makala h
TRANSCRIPT
MAKALAHPENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
“KEWARGANEGARAAN”
Disusun oleh :Asti SundariIlfa FauziahRisda Raudhatul JannahSolehudin
Semester I (B)
JURUSAN TARBIYAHPROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAMSAMSUL ‘ULUM KOTA SUKABUMI
2014 – 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya kami dapat memperoleh kesempatan untuk menyelesaikan tugas
makalah Pendidikan Panca Sila dan Kewarganegaraan ini. Di mana tugas makalah
ini adalah sebuah cara untuk menambah wawasan dalam belajar menyusun
makalah. kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangannya baik dari segi penulisan maupun dari tatabahasa yang di gunakan,
oleh karena itu kami harapkan segala kritik dan saran yang bersipat membangun
untuk turut membantu memperbaiki makalah ini. Dalam pembuatan makalah ini
membahas tentang Kewarganegaraan.
Terimakasih kepada yang sudah mendukung kami sehingga makalah ini dapat
diselesaikan dengan baik walaupun banyak kekurangan.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat serta ilmu pengetahuan kepada
khususnya pentusun dan umumnya pembaca, mudahimudahan dapat terus di
kembangkan dan di amalkan dalam ke hidupan sehari-hari.
Sukabumi, 8 November 2014
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .............................................................................................. i
Daftar Isi ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
.................................................................................................
B. Maksud dan Tujuan ................................................................ 1
C. Metode .................................................................................... 2
D. Rumusan Masalah ................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 3
A. Konsep Dasar Warga Negara .................................................. 3
B. Asas-Asas Kewarganegaraan .................................................. 5
C. Unsur-Unsur Yang Menentukan Kewarganegaraan .............. 6
D. Masalah Setatus Kewarganegaraan ........................................ 7
E. Karakteristik Warga Negara Yang Demokrat ......................... 10
F. Kewarganegaraan Indonesia ................................................... 15
G. Hak dan Kewajiban Warga Negara ........................................ 25
BAB III PENUTUP .................................................................................... 30
A. Kesimpulan ............................................................................. 30
Daftar Pustaka ............................................................................................... 32
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terbentuknya negara Indonesia dilatar belakangi oleh perjuangan seluruh
bangsa. Sudah sejak lama Indonesia menjadi incaran banyak negara atau bangsa
lain, karena potensinya yang besar dilihat dari wilayahnya yang luas dengan
kekayaan alam yang banyak. Kenyataannya ancaman datang tidak hanya dari luar,
tetapi juga dari dalam. Terbukti, setelah perjuangan bangsa tercapai dengan
terbentuknya NKRI, ancaman dan gangguan dari dalam juga timbul, dari yang
bersifat kegiatan fisik sampai yang idiologis. Meski demikian, bangsa Indonesia
memegang satu komitmen bersama untuk tegaknya negara kesatuan Indonesia.
Dorongan kesadaran bangsa yang dipengaruhi kondisi dan letak geografis dengan
dihadapkan pada lingkungan dunia yang serba berubah akan memberikan motivasi
dlam menciptakan suasana damai.
Melihat luasnya bahasan dari masalah kewaeganegaraan, maka penulis
pada makalah ini hanya menitik beratkan pada pemasalahan tentang
kewarganegaraan.
B. Makasud dan Tujuan
Dalam menyusun makalah ini, penulis memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi Tugas yang diberikan oleh Dosen Mata Kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan.
2. Dengan disusunnya makalah ini penyusun berharap dapat membantu
memberikan pengetahuan mengenai Kewarganegaraan sehingga dapat
bermanfaat khususnya bagi penyusun makalah dan pada umumnya untuk para
pembaca.
3. Membuka wawasan kita mengenai Kewarganegaraan.
1
C. Metode
Metode peyusunan makalah ini adalah bersifat Deskriptif yang artinya
menjelaskan dengan metode kajian kepustakaan, yaitu penelitian yang dilakukan
melalui kepustakaan, mengumpulkan data-data dan keterangan melalui buku-buku
dan bahan lainnya yang ada hubungannya dengan masalah-masalah yang diteliti.
D. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas. Dapat di tarik beberapa permasalahan yang
akan dibahas mengenai Kewarganegaraan. Diantaranya :
1. Konsep Dasar Warga Negara
2. Asas-Asas Kewarganegaraan
3. Unsur-Unsur Yang Menentukan Kewarganegaraan
4. Masalah Status Kewarganegaraan
5. Karakteristik Warga Negara Yang Demokrat
6. Kewarganegaraan Indonesia
7. Hak Dan Kewajiban Warga Negara
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Warga Negara
Warga Negara memiliki peranan yang sangat vital bagi terbentuknya dan
berlangsungnya sebuah Negara. Warga Negara merupakan subjek yang
menjalankan roda kenegaraan agar berjalan harmonis. Oleh karena itu,
kepentingan warga negara harus menjadi fokus perhatian pemerintah.1
a. Pengertian Warga Negara
Warga negara sebagai pendukung sebuah Negara merupakan landasan
bagi adanya negara. Dengan kata lain bahwa warga negara adalah salah satu
unsur penting bagi sebuah negara, selain unsur lainnya.
Warga negara itu sendiri bisa diartikan dengan orang-orang sebagai bagian
dari suatu penduduk yang menjadi unsur negara.2 Istilah ini biasa juga disebut
hamba atau kawula negara. Meskipun demikian istilah warga negara dirasa
lebih sesuai dengan kedudukannya sebagai orang-orang merdeka bila
dibandingkan istilah hamba dan kawula negara, karena warga negara
mengandung arti peserta, anggota atau warga yang menjadi bagian dari suatu
negara.
Sejalan dengan definisi di atas, AS Hikam mendefinisikan bahwa warga
negara (citizenship) adalah anggota dari sebuah komunitas yang membentuk
1Joko Budi Santoso dan Rahmawati Yulianti, Pendidikan kewarganegaraan. Sukoharjo : CV Willian. hal. 50.2 Ibid
3
4
negara itu sendiri.3 Istilah ini menurutnya lebih baik daripada istilah
kawula negara, karena kawula negara betul betul berarti obyek yang berarti
orang yang dimiliki dan mengabdi kepada negara. Istilah warga negara dan
rakyat menunjuk pada obyek yang sama, yakni sebagai anggota negara
Meskipun demikian terdapat perbedaan pengertian antara pengertian
warga negara, rakyat dan bangsa. Warga negara adalah pendukung negara
atau dalam arti lain warga sebuah negara yang bersifat aktif. Sedang rakyat
adalahmasyarakat yang mempunyai persamaan kedudukan sebagai obyek
pengaturan dan penataan oleh negara dan mempunyai ikatan kesadaran
sebagai kesatuan dalam hubungan keorganisasian negara. Istilah warga
negara tidak menunjuk pada obyek yang sama dengan istilah penduduk.
Warga negara sebuah negara belumlah tentu merupakan penduduk negara
tersebut. Penduduk adalah orang-orang yang bertempat tinggal secara sah
dalam suatu negara berdasarkan peraturan perundangan kependudukan sah
dari negara yang bersangkutan. Baik status sebagai warga negara maupun
sebagai penduduk mempunyai konsekuensi hukum, yaitu menyangkut hak-
hak dan kewajibannya. Konsekuensi hukum dari status warga negara lebih
luas dari pada status sebagai penduduk. Pembagian penduduk menjadiwarga
negara dan orang asing sangatlah penting. Hal ini dikarenakan beberapa hak
dan kewajiban yang dimiliki warga negara dengan orang asing berbeda. Hak
dan kewajiban penduduk yang bukan warga negara adalah terbatas.
3 Joko Budi Santoso dan Rahmawati Yulianti, Pendidikan kewarganegaraan.sukoharjo:CV Willian.hal. 50.
5
B. Asas-Asas Kewarganegaraan
Asas kewarganegaraan adalah dasar berpikir dalam menentukan masuk
tidaknya seseorang dalam golongan warga Negara dari suatu Negara tertentu.4
Pada umumnya asas kewarganegaraan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Asas ius sanguinis (asas keturunan) yaitu kewarganegaraan seseorang di
tentukan berdasarkan pada keturunan orang yang bersangkutan misalnya
seseorang di lahirkan di Negara A, sedangkan orang tuanya
berkewarganegaraan B, maka ia adalah warga Negara B. jadi berdasarkan
asasini, kewarganegaraan anak selalu mengikuti kewarganegaraan orang
tuanya tanpa memperhatikan di mana anak itu lahir.
b. Asas ius soli (asas kedaerahan), yaitu kewarganegaraan seseorang di
tentukan berdasarkan tempat kelahirannya. misalnya, seseorang di lahirkan
di Negara B, sedangkan orang tuanya berkewanegaraan A, maka ia adalah
warga Negara B. jadi menurut asas ini kewarganegaraan seseorang tidak
terpengaruh oleh kewarganegaraan orang tuanya, karena yang menjadi
patokan adalah tempat kelahirannya.
Menurut penjelasan Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2006 tentang
kewarganegaraan Republik Indonesia dinyatakan bahwa Indonesia dalam
penentuan kewarganegaraan menganut asas-asas sebagai berikut5:
a. Asas ius sanguinis, yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan
seseorang berdasarkan keturunan, bukan berdasarkan Negara tempat di
lahirkan.
4 Dadang Sundawa dan Nasiwan,Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,kemendikbud 2014, hal 415 Ibid hal 42
6
b. Asas ius soli, yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang
berdasarkan Negara tempat kelahiran, yang di berlakukan terbatas bagi
anak-anak sesuai dengan ketentuan yang di atur undang-undang.
c. Asas kewarganegaraan tunggal, yaitu asas yang menentukan suatu
kewarganegaraan bagi setiap orang.
d. Asas kewarganegaraan ganda terbatas, yaitu asas yang menentukan
kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang di
atur oleh undang-undang.
C. Unsur-Unsur Yang Menentukan Kewarganegaraan
1. IUS SOLI
Ius soli atau jus soli (bahasa Latin untuk "hak untuk wilayah") adalah hak
mendapatkan kewarganegaraan yang dapat diperoleh bagi individu berdasarkan
tempat lahir di wilayah dari suatu negara. Dia berlawanan dengan jus sanguinis
(hak untuk darah).
Biasanya sebuah peraturan praktikal pemerolehan nasionalitas atau
kewarganegaraan sebuah negara oleh kelahiran di wilayah tersebut diberikan
oleh sebuah hukum turunan disebut lex soli. Banyak negara memberikan lex
soli tertentu, dalam aplikasi dengan jus soli yang bersangkutan, dan aturan ini
yang paling umum untuk memperoleh nasionalitas.
Sebuah pengecualian lex soli diterapkan bila anak yang dilahirkan orang
tuanya adalah seorang diplomat dari negara lain, yang dalam misi di negara
bersangkutan. Namun, banyak negara memperketat lex soli dengan
mengharuskan paling tidak salah satu orang tua harus memiliki warga negara
7
yang bersangkutan atau izin tinggal resmi lainnya pada saat kelahiran anak
tersebut. Alasan utama menerapkan aturan tersebut adalah untuk membatasi
jumlah orang bepergian ke negara lain dengan tujuan mendapatkan
kewarganegaraan untuk seorang anak.
2. IUS SANGUINIS
Ius sanguinis atau jus sanguinis (bahasa Latin untuk "hak untuk darah")
adalah hak kewarganegaraan yang diperoleh seseorang (individu) berdasarkan
kewarganegaraan ayah atau ibu biologisnya. Kebanyakan bangsa yang
memiliki sejarah panjang menerapkan asas ini, seperti negara-negara di Eropa
dan Asia Timur.
3. NATURALISASI
Naturalisasi adalah proses perubahan status dari penduduk asing menjadi
warga negara suatu negara. Proses ini harus terlebih dahulu memenuhi
beberapa persyaratan yang ditentukan dalam peraturan kewarganegaraan
negara yang bersangkutan. Hukum naturalisasi di setiap negara berbeda-beda.
Di Indonesia, masalah kewarganegaraan diatur dalam Undang-Undang No. 62
tahun 1958.
D. Masalah Setatus Kewarganegaraan
1. APATRIDE
Apatride, yakni kasus dimana seorang anak tidak memiliki
kewarganegaraan. Keadaan ini terjadi karena seorang Ibu yang berasal dari
negara yang menganut asas ius soli melahirkan seorang anak di negara yang
menganut asas ius sanguinis. Sehingga tidak ada negara baik itu negara asal
8
Ibunya ataupun negara kelahirannya yang mengakui kewarganegaraan anak
tersebut.
Apartride ( tanpa Kewarganegaraan ) timbul apabila menurut peraturan
Kewarganegaraan, seseorang tidak diakui sebagai warganegara dari negara
manapun.6 Misalnya, Agus dan Ira adalah suami istri yang berstatus
warganegara B yang berasas ius-soli. Mereka berdomisili di negara A yang
berasas ius-sanguinis. Kemudian lahirlah anak mereka Budi, menurut negara
A, Budi tidak diakui sebagai warganegaranya, karena orang tuanya bukan
warganegaranya. Begitu pula menurut negara B, Budi tidak diakui sebagai
warganegaranya, karena lahir di wilayah negara lain. Dengan demikian Budi
tidak mempunyai kewarganegaraan atau apatride.
2. BIPATRIDE
Bipatride, yakni timbulnya 2 kewarganegaraan. Hal ini terjadi karena
seorang Ibu berasal dari negara yang menganut asas ius sanguinis melahirkan
seorang anak di negara yang menganut asas ius soli. Sehingga kedua negara
(negara asal dan negara tempat kelahiran) sama-sama memberikan status
kewarganegaraannya.
Bipatride ( dwi Kewarganegaraan ) timbul apabila menurut peraturan dari
dua negara terkait seseorang dianggap sebagai warganegara kedua negara itu.7
Misalnya, Adi dan Ani adalah suami istri yang berstatus warga negara A
namun mereka berdomisili di negara B. Negara A menganut asas ius-sanguinis
dan negara B menganut asas ius-soli. Kemudian lahirlah anak mereka Dani.
6Kaelan dan Achmad Jubaidi,pendidikan kewarganegaraan, Yogyakarta:paradigm,2010. Hal. 1187 Kaelan dan Achmad Jubaidi,pendidikan kewarganegaraan, Yogyakarta:paradigm,2010. Hal. 118
9
Menurut negara A yang menganut asas ius-sanguinis, Dani adalah warga
negaranya karena mengikuti Kewarganegaraan orang tuanya. Menurut negara
B yang menganut ius-soli, Dani juga warga negaranya, karena tempat
kelahirannya adalah di negara B dengan demikian Dani mempunyai status dua
kewarganegaraan atau bipatride.
3. MULTIPATRIDE
Seseorang yang memiliki 2 atau lebih kewarganegaraan Contoh : Seorang
yang BIPATRIDE juga menerima pemberian status kewarganegaraan lain
ketika dia telah dewasa, dimana saat menerima kewarganegaraan yang baru ia
tidak melepaskan status bipatride-nya.
Misalnya ada seorang anak yang orangtuanya berasal dari negara yang
menganut paham Ius Soli dan Ius sanguinistetapi dia dilahirkan di negara netral
atau yang tidak menganut kedua paham tersebut.
Dalam menentukan status kewarganegaraan seseorang, pemerintah suatu
Negara lazim menggunakan dua stelsel, yaitu :
a. Stelsel aktif, yaitu seseorang harus melakukan tindakan hukum tertentu
secara aktif untuk menjadi warga Negara (naturalisasi biasa)
b. Stelsel pasif, yaitu seseorang dengan sendirinya dianggap menjadi warga
Negara tanpa melakukan satu tindakan hukum tertentu (naturalisasi
istimewa)
Berkaitan dengan kedua stelsel tadi, seorang warga negara dalam suatu
Negara pada dasarnya mempunyai :
10a. Hak opsi, yaitu hak untuk memilih suatu kewarganegaraan (dalam stelsel
aktif)
b. Hak repudasi, yaitu hak untuk menolak suatu kewarganegaraan (stelsel
pasif).8
E. Karakteristik Warga Negara Yang Demokrat
Untuk membangun suatu tatanan masyarakat yang demokratis dan
berkeadaban, maka setiap warga negara haruslah memiliki karakter atau
jiwa yang demokratis juga. Ada beberapa karakteristik bagi warga negara
yang disebut sebagai warga yang demokrat. Yakni antara lain :
a. Rasa Hormat Dan Tanggung Jawab
Sebagai warga negara yang demokratis, hendaknya memiliki rasa hormat
terhadap sesama warga negara terutama dalam konteks adanya pluralitas
masyarakat Indoneesia yang terdiri dari berbagai etnis, suku, ras, keyakinan,
agama, dan ideologi politik. Selain itu, sebagai warga negara yang demokrat,
seorang warganegara juga dituntut untuk turut bertanggung jawab menjaga
keharmonisan hubungan antar etnis serta keteraturan dan ketertiban negara
yang berdiri diatas pluralitas tersebut.
Contoh:
. Kita sebagai warga negara harus memiliki rasa hormat kepada sesama
manusia
· Kita sebagai warga negara yang baik harus memiliki rasa tanggung jawab
yang besar atas segala perbuatan yang kita lakukan
b. Bersikap Kritis
8 Dadang Sundawa dan Nasiwan,Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,kemendikbud 2014, hal 42
10
Warga negara yang demokrat hendaknya selalu bersikap kritis, baik
terhadap kenyataan empiris (realitas soaial, budaya, dan politik) maupun
terhadap kenyataan supra empiris (agama, mitologi, kepercayaan). Sikap kritis
juga harus ditunjukkan pada diri sendiri. Sikap kritis pada diri sendiri itu tentu
disertai sikap kritis terhadap pendapat yang berbeda. Tentu saja sikap kritis ini
harus didukung oleh sikap yang bertanggung jawab terhadap apa yang harus
dikritisi.
Contoh:
· Sebagia warga negara yang baik harus memiliki sikap keritis, karena sikap
keritis itu di dukung oleh tanggung jawab terhadap apa yang telah kita lakukan.
c. Membuka Diskusi Dan Dialog
Perbedaan pendapat dan pandangan serta perilaku merupakan realitas
empirik yang pasti terjadi di ditengah komunitas warga negara, apalagi
ditengah komunitas masyarakat yang plural dan multi etnik. Untuk
meminimalisasikan konflik yang ditimbulkan dari perbedaan tersebut, maka
membuka ruang untuk berdikusi dan berdialog merupakan salah satu solusi
yang bisa digunakan. Oleh karenanya, sikap membuka diri untuk berdialog dan
diskusi merupakan salah satu ciri sikap warga negara yang demokrat.
Contoh:
. Kita sebagai warga negara demokrasi hendaklah memiliki sikap diskusi dan
berdialog dengan sesama warga negara sendiri maupun asing.
d. Bersifat Terbuka
12
Sikap terbuka merupakan bentuk penghargaan terhadap kebebasan sesama
manusia, termasuk rasa menghargai terhadap hal-hal yang tidak biasa atau baru
serta pada hal-hal yang mungkin asing. Sikap terbuka yang didasarkan atas
kesadaran akan pluralisme dan keterbatasan diri akan melahirkan kemampuan
untuk menahan diri dan tidak secepatnya menjatuhkan penilaian dan pilihan.
Contoh :
· Kita sebagai warga negara demokrasi harus memiliki sikap terbuka demi
ketentraman negara kita.
e. Rasional
Bagi warga negara yang demokrat, memiliki kemampuan untuk
mengambil keputusan secara bebas dan rasional adalah sesuatu hal yang harus
dilakukan. Keputusan-keputusan yang diambil secara rasional akan
mengantarkan sikap yang logis yang ditampilkan oleh warga negara.
Sementara, sikap dan keputusan yang diambil secara tidak rasional akan
membawa implikasi emosional dan cenderung egois. Masalah-masalah yang
terjadi di lingkungan warga negara, baik persoalan plitik, budaya, sosial, dan
sebagainya, sebaiknya dilakukan dengan keputusan-keputusan yang rasional.
Contoh:
· Kita sebagai warga negara yang baik harus memiliki rasa rasional demi
kesejateraan negara kita
13f. Adil
Sebagai warga negara yang demokrat, tidak ada tujuan baik, yang patut
diwujudkan dengan cara-cara yang tidak adil. Penggunaan cara-cara yang tidak
adil merupakan bentuk pelanggaran hak asasi dari orang yang diperlakukan
tidak adil., dengan semangat keadilan, maka tujuan-tujuan bersama bukanlah
suatu yang didektekan akan tetapi ditawarkan. Mayoritas suara bukanlah diatur
tetapi diperoleh.
g. Jujur
Memiliki sifat dan sikap yang jujur bagi warga negara merupakan sesuatu
yang mutlak. Kejujuran merupakan kunci bagi terciptanya keselarasan dan
keharmonisan hubungan antar warga negara. Sikap jujur bisa diterapkan
disegala sektor, baik politik, sosial, dan sebagainya. Kejujuran politik adalah
bahwa, kesejahteraan warga negara merupakan tujuan yang ingin dicapai, yaitu
kesejahteraan dari masyarakat yang memilih para politisi. Ketidak jujuran
politik adalah seorang politisi mencari keuntungan bagi dirinya sendiri atau
mencari keuntungan demi partainya, karena partai itu penting bagi
kedudukannya.
Contoh:
· Kita sebagai warga negara yang baik harus memiliki sikap jujur kepada setiap
masyarakat, karena kejujuran adalah kuci terciptanya keselarasan dan
keharmonisan hubungan antar warga Negara.
Beberapa karakteristik warga yang demokrat diatas, merupakan sikap dan
sifat yang seharusnya melekat pada seorang warga negara. Hal ini akan
menampilkan sosok warga negara yang otonom, yakni mampu mempengarui
13
dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan ditingkat lokal secara
mandiri. Sebagai warga negara yang otonom, ia mempunyai karakteristik
lanjutan sebagai berikut :
Memiliki kemandirian. Mandiri berarti tidak mudah dipengaruhi atau
dimobilisasi, teguh pendirian, dan bersikap kritis pada segenap
keputusan publik.
Memiliki tanggung jawab pribadi, politik, dan ekonomi sebagai warga
negara, khususnya dilingkungan masyarakat yang terkecil seperti RT,
RW, Desa, dan seterusnya. Atau juga dilingkungan sekolah dan
perguruan tinggi.
Menghargai martabat manusia dan dan kehormatan pribadi. Menghargai
berarti menghormati hak-hak asasi dan privasi pribadi setiap orang
tanpa membedakan ras, warna kulit, golongan, ataupun warga negara
yang lain.
Berpartisipasi dalam urusan kemasyarakatan dengan pikiran dan sikap
yang santun. Warga negara yang otonom secara efektif mampu
mempengarui dan berpartisipasi dalam proses-proses pengambilan
kebijakan pada level sosial yang paling kecil dan lokal, misalnya dalam
rapat kepanitiaan, pertemuanrukun warta, termasuk juga mengawasi
kinerja dan kebijakan parlemen dan pemerintahan.
Mendorong berfungsinya demokrasi konstitusional yang sehat. Tidak
ada demokrasi tanpa aturan hukum dan konstitusi. Tanpa konstitusi,
15 demokrasi akan menjadi anarkhi. Karena itu, warga negara yang
otonom harus melakukan empat hal untuk mewujudkan demokrasi
konstitusional, yaitu :
a. Menciptakan kultur tat hukum yang sehat dan aktif. (culture of
law).
b. Ikut mendorong proses pembuatan hukum yang aspiratif. (process
of low making).
c. Mendukung pembuatan-pembuatan materi-materi hukum yang
responsif. (content of law).
d. Ikut menciptakan aparat penegak hukum yang jujur dan
bertanggung jawab(structure of low).
F. Kewarganegaraan Indonesia
Dalam suatu Negara rakyat merupakan penghuni Negara yang mempunyai
peranan penting dalam merencanakan, mengelola, dan mewujudkan tujuan
Negara. Kewarganegaraan RI sebelum berlakunya UU No. 12 tahun 2006 Untuk
melaksanakan ketentuan pasal 26 UUD 1945, dibuatlah undang-undang
pelaksanaan, yakni undang-undang yang mengatur tentang kewarganegaraan
Indonesia. Sejak merdeka tanggal 17 Agustus 1945 sampai sekarang undang-
undang mengenai kewarganegaraan Indonesia, adalah sebagai berikut:
a. Undang-undang No. 3 tahun 1946
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 sudah memuat mengenai
kewarganegaraan yang tercantum pada pasal 26 Ayat 1 dan 2.
161) Pasal 26 Ayat (1) berbunyi “ yang menjadi warga Negara adalah orang-
orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan
dengan undang-undang sebagai WNI”.
2) Pasal 26 ayat (2) berbunyi “ syarat-syarat mengenai kewarganegaraan
ditetapkan dengan undang-undang”.
Sebagai pelaksanaan Pasal 26, pada tanggal 10 April 1946 diundangkan
UU No. 3 Tahun 1946. WNI menurut UU No. 3 Tahun 1946 diantaranya:
a. Penduduk asli dalam wilayah RI termasuk anak-anak dari penduduk asli.
b. Istri dari seorang warga negara Indonesia Dalam suatu Negara rakyat
merupakan penghuni Negara yang mempunyai peranan penting dalam
merencanakan, mengelola, dan mewujudkan tujuan Negara. Kewarganegaraan
RI sebelum berlakunya UU No. 12 tahun 2006Untuk melaksanakan ketentuan
pasal 26 UUD 1945, dibuatlah undang-undang pelaksanaan, yakni undang-
undang yang mengatur tentang kewarganegaraan Indonesia. Sejak merdeka
tanggal 17 Agustus 1945 sampai sekarang undang-undang mengenai
kewarganegaraan Indonesia, adalah sebagai berikut:
a. Undang-undang No. 3 tahun 1946
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 sudah memuat mengenai
kewarganegaraan yang tercantum pada pasal 26 Ayat 1 dan 2.
1) Pasal 26 Ayat (1) berbunyi “ yang menjadi warga Negara adalah
orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang
disahkan dengan undang-undang sebagai WNI”.
2) Pasal 26 ayat (2) berbunyi “ syarat-syarat mengenai
kewarganegaraan ditetapkan dengan undang-undang”.
16
Sebagai pelaksanaan Pasal 26, pada tanggal 10 April 1946
diundangkan UU No. 3 Tahun 1946. WNI menurut UU No. 3 Tahun
1946 diantaranya:
a. Penduduk asli dalam wilayah RI termasuk anak-anak dari penduduk
asli.
b. Istri dari seorang warga negara Indonesia
c. Keturunan dari seorang WNI yang kawin dengan WNA
d. Anak-anak yang dilahirkan di wilayah RI dan tidak diketahui siapa
orang tuanya
e. Anak-anak yang lahir di wilayah RI yang oleh orang tuanya tak
diakui secara sah
f. Anak-anak yang lahir dalam waktu 300 hari setelah ayahnya yang
mempunyai kewarganegaraam Indonesia meninggal dunia
g. Orang yang bukan penduduk asli Indonesia terakhir telah
berdomisili di Indonesia selama 5 tahun berturut-turut dan telah
berusia 21 tahun atau telah kawin. Jika keberatan menjadi WNI, ia
boleh menolak dengan keterangan, bahwa ia adalah warga negara
orang lain.
h. Masih menjadi warga negara Indonesia dengan jalan
pewarganegaraan / naturalisasi.
b. Syarat untuk menjadi WNI menurut UU No. 62 Tahun 1958
18Syarat untuk menjadi WNI menurut UU No. 62 Tahun 1958 antara lain :
1. Pada waktu lahirnya mempunyai hubungan kekeluargaan dengan
seseorang WNI (misalnya ayahnya WNI).
2. Lahir dalam waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia
adalah WNI.
3. Lahir di wilayah RI selama orang tuanya tidak diketahui
4. Memperoleh kewarganegaraan Indonesia menurut UU No.62
Tahun 1958, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Anak orang asing yang berumur 5 tahun yang diambil oleh
seorang WNI, jika pengangkatan tersebut disahkan oleh
Pengadilan.
b. Negeri Anak di luar perkawinan dengan seorang ibu WNI
c. Menjadi warga negara karena naturalisasi dan sebagainya.
d. Hilangnya Kewarganegaraan menurut UU No.3 Tahun 1976
Menurut UU No. 3 Tahun 1976 menegaskan bahwa:
1. Seorang yang kehilangan kewarganegaraan RI dapat memperoleh
kewarganegaraan RI kembali, jika ia berdomisili di Indonesia
berdasarkan kartu izin masuk dan menyatakan keterangan untuk masuk
menjadi warga negara Indonesia. Keterangan itu harus dinyatakan
kepada Pengadilan Negeri dari tempat tinggalnya dalam 1 tahun setelah
orang tersebut berdomisili di Indonesia
2. Seseorang yang berdomisili di luar negeri yang telah kehilangan
kewarganegaraan RI karena sebab-sebab diluar kesalahannya, sebagai
akibat dari keadaan di negara tempat tinggalnya yang menyebabkan
18
tidak dapat dilaksanakannya kewajibannya sebagaimana diatur oleh
ketentuan tersebut dapat memperoleh kembali kewarganegaraan RI :
a. Jika ia melaporkan diri dan mengatakan keterangan itu kepada
perwakilan RI di negara tempat tinggalnya dalam jangka waktu 1
tahun terhitung sejak tanggal diundangkannya UU ini.
b. Jika ia melaporkan diri dan menyatakan keterangan untuk itu kepada
perwakilan RI di negara terdekat dari tempat tinggalnya dalam
jangka waktu 2 tahun setelah berlakunya UU ini.
c. Selain menyatakan keterangan untuk memperoleh kembali
kewarganegaraan RI, maka orang yang bersangkutan menunjukkan
hal berikut:
Keinginan sungguh-sungguh menjadi WNI
Kesetiaannya terhadap negara RI
d. Seseorang yang telah menyatakan keterangan dan memperoleh
kembali kewarganegaraan RI dalam waktu 1 tahun setelah
melaporkan diri dan menyatakan keterangan serta ternyata
memenuhi syarat-syarat tersebut dan mendapat keputusan dari
menteri kehakiman. Keputusan menteri kehakiman yang mulai
berlaku pada hari-hari pemohon menyatakan sumpah atau janji serta
di hadapan perwakilan RI.
20e. Cara Memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia menurut
UU No. 12 Tahun 2006.
Menurut UU No. 12 Tahun 2006.
1. Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan
dan/atau berdasarkan perjanjian pemerintah RI dengan negara lain
sebelum UU ini berlaku sudah menjadi WNI
2. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan
ibu WNI
3. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI
dan ibu WNA
4. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah
WNA dan ibu WNI
5. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI
tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan kepada anak
tersebut.
6. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya
meninggal dunia , dari perkawinan yang sah dan ayahnya WNI
7. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu
WNI
8. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu
WNA yang diakui oleh seorang ayahnya WNI sebagai anaknya
dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18
tahun atau belum kawin
20
9. Anak yang lahir diwilayah negara RI yang pada waktu lahir tidak
jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya.
10. Anak yang baru lahir yang ditemukan diwilayah negara RI selama
ayah dan ibunya tidak diketahui
11. Anak yang lahir diwilayah negara RI apabila ayah dan ibunya
tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui
keberadaannya.
12. Anak yang dilahirkan diluar wilayah negara RI dari seorang ayah
dan ibu WNI yang karena ketentuan dari negara tempat anak
tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak
yang bersangkutan.
13. Anak dari seorang ayah dan ibu yang telah dikabulkan
permohonan kewarganegaraannya, kemudian ayah dan ibunya
meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau mengatakan
janji setia.
Keturunan dari seorang WNI yang kawin dengan WNA
Anak-anak yang dilahirkan di wilayah RI dan tidak diketahui
siapa orang tuanya.
f. Anak-anak yang lahir di wilayah RI yang oleh orang tuanya tak
diakui secara sah
g. Anak-anak yang lahir dalam waktu 300 hari setelah ayahnya
yang mempunyai kewarganegaraam Indonesia meninggal dunia
22
h. Orang yang bukan penduduk asli Indonesia terakhir telah
berdomisili di Indonesia selama 5 tahun berturut-turut dan telah
berusia 21 tahun atau telah kawin. Jika keberatan menjadi
i. WNI, ia boleh menolak dengan keterangan, bahwa ia adalah
warga negara orang lain.
j. Masih menjadi warga negara Indonesia dengan jalan
pewarganegaraan / naturalisasi.
b. Syarat untuk menjadi WNI menurut UU No. 62 Tahun 1958
Syarat untuk menjadi WNI menurut UU No. 62 Tahun 1958 antara
lain :
1. Pada waktu lahirnya mempunyai hubungan kekeluargaan dengan
seseorang WNI (misalnya ayahnya WNI)
2. Lahir dalam waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia adalah
WNI
3. Lahir di wilayah RI selama orang tuanya tidak diketahui
4. Memperoleh kewarganegaraan Indonesia menurut UU No. 62 Tahun
1958, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Anak orang asing yang berumur 5 tahun yang diambil oleh seorang
WNI, jika pengangkatan tersebut disahkan oleh Pengadilan Negeri
b. Anak di luar perkawinan dengan seorang ibu WNI
c. Menjadi warga negara karena naturalisasi dan sebagainya.
c. Hilangnya Kewarganegaraan menurut UU No.3 Tahun 1976
Menurut UU No. 3 Tahun 1976 menegaskan bahwa :
23
1. Seorang yang kehilangan kewarganegaraan RI dapat memperoleh
kewarganegaraan RI kembali, jika ia berdomisili di Indonesia berdasarkan
kartu izin masuk dan menyatakan keterangan untuk masuk menjadi warga
negara Indonesia. Keterangan itu harus dinyatakan kepada Pengadilan
Negeri dari tempat tinggalnya dalam 1 tahun setelah orang tersebut
berdomisili di Indonesia
2. Seseorang yang berdomisili di luar negeri yang telah kehilangan
kewarganegaraan RI karena sebab-sebab diluar kesalahannya, sebagai
akibat dari keadaan di negara tempat tinggalnya yang menyebabkan tidak
dapat dilaksanakannya kewajibannya sebagaimana diatur oleh ketentuan
tersebut dapat memperoleh kembali kewarganegaraan RI :
a. Jika ia melaporkan diri dan mengatakan keterangan itu kepada
perwakilan RI di negara tempat tinggalnya dalam jangka waktu 1
tahun terhitung sejak tanggal diundangkannya UU ini.
b. Jika ia melaporkan diri dan menyatakan keterangan untuk itu
kepada perwakilan RI di negara terdekat dari tempat tinggalnya
dalam jangka waktu 2 tahun setelah berlakunya UU ini
c. Selain menyatakan keterangan untuk memperoleh kembali
kewarganegaraan RI, maka orang yang bersangkutan menunjukkan
hal berikut:
> Keinginan sungguh-sungguh menjadi WNI
> Kesetiaannya terhadap negara RI
24
d. Seseorang yang telah menyatakan keterangan dan memperoleh
kembali kewarganegaraan RI dalam waktu 1 tahun setelah
melaporkan diri dan menyatakan keterangan serta ternyata
memenuhi syarat-syarat tersebut dan mendapat keputusan dari
menteri kehakiman. Keputusan menteri kehakiman yang mulai
berlaku pada hari-hari pemohon menyatakan sumpah atau janji
serta di hadapan perwakilan RI.
d. Cara Memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia menurut
UU No. 12 Tahun 2006
1. Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/atau
berdasarkan perjanjian pemerintah RI dengan negara lain sebelum UU ini
berlaku sudah menjadi WNI
2. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu
WNI
3. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan
ibu WNA
4. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNA dan
ibu WNI
5. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI tetapi
ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan kepada anak tersebut.
6. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya
meninggal dunia , dari perkawinan yang sah dan ayahnya WNI
7. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI
25
8. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu WNA
yang diakui oleh seorang ayahnya WNI sebagai anaknya dan pengakuan
itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 tahun atau belum kawin
9. Anak yang lahir diwilayah negara RI yang pada waktu lahir tidak jelas
status kewarganegaraan ayah dan ibunya.
10. Anak yang baru lahir yang ditemukan diwilayah negara RI selama
ayah dan ibunya tidak diketahui
11. Anak yang lahir diwilayah negara RI apabila ayah dan ibunya tidak
mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya.
12. Anak yang dilahirkan diluar wilayah negara RI dari seorang ayah dan
ibu WNI yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut
dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan.
13. Anak dari seorang ayah dan ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah dan ibunya meninggal dunia
sebelum mengucapkan sumpah atau mengatakan janji setia.
G. HAK dan Kewajiban Warga Negara
Hak dasar sebagai suatu bangsa yang merdeka dan berdauat serta bebas dari
segala macam bentuk penjajahan (Pembukaan UUD 1945, alinea 1), dan hak dasar
sebagai warga negara dalam berbagai bidang kehidupan9 , antara lain:
a. Menyatakan diri sebagai warga negara dan penduduk Indonesia atau ingin
menjadi warga negara suatu negara (pasal 26)
b. Bersamaan kedudukan di dalam hukum dan pemerintahan (pasal 27 ayat (1)
9 Budiyanto,pendidikan kewarganegaraan, Jakarta:erlangga.2006. hal.135
26
c. Memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak (pasal 27 ayat (2))
d. Kemerdekaan berserikat , berkumpul, mengeluarkan pikiran lisan dan
tulisan (pasal 28 )
e. Mempertahankan hidup dan kehidupannya sebagai hak asasi manusia (pasal
28 A)
f. Jaminan memeluk salah satu agama dan pelaksanaan ajaran agamanya
masing-masing.
g. Ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara ( pasal 30 )
h. Mendapat pendidikan ( pasal 31 )
i. Mengembangkan kebudayaan nasional ( pasal 32 )
j. Berhak dalam mengembangkan usaha-usha bidnag ekonomi ( pasal 33 )
k. Memperoeh jaminan pemeliharaan dari pemerintah sebagai fakir miskin
( pasal 34)
Kewajiban dasar sebagai warga negara dalam berbagai bidang kehidupan
antara lain :
a. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan ( Pembukaaan
UUD 1945 , alinea 1 )
b. Menghargai nilai-nilai persatuan , kemerdekaan, dan kedaulatan bangsa
(pembukaan UUD 1945, alinea II)
c. Menjunjung tinggi dan setia kepada konstitusi negara ( Pembukaan UUD
1945 alinea IV )
d. Setia membayar pajak untuk negara ( Pasal 23 ayat 2 )
27e. Wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan dengan tidak ada
kecualinya (Pasal 27 ayat 1)
f. Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara (pasal 30
ayat 1)
g. Wajib menghormati bendera negara Indonesia sang merah putih (pasal 35)
h. Wajib menghormati bahasa negara bahasa Indonesia
i. Wajib menjujung tinggi lambang negara Garuda Pancasila dengan
semboyan Bhineka Tunggal Ika ( Pasal 36 A)
j. Wajib menghormati lagu kebangsaan Indonesia Raya ( Pasal 36 B)
Hak – hak dan kewajiban dasar sebagai warga negara pentig untuk dipahami
dalam pelaksanaan demokrasi yang berdampak pada penyeenggaraan negara dan
stabilitas politik negara. Sebagai salah satu perwujudan pelaksanaan hak dan
kewajiban warga negara dalam berdemokrasi, setiap warga negara dituntut untuk
menunjukan sikap positif dalam pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila
yang mencakup :
1. Melaksanakan hak pilih dan dipilih dalam pemilihan umum
2. Menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan Republik Indonesia
3. Menyukseskan pemilihan umum yang jujur dan adil
4. Melaksanakan GBHN dan ketetapan – ketetapan MPR lainnya
5. Bermusyawarah untuk mufakat dalam mengambil keputusan yang
menyangkut kepentingan bersama
6. Saling mendukung dalam usaha pembelaan Negara
7. Saling menghormati kebebasan dalam beragama
27
Berikut ini contoh hak dan kewajiban warga negara Indonesia dalam
pelaksanaan demokrasi di Indonesia :
1. Hak dibidang politik, misalnya mempunyai hak untuk memilih dan dipilih,
mendirikan dan memasuki suatu organisasi sosial politik, dan ikut serta
dalam pemerintahan
2. Hak dibidang pendidikan , misalnya mempunyai hak untuk memperoleh
pendidikan, mengembangkan karir pendidikan, mendirikan lemba
pendidikan swasta, dan ikut serta mengenai pendidikan
3. Hak di bidang ekonomi, misalnya setiap warga negara mempunyai hak
untuk memperoleh pekerjaan, memperoleh penghidupan yang layak , hak
memiliki barang, dan hak untuk berusaha
4. Hak di bidang sosial budaya , misalnya setiap warga negara Indonesia
mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan sosial, kesehatan,
pendidikan, penerangan , hak untuk mengembangkan bahasa, adat istiadat,
dan budaya daerah masing-masing, dan hak untuk mendirikan lembaga
sosial lainnya
Tanggung jawab warga negara dalam pelaksanaan Demokrasi Pancasila
antaran lain sebagai berikut :
1. Setiap warga negara Indonesia bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
sistem Demokrasi Pancasila.
292. Setiap warga negara Indonesia bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
pemilihn umum secara langsung, umum, bebas, dan rahasia serta jujur dan
adil.
3. Setiap warga negara Indonesia bertanggung jawab atas pelaksanaan hukum
dan pemerintahan RI
4. Setiap warga negara Indonesia bertanggung jawab atas usaha pembala
negara
5. Setiap warga negara Indonesia bertanggung jawab atas pelaksanaan hak-
hak asasi manusia, mempertahankan , dan mengisi kemerdekaan Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi Warga Negara memiliki peranan yang sangat vital bagi
terbentuknya dan berlangsungnya sebuah Negara. Dan warga negara
sebagai pendukung sebuah Negara merupakan landasan bagi adanya
negara. Warga Negara adalah unsur Negara yang disebut penduduk sebuah
Negara. Membentuk kewarganegaraan tentunya tidak sewenah-wenah, ya
artinya harus ada dasar berpikir dalam menentukan masuk atau tidaknya
seseorang dalam sutu Negara.
Ada beberapa yang harus kita ketahui tentang setatus
kewarganegaraan seperti : Apatride, yakni kasus dimana seorang anak
tidak memiliki kewarganegaraan. Bipatride, yakni timbulnya 2
kewarganegaraan. Hal ini terjadi karena seorang Ibu berasal dari negara
yang menganut asas ius sanguinis melahirkan seorang anak di negara yang
menganut asas ius soli. Bipatride, seseorang yang memiliki 2 atau lebih
kewarganegaraan Contoh : Seorang yang BIPATRIDE juga menerima
pemberian status kewarganegaraan lain ketika dia telah dewasa, dimana
saat menerima kewarganegaraan yang baru ia tidak melepaskan status
bipatride-nya.
Warga Negara juga harus mempunyai karakteristik untuk
membangun tatanan masyarakat Demokratis dan Berkeadaban seperti :
Rasa Hormat Dan Tanggung Jawab, sebagai warga negara yang
demokratis, hendaknya memiliki rasa hormat terhadap sesama warga
negara terutama dalam konteks adanya pluralitas masyarakat Indoneesia
30
yang terdiri dari berbagai etnis, suku, ras, keyakinan, agama, dan ideologi
politik.
Bersikap Kritis ,warga negara yang demokrat hendaknya selalu
bersikap kritis, baik terhadap kenyataan empiris (realitas soaial, budaya,
dan politik) maupun terhadap kenyataan supra empiris (agama, mitologi,
kepercayaan).
Membuka Diskusi Dan Dialog, perbedaan pendapat dan pandangan
serta perilaku merupakan realitas empirik yang pasti terjadi di ditengah
komunitas warga negara, apalagi ditengah komunitas masyarakat yang
plural dan multi etnik. Dan sebagainya, yang bias di lihat dan di baca
dalam isi pembahsan makalah ini.
Kewarganegara Indonesia, dalam suatu Negara rakyat merupakan
penghuni Negara yang mempunyai peranan penting dalam merencanakan,
mengelola, dan mewujudkan tujuan Negara. Dan warga Negara tentunya
mempunyai hak dan kewajiban, Hak dasar sebagai suatu bangsa yang
merdeka dan berdauat serta bebas dari segala macam bentuk penjajahan
(Pembukaan UUD 1945, alinea 1), dan hak dasar sebagai warga negara
dalam berbagai bidang kehidupan.
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaelani dan zubaidi, achmad, 2010. Kewarganegaraan. Yogyakarta :
Paradigma.
2. Santoso, joko budi dan Yuliati, rachmati, 2012. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan. Ponegoro : CV William.
3. Abdul karim, alim, 2006. Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung :
Grafindo media pertama.
4. Budianto, 2006. Pendidikan kewarganegaraan. Jakarta : Erlangga.
5. Budimansyah, dasim, 1999. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
Bandung : Epsilon grup.
6. Bambang S. Sulasmono. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan. FKIP
UKSW Salatiga.
7. Dwi Winarno. 2006. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan.
Jakarta : Bumi Aksara.
8. Winarno. 2009. Kewarganegaraan Indonesia Dari Sosiologi Menuju
Yuridis. Bandung Alfa Beta.
9. Hestu, Cipto Handoyo, 2003. Hukum Tata Negara, Kewarganegaraan dan
Hak Asasi Manusia. Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
10. Santoso Slamet, dkk. 2005. Pendidikan Kewarganegaraan. Purwokerto :
Unsoed.
11. Riyadi, Slamet dkk. 2006. Kewarganegaraan Untuk SMA/ MA. Banyumas:
CV. Cahaya Pustaka.
32