makala h

69
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rahang mungkin harus direposisi atau direkonstruksi untuk berbagai alas an. Fraktur sederhana dari mandubula tanpa perubahan posisi mengakibatkan terangkatnya dagu, dan intervensi bedah direncanakan, untuk mencegah sindrom rahang pendek atau panjang. Rekonstruksi rahang mungkin diperlukan setelah trauma dari kecelakaan atau kanker, baik yang mengakibatkan kehilangan jaringan ataupun tulang. Rahang adalah salah satu dari dua struktur yang membentuk, atau berada di dekat jalan masuk, ke mulut . Pada sebagian besar vertebrata , kedua rahang berhadapan secara vertikal , membentuk rahang atas dan bawah, sedangkan pada arthropoda , rahang saling berhadapan secara lateral . Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, Arif, 2000). Sedangkan menurut Linda Juall C (1999) Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang dating lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang. Fraktur os.mandibula adalah Rusaknya kontinuitas tulang 1

Upload: zezen-ade-s

Post on 04-Jan-2016

121 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makala h

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rahang mungkin harus direposisi atau direkonstruksi untuk berbagai alas

an. Fraktur sederhana dari mandubula tanpa perubahan posisi mengakibatkan

terangkatnya dagu, dan intervensi bedah direncanakan, untuk mencegah sindrom

rahang pendek atau panjang. Rekonstruksi rahang mungkin diperlukan setelah

trauma dari kecelakaan atau kanker, baik yang mengakibatkan kehilangan

jaringan ataupun tulang.

Rahang adalah salah satu dari dua struktur yang membentuk, atau berada

di dekat jalan masuk, ke mulut. Pada sebagian besar vertebrata, kedua rahang

berhadapan secara vertikal, membentuk rahang atas dan bawah, sedangkan pada

arthropoda, rahang saling berhadapan secara lateral. Fraktur adalah terputusnya

kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer,

Arif, 2000). Sedangkan menurut Linda Juall C (1999) Fraktur adalah rusaknya

kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang dating lebih besar dari

yang dapat diserap oleh tulang. Fraktur os.mandibula adalah Rusaknya kontinuitas

tulang mandibular yang dapat disebabkan oleh trauma baik secara langsung atau

tidak langsung.

Jenis-jenis fraktur :

1. Fraktur tertutup, merupakan fraktur tidak menyebabkan robek pada kulit

2. Fraktur terbuka, merupakan dengan luka pada kulit atau robek dan ujung

tulang menonjol sampai menembus kulit

3. Fraktur komplet adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya

mengalami pergeseran

4. Fraktur tidak komplit, patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah

tulang.

1

Page 2: Makala h

Dari jenis-jenis fraktur diatas yang sering terjadi adalah fraktur tertutup,

dan fraktur itu paling disebabkan oleh trauma atau saat kecelakaan. Walaupun

keadaan ini tidak mengancam jiwa namun dapat menimbulkan rasa yang tidak

nyaman.

Oleh karena itu, dari pemaparan yang telah diuraikan diatas, penulis

mencoba untuk menyusun asuhan keperawatan pada kalien dengan Fraktur

mandibular dan makalah ini berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan

Fraktur Mandibular”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas ada berbagai hal yang akan penulis

bahas tentang Katarak, diantaranya:

1.2.1 Bagaimana Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Reposisi Dan

Rekontruksi Rahang (Fraktur Mandibula) ?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui tentang Asuhan Reposisi Dan Rekontruksi Rahang (Fraktur

Mandibula) dengan berbagai aspek atau bagiannya.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penulisan makalah ini sebagai berikut:

1.2.2 Mengetahui Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Reposisi Dan

Rekontruksi Rahang (Fraktur Mandibula).

1.4 Metode Penulisan

Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, penulis

menggunakan metode studi pustaka dan internet.Adapun teknik-teknik yang

dipergunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.4.1 Studi Pustaka

2

Page 3: Makala h

Pada metode ini, penulis membaca buku referensi yang berhubungan

dengan penulisan makalah ini.

1.4.2 Internet

Dalam metode ini penulis mencari informasi dari internet dan situs-situs

yang relevan dan realistis.

3

Page 4: Makala h

BAB 2

KAJIAN TEORI

LAPORAN FRAKTUR MANDIBULA

2.1 Definisi

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis

dan luasnya (Brunner & Suddarth, 2001). Mandibula adalah tulang rahang bawah,

tulang yang tidak teratur dan merupakan satu-satunya tulang kepala yang dapat

bergerak (Watson,2002). Fraktur mandibula adalah rusaknya kontinuitas tulang

mandibula yang dapat disebabkan oleh trauma baik secara langsung atau tidak

langsung. Fraktur mandibula atau patah tulang rahang adalah terputusnya

kontinuitas pada tulang rahang bawah. Fraktur atau patah tulang adalah

terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan sendi, tulang rawan

epifisis, baik yang bersifat total maupun parsial, yang umumnya disebabkan oleh

rudapaksa.

Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung

dan trauma tidak langsung. Trauma pada wajah sering melibatkan tulang-tulang

pembentuk wajah, diantaranya mandibula.Mandibula merupakan bagian dari

tulang wajah yang sering mengalami cedera karena posisinya yang menonjol, dan

merupakan sasaran pukulan dan benturan.

Trauma yang terjadi pada mandibula sering menimbulkan farktur yang

menganggu fungsi pengunyahan. Fraktur mandibula adalah salah satu cedera

wajah yang sering ditemukan dan biasanya disebabkan oleh trauma langsung.

Penyebab utama dari fraktur di seluruh dunia adalah kecelakaan lalu

lintasdankekerasan.

Sepertiga fraktur mandibula terjadi di daerah kondilar-subkondilar,

sepertiga terjadi di daerah angulus, dan sepertiga lainnya terjadi di daerah korpus,

simfisis, dan parasimfisis. Daerah-daerah tersebut merupakan daerah lemah pada

mandibula. Angulus diperlemah oleh adanya gigi molar ketiga dan ke anterior,

4

Page 5: Makala h

daerah parasimfisis diperlemah oleh akar gigi taring yang panjang, dan daerah

subkondilar merupakan daerahyangtipis.

Oleh karena mandibula bagian tersering mengalami fraktur pada trauma

dibagian wajah, penting untuk mengetahui dengan tepat penanganan awal,

tindakan perbaikan serta mewaspadai komplikasi yang akan terjadi, dari teknik

yang dipilih untuk kesembuhan yang sempurna baik dari segi fungsi pengunyahan

dan estetika wajah.

Penatalaksanaan fraktur mandibula dilakukan berdasarkan beberapa

prinsip dental dan ortopedi meliputi :

1) reduksi dari sisi yang fraktur sesuai bentuk anatomi yang benar;

2) restorasi oklusi yang salah;

3) imobilisasi untuk menunjang kesembuhan;

4) restorasi fungsi seoptimal dan seawal mungkin serta

5) pencegahan infeksi.

Fraktur atau patah tulang rahang adalah hilangnya kontuinitas pada

rahang. Pada daerah rahang meliputi tulang rahang atas (maxilla), rahang bawah

(mandibula) yang diakibatkan oleh trauma pada wajah ataupun keadaan patologis,

dapat berakibat fatal bila tidak ditangani dengan benar.

2.1.1 Anatomi (emedicine,2011)

Mandibula adalah tulang rahang bawah pada manusia dan berfungsi

sebagai tempat menempelnya gigi geligi rahang bawah. Mandibula berhubungan

dengan basis kranii dengan adanya temporo-mandibular joint dan disangga oleh

otot – otot mengunyah.

Mandibula dipersarafi oleh saraf mandibular, alveolar inferior, pleksus

dental inferior dan nervus mentalis. Sistem vaskularisasi pada mandibula

dilakukan oleh arteri maksilari interna, arteri alveolar inferior, dan arteri mentalis.

Mandibula merupakan tulang yang besar dan paling kuat pada daerah

muka, terdapat barisan gigi. Mandibula dibentuk oleh dua bagian simetris, yang

5

Page 6: Makala h

mengadakan fusi dalam tahun pertama kehidupan. Tulang ini terdiri dari korpus

yaitu suatu lengkungan tapal kuda dan sepasang ramus yang pipih dan lebar, yang

mengarah keatas pada bagian belakang dari korpus. Pada ujung dari masing-

masing ramus didapatkan dua buah penonjolan disebut prosesus kondiloideus dan

prosesus koronoideus. Prosesus kondiloideus terdiri dari kaput dan kolum.

Permukaan luar dari korpus mandibula pada garis median, didapatkan tonjolan

tulang halus yang disebut simfisis mentum, yang merupakan tempat pertemuan

embriologis dari dua buah tulang.

Bagian atas korpus mandibula membentuk tonjolan disebut prosesus

alveolaris, yang mempunyai 16 buah lubang untuk tempat gigi. Bagian bawah

korpus mandibula mempunyai tepi yang lengkung dan halus. Pada pertengahan

korpus mandibula, kurang lebih 1 inci dari simfisis, didapatkan foramen mentalis

yang dilalui oleh vasa dan nervus mentalis. Permukaan dalam dari korpus

mandibula cekung dan didapatkan linea milohiodea yang merupakan pertemuan

antara tepi belakang ramus mandibula. Angulus mandibula terletak subkutan dan

mudah diraba pada 2-3 jari di bawah lobulus aurikularis.

Prosesus koronoideus yang tipis dan tajam merupakan tempat insersio

m.temporalis. Prosesus kondiloideus membentuk persendian dengan fossa

artikularis permukaan infratemporalis dari skuama os temporalis. Kartilago

artikuler melapisi bagian superior dan anterior dari prosesus kondiloideus,

sedangkan bagian posterior tidak. Permukaan lateral dari prosesus kondiloideus

ditutupi oleh kelenjar parotis dan terletak di depan tragus. Antara prosesus

koronoideus dan prosesus kondiloideus membentuk sulkus mandibula dimana

lewat vasa dan nervus. Kira-kira ditengah dari permukaan medial ramus

mandibula didpatkan foramen mandibula. Melalui foramen ini masuk kedalam

kanal yang mengarah ke bawah depan di dalam jaringan tulang, dimana dilalui

oleh vasa pembuluh darah dan saluran limfe.

Mandibula mendapat nutrisi dari alveolaris inferior cabang pertama dari

maksillaris yang masuk melalui foramen mandibularis, bersama vena dan

alveolaris. Alveolaris inferior memberi cabang-cabang ke gigi-gigi bawah serta

gusi sekitarnya, kemudian di foramen mentalis keluar sebagai mentalis. Sebelum

6

Page 7: Makala h

keluar dari foramen mentalis bercabang insisivus yang berjalan ke depan di dalam

tulang. Mentalis beranastomosis dengan fasialis, submentalis, labii inferior.

submentalis dan labii inferior merupakan cabang dari facialis. mentalis memberi

nutrisi ke dagu. Sedangkan aliran balik dari mandibula melalui alveolaris inferior

ke fasialis posterior. mentalis mengalirkan darah ke submentalis yang selanjutnya

mengalirkan darah ke fasialis anterior. fasialis posterior dan fasialis comunis

mengalirkan darah ke jugularis interna.Aliran limfe mandibula menuju ke limfe

node submandibularis yang selanjutnya menuju ke rantai jugularis interna.

Alveolaris inferior cabang dari n.mandibularis berjalan bersama arteri dan

vena alveolaris inferior masuk melalui foramen mandibularis berjalan di kanalis

mandibularis memberi cabang sensoris ke gigi bawah, dan keluar di foramen

sebagai mentalis, merupakan araf sensoris daerah dagu dan bibir bawah.

Ada 4 pasang otot yang disebut sebagai otot pengunyah, yaitu masseter,

temporalis, pterigoideus lateralis dan pterigoideus medialis. Sedangkan

digastrikus, walaupun tidak termasuk otot-otot pengunyah, namun mempunyai

fungsi yang penting pada mandibula. Bila otot digastrikus kanan dan kiri

berkontraksi mandibula bergerak ke bawah dan tertarik ke belakang dan gigi-gigi

terbuka. Saat mandibula terstabilisasi m.digastrikus dan suprahyoid mengangkat

os hyoid, keadaan ini penting untuk proses menelan.

Gerakan mandibula pada waktu mengunyah mempunyai 2 arah, yaitu :

1. Rotasi melalui sumbu horisontalyang melalui senteral dari kondilus

2. Sliding atau gerakan ke arah lateral dari mandibula pada persendian

temporomandibuler.

Mengunyah merupakan suatu proses terdiri dari 3 siklus, yaitu :

1. Fase membuka.

2. Fase memotong, menghancurkan, menggiling. Otot-otot mengalami kontraksi

isotonic atau relaksasi. Kontraksi isometric dari elevbator hanya terjadi bila

7

Page 8: Makala h

gigi atas dan bawah rapat atau bila terdapat bahan yang keras diantaranya

akhir fase menutup.

3. Fase menutup

Pada akhir fase menutup dan fase oklusi didapatkan kenaikan tonus pada otot

elevator.

Setelah makanan menjadi lembut berupa suatu bolus dilanjutkan dengan

proses menelan. Untuk fungsi buka, katub mulut, mengunyah dan menelan yang

baik dibutuhkan :

1. Tulang mandibula yang utuh dan rigid

2. Oklusi yang ideal

3. Otot-otot pengunyah beserta persarafan serta

4. Persendian temporomandibular (TMJ) yang utuh.

2.2 Etiologi

Penyebab dari fraktur mandibula adalah trauma langsung, dimana pasien

mengalami jatuh dengan posisi dagu langsung terbentur dengan benda keras

(jalanan) dan tulang mandibula tidak mampu menahan benturan sehingga

mengalami fraktur (Hoyt, 2008).

Trauma lansung ke mandibula pada kecelakaan bermotor merupakan

penyebab paling tinggi yang mengakibatkan fraktur mandibula yaitu 43% dari

kasus kejadian di Amerika serikat, kemudian pukulan dari korban serangan orang

lain 34%, kecelakaan kerja 7%, terjatuh 7%, kecelakaan olah raga 4%,dan

penyebab lainnya 5% (Chang, 2008).

Fraktur mandibula biasa terjadi pada badan (29%), kondilus (26%), sudut

mandibula (25%), simfisis (17%), ramus (4%), dan prosesus koronoideus (1%)

(Barera,2008).

8

Page 9: Makala h

2.3 Patofisiologi

Fraktur akibat trauma dapat memberikan manifestasi akut pada system

lain. Pada beberapa kasus trauma mandibula bias memengaruhi perubahan spina

servikal yang memberikan manifestasi cedera korda dengan bentuk kegagalan

kardiorespirasi yang mematikan.

Kondisi mandibula yang sangat kuat dapat menyebabkan gangguan pada

spina servikal. Hal ini akibat trauma hiperekstensi dengan cedera yang dapat

mengalami pergeseran lebih jauh dan terjadi cedera spina tidak stabil dimana

terjadi perubahan struktur dari oseoligametosa posterior (predikulus, sendi-sendi

permukaan, arkus tulang posterior, ligament interpisona, dan supraspinosa),

komponen pertengahan (sepertiga bagian posterior badan serebral, bagian

posterior dari diskus intervertebralis dan ligament longitudinal posterior), dan

kolumna anterior (dua-tiga bagian anterior corpus vertebra, bagian anterior diskus

intervertebralis dan ligamen longitudinal anterior) (Salter, 1999). Pada cedera

spina tidak stabil memberikan risiko tinggi injuri pada korda sehingga

menimbulkan masalah actual atau risiko pola napas tidak efektif dan penurunan

curah jantung akibat hilangnya control organ visera. Pada kondisi ini intervensi

kedaruratan akan dilakukan untuk mencegah kegagalan kardiorespirasi akibat

cedera kompresi korda servikal.

Ketika patah tulang, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah,

sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi

perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan

hematom pada kanal medulla antara tepi tulang dibawah periostium dengan

jaringan tulang yang mengatasi fraktur. Terjadinya respon inflamasi akibat

sirkulasi jaringan nekrotik adalah ditandai dengan vasodilatasi dari plasma dan

leukosit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses

penyembuhan untuk memperbaiki cidera, tahap ini menunjukkan tahap awal

penyembuhan tulang. Hematom yang terbentuk bisa menyebabkan peningkatan

tekanan dalam sumsum tulang yang kemudian merangsang pembebasan lemak

dan gumpalan lemak tersebut masuk kedalam pembuluh darah yang mensuplai

organ-organ yang lain. Hematom menyebabkan dilatasi kapiler di otot, sehingga

9

Page 10: Makala h

meningkatkan tekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada otot yang

iskhemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal

ini menyebabkan terjadinya edema, sehingga mengakibatkan pembuluh darah

menyempit dan terjadi penurunan perfusi jaringan

10

Page 11: Makala h

11

Fraktur mandibula

Kematian`

Kedaruratan kardiorespirasi

Cedera spina tidak stabil

Risiko injuri komprensi korda servikalis

Kecelakaan bermotor, pukulan, kecelakaan kerja, terjatuh, olahraga.

Manipulasi servikal yg tidak optimal

Ketidakmampuan tulang mandibula dlm menahan

traumaCedera ekstensi

Kerusakan jaringan lunak

Perubahan mukosa oral

Terputusnya hubungan tulang

Ketidakmampuan melakukan pergerakan rahang

Ketidakseimbangan nutrisi

Kerusakan saraf spame otot

Port de entree

Terapi bedah fiksasi internal

Nyeri

Risiko Infeksi

Respon psikologis

kecemasan

Pemenuhan informasi

pascabedah

Port de entree

Page 12: Makala h

2.4 Manifestasi Klinis

1. Nyeri hebat di tempat fraktur

2. Tak mampu menggerakkan dagu bawah

3. Tak mampu menggerakkan dagu bawah Diikuti tanda gejala fraktur secara

umum, seperti : fungsi berubah, bengkak, krepitasi, sepsis pada fraktur

terbuka, deformitas

Jenis-jenis fraktur :

1. Fraktur tertutup, merupakan fraktur tidak menyebabkan robek pada kulit

2. Fraktur terbuka, merupakan dengan luka pada kulit atau robek dan ujung

tulang menonjol sampai menembus kulit

3. Fraktur komplet adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan

biasanya mengalami pergeseran

4. Fraktur tidak komplit, patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah

tulang.

2.5 Klasifikasi

Klasifikasi fraktur mandibula diantaranya adalah:

2.5.1 Menunjukkan regio-regio pada mandibula atau lokasinya

(Menurut R.Dingman dan P.Natvig 1969). Klasifikasi yang paling

berguna untuk kepen tingan praktis adalah atas dasar letak injuri secara

anatomis. Hal ini dikarenakan gejala yang timbul akan berbeda

berdasarkan letak fraktur, demikian juga pada cara perawatan. Fraktur mandibula

terjadi pada daerah-daerah sebagai berikut :

1. Prosesus alveolaris

2. Midline

3. Simphisis

4. Parasimphisis

5. Body

6. Angle

7. Ramus

12

Page 13: Makala h

8. Prosesus Kondilaris

9. Prosesus Koronoid

2.5.2 Menunjukkan frekuensi fraktur di masing-msing regio tersebut Frekuensi

terjadinya fraktur pada mandibula adalah :

1. Prosesus alveolaris = 3,1%

2. Simphisis dan Parasimphisis = 22%

3. Body = 16%

4. Angle = 24,5%

5. Ramus = 1,7%

6. Prosesus Kondilaris = 29,1%

7. Prosesus Koronoid = 1,3%

2.5.3 Berdasarkan ada tidaknya gigi (Menurut Kazanjian dan Converse)

Klasifikasi berdasarkan gigi pasien penting diketahui karena

akan menentukan jenis terapi yang akan kita ambil. Dengan adanya

gigi, penyatuan fraktur dapat dilakukandengan jalan pengikatan gigi

dengan menggunakan kawat. Penjelasan tentang klasifikasi fraktur :

1. Fraktur kelas 1 : gigi terdapat di 2 sisi fraktur, penanganan pada

fraktur kelas 1 inidapat melalui interdental wiring (memasang kawat

pada gigi)

2. Fraktur kelas 2 : gigi hanya terdapat di salah satu fraktur

3. Fraktur kelas 3 : tidak terdapat gigi di kedua sisi fraktur, pada

keadaan ini dilakukanmelalui open reduction, kemudian dipasangkan

plate and screw, atau bisa jugadengan cara intermaxillary fixation.

2.5.1 Berdasarkan tipe fraktur mandibula:

Fraktur Tertutup/Simple :

1. Tidak ada hubungan denga lingkungan luar

2. Tidak terbuka / terelsponasi

3. Kulit tidak terkoyak

4. Tidak menonjol kekulit

13

Page 14: Makala h

5. Tidak terdapat pergeseran fragmen

2.5.2 Fraktur Tunggal/Terbuka

Hanya 1 garis fraktur : ramus, body, kondilus saja, dll

1. Patah tidak utuh

2. Biasanya terjadi pada anak-anak

3. Komponen tulangnya berbeda masih banyak terdapat fibroblast

dan kondroblasnya dibanding osteoblast

4. Tulangnya masih elastic

5. Pergeseran tulang besar

6. Fragmen tulang tembus keluar

7. Kulit sobek dan terkoyak

8. Trauma berat

Pathologi : akibat kelainan. Seperti osteomylitis rahang

Kompleks : fraktur yang terdiri dari beberapa jenis fraktur

Multipl :Fraktur yang tepat mengenai titik tengah dagu, yang

mengakibatkan fraktur pada simpisis dan kedua kondilus.

Inpacted :ujung fraktur tertekan ke dalam atau keluar

2.6 Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang :

1. Pemeriksaan rontgen : Untuk menentukan lokasi, luas dan jenis fraktur

2. Scan tulang, tomogram, CT-scan/ MRI : Memperlihatkan frakur dan

mengidentifikasikan kerusakan jaringan lunak

3. Pemeriksaan darah lengkap : Hb menurun terutama fraktur terbuka,

peningkatan leukosit adalah respon stres normal setelah trauma.

2.7 Penatalaksanaan Medik

Konservatif : immobilisasi, mengistirahatkan daerah fraktur.

Operatif : dengan pemasangan traksi, pen, screw, plate, wire ( tindakan asbarg)

Prinsip dan tujuan penanganan fr mandibula ;

1. Koreksi maloklusi

2. Fiksasi tulang

14

Page 15: Makala h

3. Rehabilitasi mulut

Metode : Closed reduction dan Open reduction

Indikasi closed reduction

1. Fraktur komunitif dg periosteum yg intak

2. Fraktur dengan soft tissue loss yg berat

3. Edentulous mandibula

4. Fr pada anak-anak

5. Fr condylus (non displaced)

Indikasi open reduction

1. Displaced unfavourable fraktur melalui angulus

2. Displaced unfavourable fraktur corpus atau parasymphysis

3. Fraktur multiple wajah

4. Fr midface disertai diplaced fr condylus bilateral

5. malunions

Prinsip langkah-langkah penanganan fraktur mandibula

1. Debridement

2. reposisi

3. Evaluasi nilai fungsi (oklusi) :

fiksasi : - internal fixation (wiring or plating)

external fixation

4. immobilisasi : - intermaxillary fixation (arch bar) interdental wiring

5. Tehnik closed reduction : Fiksasi intermaksiler

6.   Dipertahankan selama 3-4 minggu pada fraktur daerah condylus

7. 4-6 minggu pada daerah lain mandibula

8. Tehnik ; eyelet, arch bar

15

Page 16: Makala h

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI FRAKTUR MANDIBULA

3.1 Asuhan Keperaeatan Fraktur Mandibula

3.1.1 Pengkajian

Pengkajian pada fraktur mandibula terdiri atas pengkajian primer

kegawatdaruratan trauma mandibula dan pengkajian sekunder pada fraktur

mandibula. Pengkajian primer dilakukan bersama-sama pada saat melakukan

intervensi kedarutan. Pengkajian primer dilakukan secara umum yaitu ABC

(airway, breathing, circulation) dan dilakukan bersama dengan intervensi CPR

(cardiopulmonary resuscitation). Hal ini dilakukan apabila didapatkan adanya

riwayat trauma pada mandibula khususnya pada cedera ekstensi yang bias

menyebabkan komprensi korda. Focus pengkajian primer adalah kegagalan

kardiorespirasi, penurunan tingkat kesadaran, dan adanya deficit neurologis.

Pada anamnesis sekunder didapatkan adanya riwayat trauma langsung ke

mandibula oleh berbagai kondisi seperti kecelakaan bermotor, pukulan pada

mandibula sebagai korban serangan orang lain, kecelakaan kerja, terjatuh, dan

kecelakaan olahraga. Perawat jiga mengkaji factor prediposisi peningkatan risiko

osteoporosis, seperti DM, hipertensi, dan merokok.

Pengkajian lain seperti pada gangguan penggunaan obat-obatan, riwayat

alergi, serta penggunaan alcohol dan zat adiktif berguna sebagai bahan intervensi

yang sesuai untuk menghindari interaksi obat.

Pengkajian kapan terakhir makan menjadi pengkajian prioritas pada

pengkajian gastrointestinal. Keluhan lainnya adalah ketidakmampuan dalam

mengunyah material makanan. Kondisi nyeri dan kecemasan memberikan

manifestasi peningkatan produksi asam lambung serta kondisi anoreksia (ketidak

mampuan untuk makan).

16

Page 17: Makala h

Pengkajian psikososioekonokultural didapatkan kecemasan akibat

prognosis penyakit atau rencana pembedahan. Pembedahan rekontruksi mandibula

dengan menggunakan alat fiksasi interna menghabiskan biaya yang mahal

sehingga kondisi ini memengaruhi kemampuan financial setiap individu.

Pada fraktur mandibula yang disertai kerusakan gigi, penting bagi perawat

waspadailah adanya risiko infeksi pada rongga mulut. Pada pemeriksaan fisik

didapatkan tanda deformitas yang jelas.

Pedoman Pemeriksaan Fokus Fraktur Mandibula

Teknik Hasil

Look Inspeksi adanya ketidaksimetrisan rahang, terutama pada saat pasien

merebahkan kepala pada bantal.

Lihat adanya luka terbuka pada area trauma yang langsung

berhubungan dengan tulang mandibula.

Periksa adanya leserasi atau hematom pada area mandibula

Periksa kestabilam dan kesejajaran gigi, dan palatum. Cari adanya

fraktur yang menembus tulang alveolar. Nilai dan hitung adanya lepas

gigi akibat trauma mandibula.

Periksa pipi adanya kemerahan dan edema. Leserasi dapat terjadi pada

daerah gusi, mukosa mulut, dan daerah sekitar fraktur.

Periksa adanya dislokasi, berupa perubahan posisi rahang yang

menyebabkan maloksusi atau tidak berkontaknya rahang bawah dan

rahang atas

Periksa adanya hipersalivasi dan halitosis akibat berkurangnya

pergerakan normal mandibula sehingga dapat terjadi stagnasi makanan.

Feel Palpasi struktur tulang mandibula, apakah didapatkan adanya tandernes

17

Page 18: Makala h

(nyeri palpasi) dan adanya pembengkakan.

Periksa adanya anastesia pada distribusi saraf inferior dan pipi yang

menandakan adanya injuri pada saraf trigeminus dan dokumentasi

kondisi ini sebagai data penting prabedah.

Periksa adanya spasme pada otot-otot pengunyah dengan tanda adanya

timus.

Move Periksa kemampuan pergerakan mandibula dan apakah didapatkan

adanya maloklusi (pergerakan yang terhambat)

Periksa adanya rasa sakit pada saat rahang digerkan.

Periksa adanya numbness dan kelumpuhan dari bibir bawah yang

biasanya terjadi apabila fraktur terjadi di bawah nervus alveolaris.

Pengkajian diagnostic utama pada fraktur mendibula adalah pemeriksaan

radiologis x-ray dan CT scan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menila derajat

kerusakan dan letak dari fraktur mandibular, serta untuk evaluasi setelah

pembedahan.

1. Penatalaksanaan medic awal pada fraktur mandibula adalah manajemen

kedaruratan dengan intervensi ABC meluputi :

a. Menjaga kepatenan jalan napas dan status kardiovaskular sampai kondisi

stabil.

b. Meminimalisasi manipulasi pada leher dengan menggunakan ban servikal.

c. Tindakan darurat tracheotomy atau cricothyrotomy apabila CPR

(cardiopulmonary resuscitation) tidak maksimal didapatkan.

2. Intervensi untuk mengembalikan fungsi mandibula dengan bedah perbaikan

dilakukan pada hari ke 5-7.

3. Intervensi pemasangan fiksasi interna dengan reduksi terbuka. Perawat dapat

dilakukan dengan reduksi terbuka berupa tindakan operasi dengan

18

Page 19: Makala h

pemasangan plat dan screw untuk menyambung tulang yang patah. Pada

fraktur yang simple dapat dilakukan reduksi tertutup dengan peningkatan

rahang atas dan rahang bawah, diikuti tindakan imobilisasi.

3.1.2 Diagnosis Keperawatan

1. Risiko tinggi gagal kardiorespirasi b.d komprensi pada control spina servikal,

kerusakan control otonom pada jalur kardiorespirasi.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakadekuatan

intake nutrisi sekunder dari nyeri, ketidakmampuan dalam mengunyah dan

menelan makanan oral.

3. Risiko infeksi b.d adanya port de entrée luka pascabedah.

4. Perubahan mukosa oral b.d tidak efektif higienis oral.

5. Nyeri b.d kompresi saraf local sekunder pergerakan fragmen tulang, luka

pascabedah.

6. Kecemasan b.d krisis situasional akan menjalani operasi, status ekonomi, dan

perubahan fungsi peran.

7. Kurang pengetahuan dan informasi b.d salah persepsi, kurang terpajan

informasi.

Risiko tinggi gagal kardiorespirasi b.d. kompresi pada kontrol spina servikal,

kerusakan kontrol otonom jalur kardiorespirasi

Pemberian oksigen kantung (Ventilation bag) dapat dilakukan sebelum atau

sesudah pemasangan ban leher. Hal ini diperlukan untuk pemenuhan oksigen

selama periode transportasi pasien ke rumah sakit.

19

Page 20: Makala h

Lakukan pengisapan jalan napas.

Letakkan pasien pada backboard

apabila kemungkinan ada injuri

pada spiuna servikal.

Pengisapan (Suctioning) dilakukan

untuk membersihkan debris dan secret

pada jalan napas.

Pengaturan posisi pasien pada

backboard bertujuan untuk menjaga

posisi netral pada kepalan dan leher

untuk mencegah injuri spina servikal.

Pengaturan posisi pasien pada backboard dilakukan selama periode transportasi

untuk mencegah injuri spina servikal pada pasien fraktur mandibula khususnnya

pasien ekstensi.

Kontrol kondisi luka apabila

fraktur mandibula disertai

dengan luka terbuka dan balut

dengan fiksasi untuk

menurunkan perdarahan.

Pada beberapa kasus fraktur mandibula

dengan luka terbuka seperti pada

kecelakaan lalu lintas atau trauma dari

penganiayaan orang lain dapat

dilakukan dengan memasang balutan

untuk menekan perdarahan.

Lakukan intervensi di unit gawat

darurat:

Kaji kepatenan jalan napas.

Pertahankan fiksasi dengan pada

kondisi fraktur mandiibula tanpa

ada riwayat gangguan pada spina

servikal.

Monitoring kepatenan jalan

napas dan kondisi intubasi.

Pada perawatan di unit gawat darurat,

pasien dengan fraktur mandibula tanpa

komplikasi pada injuri spina servikal

dilakukan monitoring kepatenan jalan

napas dan fiksasi tetap dilanjutkan

untuk kemudian pasien dirawat di

ruang rawat inap untuk dipersiapkan

pada pembedahan rekonstruksi rahang.

Pelaksanaan monitoring menjadi

prioritas utama pada fraktur

mandiibula dengan komplikasi risiko

injuri spina servikal sampai kondisi

20

Page 21: Makala h

Lakukan kolaborasi dengan ahli

bedah spina untuk

penatalaksanaan pasien yang

terdapat indikasi cedera servikal.

pasien stabil dan risiko tidak terjadi.

Penatalaksanaan lanjutan pada pasien

fraktur mandibula disertai dengan

cedera spina dapat diambil alih oleh

ahli bedah spina sesuai dengan

kompetensi pada penatalasanaan

kegawatan cedera spina.

Lakukan intervensi survey sekunder:

Lakukan evaluasi diagnostik

radiologis untuk menentukan

fraktur mandibula tanpa

komplikasi.

Evaluasi lanjutan untuk menyesuaikan

kompetensi asuhan. Pasien dengan

fraktur mandibula dilakukan asuhan

sesuai prosedur pada penatalaksanaan

fraktur mandibula.

Lepas ban servikal apabila tidak

ada indikasi adanya injuri cedera

spina.

Adanya ban servikal yang terlalu ketat

untuk menjaga kondisi leher

memberikan pengaruh keterbatasan

mobilitas leher pasien. Pelepasan ban

servikal manjadi indikasi untuk

mengevaluasi kemempuan pergerakan

dan adanya maloklusi dari cedera

fraktur mandibula.

Risiko tinggi gagal kardio respirasi b.d. kompresi pada kontrol spina

servikal, kerusakan kontrol otonom jalur kardiorespirasi

Intervensi Rasional

Kolaborasi pemberian antibiotik Pemberian antibiotik adalah

21

Page 22: Makala h

dan antitetanus serum. profilaksis untuk mencegah infeksi

silang. Perawat mengkaji adanya

riwayat alergi pada beberapa jenis

antibiotik.

Pemberian antitetanus dilakukan

terutama pada fraktur mandibula

terbuka untuk mencegah kontaminasi

Clostridium tetanii masuk melalui

luka.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d. ketidakadekuatan

intake nutrisi sekunder dari nyeri, ketidakmampuan dalam mengunyah dan

menelan makanan oral

Tujuan: selama periode prabedah dan setelah 5 x 24 jam pascabedah pasien dapat

mempertahankan status nutrisi yang adekuat.

Kriteria evaluasi:

Pasien mampu menjelaskan kembali pendidikan kesehatan yang diberikan.

Pasien termotivasi untuk melaksanakan anjuran yang telah diberikan.

Intervensi Rasional

Kaji tingkat toleransi pasien dalam

intake nutrisi pada periode prabedah.

Pasien dengan fraktur mandibula

biasanya tidak secara langsung

dilakukan bedah perbaikan. Pada

periode ini perawat mangkaji tingkat

kemampuan dalam intake nutrisi sesuai

dengan toleransi dan individu.

22

Page 23: Makala h

Evaluasi adanya makanan dan

kotraindikasi makanan.

Beberapa pasien mungkin mengalami

alergi terhadap beberapa komponen

makanan tertentu dan beberapa

penyakit lain, seperti diabetes melitus,

hipertensi, gout, dan lainnya yang

memberikan manifestasi terhadap

persiapan komposisi makanan yang

akan diberikan.

Bila pada pasien terjadi fraktur

mandibula secara total, maka tidak

dapat memasukkan makanan per oral

sehingga diipertimbangkan untuk

melakukan pemasangan NGT.

Pemasangan selang NGT bertujuan

membuat akses dan jalan makanan

langsung ke lambung tanpa melewati

rongga oral yang sedang bermasalah

akibat dari fraktur mandibula.

Pertahankan selang makan, periksa

letak posisi selang dengan melakukan

fiksasi yang optimal.

Pemasangan fiksasi pada selang

nasogastrik dapat mempertahankan

kepatenan jalan makanan.

Lakukan pembersihan selang

nasogastrik dengan air sebelum dan

sesudah pemberian makanan.

Dorongan air untuk mempertahankan

kepatenan selang.

Auskultasi bunyi usus pascabedah. Pemberian makan dimulai hanya

setelah bunyi usus membaik setelah

operasi.

Ajarkan pasien atau orang terdekat

mengenai teknik makan sendiri, contoh

ujung spuit, kantong, dan metode

corong, mennghancurkan makanan bila

pasien akan pulang dengan selang

makanan. Yakinkan pasien dan orang

terdekat mampu melakukan prosedur

Membantu meningkatkan keberhasilan

nutrisi dan mempertahankan martabat

orang dewasa yang saat ini terpaksa

tergantung pada orang lain untuk

kebutuhan sangat mendasar pada

penyediaan makanan.

23

Page 24: Makala h

ini.

Nyeri b.d. kompresi saraf lokal sekunder pergerakan fragmen tulang, luka

pascabedah

Intervensi Rasional

Kaji dampak nyeri dengan

respon psikologis

Dorongan pasien untuk

mengeluarkan saliva atau

pengisap mulut dengan hati-hati

bila tidak mampu menelan.

Seliki perubahan karakteristik

nyeri, periksa mulut jahitan

tenggorok untuk trauma baru.

Kecemasan dan rasa nyeri merupakan

dua hal yang sangat berpengaruh

terhadap perilaku pasien. Pengalaman

rasa nyeri masa lalu dan bagaimana

pasien berupaya untuk menurunkan

respon nyeri menjadi catatan perawat

yang penting untuk intervensi

selanjutnya.

Menelan menyebabkan aktivitas otot

yang dapat menimmbulkan nyeri

karena edema atau renggangan jahitan.

Dapat menunjukkan terjadinya

komplikasi yang memerlukan evaluasi

lanjut atau intervensi, jaringan

terimflamasi dan kongesti dapat

dengan mudah mengalami trauma

demam pengisapan kateter dan selang

makanan.

24

Page 25: Makala h

Catat indikator nonverbal dan

respon aromatik terhadap nyeri.

Evaluasi efek analgesik.

Berikan teknik distraksi pada

saat nyeri.

Manajemen lingkungan,

lingkungan tenang, batas

pengunjung, dan istirahatkan

pasien.

Temukan manajemen sentuhan.

Lakukan teknik stimulasi

percutanneus.

Menjadi variable menunjukkan adanya

nyeri keefektifan obat.

Distraksi (penglihatan perhatian) dapat

menurunkan stimulus internal.

Lingkungan tenang akan menurunkan

stimulus nyeri eksternal dan

pembatasan pengunjung akan

membantu meningkatkan kondisi

oksigen ruangan yang akan berkurang

apabila banyak penunjung yang

beradap di ruangan. Istirahat akan

menurunkan kebutuhan oksigen

jaringan perifer.

Manajemen sentuhan pada saat nyeri

berupa sentuhan dukungan psikologis

dapat membantu menurunkan nyeri

masase ringan dapat meningkatkan

aliran darah dan membantu suplai

darah dan oksigen ke area nyeri.

Salah satu metode distraksi untuk

menstimulasi pengeluaran endorfin-

enkefalin yang berguna sebagai

25

Page 26: Makala h

Kemampuan kontrol nyeri

pasien.

Tingkatkan pengetahuan tentang:

penyebab nyeri dan

menghubungkan berapa lama

nyeri akan berlangsung.

analgetik internal untuk memblok rasa

nyeri.

Banyak faktor fisiologi (motivasi,

afektif, kognitif, dan emosional)

memengaruhi respon persepsi nyeri.

Pengetahuan yang akan dirasakan

membantu mengurangi nyerinya dan

dapat membantu mengembangkan

kepatuhan pasien terhadap rencana.

Kolaborasi dengan dokter

pemberian analgetik.

Analgetik memblok lintasan nyeri

sehingga nyari akan berkurang.

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya port de entrée dan luka

pembedahan

Tujuan: dalam waktu 12 x 24 jam tidak terjadi infeksi, terjadi perbaikan pada

integritas jaringan lunak.

Kriteria hasil:

-jahitan dilepas pada hari ke-12 tanpa adanya tanda-tanda infeksi dan peradangan

pada area luka pembedahan, leukosit dalam batas normal, TTV dalam batas

26

Page 27: Makala h

normal.

Intervensi Rasional

Kaji jenis pembedahan, hari

pembedahan dan apakah ada order

khusus dari tim dokter bedah dalam

melakukan perawatan luka.

Mengidentifikasi kemajuan atau

penyimpangan dari tujuan yang

diharapkan.

Lakukan perawatan luka:

Lakukan perawatan luka steril

pada hari ke-3 operasi dan

diulang setiap 2 hari sekali.

Bersihkan luka dan drainase

dengan cairan antiseptic jenis

iodine providum dengan cara

swabbing dari arah dalam ke

luar.

Bersihkan bekas sisa iodine

providum dengan alkhohol 70%

atau normal salin dengan cara

swabbing dari dalam ke luar.

Perawatan luka sebaiknya tidak setiap

hari dengan tujuan menurunkan kontak

tindakan dengan luka yang dalam

kondisi steril sehingga mencegah

kontaminasi kuman ke luka bedah.

Pembersihan debris (sisa fagositosis,

jaringan mati) dan kuman sekitar luka

dengan mengoptimalkan kelebihan dari

iodine providum sebagai antiseptik.

Arah dari dalam ke luar dapat dicegah

kontaminasi kuman ke jaringan luka.

Antiseptik iodine providum

mempunyai kelemahan dalam

menurunkan proses epitel lisasi

jaringan sehingga memperlambat

pertumbuhan luka, maka harus

dibersihkan dengan alkhohol atau

normal salin.

27

Page 28: Makala h

Tutup luka dengan kasa steril

dan tutup dengan plester

adhesive yang menyeluruh

menutupi kasa.

Penutupan secara menyeluruh dapat

menghindari kontaminasi dari benda

atau udara yang bersentuhan dengan

luka bedah.

Penutup luka dengan dengan balutan dan gunakan plester elastik yang

menyeluruh menutupi kasa membantu menurunkan kontaminasi langsung pada

luka operasi dan menurunkan resiko infeksi pascabedah.

Angkat dranase pascabedah pada hari

ketiga atau setelah tidak ada lagi

drainase yang keluar dari luka pasca

bedah.

Selang drain yang masuk ke dalam

luka merupakn komponen yang

memudahkan kuman untuk masuk.

Pelepasan sesuai indikasi bertujuan

untuk menunjukkan resiko infeksi.

Kolaborasi penggunaan antibiotik. Antibiotic injeksi diberikan selama 3

hari pascabedah yang kemudiann

dilanjutkan antibiotic oral sampai

jahitan dilepas. Peran perawat

mengkaji adanya reaksi dan riwayat

alergi antibiotic serta memberikan

antibiotic sesuai pesanan dokter.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakadekuatan intake nutrisi sekunder dari nyeri,

ketidakmampuan dalam mangunyah dan menelan makanan oral.

Intervensi Rasional

Mulai dengan makanan kecil dan Kandungan makanan dapat

28

Page 29: Makala h

tingkatkan sesuai dengan toleransi. Catat

tanda kepenuhan gaster, regurgitasi, dan

diare.

mengakibatkan ketidaktoleransian GI

sehingga memerlukan perubahan pada

kecepatan atau tipe formula.

Berikan diet nutrisi seimbang (misalnya

semi kental atau makanan halus) atau

makanan selang (contoh makanan

dihancurka atau massa yang dijual)

sesuai indikasi.

Macam-macam jenis makanan dapat

dibuat untuk tambahan atau batasan

faktor tertentu, seperti lemak dan gula

atau memberikan makanan yang

disediakan pasien.

Berikan diet secara rutin. Pemberian rutin 3 kali sehari dengan

ditunjang pemberian reseptor

penghambat H2 memiliki arti

peningkatan efisiensi dan efektifitas

dalam persiapan material makanan dan

makanan masih dalam keadaan hangat

serta memudahkan perawat dan ahli

gizi dalam memantau kemampuan

makan dari pasien. Hal lain dengan

pemberian diet makanan secara rutin

akan memberikan kondisi normal

terhadap fungsi gastrointestinal dalam

melakukan aktivitas ruti selama

dirawat dan setelah pasien pulang ke

rumah sakit.

Kolaborasi dengan tim medis untuk

pemberian.

Pemakaian penghambat H2

(seperti cimetidine/ranitidine).

Cimetidine penghambat histamine H2

menurunkan produksi asam gaster,

meningkatkan pH gaster dan

menurunkan iritasi pada mukosa

gaster, penting untuk penyembuhan

dan pencegahan lesi.

29

Page 30: Makala h

Saraf kranial atau antacid.

Antasida untuk mempertahankan pH

gaster pada tingkat 4,5.

Perubahan mukosa oral berhubungan dengan tidak efektifnya higienis oral

Tujuan : dalam waktu 3x24 jam terjadi peningkatan membran mukosa mulut.

Kriteria evaluasi: mulut lembab atau tidak kering, mulut terasa segar, lidah

normal, bersih dan tidak pecah, tidak ada tanda inflamasi pada bibir.

Intevensi Rasional

Meningkat pengetahuan pasien tentang

cara teknik peningkatan kondisi

membrane mukosa.

Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh

kondisi social ekonomi ekonomi pasien.

Perawat menggunakan pendekatan yang

sesuai kondisi individu pasien. Dengan

mengetahui tingkat pengetahuan

tersebut perawat dapat lebih terarah

dalam memberikan pendidikan yang

sesuai dengan pengetahuan pasien

secara efisien dan efektif.

Infeksi rongga oral dan perhatikan

perubahan pada saliva.

Kerusakan pada mandibula akan

memengaruhi penumpukan dan

pengaliran saliva dapat terjadi karena

penurunan kemampuan menelan atau

nyeri tenggorok dan muluut.

Perhatikan perubahan pada lidah, bibir,

geligi, gusi, serta membrane mukosa.

Pembedahan rekontruksi mandibula

atau mengalami penurunan sensasi dan

gerakkan lidah, dengan kesulitan

30

Page 31: Makala h

menelan dan peningkatan risiko aspirasi

sekresi, serta resiko hemoragi. Geligi

mungkin tidak utuh. Gusi juga dapat

terimflamasi karena hygiene yang

buruk, riwayat lama dari merokok atau

mengunyah tembakau.

Perubahan mukosa oral b.d. tidaknya higienis oral

Intervensi Rasional

Isapan rongga oral secara perlahan atau

sering. Biarkan pasien melakukan

pengisapan sendiri bila mungkin atau

menggunakan kasa untuk mengalirkan

sekresi.

Saliva mengandung enzim pencernaan

yang mungkin bersifat eropsif pada

jaringan yang terpajan oleh karena

pengalirannya konstan, pasien dapat

meningkatkan kenyaman sendiri dan

meningkatkan hygiene oral.

Berikan pelumas pada bibir berikan

irigasi oral sesuai indikasi

Mengatasi efek kekeringan dan

tindakan terapeutik menghilangkan sifat

erosive dan sekresi

Pemberian antibiotic Antibiotic biasanya diberikan untuk

menghentikan infeksi pada gusi dan

jaringan dibawahnya

Nyeri b.d. kompresi saraf lokal sekunder pergerakan pragmen tulang, luka

pascabedah

Tujuan: dalam waktu 1x24 jam terjadi penurunan tingkat nyeri atau nyeri

teradaptasi

31

Page 32: Makala h

Kriteria evaluasi:

Pasien menyatakan nyeri berkurang atau teradaptasi.

Secara umum pasien terlihat rileks

Skala nyeri 0-1 (0-4)

Intervensi Rasional

Kaji nyeri dengan pendekatan PQQRST P: nyeri fraktur mandibula sebelum

pembedahan disebabkan oleh adanya

pergerakan fragmen tulang memberikan

manifestasi kompresi pada saraf lokal.

Nyeri pascapembedahan disebabkan

oleh kerusakan jaringan lunak

pascabedah. Nyeri akan bertambah

apabila pasien menggerakkaan rahang

atau membuka mulut.

Q: kualitas nyeri biasanya tajam pada

area fraktur mandibula.

R: nyeri terlokalisasi pada area rahang

bawah dan biasanya menjalar sampai

ke leher.

S; skala nyeri pada fase akut bervariasi

antara 2-4 (0-4).

T: waktu nyeri yang hebat terjadi pada

fase akut setelah mengalami trauma dan

setelah dilakukan pembedahan.

Lakukan manajemen nyeri Istirahat secara fisiologis akan

menurunkan kebutuhan oksigen yang

32

Page 33: Makala h

keperawatan:

Istirahat pasien

Ajarkan teknik relaksasi

pernapasan dalam pada saat

nyeri muncul.

Pada periode preoperative dan

pasca bedah saat pasien

berbaring sokong kepala dan

leher dengan bantal. Tunjukkan

pada pasien bagaimana

menyokong leher selama

aktivitas.

diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

metabolisme basal.

Meningkatkan asupan oksigen sehingga

akan menurunkan nyeri sekunder dari

iskemia pada area mulut.

Kelemahan otot diakibatkan oleh

reseksi otot dan saraf pada struktur

leher dan atau bahu. Kurang sokongan

meningkatkan ketidaknyamanan dan

mengakibatkan cedera pada area

jahitan.

Kecemasan berhubungan dengan situasional akan menjalani, status ekonomi

perubahan fungsi peran.

Tujuan: dalam waktu 1x24 jam tingkat kecemasan pasien berkurang atau hilang.

Kriteria evaluasi:

Pasien mengenal perasaannya, dapat mengidentifikasi penyebab atau faktor yang

mempengaruhinya, dan menyatakan anisietas berkurang atau hilang.

Intervensi Rasional

33

Page 34: Makala h

Kaji tanda verbal dan nonverbal

kecemasan, damping pasien dan

lakukan tindakan bila menunjukkan

perilaku merusak.

Reaksi verbal atau nonverbal dapat

menunjukkan rasa agitasi marah dan

gelisah.

Hindari konfrontasi. Konfrontasi dapat meningkatkan rasa

marah, menurunkan kerja sama, dan

mungkin memperlambatkan

penyembuhan.

Mulai melakukan tindakan untuk

mengurangi kecemasan. Beri

lingkungan yang tenang dan suasana

penuh istirahat.

Mengurangi rangsangan eksternal yang

tidak perlu.

Tingkatkan kontrol sensasi pasien. Kontrol sensasi pasien (dan dalam

menurunkan katakutan) dengan cara

memberikan informasi tentang keadaan

pasien, menekankan pada penghargaan

terhadap sumber-sumber koping

(pertahankan diri) yang positif

membantu latihan relaksasi yang positif.

Orientasi pasien terhadap tahap-tahap

prosedur operasi dan aktivitas yang

diharapkan.

Orientasi tahap-tahap prosedur operasi

dapat menurunkan kecemasan.

Beri kesempatan kepada pasien untuk

mengukapkan ansietasnya.

Dapat menghilangkian ketegangan

terhadap kekhawatiran yang tidak di

ekspresikan.

Berikan privasi untuk pasien dan orang

terdekat.

Memberikan waktu untuk

mengekspresikan perasaan

menghilangkan cemas dan perilaku

34

Page 35: Makala h

adaptasi

Adanya keluarga dan teman-teman yang

dipilih pasien melayani aktivitas dan

pengalihan (membaca) akan

menurunkan perasaan terisolasi.

Pemenuhan informasi berhubungan dengan misinterprestasi perawat dan

penatalaksanaan pengobatan.

Tujuan :

Dalam waktu 1x24jam informasi kesehatan terpenuhi.

Kriteria evaluasi :

Pasien mampu menjelaskan kembali kpendidikan kesehatan yang diberikan.

Pasien mampu termotivasi untuk melaksanakan penjelasan yang telah diberikan.

Intervensi Rasional

Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang

penatalaksanaan fraktur mandibula

Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh

kondisi social ekonomi pasien. Perawat

mengunakan pendekatan yang sesuai

dengan kondisi individu pasien.

Dengan mengetahui tingkat

pengetahuan tersebut perawat dapat

lebih terarah dalam memberikan

pendidikan yang sesuai dengan

pengetahuan pasien dengan evisien dan

efektif.

Cari sumber yang meningkatkan

penerimaan informasi

Keluarga terdekat dengan pasien perlu

dilibatkan dalam pemenuhan informasi

35

Page 36: Makala h

untuk menurunkan resiko

misinterprestasi terhadap informasi

yang diberika.

Pemenuhan informasi b.d misinterpretasi dan penatalaksanaan pengobatan

Intervensi Rasional

Jelaskan apa yang terjadi selama

periode praoperasi dan pascaoperasi

termasuk tes laboratorium praoperasi,

persiapan kulit alas an status puas,

obat-obatan praoperasi obat-obatan

postoperasi tinggal diruang pemulihan,

dan program pascaoperasi.

Informasi pada pasien obat nyeri

tersedia bila diperlukan untuk

mengontrol diri.

Pengetahuan tetantang apa yang

diperkirakan membantu mengurangi

kecemasan dan meningkatkan

kerjasama

Ijinkan pasien untuk mengetahui

keadaan pascaoperasi : mungkin saja

akan dipasang NGT. Pemberian makan

personde diperlukan sampai insisi luka

sembuh dan mampu untuk menelan.

Pengetahuan apa yang diharapkan dari

intervensi bedah membantu

menurunkan kecemasan dan

memungkinkan pasien untuk

memikirkan tujuan yang realistic.

Beri informasi tentang manajemen

nyeri keperawatan.

Menejemen nyeri dilakukan untuk

meningkatkan kontrol nyeri pada pasien

3.1.3 Evaluasi :

36

Page 37: Makala h

Evaluasi yang diharapkan setelah dilakukan intervensi keperawatan adalah

sebagai berikut :

1. Tidak terjadi gagal kardiorespirasi

2. Asupan nutrisi optimal

3. Tidak terjadi infeksi sampai jahitan insisi bedah dilepaskan

4. Tidak terjadi perubahan mukosa oral

5. Nyeri berkurang atau teradaptasi

6. Kecemasan berkurang

7. Informasi pengetahuan dapat terpengaruhi sesuai kebutuhan.

3.2 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Kasus Fraktur Mandibula

3.2.1. Pengkajian

Identitas Klien

Nama : Ny. D

Umur  : 54 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Status Perkawinan : Menikah

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Wiraswasta

Agama : Islam

Tgl. Masuk : 7 Nopember 2012

Tgl. Pengkajian : 7 Novemeber 2012

Diagnosa Medis : Fraktur Fibula Dektra Transversal

Identitas Penanggung Jawab

Nama : Ny. A

Umur  : 31 Tahun

37

Page 38: Makala h

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Wiraswasta

Hubungan dg Klien : Anak

3.2.3 Riwayat Penyakit

Keluhan Utama :

Klien mengatakan bahwa dirinya merasakan nyeri pada kaki kanan.

Riwayat Penyakit Sekarang :

Klien datang ke Ruang 3A RSUD Kota Tasikmalaya diantarkan oleh

keluarga dan perawat. Klien terlihat datang dalam kondisi pingsan. Klien

mengatakan bahwa nyeri ditimbulkan akibat kecelakaan lalu lintas. Klien

tertabrak kendaraan roda 2. Klien mengatakan nyeri timbul saat bergerak maupun

tidak.  Nyeri timbul di bagian kaki kanan dengan sensasi terbakar atau seperti

ditusuk-tusuk dan tertimpa beban berat. Nyeri yang terasa berkisar 7-9 (sangat

nyeri).

Riwayat Penyakit Dahulu :

Klien mengatakan bahwa baru pertama kali klien mengalami kecelakaan

yang mengakibatkan fraktur. Sebelumnya klien pernah jatuh dari Motor, namun

tidak sampai mengakibatkan gangguan kesehatan.

 

Riwayat Penyakit Keluaraga :

38

Page 39: Makala h

Keluarga Klien mengatakan bahwa keluarganya baru mengalami musibah

seperti sekarang ini, dan sebelumnya tidak pernah ada anggota keluarga yang

mengalami penyakit serupa.

Riwayat Activity Daily Living

No Kebutuhan Sebelum Sakit Setelah Sakit

1. Nutrisi1. BB/TB2. Diet3. Kemampuan Mengunyah4. Kemampuan Menelan5. Frekuensi6. Porsi

7. Makanan Alergik

69 Kg/150 cm

Tidak dibatasi

Baik

Baik

2-3 kali/hari

Banyak

Tidak ada

69Kg/150 cm

Tidak dibatasi

baik

baik

2-3 kali/hari

Sedikit

Tidak ada

2. Cairan

Intake

1. ORAL

Jenis jumlah

1. Intravena

Jenis

Jumlah

Kopi, teh, suplemen

Sedang

-

-

Air putih

Sedang

NaCl

4 plebot/hari

3. Eliminasi1. BAB1) Frekuensi2) Konsistensi3) Warna4) Keluhan5) Bantuan

1. BAK1) Frekuensi

2-3 kali/hari

Lembek

Khas

Tidak ada

Tidak

1-2 kali/hari

Lembek

Khas

Tidak ada

Total

39

Page 40: Makala h

2) Konsistensi

3) Warna

4) Keluhan

5) Bantuan

5-6 kali/hari

Cair

Khas

Tidak ada

Tidak

3-4 kali/hari

Cair

KHas

Tidak ada

Tidak

4. Istirahat Tidur1. Lama2. Kesulitan awal3. Gangguan

4. Kebiasaan Sebelum Tidur

8-9 Jam/hari

Tidak ada

Tidak ada

Nonton

4-5 Jam/hari

Tidak Ada

Tidak ada

Melamun

5. Personal Hygiene1. Mandi2. Gosok Gigi3. Cuci Rambut4. Gunting Kuku

5. Ganti Pakaian

1-2 kali/hari

1-2 kali/hari

1-2 kali/hari

1-2 kali/bulan

1-2 kali/hari

0 kali/hari

0 kali/hari

0 kali/hari

0 kali/bulan

1-2 kali/hari

Catatan : di Lap

6. Aktivitas1. Mobilitas Fisik2. Olah Raga

3. Rekreasi

Tidak terbatas

Jarang

Kadang-kadang

Terbatas

Tidak

Tidak Pernah

3.2.4 Data Psikologis

Klien terlihat pasrah dengan kondisi kesehatannya yang mengalami

perubahan. Klien mengatakan hanya bisa bersabar mendapatkan musibah yang

terjadi.

3.2.5 Data Sosial

40

Page 41: Makala h

Dukungan orang-orang di sekitar klien cukup kuat. Tetangga, Teman

sejawat dan rekan kerjanya menjenguk klien dan mendoakan agar klien cepat

sembuh.

3.2.6 Data Spiritual

Keluarga klien mengatakan bahwa Klien dapat beribadah secara mandiri,

namun sejak masuk Rumah Sakit, aktivitas Ibadah klien terlupakan.

3.2.7 Data Penunjang Laboratorium

Indicator Hasil Nilai Normal

Haemoglobin 9,8 g/dl LK ; 14 – 16PR ; 12 – 16

Hemotokrit 30 % 35 – 45 %

Leukosit 10.500 5.000 – 10.000

Natrium 145 137 – 147

Kalium 4,0 3,6 – 5,4

Kalsium 1,18 1,15 – 1,29

Ureum 26 15 – 45

Kreatinin 0,77 0,5 – 0,9

GDS 98 76 – 110

3.2.7 Pemeriksaan Fisik

Kepala

1. Bentuk kepala ; Bulat2. Distribusi rambut dan warna, sebaran normal, kurang bersih, warna hitam,

sebagian beruban.

3. Ukuran lingkar kepala 35 cm

Muka

1. simetris kiri kanan

2. hasil Tes nervus 7 ( facialis), tidak ada

kelainan/gangguan. Sensoris : klien dapat membedakan suhu panas dan

dinginpada mandibula. Motorik : kelopak mata kuat

41

Page 42: Makala h

3. Hasil Tes nervus 5 ( trigeminus ), Sensorik :

klien dapat merasakan sentuhan kapas, Motorik : otot maseter baik.

Mata

1. simetris kanan kiri

2. Kelopak mata : Oedema tidak ada,

Ptosis tidak ada.

1. Hasil Pemeriksaan nervus II ( optikus), klien dapat melihat objek (jari)

dengan jelas.

2. Hasil Pemeriksaan nervus III ( Oculomotoris refleks cahaya), pupil kiri

atau kanan tidak isokor

3. Hasil Pemeriksaan Nervus IV ( Troclearis ) pergerakan bola mata baik

4. Hasil Pemeriksaan nervus VI ( Abdusen ) Pergerakan Bola mata ke kiri

dan kanan baik

5. Hasil Pemeriksaan nervus V( Trigeminus) Refleks kornea baik ditandai

dengan Glaberal reflex positif : mengetuk dahi diantara kedua mata

Hidung

1. Posisi hidung simetris kiri kanan

2. Jembatan hidung ada

3. Cuping hidung tidak ada

4. Hasil Pemeriksaan nervus I ( Olfaktoris) tidak ada kelainan.

Mulut

1. Mukosa Bibir kering

2. Gigi dan gusi tidak ada perdarahan atau pembengkakan

3. Hasil Pemeriksaan nervus X ( VAGUS ) Ovula terangkat saat mengatakan

“Ah”.

Telinga

1. Simetris kiri dan kanan

42

Page 43: Makala h

2. Serumen tidak terlihat

3. Hasil Pemeriksaan tes nervus VIII (Acustikus), klien dapat mendengar

bisikan.

4. Dapat Mendengarkan garpu tala (Tes Rinne,Weber)

Leher.

1. Arteri karotis teraba

2. Vena Jugularis teraba, tidak mengalami pembesaran

3. Tampak Luka Insisi Pada Leher Kanan

Dada

1. Bentuk dada simetris kiri dan kanan

2. Wheezing terdengar pada saat inspirasi

3. Hasil Perkusi pada daerah paru suara yang

ditimbulkan adalah sonor

4. Hasil Perkusi pada daerah jantung adalah

pekak.

Abdomen

1. distensi abdomen tidak ada

2. Pembengkakan atau Perdarahan tidak

ada

3. Terdengar suara peristaltic usus.

4. Hasil Perkusi pada daerah hati suara

yang ditimbulkan adakah pekak Perkusi pada daerah lambung suara yang

ditimbulkan adalah timpani

Tangan

1. Jumlah jari – jari 5

2. Kuku pendek dan bersih

3. Kekuatan tangan 5.

Lutut

43

Page 44: Makala h

Reflek patella, Positif

Kaki

1. Jumlah Jari –

jari  5.

2. Refleks

babinsky positif kiri

3. Refleks

Chaddok positif kiri

4. Kekuatan kaki

5 kiri , 0 kanan

5. Terdapat luka

akibat fraktur terbuka

4. Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah

1. DS : Klien Mengeluh nyeriDO : Tampak Luka robekan akibat fraktur tebuka

Tekanan

Pergeseran tulang

Robekan Kulit

Reaksi SSP

Nyeri

Nyeri

2. DS : Klien mengeluh nyeri jika bergerakDO : Klien tampak Lemah, dan meringis saat bergerak. semua Aktivitas memerlukan bantuan keluarga

Tekanan

Pergeseran Tulang

Deformitas

Ekstremitas tidak dapat bergerak dengan baik

Gangguan Mobilitas

Gangguan Mobilitas Fisik

3. DS :-DO : Aktivitas Perawatan Kebersihan diri menurun, Mandi, Cuci Rambut, Potong kuku (kuku Panjang), Gosok Gigi belum dilakukan di

Tekanan

Pergeseran Tulang

Deformitas

Defisit Perawatan Diri

44

Page 45: Makala h

Rumah SakitEkstremitas tidak dapat bergerak

dengan baik

Gangguan Mobilitas

Kelemahan

Defisit Perawatan Diri

4. DS : -DO : Nampak Adanya Luka Robekan akibat fraktur terbuka, Hacting

Tekanan

Pergeseran tulang

Robekan Kulit

Tindakan Operatif (Hacting)

Resiko Tinggi Infeksi

Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan luka insisi akibat tindakan Operatif

2. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kelemahan

3. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan gangguan mobilitas fisik

4. Resiko Tinggi Infeksi berhubungan dengan luka insisi post operatif 

Intervensi Keperawatan

 

No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

1. Nyeri berhubungan dengan luka insisi akibat tindakan Operatif 

Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami

Kriteria Hasil :

Mengungkapkan nyeri dan tegang di perutnya berkurang

Skala nyeri 0-1 ( dari 0 – 10 )

Dapat melakukan

Pertahankan tirah baring.

 

Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya.

 

Ajarkan teknik distraksi.

Meminimalkan stimulasi atau meningkatkan relaksasi.

 

Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri.

 

Pengurangan persepsi nyeri.

45

Page 46: Makala h

tindakan untuk mengurangi nyeri

Kooperatif dengan tindakan yang dilakukan

TTV dalam batas normal ; Suhu : 36-37 0 C, TD : 120/80 mmHg, RR :18-20x/menit, Nadi : 80-100 x/menit

 

 

Kolaborasi pemberian analgetika.

 

Kaji intensitas, karakteristik, dan derajat nyeri.

 

Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik.

 

Pengkajian yang spesifik membantu memilih intervensi yang tepat

2. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kelemahan

pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.Kriteria hasil :- penampilan yang seimbang..- melakukan pergerakkan dan perpindahan.- mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi

Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan.

 

Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas.

 

Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu

 

Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif.

 

 

Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi.

mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi

 

mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktivitas apakah karena ketidakmampuan ataukah ketidakmauan.

 

menilai batasan kemampuan aktivitas optimal.

 

mempertahankan /meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.

 

sebagai suaatu sumber untuk mengembangkan perencanaan dan mempertahankan/meningkatkan mobilitas pasien

46

Page 47: Makala h

3. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan gangguan mobilitas fisik

setelah dilakukan askep selama 2 x 24 jam diharapkan klien dan keluarga mampu merawat diri sendiri

Ganti pakaian yang kotor dengan yang bersih.

 

Berikan HE pada klien dan keluarganya tentang pentingnya kebersihan diri.

 

Berikan pujian pada klien tentang kebersihannya.

 

Bimbing keluarga klien memandikan / menyeka pasien

 

Bersihkan dan atur posisi serta tempat tidur klien.

Untuk melindungi klien dari kuman dan meningkatkan rasa nyaman

 

Agar klien dan keluarga dapat termotivasi untuk menjaga personal hygiene.

 

Agar klien merasa tersanjung dan lebih kooperatif dalam kebersihan

 

Agar keterampilan dapat diterapkan

 

Klien merasa nyaman dengan tenun yang bersih serta mencegah terjadinya infeksi.

4. Resiko Tinggi Infeksi berhubungan dengan luka insisi post operatif

infeksi tidak terjadi

Kriteria Hasil :

Tidak ada tanda-tanda infeksi

Ukur tanda-tanda vital

 

Observasi tanda-tanda infeksi

 

Lakukan perawatan luka dengan menggunakan teknik septik dan aseptik

Observasi luka

 

Untuk mendeteksi secara dini gejala awal terjadinya infeksi

 

Deteksi dini terhadap infeksi akan mudah

Menurunkan terjadinya resiko infeksi dan penyebaran bakteri.

 

Memberikan deteksi dini terhadap infeksi dan perkembangan luka.

47

Page 48: Makala h

 

BAB 4

PENUTUP

1.1 Simpulan

iFraktur os.Mandibula adalah Rusaknya kontinuitas tulang mandibular

yang dapat disebabkan oleh trauma baik secara langsung atau tidak langsung.

Fraktur ini disebabkan oleh trauma (benturan pada tulang), ini sering terjadi pada

kasus kecelakaan. Tanda dan gejala fraktur yaitu, Nyeri hebat di tempat fraktur

dan tak mampu menggerakkan dagu bawah. Fraktur os.mandibula menimbulkan

rasa ketidak nyamanan apalagi jika sampai terjadi komplikasi. Fraktur

os.mandibula jga dapat menimbulkan cemas pada penderitanya akibat

ketidaktahuan tentang penyakit dan pengobatannya.

1.2 Saran

Perlu dilakukannya penyuluhan, pembelajaran dan pemberian informasi

kepada masyarakat yang lainnya mengenai Fraktur Mandibula. Agar masyarakat

tahu tentang penyakit Fraktur Mandibula, penyebab, serta pengobatan dan

penatalaksanaanya. Sehingga masyarakat dapat terhindar dari penyakit tersebut

dan terciptanya kebersamaan serta saling melindungi terlebih dalam kesehatan.

48

Page 49: Makala h

49