makalah 2013 uns(1)

30
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA SEMAR JAYA Achsan Nur Cholis Faisal Kus Hermawan Hilda Hardianti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Beton merupakan bahan bangunan yang paling utama, hampir semua bangunan selalu menggunakan beton. Seiring dengan perkembangan zaman, desain- desain dari suatu bangunan juga semakin berkembang dan membutuhkan konstruksi yang semakin kuat pula. Beton merupakan bahan yang kuat terhadap gaya tekan tetapi lemah terhadap gaya tarik, oleh karena itu digunakan baja tulangan sebagai pemikul gaya tarik yang dialami oleh suatu struktur bangunan. Semakin besar gaya tarik yang harus dipikul oleh suatu struktur, maka semakin banyak pula tulangan yang harus digunakan, sehingga semakin banyak halangan bagi beton segar untuk mengisi ruang-ruang kosong. Beton konvensional tidak dapat mengalir sendiri melewati halangan-halangan tersebut, sehingga dibutuhkan tenaga pemadatan yang besar, sedangkan untuk daerah-daerah tertentu dimana tidak dapat dilakukan pemadatan (dikarenakan tempat yang sempit) akan terbentuk rongga yang dapat mengurangi kekuatan beton. Selain dapat mengalir dengan sendirinya, metode SCC ini juga memiliki beberapa kelibihan lain, diantaranya adalah berdaya tahan yang baik Civil Brings Revolution Page 1

Upload: achsan-nur-cholis

Post on 24-Nov-2015

46 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

makalah tentang beton

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Beton merupakan bahan bangunan yang paling utama, hampir semua bangunan selalu menggunakan beton. Seiring dengan perkembangan zaman, desain-desain dari suatu bangunan juga semakin berkembang dan membutuhkan konstruksi yang semakin kuat pula. Beton merupakan bahan yang kuat terhadap gaya tekan tetapi lemah terhadap gaya tarik, oleh karena itu digunakan baja tulangan sebagai pemikul gaya tarik yang dialami oleh suatu struktur bangunan. Semakin besar gaya tarik yang harus dipikul oleh suatu struktur, maka semakin banyak pula tulangan yang harus digunakan, sehingga semakin banyak halangan bagi beton segar untuk mengisi ruang-ruang kosong. Beton konvensional tidak dapat mengalir sendiri melewati halangan-halangan tersebut, sehingga dibutuhkan tenaga pemadatan yang besar, sedangkan untuk daerah-daerah tertentu dimana tidak dapat dilakukan pemadatan (dikarenakan tempat yang sempit) akan terbentuk rongga yang dapat mengurangi kekuatan beton. Selain dapat mengalir dengan sendirinya, metode SCC ini juga memiliki beberapa kelibihan lain, diantaranya adalah berdaya tahan yang baik dan memiliki kekuatan yang tinggi. Tetapi semua hal tersebut hanya dapat dicapai apabila pada campuran beton mengalami deformability yang tinggi dan tidak mengalami segregasi.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil campuran SCC, yaitu pada deformability dan viskosity-nya. Faktor-faktor tersebut adalah kadar superplasticizer, bentuk, ukuran bahan campuran pasta, serta agregat yang digunakan. Dengan penggunaan bahan yang cukup dalam metode SCC ini, diharapkan dapat memudahkan proses pengerjaan beton dan pada akhirnya juga dapat menghemat biaya pengerjaan.

1.2. Tujuan

Menghasilkan suatu campuran beton segar yang memiliki workability yang tinggi tanpa terjadi segregasi ataupun bleeding. Menghasilkan suatu campuran beton segar yang memiliki flowability yang tinggi, sehingga dapat mengalir dan memadat dengan sendirinya.

Menghasilkan suatu campuran beton segar yang memiliki kemampuan passing ability yang tinggi, sehingga campuran beton tersebut dapat melewati tulangan yang cukup rapat.

Menghasilkan beton dengan rongga udara yang seminimal mungkin, sehingga memiliki durability yang tinggi.1.3. Dasar Teori Pembuatan Beton Metode SCC

Sejak tahun 1983 di Jepang telah diketahui permasalahan tentang durabilitas beton. Untuk mendapatkan beton yang tahan lama, diperlukan control kualitas yang baik dengan pengecoran yang dikerjakan oleh tenaga ahli. Problema beton adalah diperlukan pemadatan yang cukup intensif untuk menghasilkan beton yang padat. Rongga-rongga udara sering terjebak di dalam beton sehingga kekuatan maupun daya tahannya akan sangat rendah. Semakin berkurangnya tenaga ahli menyebabkan perlunya campuran beton yang dapat memadat sendirian hanya memerlukan sedikit tenaga ahli untuk mengerjakan dan didapatkan beton dengan kualitas tinggi. Kemudian pada tahun 1988, beton kinerja tinggi dengan spesifikasi: (1) sifat beton segar: dapat memadat sendiri (2) umur awal: tidak ada cacat awal dan (3) setelah mengeras: dapat melawan kerusakan yang ditimbulkan oleh faktor eksternal, beton ini dinamakan self compacting concrete (SCC). Metode untuk mendapatkan beton SCC bukan hanya pada deformabilitas yang tinggi sehingga mudah untuk didapatkan tetapi juga pada kemungkinan segregasi yang rendah. Pada beton biasa deformabilitas yang tinggi akan diikuti dengan kemungkinan terjadinya segregasi pada saat beton dituangkan melalui tulangan pada beton.Untuk mendapatkan campuran beton dengan tingkat workability yang tinggi dan kekuatan awal yang besar perlu diperhatikan halhal sebagai berikut:

Agregat kasar dibatasi jumlahnya sampai kurang lebih 50% dari volume padatnya.

Pembatasan jumlah agregat halus kurang lebih 40% dari volume mortar. Waterbinder ratio dijaga pada level kurang lebih 0,3.

Penggunaan superplasticizer pada campuran beton untuk mendapatkan tingkat workability yang tinggi sekaligus menekan nilai waterbinder ratio.

Ditambahkan bahan pengisi (filler) berupa silica fume untuk meningkatkan durabilitas dan kekuatan tekan dari beton.

Dengan campuran yang mudah berdeformasi tetapi tetap dapat mempertahankan kekentalannya (viskositasnya) maka beton SCC akan memadat sendiri dan tidak mengalami segregasi.

Saat ini beton SCC ini tidak hanya dipergunakan di Jepang. Sekarang ini penelitian tentang beton SCC ini masih terus dilakukan tentang metode pencampurannya yang efektif. Penilitian ini akan terus dilakukan sampai beton SCC ini akan menjadi beton standar untuk masa depan.

Aplikasi dari beton SCC sudah banyak dilakukan di Jepang. Di Jepang, mereka membuat beton SCC ini untuk jembatan, bangunan dan tunnel sejak 1990. di lima tahun terakhir ini, jembatan jembatan dengan menggunakan beton SCC ini sudah dibangun di Eropa (readymixbeton, 2005). Di Amerika jembatan bebas hambatan sangat terbatas, sehingga di waktu sekarang beton SCC sangat berpotensi pada pembangunan jembatan bebas hambatan. Dari semua pembangunan di atas aplikasi dari beton SCC masih memerlukan banyak penelitian.

Pembuatan jalan bebas hambatan dengan tidak menggunakan getaran sudah tidak baru lagi. Contoh: pembuatan di bawah air tanpa getaran, masa beton tanpa getaran, terowongan beton tanpa getaran. Beton modern sekarang ini berfokus pada high performance, kualitas yang dapat dipercaya, padat dan keseragaman tekstur permukaan, meningkatkan durability, kekuatan yang tinggi dan konstruksi cepat.

Kelemahan pada beton konvensional adalah pada masalah getaran. Untuk pemadatan beton konvensional diperlukan alat penggetar yang cukup berisik dan membutuhkan tenaga trampil. Beton SCC tidak memerlukan getaran untuk pemadatan. Percobaan dari universitas dari Tokyo, Jepang, dimulai di 1980an untuk mengembangkan beton SCC. Sejak awal 1990an, Jepang sudah mengembangkan dan menggunakan beton SCC. aplikasi dari beton SCC di bidang konstruksi sudah dilaporkan di Jepang (Gambar 1.1). Sejak tahun 2000, jumlah dari beton SCC yang digunakan untuk beton prefabricated dan ready mix.

Gambar 1.1 Tren penggunaan beton SCC di Japan

Beton SCC menawarkan banyak keuntungan untuk beton precast, prestress di bidang industri dan penggunaan di bidang konstruksi, keuntungan-keuntungannya antara lain sbb:

Bisa mengurangi kebisingan di tempat proyek,

Mengurangi masalah di bidang getaran,

Mengurangi pekerjaan di lapangan,

Konstruksi lebih cepat,

Meningkatkan kualitas dan daya tahan,

Kekuatan yang dihasilkan lebih tinggi.

Self Compacting Concrete (SCC) atau yang juga dikenal sebagai Self Consolidating Concrete adalah beton yang memiliki tingkat keenceran yang tinggi. Pengujian tingkat keenceran (flowability) pada beton SCC memiliki beberapa persamaan dengan slump test, antara lain adalah dengan menggunakan slump cone. Menurut ASTM C 143, tingkat penyebaran (slump flow) pada beton SCC memiliki range antara 18 sampai 32 inci (455 sampai 810 mm). Agar dapat memenuhi persyaratan beton SCC, perlu dilakukan pengujian pada beton untuk mengalir tanpa terjadi segregasi. Berbagai macam pengujian beton segar SCC telah diusulkan, diantaranya adalah U-test, Box-test, Slup flow dan V-funnel test. Pada U-test, beton segar dimasukkan kedalam satu sisi dan kemudian pintu tengah dibuka untuk melihat bagaimana beton dapat mengalir melalui halangan yang dibentuk dari tulangan baja dengan lebar yang berbeda. Kemudian tinggi dari beton yang sudah mengalir diukur. Jika beton terlalu kaku, beton tidak akan dapat mengalir. Sebaliknya jika beton terlalu encer akan terjadi segregasi yang menyebabkan penyumbatan pada halangan sehingga tidak semua beton bisa mengalir. Jadi dibutuhkan kelecakan yang tepat agar beton dapat mengalir sempurna.

Selain itu Box-test, dimana secara prinsip sama dengan U-test hanya pada bagian bawah tidak berbentuk setengah lingkaran melainkan berbentuk kotak. Untuk proses U-test dan Box-test dapat diperhatikan pada Gambar 1.2.

Gambar 1.2 (a) U-test dan (b) Box-tesr

Pengujian lainnya yang tidak langsung menguji sifat pemadatan beton SCC adalah pengujian slump flow (Gambar 1.3) dan V-funnel test (Gambar 1.4). Pangujian ini bertijuan untuk menguji sifat deformabilitas dan viskositas dari beton SCC. Kedua sifat ini akan menentukan kualitas dari beton SCC yang dihasilkan (Masahiro Ouchi et.al, 2006).

Gambar 1.3 Slump FlowGambar 1.4 Funnel

Gambar 1.5 Bagian campuran dari beton yang khas, ilustrasi distribusi dari agregat kasar dan agregat halus.BAB IIPEMILIHAN MATERIAL2.1.Semen

Semen adalah bahan yang mempunyai sifat adhesif dan kohesif digunakan sebagai bahan pengikat (Bonding material) yang dipakai bersama batu kerikil, pasir, dan air. Semen Portland akan mengikat butir-butir agregat (halus dan kasar) setelah diberi air dan selanjutnya akan mengeras menjadi suatu massa yang padat.

Portland Cement merupakan bahan utama atau komponen beton terpenting yang berfungsi sebagai bahan pengikat an-organik dengan bantuan air dan mengeras secara hidrolik. Portland Cement harus memenuhi persyaratan yang diperlukan dalam PBI (1971). Portland Cement inilah yang dapat menyatukan antara agregat halus dan agregat kasar sehingga mengeras menjadi beton. Semen yang kami gunakan untuk pembuatan beton SCC (Self Compacting Concrete) ini adalah semen PPC yang di produksi oleh semen Gresik. Pencampuran sejumlah semen memiliki manfaat sebagai bahan pengikat antara agregat kasar, agregat halus, serta bahan tambahan lainnya (fly ash dan silica fume).

2.2.Silica FumeThe American Concrete Institute (ACI) mendefinisikan Silica fume sebagai very fine non-crystalline silica produced in electric arc furnaces as a by-product of the production of elemental silicon or alloys containin silicon (Holland 2005). Silica fume merupakan hasil reduksi dari pembakaran quartz murni dengan batu bara yang dikumpulkan dari gas-gas yang terbuang dari hasil pembakaran tersebut.Tabel 2.1 Komposisi Silica Fume ( (ASTM C 1240, 2003)SiO2, min, % 85.0

Moisture content, max, %3.0

Loss on ignition, max, %6.0

Selain itu, silica fume memiliki beberapa sifat dasar lain, yaitu rata-rata ukuran partikelnya antara 0,1-0,2 m, bentuk partikel bola, dan specific surface area (SSA) sebesar 15000 m2/kg. Silica fume dimanfaatkan sebagai filler dan material pozzolanik yang meningkatkan performa beton, yaitu dalam hal kuat tekan beton. Penggunaan material pozzolanik ini juga dikarenakan silica fume dapat bereaksi dengan semen.

2.3.SuperplastizicerSuperplasticizer adalah bahan kimia tambahan yang digunakan untuk meningkatkan kelecakan atau workability dalam pengerjaan campuran. Bahan ini digunakan untuk mengurangi penggunaan air sehingga tercapai w/c ratio yang rendah.

Proses pembuatan beton mutu tinggi di manapun pasti akan menggunakan superplaticizer. Namun, pemakaian superplasticizer harus sesuai dengan dosis yang disarankan oleh produsennya dan dapat mengurangi penggunaan air sebesar 25-35%. Bila penggunaannya melebihi dosis maka akan menyebabkan setting time yang terlalu lama. Pada beberapa kasus pemakaian yang berlebihan akan menyebabkan reaksi hidrasi menjadi gagal dan penurunan kekuatan akhir (Dransfield 2003).

Penggunaan superplastizicer pada campuran beton SCC (Self Compacting Concrete) betujuan agar dapat mengurangi penggunaan air dalam campuran beton dan juga agar dapat meningkatkan tingkat flowability.

2.4. Fly ashFly ash merupakan bahan sisa buangan yang berasal dari pembakaran batu bara yang biasanya digunakan pada pembangkit listrik tenaga uap. Saat suhu pembakaran antara 1250C sampai 1600C, material-material yang tahan terhadap api akan bergabung membentuk butiran-butiran berbentuk bola seperti kaca dengan komposisi silica (SiO2), alumina (Al2O3), iron oxide (Fe2O3), dan unsur-unsur minor lainnya (Lewis et al. 2003b).

Komposisi dari fly ash bermacam-macam tergantung sumber pembakaran dan jenis batu bara yang digunakan. Berdasarkan ASTM C618, fly ash dibagi menjadi dua kelas yaitu fly ash kelas C dan fly ash kelas F, di mana komposisi penyusunnya berbeda seperti terlihat pada Tabel 2.2. Standar yang ditetapkan oleh ASTM adalah 75% dari fly ash harus berukuran lebih kecil dari 45m dan memiliki kandungan karbon serta loss on ignition di bawah 4% (Anon n.d.).

Tabel 2.2 Perbandingan Komposisi Portland Cement, Class F Fly Ash, Class C Fly Ash, dan Silica Fume (Holland 2005)PropertyPortland CementClass F Fly ashClass C Fly ashSilica fume

SiO2 (%)21523585 to 97

Al2O3 (%)52318

Fe2O3 (%)3116

CaO(%)62521 30 MPa digunakan kebutuhan semen = 510 kg, sehingga G/W = 2,63 maka W = 194 liter.Gambar IV.I. Penentuan Kadar Semen dengan Berbagai Nilai Slump

Rasio agregat kasar dan agregat halus untuk kadar semen 510 kg/cm3 dan diameter agregat < 14 mm, diperoleh Agregat kasar/Agregat halus = 2,07Gambar IV.II. Penentuan Rasio Agregat Kasar dan Agregat Halus

Nilai kemampatan = faktor kemampatan x volume

Untuk nilai slump > 8 cm digunakan kemampatan = 0,8 (Tabel IV.II)

Volume adukan= 1 m3

= 1000 liter

Kemampatan

= 0,8 x 1000= 800 liter

VA.K. + VA.H. + Vsemen

= 800 liter

2,07 VA.H. + VA.H. + (510/3,150)= 800 liter2,07 VA.H. + VA.H. + 162

= 800 liter

3,07 VA.H.

= 638 literVA.H.

= 207, 8 literVA.K.

= 430,2 literTabel IV.II. Koefisien Kemampatan Beton untuk Berbagai Kondisi Nilai Slump

Cara PemampatanKekentalan Beton

Kental

Slump < 4 cmPlastis

Slump 4 8 cmEncer

Slump > 8 cm

Dengan Tangan--0,80

Digetar lemah--0,81

Digetar normal0,840,83-

Digetar keras0,85--

Sumber : Widi Hartono, 2001

Jadi campuran beton ringan untuk I m3 (persentase total abu 30 %) adalah :

Semen PCC

: 510 kg

Agregat Halus

: 207,8 liter x 2,280 kg/liter

: 473,8948 kg

Agregat Kasar

: 430,2 liter x 1,580 kg/liter

: 679,7897 kg

Air

: 194 liter

Abu Batubara

: 15 % x 1 m3 x 510 kg

: 76,5 kg

Abu Vulkanik

: 15 % x 1 m3 x 510 kg

: 76,5 kgSP SIKA Visconcrete 10: 1 % x (510 + 76,5 + 76,5)

: 6,63 kg

Volume beton yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah 0,006362 m3 per sampel beton. Jadi kebutuhan bahan dalam campuran beton adalah sebagai berikut :

Tabel IV.III. kebutuhan untuk beton ringan tiap sampel 0,006362 m3 Jenis BetonAir

(Lt)Semen

(kg)Agregat Halus (kg)Agregat Kasar (kg)Abu Batubara (kg)Abu Vulkanik (kg)SIKA Visconcrete 10 (kg)

Mix 1 (20%)1,233,253,024,350,350,350,039

Mix 2 (30%)1,233,253,024,350,490,490,042

Mix design 1 merupakan mix design awal. Kemudian mix design 2 adalah hampir sama dengan mix design 1, hanya berbeda dalam volume abu batubara, abu vulkanik dan SP Visconcrete.

Hasil PengujianBerikut ini dapat dilihat untuk hasil dan pembahasan dari dua macam mix design yang dibuat, untuk mengetahui mix design yang paling ringan dan tepat mutu. Dalam tabel ini juga disertakan rincian berat masing-masing benda uji denagn 2 macam mix design, yang nantinya untuk mengetahui berat jenis volume beton sesuai dengan persyaratan beton ringan. Pengujian benda uji berumur 7 hari ini dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta, untuk hasil laporan pengujian dapat dilihat pada lampiran. Dalam trial ini pengujian nilai slump didapat 12 cm.Tabel IV.IV. Tabel Hasil Berat Jenis dan Kekuatan Tekan Mix design

HasilMix 1 (20%)Mix 2 (30%)

Berat Sampel (kg)9,8609,520

Berat Jenis Volume (kg/cm3)1549,82711496,3848

Kuat tekan 7 hari Sampel 2 (MPa)9,4414,99

kuat tekan 28 hari Sampel 2 (konversi) MPa14,5223,06

PembahasanBerdasarkan hasil daripada mix design yang dibuat, untuk berat jenis volume beton, dua mix design tersebut sudah memenuhi kriteria beton ringan yang mana berat jenis beton ringan < 1900 kg/cm3. Berat jenis volume beton yang dimiliki mix design 2 (30%) lebih kecil daripada mix design 1(20%)Berdasarkan kekuatan yang diperoleh dari 4 benda uji tersebut, dapat dilihat bahwa mix design 2 (30%) merupakan mix desin yang terbaik, yang memiliki kekuatan paling mendekati dengan target kekuatan, serta mix design ke-2 (30%) juga memiliki berat jenis volume beton yang lebih kecil, walaupun mix design 2 (30%) ini merupakan mix design yang menggunakan total abu dan Superplasticzer yang lebih banyak dari mix design 1 (20%), tetapi kelebihannya berdampak pada kuat tekan beton yang diperoleh semakin besar. Bila menurut hasil trial kami untuk mix design 2 (30%) memperoleh kuat tekan 1,6 kali mix design 1 (20%) dimana persentase 20% dan 30% adalah total abu sisa pembakaran batubara dan abu vulkanik yang kami gunakan sebagai filler/bahan organiknya. Apabila konversi kuat tekan umur beton berdasarkan jurnal Studi Kuat Tekan Beton Ringan dengan Metoda Rancang Campur Dreux-Corrise oleh Ratna Widyawati di Fakultas Teknik Universitas Lampung, kami dapat memperoleh kuat tekan beton pada umur 28 hari 38,21 Mpa untuk Mix 1 (20%) dan 39,27 Mpa untuk Mix 2 (30%), dengan nilai konversi 0,38 untuk beton umur 7 hari.Sehingga dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil yang diperoleh, kelompok SEMAR JAYA memilih beton Mix 2 dengan total persentase abu 30 %, yang memiliki berat jenis sesuai beton ringan(terkecil) dan memiliki kuat tekan beton struktural.berikut rincian biaya yang dibutuhkan :

Harga bahan :

Semen Rp.51.000,-/ 50 kg

Genteng sokka Rp.1.222,-/ 1 kg (per @ Rp.2.200,-)Pasir ringan(sisa pembakaran batubara) Rp.0,-/ 1 kg

Abu batubara Rp.0,-/ 1kg

Abu vulkanik Rp.0,-/ 1 kg

Viscocrete Rp.600.000,-/ 20 lt

Contoh perhitungan harga untuk 1 m3 Mix Design:

Volume total = 1 m3

Berat pecahan genteng sokka = 679,7897 kg/ m3 x 1 m3

= 679,7897 kg

Harga pecahan genteng sokka = 1.222/1 x 679,7897 kg

= Rp 830.703,-

Berat pasir ringan

= 473,8948 kg/ m3 x 1 m3

= 473.8948 kg

Harga pasir ringan

= 0/1 x 473,8948 kg

= Rp 0,-

Harga air

= 0 x 193,6111 kg

= Rp 0,-

Berat semen

= 510 kg/ m3 x 1 m3

= 510 kg

Harga semen

= 51000/50 x 510 kg

= Rp 520.200,00

Berat abu batubara

= 127.5 kg/ cm2 x1 m3

= 127.5 kg

Harga abu batubara

= 0/1 x 127,5 kg

= Rp 0,00

Berat abu vulkanik

= 127.5 kg/ cm2 x1 m3

= 127.5 kg

Harga abu batubara

= 0/1 x 127,5 kg

= Rp 0,00

Harga SP viscocrete

= 600.000/20 x 6.63 kg

= Rp 198.900,-

Harga total untuk 1 m2 = harga pecahan genteng + harga pasir ringan + harga semen + harga abu batubara + harga abu vulkanik + harga SP viscocrete

= Rp 1.549.803,-

Tabel V.I Tabel Harga Mix Design

Bahan (Kg/m3)HargaMix 1 (20%)Mix 2 (30%)

SemenRp1,020.00Rp520,200.00Rp520,200.00

Pasir ringanRp0.00Rp0.00Rp0.00

Pecahan gentengRp1,222.00Rp68,608.00Rp68,608.00

Abu batubaraRp0.00Rp0.00Rp0.00

Abu VulkanikRp0.00Rp0.00Rp0.00

SPRp30,000.00Rp183,600.00Rp198,900.00

AirRp0.00Rp0.00Rp0.00

TOTAL per m3Rp772,408.00Rp787,708.00

TOTAL per TrialRp4,914.06Rp5,011.40

Dapat terlihat pada tabel yang ada bahwa biaya yang dikeluarkan untuk setiap mix design pada dasarnya tidak terlalu berbeda jauh, hanya saja mix design 2 yang menggunakan komposisi abu dengan total 30% dari kebutuhan semen sehingga kebutuhan SP juga bertambah, jadi memiliki harga yang tertinggi. Serta untuk mix design dengan harga termurah adalah mix design 1 karna penggunaan komposisi abu dengan total 20% dari kebutuhan semen, sehingga kebutuhan SP berkurang. Harga dari mix design tersebut akan berkurang, dan menjadikan mix design 1 menjadi mix design yang paling ekonomis, namun dapat dilihat perbedaan harganya juga tidak jauh.Kesimpulan dan SaranKesimpulanDari hasil dan pembahasan tersebut di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Berat jenis padat beton ringan yang diperoleh dari hasil Trial penelitian ini sebesar 1549,8271 kg/cm3 untuk Mix 1 dengan total abu 20 %, dan 1496,3848 kg/cm3 untuk Mix 1 dengan total abu 30 %. Sehingga memenuhi persyaratan beton ringan < 1900 kg/cm3.2. Nilai kuat tekan beton ringan dengan komposisi pecahan genteng sokka, pasir ringan, semen PCC, air, abu batubara, abu vulkanik (Gunung Kelud), SP SIKA Visconcrete 10 yang dirancang dengan metode Dreux-Corrise yaitu sebesar 14,52 Mpa untuk Mix 1 dengan total abu 20 % dan 23,06 Mpa dengan total abu 30 %, tidak mencapai kuat tekan yang ditargetkan yaitu 35 Mpa.3. Terdapat kemungkinan bahwa untuk persentase total abu yang digunakan semakin bertambah, maka nilai kuat tekannya pun akan bertambah juga.Saran

1. Parameter-parameter dalam pembuatan beton ringan harus dipahami dengan baik, agar dapat merencanakan mix design sesuai persyaratan beton ringan.

2. Perhitungan mix design dan komposisi bahan sebaiknya dilakukan dengan detail dan menggunakan referensi penelitian yang sudah ada.

3. Penggunaan alat dan bahan sebaiknya memiliki kualitas yang baik, agar menghasilkan benda uji yang berkualitas juga nantinya.

4. Proses pengerjaan mix design dilakukan secara bertahap dan dengan tahapan pemasukan komponen yang tepat, teknik pengadukan yang tepat agar menjaga homogenitas beton.Civil Brings RevolutionPage 21