makala h

Upload: shelly-yoshianne-a

Post on 15-Oct-2015

19 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

pbl 14

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat dan penyertaan Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Dalam makalah ini akan membahas tentang penyakit tulang dan otot. Dalam pembuatan makalah ini, saya menyadari adanya berbagai kekurangan, baik dalam isi materi maupun penyusunan kalimat. Namun demikian, perbaikan merupakan hal yang berlanjut sehingga kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini sangat saya harapkan.

Adapun ungkapan terima kasih saya sampaikan kepada para dosen yang telah membantu saya dalam memahami materi PBL tersebut.

PENDAHULUAN

Latar belakang

Penyakit penyakit yang mengenai sistem muskuloskeletal seringkali menimbulkan banyak gangguan dalam melakukan kegiatan sehari hari dan mengenai orang- orang dengan usia lanjut dengan gejala yang semakin memburuk. Salah satu nya adalah osteoarthritis yang disebabkan oleh menipisnya tulang rawan pada persendian sehingga tulang yang satu dengan tulang yang lain saling bertumbukan dan menimbulkan rasa nyeri.Tujuan

Pembuatan makalah ini ditujukan agar mengetahui lebih banyak mengenai penyakit tersebut maupun cara cara penanganannya.

DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................1

Pendahuluan...2

Latar Belakang...2

Tujuan.......2

Daftar Isi.........3Pemeriksaan ............................................4Anamnesis...4Fisik....................6Laboratorium.........10Radiologi.......16WD (Working Diagnosis)........18DD (Differential Diagnosis)........................19Etilogi................................21

Patofisiologi..............24Penatalaksanaan.....24Prognosis......27Daftar pustaka .28I. Pemeriksaan

I.1 Anamnesis

Pada tahap anamesa ditanyakan beberapa pertanyaan berikut pada pasien :

Rasa nyeri pada sendi atau sakit kepala pada bagian punggungNyeri punggung merupakan gangguan sistem muskuloskeletal yang paling sering ditemukan dan tersebar luas

Rasa nyeri terasa di garis tengah, di daerah tulang vetebra, atau di luar garis tengah. Jika rasa nyeri menjalar ke tungkai, tanyakan pula apakah terdapat keluhan patirasa, kesemutan, atau kelemahan yang menyertainya.

Nyeri leher juga merupakan keluhan yang sering ditemukan, khususnya sesudah trauma.

Baik untuk nyeri leher maupun nyeri punggung, waspadai gejala seperti kelemahan, kehilangan sensasi atau gangguan dalam buang air besar ataupun berkemih.

Nyeri terlokalisasi atau menyebar luas, akut atau kronis, inflamasi atau noninflamasi.

Nyeri sendi dapat terlokalisasi, difus, atau sistemik.

Minta pasien untuk menunjukkan bagian yang terasa nyeri. Jika sendinya terlokalisasi dan hanya melibatkan satu sendi, nyeri tersebut monoartikular. Nyeri yang berasal dari sendi-sendi kecil pada tangan dan kaki terasa lebih menusuk dan terlokalisasi daripada rasa nyeri yang timbul dari sendi sendi besar. Nyeri sendi pangkal paha merupakan keluhan yang dapat menyesatkan. Meskipun terasa pada lipat paha atau bokong, nyeri sendi pangkal paha terkadang terasa pada bagian anterior paha atau terasa sebagian pada lutut atau hanya pada lutut. Nyeri sendi yang lebih difus dapat bersifat poliartikular yang melibatkan beberapa sendi

Nyeri yang berasal dari sendi-sendi kecil pada tangan dan kaki terasa lebih menusuk dan terlokalisasi daripada rasa nyeri yang timbul dari sendi sendi besar. Nyeri sendi pangkal paha merupakan keluhan yang dapat menyesatkan. Meskipun terasa pada lipat paha atau bokong, nyeri sendi pangkal paha terkadang terasa pada bagian anterior paha atau terasa sebagian pada lutut atau hanya pada lutut. Nyeri sendi yang lebih difus dapat bersifat poliartikular yang melibatkan beberapa sendi.

Nyeri itu mengenai satu sendi ataukah beberapa sendi.Jika bersifat poliartikular, bagaimana pola distribusinya? Berpindah pindah dari sendi yang satu ke sendi yang lainnya atau selalu menjalar dari satu sendi ke beberapa sendi? Apakah distribusinya simetris dengan mengenai sendi sendi yang sama pada kedua sisi tubuh?

Nyeri sendi dapat nonartikular yang mengenai otot, tulang, dan jaringan di sekitar sendi seperti tendon, bursa, atau bahkan kulit yang ada di atasnya. Rasa pegal dan nyeri yang menyeluruh dinamakan mialgia jika terasa dalam otot dan artralgia bila terdapat rasa nyeri tanpa ada gejala yang menunjukkan artritis.

Saat terjadinya, kualitas, dan intensitas gejala pada sendi.

Saat terjadinya merupakan informasi yang sangat penting. Apakah rasa nyeri atau ketidaknyamanan itu timbul cepat dalam waktu beberapa jam atau terjadi secara perlahan selama beberapa minggu atau bahkan beberapa bulan? Pernahkan rasa nyeri itu berjalan lambat atau berfluktuasi dengan periode perbaikan dan perburukan? Berapa lama rasa nyeri itu berlangsung? Seperti apa nyeri itu terasa di sepanjang hari? Di pagi hari? Menjelang hari?

Jika onsetnya lebih cepat, bagaimana rasa nyeri ini timbul? Apakah terdapat riwayat cedera akut atau penggunaan yang berlebihan pada gerakan tubuh yang sama secara berulang? Jika rasa nyeri timbul karena taruma, bagaimana mekanisme terjadinya cedera atau rangkaian kejadian yang menyebabkan nyeri seni tersebut? Lebih lanjut, apa saja yang memperbarat atau meringankan rasa nyeri? Bagaimana pengaruh aktivitas fisik, istirahat, dan pengobatan?

Nyeri tekan ketika ditekan

Gejala sistemik seperti menggigil, demam, ruam, anoreksia, penurunan berat badan, dan kelemahan.

Rasa kaku,pembengkakan

Kemampuan pasien untuk berjalan, berdiri, bersandar, duduk, sit up,bangkit dari posisi duduk, menaiki tangga, menjepit, memegang, membalik halaman buku, membuka gegang pintu atau stopples, dan mngerjakan berbagai perawatan tubuh, seperti menyisir rambut, menggosok gigi, makan, berpakaian, serta mandi.

Karena sendi yang lain dapat berkaitan dengan sistem organ di luar sistem muskuloskeletal. Gejala di bagian tubuh yang lain dapat memberi petunjuk penting yang menunjukan keadaan ini waspadai gejala seperti:

Keadaan kulit

Ruam seperti kupu kupu (butterfly rash) pada pipi

Ruam bersisik dan kuku yang berlubang-lubang pada psoriasis

Beberapa papula, pustula, atau vesikel dengan dasar lesi yang berwarna merah yang terdapat pada ekstremitas distal.

Bercak eritematus yang meluas pada awal penyakit urtikaria

Erosi atau skuama pada penis dan papula dengan pembentukan skuama dan krusta telapak kaki serta telapak tangan

Ruang makulopapular pada rubela

Jari tabuh atau clubbing fingers

Mata yang merah terasa panas seperti terbakar dan gatal ( konjungtivitis)

Didahului oleh nyeri tenggorok

Diare, nyeri abdomen, kram abdomen

Gejala uretritis

Perubahan status mental, fasial atau kelemahan lain , kekakuan leher

I.2 Pemeriksaan Fisik

A. Inspeksi

Amati cara berjalan pasien untuk melihat apakah terdapat aliran gerak yang lancar dan berirama pada saat pasien memasuki ruang periksa. Lutut harus diekstensikan ketika tumit menyentuh tanah dan difleksikan pada seluruh fase dalam siklus mengayun dan berdiri ( swing and stance ).

Lakukan pemeriksaan untuk mengecek kesejajaran (alignment) dan kontur sendi lutut. Amati setiap atrofi pada muskukus quadriceps.

Cari tanda hilangnya cekungan normal disekitar patela yang merupakan tanda pembengkakan pada sendi lutut dan kantong suprapatela. Perhatikan setiap gejala pembengkakan lainnya pada sendi lutut atau daerah sekitarnya.

B. Palpasi

Minta pasien untuk duduk pada tepi meja periksa dengan kedua sendi lutut berada dalam keadaan fleksi. Dalam posisi ini, semua patokan tulang akan terlihat lebih jelas, sedangkan otot, tendon, dan ligamentum menjadi lebih rileks sehingga lebih mudah di palpasi.

Pertama tama, tinjau kembali patokan tulang yang penting pada sendi lutut. Dengan menghadap ke arah sendi lutut, letakkan kedua ibu jari tangan anda pada cekungan jaringan lunak di kedua sisi tendon patela. Pada permukaan medial, gerakan ibu jari tangan ke atas kemudian ke bawah, dan kenali kondilus medialis femur serta tepi atas plateau medialis tibia. Telusuri tendon patela di sebelah distal sampai tuberkulum tibia. Tuberkulum adduktor berada di sebelah posterior kondilus medialis femur.

Di sebelah lateral tendon patela, kenali kondilus lateralis femur dan plateau lateralis tibia. Epikondilus medialis dan lateralis femur berada di sebelah lateral kondilus pada saat sendi lutut berada dalam keadaan fleksi. Tentukan lokasi patela.

Lakukan palpasi ligamentum, tepi meniskus, dan bursa sendi lutut dengan memberikan perhatian yang khusus pada setiap daerah dengan nyeri tekan. Rasa nyeri merupakan keluhan utama pada permasalahan sendi lutut, dan penentuan lokasi struktur yang menyebabkan nyeri amat penting untuk menghasilkan evaluasi yang akurat.

Pada kompartemen patelo femoral, lakukan palpasi tendon patela dan minta pasien mengekstensikan sendi lututnya untuk memastikan apakah tendon tersebut intak.

Saat pasien berbaring terlentang dan sendi lututnya diekstensikan, dorong patela ke arah os femur yang ada di bawahnya. Minta pasien mengencangkan m.quadriceps ketika patela bergerak ke distal dalam sulcus troclearis. Periksa apakah ada gerakan meluncur yang lancar ( patellofemoral grindingtest ).

Kini lakukan pemeriksaan untuk menilai kompartemen medial dan lateral artikulasio tibio femoralis. Fleksikan sendi lutut pasien hingga suduh 900. Kaki pasien harus diletakkan pada meja periksa. Lakuakan palpasi ligamentum kolateral medialis (ALKM) yang terdapat diantara epicondilus medialis femur dan os femur. Kemudian lakuakan palpasi ligamentum kolateral lateralis ( lkl) yang mirip tali serta terletak di antara epicondilus lateralis femur dan kaput fibula.

Lakukan palpasi meniskus medialis dan lateralis disepanjang garis sendil lateral dan medial. Palpasi meniskus medialis lebih mudah dilakukan jika ostibia berada dalam keadaan rotasi internal. Perhatikan setiap pembengkakan atau nyeri tekan yang ada.

Perhatikan setiap tonjolan tulang yang tidak terartur di sepanjang tepi sendi. Coba untuk meraba setiap penebalan atau pembengkakan pada kafum suprapatela dan di sepanjang sisi patela.mulailah 10 cm diatas margo superior patela dan raba jaringan lunak yg ada diantara ibu jari dan jari-jari tangan anda. Gerakan tangan anda kedistal dengan langkah-langkah yang progressif seraya mencoba mengenali kafum suprapatela. Lanjutkan palpasi anda di sepanjang sisi patela. Perhatikan di setiap nyeri tekan atau perabaan yang lebih hangat nyata dibandingkan pada jaringan disekitarnya.

Periksa ketiga bursa lain untuk menemukan gejala pembengkakan atau perabaan seperti spons. Lakukan palpasi pada bursa prepatelalis serta bursa anserina di sisi posteromedial sendi lutut diantara ligamentum kolateral medialis dan tendon otot yang berinsersi pada plateau medialis libia. Pada permukaan posterior, dengan tungkai dalam keadaan ekstensi, periksa permukaan media fosa poplitea.

Ketiga tes berikut ini akan membantu untuk mendekteksi cairan di dalam sendi lutut

Tanda benjolan (untuk efusi ringan). Dengan sendi lutut dalam keadaan ekstensi, tepatkan tangan kiri tangan anda di atas sendi lutut dan lakukan penekanan pada kafum suprapatela dengan menggeser atau memerah cairan kebawah. Lakukan pengurutan kebawah pada permukaan medial sendi lutut dan kemudian lakukan penekanan untuk memaksa cairan berpindah ke daerah lateral. Keuklah sendi lutut tepat dibelakang margo lateral patela dengan menggunakan tnagan kanan.

Balloon sign (untuk efusi yang banyak). Tepatkan ibu jari dan jari telunjuk tangan kanan anda pada setiap sisi patela,dengan tangan kiri anda, lakukan kompresi kafum suprapatela pada os femor. Rasakan gerakan cairan yang masuk kedalam rongga disebelah rongga patela yang berada di bawah ibu jari dan jari telunjuk tangan kanan anda.

Baloting patela. Untuk menilai efusi yang banyak, anda dapat pula menekan kafum suprapatela dan melakukan ballotte atau gerakan mendorng patela dengan tiba-tiba ke arah osfemur. Amati aliran balik cairan efusi kedalam kafum suprapatela.

C. Kisaran gerak dan manuver

Gerakan sendi lutut yang utama adalah fleksi, ekstensi,dan rotasi internal serta eksternal. Minta pasien mengfleksikan dan mengekstensikan sendi lututnya saat dia duduk. Untuk mengecek rotasi internal dan eksternal, minta pasien untuk memutar kakinya ke medial dan lateral. Fleksi dan ekstensi sendi lutut dapat pula dinilai dengan meminta pasien untuk berjongkok dan berdiri- berikan dukungan jika diperlukan untuk menjaga keseimbangan.

Teknik untuk memeriksa sendi lutut.

Ligamentum kolateral medialis ( LKM)

Tes stress abduksi. Dengan pasien berbaring terlentang dan sendi lutut sedikit difleksikan, gerakan paha ke lateral hingga sudut sekitar 300 pada sisi meja periksa. Tempatkan satu tangan pada sisi lateral sedikit lutut untuk menstabilakan os femur sementara tangan yang lain memegang daerah di sekitar sisi medial pergelangan kaki. Lakukan dorongan ke medial pada sendi lutut sementara pergelangan kaki ditarik ke lateral untuk membuka sendi lutut tersebut pada sisi medialnya ( stres valgus).

Ligamentum kolateral lateralis ( LKL)

Tes stress adduksi. Kini dengan paha dan sendi lutut berada dalam posisi yang sama, gantilah posisi anda agar anda dapat menempatkan satu tangan pada permukaan medial sendi lutut sementara tangan yang lain berada di sekitar sisi lateral pergelangan kaki. Lakukan dorongan ke medial pada sendi lutut sementara pergelangan ditarik ke lateral untuk membuka sendi lutut tersebut pada sisi lateralnya ( stres varus).

Ligamentum krusiatum anterior ( LKA)

Anterior drawer sign. Sementara pasien berbaring terlentang, sendi pangkal paha difleksikan dengan sendi lutut difleksikan hingga sudut 900 dan telapak kaki diletakkan rata pada meja periksa, tangkupkan kedua tangan anda disekitar sendi lutut dengan kedua ibu jari tangan berada pada sisi medial serta lateral garis sendi dan jari- jari tangan pada insersi medialis serta lateralis otot hamstring. Tarik os tibia ke depan diperhatikan apakah tulang tersebut bergeser ke depan (seperti laci meja) dari bawah os femur. Bandingkan derajat gerakan ke depan itu pada sendi lutut yang lain.

Tes lachman. Tempatkan sendi lutut pasien dalam posisi fleksi dengan sudut 150 dan rotasi eksternal. Pegang bagian distal os femur dengan satu tangan sementara tangan yang lain memegang bagian proksimal os tibia. Dengan ibu jari tangan yang memegang tibial berada pada garis sendi, secara bersamaan gerakan os tibia ke depan dan os femur ke belakang. Nilai derajat penyimpangan ke depan.

Ligamentum krusiatum posterior(LKP)

Posterior drawer sign. Posisikan pasien dan tempatkan kedua tangan anda dalam posisi seperti yang dijelaskan pada tes anterior drawer. Dorong os tibia ke posterior dan perhatikan derajat gerakan ke belakang pada os femur.

Medialis dan meniscus lateralis

Tes mcmurray. Jika bunyi klik terasa atau terdengar pada garis sendi ketika sendi lutut difleksikan dan diekstensikan, atau bila terdapat nyeri tekan disepanjang garis sendi maka lakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap kondisi meniscus untuk menemukan ruptura posterior.

Dengan pasien berbaring terlentang, pegang tumitnya dan fleksikan sendi lututnya. Tangkupkan tangan anda yang lain pada sendi lutut pasien dengan jari-jari tangan dan ibu jari berada disepanjang sisi medial dan lateral garis sendi. Pada tumit, lakukan rotasi internal dan eksternal tungkai bawah. Kemudian, dorong pada sisi lateral untuk memberikan stres valgus disisi medial sendi tersebut. Pada saat yang sama, lakukan rotasi eksternal tungkai tersebut, dan dengan perlahan ekstensikan tungkai ini.

Lakukan palpasi muskulus gastroknemius dan soleus pada permukaan posterior tungkai bawah. Tendon dari kedua otot tersebut, yaitu tendon achilles, dapat diraba dari sekitar sepertiga bawah betis hingga insersinya pada os kalkaneus.

Untuk memeriksa keutuhan tendon achilles, tempatkan pasien dalam posisi berbaring terlungkup dengan sendi lutut dan pergelangan kaki difleksikan pada sudut 900, atau sebagai alternatif lain, minta pasien berlutut pada kursi. Pijat betisnya dan perhatikan fleksi plantaris yang terjadi pada sendi pergelangan kaki.

I.3 Pemeriksaan LaboratoriumA. Pemeriksaan Darah Tepi

a. Laju Endap Darah

Nilai Rujukan

Dewasa: Metode Westergen: Pria: 50: 0-30 mm/jam. Metode Wintrobe: Pria: 0-9 mm/jam. Wanita: 0-15 mm/jam. Anak: bayi baru lahir: 0-2 mm/jam; 4-14 tahun: 0-10 mm/jam.

Deskripsi

Laju endap darah adalah laju sel darah merah menetap dalam darah yang belum membeku, dengan satuan milimeter per jam (mm/jam). LED merupakan uji yang tidak spesifik. Laju dapat meningkat selama proses inflamasi akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), reumatoid, penyakit kolagen, malignansi dan kondisi stres fisiologis (mis., kehamilan). Bagi sebagian ahli hematologi, nilai LED tidak andalkarena ini bukanlah uji spesifik, dan dipengaruhi oleh faktor fisiologis yang dapat menyebabkan temuan tidak akurat.

Uji protein C-reaktif (CRP) dipertimbangkan lebih berguna daripada LED karena kenaikan kadar LED karena kenaikan kadar CRP terjadi lebih cepat selama proses inflamasi akut, dan lebih cepat juga kembali ke kadar normal daripada LED. Namun, beberapa dokter masih mengharuskan uji LED bila ingin membuat perhitungan kasar mengenai proses penyakit, dan bermanfaat untuk mengikuti perjalanan penyakit. Jika kadar LED meningkat, uji laboratorium lain harus dilakukan untuk mengidentifikasi dengan tepat masalah klinis yang muncul.

Tujuan

Untuk membandingkan temuan uji laboratorium yang lain guna mendiagnosis kondisi inflamasi

Masalah Klinis

Penurunan kadar: Polisitemia vera, CHF, anemia sel sabit, mononukleosis infeksius, defisiensi faktor V, artritis degeneratif, angina pektoris. Pengaruh obat: Etambutol, kinin, salisilat, kortison, prednison. Peningkatan kadar: AR, demam reumatik, MCI akut, kanker, penyakit Hodgkin, mieloma multipel, limfosarkoma, endokarditis bakterial, gout, hepattis, sirosis hepatis, penyakit inflamasi panggul akut, sifilis, tuberkulosis, glomerulonefritis, SLE, penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, dan kehamilan. Pengaruh obat : Dextran, metildopa, metilsergid, penisilamin, prokainamid, teofiln, kontrasepsi oral, vitamin A.

Kaitkan peningkatan LED akibat masalah klinis dengan obat yang dikonsumsi. LED merupakan uji yang tidak spesifik, tetapi dapat mengindikasikan terjadinya proses inflamasi.

Jawab pertanyaan klien tentang signifikansi peningkatan LED. Jawabannya bisa saja bahwa uji laboratorium lain biasanya dilakukan bersama degan LED, untuk membuatdiagnosis yang adekuat mengenai masalah klinis yang muncul.

Prosedur

Kumpulkan 7 ml darah vena dalam tabung tertutup lembayung. Simpan spesimen dalam posisi vertikal.

Bawa segera spesimen darah ke laboratorium. Tabung tidak boleh berada dalam posisi tegak karena LED dapat meningkat.

Jika spesimen darah disimpan dalam lemari pendingin, sebelum diuji spesimen harus dibiarkan hingga kembali ke suhu ruangan.

Tidak ada pembatasan asupan makanan dan minuman

Tangguhkan pengobatan yang dapat menyebabkan temuan positif keliru selama 24 jam sebelum pengujian atas persetujuan pemberi layanan kesehatan.

Faktor yang Mempengaruhi Temuan Laboratorium

Faktor yang meningkatkan LED-kehamilan (trimester kedua dan ketiga); menstruasi; obat; keberadaan kolesterol, fibrinogen, dan globulin.

Faktor yang mengurangi LED: bayi baru lahir (penurunan kadar fibrinogen); obat; gula darah tinggi; albumin serum dan fosfolipid serum.

b. CRP (Protein C-reaktif)

Nilai Rujukan

Dewasa: biasanya tidak ada: Kualitatif: titer > 1:2= positif. Kuantitatif: 20 mg/dl. N High Sensitivity CRP Dewasa: 1:20) : SLE (penyebab paling sering), sklerosis sistemik progresif, skleroderma, leukemia, artritis reumattoid, sirosis hati, mononukleosis infeksius, miasenia gravis, malignansi. Pengaruh obat : antibiotik, antihipertensif, metildopa, anti_TB, isoniazid, diuretik, kontrasepsi oral dan prokainamid.

Prosedur

Kumpulkan 3 sampai 5 ml darah vena dalam tabung bertutup merah. Bawa segera sampel ke laboratorium. Tidak ada pembatasan asupan makanan atau minuman

Catat obat yang dikonsumsi klien ( untuk hindari hasil positif palsu)

Faktor yang Mempengaruhi Hasil Laboratorium

Obat tertentu yang menyebabkan temuan positif palsu

Proses penuaan dapat menyebabkan peningkatan positif titer ANA yang sedikit.

c. Faktor Reumatoid

Nilai rujukan

Dewasa: