makala h

8
BAB I PENDAHULUAN Teori sastra feminisme melihat karya sastra sebagai cerminan realitas sosial patriarki. Oleh karena itu, tujuan penerapan teori ini adalah untuk membongkar anggapan patriarkis yang tersembunyi melalui gambaran atau citra perempuan dalam karya sastra. Dengan demikian, pembaca atau peneliti akan membaca teks sastra dengan kesadaran bahwa dirinya adalah perempuan yang tertindas oleh sistem sosial patriarki sehingga dia akan jeli melihat bagaimana teks sastra yang dibacanya itu menyembunyikan dan memihak pandangan patriarkis. Di samping itu, studi sastra dengan pendekatan feminis tidak terbatas hanya pada upaya membongkar anggapananggapan patriarki yang terkandung dalam cara penggambaran perempuan melalui teks sastra, tetapi berkembang untuk mengkaji sastra perempuan secara khusus, yakni karya sastra yang dibuat oleh kaum perempuan, yang disebut pula dengan istilah ginokritik. Di sini yang diupayakan adalah penelitian tentang kekhasan karya sastra yang dibuat kaum perempuan, baik gaya, tema, jenis, maupun struktur karya sastra kaum perempuan. Para sastrawan perempuan juga diteliti secara khusus, misalnya proses kreatifnya, biografinya, dan perkembangan profesi sastrawan perempuan. Penelitian-penelitian semacam ini kemudian diarahkan untuk membangun suatu pengetahuan tentang sejarah sastra dan sistem sastra kaum perempuan.

Upload: iki-aneuk-guba

Post on 28-Oct-2015

291 views

Category:

Documents


47 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makala h

BAB I

PENDAHULUAN

Teori sastra feminisme melihat karya sastra sebagai cerminan realitas sosial patriarki. Oleh karena itu, tujuan penerapan teori ini adalah untuk membongkar anggapan patriarkis yang tersembunyi melalui gambaran atau citra perempuan dalam karya sastra. Dengan demikian, pembaca atau peneliti akan membaca teks sastra dengan kesadaran bahwa dirinya adalah perempuan yang tertindas oleh sistem sosial patriarki sehingga dia akan jeli melihat bagaimana teks sastra yang dibacanya itu menyembunyikan dan memihak pandangan patriarkis. Di samping itu, studi sastra dengan pendekatan feminis tidak terbatas hanya pada upaya membongkar anggapananggapan patriarki yang terkandung dalam cara penggambaran perempuan melalui teks sastra, tetapi berkembang untuk mengkaji sastra perempuan secara khusus, yakni karya sastra yang dibuat oleh kaum perempuan, yang disebut pula dengan istilah ginokritik.

Di sini yang diupayakan adalah penelitian tentang kekhasan karya sastra yang dibuat kaum perempuan, baik gaya, tema, jenis, maupun struktur karya sastra kaum perempuan. Para sastrawan perempuan juga diteliti secara khusus, misalnya proses kreatifnya, biografinya, dan perkembangan profesi sastrawan perempuan. Penelitian-penelitian semacam ini kemudian diarahkan untuk membangun suatu pengetahuan tentang sejarah sastra dan sistem sastra kaum perempuan.

Page 2: Makala h

BAB II

PEMBAHASAN

Hal tersebut dapat kita petik melalui nilai-nilai yang disampaikan oleh

pengarang. Dalam sebuah karya sastra, pengarang seringkali mengekspresikan

berbagai fenomena kehidupan. Melalui karya sastra, pengarang dapat

mengemukakan pandangan-pandangannya tentang suatu hal dan menyampaikan

berbagai nilai kehidupan, seperti nilai moral, nilai budaya, dan nilai sosial.

Berikut nilai-nilai yang terkandung dalam cerpen "Sandal Jepit Merah"

Karya S.Rais:

A. Nilai Moral

Dalam cerpen tersebut dikisahkan tentang seorang perempuan tua yang

memiliki masa lalu yang sangat menyedihkan. Awalnya, perempuan itu hidup

bahagia. Akan tetapi, setelah kematian anak semata wayangnya, hidupnya

berubah menjadi sebuah kesedihan yang berkepanjangan. Akan tetapi, perempuan

itu tidak pernah putus asa. Dia terus berjuang untuk mempertahankan hidupnya.

Bahkan, perempuan tersebut tetap tegar dengan pendiriannya saat dirinya hampir

terjerumus ke dalam lembah hitam. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan

berikut.

"Berkali-kali majikannya, seorang bandar narkoba, menawarinya untuk

bekerja sebagai pengedar barang haram tersebut sekaligus sebagai wanita tuna

susila. Tetapi, ia bersikeras walau sebagai pembantu gajinya sangat kecil. Ia tidak

tertarik sedikit pun pada penghasilan yang lumayan besar seperti yang didapat

oleh perempuan-perempuan cantik yang sering berkumpul di rumah majikannya

itu.

Lama-lama ia tidak tahan juga, apalagi setelah sang majikan memaksanya

untuk mengikuti keinginannya, yaitu menjadikannya seorang wanita tunasusila. Ia

bertahan pada pendiriannya dan pergi meninggalkan istana penuh dosa itu."

Dari kutipan tersebut, ada sebuah nilai moral yang hendak disampaikan

oleh pengarang. Pengarang hendak mengemukakan bahwa meskipun kita didera

Page 3: Makala h

kesulitan hidup, kita tidak boleh terjebak oleh nafsu dunia. Kita harus berpegang

teguh pada pendirian kita dan pada ajaran agama.

B. Nilai Budaya

Nilai budaya merupakan nilai-nilai yang bertolak dari perilaku kehidupan

sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Nilai

budaya tersebut dapat mencakup berbagai masalah, di antaranya kebiasaan hidup,

adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir, dan bersikap.

Dalam cerpen "Sandal Jepit Merah" tersebut, masyarakat yang

digambarkan adalah sekelompok orang yang tinggal di kawasan pinggiran kota.

Mereka tergolong ke dalam strata sosial menengah ke bawah. Hal tersebut dapat

dilihat dalam kutipan berikut ini.

"Dengan berbekal keterampilan di bidang bangunan, Mamat mampu

membiayai hidupnya dan menyewa sepetak kamar di pinggiran kota.

Kebahagiaannya makin lengkap setelah dari rahimnya lahir seorang anak sehat

walaupun saat itu usianya baru enam belas."

C. Nilai Sosial

Dalam cerpen tersebut terdapat beberapa nilai sosial yang dikemukakan

oleh pengarang. Di antaranya adalah mengenai sulitnya menjalani kehidupan

sebagai seseorang yang miskin. Hal tersebut dapat diamati dalam kutipan berikut.

"Baginya tak ada jalan lain. Hidup tanpa ijazah pendidikan formal bagai

mendaki gunung tanpa kaki."

Dalam cerpen ini, juga ditampilkan gambaran sosial kehidupan perkotaan

yang suram. Dalam cerpen tersebut diceritakan mengenai kehidupan tokoh utama

yang menyambung hidup di tengah-tengah kezaliman. Ia terpaksa menjadi

seorang pembantu rumah tangga di sebuah tempat jual beli narkoba dan tempat

lokalisasi wanita tunasusila. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut.

"Bertahun-tahun, ia hidup dalam dunia hitam yang dikutukinya dalam hati.

Baginya tak ada jalan lain. Hidup tanpa ijazah pendidikan formal bagai mendaki

gunung tanpa kaki. Mungkin keajaiban Tuhan pulalah yang telah

Page 4: Makala h

menghantarkannya pada pekerjaannya saat ini. Berkali-kali majikannya, seorang

bandar narkoba, menawarinya untuk bekerja sebagai pengedar barang haram

tersebut sekaligus sebagai wanita tunasusila."

Page 5: Makala h

BAB III

PENUTUP

Sinopsis Cerpen

Sepasang sandal jepit tipis berwarna merah tergeletak begitu saja di bawah

bangku bambu. Sandal itu dihinggapi lubang di sana-sini. Tak hanya itu, sandal

tua itu pun dihinggapi bercak-bercak kecoklatan.

Seperti darah yang mengering. Ya, darah! Bahkan, di atas permukaan

salah satu sandal itu masih terdapat darah segar. Darah itu bermuncrat dari

kakinya. Di kakinya masih terdapat serpih pecahan kaca yang belum sempat

dibersihkannya. Pecahan kaca yang tadinya berada di gundukan sampah belakang

rumahnya itu telah bercampur dengan darah merah, darah yang terus menumpuk

di atas sandal jepit merahnya.

Lima tahun berlalu setelah Mamat mengawini perempuan itu dalam usia

belia, lima belas tahun. Sebagai anak yatim piatu sebatang kara, perempuan itu tak

mungkin menolak lamaran Mamat, lelaki berumur dua puluh lima, yang begitu

sayang padanya. Dengan berbekal keterampilan di bidang bangunan, Mamat

mampu membiayai hidupnya dan menyewa sepetak kamar di pinggiran kota.

Kebahagiaannya makin lengkap setelah dari rahimnya lahir seorang anak sehat

walaupun saat itu usianya baru enam belas.

Anak laki-laki itu dinamainya Zaenal Mutakin yang tumbuh sebagai anak

yang pintar, cerdas, dan pandai bernyanyi. Tak terhitung doa dan harapan yang

diajukannya pada Sang Pencipta demi masa depan anaknya itu. Dalam pelukan

mimpi, seringkali ia melihat anaknya tumbuh menjadi laki-laki tampan, terkadang

menjadi dokter, olahragawan, bahkan presiden. Mimpi-mimpi itulah yang selalu

jadi motivasinya untuk selalu bersemangat menjalani hidup meski dililit beban

sesulit apapun. Tetapi, mimpi-mimpi itu harus mati dilindas hari. Di suatu senja

yang memerah, burung gagak bertengger di atap kamar kontrakannya.

Berbondongbondong para tetangga mendatanginya yang sedang memasak agar-

agar untuk pangeran kecilnya. Pak RT memimpin rombongan sambil

menggendong Zaenal mungil yang baru berusia empat tahun itu. Tubuh bocah itu

kuyup. Matanya terpejam bagai putri tidur.

Page 6: Makala h

Alangkah terkejutnya perempuan itu setelah tahu suaminya berniat

mengawini perempuan lain. Ia hanya pasrah, berharap kabar itu tidak benar

adanya. Dan kalaupun benar-benar terjadi, ia hanya berharap suaminya mau

memaafkannya dan tetap mencintainya seperti lima tahun yang lalu. Tetapi,

harapannya kembali usang. Suatu hari, ketika perempuan yang telah diusir

suaminya itu bermaksud kembali ke kontrakannya, kamar penuh kenangan itu

kosong. Tak ada yang tahu kemana perginya sang suami harapannya. Ia hanya

mendengar kabar bahwa suaminya akan tinggal di desa asal istri barunya, entah di

mana. Seketika hatinya seakan dibanjiri darah. Darah merah semerah sandal

jepitnya. Ia gamang menentukan kelanjutan langkahnya. Ia hanya melangkah

mengikuti helai demi helai angin yang sirna setelah menyapanya. Ia berjalan

menyusuri kehidupan dialasi sepasang sandal jepit merah. Entah harus ke mana

lagi.