makala h

61
MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN “KEWARGANEGARAAN” Disusun oleh : Asti Sundari Ilfa Fauziah Risda Raudhatul Jannah Solehudin Semester I (B) JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

Upload: risda-raudhatul

Post on 23-Dec-2015

26 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makala h

MAKALAHPENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

“KEWARGANEGARAAN”

Disusun oleh :Asti SundariIlfa FauziahRisda Raudhatul JannahSolehudin

Semester I (B)

JURUSAN TARBIYAHPROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAMSAMSUL ‘ULUM KOTA SUKABUMI

2014 – 2015

Page 2: Makala h

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt, karena dengan rahmat dan

karunia-Nya kami dapat memperoleh kesempatan untuk menyelesaikan tugas

makalah Pendidikan Panca Sila dan Kewarganegaraan ini. Di mana tugas makalah

ini adalah sebuah cara untuk menambah wawasan dalam belajar menyusun

makalah. kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak

kekurangannya baik dari segi penulisan maupun dari tatabahasa yang di gunakan,

oleh karena itu kami harapkan segala kritik dan saran yang bersipat membangun

untuk turut membantu memperbaiki makalah ini. Dalam pembuatan makalah ini

membahas tentang Kewarganegaraan.

Terimakasih kepada yang sudah mendukung kami sehingga makalah ini dapat

diselesaikan dengan baik walaupun banyak kekurangan.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat serta ilmu pengetahuan kepada

khususnya pentusun dan umumnya pembaca, mudahimudahan dapat terus di

kembangkan dan di amalkan dalam ke hidupan sehari-hari.

Sukabumi, 8 November 2014

Penyusun

i

Page 3: Makala h

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................. i

Daftar Isi ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................ 1

.................................................................................................

B. Maksud dan Tujuan ................................................................ 1

C. Metode .................................................................................... 2

D. Rumusan Masalah ................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 3

A. Konsep Dasar Warga Negara .................................................. 3

B. Asas-Asas Kewarganegaraan .................................................. 5

C. Unsur-Unsur Yang Menentukan Kewarganegaraan .............. 6

D. Masalah Setatus Kewarganegaraan ........................................ 7

E. Karakteristik Warga Negara Yang Demokrat ......................... 10

F. Kewarganegaraan Indonesia ................................................... 15

G. Hak dan Kewajiban Warga Negara ........................................ 25

BAB III PENUTUP .................................................................................... 30

A. Kesimpulan ............................................................................. 30

Daftar Pustaka ............................................................................................... 32

ii

Page 4: Makala h

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Terbentuknya negara Indonesia dilatar belakangi oleh perjuangan seluruh

bangsa. Sudah sejak lama Indonesia menjadi incaran banyak negara atau bangsa

lain, karena potensinya yang besar dilihat dari wilayahnya yang luas dengan

kekayaan alam yang banyak. Kenyataannya ancaman datang tidak hanya dari luar,

tetapi juga dari dalam. Terbukti, setelah perjuangan bangsa tercapai dengan

terbentuknya NKRI, ancaman dan gangguan dari dalam juga timbul, dari yang

bersifat kegiatan fisik sampai yang idiologis. Meski demikian, bangsa Indonesia

memegang satu komitmen bersama untuk tegaknya negara kesatuan Indonesia.

Dorongan kesadaran bangsa yang dipengaruhi kondisi dan letak geografis dengan

dihadapkan pada lingkungan dunia yang serba berubah akan memberikan motivasi

dlam menciptakan suasana damai.

Melihat luasnya bahasan dari masalah kewaeganegaraan, maka penulis

pada makalah ini hanya menitik beratkan pada pemasalahan tentang

kewarganegaraan.

B. Makasud dan Tujuan

Dalam menyusun makalah ini, penulis memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Untuk memenuhi Tugas yang diberikan oleh Dosen Mata Kuliah Pendidikan

Kewarganegaraan.

2. Dengan disusunnya makalah ini penyusun berharap dapat membantu

memberikan pengetahuan mengenai Kewarganegaraan sehingga dapat

bermanfaat khususnya bagi penyusun makalah dan pada umumnya untuk para

pembaca.

3. Membuka wawasan kita mengenai Kewarganegaraan.

1

Page 5: Makala h

C. Metode

Metode peyusunan makalah ini adalah bersifat Deskriptif yang artinya

menjelaskan dengan metode kajian kepustakaan, yaitu penelitian yang dilakukan

melalui kepustakaan, mengumpulkan data-data dan keterangan melalui buku-buku

dan bahan lainnya yang ada hubungannya dengan masalah-masalah yang diteliti.

D. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas. Dapat di tarik beberapa permasalahan yang

akan dibahas mengenai Kewarganegaraan. Diantaranya :

1. Konsep Dasar Warga Negara

2. Asas-Asas Kewarganegaraan

3. Unsur-Unsur Yang Menentukan Kewarganegaraan

4. Masalah Status Kewarganegaraan

5. Karakteristik Warga Negara Yang Demokrat

6. Kewarganegaraan Indonesia

7. Hak Dan Kewajiban Warga Negara

1

Page 6: Makala h

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Warga Negara

Warga Negara memiliki peranan yang sangat vital bagi terbentuknya dan

berlangsungnya sebuah Negara. Warga Negara merupakan subjek yang

menjalankan roda kenegaraan agar berjalan harmonis. Oleh karena itu,

kepentingan warga negara harus menjadi fokus perhatian pemerintah.1

a. Pengertian Warga Negara

Warga negara sebagai pendukung sebuah Negara merupakan landasan

bagi adanya negara. Dengan kata lain bahwa warga negara adalah salah satu

unsur penting bagi sebuah negara, selain unsur lainnya.

Warga negara itu sendiri bisa diartikan dengan orang-orang sebagai bagian

dari suatu penduduk yang menjadi unsur negara.2 Istilah ini biasa juga disebut

hamba atau kawula negara. Meskipun demikian istilah warga negara dirasa

lebih sesuai dengan kedudukannya sebagai orang-orang merdeka bila

dibandingkan istilah hamba dan kawula negara, karena warga negara

mengandung arti peserta, anggota atau warga yang menjadi bagian dari suatu

negara.

Sejalan dengan definisi di atas, AS Hikam mendefinisikan bahwa warga

negara (citizenship) adalah anggota dari sebuah komunitas yang membentuk

1Joko Budi Santoso dan Rahmawati Yulianti, Pendidikan kewarganegaraan. Sukoharjo : CV Willian. hal. 50.2 Ibid

3

Page 7: Makala h

4

negara itu sendiri.3 Istilah ini menurutnya lebih baik daripada istilah

kawula negara, karena kawula negara betul betul berarti obyek yang berarti

orang yang dimiliki dan mengabdi kepada negara. Istilah warga negara dan

rakyat menunjuk pada obyek yang sama, yakni sebagai anggota negara

Meskipun demikian terdapat perbedaan pengertian antara pengertian

warga negara, rakyat dan bangsa. Warga negara adalah pendukung negara

atau dalam arti lain warga sebuah negara yang bersifat aktif. Sedang rakyat

adalahmasyarakat yang mempunyai persamaan kedudukan sebagai obyek

pengaturan dan penataan oleh negara dan mempunyai ikatan kesadaran

sebagai kesatuan dalam hubungan keorganisasian negara. Istilah warga

negara tidak menunjuk pada obyek yang sama dengan istilah penduduk.

Warga negara sebuah negara belumlah tentu merupakan penduduk negara

tersebut. Penduduk adalah orang-orang yang bertempat tinggal secara sah

dalam suatu negara berdasarkan peraturan perundangan kependudukan sah

dari negara yang bersangkutan. Baik status sebagai warga negara maupun

sebagai penduduk mempunyai konsekuensi hukum, yaitu menyangkut hak-

hak dan kewajibannya. Konsekuensi hukum dari status warga negara lebih

luas dari pada status sebagai penduduk. Pembagian penduduk menjadiwarga

negara dan orang asing sangatlah penting. Hal ini dikarenakan beberapa hak

dan kewajiban yang dimiliki warga negara dengan orang asing berbeda. Hak

dan kewajiban penduduk yang bukan warga negara adalah terbatas.

3 Joko Budi Santoso dan Rahmawati Yulianti, Pendidikan kewarganegaraan.sukoharjo:CV Willian.hal. 50.

Page 8: Makala h

5

B. Asas-Asas Kewarganegaraan

Asas kewarganegaraan adalah dasar berpikir dalam menentukan masuk

tidaknya seseorang dalam golongan warga Negara dari suatu Negara tertentu.4

Pada umumnya asas kewarganegaraan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Asas ius sanguinis (asas keturunan) yaitu kewarganegaraan seseorang di

tentukan berdasarkan pada keturunan orang yang bersangkutan misalnya

seseorang di lahirkan di Negara A, sedangkan orang tuanya

berkewarganegaraan B, maka ia adalah warga Negara B. jadi berdasarkan

asasini, kewarganegaraan anak selalu mengikuti kewarganegaraan orang

tuanya tanpa memperhatikan di mana anak itu lahir.

b. Asas ius soli (asas kedaerahan), yaitu kewarganegaraan seseorang di

tentukan berdasarkan tempat kelahirannya. misalnya, seseorang di lahirkan

di Negara B, sedangkan orang tuanya berkewanegaraan A, maka ia adalah

warga Negara B. jadi menurut asas ini kewarganegaraan seseorang tidak

terpengaruh oleh kewarganegaraan orang tuanya, karena yang menjadi

patokan adalah tempat kelahirannya.

Menurut penjelasan Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2006 tentang

kewarganegaraan Republik Indonesia dinyatakan bahwa Indonesia dalam

penentuan kewarganegaraan menganut asas-asas sebagai berikut5:

a. Asas ius sanguinis, yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan

seseorang berdasarkan keturunan, bukan berdasarkan Negara tempat di

lahirkan.

4 Dadang Sundawa dan Nasiwan,Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,kemendikbud 2014, hal 415 Ibid hal 42

Page 9: Makala h

6

b. Asas ius soli, yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang

berdasarkan Negara tempat kelahiran, yang di berlakukan terbatas bagi

anak-anak sesuai dengan ketentuan yang di atur undang-undang.

c. Asas kewarganegaraan tunggal, yaitu asas yang menentukan suatu

kewarganegaraan bagi setiap orang.

d. Asas kewarganegaraan ganda terbatas, yaitu asas yang menentukan

kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang di

atur oleh undang-undang.

C. Unsur-Unsur Yang Menentukan Kewarganegaraan

1. IUS SOLI

Ius soli atau jus soli (bahasa Latin untuk "hak untuk wilayah") adalah hak

mendapatkan kewarganegaraan yang dapat diperoleh bagi individu berdasarkan

tempat lahir di wilayah dari suatu negara. Dia berlawanan dengan jus sanguinis

(hak untuk darah).

Biasanya sebuah peraturan praktikal pemerolehan nasionalitas atau

kewarganegaraan sebuah negara oleh kelahiran di wilayah tersebut diberikan

oleh sebuah hukum turunan disebut lex soli. Banyak negara memberikan lex

soli tertentu, dalam aplikasi dengan jus soli yang bersangkutan, dan aturan ini

yang paling umum untuk memperoleh nasionalitas.

Sebuah pengecualian lex soli diterapkan bila anak yang dilahirkan orang

tuanya adalah seorang diplomat dari negara lain, yang dalam misi di negara

bersangkutan. Namun, banyak negara memperketat lex soli dengan

mengharuskan paling tidak salah satu orang tua harus memiliki warga negara

Page 10: Makala h

7

yang bersangkutan atau izin tinggal resmi lainnya pada saat kelahiran anak

tersebut. Alasan utama menerapkan aturan tersebut adalah untuk membatasi

jumlah orang bepergian ke negara lain dengan tujuan mendapatkan

kewarganegaraan untuk seorang anak.

2. IUS SANGUINIS

Ius sanguinis atau jus sanguinis (bahasa Latin untuk "hak untuk darah")

adalah hak kewarganegaraan yang diperoleh seseorang (individu) berdasarkan

kewarganegaraan ayah atau ibu biologisnya. Kebanyakan bangsa yang

memiliki sejarah panjang menerapkan asas ini, seperti negara-negara di Eropa

dan Asia Timur.

3. NATURALISASI

Naturalisasi adalah proses perubahan status dari penduduk asing menjadi

warga negara suatu negara. Proses ini harus terlebih dahulu memenuhi

beberapa persyaratan yang ditentukan dalam peraturan kewarganegaraan

negara yang bersangkutan. Hukum naturalisasi di setiap negara berbeda-beda.

Di Indonesia, masalah kewarganegaraan diatur dalam Undang-Undang No. 62

tahun 1958.

D. Masalah Setatus Kewarganegaraan

1. APATRIDE

Apatride, yakni kasus dimana seorang anak tidak memiliki

kewarganegaraan. Keadaan ini terjadi karena seorang Ibu yang berasal dari

negara yang menganut asas ius soli melahirkan seorang anak di negara yang

menganut asas ius sanguinis. Sehingga tidak ada negara baik itu negara asal

Page 11: Makala h

8

Ibunya ataupun negara kelahirannya yang mengakui kewarganegaraan anak

tersebut.

Apartride ( tanpa Kewarganegaraan ) timbul apabila menurut peraturan

Kewarganegaraan, seseorang tidak diakui sebagai warganegara dari negara

manapun.6 Misalnya, Agus dan Ira adalah suami istri yang berstatus

warganegara B yang berasas ius-soli. Mereka berdomisili di negara A yang

berasas ius-sanguinis. Kemudian lahirlah anak mereka Budi, menurut negara

A, Budi tidak diakui sebagai warganegaranya, karena orang tuanya bukan

warganegaranya. Begitu pula menurut negara B, Budi tidak diakui sebagai

warganegaranya, karena lahir di wilayah negara lain. Dengan demikian Budi

tidak mempunyai kewarganegaraan atau apatride.

2. BIPATRIDE

Bipatride, yakni timbulnya 2 kewarganegaraan. Hal ini terjadi karena

seorang Ibu berasal dari negara yang menganut asas ius sanguinis melahirkan

seorang anak di negara yang menganut asas ius soli. Sehingga kedua negara

(negara asal dan negara tempat kelahiran) sama-sama memberikan status

kewarganegaraannya.

Bipatride ( dwi Kewarganegaraan ) timbul apabila menurut peraturan dari

dua negara terkait seseorang dianggap sebagai warganegara kedua negara itu.7

Misalnya, Adi dan Ani adalah suami istri yang berstatus warga negara A

namun mereka berdomisili di negara B. Negara A menganut asas ius-sanguinis

dan negara B menganut asas ius-soli. Kemudian lahirlah anak mereka Dani.

6Kaelan dan Achmad Jubaidi,pendidikan kewarganegaraan, Yogyakarta:paradigm,2010. Hal. 1187 Kaelan dan Achmad Jubaidi,pendidikan kewarganegaraan, Yogyakarta:paradigm,2010. Hal. 118

Page 12: Makala h

9

Menurut negara A yang menganut asas ius-sanguinis, Dani adalah warga

negaranya karena mengikuti Kewarganegaraan orang tuanya. Menurut negara

B yang menganut ius-soli, Dani juga warga negaranya, karena tempat

kelahirannya adalah di negara B dengan demikian Dani mempunyai status dua

kewarganegaraan atau bipatride.

3. MULTIPATRIDE

Seseorang yang memiliki 2 atau lebih kewarganegaraan Contoh : Seorang

yang BIPATRIDE juga menerima pemberian status kewarganegaraan lain

ketika dia telah dewasa, dimana saat menerima kewarganegaraan yang baru ia

tidak melepaskan status bipatride-nya.

Misalnya ada seorang anak yang orangtuanya berasal dari negara yang

menganut paham Ius Soli dan Ius sanguinistetapi dia dilahirkan di negara netral

atau yang tidak menganut kedua paham tersebut.

Dalam menentukan status kewarganegaraan seseorang, pemerintah suatu

Negara lazim menggunakan dua stelsel, yaitu :

a. Stelsel aktif, yaitu seseorang harus melakukan tindakan hukum tertentu

secara aktif untuk menjadi warga Negara (naturalisasi biasa)

b. Stelsel pasif, yaitu seseorang dengan sendirinya dianggap menjadi warga

Negara tanpa melakukan satu tindakan hukum tertentu (naturalisasi

istimewa)

Berkaitan dengan kedua stelsel tadi, seorang warga negara dalam suatu

Negara pada dasarnya mempunyai :

Page 13: Makala h

10a. Hak opsi, yaitu hak untuk memilih suatu kewarganegaraan (dalam stelsel

aktif)

b. Hak repudasi, yaitu hak untuk menolak suatu kewarganegaraan (stelsel

pasif).8

E. Karakteristik Warga Negara Yang Demokrat

Untuk membangun suatu tatanan masyarakat yang demokratis dan

berkeadaban, maka setiap warga negara haruslah memiliki karakter atau

jiwa yang demokratis juga. Ada beberapa karakteristik bagi warga negara

yang disebut sebagai warga yang demokrat. Yakni antara lain :

a. Rasa Hormat Dan Tanggung Jawab

Sebagai warga negara yang demokratis, hendaknya memiliki rasa hormat

terhadap sesama warga negara terutama dalam konteks adanya pluralitas

masyarakat Indoneesia yang terdiri dari berbagai etnis, suku, ras, keyakinan,

agama, dan ideologi politik. Selain itu, sebagai warga negara yang demokrat,

seorang warganegara juga dituntut untuk turut bertanggung jawab menjaga

keharmonisan hubungan antar etnis serta keteraturan dan ketertiban negara

yang berdiri diatas pluralitas tersebut.

Contoh:

. Kita sebagai warga negara harus memiliki rasa hormat kepada sesama

manusia

· Kita sebagai warga negara yang baik harus memiliki rasa tanggung jawab

yang besar atas segala perbuatan yang kita lakukan

b. Bersikap Kritis

8 Dadang Sundawa dan Nasiwan,Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,kemendikbud 2014, hal 42

Page 14: Makala h

10

Warga negara yang demokrat hendaknya selalu bersikap kritis, baik

terhadap kenyataan empiris (realitas soaial, budaya, dan politik) maupun

terhadap kenyataan supra empiris (agama, mitologi, kepercayaan). Sikap kritis

juga harus ditunjukkan pada diri sendiri. Sikap kritis pada diri sendiri itu tentu

disertai sikap kritis terhadap pendapat yang berbeda. Tentu saja sikap kritis ini

harus didukung oleh sikap yang bertanggung jawab terhadap apa yang harus

dikritisi.

Contoh:

· Sebagia warga negara yang baik harus memiliki sikap keritis, karena sikap

keritis itu di dukung oleh tanggung jawab terhadap apa yang telah kita lakukan.

c. Membuka Diskusi Dan Dialog

Perbedaan pendapat dan pandangan serta perilaku merupakan realitas

empirik yang pasti terjadi di ditengah komunitas warga negara, apalagi

ditengah komunitas masyarakat yang plural dan multi etnik. Untuk

meminimalisasikan konflik yang ditimbulkan dari perbedaan tersebut, maka

membuka ruang untuk berdikusi dan berdialog merupakan salah satu solusi

yang bisa digunakan. Oleh karenanya, sikap membuka diri untuk berdialog dan

diskusi merupakan salah satu ciri sikap warga negara yang demokrat.

Contoh:

. Kita sebagai warga negara demokrasi hendaklah memiliki sikap diskusi dan

berdialog dengan sesama warga negara sendiri maupun asing.

d. Bersifat Terbuka

Page 15: Makala h

12

Sikap terbuka merupakan bentuk penghargaan terhadap kebebasan sesama

manusia, termasuk rasa menghargai terhadap hal-hal yang tidak biasa atau baru

serta pada hal-hal yang mungkin asing. Sikap terbuka yang didasarkan atas

kesadaran akan pluralisme dan keterbatasan diri akan melahirkan kemampuan

untuk menahan diri dan tidak secepatnya menjatuhkan penilaian dan pilihan.

Contoh :

· Kita sebagai warga negara demokrasi harus memiliki sikap terbuka demi

ketentraman negara kita.

e. Rasional

Bagi warga negara yang demokrat, memiliki kemampuan untuk

mengambil keputusan secara bebas dan rasional adalah sesuatu hal yang harus

dilakukan. Keputusan-keputusan yang diambil secara rasional akan

mengantarkan sikap yang logis yang ditampilkan oleh warga negara.

Sementara, sikap dan keputusan yang diambil secara tidak rasional akan

membawa implikasi emosional dan cenderung egois. Masalah-masalah yang

terjadi di lingkungan warga negara, baik persoalan plitik, budaya, sosial, dan

sebagainya, sebaiknya dilakukan dengan keputusan-keputusan yang rasional.

Contoh:

· Kita sebagai warga negara yang baik harus memiliki rasa rasional demi

kesejateraan negara kita

Page 16: Makala h

13f. Adil

Sebagai warga negara yang demokrat, tidak ada tujuan baik, yang patut

diwujudkan dengan cara-cara yang tidak adil. Penggunaan cara-cara yang tidak

adil merupakan bentuk pelanggaran hak asasi dari orang yang diperlakukan

tidak adil., dengan semangat keadilan, maka tujuan-tujuan bersama bukanlah

suatu yang didektekan akan tetapi ditawarkan. Mayoritas suara bukanlah diatur

tetapi diperoleh.

g. Jujur

Memiliki sifat dan sikap yang jujur bagi warga negara merupakan sesuatu

yang mutlak. Kejujuran merupakan kunci bagi terciptanya keselarasan dan

keharmonisan hubungan antar warga negara. Sikap jujur bisa diterapkan

disegala sektor, baik politik, sosial, dan sebagainya. Kejujuran politik adalah

bahwa, kesejahteraan warga negara merupakan tujuan yang ingin dicapai, yaitu

kesejahteraan dari masyarakat yang memilih para politisi. Ketidak jujuran

politik adalah seorang politisi mencari keuntungan bagi dirinya sendiri atau

mencari keuntungan demi partainya, karena partai itu penting bagi

kedudukannya.

Contoh:

· Kita sebagai warga negara yang baik harus memiliki sikap jujur kepada setiap

masyarakat, karena kejujuran adalah kuci terciptanya keselarasan dan

keharmonisan hubungan antar warga Negara.

Beberapa karakteristik warga yang demokrat diatas, merupakan sikap dan

sifat yang seharusnya melekat pada seorang warga negara. Hal ini akan

menampilkan sosok warga negara yang otonom, yakni mampu mempengarui

Page 17: Makala h

13

dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan ditingkat lokal secara

mandiri. Sebagai warga negara yang otonom, ia mempunyai karakteristik

lanjutan sebagai berikut :

Memiliki kemandirian. Mandiri berarti tidak mudah dipengaruhi atau

dimobilisasi, teguh pendirian, dan bersikap kritis pada segenap

keputusan publik.

Memiliki tanggung jawab pribadi, politik, dan ekonomi sebagai warga

negara, khususnya dilingkungan masyarakat yang terkecil seperti RT,

RW, Desa, dan seterusnya. Atau juga dilingkungan sekolah dan

perguruan tinggi.

Menghargai martabat manusia dan dan kehormatan pribadi. Menghargai

berarti menghormati hak-hak asasi dan privasi pribadi setiap orang

tanpa membedakan ras, warna kulit, golongan, ataupun warga negara

yang lain.

Berpartisipasi dalam urusan kemasyarakatan dengan pikiran dan sikap

yang santun. Warga negara yang otonom secara efektif mampu

mempengarui dan berpartisipasi dalam proses-proses pengambilan

kebijakan pada level sosial yang paling kecil dan lokal, misalnya dalam

rapat kepanitiaan, pertemuanrukun warta, termasuk juga mengawasi

kinerja dan kebijakan parlemen dan pemerintahan.

Mendorong berfungsinya demokrasi konstitusional yang sehat. Tidak

ada demokrasi tanpa aturan hukum dan konstitusi. Tanpa konstitusi,

Page 18: Makala h

15 demokrasi akan menjadi anarkhi. Karena itu, warga negara yang

otonom harus melakukan empat hal untuk mewujudkan demokrasi

konstitusional, yaitu :

a. Menciptakan kultur tat hukum yang sehat dan aktif. (culture of

law).

b. Ikut mendorong proses pembuatan hukum yang aspiratif. (process

of low making).

c. Mendukung pembuatan-pembuatan materi-materi hukum yang

responsif. (content of law).

d. Ikut menciptakan aparat penegak hukum yang jujur dan

bertanggung jawab(structure of low).

F. Kewarganegaraan Indonesia

Dalam suatu Negara rakyat merupakan penghuni Negara yang mempunyai

peranan penting dalam merencanakan, mengelola, dan mewujudkan tujuan

Negara. Kewarganegaraan RI sebelum berlakunya UU No. 12 tahun 2006 Untuk

melaksanakan ketentuan pasal 26 UUD 1945, dibuatlah undang-undang

pelaksanaan, yakni undang-undang yang mengatur tentang kewarganegaraan

Indonesia. Sejak merdeka tanggal 17 Agustus 1945 sampai sekarang undang-

undang mengenai kewarganegaraan Indonesia, adalah sebagai berikut:

a. Undang-undang No. 3 tahun 1946

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 sudah memuat mengenai

kewarganegaraan yang tercantum pada pasal 26 Ayat 1 dan 2.

Page 19: Makala h

161) Pasal 26 Ayat (1) berbunyi “ yang menjadi warga Negara adalah orang-

orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan

dengan undang-undang sebagai WNI”.

2) Pasal 26 ayat (2) berbunyi “ syarat-syarat mengenai kewarganegaraan

ditetapkan dengan undang-undang”.

Sebagai pelaksanaan Pasal 26, pada tanggal 10 April 1946 diundangkan

UU No. 3 Tahun 1946. WNI menurut UU No. 3 Tahun 1946 diantaranya:

a. Penduduk asli dalam wilayah RI termasuk anak-anak dari penduduk asli.

b. Istri dari seorang warga negara Indonesia Dalam suatu Negara rakyat

merupakan penghuni Negara yang mempunyai peranan penting dalam

merencanakan, mengelola, dan mewujudkan tujuan Negara. Kewarganegaraan

RI sebelum berlakunya UU No. 12 tahun 2006Untuk melaksanakan ketentuan

pasal 26 UUD 1945, dibuatlah undang-undang pelaksanaan, yakni undang-

undang yang mengatur tentang kewarganegaraan Indonesia. Sejak merdeka

tanggal 17 Agustus 1945 sampai sekarang undang-undang mengenai

kewarganegaraan Indonesia, adalah sebagai berikut:

a. Undang-undang No. 3 tahun 1946

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 sudah memuat mengenai

kewarganegaraan yang tercantum pada pasal 26 Ayat 1 dan 2.

1) Pasal 26 Ayat (1) berbunyi “ yang menjadi warga Negara adalah

orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang

disahkan dengan undang-undang sebagai WNI”.

2) Pasal 26 ayat (2) berbunyi “ syarat-syarat mengenai

kewarganegaraan ditetapkan dengan undang-undang”.

Page 20: Makala h

16

Sebagai pelaksanaan Pasal 26, pada tanggal 10 April 1946

diundangkan UU No. 3 Tahun 1946. WNI menurut UU No. 3 Tahun

1946 diantaranya:

a. Penduduk asli dalam wilayah RI termasuk anak-anak dari penduduk

asli.

b. Istri dari seorang warga negara Indonesia

c. Keturunan dari seorang WNI yang kawin dengan WNA

d. Anak-anak yang dilahirkan di wilayah RI dan tidak diketahui siapa

orang tuanya

e. Anak-anak yang lahir di wilayah RI yang oleh orang tuanya tak

diakui secara sah

f. Anak-anak yang lahir dalam waktu 300 hari setelah ayahnya yang

mempunyai kewarganegaraam Indonesia meninggal dunia

g. Orang yang bukan penduduk asli Indonesia terakhir telah

berdomisili di Indonesia selama 5 tahun berturut-turut dan telah

berusia 21 tahun atau telah kawin. Jika keberatan menjadi WNI, ia

boleh menolak dengan keterangan, bahwa ia adalah warga negara

orang lain.

h. Masih menjadi warga negara Indonesia dengan jalan

pewarganegaraan / naturalisasi.

b. Syarat untuk menjadi WNI menurut UU No. 62 Tahun 1958

Page 21: Makala h

18Syarat untuk menjadi WNI menurut UU No. 62 Tahun 1958 antara lain :

1. Pada waktu lahirnya mempunyai hubungan kekeluargaan dengan

seseorang WNI (misalnya ayahnya WNI).

2. Lahir dalam waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia

adalah WNI.

3. Lahir di wilayah RI selama orang tuanya tidak diketahui

4. Memperoleh kewarganegaraan Indonesia menurut UU No.62

Tahun 1958, diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Anak orang asing yang berumur 5 tahun yang diambil oleh

seorang WNI, jika pengangkatan tersebut disahkan oleh

Pengadilan.

b. Negeri Anak di luar perkawinan dengan seorang ibu WNI

c. Menjadi warga negara karena naturalisasi dan sebagainya.

d. Hilangnya Kewarganegaraan menurut UU No.3 Tahun 1976

Menurut UU No. 3 Tahun 1976 menegaskan bahwa:

1. Seorang yang kehilangan kewarganegaraan RI dapat memperoleh

kewarganegaraan RI kembali, jika ia berdomisili di Indonesia

berdasarkan kartu izin masuk dan menyatakan keterangan untuk masuk

menjadi warga negara Indonesia. Keterangan itu harus dinyatakan

kepada Pengadilan Negeri dari tempat tinggalnya dalam 1 tahun setelah

orang tersebut berdomisili di Indonesia

2. Seseorang yang berdomisili di luar negeri yang telah kehilangan

kewarganegaraan RI karena sebab-sebab diluar kesalahannya, sebagai

akibat dari keadaan di negara tempat tinggalnya yang menyebabkan

Page 22: Makala h

18

tidak dapat dilaksanakannya kewajibannya sebagaimana diatur oleh

ketentuan tersebut dapat memperoleh kembali kewarganegaraan RI :

a. Jika ia melaporkan diri dan mengatakan keterangan itu kepada

perwakilan RI di negara tempat tinggalnya dalam jangka waktu 1

tahun terhitung sejak tanggal diundangkannya UU ini.

b. Jika ia melaporkan diri dan menyatakan keterangan untuk itu kepada

perwakilan RI di negara terdekat dari tempat tinggalnya dalam

jangka waktu 2 tahun setelah berlakunya UU ini.

c. Selain menyatakan keterangan untuk memperoleh kembali

kewarganegaraan RI, maka orang yang bersangkutan menunjukkan

hal berikut:

Keinginan sungguh-sungguh menjadi WNI

Kesetiaannya terhadap negara RI

d. Seseorang yang telah menyatakan keterangan dan memperoleh

kembali kewarganegaraan RI dalam waktu 1 tahun setelah

melaporkan diri dan menyatakan keterangan serta ternyata

memenuhi syarat-syarat tersebut dan mendapat keputusan dari

menteri kehakiman. Keputusan menteri kehakiman yang mulai

berlaku pada hari-hari pemohon menyatakan sumpah atau janji serta

di hadapan perwakilan RI.

Page 23: Makala h

20e. Cara Memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia menurut

UU No. 12 Tahun 2006.

Menurut UU No. 12 Tahun 2006.

1. Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan

dan/atau berdasarkan perjanjian pemerintah RI dengan negara lain

sebelum UU ini berlaku sudah menjadi WNI

2. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan

ibu WNI

3. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI

dan ibu WNA

4. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah

WNA dan ibu WNI

5. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI

tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan kepada anak

tersebut.

6. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya

meninggal dunia , dari perkawinan yang sah dan ayahnya WNI

7. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu

WNI

8. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu

WNA yang diakui oleh seorang ayahnya WNI sebagai anaknya

dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18

tahun atau belum kawin

Page 24: Makala h

20

9. Anak yang lahir diwilayah negara RI yang pada waktu lahir tidak

jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya.

10. Anak yang baru lahir yang ditemukan diwilayah negara RI selama

ayah dan ibunya tidak diketahui

11. Anak yang lahir diwilayah negara RI apabila ayah dan ibunya

tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui

keberadaannya.

12. Anak yang dilahirkan diluar wilayah negara RI dari seorang ayah

dan ibu WNI yang karena ketentuan dari negara tempat anak

tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak

yang bersangkutan.

13. Anak dari seorang ayah dan ibu yang telah dikabulkan

permohonan kewarganegaraannya, kemudian ayah dan ibunya

meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau mengatakan

janji setia.

Keturunan dari seorang WNI yang kawin dengan WNA

Anak-anak yang dilahirkan di wilayah RI dan tidak diketahui

siapa orang tuanya.

f. Anak-anak yang lahir di wilayah RI yang oleh orang tuanya tak

diakui secara sah

g. Anak-anak yang lahir dalam waktu 300 hari setelah ayahnya

yang mempunyai kewarganegaraam Indonesia meninggal dunia

Page 25: Makala h

22

h. Orang yang bukan penduduk asli Indonesia terakhir telah

berdomisili di Indonesia selama 5 tahun berturut-turut dan telah

berusia 21 tahun atau telah kawin. Jika keberatan menjadi

i. WNI, ia boleh menolak dengan keterangan, bahwa ia adalah

warga negara orang lain.

j. Masih menjadi warga negara Indonesia dengan jalan

pewarganegaraan / naturalisasi.

b. Syarat untuk menjadi WNI menurut UU No. 62 Tahun 1958

Syarat untuk menjadi WNI menurut UU No. 62 Tahun 1958 antara

lain :

1. Pada waktu lahirnya mempunyai hubungan kekeluargaan dengan

seseorang WNI (misalnya ayahnya WNI)

2. Lahir dalam waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia adalah

WNI

3. Lahir di wilayah RI selama orang tuanya tidak diketahui

4. Memperoleh kewarganegaraan Indonesia menurut UU No. 62 Tahun

1958, diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Anak orang asing yang berumur 5 tahun yang diambil oleh seorang

WNI, jika pengangkatan tersebut disahkan oleh Pengadilan Negeri

b. Anak di luar perkawinan dengan seorang ibu WNI

c. Menjadi warga negara karena naturalisasi dan sebagainya.

c. Hilangnya Kewarganegaraan menurut UU No.3 Tahun 1976

Menurut UU No. 3 Tahun 1976 menegaskan bahwa :

Page 26: Makala h

23

1. Seorang yang kehilangan kewarganegaraan RI dapat memperoleh

kewarganegaraan RI kembali, jika ia berdomisili di Indonesia berdasarkan

kartu izin masuk dan menyatakan keterangan untuk masuk menjadi warga

negara Indonesia. Keterangan itu harus dinyatakan kepada Pengadilan

Negeri dari tempat tinggalnya dalam 1 tahun setelah orang tersebut

berdomisili di Indonesia

2. Seseorang yang berdomisili di luar negeri yang telah kehilangan

kewarganegaraan RI karena sebab-sebab diluar kesalahannya, sebagai

akibat dari keadaan di negara tempat tinggalnya yang menyebabkan tidak

dapat dilaksanakannya kewajibannya sebagaimana diatur oleh ketentuan

tersebut dapat memperoleh kembali kewarganegaraan RI :

a. Jika ia melaporkan diri dan mengatakan keterangan itu kepada

perwakilan RI di negara tempat tinggalnya dalam jangka waktu 1

tahun terhitung sejak tanggal diundangkannya UU ini.

b. Jika ia melaporkan diri dan menyatakan keterangan untuk itu

kepada perwakilan RI di negara terdekat dari tempat tinggalnya

dalam jangka waktu 2 tahun setelah berlakunya UU ini

c. Selain menyatakan keterangan untuk memperoleh kembali

kewarganegaraan RI, maka orang yang bersangkutan menunjukkan

hal berikut:

> Keinginan sungguh-sungguh menjadi WNI

> Kesetiaannya terhadap negara RI

Page 27: Makala h

24

d. Seseorang yang telah menyatakan keterangan dan memperoleh

kembali kewarganegaraan RI dalam waktu 1 tahun setelah

melaporkan diri dan menyatakan keterangan serta ternyata

memenuhi syarat-syarat tersebut dan mendapat keputusan dari

menteri kehakiman. Keputusan menteri kehakiman yang mulai

berlaku pada hari-hari pemohon menyatakan sumpah atau janji

serta di hadapan perwakilan RI.

d. Cara Memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia menurut

UU No. 12 Tahun 2006

1. Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/atau

berdasarkan perjanjian pemerintah RI dengan negara lain sebelum UU ini

berlaku sudah menjadi WNI

2. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu

WNI

3. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan

ibu WNA

4. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNA dan

ibu WNI

5. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI tetapi

ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan kepada anak tersebut.

6. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya

meninggal dunia , dari perkawinan yang sah dan ayahnya WNI

7. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI

Page 28: Makala h

25

8. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu WNA

yang diakui oleh seorang ayahnya WNI sebagai anaknya dan pengakuan

itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 tahun atau belum kawin

9. Anak yang lahir diwilayah negara RI yang pada waktu lahir tidak jelas

status kewarganegaraan ayah dan ibunya.

10. Anak yang baru lahir yang ditemukan diwilayah negara RI selama

ayah dan ibunya tidak diketahui

11. Anak yang lahir diwilayah negara RI apabila ayah dan ibunya tidak

mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya.

12. Anak yang dilahirkan diluar wilayah negara RI dari seorang ayah dan

ibu WNI yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut

dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan.

13. Anak dari seorang ayah dan ibu yang telah dikabulkan permohonan

kewarganegaraannya, kemudian ayah dan ibunya meninggal dunia

sebelum mengucapkan sumpah atau mengatakan janji setia.

G. HAK dan Kewajiban Warga Negara

Hak dasar sebagai suatu bangsa yang merdeka dan berdauat serta bebas dari

segala macam bentuk penjajahan (Pembukaan UUD 1945, alinea 1), dan hak dasar

sebagai warga negara dalam berbagai bidang kehidupan9 , antara lain:

a. Menyatakan diri sebagai warga negara dan penduduk Indonesia atau ingin

menjadi warga negara suatu negara (pasal 26)

b. Bersamaan kedudukan di dalam hukum dan pemerintahan (pasal 27 ayat (1)

9 Budiyanto,pendidikan kewarganegaraan, Jakarta:erlangga.2006. hal.135

Page 29: Makala h

26

c. Memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak (pasal 27 ayat (2))

d. Kemerdekaan berserikat , berkumpul, mengeluarkan pikiran lisan dan

tulisan (pasal 28 )

e. Mempertahankan hidup dan kehidupannya sebagai hak asasi manusia (pasal

28 A)

f. Jaminan memeluk salah satu agama dan pelaksanaan ajaran agamanya

masing-masing.

g. Ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara ( pasal 30 )

h. Mendapat pendidikan ( pasal 31 )

i. Mengembangkan kebudayaan nasional ( pasal 32 )

j. Berhak dalam mengembangkan usaha-usha bidnag ekonomi ( pasal 33 )

k. Memperoeh jaminan pemeliharaan dari pemerintah sebagai fakir miskin

( pasal 34)

Kewajiban dasar sebagai warga negara dalam berbagai bidang kehidupan

antara lain :

a. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan ( Pembukaaan

UUD 1945 , alinea 1 )

b. Menghargai nilai-nilai persatuan , kemerdekaan, dan kedaulatan bangsa

(pembukaan UUD 1945, alinea II)

c. Menjunjung tinggi dan setia kepada konstitusi negara ( Pembukaan UUD

1945 alinea IV )

d. Setia membayar pajak untuk negara ( Pasal 23 ayat 2 )

Page 30: Makala h

27e. Wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan dengan tidak ada

kecualinya (Pasal 27 ayat 1)

f. Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara (pasal 30

ayat 1)

g. Wajib menghormati bendera negara Indonesia sang merah putih (pasal 35)

h. Wajib menghormati bahasa negara bahasa Indonesia

i. Wajib menjujung tinggi lambang negara Garuda Pancasila dengan

semboyan Bhineka Tunggal Ika ( Pasal 36 A)

j. Wajib menghormati lagu kebangsaan Indonesia Raya ( Pasal 36 B)

Hak – hak dan kewajiban dasar sebagai warga negara pentig untuk dipahami

dalam pelaksanaan demokrasi yang berdampak pada penyeenggaraan negara dan

stabilitas politik negara. Sebagai salah satu perwujudan pelaksanaan hak dan

kewajiban warga negara dalam berdemokrasi, setiap warga negara dituntut untuk

menunjukan sikap positif dalam pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila

yang mencakup :

1. Melaksanakan hak pilih dan dipilih dalam pemilihan umum

2. Menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan Republik Indonesia

3. Menyukseskan pemilihan umum yang jujur dan adil

4. Melaksanakan GBHN dan ketetapan – ketetapan MPR lainnya

5. Bermusyawarah untuk mufakat dalam mengambil keputusan yang

menyangkut kepentingan bersama

6. Saling mendukung dalam usaha pembelaan Negara

7. Saling menghormati kebebasan dalam beragama

Page 31: Makala h

27

Berikut ini contoh hak dan kewajiban warga negara Indonesia dalam

pelaksanaan demokrasi di Indonesia :

1. Hak dibidang politik, misalnya mempunyai hak untuk memilih dan dipilih,

mendirikan dan memasuki suatu organisasi sosial politik, dan ikut serta

dalam pemerintahan

2. Hak dibidang pendidikan , misalnya mempunyai hak untuk memperoleh

pendidikan, mengembangkan karir pendidikan, mendirikan lemba

pendidikan swasta, dan ikut serta mengenai pendidikan

3. Hak di bidang ekonomi, misalnya setiap warga negara mempunyai hak

untuk memperoleh pekerjaan, memperoleh penghidupan yang layak , hak

memiliki barang, dan hak untuk berusaha

4. Hak di bidang sosial budaya , misalnya setiap warga negara Indonesia

mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan sosial, kesehatan,

pendidikan, penerangan , hak untuk mengembangkan bahasa, adat istiadat,

dan budaya daerah masing-masing, dan hak untuk mendirikan lembaga

sosial lainnya

Tanggung jawab warga negara dalam pelaksanaan Demokrasi Pancasila

antaran lain sebagai berikut :

1. Setiap warga negara Indonesia bertanggung jawab terhadap pelaksanaan

sistem Demokrasi Pancasila.

Page 32: Makala h

292. Setiap warga negara Indonesia bertanggung jawab terhadap pelaksanaan

pemilihn umum secara langsung, umum, bebas, dan rahasia serta jujur dan

adil.

3. Setiap warga negara Indonesia bertanggung jawab atas pelaksanaan hukum

dan pemerintahan RI

4. Setiap warga negara Indonesia bertanggung jawab atas usaha pembala

negara

5. Setiap warga negara Indonesia bertanggung jawab atas pelaksanaan hak-

hak asasi manusia, mempertahankan , dan mengisi kemerdekaan Indonesia.

Page 33: Makala h

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jadi Warga Negara memiliki peranan yang sangat vital bagi

terbentuknya dan berlangsungnya sebuah Negara. Dan warga negara

sebagai pendukung sebuah Negara merupakan landasan bagi adanya

negara. Warga Negara adalah unsur Negara yang disebut penduduk sebuah

Negara. Membentuk kewarganegaraan tentunya tidak sewenah-wenah, ya

artinya harus ada dasar berpikir dalam menentukan masuk atau tidaknya

seseorang dalam sutu Negara.

Ada beberapa yang harus kita ketahui tentang setatus

kewarganegaraan seperti : Apatride, yakni kasus dimana seorang anak

tidak memiliki kewarganegaraan. Bipatride, yakni timbulnya 2

kewarganegaraan. Hal ini terjadi karena seorang Ibu berasal dari negara

yang menganut asas ius sanguinis melahirkan seorang anak di negara yang

menganut asas ius soli. Bipatride, seseorang yang memiliki 2 atau lebih

kewarganegaraan Contoh : Seorang yang BIPATRIDE juga menerima

pemberian status kewarganegaraan lain ketika dia telah dewasa, dimana

saat menerima kewarganegaraan yang baru ia tidak melepaskan status

bipatride-nya.

Warga Negara juga harus mempunyai karakteristik untuk

membangun tatanan masyarakat Demokratis dan Berkeadaban seperti :

Rasa Hormat Dan Tanggung Jawab, sebagai warga negara yang

demokratis, hendaknya memiliki rasa hormat terhadap sesama warga

negara terutama dalam konteks adanya pluralitas masyarakat Indoneesia

30

Page 34: Makala h

yang terdiri dari berbagai etnis, suku, ras, keyakinan, agama, dan ideologi

politik.

Bersikap Kritis ,warga negara yang demokrat hendaknya selalu

bersikap kritis, baik terhadap kenyataan empiris (realitas soaial, budaya,

dan politik) maupun terhadap kenyataan supra empiris (agama, mitologi,

kepercayaan).

Membuka Diskusi Dan Dialog, perbedaan pendapat dan pandangan

serta perilaku merupakan realitas empirik yang pasti terjadi di ditengah

komunitas warga negara, apalagi ditengah komunitas masyarakat yang

plural dan multi etnik. Dan sebagainya, yang bias di lihat dan di baca

dalam isi pembahsan makalah ini.

Kewarganegara Indonesia, dalam suatu Negara rakyat merupakan

penghuni Negara yang mempunyai peranan penting dalam merencanakan,

mengelola, dan mewujudkan tujuan Negara. Dan warga Negara tentunya

mempunyai hak dan kewajiban, Hak dasar sebagai suatu bangsa yang

merdeka dan berdauat serta bebas dari segala macam bentuk penjajahan

(Pembukaan UUD 1945, alinea 1), dan hak dasar sebagai warga negara

dalam berbagai bidang kehidupan.

30

Page 35: Makala h

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaelani dan zubaidi, achmad, 2010. Kewarganegaraan. Yogyakarta :

Paradigma.

2. Santoso, joko budi dan Yuliati, rachmati, 2012. Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan. Ponegoro : CV William.

3. Abdul karim, alim, 2006. Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung :

Grafindo media pertama.

4. Budianto, 2006. Pendidikan kewarganegaraan. Jakarta : Erlangga.

5. Budimansyah, dasim, 1999. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

Bandung : Epsilon grup.

6. Bambang S. Sulasmono. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan. FKIP

UKSW Salatiga.

7. Dwi Winarno. 2006. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan.

Jakarta : Bumi Aksara.

8. Winarno. 2009. Kewarganegaraan Indonesia Dari Sosiologi Menuju

Yuridis. Bandung Alfa Beta.

9. Hestu, Cipto Handoyo, 2003. Hukum Tata Negara, Kewarganegaraan dan

Hak Asasi Manusia. Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

10. Santoso Slamet, dkk. 2005. Pendidikan Kewarganegaraan. Purwokerto :

Unsoed.

11. Riyadi, Slamet dkk. 2006. Kewarganegaraan Untuk SMA/ MA. Banyumas:

CV. Cahaya Pustaka.

32