Atma Pusaka
Milamashuri. “Akuntansi Kantor Pusat dan Kantor Cabang”, Published at
https://milamashuri.wordpress.com (Diakses 13 Oktober 2016)
Gutni, Daru. “Akuntansi Untuk Kantor Pusat dan Kantor Cabang”, Published at
https://www.academia.edu (Diakses 13 Oktober 2016)
Adity, RC. “Akuntansi Kantor Pusat dan Kantor Cabang”, Published at
https://adityahrc.wordpress.com (Diakses 14 Oktober 2016)
Innaluon. “Akuntansi Untuk Agen Pusat dan Cabang”, Published at
http://innaluon.blogspot.co.id