makala h

17
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbicara tentang Nasionalisme Indonesia, perlu dicatat bahwa kitatidak dapat menyepadankannya begitu sajadengan nasionalisme Barat.Nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme yang berfondasi Pancasila.Nasionalisme yang bersenyawa dengan keadilan yang oleh Bung Karno disebut Socionasionalisme. Nasionalisme yang demikian ini menghendaki penghargaan, penghormatan, toleransi kepada bangsa atau suku bangsa lai nasionalisme Indonesia berbedadengan nasionalisme Barat yang menjuruskepada sikap chau"inistik dan ethnonationalism #nasionalisme sempit$ yang membenci bangsa bangsa lain, menganggap bangsa atau suku bangsa sendirilah yang paling bagus, pali sesuai dengan indi"idualisme Barat. Nasionalisme adalah sebuah ideologi yang tergolong paling mutakhirdalam pemahaman politik nasional. %alam puncak pencapaian ide politiknya akan menghasilkan sebuah sistem politik nation state #negara bangsa$ sebagai sebuah entitas politik y tengahtengah lingkungan umat manusia di dunia kehidupan ini. Substansi nasionalisme Indonesia memiliki dua unsur.Pertama, kesadaran menge persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai suku, etnik, dan agama.Kedua, kesadaran bersama bangsa Indonesia dalam menghapuskan segalabentuk penjajahan, dan penindasan dari bumi Indonesia.Semangat dari dua substansi ter kemudian tercermin dalam Sumpah Pemuda dan Proklamasi serta dalam Pembukaan &&% '() 1.2 Rumusan Masalah '.+.' pakah pengertian Nasionalisme - '.+.+ pakah makna dari Nasionalisme- '.+. Bagaimanakah Nasionalisme Indonesia yang dilandasi Pancasila- '.+.) Bagaimanakah bentukbentuk Nasionalisme - '.+.* Bagaimanakah Pancasila sebagai /ajah Nasionalisme Indonesia - 1

Upload: pitha

Post on 04-Nov-2015

226 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ISI

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangBerbicara tentang Nasionalisme Indonesia, perlu dicatat bahwa kita tidak dapat menyepadankannya begitu saja dengan nasionalisme Barat.Nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme yang berfondasi Pancasila.Nasionalisme yang bersenyawa dengan keadilan sosial, yang oleh Bung Karno disebut Socio-nasionalisme. Nasionalisme yang demikian ini menghendaki penghargaan, penghormatan, toleransi kepada bangsa atau suku bangsa lain. Maka nasionalisme Indonesia berbeda dengan nasionalisme Barat yang menjurus kepada sikap chauvinistik dan ethnonationalism (nasionalisme sempit) yang membenci bangsa atau suku bangsa lain, menganggap bangsa atau suku bangsa sendirilah yang paling bagus, paling unggul, sesuai dengan individualisme Barat.

Nasionalisme adalah sebuah ideologi yang tergolong paling mutakhirdalam pemahaman politik nasional. Dalam puncak pencapaian ide politiknya akan menghasilkan sebuah sistem politik nation state (negara bangsa) sebagai sebuah entitas politik yang kuat di tengah-tengah lingkungan umat manusia di dunia kehidupan ini.

Substansi nasionalisme Indonesia memiliki dua unsur.Pertama, kesadaran mengenai persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai suku, etnik, dan agama.Kedua, kesadaran bersama bangsa Indonesia dalam menghapuskan segala bentuk penjajahan, dan penindasan dari bumi Indonesia.Semangat dari dua substansi tersebutlah yang kemudian tercermin dalam Sumpah Pemuda dan Proklamasi serta dalam Pembukaan UUD 1945.

1.2 Rumusan Masalah1.2.1Apakah pengertian Nasionalisme ?

1.2.2Apakah makna dari Nasionalisme?

1.2.3Bagaimanakah Nasionalisme Indonesia yang dilandasi Pancasila?1.2.4 Bagaimanakah bentuk-bentuk Nasionalisme ?

1.2.5Bagaimanakah Pancasila sebagai Wajah Nasionalisme Indonesia ?1.3 Tujuan Penulisan1.3.1Untuk mengetahui pengertian dari Nasionalisme.1.3.2Untuk mengetahui makna dari Nasionalisme.1.3.3 Untuk mengetahui Nasionalisme yang dilandasi Pancasila.1.3.4Untuk mengetahui bentuk-bentuk Nasionalisme.

1.3.5Untuk mengetahui Pancasila sebagai Wajah Nasionalisme Indonesia.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Pengertian Nasionalisme Ada beberapa tokoh mengemukakan tentang pengertian Nasionalisme.

1.Menurut Ernest Renan; Nasionalisme adalah kehendak untuk bersatu dan bernegara.

2.Menurut Otto Bauar; Nasionalisme adalah suatu persatuan atau karakter yang timbul karena perasaan senasib.

3.Menurut Hans Kohn; Nasionalisme secara fundamental timbul dari adanya Nation Counciousness. Dengan perkataan lain Nasionalisme adalah formalisasi (bentuk) dan rasionalisasi dari kesadaran nasional berbangsa dan bernegara sendiri. Dan kesadaran nasional adalah inilah yang membentuk nation dalam arti politik, yaitu negara nasional.

4.Menurut L. Stoddard; Nasionalisme adalah suatu kepercayaan yang dimiliki oleh sebagian terbesar individu dimana mereka menyatakan rasa kebangsaan sebagai perasaan memiliki secara bersama di dalam suatu bangsa.

5.Menurut Dr. Hertz dalam bukunya yang berjudul Nationality in History and Politics mengemukakan empat unsur nasionalisme, yaitu :

a.Hasrat untuk mencapai kesatuan

b.Hasrat untuk mencapai kemerdekaan

c.Hasrat untuk mencapai keadilan

d.Hasrat untuk mencapai kehormatan bangsa

Dari definisi itu nampak bahwa negara dan bangsa adalah sekelompok manusia yang :

a.Memiliki cita-cita bersama yang mengikat warga negara menjadi satu kesatuan.

b.Memiliki sejarah hidup bersama sehingga tercipta rasa senasib sepenanggungan.

c.Memiliki adat, budaya, dan kebiasaan yang sama sebagai akibat pengalaman hidup bersama.

d.Menempati suatu wilayah tertentu yang merupakan kesatuan wilayah.

e.Terorganisir dalam suatu pemerintahan yang berdaulat sehungga mereka terikat dalam suatu masyarakat hukum.

Nasionalisme adalah suatu sikap politik dari masyarakat suatu bangsa yang mempunyai kesamaan kebudayaan, dan wilayah serta kesamaan cita-cita dan tujuan, dengan demikian masyarakat suatu bangsa tersebut merasakan adanya kesetiaan yang mendalam terhadap bangsa itu sendiri.Demikian juga ketika kita berbicara tentang nasionalisme. Nasionalisme merupakan jiwa bangsa Indonesia yang akan terus melekat selama bangsa Indonesia masih ada. Nasionalisme bukanlah suatu pengertian yang sempit bahkan mungkin masih lebih kaya lagi pada zaman ini. Ciri-ciri nasionalisme di atas dapat ditangkap dalam beberapa definisi nasionalisme sebagai berikut :

1. Nasionalisme ialah cinta pada tanah air, ras, bahasa atau sejarah budaya bersama.

2. Nasionalisme ialah suatu keinginan akan kemerdekaan politik, keselamatan dan prestise bangsa.

3. Nasionalisme ialah suatu kebaktian mistis terhadap organisme sosial yang kabur, kadang-kadang bahkan adikodrati yang disebut sebagai bangsa atau Volk yang kesatuannya lebih unggul daripada bagian-bagiannya.

4. Nasionalisme adalah dogma yang mengajarkan bahwa individu hanya hidup untuk bangsa dan bangsa demi bangsa itu sendiri.

Nasionalisme tersebut berkembang terus memasuki abad 20 dengan kekuatan-kekuatan berikut :

(1) keinginan untuk bersatu dan berhasil dalam me-nyatukan wilayah dan rakyat;

(2) perluasan kekuasan negara kebangsaan;

(3) pertumbuhan dan peningkatan kesa-daran kebudayaan nasional dan

(4) konflik-konflik kekuasaan antara bangsa-bangsa yang terangsang oleh perasaan nasional.

Kini nasionalisme mengacu ke kesatuan, keseragam-an, keserasian, kemandirian dan agresivitas.(Boyd C. Shafer, 1955, hal. 168). Sebagai gejala historis nasionalisme pun bercorak ragam pula. Di Perancis, Inggris, Portugis dan Spanyol sebagian besar nasionalisme dibangun atas kekuasaan monarik-monarki yang kuat, sedangkan di Eropa Tengah dan Eropa Timur nasionalisme terutama dibentuk atas dasar-dasar nonpolitis yang kemudian dibelokkan ke nation-state yang sifatnya politis juga. Namun banyak sarjana berpendapat bahwa nasionalisme mendapat bentuk yang paling jelas untuk pertama kali pada pertengahan kedua abad ke-18 dalam wujud revolusi besar Perancis dan Amerika Utara.

Menurut Profesor W. F. Wertheim, nasionalisme dapat dipertimbangkan sebagai suatu bagian integral dari sejarah politik, terutama apabila ditekankan pada konteks gerakan-gerakan nasionalisme pada masa pergerakan nasional. Lagi pula Wertheim juga menegaskan bahwa faktor-faktor seperti perubahan ekonomi, perubahan sistem status, urbanisasi, reformasi agama Islam, dinamika kebudayaan, yang semuanya terjadi dalam masa kolonial telah memberikan kontribusi perubahan reaksi pasif dari pengaruh Barat kepada reaksi aktif nasionalisme Indonesia. Faktor-faktor tersebut telah diuraikan secara panjang lebar dalam bab-bab buku karangannya yang berjudul : Indonesian Society in Transision: A Study of Social Change(1956).

Pertumbuhan nasionalisme Indonesia ternyata tidak sederhana seperti yang diduga sebelumnya.Selama ini nasionalisme Indonesia menunjukkan identitasnya pada derajat integrasi tertentu.Nasionalisme sekarang harus dapat mengisi dan menjawab tantangan masa transisi. Tentunya nilai-nilai baru tidak akan menggoncangkan nasionalisme itu sendiri selama pendukungnya yaitu bangsa Indonesia tetap mempunyai sense of belonging, artinya memiliki nilai-nilai baru yang disepakati bersama. Nasionalisme pada hakekatnya adalah untuk kepentingan dan kesejahteraan bersama, karena nasonalisme menentang segala bentuk penindasan terhadap pihak lain, baik itu orang per orang, kelompok-kelompok dalam masyarakat, maupun suatu bangsa.Nasionalisme tidak membeda-bedakan baik suku, agama, maupun ras.

Hal hal yang mendorong munculnya faham nasionalisme , antara lain :

a. Adanya campur tangan bangsa lain misalnya penjajahan dalam wilayahnya.

b. Adanya keinginan dan tekad bersama untuk melepaskan diri dari belenggu kekuasaan absolut , agar manusia mendapatkan hak haknya secara wajar sebagai warga negara.

c. Adanya ikatan rasa senasib dan seperjuangan.

d. Bertempat tinggal dalam suatu wilayah.

Sejarah munculnya faham nasionalisme di dunia, juga tidak lepas dari pengaruh perang kemerdekaan Amerika Serikat terhadap Revolusi Perancis dan meletusnya revolusi industri di Inggris.Melalui revolusi perancis, paham nasionlisme meyebar luas ke seluruh dunia.

Prinsip prinsip nasionalisme, menurut Hertz dalam bukunya Nationality in History and Policy, antara lain :

a.Hasrat untuk mencapai kesatuan

b.Hasrat untuk mencapai kemerdekaan

c.Hasrat untuk mencapai keaslian

d.Hasrat untuk mencapai kehormatan bangsa.

2.2 Makna Nasionalisme

Makna Nasionalisme secara politis merupakan kesadaran nasional yang mengandung cita-cita dan pendorong bagi suatu bangsa, baik untuk merebut kemerdekaan atau menghilangkan penjajahan maupun sebagai pendorong untuk membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya.Kita sebagai warga negara Indonesia, sudah tentu merasa bangga dan mencintai bangsa dan negara Indonesia. Kebanggan dan kecintaan kita terhadap bangsa dan negara tidak berarti kita merasa lebih hebat dan lebih unggul daripada bangsa dan negara lain. Kita tidak boleh memiliki semangat nasionalisme yang berlebihan (chauvinisme) tetapi kita harus mengembangkan sikap saling menghormati, menghargai dan bekerja sama dengan bangsa-bangsa lain. Jadi, Nasionalisme dapat juga diartikan :

Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang meninggikan bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagaimana mestinya. Sikap seperti ini jelas mencerai-beraikan bangsa yang satu dengan bangsa yang lainnya. Keadaan seperti ini sering disebut chauvinisme.

Sedang dalam arti luas, Nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain.

Unsur-unsur Nasionalisme Indonesia mencakup hal-hal seperti berikut :

1.Kesatuan (unity), yang mentransformasikan hal-hal yang bhineka menjadi seragam sebagai konsekuensi dari proses integrasi. Tetapi persatuan dan kesatuan tidak boleh disamakan dengan penyeragaman dan keseragaman.

2.Kebebasan (liberty), yang merupakan keniscayaaan bagi negeri-negeri yang terjajah agar bebas dari dominasi asing secara politik dan eksploitasi ekonomi serta terbebas pula dari kebijakan yang menyebabkan hancurnya kebudayaan yang berkepribadian.

3.Kesamaan (equality), yang merupakan bagian implisit dari masyarakat demokratis dan merupakan sesuatu yang berlawanan dengan politik kolonial yang diskriminatif dan otoriter.

4.Kepribadian (identity), yang lenyap disebabkan, ditiadakan, dimarginalkan, secara sistematis oleh pemerintah kolonial Belanda.

5.Pencapaian-pencapaian dalam sejarah yang memberikan inspirasi dan kebanggaan bagi suatu bangsa sehingga bangkit semangatnya untuk berjuang menegakkan kembali harga diri dan martabatnya di tengah bangsa.

Konsepnya itu didasarkan atas pengamatannya terhadap sejarah Indonesia, khususnya sejak masa penjajahan.Ia jelas sekali menerima beberapa pandangan yang dikemukakan oleh Ernest Renan. Notonagoro, seorang ahli falsafah dan hukum terkemuka dari Universitas Gajah Mada, mengemukakan bahwa nasionalisme dalam konteks Pancasila bersifat majemuk tunggal (bhineka tunggal ika).

Unsur-unsur yang membentuk Nasionalisme Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Kesatuan Sejarah, yaitu kesatuan yang dibentuk dalam perjalanan.

Sejarahnya yang panjang sejak zaman Sriwijaya, Majapahit dan munculnya kerajaan-kerajaan Islam hingga akhirnya muncul penjajahan VOC dan Belanda. Secara terbuka nasionalisme mula pertama dicetuskan dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1945 dan mencapai puncaknya pada Proklamasi Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945.

2. Kesatuan Nasib.

Bangsa Indonesia terbentuk karena memiliki persamaan nasib, yaitu penderitaan selama masa penjajahan dan perjuangan merebut kemerdekaan secara terpisah dan bersama-sama, sehingga berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa dapat memproklamasikan kemerdekaan menjelang berakhirnya masa pendudukan tentara Jepang.

3. Kesatuan Kebudayaan.

Walaupun bangsa Indonesia memiliki keragaman kebudayaan dan menganut agama yang berbeda, namun keseluruhannya itu merupakan satu kebudayaan yang serumpun dan mempunyai kaitan dengan agama-agama besar yang dianut bangsa Indonesia, khususnya Hindu dan Islam.

4. Kesatuan Wilayah.

Bangsa ini hidup dan mencari penghidupan di wilayah yang sama yaitu tumpah darah Indonesia.

5. Kesatuan Asas Kerohanian.Bangsa ini memiliki kesamaan cita-cita, pandangan hidup dan falsafah kenegaraan yang berakar dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri di masa lalu maupun pada masa kini.Dalam kaitannya dengan bentuk pemerintahan atau negara, Soepomo dan Mohammad Yamin mengemukakan agar bangsa Indonesia menganut paham integralistik, dalam arti bahwa negara yang didiami bangsa Indonesia merupakan suatu kesatuan integral dari unsur-unsur yang menyusunnya.Paham integralistik mengandaikan bahwa negara harus mengatasi semua golongan. Notonagoro di lain hal mengusulkan agar NKRI menjadi negara yang berasaskan kekeluargaan, tetapi diartikan keliru oleh Soeharto dan rezimnya selama lebih dari 30 tahun. Sampai sekarang tampaknya kita masih gamang akan memilih paham yang mana untuk menentukan masa depan negara kita. Kita juga belum tahu bagaimana menempatkan kebudayaan penduduk Nusantara yang bhineka itu, yang multi-etnik, multi-budaya dan multi-agama, dalam rangka negara persatuan.

2.3 Nasionalisme Indonesia Dilandasi PancasilaNasionalisme Indonesia tidak bisa dan tidak boleh lepas dari Dasar Negara RI Pancasila.Nasionalisme bisa mempunyai macam-macam muka, dan Nasionalisme Indonesia yang benar dan kuat hanya terwujud bila dilandasi Pancasila.

Adalah Bung Karno, Presiden RI pertama, yang pada 1 Juni 1945 menyampaikan pandangannya kepada Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) tentang Pancasila. Beliau katakan bahwa negara Indonesia yang akan kita dirikan memerlukan satu Weltanschauung atau Pandangan Hidup Bangsa.

Kemudian beliau menguraikan pandangan yang beliau namakan Pancasila. Bung Karno menyatakan bahwa negara yang kita dirikan harus dilandasi Nasionalisme. Akan tetapi nasionalisme yang kita bangun harus nasionalisme yang tumbuh dalam tamansari internasionalisme, bukan nasionalisme yang sempit dan Chauvinis.Melainkan nasionalisme yang ber-Perikemanusiaan yang adil dan beradab.

Selain itu nasionalisme yang kita bangun harus menjunjung tinggi Kerakyatan atau Demokrasi, bukan nasionalisme yang diktatur.Sebab kedaulatan bangsa harus di tangan Rakyat.Nasionalisme juga mengutamakan kesejahteraan yang tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia disertai Keadilan Sosial yang menjadikan Rakyat selalu setia kepada negara dan bangsa.Dan Nasionalisme Indonesia ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, bukan nasionalisme atheis atau sekular.Nasionalisme yang menjunjung tinggi kehidupan bermoral sesuai ajaran agama-agama yang ada dalam kehidupan umat manusia.

Sidang BPUPKI menerima dan menyetujui pandangan Bung Karno. Ketika kemudian Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) merumuskan Pancasila maka digunakan beberapa istilah lain dan susunan berbeda dari yang dikemukakan Bung Karno pada 1 Juni 1945, namun pengertiannya tetap sama. Kata nasionalisme diganti dengan Persatuan Indonesia, internasionalisme dengan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Dalam susunan Pancasila Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi Sila Pertama, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab Sila Kedua, Persatuan Indonesia Sila Ketiga, Sila Keempat adalah Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat indonesia Sila Kelima. Dasar NegaraPancasila ini menjadi landasan setiap aspek kehidupan Negara Republik Indonesia dan bangsanya.

Nasionalisme Indonesia akan tangguh dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa serta mencapai Tujuan Nasional bangsa selama ia dilandasi Pancasila Dasar Negara.Keadaan Nasionalisme IndonesiaMerupakan satu kenyataan bahwa nasionalisme Indonesia dewasa ini dalam keadaan yang jauh dari memuaskan. Hal itu tidak selalu demikian. Nasionalisme Indonesia pernah kokoh dan kuat. Dengan nasionalisme yang kuat, bangsa Indonesia merebut kemerdekaan dan mendirikan negara Republik Indonesia yang diakui semua bangsa di dunia. Bahwa keadaannya sekarang kurang baik, itu merupakan akibat perkembangan selama Indonesia merdeka.

Setelah negara RI berdiri kokoh pada 1951, sebetulnya kepemimpinan nasional harus melakukan konsolidasi ke dalam untuk memantapkan Pancasila sebagai dasar negara RI. Sebab mayoritas rakyat belum paham benar tentang Pancasila. Selain itu, dalam perjuangan kemerdekaan, cukup banyak orang Indonesia yang berpihak pada Belanda dan yang sikapnya setengah-setengah lebih banyak.

Memang Bung Karno sebagai presiden pertama bicara tentang perlunyanation and character building,tetapi dalam kenyataan tak pernah dilakukan secara sungguh-sungguh. Selain itu, Bung Karno kurang memperhatikan keseimbangan antara menciptakan kesejahteraan rakyat dan perjuangan politik dalam arena internasional. Akibatnya, pemahaman Pancasila tidak mendalam dan meluas. Ditambah makin menurunnya kesejahteraan rakyat membuat kurangnya pemeliharaan nasionalisme.

Dalam kepemimpinan Presiden Soeharto sebagai presiden kedua, mula-mula dicapai kemajuan ketika kesejahteraan rakyat membaik dan Pancasila diperluas pemahamannya melalui penataran, pemahaman, dan pengamalan Pancasila. Sayangnya, permulaan baik itu mengendur ketika kepemimpinan Pak Harto berat pada kepentingan keluarga beliau. Di samping itu, pembangunan ekonomi amat dipengaruhi IMF dan Bank Dunia yang membawa pahamneoliberalisme.

Akibatnya, kesenjangan antara pihak kaya dan miskin makin lebar. Sikap masyarakat makin berorientasi pada individualisme dan materialisme, pada uang dan benda. Mulai meluas korupsi di berbagai aspek kehidupan. Sumber daya alam Indonesia yang tinggi potensinya makin dikuasai pihak asing, sedangkan rakyat Indonesia sendiri kurang menikmati manfaatnya. Makin sukar bagi rakyat untuk bangga akan negara dan bangsanya.Kemudian datang masa reformasi yang bukannya menjadikan Pancasila kenyataan di bumi Indonesia, melainkan justru makin menghilangkan peran dan arti Pancasila dalam kehidupan bangsa. UUD 1945 diamandemen empat kali, yang menjadikan konstitusi itu penuh kontradiksi antara pembukaan yang memuat dasar negara dan batang tubuh yang penuh dengan pasal yang bertentangan dengan Pancasila.

Ekonomi makin didominasi paham neoliberal yang membanggakan kemajuan makro, seperti pertumbuhan 6% setahun, tapi tidak menghiraukan bahwa kemiskinan masih dan makin menjerat kehidupan rakyat banyak. Jadi, kalau sekarang nasionalisme Indonesia kurang kuat, itu merupakan akibat kepemimpinan yang kurang bermutu dan manajemen nasional yang tidak efektif.Orang Indonesia senang bicara dan berteori, membuat Indonesia kaya dengan teori dan konsep yang brilyan, tapi amat lemah dalam implementasi yang konsisten dan efektif. Para pemimpin hebat sekali berwacana. Tapi, sayangnya, kebanyakan tinggal pada wacana belaka dan tidak merasa perlu mengimbangi wacana itu dengan tindakan nyata.

Maka, untuk membuat nasionalisme Indonesia tangguh dan kokoh kembali, syarat pertama adalah perbaikan dan peningkatan mutu kepemimpinan di semua tingkat dan aspek kehidupan bangsa, disertai pelaksanaan manajemen yang efektif. Khususnya kepemimpinan dan manajemen pada tingkat nasional. Kepemimpinan yang menyadari bahwa nilai-nilai Pancasila perlu hidup dan berkembang nyata dalam kehidupan bangsa Indonesia serta mengusahakan dengan penuh kesungguhan agar hal itu tercapai.

Dengan begitu, potensi nasional yang besar dan bernilai tinggi berupa sumber daya alam, sumber daya manusia, dan kondisi geografi yang menguntungkan akan mendatangkan kesejahteraan dan kemajuan untuk kehidupan rakyat banyak. Kalau rakyat sejahtera, negara akan kuat. Itulah wujud nasionalisme Indonesia yang tangguh.

2.4 Bentuk-Bentuk NasionalismeNasionalisme dapat menonjolkan dirinya sebagai sebagian paham negara atau gerakan (bukan negara) yang populer berdasarkan pendapat warganegara, etnis, budaya, keagamaan dan ideologi. Kategori tersebut lazimnya berkaitan dan kebanyakan teori nasionalisme mencampuradukkan sebahagian atau semua elemen tersebut.

Nasionalisme kewarganegaraan (atau nasionalisme sipil) adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik dari penyertaan aktif rakyatnya, "kehendak rakyat"; "perwakilan politik". Teori ini mula-mula dibangun oleh Jean-Jacques Rousseau dan menjadi bahan-bahan tulisan. Antara tulisan yang terkenal adalah buku berjudul Du Contract Sociale (atau dalam Bahasa Indonesia "Mengenai Kontrak Sosial").

Nasionalisme etnis adalah sejenis nasionalisme di mana negara memperoleh kebenaran politik dari budaya asal atau etnis sebuah masyarakat. Dibangun oleh Johann Gottfried von Herder, yang memperkenalkan konsep Volk (bahasa Jerman untuk "rakyat").

Nasionalisme romantik (juga disebut nasionalisme organik, nasionalisme identitas) adalah lanjutan dari nasionalisme etnis dimana negara memperoleh kebenaran politik secara semulajadi ("organik") hasil dari bangsa atau ras; menurut semangat romantisme. Nasionalisme romantik adalah bergantung kepada perwujudan budaya etnis yang menepati idealisme romantik; kisah tradisi yang telah direka untuk konsep nasionalisme romantik. Misalnya "Grimm Bersaudara" yang dinukilkan oleh Herder merupakan koleksi kisah-kisah yang berkaitan dengan etnis Jerman.

Nasionalisme budaya adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik dari budaya bersama dan bukannya "sifat keturunan" seperti warna kulit, ras dan sebagainya. Contoh yang terbaik ialah rakyat Tionghoa yang menganggap negara adalah berdasarkan kepada budaya. Unsur ras telah dibelakangkan di mana golongan Manchu serta ras-ras minoritas lain masih dianggap sebagai rakyat negara Tiongkok. Kesediaan dinasti Qing untuk menggunakan adat istiadat Tionghoa membuktikan keutuhan budaya Tionghoa. Malah banyak rakyat Taiwan menganggap diri mereka nasionalis Tiongkok sebab persamaan budaya mereka tetapi menolak RRC karena pemerintahan RRT berpaham komunisme.

Nasionalisme kenegaraan ialah variasi nasionalisme kewarganegaraan, selalu digabungkan dengan nasionalisme etnis. Perasaan nasionalistik adalah kuat sehingga diberi lebih keutamaan mengatasi hak universal dan kebebasan. Kejayaan suatu negeri itu selalu kontras dan berkonflik dengan prinsip masyarakat demokrasi. Penyelenggaraan sebuah 'national state' adalah suatu argumen yang ulung, seolah-olah membentuk kerajaan yang lebih baik dengan tersendiri. Contoh biasa ialah Nazisme, serta nasionalisme Turki kontemporer, dan dalam bentuk yang lebih kecil, Franquisme sayap-kanan di Spanyol, serta sikap 'Jacobin' terhadap unitaris dan golongan pemusat negeri Perancis, seperti juga nasionalisme masyarakat Belgia, yang secara ganas menentang demi mewujudkan hak kesetaraan (equal rights) dan lebih otonomi untuk golongan Fleming, dan nasionalis Basque atau Korsika. Secara sistematis, bilamana nasionalisme kenegaraan itu kuat, akan wujud tarikan yang berkonflik kepada kesetiaan masyarakat, dan terhadap wilayah, seperti nasionalisme Turki dan penindasan kejamnya terhadap nasionalisme Kurdi, pembangkangan di antara pemerintahan pusat yang kuat di Spanyol dan Perancis dengan nasionalisme Basque, Catalan, dan Corsica.

Nasionalisme agama ialah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh legitimasi politik dari persamaan agama. Walaupun begitu, lazimnya nasionalisme etnis adalah dicampuradukkan dengan nasionalisme keagamaan. Misalnya, di Irlandia semangat nasionalisme bersumber dari persamaan agama mereka yaitu Katolik; nasionalisme di India seperti yang diamalkan oleh pengikut partai BJP bersumber dari agama Hindu.

Namun, bagi kebanyakan kelompok nasionalis agama hanya merupakan simbol dan bukannya motivasi utama kelompok tersebut. Misalnya pada abad ke-18, nasionalisme Irlandia dipimpin oleh mereka yang menganut agama Protestan. Gerakan nasionalis di Irlandia bukannya berjuang untuk memartabatkan teologi semata-mata. Mereka berjuang untuk menegakkan paham yang bersangkut paut dengan Irlandia sebagai sebuah negara merdeka terutamanya budaya Irlandia. Justru itu, nasionalisme kerap dikaitkan dengan kebebasan.

2.5 Pancasila Sebagai Wajah Nasionalisme IndonesiaPerwujudan nasionalisme tidak harus dengan anti-antian terhadap produk budaya asing, toh istilah nasionalisme sendiri juga merupakan produk budaya asing. Nasionalisme: dari kata nation yang berarti bangsa/kebangsaan dan isme yang selalu dipakai untuk menunjuk paham/ajaran/aliran. Berarti nasionalisme disini adalah paham kebangsaan atau ajaran kebangsaan.

Wujud nasionalisme Indonesia adalah pancasila, falsafah atau ajaran bangsa yang tidak sedang dimonopoli oleh partai politik yang sepertinya juga sedang lupa untuk terus mengkampanyekan ajaran bangsa ini. Pun bukan warisan dari salah satu ajaran agama yang ada, salah besar kalau ada anggapan seperti itu, pancasilanya Majapahit dan pancasilanya Indonesia sudah berbeda. Tentang ini nanti kalau ada kesempatan bisa kita bicarakan lebih lanjut, yang pasti sementara yang saya ketahui ajaran pancasila yang masih digunakan dalam agama Budha adalah pancasila yang berisi anjuran dalamsamadiy-sementara belum saya mengerti tentang istilah samadiy ini, apakah sama dengan semedi atau mengheningkan cipta dalam bahasa Indonesia. Cukuplah dulu diketahui bahwa istilah pancasila adalah istilah yang diperkenalkan oleh Ir. Soekarno dalam pidatonya tertanggal 1 Juni 1945 dan digunakan untuk menyebut lima dasar negara Indonesia merdeka, yang pasti tidaklah sama antara keduanya yaitu antara pancasilanya Indonesia.Kenapa harus pancasila? Sebab inilah kesepakatannya, kesepakatan bahwa kita adalah bangsa yang berketuhanan Yang Maha Esa, berperikemanusiaan, bersatu atas dasar musyawarah dan berkeadilan. Lalu bagaimana nasionalisme ala pancasila ini? Tentunya dapat kita kaji intisari dari pancasila yang lima sila ini.

Berangkat dari pendapat Soekarno tentang pancasila, bagi soekarno pancasila yang lima sila ini dapat diperas menjadi trisila yaitu sosionasionalisme, sosiodemokrasi dan ketuhanan Yang Maha Esa. Sosionasionalisme adalah gagasan yang dirumuskan Soekarno tentang nasionalisme yang layak diterapkan di Indonesia. Dalam artikel yang ia tulis tahun 1932,Demokrasi-Politik dan Demokrasi Ekonomi, Soekarno menyinggung inti dari sosio-nasionalisme yang ia rumuskan;

Nasionalisme kita haruslah nasionalisme yang tidak mencari gebyarnya atau kilaunya negeri keluar saja, tetapi haruslah mencari selamatnya manusia.. Nasionalisme kita haruslah lahir daripada menselijkheid. Nasionalismeku adalah nasionalisme kemanusiaan, begitulah Gandhi berkata,

Nasionalisme kita, oleh karenanya, haruslah nasionalisme yang dengan perkataan baru yang kami sebut: sosio-nasionalisme. Dan demokrasi yang harus kita cita-citakan haruslah demokrasi yang kami sebutkan: sosio-demokrasi.

Jelas sudah bahwa nasionalisme Indonesia haruslah nasionalisme yang bertujuan mencapai kebahagiaan umat manusia dan bukannya nasionalisme yang mengagung-agungkan negeri ini di kancah internasional saja. Maka dari itu, Soekarno menginginkan yang menjadi landasan nasionalisme Indonesia adalah kemanusiaan. Bukan pula nasionalisme yang mengisolasi dirinya terhadap dunia luar. Sosionasionalisme secara singkat adalah nasionalisme yang tidak hanya mencintai tanah airnya semata tapi lebih mendasarkan diri pada kecintaan terhadap rakyat jelata dan nasionalisme yang memperjuangkan nasib rakyat jelata, yang dengan demikian adalah nasionalisme yang memperjuangkan perbaikan hidup sesama.

Sosio demokrasi adalah demokrasi yang tidak sama dengan demokrasinya liberal yang hanya mengurusi kehidupan politik, tapi demokrasi yang mengurusi juga kehidupan ekonomi dan sosial budaya, yang berarti segala urusan kemasyarakatan, bangsa dan negara adalah diatur secara gotong royong baik kehidupan ekonominya, politiknya dan sosial budayanya, jadi pada dasarnya tidak berlaku apa yang disebut individualistisdi Indonesia.

Ketuhanan Yang Maha Esa, sekiranya sudah cukup jelas hal ini, bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang bertuhan, bangsa yang beragama meskipun bukan merupakan negara agama. Sekiranya cukup pulalah dengan bertuhan, tetap mengakui eksistensi Tuhan maka segala masalah-persoalan terselesaikan, tapi sering kita temui masyarakat kita sering lupa akan Tuhan, bahkan kita sendiri juga seringnya lupa kalau bertuhan, banyaknya kasus korupsi yang terungkap bukannya mengeliminir tindakan korupsi tersebut, yang terjadi adalah malah menghebatnya kasus-kasus korupsi yang menunjukkan bahwa Tuhan serasa hilang dibenak kita.

Lebih lanjut dari trisila ini menurut Soekarno juga masih dapat diperas menjadi eka sila: gotong royong, inilah inti dari pancasila yang telah disepakati lahir pada tanggal 1 Juni 1945. Sebagaimana semboyan yang melekat pada lambang Negara garuda pancasila yaitu bhineka tunggal ika yang lengkapnya bhineka tunggal ika, tan hanna dharma mangrwa yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua, tidak ada kebenaran yang mendua atau berbeda tapi tetap satu, gotong royong yang utama.

Demikian nasionalisme Indonesia yang seharusnya berbeda dengan nasionalisme Eropa, nasionalime yang tidak hanya sekedar kebanggan dan rasa cinta tanah air semata, tapi nasionalisme yang atas dasar kegotong royongan, yaitu nasionalisme yang memperjuangkan perbaikan hidup sesama.

BAB IIIPENUTUP3.1 KesimpulanNasionalisme adalah suatu kepercayaan yang dimiliki oleh sebagian terbesar individu dimana mereka menyatakan rasa kebangsaan sebagai perasaan memiliki secara bersama di dalam suatu bangsa.

Unsur-unsur Nasionalisme ada lima, yaitu antara lain kesatuan (unity), kebebasan (liberty), kesamaan (equality), kepribadian (identity), dan pencapaian-pencapaian dalam sejarah.

Makna Nasionalisme secara politis merupakan kesadaran nasional yang mengandung cita-cita dan pendorong bagi suatu bangsa, baik untuk merebut kemerdekaan atau menghilangkan penjajahan maupun sebagai pendorong untuk membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya.

Nasionalisme Indonesia tidak bisa dan tidak boleh lepas dari Dasar Negara RI Pancasila.Nasionalisme bisa mempunyai macam-macam muka, dan Nasionalisme Indonesia yang benar dan kuat hanya terwujud bila dilandasi Pancasila.3.2 SaranSebagai penerus Bangsa Indonesia, maka kita harus mempunyai rasa nasionalisme yang tinggi. Karena jika seseorang mempunyai rasa nasionalisme yang tinggi maka rasa kecintaan akan bangsa Indonesia akan selalu ada.

DAFTAR PUSTAKAAlfian dkk, 1991.Pancasila Sebagai Ideologi dalam Berbagai Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara. Jakarta: BP-7 Saksono, Gatot, 2007. Pancasila Soekarno ( Idiologi Alternatif Terhadap Globalisasi dan Syariat Islam). Yogyakarta : Rumah Belajar Yabinkahttp://ahmadrocklee.blogspot.com/2007/08/pancasila-sebagai-ideologi-negara.http://koranpendidikan.com/artikel/1293/Pancasila-Sebagai-Ideologi-Transnasionalhttp://ahmadsamantho.wordpress.com/2012/05/31/nasionalisme-indonesia-perspektif-sejarah-bangsa-dan-pancasila/http://sayidiman.suryohadiprojo.com/?p=15961