makala h

23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persoalan krisis energi yang dihadapi manusia di muka bumi bukanlah persoalan yang dapat diangap remeh. Krisis energi merupakan hal terburuk yang dialami manusia dan akan terus memburuk bila masing- masing individu atau kelompok tidak mengambil peran untuk mencari solusinya. Begitupula dengan kerusakan lingkungan yang bisa lebih teratasi bila tiap individu menyadari tugasnya masing-masing daripada hanya menggantungkan diri pada pihak-pihak tertentu yang diharapkan mengambil peran. Setiap peran kecil sederhana akan berkontribusi besar bagi penyelamatan lingkungan. Namun, mengharapkan kesadaran untuk mengambil peran secara mandiri atau pribadi kadangkala tidak mudah karena banyak dari kita belum mengerti tentang langkah nyata yang harus dilakukan. Bangunan dan lingkungan binaan adalah salah satu faktor penyumbang besar penggunaan energi dan kerusakan lingkungan. Namun, seringkali kita kurang menyadari hal itu. Kita menganggap bahwa industri dan transportasi adalah penyumbang krisis energi dan kerusakan lingkungan paling besar sehingga dari 1

Upload: aditya-rana

Post on 18-Nov-2015

8 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Makala h

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangPersoalan krisis energi yang dihadapi manusia di muka bumi bukanlah persoalan yang dapat diangap remeh. Krisis energi merupakan hal terburuk yang dialami manusia dan akan terus memburuk bila masing-masing individu atau kelompok tidak mengambil peran untuk mencari solusinya. Begitupula dengan kerusakan lingkungan yang bisa lebih teratasi bila tiap individu menyadari tugasnya masing-masing daripada hanya menggantungkan diri pada pihak-pihak tertentu yang diharapkan mengambil peran. Setiap peran kecil sederhana akan berkontribusi besar bagi penyelamatan lingkungan. Namun, mengharapkan kesadaran untuk mengambil peran secara mandiri atau pribadi kadangkala tidak mudah karena banyak dari kita belum mengerti tentang langkah nyata yang harus dilakukan. Bangunan dan lingkungan binaan adalah salah satu faktor penyumbang besar penggunaan energi dan kerusakan lingkungan. Namun, seringkali kita kurang menyadari hal itu. Kita menganggap bahwa industri dan transportasi adalah penyumbang krisis energi dan kerusakan lingkungan paling besar sehingga dari kedua aspek inilah solusi harus dicari. Padahal, ada aspek lain yang akan lebih nyata memberikan solusi. Kita sering merasa tidak berdaya untuk membuat perbedaan saat dihadapkan dengan masalah lingkungan berskala global. Kebanyakan orang menyadari adanya ancaman pada iklim kita yang diakibatkan penggunaan bahan bakar fosil yang terus menerus sebagai pembangkit tenanga. Mereka mungkin bahkan pernah mengalami dampaknya dalam hidup mereka-misalnya banjir dimusim dingin baru-baru ini. Tapi bagi banyak orang solusi masalah sepertinya berada di tangan pemeritah dan bukan konsumen secara individu. (Mediastika, Christina E. Hemat Energi dan Lestari Lingkungan Melalui Bangunan. Yogyakarta. 2013).

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, penulis dapat mengambil rumusan masalah sebagai berikut :1. Apa saja krisis energi yang terjadi di Indonesia ?2. Apa penyebab terjadinya krisis energi ?3. Apa dampak yang ditimbulkan oleh adanya krisis energi ?4. Bagaimana cara menanggulangi krisis energi ?C. Tujuan 1. Untuk mengetahui apa saja krisis energi yang terjadi di Indonesia.2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya krisis energi.3. Untuk mengetahui dampak apa yang ditimbulkan oleh adanya krisis energi.4. Untuk mengetahui cara menanggulangi krisis energi.

BAB IIKAJIAN PUSTAKAA. Landasan Teori Krisis energi di Indonesia sebagai akibat semakin menipisnya cadangan bahan bakarminyak khususnya dari bahan bakar fosil yang tidak dapat diperbaharui telah menuntut Indonesia untuk mencari sumber bahan bakar alternatif yang bersifat dapat diperbarui (Sardjono 2006). Energi listrik merupakan kebutuhan primer yang vital untuk pembangunan ekonomi danpembangunan sosial. Ketersediaan tenaga listrik yang mencukupi, andal, aman, dengan harga yang terjangkau merupakan faktor penting dalam rangka menggerakkan perekonomian yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat. Berdasarkan data historis, mulai pada tahun 2005, konsumsi energi final di sektor ketenagalistrikan mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 7% per tahun. Dari total konsumsi energi final tersebut,sebagian besar disuplai dari pembangkit tenaga listrik yang menggunakan energi fosil yang merupkan energi tak terbarukan sebagai bahan bakar. Sebaliknya dalam kurun waktu yang samapemanfaatan energi terbarukan belum optimal disebabkan energi terbarukan belum kompetitifdibanding dengan energi konvensional minyak bumi dan gas alam.Bahan Bakar Minyak merupakan faktor penting dalam melakukan kegiatan atau aktivitas baik perorangan maupun industri. Ketidakseimbangan permintaan dan penawaran energi yang didorong pesatnya laju pertambahan penduduk dan pesatnya industrialisasi dunia, mengakibatkan tersedotnya cadangan energi, khususnya energi fosil yang merupakan sumber energi utama dunia. Padahal cepat atau lambat sumber energi ini akan habis. Hal ini menyebabkan krisis Bahan Bakar Minyak.(http://www.academia.edu/4832189/Tinjauan_pustaka).

BAB IIIPEMBAHASAN

A. Krisis Energi yang Terjadi di Indonesia Energi adalah bagian yang sangat penting dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita memerlukannya untuk menghangatkan dan menerangi rumah, menjalankan sistem transportasi dan memproduksi barang. Dari kayu dan batu bara hingga minyak, gas dan listrik, sumber energi modern menawarkan keuntungan yang sangat besar. Namun sayangnya ada pula kerugian tersembunyi. Kita bukan hanya sering gagal menggunakan energi dengan efisien. Tetapi produksi energi telah menimbulkan masalah lingkungan yang sangat besar dalam skala global. Terlebih lagi, sumber energi konvensional umumnya terbatas maka cepat atau lambat sumber tersebut akan habis. Efisiensi energi adalah kepedulian kita bersama. Telah timbul biaya dan implikasi polusi skala besar yang berasal dari ketergantungan yang berlanjut terhadap sumber daya yang ada. Dihadapkan dengan masalah ini, badan pemerintah dan pihak berwenang lokal mengambil langkah-langkah untuk menangani masalah tersebut. Sementara itu kesadaran konsumen terhadap masalah energi pun bertambah. Krisis energi adalah kekurangan (atau peningkatan harga) dalam persediaan sumber daya energi ke ekonomi. Krisis ini biasanya menunjuk ke kekurangan minyak bumi, listrik, atau sumber daya alam lainnya. (http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2013/10/03/jika-energi-itu-kekal-mengapa-ada-krisis-597332.html.)1.1 BBMSemakin merosotnya produksi minyak dalam negeri, ditambah naiknya harga minyak dunia, telah memaksa terjadinya krisis bahan bakar minyak (BBM) di negeri ini. Kondisi itu sangat memprihatinkan dan telah memasuki titik yang amat krusial, berupa kenaikan harga bahan pokok, bahkan sejumlah usaha kecil dan menengah (UKM) gulung tikar.

1.2 Energi ListrikEnergi listrik merupakan sumber energi yang sangat penting bagi kehidupan manusia baik untuk kegiatan industri, kegiatan komersial maupun dalam kehidupan sehari-hari rumah tangga. Saat ini, ketersediaan sumber energi listrik tidak mampu memenuhi peningkatan kebutuhan listrik di Indonesia. Terjadinya pemutusan sementara dan pembagian energi listrik secara bergilir merupakan dampak dari terbatasnya energy listrik yang dapat disupply oleh PLN. Hal ini terjadi karena laju pertambahan sumber energi baru dan pengadaan pembangkit tenaga listrik tidak sebanding dengan peningkatan konsumsi listrik. B. Penyebab Terjadinya Krisis EnergiIndonesia memiliki berbagai jenis sumber daya, yang terbanyak terletak di luar jawa. Beberapa jenis sumber daya didapat dalam jumlah yang lumayan besarnya dan lainya dalam jumlah yang lebih kecil. Dari jenis sumber daya yang tidak terbarukan terdapat minyak bumi, yang terdapat di Sumatera, Kalimantan, Irian Jaya dan sedikit di Pulau Jawa. Pasca krisis tahun 2008 yang melanda negara adidaya Amerika Serikat, dunia seolah sedang dipaksa untuk merenung panjang. Kira-kira apa yang salah dengan tatanan dunia saat ini? Krisis demi krisis terus melanda setidaknya dalam tiga dekade belakangan.Padahal, kita tengah mengalami proses pengglobalan yang sangat intens. Bukankah dengan adanya hubungan erat antar negara-negara dunia dapat saling membantu menyelesaikan persmasalahan masing-masing? Satu kata kunci, yaitu complex interdependence (saling ketergantungan yang kompleks) adalah alasan utama dibangunnya tatanan dunia saat ini. Lalu mengapa krisis masih saja terjadi?1. Hilangnya keseimbangan antara alam dan manusia (disharmoni kosmos).Pada akhir abad 18, seorang ilmuwan bernama Thomas Malthus telah menyadari gejala ini. Dalam esainya yang berjudul An Essay on the Principle of Population, secara umum Malthusmenjelaskan bagaimana terjadinya ledakan jumlah penduduk dunia yang tidak berbanding lurus dengan pertumbuhan jumlah ketersediaan pangan. Singkat kata, inilah kemudian yang menyebabkan terjadinya krisis energi. Untuk menyelesaikannya, ia menyarankan dua solusi yaitu Preventive Check dan Positive Check. Preventive Check adalah mewujudkan kembali keseimbangan kosmos dengan cara mengurangi tingkat kelahiran (di Indonesia sudut pandang ini tercermin dalam program KB, Keluarga Berncana). Sedangkan Positive Check adalah solusi dengan cara meningkatkan angka kematian.2. Keserakahan Yang Tak Kunjung UsaiDi aras global, kita juga bisa menyaksikan bagaimana rakusnya beberapa manusia dalam mengakumulasi kekayaan. Setiap hari kita dirong-rong oleh produk-produk baru dari luar negeri yang muncul di televisi, koran, baliho-baliho di tengah kota, hingga selebaran-selebaran yang ada di WC umum. Perusahaan makanan mengajari anak-anak untuk makan sereal manis yang tidak baik bagi kesehatan gigi mereka. Dari tahun 1967 Freeport masih mengeksploitasi tanah Papua hingga hari ini. Beberapa orang bisa membeli gadget lima kali dalam setahun. Perusahaan-perusahaan mobil berkampanye merugikan transportasi umum. Dan kesemuanya tentu adalah sebuah bentuk pemborosan energi (baik dilihat dari sisi modalnya ataupun konsumsinya).3. Penyalahgunaan pemakaian energi.Dewasa ini banyak terdapat penyalahgunaan energi atau lebih jelasnya kecurangan yang dilakukan oleh beberapa oknum-oknum. Seperti halnya penimbunan BBM pada saat harga murah dan menjualnya kembali dengan harga mahal saat terjadinya kelangkaan. 4. Pemborosan energi listrikBanyak kalangan masyarakat yang menganggap hal sepele dalam pemakaian barang elektronik. Tidak mencabut charger langsung pada stopkontak setelah menggunakannya. Seperti selagi mencharger HP, kipas angin, TV, laptop, setrika. Tidak mematikan lampu pada siang hari. Kebiasaan-kebiasaan ini sering kali terjadi dalam keseharian kita sendiri. Meskipun terlihatnya sepele namun dapat menyebabkan pemborosan energi yang sangat banyak. C. Dampak Terjadinya Krisis EnergiKrisis ini memiliki akibat pada ekonomi, dengan banyak resesi disebabkan oleh krisis energi dalam beberapa bentuk. Terutama, kenaikan biaya produksi listrik, yang menyebabkan naiknya biaya produksi. Bagi para konsumen, harga BBM untuk mobil dan kendaraan lainnya meningkat, menyebabkan pengurangan keyakinan dan pengeluaran konsumen.Dalam sebuah ekonomi pasar harga persediaan energi, seperti minyak, gas atau listrik didorong oleh prinsip persediaan dan permintaan yang dapat menyebabkan perubahan mendadak dalam harga energi ketika persediaan atau permintaan berubah. Namun dalam beberapa kasus energi krisis disebabkan oleh kegagalan pasar untuk menyesuaikan harga-harga dalam menjawab kepada kekurangan energi tersebut.D. Cara Menanggulangi Krisis EnergiTerlihat bahwa 50% konsumsi energi nasional Indonesia selama ini berasal dari minyak bumi. Hal ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia masih sangat tergantung pada sumber energi tak terbarukan tersebut. Padahal, cepat atau lambat sumber energi tersebut akan habis. Adapun cara menanggulangi hal tersebut diantaranya :(http://www.pertamina.com/news-room/pidato-dan-artikel/indonesia-dan-ketahanan-energi/.)1) Mengurangi ketergantungan pada minyakMeskipun peran minyak telah menurun pada tahun-tahun belakangan ini, minyak tetap mencakupi 30 persen dari total konsumsi energi primer di tahun 2011. Ketergantungan ini diperburuk dengan kemampuan penyulingan yang rendah dan menurunnya produksi minyak bumi yang membuat Indonesia menjadi net importir minyak.Karena Indonesia kaya akan gas, kita seharusnya juga mengeksplorasi gas-gas nonkonvensional sebagai kemungkinan pilihan untuk menggantikan minyak. Gas Metana Batubara dapat menjadi salah satu pilihan yang baik.Gas Metana Batubara adalah gas yang serba guna yang dapat memenuhi kebutuhan berbagai market. Gas ini juga sangat ekonomis, di harga setengah dari harga diesel, bersih, dan menggunakan teknik ekstraksi yang lebih efisien sehingga berdampak minimal pada lingkungan.Selain manfaat-manfaat yang sudah disebutkan, Gas Metana Batubara juga lebih ekonomis karena biaya-biaya eksplorasi lebih rendah dibandingkan biaya eksplorasi sumur-sumur konvensional. Menurut CMB Asia Development Corp yang berbasis di Kanada, biaya pengeboran per sumur saat ini diperkirakan sekitar USD 1 juta dengan menggunakan rig berkekuatan 500 hingga 700 tenaga kuda. Biaya pengeboran ini lebih menguntungkan dibandingkan biaya pengeboran onshore convensional di Indonesia yang menelan biaya sekitar USD 10 hingga USD 30 juta per sumur.Dalam jangka lebih panjang, kita seharusnya juga merencanakan ekstrasi gas-gas nonkonvensional lainnya, seperti shale gas, yang akhir-akhir menjadi pusat perhatian sesudah Amerika Serikat berhasil dalam area ini. Namun untuk saat ini, marilah maju selangkah demi selangkah dan berkonsentrasi pada memaksimalisasi Gas Metana Batubara sebagai prioritas utama.Gas alam tetaplah bahan bakar fosil. Meskipun gas merupakan komponen penting dalam perekonomian sekarang, gas alam tidak dapat menjadi solusi untuk seluruh kebutuhan energi. Justru gas alam haruslah bertindak sebagai jembatan yang mengantarkan kita ke ekonomi rendah-karbon berdasarkan energi terbarukan. Gas alam akan menekan ketergantungan kita pada minyak untuk saat ini.2) Menciptakan energi mix yang terdiversifikasi melalui energi terbarukanSekitar 71% dari konsumsi energi primer di Indonesia selama 2011 adalah hidrokarbon. Tren dalam menggunakan hidrokarbon seperti minyak, gas dan batubara diprediksi akan tetap mendominasi energi konsumsi di masa depan. Perlu disadari bahwa di level konsumsi pada saat ini, sumber-sumber daya ini bisa segera habis.Intensitas karbon seperti ini tidak hanya akan menyebabkan risiko yang serupa dengan ketergantungan pada minyak, namun juga kekhawatiran akan polusi berlebihan dan emisi gas rumah kaca. Contohnya, meningkatnya emisi dapat meningkatkan tekanan internasional untuk mengurangi level emisi karbon berlebihan, seperti yang dapat kita lihat di Cina dan India. Secara domestik, ketergantungan pada minyak dan gas akan memperburuk polusi di kota-kota besar, seperti Jakarta.Oleh karena itu, energi mix seperti ini tidak dapat berlangsung dalam jangka panjang. Maka dari itu perlu melakukan sesuatu untuk mendiversifikasikan energi mix dan mengurangi konsumsi hidrokarbon. Generasi masa depan tidak seharusnya menanggung akibat dari ketiadaan tindakan kita hari ini. Pemerintah Indonesia mengakui bahwa cepat atau lambat Indonesia dan seluruh dunia harus meninggalkan minyak mentah sebagai sumber listrik utama.Alhasil, rencana-rencana jangka panjang telah dibuat untuk membangun sebuah energi mix yang melibatkan porsi sumber daya energi terbarukan yang lebih besar. Contohnya, pemerintah telah berencana untuk meningkatkan pembangkit listrik tahunan yang berasal dari sumber-sumber terbarukan hingga sekitar 99 juta ton setara minyak pada 2025. Saat ini, angkanya baru pada 10 juta ton setara minyak.Namun, perbincangan untuk mempromosi perkembangan energi terbarukan telah berlangsung sangat lama dan saat ini Indonesia tetap masih kurang berprestasi. 3) Beban subsidi bahan bakar harus dikurangi untuk membebaskan pendanaan pentingBanyak pengamat selama beberapa tahun terakhir telah menyuarakan bahwa Indonesia tengah bermain api dengan program subsidi bahan bakarnya.Subsidi bahan bakar telah meningkat sejak diperkenalkan pada era 1960an. Tak hanya semakin sulit untuk mempertahankan level yang diinginkan masyarakat Indonesia, subsidi ini telah menjadi penghalang terbesar bagi efisiensi di pasar energi. Pada akhirnya, subsidi ini menghalangi inisiatif-inisiatif penting karena dua hal.Pertama, subsidi-subsidi ini sangat mahal dimana 20 persen dari APBN saat ini digunakan untuk mendanai subsidi bahan bakar, yang juga berdampak pada budget di masa depan karena membengkaknya pinjaman untuk membiayai defisit anggaran.Dalam APBN 2013 yang disahkan pada Oktober 2012, pemerintah mengumumkan anggaran sebesar Rp 193 triliun untuk mengsubsidi bahan bakar sebanyak 46 juta kiloliter.Meskipun sudah besar, kuota yang disediakan setiap tahun tidak mampu mengikuti peningkatan permintaan konsumen. Contohnya, bahan bakar sebanyak 44 juta kiloliter yang dialokasi untuk tahun 2012 telah habis pada bulan November, sehingga membutuhkan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat untuk menyetujui penambahan 1,2 juta kiloliter untuk memenuhi permintaan.Hal ini membuktikan bahwa subsidi telah memutus hubungan antara harga energi dari realitas suplai dan permintaan yang sesungguhnya, membuat masyarakat Indonesia tidak sadar akan harga bahan bakar yang sesungguhnya dan mengkonsumsi dengan berlebihan dan boros.Kedua, ada misalokasi sumber daya karena subsidi membuat bahan bakar dijual dengan harga yang sangat murah dengan mengorbankan area-area penting lainnya seperti pemberantasan kemiskinan, penyediaan layanan kesehatan dan pembangunan infrastruktur. Contohnya, subsidi-subsidi dalam APBN 2013 melebihi pengeluaran nasional untuk gabungan edukasi, layanan kesehatan dan pekerjaan umum.Dampaknya besar pada sektor energi. Sebab utama mengapa sektor ini tetap kurang berkembang adalah karena Indonesia mengalami masalah infrastruktur menahun yang membuat investor asing berputar haluan.Dengan belanja negara untuk infrastructure terus menerus di bawah 3 persen dari GDP, tak heran kita tidak mampu menarik investor asing. Dan seperti yang sudah saya sebutkan, kita memerlukan partisipasi perusahaan-perusahaan asing untuk memfasilitasi transfer teknologi dan pengetahuan. Mengurangi alokasi dana untuk subsidi bahan bakar akan membebaskan dana untuk pembangunan-pembangunan seperti ini.Namun menghapus skema ini bukanlah opsi mudah bagi pemerintah karena masyarakat Indonesia sudah terbiasa dengan subsidi bahan bakar. Mungkin diperlukan waktu lama sebelum melihat perubahan nyata. Dengan pemilu 2014 yang semakin dekat, partai berkuasa dan oposisi kemungkinan tidak akan membuat kebijakan yang mengurangi subsidi bahan bakar. Tanggung jawab ini mungkin harus ditanggung oleh presiden baru Indonesia.Pemerintah dapat meningkatkan harga bahan bakar bersubsidi untuk mengurangi beban subsidi. Hal ini akan membuat harga bahan bakar meningkat sehingga mengerem permintaan karena konsumen harus menanggung sebagian dari beban bahan bakar sementara pemerintah menghemat triliunan rupiah.Tak hanya itu, pemotongan subsidi juga akan menyamaratakan kesempatan bagi sumber-sumber energi lainnya untuk berkompetisi dengan bahan bakar bersubsidi. Hal ini akan mendorong perkembangan energi terbarukan.Keluar dari sektor energi, pengurangan beban subsidi bahan bakar juga akan membantu masyarakat untuk hidup lebih baik karena dana-dana lebih tersedia dalam membantu mereka mencapai kemajuan berkualitas.Subsidi bahan bakar hanyalah kelegaan sesaat bagi beban hidup mereka. Dalam jangka panjang, tindakan-tindakan yang lebih berdampak seperti kebijakan edukasi, infrastruktur untuk bisnis dan kehadiran layanan kesehatan yang terjangkau akan jauh lebih meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia. Hal ini akan membantu dalam mencapai Millennium Development Goals yang akan mencapai deadline pada tahun 2015.Masih banyak masalah lain dalam kerangka dan kebijakan energi pemerintah yang memerlukan reformasi. Namun dibutuhkan upaya dan waktu yang besar untuk mengkoreksinya. Saat ini, jalan menuju aksi sudah jelas; pemerintah harus menelan peluru politik dan mengurangi beban subsidi sebagai langkah pertama menuju perubahan yang lebih besar. Pada akhirnya, harus menyeimbangi antara tidak membebani rakyat, namun juga tidak mengorbankan rencana-rencana bagi masa depan energi Indonesia.4) Mencari energi alternatifDalam memahami krisis energi, umumnya orang awam menganggap bahwa sebuah situasi di mana energi akan habis dalam beberapa tahun kedepan. Mulai dari pangan, migas, mineral, hingga ketersediaan air bersih. Hal ini disebabkan energi-energi tersebut telah habis dieksploitasi. Oleh karenanya dianjurkan untuk segera mencari sumber energi baru atau menemukan energi alternatif. Seperti menggunakan energi dari tenaga surya sebagai pengganti bahan bakar. Contoh :1. Kompor MatahariPrinsip kerja dari kompor matahari adalah dengan memfokuskan panas yang diterima dari matahari pada suatu titik menggunakan sebuah cermin cekung besar sehingga didapatkan panas yang besar yang dapat digunakan untuk menggantikan panas dari kompor minyak atau kayu bakar.Untuk diameter cermin sebesar1,3 meter kompor ini memberikan daya thermal sebesar 800 watt pada panci. Dengan menggunakan kompor ini maka kebutuhan akan energi fosil dan energi listrik untuk memasak dapat dikurangi.

BAB IVPENUTUPA. Kesimpulan1. Krisis energi adalah kekurangan (atau peningkatan harga) dalam persediaan sumber daya energi ke ekonomi. Krisis ini biasanya menunjuk ke kekurangan minyak bumi, listrik, atau sumber daya alam lainnya. 2. Penyebab terjadinya krisis energi adalah hilangnya keseimbangan antara alam dan manusia (disharmoni kosmos), keserakahan yang tak kunjung usai, penyalahgunaan pemakaian energi, dan pemborosan energi listrik.3. Krisis energi dapat berdampak pada kenaikan biaya produksi listrik, yang menyebabkan naiknya biaya produksi. Bagi para konsumen, harga BBM untuk mobil dan kendaraan lainnya meningkat, menyebabkan pengurangan keyakinan dan pengeluaran konsumen.4. Cara penanggulangan krisis energi antara lain : Mengurangi ketergantungan kita pada minyak, Menciptakan energi mix yang terdiversifikasi melalui energi terbarukan, Beban subsidi bahan bakar harus dikurangi untuk membebaskan pendanaan penting, dan Mencari energi alternatif.

DAFTAR PUSTAKA

Mediastika, Christina E. Hemat Energi dan Lestari Lingkungan Melalui Bangunan. Yogyakarta. 2013.Turner, Ruth. Rumah Hemat Energi: Kiat-Kiat Merancang Rumah yang Sehat dan Nyaman. Depok:Piramedia. 2005.Hasibuan Nikolas. Gelombang Revolusi Energi. Jakarta. 1995.Artikel non-personal. Jika Energi itu Kekal Mengapa ada Krisis. http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2013/10/03/jika-energi-itu-kekal-mengapa-ada-krisis-597332.html. Diakses pada 15 Maret 2014.Artikel non-personal. Indonesia dan Ketahanan Energi. http://www.pertamina.com/news-room/pidato-dan-artikel/indonesia-dan-ketahanan-energi/. Diakses pada 15 Maret 2014.Artikel non-personal. Tinjauan Pustaka Krisis Energi. http://www.academia.edu/4832189/Tinjauan_pustaka Diakses pada 23 Maret 2014.

12