makala h
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Respiratory Distress Syndrom (RDS) atau Sindrom Distres Pernapasan merupakan
sindrom gawat napas yang disebabkan defisiensi surfaktan terutama pada bayi yang baru lahir
dengan masa gestasi kurang (Suriadi dan Yulianni, 2006).
Secara klinis bayi dengan RDS menunjukkan takipnea, pernapasan cuping hidung,
retraksi interkosta dan subkosta, expiratory grunting (merintih) dalam beberapa jam pertama
kehidupan. Tanda-tanda klinis lain, seperti: hipoksemia dan polisitema. Tanda-tanda lain
RDS meliputi hipoksemia, hiperkabia, dan asidosis respiratory atau asidosis campuran
(Kompas, 2012).
Angka kejadian RDS di Eropa sebelum pemberian rutin antenatal steroid dan
postnatal surfaktan sebanyak 2-3 %, di USA 1,72% dari kelahiran bayi hidup periode 1998 -
1987. Secara tinjauan kasus, di negara-negara Eropa sebelum pemberian rutin antenatal
steroid dan postnatalsurfaktan, terdapat angka kejadian RDS 2-3%, di USA 1,72% dari
kelahiran bayi hidupperiode 1986-1987. Sedangkan jaman moderen sekarang ini dari
pelayanan NICU turun menjadi 1% di Asia Tenggara.
Di Asia Tenggara penyebab terbanyak dari angka kesakitan dan kematian pada bayi
prematur adalah RDS. Sekitar 5 -10% didapatkan pada bayi kurang bulan, 50% pada bayi
dengan berat 501-1500 gram. Angka kejadian berhubungan dengan umur gestasi dan berat
badan dan menurun sejak digunakan surfaktan eksogen. Saat ini RDS didapatkan kurang dari
6% dari seluruh neonatus. Di negara berkembang termasuk Indonesia belum ada laporan
tentang kejadianRDS (WHO, 2012).
Asuhan keperawatan RDS kelompok 9 1
Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebut juga Hyaline Membrane Disease
(HMD), merupakan sindrom gawat napas yang disebabkan defisiensi surfaktan terutama pada
bayi yang lahir dengan masa gestasi kurang. Manifestasi dari RDS disebabkan adanya
atelektasis alveoli, edema, dan kerusakan sel dan selanjutnya menyebabkan bocornya serum
protein ke dalam alveoli sehingga menghambat fungsi surfaktan. Penyebab terbanyak dari
angka kesakitan dan kematian pada bayi prematur adalah Respiratory Distress Syndrome
(RDS). Sekitar 5 -10% didapatkan pada bayi kurang bulan, 50% pada bayi dengan berat 501-
1500 gram.
Angka kejadian berhubungan dengan umur gestasi dan berat badan dan menurun
sejak digunakan surfaktan eksogen. Saat ini RDS didapatkan kurang dari 6% dari seluruh
neonatus. Defisiensi surfaktan diperkenalkan pertamakali oleh Avery dan Mead pada 1959
sebagai faktor penyebab terjadinya RDS.
B. Tujuan
a. Tujuan umum
Menjelaskan tentang RDS dan asuhan keperawatan pada klien dengan kasus RDS
b. Tujuan khusus
1. Menjelaskan pengertian tentang RDS.
2. Menjelaskan tentang etiologi dari RDS.
3. Menjelaskan tentang tanda dan gejala dari RDS
4. Menjelaskan tentang manifestasi klinis dari RDS.
5. Menjelaskan tentang patofisiologi dari RDS.
6. Menjelaskan tentang WOC dariRDS.
7. Menjelaskan tentang komplikasi RDS.
8. Menjelaskan tentang penatalaksanaan RDS.
9. Menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan RDS
Asuhan keperawatan RDS kelompok 9 2
C. Manfaat
1. Bagi Kelompok
a. Dapat memahamiasuhan keperawatan teoritis tentang ayi respiratory distress
syndromedan dijadikan pedoman dalam menerapkannya di klinik.
b. Dapat menambah pengetahuan dan keterampilan dalam menerapkan asuhan
keperawatan tentang respiratory distress syndrome.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menjadi tambahan sumber ataupun referensi mengenai asuhan keperawatan
tentang respiratory distress syndrome.
Asuhan keperawatan RDS kelompok 9 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Respiratory Distress Syndrome atau RDS adalah suatu keadaan dimana bayi mengalami
kegawatan pernafasan yang diakibatkan kurang atau tidak adanya surfaktan dalam paru-paru
(Nelson, 2000)
Sindrome distres pernafasan adalah perkembangan yang imatur pada system pernafasan
atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru RDS dikatakan sebagai hyaline
membrane descase (HMD). (Suriadi Skp. Rita Yuliani ; 2001 ; 265)
RDS adalah perkembangan yang imatur pada sistem pernafasan atau tidak adekuatnya
jumlah surfaktan paru dengan kumpulan gejala yang terdiri dari dispnea, hiperpnea, frekuensi
pernafasan lebih dari 60 x/menit, sianosis, dan kelainan otot-otot pernafasan pada inspirasi.
Respirasi Distress Syndrome (RDS) atau Sindrom Distres Pernapasan adalah sindrom
gawat napas yang disebabkan defisiensi surfaktan terutama pada bayi yang baru lahir dengan
masa gestasi kurang (Malloy, 2000).
Sindrom Distres Pernapasan adalah perkembangan yang imatur pada sistem
pernapasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS dikatakan sebagai
hyalin membrane diseaser (Suriadi dan Yulianni, 2006).
Sindrom Distres Pernapasan adalah sekumpulan temuan klinis, radiologis, dan
histologis yang terjadi terutama akibat ketidakmaturan paru dengan unit pernapasan yang
kecil dan sulit mengembang dan tidak menyisakan udara diantara usaha napas (Bobak, 2005).
Jadi berdasarkan dari beberapa sumber dapat disimpulkan bahwa RDS adalah
penyakit yang disebabkan oleh ketidakmaturan dan ketidakmampuan sel untuk menghasilkan
surfaktan yang memadai.
Asuhan keperawatan RDS kelompok 9 4
Respiratory distress syndrome (RDS) adalah istilah yang digunakan untuk disfungsi
pernafasan pada neonatus. Gangguan ini merupakan penyakit yang berhubungan dengan
keterlambatan perkembangan maturitas paru. Gangguan ini biasanya dikenal dengan nama
hyaline membrane disease (HMD) atau penyakit membrane hialin, karena pada apenyakit ini
selalu ditemukan pada membrane hialin yang melapisi alveoli. (Asrining Surasmi dkk, 2003:
70).
B. Etiologi
Kurang/tidak adanya surfaktan dalam paru-paru Unsur utama surfaktan adalah
dipalmitilfosfatidilkolin (lesitin), fosfatidilgliserol, apoprotein (protein surfaktan = ps A,
B,C,D) dan kholesterol.
Faktor predisposisi :
1. Bayi dari ibu diabetes
2. Persalinan sebelum umur kehamilan 37 minggu
3. Kehamilan multijanin
4. Persalinan SC
5. Persalinan cepat
6. Asfiksia
7. Stress dingin
8. Riwayat bayi sebelumnya terkena RDS
Dihubungkan dengan usia kehamilan. Berat badan bayi lahir kurang dari 2500 gram. Sering
kali pada bayi dengan berat badan lahir kurang dari 1000 gram. 20% berkembang dengan
bronchopulmonary dysplaisia, (BPD). (Suriadi SKp. Rita Yuliani SKp. 2001. : 266)
Kelainan yang terjadi dianggap karena faktor pertumbuhan atau pematangan paru belum
sempurnah. Biasanya insiden pada bayi prematur BB 1000 -2000 gr terutama ibu yang
Asuhan keperawatan RDS kelompok 9 5
mengalami gangguan perfusi darah uterus selama. kehamilan. Kelainan ini merupakan
penyebab utanma kematian 50- 70% bayi prematur.
a) Defesiensi atau kekurangan surfaktan.
Ada 4 faktor penting penyebab defisiensi surfaktan pada RDS yaitu prematur, asfiksia
perinatal, maternal diabetes, seksio sesaria.
b) Gangguan traktus respiratorius :
1) Hyaline membrane disease (HMD). Berhubungan dengan kurangnya masa gestasi
(bayi prematur)
2) Transient tachypnoe of the newborn (TTN). Paru-paru terisi cairan, sering terjadi pada
bayi Caesar karena dadanya tidak mengalami kompresi oleh jalan lahir sehingga
menghambat pengeluaran cairan dari dalam paru.
3) Infeksi (pneumonia)
4) Sindroma aspirasi
5) Hipoplasia paru
6) Hipertensi pulmonal
7) Kelainan congenital (choanal atresia, hernia diagfragma,pieer robin sindroma)
8) Pleural effusion
9) Kelumpuhan saraf frenikus
c) Luar traktus respiratoris:
Kelainan jantung congenital, kelainan metabolic, darah dan SSP.
C. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala yang muncul dari RDS adalah:
1. Pernapasan cepat
2. Pernapasan terlihat parodaks
3. Cuping hidung
Asuhan keperawatan RDS kelompok 9 6
4. Apnea
5. Murmur
6. Sianosis pusat
D. Manifestasi klinis
Menurut Martin, 1999 manifestasi klinis antara lain :
a. Kesulitan dalam memulai respirasi normal
b. Dengkingan (grunting) pada saat ekspirasi, diamati pada saat bayi tidak dalam
keadaan menangis (disebabkan oleh penutupan glotis) merupakan tanda/indikasi awal
penyakit, berkurangnya dengkingan mungkin merupakan tanda pertama perbaikan.
c. Refraksi sternum dan interkosta
d. Nafas cuping hidung
e. Sianosis pada udara kamar
f. Respiarasi cepat atau kadang lambat jika sakit parah
g. Auskultasi; udara yang masuk berkurang
h. Edema ekstremitas
i. Pada foto rontgen ditemukan retikulogranular, gambaran bulat-bulat kecil dengan
corakan bronkogram udara.
Berat dan ringannya gejala klinis pada penyakit RDS ini sangat dipengaruhi oleh tingkat
maturitas paru. Semakin rendah berat badan dan usia kehamilan,.
Menurut Surasmi, dkk (2003) tanda dan gejala yang muncul adalah sebagai berikut:
a. Takhipneu (>60x/i)
b. Pernafasan dangkal
c. Mendengkur
d. Sianosis
e. Pucat
Asuhan keperawatan RDS kelompok 9 7
f. Kelelahan
g. Apneu dan pernafasan tidak teratur
h. Penurunan suhu tubuh
i. Retraksi suprasternal, substernal dan intercostal
j. Pernafasan cuping hidung
E. Patofisiologi
Penyebab RDS adalah kekurangan surfaktan (suatu zat lipoprotein) paru. Surfaktan
adalah zat yang memegang peranan dalam pengembangan paru dan merupakan suatu
komplek yang terdiri dari protein, karbohidrat dan lemak. Senyawa utama zat tersebut ialah
lesitin. Zat ini mulai dibentuk pada kehamilan 22-23 minggu dan mencapai maksimum pada
minggu ke-35. Fungsi furfaktan adalah merendahkan tegangan permukaan alveolus hingga
tidak terjadi kolaps dan mampu menahan sisa udara pada akhir ekspirasi. Defisiensi Zat
surfaktan yang ditentukan pada PMN akan menyebabkan kemampuan paru untuk
mempertahankan stabilitas menjadi terganggu alveolus akan kembali kolaps setiap akhir
ekspirasi. sehingga untuk pernafasan brikutnya dibutuhkan tekanan negatif intra toraks yang
lebih besar dan disertai usaha inspirasi yang tebih kuat. Kolaps paru ini: mcnyebabkan
terganggunya fentilase sehingga menjadi hipoksia, rrtensi co2 dan asidosis. Hipoksia akan
menimbulkan .:
a. Oksigenasi jaringan menurun sehingga menjadi metabolisme anaerobik yang
menimbulkan asam laktat dan asam organik lain yang menyebabkan terjadinya.asidosis
metabolik pada bayi.
b. Kerusakan endotel kapiler dan epitel duktus alveolaris yang akan menyebabkan
terjadinya transudasi kedalam alveoli dan terbentuknya fibrin bersam- sama dengan
jaringan epitel yang nekrotik membentuk suatu lapisan yang disebut membran hialin
Asuhan keperawatan RDS kelompok 9 8
asidosis dan atelektasis juga menyebabkan gangguan sirkulasi darah dari dan ke jantung.
Deemikian pula aliran darah paru akan menurun dan mengakibatkan berkurangnya
pembentukan zat .surfaktan, ..
c. Pada bayi dengan RDS, dimana adanya ketidakmampuan paru untuk mengembang dan
alveoli terbuka. RDS pada bayi yang belum matur menyebabkan gagal pernafasan karena
imaturnya dinding dada, parenchyma paru, dan imaturnya endothelium kapiler yang
menyebabkan kolaps paru pada akhir ekspirasi. 1.3.2 Pada bayi dengan RDS disebabkan
oleh menurunnya jumlah surfaktan atau perubahan kualitatif surfaktan, dengan demikian
menimbulkan ketidakmampuan alveoli untuk ekspansi
Asuhan keperawatan RDS kelompok 9 9
F. WOC
Paru Po2
Asuhan keperawatan RDS kelompok 9 10
Surfaktan
complikasi
Metaolisme anaerob
Asam laktat
Asidosis Gangguan pertukaran gas
Intoleransi aktinitas
Vasokonstriksi perifer dan pulmonal
Tekanan arteri pulmonal
Hipertensi pulmonal
Odeme paru
Gagal paru
Kerusakan respiratory
Usaha nafasIWL
Kurang nya volume cairan
ventilasi Perubahan pola nafas
Nutrisi kurang dari kebutuhan
CO2
Perpusi perifer
Surfaktan
G. Komplikasi
Menurut Nelson, 2000 komplikasi yang dapat terjadi adalah :
a. Acidosis, baik respiratorik atau metabolik
b. Displasia bronchopulmonal
c. Apnoe
d. Merupakan penyabab kematian utama BBL dengan angka 30 % dari semua kematian
neonatus oleh RDS atau komplikasinya.
e. Ketidakseimbangan asam biasa
f. Pneumothorax
g. Pneumomediastiurn
h. pulmonary interstitial dyasplasia
i. Bronchopulmonary dysplasia (BPD)
j. Patent ductus arteriosis (PDA)
k. Hipotensi sistemik
l. Retinopaty pada prematur .
m. Kejang
n. Infeksi (pneurnonia, septikemia )
H. Penatalaksanaan
Perbaikan oksigenasi dan pertahankan volume paru optimal
a. Rumatan Pa o2 antara 50 sampai 80 mmHg, PaCO2 antara 40 dan 50, PH paling sedikit
7,25
b. Penggantian surfaktan melalui selang endotrakeal ( endotrakeal tube (ET) )
c. Tekanan jalan nafas positif secara tetap melalui nasal prongs untuk mencegah
kehilangan volllme selama ekspirasi
Asuhan keperawatan RDS kelompok 9 11
d. Ventilasi mekanik melalui ET untuk hipoksemia berat (PaO2 kurang dari 50 sampai 60
mmHg) dan / atau hiperkapnea (PaO2 lebih dari 60 mmHg)
e. Pemantauan transuktan dan oksimetri nadi
f. Pemberian aerosol bronkodilator
g. Fisioterapi toraks
h. Opsi kardiorespiratori ta1nbahan .(ventilasi frexuensi tinggi, oksigenasi membran
ekstrakomoreal, oksida nitrat, ventilasi cairan).
Penata Laksanaan Medis
Tujuan Terapi :
a. Support pernapasan
b. Mengobati penyebab jika mungki
c. Mencegah komplikasi.
Terapi :
Intubasi untuk pemasangan ETT
Pemasangan Ventilator mekanik (Positive end expiratory pressure) untuk
mempertahankan keadekuatan level O2 darah.
Sedasi untuk mengurangi kecemasan dan kelelahan akibat pemasangan ventilator
· Pengobatan tergantung klien dan proses penyakitnya :
v Inotropik agent (Dopamine ) untuk meningkatkan curah jantung & tekanan darah.
v Antibiotik untuk mengatasi infeksi
v Kortikosteroid dosis besar (kontroversial) untuk mengurangi respon inflamasi dan
mempertahankan stabilitas membran paru.
Asuhan keperawatan RDS kelompok 9 12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
A. Pengkajian
1. Data pasien
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
Nama orang tua :
Pekerjaan orang tua :
2. Keluhan utama
Keluhan utama Sesak nafas dan pernafasan cepat
3. Riwayat penyakit sekarang
Sesak nafas dan pernafasan cepat, frekuensi pernafasan lebih dari 60x/menit, pernafasan
cepat dan dangkal timbul setelah 6-8 jam pertama setelah kelahiran dan gejala karakteristik
mulai terlihat pada umur 24-72 jam.
4. Riwayat penyakit dahulu
Apakah pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya,, apakah klien pernah
menderita penyakit yang bisa menyebabkan terjadinya sindome gawat nafas, apakah bayi
lahir premature,
5. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama.
Asuhan keperawatan RDS kelompok 9 13
6. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Hidung : terdapat pemafasan cuping hidung, adanya sekret pada jalan nafas
Mulut : mukosa bibir kering
b. Dada
Hipertimpani
Bising usus meningkat
c. Ekstremitas
Dapat terjadi edema setelah beberapa jam
Adanya sianosis
7. Aktivitas
ADL (Activity daily life)
Nutrisi Bayi dapat kekurangan cairan sebagai akibat bayi belum minum atau
menghisap.
Istirahat tidur Kebutuhan istirahat tidur akan terganggu karena adanya sesak nafas
ataupun kebutuhan nyaman terganggu akibat tindakan medis.
Eliminasi Penurunan pengeluaran urine.
8. Pemeriksaan penunjang
Foto roentgen thorax
Pola retikulo granular difus bersama bronkogram udara yang saling tumpang tindih.
Tanda paru sentral dan batas jantung sukar dilihat, inflasi paru buruk.
Kemungkinan terdapat kardiomegali bila system lain juga terkena (bayi dari ibu
diabetes, hipoksia, gagal jantung kongestif).
Bayangan timus yang besar.
Asuhan keperawatan RDS kelompok 9 14
Bergranul merata pada bronkogram udara, yang menandakan penyakit berat jika
terdapat pada beberapa jam pertama.
Pemeriksaan darah
Asidosis metabolik
o PH menurun (N: PH 7,35-7,45)
o Penurunan bikarbonat (N : 22-26 meg/L)
o PaCO2 Normal (N : 34-45 mmHg)
o Peningkatan serum K
Asidosis Respiratorik
o PH menurun (N: PH 7,35-7,45)
o Peningkatan PaCO2 (N : 34-45 mmHg)
o Penurunan PaO2 (N : 80-100 mmHg)
Imatur lechitin / sphingomylin (L/S)
9. Analisa data
No Data Masalah Etiologi
1 DS:
Dyspnea
Nafas pendek
DO:
Penurunan tekanan
inspirasi/ekspirasi
Penurunan pertukaran
udara per menit
Mengunakan otot
pernafasan tamahan
Penurunan kapasitas vital
Pola nafas tidak
efektif
Hiperventilasi
Asuhan keperawatan RDS kelompok 9 15
2
DS :
Sakit kepala ketika bangun
Dyspnoe
Gangguan penglihatan
DO :
Penurunan CO2
Takikardi
Hiperkapnia
Keletihan
Iritabilitas
Hypoxia
Kebinggugan
Sianosis
Gangguan pertukaran
zat
ketidakseimbangan
perfusi ventilasi
3 DS:
Nyeri abdomen
Muntah kejang
Kejang perut
DO:
Diare
Rontok rambut yang
berlebihan
Kurang nafsu makan
Bising usus berlebihan
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
ketidakmampuan untuk
memasukan atau
mncerna nutrisi
4 DO:
Peningkatan tekanan
dalam lambung
Elevasi tubuh bagian atas
Penurunan tingkat
kesadaran
Peningkatan residu
lambung
Risiko aspirasi Peningkatan tekanan
dalam lambung
Asuhan keperawatan RDS kelompok 9 16
Gangguan menelan
5 DS:
Haus
DO:
Penurunan turgor kulit
Membran mukosa
Penngkatan denyut nadi
Penurunan tekanan darah
Penurunan vokume
Perubahan status mental
Konsentrasi urine
meningkat
Temperatur tubuh
meningkat
Kehilangan beat badan
Defisit volume cairan tekanan arteri pulmonal
meningkat
B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada klien dengan RDS adalah :
1. Pola nafas tidak efektif b/d hiperventilasi
2. Gangguan pertukaran zat b/d ketidakseimbangan perfusi ventilasi
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan untuk
memasukan atau mncerna nutrisi.
4. Risiko aspirasi b/d peningkatan tekanan dalam lambung
5. Defisit volume cairan b/d tekanan arteri pulmonal meningkat
C. Rencana keperawatan NANDA,NIC,NOC
N
o
Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil (NOC) Intervensi
Asuhan keperawatan RDS kelompok 9 17
(NIC)
1 Pola nafas tidak efektif
b.d hiperventilasi
DS:
Dyspnea
Nafas pendek
DO:
Penurunan
tekanan
inspirasi/ekspirasi
Penurunan
pertukaran udara
per menit
Mengunakan otot
pernafasan
tamahan
Penurunan
kapasitas vital
Respiratory status:ventilation
Respiratory status:airway
patency
Vital sign status
Kriteria hasilnya :
Mendemostrasikan atuk
efektif dan suara nafas yang
bersih,tidak ada sianosis.
Menunjukkan jalan nafas
yang paten
Tanda-yanda vital dalam
rentang normal.
· posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
Pasantg mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi dada jika
perlu
Keluarkan sekret dengan
batuk atau suktion
Auskultasi suara nafas,catat
adanya suara tambahan.
Berikan bronkodilator:
Atur intake untuk airan
mengoptimalkan
keseimbangan.
Asuhan keperawatan RDS kelompok 9 18
2 Gangguan pertukaran zat
b.d ketidakseimbangan
perfusi ventilasi
DS :
Sakit kepala
ketika bangun
Dyspnoe
Gangguan
penglihatan
DO :
Penurunan CO2
Takikardi
Hiperkapnia
Keletihan
Iritabilitas
Hypoxia
Kebinggugan
Sianosis
Respiratory status : gas
exchange
Keseimbangan asam
basa,elektrolit
Respiratory
srtatus :ventilation
Vital sign status
Kriteria hasilnya:
Mendemonstrasikan
peningkatan ventilasi dan
oksigenasi yang ade kuat
Memelihara kebersihan paru
dan bebas dan tanda-tanda
distress pernafassan
Tanda-tanda vital dalam
rentang normal.
Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi dada jika
perlu
Keluarkan sekret dengan
batuk
Auskultasi suara nafas,catat
adanya suara tamahan
Berikan bronkodilator:
Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimangan
Monitor respiratori dan status
O2
Catat pergerakan dada,amati
kesimetrisan,penggunaan otot
tambahan
Monitor suara nafas,seperti
dengku
Monitor pola nafas
Monitor TTV,AGD,elektrolit
status mental. ·
3 Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan untuk
memasukan atau
mncerna nutrisi.
DS:
Nyeri abdomen
· kaji ada nya alerrfi
makanan
Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang di
butuhkan pasien
Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi seat
Asuhan keperawatan RDS kelompok 9 19
Muntah kejang
Kejang perut
DO:
Diare
Rontok rambut
yang berlebihan
Kurang nafsu
makan
Bising usus
berlebihan
untuk mencegahkonstipasi
Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan
harian
Monitor adanya penurunan
BB dan gula darah
Jadwalkan pengobatan
Monitor turgor kulit
Mnitor mual dan muntah
Monitir intake nutrisi
Anjurkan banyak minum
4 Risiko aspirasi b.d
peningkatan tekanan
dalam lambung
DO:
Peningkatan
tekanan dalam
lambung
Elevasi tubuh
bagian atas
Penurunan tingkat
kesadaran
Peningkatan
residu lambung
Gangguan
menelan
Respiratory status: ventilation
Aspiration kontrol
Swallowing status
Kriteria hasil
Klien dapat bernafas dengan
mudah
Frekuensi pernafasan normal
Pasien maampu menelan
Jalan nafas paten
Mudah bernafas tidak merasa
tercekik
Monitor tingkat
kesadaran,reflek batuk dan
kemampuan menelan
Monitor status paru
Pelihara jalan nafas
Hindari makan kalau residu
masih anyak
Potong makanan kecil-kecil
Haluskan obat sebelum
pemberian
5 Defisit volume cairan b.d
tekanan arteri pulmonal
meningkat
DS:
Haus
DO:
Fluid balance
Hydration
Nutrisional status: food and
fluid ntake
Kriteria hasil:
Mempertahankan urine
Pertahankan catatan intake
dan output yang akurat
Monitor status hidrasi
Monitor hasil la yang sesuai
dengan retensi cairan
Kolaborasi pemberian cairan
Asuhan keperawatan RDS kelompok 9 20
Penurunan turgor
kulit
Membran mukosa
Penngkatan
denyut nadi
Penurunan
tekanan darah
Penurunan
vokume
Perubahan status
mental
Konsentrasi urine
meningkat
Temperatur tubuh
meningkat
Kehilangan beat
badan
output sesuai dengan usia dan
BB,BJ urine normal.
Tidak ada tanda dehidrasi
Orientasi terhadap waktu dan
tempat
Jumlah dan irama pernafasan
dalam batas normal.
IV
Mnitor status nutrisi
Berikan cairan oral
Dorong keluarga untuk bantu
pasien makan
Atur kemungkinan tranfusi
TTV
D. Implementasi
Tahap ini merupakan pengelolaan, perwujudan, serta bentuk tindakan nyata dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap intervensi
E. Evaluasi
Asuhan keperawatan RDS kelompok 9 21
Tahap evaluasi merupakan suatu penilaian terhadap proses keperawatan yang telah
dilakukan. Dengan kata lain, evaluasi merupakan suatu bentuk perbandingan antara hasil-
hasil yang diperoleh dengan kriteria hasil yang telah dibuat sebelumnya pada tahap
intervensi.
BAB IV
PENUTUP
F. KESIMPULAN
Sindrom distres pernafasan adalah perkembangan yang imatur pada sistem pernafasan
atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru
Asuhan keperawatan RDS kelompok 9 22
RDS adalah perkembangan yang imatur pada sistem pernafasan atau tidak adekuatnya
jumlah surfaktan paru dengan kumpulan gejala yang terdiri dari dispnea, hiperpnea, frekuensi
pernafasan lebih dari 60 x/menit, sianosis, dan kelainan otot-otot pernafasan pada inspirasi.
Respirasi Distress Syndrome (RDS) atau Sindrom Distres Pernapasan adalah sindrom gawat
napas yang disebabkan defisiensi surfaktan terutama pada bayi yang baru lahir dengan masa
gestasi kurang
G. SARAN
Semoga makalah ini dapat berguna bagi penyusun dan pembaca. Kritik dan saran
sangat diharapkan untuk pengerjaan berikutnya yang lebih baik.
DAFTAR PUTAKA
Nelson WE, .2000.ed. Ilmu Kesehatan Anak. 15th ed. Alih bahasa. Samik Wahab. Jakarta:
EGC.
Asuhan keperawatan RDS kelompok 9 23
Suriadi & Rita Yuliani, 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak edisi 2. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Bobak. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas edisi 4. Jakarta : EGC.
Asrining Surasmi, dkk, 2003.Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta: EGC.
Asuhan keperawatan RDS kelompok 9 24