makala h

Upload: khairunesya-icha

Post on 31-Oct-2015

19 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

gfhhg

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam suatu Sistem Periodik Unsur (SPU), tembaga (Cu) termasuk ke dalam golongan 11. Tembaga, perak dan emas disebut logam koin karena dipakai sejak lama sebagai uang dalam bentuk lempengan (koin). Hal ini disebabkan oleh logam ini tidak reaktif, sehingga tidak berubah dalam waktu yang lama. Tembaga adalah logam berdaya hantar listrik tinggi, maka dipakai sebagai kabel listrik. Tembaga tidak larut dalam asam yang bukan pengoksidasi tetapi tembaga teroksidasi oleh HNO3 sehingga tembaga larut dalam HNO3 . Bentuk pentahidrat yang lazim terhidratnya, yaitu kehilangan empat molekul airnya pada 110 C dan kelima-lima molekul air pada 150 C. Pada 650 C, tembaga (II) sulfat mengurai menjadi tembaga (II) oksida (CuO), sulfur dioksida (SO2) dan oksigen (O2).Tembaga (Cu) merupakan salah satu logam yang paling ringan dan paling aktif. Cu+ mengalami disproporsionasi secara spontan pada keadaan standar (baku). Hal ini bukan berarti larutan senyawa Cu(I) tidak mungkin terbentuk. Untuk menilai pada keadaan bagaimana mereka ditemukan, yaitu jika kita mencoba membuat (Cu+) cukup banyak pada larutan air, Cu2+ akan berada pada jumlah banyak (sebab konsentrasinya harus sekitar dua juta dikalikan pangkat dua dari Cu+. Disproporsionasi akan menajdi sempurna. Di lain pihak jika Cu+ dijaga sangat rendah (seperti pada zat yang sedikit larut atau ion kompleks mantap), Cu2+ sangat kecil dan tembaga (I) menjadi mantap .

Senyawa tembaga dalam konsentrasi tinggi merupakan racun bagi kebanyakan makhluk hidup. Oleh karena itu senyawa tembaga digunakan dalam insektisida dan fungisida. Namun adalah sangat menarik, bahwa di dekat daerah yang tanahnya tidak mengandung tembaga terdapat penyakit di kelainan tumbuh-tumbuhan dan hewan.Dibeberapa daerah di Australia yang tanahnya tidak mengandung tembaga ditemukan penyakit pada domba yang mengakibatkan pengaruh pada sistem saraf, anemia dan kerusakan pada wol, meskipun untuk mengatasi kelainan hanya diperlukan sangat sedikit tembaga.Tembaga sulfat pentahidrat CuSO4.5H2O sering disebut biru vitriol. Senyawa ini biasanya digunakan sebagai elektrolit dalam pemurnian tembaga secara elektrolisis, dalam pengetikan listrik (electrotyping) dalam beberapa macam baterai, dalam pencetakan (cap) kain mori atau belacu dan sebagai bubur bordeaux untuk memusnahkan jamur pada tanaman.

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :1. Bagaimanakah cara pembuatan tembaga(II)sulfat , mengenal dan memahami proses pembentukan kristal tembaga(II)sulfat ?1.3 TujuanTujuan percobaan ini, yakni:1. Membuat dan mengenal sifat kristal tembaga (II) sulfat2. Memahami proses pembentukan kristal.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari hasil percobaan ini antara lain :1. Sebagai bahan informasi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya untuk mengetahui cara membuat tembaga(II)sulfat 2. Sebagai informasi bagi penelitian lebih lanjut dan dalam ruang lingkup lebih luas dan sempurna.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Tembaga adalah logam merah muda yang lunak, dapat ditempa dan liat. Ia melebur pada 1038 0C. Karena potensial elektroda standarnya positif (+0,38 untuk pasangan Cu/Cu2+), ia tak larut dalam asam korida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen dapat larut sedikit. Asam nitrat yang sedang pekatnya (8M) dengan mudah melarutkan tembaga: 3Cu(s) + 8HNO3(aq) 3Cu2+ + 6NO3 + 2NO (g) + 4H2O(g)

Asam sulfat panas juga dapat melarutkan tembaga:Cu(s) + 2 H2SO4pekat(aq) Cu2+ + SO42- + SO2(g) + 2H2O

Tembaga mudah larut pula dalam air raja:3Cu(s) + 6HCl + 2HNO3(aq) 3Cu2+ + 6Cl-+ 2NO (g) + 4H2O(g)

Ada dua deret senyawa tembaga. Senyawa tembaga (I) diturunkan dari tembga (I) oksida Cu2O yang merah, dan mengandung ion tembaga (I), Cu+. Senyawa-senyawa ini tak berwarna, kebanyakangaram tembaga (I) tak larut dalam air, perilakunya mirip perilaku senyawa perak(I). Mereka mudah dioksidasikan menjadi senyawa tembaga(II) yang dapat diturunkan dari tembaga(II) oksida, CuO, hitam.Banyak senyawa bergabung dengan air membentuk hidrat. Dengan senyawa ini air bergabung secara kimia meskipun hampir semua hidrat mudah melepaskan air jika dipanaskan. Fakta yang membuktikan bahwa hidrat itu adalah senyawa dan bukan campuran yaitu :a)Air terdapat dalam perbandingan tertentu, misalnya hidrat tembaga sulfat mengandung 36,07 % air.b)Sifat fisis hidrat berbeda dari sifat anhidrat, misalnya hidrat tembaga sulfat berbentuk kristal triklin berwarna biru sedangkan tembaga sulfat anhidrat berbentuk kristal monoklin berwarna putih.

Suatu zat dapat membentuk lebih dari satu macam hidrat yang masing-masing stabil dalam suasana tertentu. Tembaga sulfat dapat membentuk tiga macam hidrat yaitu pentahidrat CuSO4.5H2O, trihidrat CuSO4.3H2O dan monohidrat CuSO4.H2O.

Tembaga sulfat biasanya dibuat secara komersial dengan 2 cara :1)Tembaga dioksidasi dalam larutan yang mengandung asam sulfat.2Cu + 2H2SO4 + O2 2CuSO4 + 2H2O

2)Tembaga (II) sulfida dioksidasi dalam udara.CuS + 2O2 CuSO4

Tembaga disebut logam mata uang. Tembaga tergolong logam yang sukar bereaksi. Oleh karena itu, disamping sebagai senyawa juga terdapat dalam keadaan bebas. Tembaga membentuk senyawa dengan tingkat oksidasi +1 dan +2. Tembaga tidak larut dalam asam keras encer. Potensial oksidasi tembaga bertanda negatif (). Itu berarti tembaga lebih sukar teroksidasi daripada hidrogen.Cu(s) Cu2+(aq)E0 = 0,337 VCu(s) Cu+(aq)E0 = 0,552 V

Tembaga dapat larut dalam asam oksidasi, yaitu asam sulfat pekat, asam nitrat encer dan pekat, membentuk garam tembaga (II). Dengan asam sulfat pekat membebaskan gas SO2 :Cu(s) + 2H2SO4(aq) CuSO4(aq) + SO2(g) + 2H2O(l)

Dengan asam nitrat encer membebaskan terutama gas NO :3Cu(s) + 8HNO3(aq) 3Cu(NO3)2(aq) + 2NO(g) + 4H2O(l)Sedangkan bila direaksikan dengan asam nitrat pekat maka akan membebaskan terutama gas NO2 :Cu(s) + 4HNO3(aq) Cu(NO3)2(aq) + 2NO2(g) + 2H2O(l)

Larutan garam tembaga (II) dalam air, tepatnya ion Cu(H2O)42+, berwarna biru terang. Larutan akan menjadi biru tua dengan larutan amoniak berlebih karena pembentukan kompleks Cu(NH3)42+, dengan HCl pekat menjadi hijau terang karena pembentukan kompleks CuCl42. Pembentukan ion kompleks Cu(NH3)42+ yang berwarna biru khas itu dapat digunakan untuk mengenali ion Cu2+.

Hidrat garam tembaga (II), seperti CuSO4.5H2O juga berwarna biru karena adanya ion kompleks Cu(H2O)42+. Rumus hidrat CuSO4.5H2O tepatnya adalah sebagai Cu(H2O)4 SO4.H2O yang terdiri dari empat molekul air yang terikat pada ion Cu2+, sedangkan yang satu lagi terikat pada gugus SO42.

Larutan tembaga (II) sulfat dalam air bersifat agak asam sebagai akibat terjadinya hidrolisis. Hal ini dikarenakan tembaga (II) sulfat anhidris tidak larut dalam alcohol dan eter, serta dengan segera dapat menyerap air berubah warna menjadi biru, sehingga digunakan untuk mendeteksi adanya air dalam suatu cairan.

Tembaga sulfat pentahidrat dibuat dengan mereaksikan CuSO4 (pada persamaan 1) lebih lanjut dengan asam nitrat disertai dengan pemanasan kemudian pengkristalan dan seterusnya.

Cara terbentuknya kristalZat padat dapat terbentuk melalui tiga cara, yaitu melalui reaksi pengendapan, penjenuhan larutan dan peralihan wujud.1. Ada reaksi kimia dalam larutan menghasilkan senyawa yang tidak larut (zat padat), contohnya AgCl. Padatan AgCl terbentuk dari reaksi antara larutan AgNO3 dan NaCl.2. Larutan yang dijenuhkan akan membentuk kristal padat contohnya pembuatan garam dari air laut di Madura. Proses ini disebut juga reksristalisasi.3. Suatu cairan dapat berubah jadi padat dengan menurunkan suhu sampai titik bekunya. Proses ini disebut membekukan (proses peralihan wujud) seperti membuat es dari air.4. Pembentukan kristal melalui rekristalisasi (seperti halnya CuSO4.5H2O) atau pembekuan biasanya dimulai dari satu titik dan kemudian berkembang ke ssegala arah atau ke arah tertentu.Ukuran kristalUkuran kristal yang terbentuk, terutama tergantung pada dua faktor penting yaitu laju pertumbuhan initi (nukleasi) dan laju pertumbuhan kristal.1. Laju pertumbuhan intiLaju pembentukan inti dapat dinyatakan dengan jumlah inti yang terbentuk dalam satuan waktu. Jika laju pembentukan inti tinggi maka akan banyak sekali kristal yang akan terbentuk tetapi tak satu pun dari inti akan tumbuh menjadi terlalu besar melainkan terbentuk endapan kristal yang terdiri dari partikel-partikel kecil.Laju pembentukan inti tergantung pada derajat lewat jenuh dari larutan. Pengalaman telah menunjukkan bahwa pembentukan kristal dari larutan yang hhomogen sering belum dimulai pada konsentrasi ion yang seharusnya dilihat dari hasil kali kelarutan (Ksp). Pembentukan kristal tersebut tertunda sampai konsentrasi zat terlarut jauh lebih tinggi daripada konsentrasi larutan jenuhnya. Larutan jenuh demikian bisa berada agak lama dalam keadaan metastabil ini. Makin tinggi derajat lewat jenuh, maka makin besar kemunginan untuk membentuk inti baru, jadi makin besar laju pembentukan inti.

2. Laju pertumbuhan kristalLaju pertumbuhan kristal merupakan faktor lain yang mempengaruhi ukuran kristal yang terbentuk. Jika laju ini tinggi maka kristal-kristal besar yang akan terbentuk. Laju pertumbuhan kristal ini sendiri juga tergantung pada derajat lewat jenuh. Oleh karena itu sebaiknya kita menciptakan kondisi dimana keadaan lewat jenuhnya sedang-sedang saja, yang memungkinkan terbentuknya sejumlah inti yang relatif sedikit, yang pada gilirannya dapat tumbuh menjadi kristal-kristal besar.

BAB IIIMETODE DAN TEKNIK

3.1 MetodeMetode yang digunakan dalam percobaan ini adalah metode eksperimen dan dianalisis menggunakan metode deskriptif kualitatif.

3.2 Alat Dan Bahan3.2.1 Alat-alat yang digunakan adalah :0. Gelas kimia 200 mL 0. Penanggas air (Termolyne)0. Gelas ukur 10 mL 0. Corong kaca0. Gelas ukur 50 mL0. Erlenmeyer + Corong Buchner0. Neraca elektrik0. Kaca arloji0. Batang pengaduk0. Pipet volume0. Hot plate0. Spatula

3.2.2 Bahan-bahan yang digunakan adalah :11. Aquades11. H2SO4 pekat11. Keping tembaga11. HNO3 pekat11. Kertas saring3.3 Prosedur Kerja

1.Memasukkan 40 mL air ke dalam gelas kimia.2.Memasukkan 8.5 mL H2SO4 pekat.3.Memasukkan 5 g tembaga.4.Pada tahap berikut mengerjakan di luar atau di dalam kamar asap :a.Menambahkan 12,5 mL HNO3 pekat.b.Mengaduk sehingga semua tembaga larut.c.Memanaskan, setelah gas berwarna cokelat tua tidak keluar sehingga uap tidak lagi berwarna cokelat muda.5.Menyaring ketika masih panas (jika masih ada tembaga yang tidak melarut)6.Menyimpan larutan sehingga terbentuk kristal.7.Menyaring kristal yang terbentuk sehingga terbebas dari larutan.8.Mengeringkan kristal selama satu hari kemudian menimbang berat kristal yang terbentuk.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

NoPerlakuanHasil Pengamatan

1.50 mL air + 8,5 mL H2SO4 pekat, dalam gelas kimia. Kemudian, mengaduknya. Larutan bening Terdapat embun di dinding gelas kimia

2.Memasukkan 5 g logam tembaga ke dalam larutan dan mengaduknya. Logam tembaga belum melarut, embun pada gelas kimia menghilang. Logam tembaga sedikit berubah warna, menjadi lebih muda dari warna aslinya.

3.Mengerjakan di luar ruangan :a. Menambahkan 25 mL HNO3 pekat.b. Mengaduk hingga semua tembaga melarut.

c. Memanaskan di hotplate sampai larutan tersisa setengahnya. Larutan berwarna biru Terdapat uap/gas berwarna coklat dan terdapat busa pada larutan Larutan berbusa saat dipanaskan

4.Menyaring larutan ketika masih panas dan menampungnya di cawan penguapan. Larutan filtrat berwarna biru tembaga Tak ada residu pada kertas saring.

5.Mendiamkan filtrat selama 2 malam

Terbentuk kristal yang banyak dan berukuran kecil seperti jarum dengan warna biru tua

6.Menyaring kristal dan mencuci dengan sedikit air hingga kristal bebas dari nitrat, dan mengeringkannya. Pencucian dilakukan pada corong Buchner. Kristal tetap berwarna biru tua Pengeringan selama 2 malam

7.Menimbang kristal yang terbentuk dan menghitung rendemen. Berat kertas saring = 0,5 g Berat kristal = 14,1 g Rendemen hasil = 71,81 %

4.2 Analisis DataPada percobaan ini dilakukan pembuatan tembaga (II) sulfat pentahidrat. Pada tahap pertama, 50 mL air direaksikan dengan 8,5 mL H2SO4 pekat dalm gelas kimia. Dalam hal ini, reaksi pengenceran asam sulfat berbeda dengan reaksi pengenceran pada umumnya karena harus menambahkan H2SO4 pekat ke dalam air yang berada dalam gelas kimia, bukan sebaliknya. Hal ini karena air memiliki massa jenis yang lebih rendah daripada asam sulfat. Sehingga, jika direaksikan, H2SO4 cenderung mengapung di atas air. Apabila dilakukan sebaliknya, maka akan terjadi reaksi keras. Oleh karena itu, untukmenghindari hal tersebut dilakukan penambahan H2SO4 ke dalam air. Larutan yang terbentuk berwarna bening dan terdapat embun pada dinding gelas kimia. Adanya embun pada dinding gelas kimia membuktikan bahwa pada larutan terjadi reaksi eksoterm, yaitu reaksi yang disertai dengan perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan, dalam hali ini sistem melepas kalor dan pada umumnya suhu sistem menjadi bertambah.Selanjutnya, memasukkan 5 gram keping logam tembaga yang berwarna coklat mengkilap ke dalam larutan H2SO4 tadi. Keping logam tembaga berada pada dasar gelas kimia dengan larutan yang tetap berwarna bening. Embun pada dinding gelas kimia menghilang dan keping tembaga berubah warna menjadi lebih muda dari warna aslinya, namun keping tembaga ini belum juga melarut. Keping logam tembaga yang berubah warna menjadi lebih muda ini karena lapisan permukaan keping logam tembaga terkikis. Hal ini menunjukkan bahwa tembaga (Cu) telah teroksidasi membentuk tembaga (II) (Cu2+) dalam larutan H2SO4. Berikut persamaan reaksi pada tahap reaksi oksidasi tembaga oleh H2SO4 (aq) :

+202Cu (s) + 2H2SO4 (aq) + O2 (aq) 2CuSO4 + 2H2O (aq)

oksidasi

Pada reaksi oksidasi Cu membentuk Cu2+, H2SO4 bertindak sebagai oksidator. Berikut persamaan reaksinya :Cu Cu2+ + 2e-E0 = -152Vx24H+ + 4e- + O2 H2OE0 = +1,23Vx12Cu 2Cu2+ + 4e-E0 = -152V4H+ + 4e- + O2 H2OE0 = +1,23V2Cu + 4H+ + O2 2Cu2+ H2OE0 = +0,71VTujuan dari penambahan H2SO4 pada tahap awal pembuatan tembaga (II) sulfat pentahidrat ini ialah untuk membentuk garam CuSO4, yaitu dengan meleburkan kepingan logam tembaga dan membersihkan logam tembaga dari pengotornya. Sehingga, H2SO4 juga berperan sebagai pelarut. Hal ini sangat terlihat pada logam tembaga yang lebih mengkilap saat dimasukkan ke dalam larutan yang mengandung H2SO4.Pada tahap penambahan logam tembaga ini, hanya sedikit logam tembaga yang melarut. Hal ini karena semakin ke kanan dalam deret volta, semakin sukar untuk melarutkan logam tersebut, kecuali logam yang memiliki potensial standar yang positif dapat melarut dengan asam yang bersifat mengoksidasi kuat, seperti HNO3.Selanjutnya, dilakukan penambahan HNO3 pekat ke dalam larutan campuran. Proses penambahan HNO3 pekat ini dilakukan di luar ruangan, karena akan menghasilkan gas NO2 dan SO2 yang berbahaya bagi kesehatan manusia, dapat menyebabkan kerusakan paru-paru, dan mengganggu pernapasan. Adanya gas tersebut ditunjukkan oleh adanya bau yang menyengat.Penambahan HNO3 ini disertai dengan proses pengadukan satu arah dan dengan kecepatan konstan yang bertujuan agar reaksi tetap berjalan stabil dan tak berhenti, sehingga tidak mengganggu bentuk kristal yang akan terbentuk nanti. Pada tahap ini, tembaga melarut dan menghasilkan larutan yang berwarna biru serta terdapat busa pada larutan. Namun selama proses pengadukan, warna biru larutan semakin pekat dan busa pun menghilang, tembaga melarut. Dalam tahap ini juga menghasilkan gas/uapyang berwarna coklat. Ketika diperiksa keadaan dinding gelas kimia , ternyata terasa panas, yang menunjukkan bahwa reaksi yang terjadi merupakan reaksi eksoterm. Proses pengadukan dihentikan saat tak ada lagi busa dan gas berwarna coklat. Dan ternyata masih ada sebagian tembaga yang belum melarut seluruhnya. Gas berwarna coklat yang keluar selama proses pengadukan sebenarnya merupakan gas NO yang tak berwarna. Namun, menjadi berwarna karena gas NO merupakan hasil pereaksian Cu (s) dengan HNO3 yang bersifat sangat reaktif dengan oksigen. Sehingga, menjadi gas NO2. 2NO (g) + O2 (g) 2NO2 (g)Berikut reaksi lengkapnya :2Cu (s) + 2H2SO4 (aq) + O2 (aq) 2CuSO4 + 2H2O (aq)2CuSO4 + 6H2O (aq) + 2HNO3 2Cu(H2O)4SO4 + 2NO2(g) Bila dilihat dari persamaan reaksi di atas, hanya terbentuk gas NO2, padahal juga terbentuk gas tak berwarna lainnya, yaitu gas SO2 yang berbahaya bagi kesehatan dan gas O2.Tujuan penambahan HNO3 pada tahap ini ialah untuk mengaktifkan tembaga agar dapat bereaksi dengan asam sulfat. HNO3 memiliki harga potensial standar yang lebih besar daripada asam sulfat, sehingga HNO3 berfungsi sebagai oksidator dalam proses pelarutan tembaga.Selanjutnya, larutan yang berwarna biru tersebut dipanaskan pada hotplate. Hal ini bertujuan untuk menguraikan gas NO2 menjadi gas nitrogen dan oksigen. Serta agar reaksi pelarutan tembaga menjadi lebih sempurna. Hal ini karena sesaat sebelum dipanaskan sebagian logam tembaga belum melarut seluruhnya saat pengadukan, karena melalui proses pengadukan diperlukan waktu yang lama untuk melarutkan logam tembaga secara keseluruhan.Saat melakukan proses pemanasan, larutan mendidih dan berbusa yang menandakan bahwa kembali terjadi proses pelarutan keping logam tembaga yang belum melarut ketika proses pengadukan. Selain itu, larutan juga menghasilkan bau yang menyengat, reaksi menghasilkan gas kembali, akibat terjadi reaksi antara tembaga yang belum melarut dengan larutan.Selain tujuan yang disebutkan di atas, pemanasan larutan campuran juga bertujuan untuk menghilangkan molekul air, untuk memperbesar hasil kali ion-ionnya, dan memperkecil harga hasil kali kelarutannya (Ksp), sehingga dapat membentuk endapan kristal. Pada dasarnya, proses pemanasan ini merupakan bagian dari proses pematangan, yaitu mendiamkan campuran pada suhu tinggi untuk mempercepat proses kristalisasi.Pada tahapan selanjutnya dilakukan proses penyaringan larutan.Proses penyaringan ini bertujuan untuk memisahkan filtrat dengan logam Cu yang masih belum larut dan menjadi pengotor pada larutan.Penyaringan tidak dilakukan ketika larutan dingin,melainkan dilakukan saat larutan masih dalam keadaan panas.Hal ini ditujukan agar pengotor tidak sampai mengendap pada filtrat yang berwarna biru atau dengan kata lain agar dapat menghindari pembentukan Kristal yang tidak diharapkan.Proses penyaringan dilakukan pada corong biasa yang telah dilengkapi dengan kertas saring.Penyaringan dilakukan langsung ketengah kertas saring ,filtrat yang dihasilkan berwarna biru bening dengan residu berupa logam Cu yag tidak mengendap selama proses pengadukan.Filtrat hasil penyaringan didiamkan selama 2 malam untuk mendapatkan Kristal tembaga ( II ) sulfat .Dari hasil pendiaman filtrat tersebut diperoleh Kristal berwarna biru tua yang masih bercampur dengan larutan ( filtrat ) yang tidak membentuk Kristal.Struktur Kristal yang diperoleh berbentuk seperti jarum-jarum kecil.Kristal ini kemudian disaring dari filtratnya dan kemudian dicuci menggunakan akuades pada corong Buchner.Proses pencucian Kristal ini bertujuan agar Kristal yang diperoleh bebas dari zat pengotor ( nitrat ).Dilanjutkan dengan proses pengeringan Kristal agar diperoleh Kristal yang murni ,Proses pengerinag dilakukan selama 2 malam.Setelah diperoleh Kristal yang benar-benar kering kemudian dilakukan proses penimbangan .Kristal murni yang diperoleh adalah sebesar 14,1 g dan persen rendemennya sebesar 71,81%.Persamaan reaksi yang terjadi dalam pembentukan Kristal tembaga ( II ) sulfat pentahidrat ( CuSO4.5H2O ) adalah sebagai berikut :Cu 2+ ( aq ) + SO4 2-( aq ) + 5H2O ( aq ) CuSO4 .5H20 ( s )Untuk perhitungan Kristal murni beratnya dan persen rendemennnya dapat dilihat pada lampiran.Adanya Kristal yang terbentuk seperti jarum serta berukuran kecil-kecil ini disebabkan oleh beberapa hal :1. Keadaan filtrat yang berada pada keadaan lewat jenuh yang tinggi sehingga mengakibatkan laju pembentukan inti tinggi sedangkan laju pertumbuhan Kristal yang rendah.sehingga untuk memperoleh Kristal yang besar ,praktikan harus menciptakan kondisi dimana keaddan lewat jenuh filtrat pada keadaan yang sedang-sedang saja.2. Arah pengadukan larutan yang berbeda ,sehingga molekul Kristal tidak berikatan secara teratur.3. Kecepatan pengadukan larutan yang tidak konstanm ,sehingga sulit terbentuk Kristal.Dari perhitungan rendemen hasil sebesar 71,81% ini berarti bahwa efisiensi reaksi yang berlangsung adalah tinggi.Dengan kata lain reaksi pembentukan Kristal berjalan hampir sempurna dilihat dari banyaknya Kristal yang diperoleh.Walaupun masih dalam ukuran Kristal yang kecil tidak seperti bongkahan yang berukuran besar seperti yang diharapkan.

BAB VPENUTUP

5.1 KesimpulanBerdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :1. Pembuatan kristal CuSO4.5H2O dilakukan dengan mereaksikan logam tembaga, asam sulfat pekat, asam nitrat pekat, dan air.2. Hasil sampingan yang diperoleh dari proses pembuatan CuSO4.5H2O adala gas NO2yang berwarna coklat serta gas SO2 dan O2 yang tak berwarna.3. Reaksi pembentukan kristal CuSO4.5H2O, yaitu : Cu2+ (aq) + SO42- (aq) + 5H2O CuSO4.5H2O4. Kristal CuSO4.5H2O yang tebentuk berwarna biru dan merupakan kristal triklin, dengan berat 14,1 g dan rendemennya sebesar 71,81 %.5. Kristal CuSO4.5H2O yang terbentuk seperti jarum dengan ukuran yang kecil.6. Asam nitrat yang digunakan berfungsi untuk melarutkan Cu dan bersifat mengoksidasi Cu terhadap asam sulfat.7. Beberapa faktor yang mempengaruhi ukuran kristal yang terbentuk ialah laju pembentukan inti dan laju pembentukan kristal. Keduanya berkaitan dengan kondisi lewat jenuh larutan.

5.2 SaranBerdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, maka saran-saran yang dapat kami berikan yaitu : 1. Dalam melakukan praktikum hendaknya lebih hati-hati dan teliti terutama dalam melakukan prosedur kerja dan pengamatan terhadap hasil reaksi. 2. Sebaiknya ketika melakukan percobaan ini menggunakan alat pengaman seperti masker dan sarung tangan.3. Hendaknya proses pengadukan dilakukan dengan kecepatan konstan dan arah yang sama agar kristal CuSO4.5H2O yang diperoleh akan seperti yang diharapkan.

LAMPIRAN

PerhitunganDiketahui: massa Cu= 5 gram Mr CuSO4.5H2O= 249,5 gram/mol Massa CuSO4.5H2O yang terbentuk= 14,1 gram Ar Cu= 63,5 gram/molDitanya: % rendemen CuSO4.5H2O ?

Jawab: Mol CuSO4.5H2O= mol Cu= = 0,0787 mol

Massa CuSO4.5H2O= 0,0787 mol x 249,5 gram/mol= 19,636 gramMassa CuSO4.5H2O yang terbentuk= 14,1 gram

% rendemen CuSO4.5H2O=

= = 71,81%

Pertanyaan25 mL cuplikan CuSO4.5H2O sebanyak 4,256 g dilarutkan dan diperoleh 250 mL larutan. Ke dalam 25 mL larutan ini dtambahkan Ki berlebih. Pada titrasi diperlukan 18,0 mL Na2S2O3 0,0950 M. Hitunglah % tembaga dalam kristal.Jawaban25 mL larutan ditambahkan denga KI berlebih dan menitrasi dengan Na2S2O3. Maka ion triodida (I3) akan direduksi menjadi ion iodida yang tidak berwarna dan warna putih dari endapan menjadi terlihat.Reduksi dengan tiosulfat menghasilkan ion tetrationatI3- + 2S2O32- 3I- + S4O62-Reaksi ini dipakai dalam analisis kuantitatif untuk penentuan tembaga secara iodometri.Diketahui :massa CuSO4.5H2O = 4,256 g dilarutkan menjadi 250 mL larutan. V Na2S2O3= 18,0 mLM Na2S2O3= 0,0950 MDitanya % tembaga dalam CuSO4.5H2OJawab :Reaksi :2Cu2+ + 4I- 2Cu2+ + I2 + 2I-I2 + 2S2O32- 2I- + S4O62-Grek Cu2+= 1 mol S2O32-1 mol Cu2+= 1 mol S2O32-(V . M) Cu2+= (V . M) S2O32- 18 mL . 0,0950 M M Cu2+= 25 mL

= 0,07 M

Jumlah ion Cu2+ dalam 250 mL larutan :mol Cu2+= (V . M) Cu2+= 0,251 mL . 0,07 M= 0,02 molMaka :Massa Cu2+= mol Cu2+ . Ar Cu2+= 0,02 mol . 63,5 gmol-1= 1,271 g

Kadar Cu dalam CuSO4.5H2O yang dilarutkan sebanyak 4,456 g adalah : 1,271 g% Kadar Cu= x 100 % 4,256 g

= 29,86 %

Jadi kadar Cu dalam larutan adalah 29,86 %

FLOWCHARTPercobaan VIPembuatan Tembaga (ii) Sulfat Pentahidrat CuSO4. 5H2O

Menyimpan hingga terbentuk kristalMenyaring larutanMengaduk Sehingga semua tembaga melarutMemanaskan sampai gas cokelat tidak terlihat lagi50 ml air + 8,5 ml H2SO4 pekat + 5 g tembagaCampuran + 12,5 mL HNO3 PekatLarutan biruMemasukkan dalam gelas kimiaFiltrat biru

Kristal + Larutan Biru

Menyaring kristal

Kristal

Merekristalisasi dengan airMengeringkan dan menimbang kristal

Kristal

LAMPIRAN FOTO