majalah pendidikan jawa barat "guneman" edisi #3 tahun 2014

52

Upload: ahmadnajip-corleone

Post on 07-Apr-2016

543 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Majalah Pendidikan "Guneman" diterbitkan oleh Forum KKG/MGMP SMP/SMA/SMK Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Guneman merupakan ruang berbagai informasi dan pengalaman guru di seantero Jawa Barat.

TRANSCRIPT

Page 1: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014
Page 2: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014

n MAJALAH GUNEMAN n EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 20142

Ketua Dewan Pembina: Kepala Dinas PKRU GUNEMAN

Ketua Dewan Pembina: Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Anggota: Kepala Bidang Pendidikan Dasar, Kepala Bidang Pendidikan Menengah dan Tinggi, Kepala Seksi Pembinaan SD, Kepala Seksi Pembinaan SMP, Kepala Seksi Pembinaan Sekolah Swasta Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi: Esep Muhammad Zaini Wakil Pemimpin Umum:

Ade Tahyudin Redaktur: Mia Damayanti, Dede Suherlan, Saepul Komar, Rosida Amalia, Rudi Riadi, Faisal Syahreza, Cecep Wahyu Hoerudin, Moh. Syarif Hidayat.

Reporter: Rina Armaini, Rina Indrawaty, Heli Setiawati, Iwan Tachlan (Kota Bandung), Lilis Latifah, Deni Permana, Holisoh ME (Kab. Bandung), Ani Arlina (Kota Cimahi), Adhyatnika Geusan Ulun, Deni Budiman, Intan Setiawati, Anwar

Sanusi (Kab. Bandung Barat), Eem Rohaemi Koswara, Surna, Eva Walipah (Kab. Sumedang), Toni Suryaman (Kota Tasikmalaya), Cepiana Abas (Kab. Tasikmalaya) Enang Cuhendi, Imas Komariah, Tiktik Nurfarida (Kab. Garut), Iwan Ridwan,

Erwin Tejasomantri (Kab. Ciamis), Haryatiningsih (Kota Banjar), Yati Mulyawati (Kab. Pangandaran), Endang Komara, Ihat Solihat (Kab. Cianjur), Savitri Mutiara Agustine, Dudung Koswara, Asep Ansori (Kota Sukabumi), Ratna Muda Ningrum, Yusa Sumarna (Kab. Sukabumi), Rizal Dzalil, Riyanti Siswodiharjo (Kota Bogor), Yati Maryati, Rosmala Suherman, Betta Anugerah Setiani, Iqbal Tawakal (Kab. Bogor), Arenarita Andaryati, Saeful Amri (Kota Bekasi), Rina Sugiarti (Kab. Bekasi), Dwi Wahyu Aryani, Min Hermina (Kab. Karawang), Dian Rachmawati, Nana Suryana (Kab. Subang), Iip Syarif Hidayat, Kartini Damanik

(Kab. Purwakarta), Deny Rochman, Dewi Pujiati, Iis Nuraeni, Daryo Susmanto (Kota Cirebon), Rudianto (Kab. Cirebon), Eti Herawati (Kab. Indramayu), Irsan Fajar, Maman, Wawan Saeful Anwar, Engkom Komara (Kab. Kuningan), Tini Agustini,

Asikin Hidayat (Kab. Majalengka), Tyz Widyaningsih, Listiyawati (Kota Depok)

Sekretariat Redaksi: Lucky Rahman, Riki Nuryadin, Hasan Basri, Fatimah Zahra Artistik: Najip Hendra SP Ilustrator: Aris Kumetir Keuangan: R. Yulia Yulianti Marketing/Distribusi: Rudi Riadi dan Iwan Setiawan Penerbit:

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Alamat Redaksi, Iklan, Pemasaran: Jalan Dr. Radjiman No. 6 Bandung, 40171, Telp. 08129859212, 085779406665 E-mail: [email protected] Bank: BJB No. Rekening

0055434506101, a.n. R. Yulia Yulianti

Redaksi menerima artikel atau tulisan tentang pendidikan. Panjang tulisan antara 500 sampai 1.000 karakter dan disertai identitas (kalau ada, cantumkan nomor telepon dan faksimile). Untuk format digital, dikirim ke alamat

[email protected].

Diterbitkan oleh Dinas Pendidilkan Provinsi Jawa BaratISSN 977-2356181-003

(FIXABAY.COM)

REDAKSI

Page 3: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014

EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 2014 n MAJALAH GUNEMAN n 3

SUARA GURU

Guru Ekstrakurikuler Bertanya

KEPADA Yth. Redaktur Majalah Guneman

Salam.

Terlebih dahulu saya ucapkan selamat atas terbitnya Majalah Bulanan GUNEMAN dari Dinas Pendidikan Jawa Barat. Bersama ini pula saya hendak mengajukan beberapa pertanyaan:

1. Apakah saya yang seorang guru ekstrakurikuler juga diperbolehkan mengirimkan artikel?

2. Bagaimana cara berlangganan majalah GUNEMAN?

Demikian surat ini saya sampaikan. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Yohanes SonnySMP Warngin, Kota Bandung

Tanggapan dari redaksi

Terima kasih Bapak Sonny terhadap Majalah Guneman. Kami akan berusaha memberikan yang terbaik untuk kelangsungan majalah ini. Atas pertanyaan di atas saya menjawabnya.

1. Sebenarnya tidak ada istilah intra atau ekstrakulikuler bagi seorang guru. Guru adalah GURU tanpa ada perbedaan apapun. Untuk itu, kami sangat apresiatif apabila Anda juga mengirimkan tulisannya kepada majalah kita tercinta ini.

2. Untuk berlangganan MG, Anda bisa mengubungi nomor telepon kami, atau langsung ke ke kantor kami di Jalan Rajiman 67. Nanti akan kami beritahukan caranya. Anda bisa juga melihat di Grup Facebook kami : Majalah Guneman.

Terima kasih.

Laporan Utama Makin MengigitAssalamualaikum, Wr. Wb.

Kepada Yth. Redaksi Majalah GUNEMAN

Membaca MG edisi 1 dan 2, saya cukup puas. Ada beberapa artikel dan tulisan lainnya yang menandakan bahwa guru-guru sekarang sudah pandai menulis dan berkarya. Saya hanya menyarankan agar laporan Utama dalam MG lebih mengigit. Hal ini akan lebih baik, bila pada edisi sebelumnya, diumumkan terlebih dahulu tentang Laporan Utama yang akan ditampilkan, agar beberapa tulisan dari rekan-rekan guru bisa diseleksi lagi.

Terima kasih atas dimuatnya surat dari saya.

Wasalamualaikum., Wr,wb.

Nia KusrniasihSMP Angkasa Bandung

Tanggapan dari redaksi

Terima kasih atas perhatian Ibu Nia terhadap MG yang baru berumur seumur jagung ini. Insya Alloh usulan Ibu akan kami diskusikan pada rapat redaksi. Semoga terlaksana.

Guneman, Majalah Baru Ide Kreatifitas Para Guru!

Selamat kepada Majalah GUNEMAN yang telah terbit sebagai media untuk menyalurkan ide kreativitas para guru, juga sebagai wahana dalam menyalurkan minat dan bakat para pendidik dalam menuangkan idenya lewat tulisan. Selain itu jadi media untuk menjalin silaturahmi antarpendidik dalam menyalurkan berbagai informasi!

Semoga majalah guneman tatap jaya

Hidup GUNEMAN!

Muhamad Dahlan, S.Pd.Guru di SDN Bukatanah Kec. Kertasari, Kab.Bandung

Page 4: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014

n MAJALAH GUNEMAN n EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 20144

LAPORAN UTAMAMenginspirasi Siswa melalui MOPD

LAPORAN UTAMAMOPD Sehat dan Berkarakter

OPINIMenakar Latar Belakang Ijazah Guru Sekolah Dasar

LAPORAN UTAMAMengubah Paradigma MOPD

OPINI Suasana Pembelajaran Penentu Kualitas Pendidikan

7

8

16

10

11

OPINIPembelajaran Inkuiri Membentuk Karakter Baik Peserta Didik

OPINIKonsep Dasa Prasanta dalam Kepemimpinan

18

20

PRESTASI SISWAAnak Tunggal yang Membanggakan

22SUDUT SEKOLAHWisata Religi ke Cirebon bersama SMP Negeri 4 Ciamis

39

CERPENIlalang depan Rumah

CATATAN KECILMengajar dan Menulis

4748

SAUNG SAINSMari Membuat Pelangi

33

OPINIMembangun Budaya Literasi di Sekolah melalui Ekstrakurikuler Jurnalistik

12EKSTRAKURIKULER

Padaherang Peringati HUT ke-53 Pramuka

23

TOKOHPemimpin Itu Harus Memiliki Mimpi-mimpi

25

LAPORAN UTAMA6

Bertemu lingkungan yang baru ketika melanjutkan sekolah

ke tingkat lebih tinggi sangat mengasyikkan. Agar semuanya berjalan mulus, doro ngan untuk beradaptasi dengan sekolah baru menjadi sesuatu yang tak bisa dielakkan. Siswa diarahkan beradaptasi dengan teman, guru, lingkungan sekolah, dan sistem pendidikan yang diselenggarakan di sekolah itu.

SAJIAN KALI INI

APA KABAR MOPD?

Page 5: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014

EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 2014 n MAJALAH GUNEMAN n 5

PREAMBUL

Pembaca Majalah GUNEMAN yang budiman, GUNEMAN Edisi III/November 2014 alhamdulillah bisa hadir di hadapan

Anda.

Pembaca, dalam GUNEMAN Edisi III, berbagai rubrikasi menarik kami hadirkan ke hadapan Anda. Untuk Laporan Utama (LAPUT), pembahasan seputar Masa Orientasi Peserta Didik (MOPD) kami hadirkan.

Pembaca, untuk lebih menggambarkan geliat pendidikan di sekolah-sekolah, rubrik-rubrik lain seperti SUDUT SEKOLAH, SAUNG KKG/MGMP, dan PROFIL SISWA juga kami kupas dalam edisi ini. Rubrik-rubrik itu adalah rubrik tetap yang selalu hadir setiap terbitan GUNEMAN.

Rubrik-rubrik tetap lain di GUNEMAN, seperti TOKOH, OPINI, SAUNG INDONESIAN,

SAUNG ENGLISH, SAUNG SUNDANESE, SAUNG SAINS, PUISI, dan CEPREN juga akan selalu setia menyapa Anda. Yang penting, kami terus berupaya maksimal agar rubrik-rubrik yang ditampilkan di majalah ini, dikupas secara menarik dan bisa memberi nilai tambah pengetahuan bagi Anda.

Terakhir, seperti kata peribahasa, “Tak Ada Gading yang Tak Retak”. Kami sadar, masih banyak kekurangan dalam tampilan dan bahasan GUNEMAN edisi kali ini. Kritik dan saran dari Anda, pembaca setia kami, sangat kami tunggu. Mudah-mudahan, ke depan GUNEMAN semakin berbobot dan menjadi rujukan bacaan bagi penggiat pendidikan di Jawa Barat.

Terima kasih.

Apa Kabar MOPD?

Page 6: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014

LAPORAN UTAMA

n MAJALAH GUNEMAN n EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 20146

LAPORAN UTAMA

Pada posisi inilah Masa Orientasi Peserta Didik (MOPD) yang digelar saat memasuki tahun

ajaran baru berperan penting bagi siswa baru. MOPD jadi momen mendorong peserta didik beradaptasi dengan sekolah yang baru masuki. MOPD juga ajang untuk menciptakan solidaritas, kerja sama, dan meningkatkan kompetensi peserta didik baik sikap, pengetahuan, maupun keterampilan.

Salah satu geliat penyelenggaraan MOPD antara lain terlihat di SMPN 2 Cihaurbeuti, Kabupaten Ciamis pada 14 sampai 19 Juli 2014 lalu. Payung hukum yang jadi acuan dilaksanakannya kegiatan itu yakni Pedoman PPDB tahun pelajaran 2014-2015 Keputusan Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Jawa Barat, dan Keputusan Kepala Disdik

Kabupaten Ciamis No. 421.2/1729/Disdik/2014 tentang PPDB/MOPD.

Wakasek Kesiswaan SMPN 2 Cihaurbeuti, Awaludin, S.Pd. Mat., mengatakan, materi yang disampaikan pada MOPD sangat lengkap. Materi itu yakni penghangat suasana, organisasi dan administrasi kelas, pengembangan sikap demokratis, program tata cara belajar, dan wawasan wiyata mandala.

Materi lainnya yaitu hak dan kewajiban siswa, tatakrama siswa, pengembangan sikap solidaritas, pengenalan sistem pendidikan, seni gembira, pengenalan lingkungan sekolah, pengenalan kegiatan ekstrakurikuler, penanggulangan rokok, narkotika, psikotropika dan obat terlarang, serta mengenal

Hallo, Apa Kabar MOPD?Bertemu lingkungan

yang baru ketika melanjutkan sekolah

ke tingkat lebih tinggi sangat mengasyikkan.

Agar semuanya berjalan mulus, doro ngan untuk

beradaptasi dengan sekolah baru menjadi sesuatu yang tak bisa

dielakkan. Siswa diarahkan beradaptasi

dengan teman, guru, lingkungan sekolah,

dan sistem pendidikan yang diselenggarakan di

sekolah itu.

LAPORAN UTAMA

MOPD DI SMAN 1 JALANCAGAK

(DIAN RAHMAWATI)

Page 7: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014

LAPORAN UTAMA

EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 2014 n MAJALAH GUNEMAN n 7

kesiswaan dan sholat berjamaah.

“Pelaksana kegiatan adalah guru dan pengurus OSIS SMPN 2 Cihaurbeuti,” kata Awaludin, didampingi Pembina Osis SMPN 2 Cihaurbeuti, Dedah Kodariyah,S. Pd., di sela-sela MOPD, Senin (14/7).

Kepala SMPN 2 Cihaurbeuti, Drs. Janan Junaedi, M.Pd., menambahkan, pelaksanaan MOPD tidak terlepas dari gebyar Kurikulum 2013.

“Kami pun memberikan sosialisasi Kurikulum 2013 pada peserta didik. Instruktur yang menyampaikan materi pengenalan Kurikulum 2013 yaitu Mimin, S.Pd., Cuhaeni, S.Pd. Mat, Imas Susilayanti, S.Pd., Rosida Amalia, M.Pd., Ela, S.Pd., dan Tuti haryati, S.Pd.,” kata Janan.

Sementara itu MOPD di SMPN 4 Ciamis, di Jln. Tentara Pelajar No. 2 Ciamis. yang dilangsungkan pada 14-18 Juli 2014 tak kalah semarak. Menurut Kepala SMPN 4 Ciamis, Tatang S. Atmaja, M.Pd., MOPD bertujuan memberikan kesan positif serta menyenangkan kepada peserta didik baru tentang lingkungan sekolahnya.

“Peserta didik baru diharapkan mengawali kegiatan pendidikan dengan hal-hal yang menggembirakan. Mereka juga diarahkan untuk mengenal dan mempelajari suatu hal yang baru, baik yang berkaitan dengan lingkungan fisik, sosial, akademik dan non akademik, maupun norma-norma khusus yang berlaku di SMPN 4 Ciamis, sesuai dengan Visi SMP Negeri 4 Ciamis: TAQWA YES (Tawadhu, Amanah, Qona’ah, Waro’, Al-Amin, Yakin Edukasi Sukses),” kata Tatang. (rosida amalia, erwin tejasomantri)

supaya lancar berbicara bahasa Inggris sampai bagaimana memahami perbedaan budaya seperti yang dialami Erica.

Memang selalu luar biasa anak-anak kita, mereka begitu termotivasi dan terinspirasi sehingga 118 orang dari mereka ingin bergabung dalam English Forum untuk mengembangkan bahasa Inggris. Bagi mereka satu ‘tiket’ yang harus mereka miliki untuk bisa bergaul dengan masyarakat dunia serta bertukar budaya adalah bahasa Inggris.

Kegiatan ini juga ternyata tidak hanya mengemban misi pentingnya kemampuan berbahasa Inggris tapi juga ajakan untuk menjaga dan menyelamatkan lingkungan seperti yang disampaikan Erica yang menyayangkan Indonesia sebagai negara yang paling bagus yang dia kunjungi tapi masih terdapat banyak polusi dan sampah berserakan. Sebagai generasi muda Erica mengajak para siswa untuk menjadi bagian dari penyelamat lingkungan dengan tindakan yang paling sederhana tapi sulit yaitu tidak membuang sampah sembarangan.(dian rahmawati)

ADA yang berbeda pada kegiatan Masa Orientasi Peserta Didik (MOPD) di SMAN 1 Jalancagak,

Kabupaten Subang. Hadirnya Erica Johnson, Relawan Peace Corps berkebangsaan Amerika.

Program ini dilaksanakan sebagai bagian dari upaya gerakan MOPD antikekerasan dan diimbangi dengan kegiatan yang lebih bermanfaat serta lebih menginspirasi. Di hadapan 400-an siswa Erica Johnson mengemas kegiatan ini dengan sangat menarik.

Ia memberikan game dinamika kelompok yang menantang siswa untuk berkomunikasi hanya dalam bahasa Inggris atau dengan pilihan lain bahasa isyarat. Siswa kemudian diajak berdiskusi untuk mendapatkan makna dari game tersebut sehingga mereka dapat menyimpulkan kalau game tersebut tidak hanya menarik untuk dimainkan tapi juga bermakna luas.

Di akhir sesi Erica menantang siswa untuk ‘kepo’ dengan bertanya tentang apapun dalam bahasa Inggris. Karena keterbatasan waktu hanya 10 siswa yang terakomodir untuk menanyakan banyak hal mulai dari bagaimana

Menginspirasi Siswa melalui MOPD

MOPD DI SMAN 1 JALANCAGAK

(DIAN RAHMAWATI)

Page 8: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014

LAPORAN UTAMA

n MAJALAH GUNEMAN n EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 20148

Antara pengenalan lingkungan fisik dan non fisik sekolah kemudian akan bersinergi

satu sama lain dan membentuk karakter peserta didik di kemudian hari saat mereka belajar dan berada di lingkungan sekolah. Bagaimana kemudian siswa mampu merepresentasikan dirinya sendiri sebagai insan-insan yang

memiliki kepedulian terhadap lingkungan, menaati tata tertib sekolah, mengenal/mengetahui kepala sekolah, guru, dan karyawan sekolah dengan baik, saling menghargai dan menghormati satu sama lain, dan – tentu saja – belajar dengan baik.

Dari penjelasan di atas, ternyata

MOPD Sehat dan Berkarakter

Masa Orientasi Peserta Didik (MOPD)

merupakan momen pengenalan awal

peserta didik (tingkat SMP/SMA) terhadap

lingkungan sekolah yang kelak menjadi

tempat mereka belajar. Selain mengenal

lingkungan fisik yang meliputi bangunan

sekolah berikut sarana-prasarananya, mereka

juga diperkenalkan kepada lingkungan sekolah ‘non-fisik’

sekolah, antara lain budaya sekolah yang

meliputi sikap, perilaku, dan hubungan antara

warga sekolah. SUASANA MOPD SALAH SATU SEKOLAH

Page 9: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014

LAPORAN UTAMA

EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 2014 n MAJALAH GUNEMAN n 9

MOPD memiliki peran penting dalam membentuk karakter peserta didik. Sejak awal kepada mereka diperkenalkan sikap-sikap positif yang seharusnya mereka miliki saat menjalani pendidikan di sekolah yang bersangkutan. Inilah esensi penting dari pelaksanaan MOPD yang sebenarnya, yakni dari sekian hari pelaksanaan MOPD, ada sesuatu yang ‘membekas’ dan kekal menjadi menjadi acuan sikap di sekolah. Kesan awal seyogyanya memang memberikan ketetapan hati bagi mereka untuk menjalani

yang sebagian tugasnya dikerjakan oleh Pengurus OSIS. Ketika tugas-tugas tertentu dibebankan kepada OSIS, disadari atau tidak, terdapat tindak-tindak negatif yang hingga kini masih terjadi. Tindakan itu antara lain ‘pengkondisian’ peserta didik baru (PDB) untuk menaati perintah secara membabi buta. Puluhan siswa kebingungan ketika mereka diminta membawa benang rapia warna tertentu, padahal rapia dengan warna dimaksudnya itu tidak ada di warung mana pun. Atau seorang putri PDB diminta mengenakan pita

kehidupan di sekolah dengan baik dan disiplin penuh. Kelak mereka menjadi pembelajar yang tangguh dan mampu meraih prestasi optimal, karena pada diri mereka sudah terpatri rasa betah dan niat belajar yang sungguh-sungguh.

Di dalam praktiknya, MOPD ditangani oleh Bidang Kesiswaan,

warna-warni secara mencolok pada rambutnya, yang malah jika dilihat lebih mencerminkan seorang gadis culun ketimbang seorang gadis yang cantik dan cerdas. Anak laki-laki diperintahkan memakai sepatu dengan kaos kaki berbeda warna, bertopi aneh, dan tetak bengek lainnya yang sebenarnya tidak pantas dilakukan.

Berpakaian aneh, bertingkah dan melakukan sesuatu yang asing, hanya akan memberikan dampak hilangnya kepercayaan diri. Secara sengaja PDB telah dipermalukan dan dilecehkan harga dirinya. Betapa jatuh mental mereka, ketika melakukan kesalahan kemudian dibebani hukuman, dibentak, disuruh push-up, atau bahkan dipukul. Nilai-nilai pendidikan tercerabut dengan sendirinya. Jika hal ini dibiarkan berlangsung berlarut-larut, maka sebenarnya PDB telah dibekali rasa minder, tidak pede, malu dan selalu dicekam rasa takut. Kondisi demikian jelas tidak memungkinkan peserta didik belajar dengan baik.

Sehubungan itu, pelaksanaan MOPD tetap harus berada di bawah bimbingan guru. Ini demi menghindari tumbuhnya budaya saling membalas dari generasi kepada generasi berikutnya. Bagaimanapun, sebuah tindak penyiksaan hanya menghadirkan dendam-dendam baru. Rasa kasih, saling menyayangi dan mencintai antar pelajar tidak ada sama sekali. Maka yang adalah saling mencurigai dan aling memusuhi. Pelampiasan yang paling riil bisa dilakukan adalah kepada adik kelas berikutnya. Sungguh kondisi yang menyedihkan.

Nah, alternatif (bahkan menjadi wajib) MOPD sehat dan berkarakter adalah MOPD yang mampu menghadirkan suasana kegembiraan, penuh rekreatif, edukatif dan memberikan semangat belajar bagi PDB. Sekolah adalah wiyatamandala dengan segala kapasitasnya yang memadai, mampu memberikan kenyamanan belajar, menjadi pusat budaya dan perilaku hidup sehat, hingga semua ini menjadi bekal kuat untuk hidup bermasayarakat, berbangsa dan bernegara.

Akhirul kalam, semoga MOPD tahun ini beranjak dan bergerak dalam bentuknya yang sehat dan positip. (asikin hidayat)

(GOPIXPIC.COM)

Page 10: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014

LAPORAN UTAMA

n MAJALAH GUNEMAN n EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 201410

Sebuah keniscayaan jika Masa Orientasi Peserta Didik (MOPD) hanya jadi sebuah kegiatan

rutin di awal tahun pelajaran, juga sebuah keniscayaan jika MOPD justru dijadikan ajang “pembulian” dari kakak kelas pada adik kelas.

Paradigma MOPD harus diubah menjadi suatu kegiatan yang lebih bermafaat; berdaya guna dan bahkan berhasil guna.

MOPD tahun ini sejatinya harus dijadikan untuk sosialisasi Kurikulum 2013 misalnya dalam bentuk matrikulasi mata pelajaran, artinya siswa barus diperkenalkan dengan bahan ajar dan cara belajar yang akan dialaminya pada proses pembelajaran. Di samping jangan melupakan sosialisasi dari visi-misi sekolah, dan juga memperkenalkan lingkungan sekolah.

Kurikulum 2013 memiliki perbedaan yang signifikan dengan kurikulum sebelumnya, sehingga untuk keberhasilannya perlu diperkenalkan lebih awal, agar siswa tidak kaget karena sudah terbiasa dengan kurikulum yang terdahulu, hal yang sangat penting untuk mengubah mindset dan pola pikir siswa dalam belajar.

Membuat simulasi pendekatan scientific akan lebih mempersiapkan siswa baru pada pembelajaran yang sebenarnya; karena pendekatan inilah yang akan digunakan pada kurikulum 2013. Juga siwa baru diajak untuk mengenal cara-cara penilaian, mereka harus mengenal apa saja yang termasuk nilai-nilai spiritual dan nilai-nilai sosial, harus diperkenalkan pula bagaimana cara menilai diri sendiri dan menlai teman; hal ini menjadi penting karena pada proses

Mengubah Paradigma MOPDpembelajaran siswa akan disibukan dengan penilaian model ini.

Di samping hal pokok di atas, juga perlu diperkenalkan kearifan lokal yang menjadi ciri khas dari sekolah masing-masing.. Negeri kita ini gudangnya kesenian, kita tak akan pernah kehabisan stok kesenian daerah, tapi sayangnya kearifan lokal ini semakin lama semakin menghilang bahkan ada beberapa yang hampir punah; oleh sebab itu sekolah sebagai agen budaya, harus menjadi pelopor pelestarian kesenian daerah.

Model MOPD seperti inilah yang seharusnya dilakukan setiap sekolah, agar siswa kita siap dalam menyongsong proses pembelajaran selajutnya, apalagi dengan kurikulum yang baru, yang berbeda dengan kurikulum sebelumnya. (iwan ridwan)

MOPD DI SMPN 2 TAMBAKSARI

(IWAN RIDWAN)

Page 11: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014

OPINI

EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 2014 n MAJALAH GUNEMAN n 11

Berbicara pembelajaran berarti berbicara unsur-unsur pembelajran. Unsur

pembelajaran menurut Gagne (1977:4) dalam Anni (2004:3) merupakan sebuah sistem yang di dalamnya terdapat berbagai unsur yang saling kait-mengkait sehingga menghasilkan perubahan perilaku. Unsur-unsur pembelajaran menurut Gagne terdiri dari pembelajar, rangsangan/stimulus (harus memfokuskan pada stimulus tertentu yang diminati oleh siswa), memori pembelajaran (berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dihasilkan dari aktivitas belajar sebelumnya), respon (tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi memori).

Menurut Umar Tirtarahardja dan

S.L. La Sulo dalam buku Pengantar Pendidikan menyebutkan 10 unsur pendidikan yaitu 1. peserta didik, 2. pendidik, 3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif), 4. Komunikasi (proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain), 5. Kewibawaan, kewibawaan adalah pengaruh yang diterima dengan sukarela dan dimiliki oleh orang dewasa., 6. tujuan pendidikan, 7. Normatif yaitu adanya komunikasi yang dibatasi oleh ketentuan suatu norma baik norma adat, agama, hokum, social, dan norma pendidikan formal. 8. Unsur Pengetahuan, 9. Unsur Perilaku, Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus

(rangsangan dari luar). 10. Unsur Kedewasaan sebagai hasil proses belajar.

Pembelajaran dikatakan berkualitas apabila suasana pembelajarannya menunjukan keharmonisan di antara unsur-unsur pembelajaran. Pembelajaran yang sebenarnya terjadi di dalam kelas. Guru adalah ujung tombak dalam pembelajaran di dalam kelas. Gurulah yang harus menciptakan keharmonisan antarunsur pembelajaran di atas.

Berdasarkan berbagai macam survey, kualitas pendidikan Indonesia selalu menempati rangking terbawah, bahkan jauh di bawah negara ASEAN lainnya. Berdasarkan data dalam Education For All (EFA)

Oleh Rudianto, M.Pd.

Suasana Pembelajaran Penentu Kualitas Pendidikan

PENDIDIKAN adalah kunci keberhasilan

sebuah negara. Salah satu penentu kemajuan

sebuah negara adalah bagaimana

pemerintahan memuliakan pendidikan.

Memuliakan pendidikan berarti memperhatikan pembelajaran di dalam

kelas.

SUASANA BELAJAR DI SALAH SATU SMA

(REPRO JAWAPOS GROUP)

Page 12: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014

OPINI

n MAJALAH GUNEMAN n EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 201412

Global Monitoring Report Tahun 2010 pada posisi ke-65, tahun 2011 ke-69 dari 127 negara. Pada publikasi November 2012 lalu, Pearson menyebutkan peringkat pendidikan Indonesia berada pada urutan terbawah, atau nomor urut 40 dari 40 negara di dunia yang disurvei.

Kualitas pendidikan yang rendah ini menjadi tanggung jawab semua pihak terutama guru. Tentu saja kita harus mengetahui “penyakit” apa yang menyebabkan kualitas pendidikan yang terpuruk ini. Salah satu yang perlu dilihat adalah bagaimana suasana pembelajaran di dalam kelas.

Untuk mengetahui sudah baik atau tidaknya suasana pembelajaran di dalam kelas di Indonesia, kita harus membandingkan dengan suasana pembelajaran di negara-negara yang pendidikannya berkualitas. Salah satu negara yang dapat kita perbandingkan sistem pendidikannya dengan negara Indonesia adalah negara Australia. Australia adalah salah satu negara dengan kualitas pendidikan terbaik dunia. Rangking pendidikan Australia pada 2009 menempati posisi ke-6. Berdasarkan Pearson pada publikasi November 2012 Australia menempati rangking ke-13.

Dengan kualitas seperti di atas, Australia dapat dijadikan negara tujuan studi banding atau magang bagi guru-guru Indonesia. Guru-guru di Indonesia perlu melihat, mengamati, bahkan memotret bagaimana suasana pembelajaran di dalam kelas di Australia. Pada giliranya kita perlu mencontoh (meniru) bagaimana gaya mengajar guru di Australia, bagaimana hubungan harmonis antara guru dan siswa, bagaimana meposisikan guru, siswa, bahan ajar, media pembelajaran, dan sistem pebelajaran serta bagaimana cara meningkatkan kualitas pemebelajaran.

Penulis adalah guru SMPN 1 Tengahtani Kab. Cirebon

Sekolah memiliki kewajiban untuk membangun budaya literasi (membaca dan menulis).

Melalui budaya ini yang tumbuh dan berkembang di sekolah, idealnya akan berpengaruh terhadap berkembangnya budaya membaca dan menulis di masyarakat. Hanya saja, budaya positif ini hingga sekarang belum menjadi sebuah ciri khas. Kedudukan sekolah pada masa sekarang mengalami pergeseran

peran, yang seharusnya sebagai dapur pembentukan budaya malah menjadi penampung budaya. Pada akhirnya muncul sebuah kekhawatiran yang muncul dari para pengamat pendidikan terhadap karakter yang dimiliki oleh pelajar. Banyak penyimpangan-penyimpangan perilaku ditunjukkan oleh pelajar, seperti tawuran, berbicara kasar, kebut-kebutan, mencontek hingga plagiatisme karya tulis. Padahal

Membangun Budaya Literasi di Sekolah melalui Ekstrakurikuler JurnalistikOleh Yati Mulyawati

Page 13: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014

OPINI

EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 2014 n MAJALAH GUNEMAN n 13

apabila kita berkaca pada sejarah masa lalu Indonesia, peran serta kaum terpelajar sangatlah penting. Dari bangku-bangku sekolah banyak bermunculan ide nasionalisme yang disebarkan melalui kekuatan tulisan.

Seorang pelajar pada masa dilaksanakannya politik etis memberi warna tersendiri bagi masyarakat Indonesia. Elit terpelajar ini mampu membimbing bangsa Indonesia untuk

tahu dan memahami potensi dirinya yang sudah lama terbelenggu. Kaum terpelajar ini pun tampil sebagai pemimpin bangsa, dan sekolah mampu mencetak generasi muda yang tampil beda dengan masyarakat lain pada umumnya.

Keberhasilan sekolah pada masa kolonial dalam menghasilkan generasi terpelajar yang unggul tidak bisa dipisahkan dari budaya

sekolah yang dibangun dan didukung oleh tenaga-tenaga pendidik yang inspiratif. Konsep digugu dan ditiru masih dipegang teguh oleh tenaga pendidik di sekolah. Buku menjadi teman terbaik kaum terpelajar Indonesia pada masa itu, sehingga muncullah konseptor-konseptor ulung tentang kebangsaan seperti Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Mr. Muhammad Yamin dan masih banyak lagi. Kebiasaan membaca buku berpengaruh pada keterampilan menyimak, dari keterampilan menyimak akan mendorong pada keinginan menulis. Dua buah keterampilan ini yaitu membaca dan menulis tampil berdampingan secara sinergis. Untuk masa sekarang, kedua keterampilan ini belum menjadi sebuah keterampilan yang ingin diasah oleh siswa di sekolah.

Menumbuhkan budaya literasi di sekolah bisa dilakukan melalui program kegiatan kesiswaan salah satunya adalah kegiatan ektrakurikuler jurnalistik. Di beberapa sekolah, kegiatan ekstrakurikuler ini mendapat tempat yang sama seperti kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Dari kegiatan tersebut banyak bermunculan jurnalis-jurnalis muda berbakat serta penulis-penulis potensial. Kemunculan mereka tidak serta merta ada begitu saja, namun ada proses legalitas serta dukungan dari pihak sekolah yang positif. Sistem pembinaan pun ikut berpengaruh. Seorang pembina ekstrakurikuler jurnalistik haruslah orang yang benar-benar kompeten dan memiliki minat terhadap dunia kepenulisan. Meskipun karya-karya tulis para anggota ekstrakurikuler tersebut akan dimuat dalam sebuah media informasi baik dalam bentuk media cetak maupun elektronik, kemampuan menggunakan teknologi yang dimiliki oleh seorang pembina ekskul jurnalistik jangan dijadikan sebagai sebuah pertimbangan utama. Dalam kegiatan ekstrakurikuler jurnalistik, kemampuan serta kekuatan daya ungkap dalam menulis adalah hal yang sangat utama, adapun penguasaan teknologi

(WARTAPENDIDIKAN-KUBUDEBUMERINDU.BLOGSPOT.COM)

Page 14: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014

OPINI

n MAJALAH GUNEMAN n EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 201414

bisa berjalan beriringan dengan jalannya proses kreatif siswa.

Kegiatan ekstrakurikuler jurnalistik memberi warna baru bagi siswa yang mengikutinya, karena seorang anggota ekskul jurnalistik, diarahkan untuk memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Kemampuan komunikasi verbal pun menjadi materi yang diberikan. Seorang anggota ekskul akan dibimbing tentang bagaimana caranya supaya mereka memiliki kemampuan reportase yang baik. Setiap peristiwa yang dilihat, didengar dan dirasa bisa dijadikan sebagai bahan tulisan sehingga mereka diharuskan memiliki kejelian dan kepekaan sosial. Selain itu, ektrakurikuler jurnalistik ini pun mengajarkan kepada semua anggotanya untuk memiliki kemampuan bekerja secara kolektif karena menggarap sebuah media informasi membutuhkan peran serta semua anggota yang terlibat di dalamnya. Untuk itu rasa peduli, saling menghargai antara satu anggota dengan yang lainnya, tanggung jawab terhadap tugas, disiplin waktu dan kejelasan tugas secara sekaligus akan diterima dan miliki oleh setiap anggota ekskul jurnalistik.

Sikap dan sifat yang dibangun oleh ekskul jurnalistik tersebut tentunya sangat penting bagi kesuksesan pelaksanaan kurikulum 2013. Ciri khas kurikulum 2013 dengan strategi pembelajaran scientifik, mengharuskan setiap siswa memiliki kemampuan membaca, menulis, berpikir, bertanya dan berbicara untuk memaparkan hasil penemuannya baik secara individu maupun kelompok. Tidaklah mungkin semua keterampilan tersebut bisa

dimiliki oleh siswa apabila tidak ada proses pembudayaan. Ektrakurikuler jurnalistik ini secara nyata telah memberi bukti bahwa rasa percaya diri siswa meningkat, keberanian berbicara pun menunjukkan hal yang sama, serta daya kritis siswa dalam mengikuti pelajaran dapat terlihat dengan baik, selanjutnya susunan kata dan kalimat dalam setiap tugas-tugas menulis pun akan tampil beda antara siswa yang mengikuti ekskul jurnalistik dengan yang tidak. Untuk itu tidak ada salahnya apabila sekolah mencoba membangun dan mengembangkan ekstrakurikuler jurnalistik ini agar budaya literasi dan budaya demokrasi terbangun dengan baik di sekolah. Kegiatan ini bisa dilakukan mulai dari sekolah tingkat sekolah dasar, SLTP, maupun SMA, MA atau SMK.

Bagi siswa SMK, keberadaan ekstrakurikuler jurnalistik di sekolah pun berpengaruh sangat besar. Meskipun seorang siswa SMK pada umumnya lebih memfokuskan diri kepada penguasaan kompetensi keahlian berdasarkan jurusan yang dipilih, namun kemampuan literasi pun wajib mereka miliki. Ilmu pengetahuan yang menunjang pada penguasaan teknologi wajib dimiliki oleh seorang siswa SMK. Keterampilan menulispun sama harus pula dikuasai dengan baik oleh mereka. Media informasi yang dibangun oleh sekolah mulai dari majalah dinding, bulletin, tabloid, koran atau majalah serta media informasi elektronik bisa dijadikan sebagai media penyebar luasan kegiatan produktif mereka. Penemuan-penemuan teknologi dan karya-karya kreatif lainnya yang telah dihasilkan oleh siswa SMK bisa dimuat di dalam media informasi

tersebut. Termasuk karya-karya tulis mereka bisa dikirimkan ke koran-koran yang menampung karya kreatifitas menulis pelajar. Artinya bila sekolah memiliki kekuatan penulis-penulis yang baik, maka tidak perlu direpotkan lagi dengan permasalahan klasik yang selalu dikeluhkan oleh setiap pengelola sekolah, yaitu muncul dan berdatangannya jurnalis-jurnalis yang tidak jelas media informasi dan tidak jelas sasaran distribusinya. Biasanya mereka akan datang dan pergi setelah menerima berlembar-lembar rupiah yang dimasukkan ke dalam amplop, hanya untuk menaikkan berita sekolah. Padahal sudah sangat jelas, seorang jurnalis bertugas mencari berita dan menulis adalah tugas mereka. Untuk itu bila sudah ada ektrakurikuler jurnalistik, sekolah bisa memberdayakan para jurnalis pelajar tersebut untuk dijadikan sebagai corong kehumasan. Keterampilan menulis yang mereka miliki bisa dipergunakan untuk menuliskan berita-berita sekolah, kegiatan serta prestasi sekolah. Sekolah tidak perlu takut dengan kompetensi yang mereka miliki. Kemampuan menulis yang disertai dengan kemampuan berpikir kritis oleh setiap anggota ektrakurikuler jurnalistik yang dibentuk oleh sekolah harus disikapi dengan positif, berarti hal ini menunjukkan sebuah keberhasilan dari sebuah program kesiswaan, dan budaya literasi setidaknya terwakili oleh anggota ekstrakurikuler jurnalistik yang memang mengkonsentrasikan dalam kegiatan literasi.**

Padaherang, 17 Agustus 2014

Penulis adalah Guru Sejarah Indonesia di SMKN 1 Padaherang, Kab. Pangandaran

n MAJALAH GUNEMAN n EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 201414

Page 15: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014

OPINI

EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 2014 n MAJALAH GUNEMAN n 15

Page 16: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014

OPINI

n MAJALAH GUNEMAN n EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 201416

MenurutPasal 1 Ayat 1 UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang dimaksud

dengan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur

pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Selanjutnya mengutip Pasal 2 Ayat (1) guru mempunyai

kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan

menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pada Ayat (2) secara tegas dinyatakan, pengakuan guru sebagai tenaga profesional tersebut (harus) dibuktikan dengan sertifikat pendidik.

Lebih jauh berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 PP No. 74 Tahun 2008 tentang Guru, dinyatakan bahwa kualifikasi akademik adalah ijazah jenjang

pendidikan akademik yang harus dimiliki oleh guru sesuai

dengan jenis, jenjang, dan satuan

pendidikan formal di tempat penugasan. Maknanya, setiap guru diwajibkan untuk memenuhi semua kualifikasi (yang dipersyaratkan) sebagaimana diatur dalam peraturan perundangan-undangan.

Kualifikasi akademik yang dimaksud adalah memiliki ijazah Sarjana (S-1) atau ijazah Diploma (D-4) yang

Menakar Latar Belakang Ijazah Guru Sekolah DasarOleh Mahmud Yunus

OPINI

Page 17: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014

OPINI

EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 2014 n MAJALAH GUNEMAN n 17

merefleksikan kemampuan yang dipersyaratkan bagi guru untuk melaksanakan tugas sebagai pendidik pada jenjang, jenis, dan satuan pendidikan atau mata pelajaran yang diampunya sesuai dengan standar nasional pendidikan.

Maka dalam konteks guru Sekolah Dasar (SD) dia harus memiliki ijazah S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) dan sejumlah kompetensi yang diperlukan dalam melaksanakan tugas profesionalnya. Yakni kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

Ada pun bagi guru SD yang mengampu mata pelajaran tertentu seperti Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, dan Pendidikan Seni apakah mereka boleh berlatar belakang ijazah di luar ijazah PGSD? Jawabannya tentu saja boleh. Namun, tetap harus sesuai dengan bidang tugasnya. Ambil contoh, guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti haruslah memiliki ijazah S-1 Pendidikan Agama Islam dan memiliki Akta IV. Ingat, bukan sekadar berijazah IAIN dan/atau UIN.

Bagaimana kenyataannya di lapangan? Seiring dengan adanya keharusan meraih gelar minimal Sarjana (S-1) atau Diploma (D-4) bagi guru maka pontang-pantinglah guru SD untuk meraih ijazah tersebut. Di antara mereka ada yang memilih melanjutkan kuliah sesuai ketentuan yaitu mengambil program studi PGSD di UT, UPI, dan beberapa perguruan tinggi swasta. Ada pula yang asal memperoleh ijazah Sarjana (S-1).

Mereka yang disebut terakhir ada yang mengambil program studi yang ada mata pelajarannya di SD sebut saja Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Pendidikan Sejarah, Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan

Seni, dan lainnya. Dan, ada pula yang “nuekat” mengambil program studi non kependidikan. Ironisnya, konon modusnya juga yang penting memiliki ijazah sarjana. Akibatnya, tidak sedikit yang tertipu “membeli” ijazah palsu. Atau, ijazah asli tapi palsu!

Lalu bagaimana dengan sikap Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten/Kota yang bersangkutan? Pada umumnya mereka membiarkan para guru melanjutkan kuliah di mana pun. Hal tersebut terbukti dengan diterimanya ijazah mereka untuk keperluan sertifikasi guru yang bersangkutan. Bahkan, ijazah mereka juga diterima untuk keperluan kenaikan pangkat dengan penyesuaian ijazah.

Sekali lagi, berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 PP No. 74 Tahun 2008 tentang Guru, dinyatakan bahwa kualifikasi akademik adalah ijazah jenjang pendidikan akademik yang harus dimiliki oleh guru sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal di tempat penugasan. Dengan begitu, khususnya setelah tersedia program studi PGSD setiap (calon) guru SD diwajibkan memiliki ijazah Sarjana PGSD. Atau, kalau di Madrasah Ibtidaiyah (MI) diharuskan memiliki ijazah Sarjana PGMI.

Lebih jauh untuk menjadi guru profesional, sesuai Pasal 2 Ayat (2) UU No. 14 Tahun 2005 sebagaimana telah dikutip di bagian awal tulisan ini para sarjana dalam bidangnya pun masih diharuskan memiliki sertifikat pendidik sesuai dengan bidangnya tersebut. Maka tidak “halal” seorang guru SD dengan ijazah selain Sarjana PGSD diikutsertakan dalam program sertifikasi.

Dengan begitu, terhadap guru SD yang tidak/belum memiliki ijazah Sarjana PGSD (khususnya yang berstatus sebagai guru kelas) seharusnyadiberikan perlakuan khusus. Tempo hari sempat terdengar wacana untuk menguliahkan mereka lagi selama

beberapa semester. Dalam hal ini untuk mengikuti perkuliahan sejumlah mata kuliah kekhususan untuk kesiapan mengajar di SD atau yang sederajat.

Bila tidak demikian, mereka idealnya diwajibkan mengikuti pendidikan dan pelatihan (diklat) dalam jabatan (in service training) secara intensif. Lalu, pengalaman diklat mereka dikonversi ke dalam satuan kredit semester (SKS) secara proporsional.

Proses demikian itu diperlukan untuk menjamin tujuan profesionalisasi guru SD. Bukan untuk mempersulit karier mereka. Beberapa tahun ke depan (kalau memang belum dilaksanakan) demi meningkatkan pendidikan guru SD seyogyanya segera dirancang program magister dan doktor PGSD.

Ada pun guru SD yang bertugas memangku mata pelajaran tertentu yaitu Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Pendidikan Seni, dan lainnya sebaiknya diberikan diklat tambahan khususnya dalam rangka meningkatkan kompetensi pedagogik mereka. Kiranya kita sepakat, guru profesional pada jenjang SMP/SMA/SMK sekali pun belum tentu mampu melaksanakan tugas pada jenjang SD.

Melalui pengamatan (sepintas lalu) di lapangan hasil belajar pada jenjang SD sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar pada jenjang berikutnya. Katakanlah, bila tamatan SD belum memiliki kompetensi yang baik dalam membaca, menulis, dan berhitung (calistung) maka pada jenjang berikutnya tentu akan tertinggal oleh teman-temannya. **

Penulis, alumnus Prodi Manajemen Pendidikan Konsentrasi Manajemen Sistem Pendidikan Program PascasarjanaUniversitas Islam Nusantara Bandung,dan guru SMA Negeri 1 Banjar Jawa Barat

Page 18: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014

OPINI

n MAJALAH GUNEMAN n EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 201418

Pendidikan karakter mulai digaungkan sejak dua tahun belakangan ini. Program

ini diluncurkan oleh pemerintah karena dunia pendidikan dinilai kurang berhasil dalam mendidik dan mencerdaskan anak bangsa. Ketidakberhasilan ini ditunjukkan dengan banyaknya kasus yang terjadi. Mulai dari tawuran antarpelajar, penggunaan obat-obatan terlarang, maraknya

kerusuhan oleh geng motor, dan perilaku negatif lainnya yang ditunjukkan oleh sebagian pelajar kita. Sebagai upaya untuk mengurangi berbagai perilaku negatif tersebut maka dimunculkan istilah “pendidikan karakter”.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia karakter diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan

seseorang dari yang lainnya. Secara alami manusia memiliki dua karakter yang berlawanan yaitu karakter baik dan karakter buruk. Untuk membangun karakter yang baik didalam dunia pendidikan diperlukan tiga dasar pembentukan karakter berikut ini: pertama membangun watak, kepribadian atau moral; kedua mengembangkan kecerdasan majemuk; dan ketiga kebermaknaan pembelajaran.

Oleh Naning Marliani dan Hilman Fauzan

Pembelajaran Inkuiri Membentuk Karakter Baik Peserta Didik

(ROFAYULIAAZHAR.COM)

Page 19: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014

OPINI

EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 2014 n MAJALAH GUNEMAN n 19

Sejalan dengan hal tersebut pemerintah melakukan perubahan pada standar pendidikan nasional. Termasuk salah satunya di antaranya adalah perubahan kurikulum. Sesuai dengan dasar pembentukan karakter yang kedua dan ketiga, maka pada pelaksanaan kurikulum 2013 prinsip pembelajaran yang perlu digunakan adalah: (1) berpusat pada peserta didik, (2) mengembangkan kreativitas peserta didik, (3) menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, (4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika, dan (5) menyediakan pengalaman belajar yang beragam.

Dalam pelaksanaannya kegiatan pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 harus menerapkan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna. Dalam hal ini kegiatan pembelajaran harus mampu mengembangkan dan meningkatkan kompetensi, kreativitas, kemandirian, kerja sama, solidaritas, kepemimpinan,

empati, toleransi dan kecakapan hidup peserta didik. Hal ini berguna untuk membentuk watak serta meningkatkan peradaban dan martabat bangsa. Salah satu strategi yang dipandang cukup sesuai dengan tuntutan tersebut adalah metode pembelajaran inkuiri. Khususnya pembelajaran inkuiri dalam pengajaran IPA

Implementasi pembajaran IPA berbasis inkuiri sangat sesuai untuk pendidikan karakter peserta didik. Pembelajaran inkuiri mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya. Seperti merumuskan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa data, menarik kesimpulan. Dengan pembelajaran inkuiri menumbuhkan sikap objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka akan terbiasa untuk berkreativitas, bekerja sama dalam kelompok, mempunyai jiwa kepemimpinan, toleransi, mandiri, bertanggung jawab dan sebagainya. Oleh karena itu implementasi

pembelajaran IPA berbasis inkuiri ini sejak dini peserta didik dirasa mampu membangun karakter-karakter baik. Metode pembelajaran inkuiri juga sangat baik untuk dikembangkan pada mata pelajaran lainnya, tidak hanya mata pelajaran IPA.

Perlu diingat bahwa karakter tidak dapat diperoleh dalam kurun waktu yang singkat. Tetapi karakter harus dibentuk secara kontinyu dan konsisten dalam kurun waktu yang lama. Oleh karena itu hasil dari pendidikan karakter tidak dapat langsung kita petik sekarang. Tetapi diharapkan di masa datang peserta didik kita akan menjadi manusia Indonesia yang lebih bertanggung jawab sebagai hasil dari “pendidikan karakter” saat ini.’

Naning Marliani adalah Guru SMAN 1 Cineam Kabupaten Tasikmalaya

Hilman Fauzan adalah Guru SMAN 3 Kota Banjar

Page 20: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014

OPINI

n MAJALAH GUNEMAN n EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 201420

Salah satu sumber lokal Sunda yang mengajarkan tentang konsep kepemimpinan adalah

naskah Sanghyang Siksakandang Karesian (SSK). Naskah SSK ditulis pada sekitar tahun 1440 saka (1518M). SSK merupakan naskah didaktik, yang memberikan aturan, tuntunan serta ajaran agama dan moralitas kepada pembacanya. Naskah yang terdiri dari 30 lembar daun nipah ini tersimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia di Jakarta dan ditandai dengan nama kropak 630. Edisi lengkapnya yang disertai terjemahan, pengantar, komentar dan glosari ditulis dalam kertas stensil oleh Atja dan Danasasmita (1981a). Naskah ini telah diterbitkan kembali dalam bentuk buku oleh Danasasmita dkk. (1987:73-118).

Naskah SSK salah satunya mengulas dan mengungkap tentang

sepuluh tuntutan yang harus dimiliki serta dilaksanakan oleh seorang pemimpin dalam rangka membina serta memimpin bawahannya. Kesepuluh tuntunan tersebut dikenal dengan sebutan Dasa Prasanta.

Paparan dasa prasanta merupakan intisari ‘ilmu memimpin/manajemen’. Kaidahnya berpijak kepada kuantitas dan kualitas hubungan antar manusia (human relationship) namun tidak dalam kondisi hubungan majikan-buruh yang kaku dan otoriter. Dalam proses komunikasinya menggunakan silih asih, silih asah, dan silih asuh. Berdasarkan SSK seseorang dapat dikatakan memiliki keahlian dasa prasanta apabila kualitas dirinya telah ‘mumpuni’. Dalam arti, seorang pemimpin harus ‘kharismatik’, ‘pamor ‘ atau ‘tuah’ yang terbersit dari kualitas batiniahnya, sehingga akan tampak ciri kepemimpinannya.

Sudah banyak teori yang membahas mengenai

kepemimpinan. Umumnya teori

kepemimpinan tersebut disandarkan kepada

teori Barat. Dalam konsep kearifan lokal,

khususnya Sunda, masalah kepemimpinan

sebenarnya bisa juga kita gali.

OPINI

Konsep Dasa Prasanta dalam Kepemimpinan

Oleh Enang Cuhendi, S.Pd.

(GALUHKIWARI.WORDPRESS.COM)

Page 21: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014

OPINI

EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 2014 n MAJALAH GUNEMAN n 21

Secara lengkap sepuluh tuntunan dalam dasa prasanta meliputi:

1. Guna ‘bijaksana/ kebajikan, perintah yang diberikan oleh seorang pemimpin dipahami manfaat dan kegunaannya oleh bawahannya, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman.

2. Ramah ‘bertindak seperti orang tua yang bijak dan ramah/bestari’, keramahan seorang pemimpin akan menumbuhkan rasa nyaman dalam bekerja dan beraktifitas. Iklim yang kondusif dan mengesankan adanya keramahtamahan akan menjadi ‘habitat’ yang sangat baik dan menyenangkan.

3. Hook ‘sayang atau kagum’, perintah seorang pemimpin dianggap sebagai representasi kekaguman atas prestasi dari orang yang diperintahnya.

4. Pésok ‘memikat hati atau reueus/bangga’, seorang pemimpin harus mampu memikat hati bawahannya serta merupakan ‘kareueus’ kebanggaan juga bagi bawahannya. Perintah yang disampaikan oleh seorang pemimpin disampaikan dengan cara yang menimbulkan kebanggaan bagi yang diperintah. Hal demikian akan mampu mendorong kepercayaan bawahan yang diperintah.

5. Asih ‘kasih, sayang, cinta kasih, iba’, perintah pemimpin harus dilandasi dengan perasaan kemanusiaan yang penuh getaran kasih.

6. Karunya ‘iba/sayang/belas kasih’, sebenarnya hampir sama dengan asih, namun dalam karunya perintah pemimpin harus terasa sebagai suatu kepercayaan dari pemimpin kepada yang dipimpinnya

7. Mupreruk ‘membujuk dan menentramkan hati’, seorang pemimpin seyogyanya mampu membujuk dan menentramkan

hati yang dipimpinnya dengan cara menumbuhkan semangat kerjanya.

8. Ngulas ‘memuji di samping mengulas, mengoreksi’. Seorang pemimpin tidak ada salahnya memuji pekerjaan atau keberhasilan yang dipimpinnya sebagai penghargaan dan pendorong ke arah yang lebih baik.

9. Nyecep ‘membesarkan hati dan memberikan kata-kata pendingin yang menyejukkan hati’, bisa juga diartikan memberi perhatian merupa moril maupun materiil walau hanya berupa ucapa terima kasih atau pemberian ala

kadarnya sebagai penyejuk hati juga di kala yang dipimpinnya mendapat musibah atau tidak berhasil dalam suatu pekerjaan.

10. Ngala angen ‘mengambil hati’, mampu menarik hati dan simpati bawahannya atau yang dipimpinnya, sehingga tersambung ikatan silaturahim yang kental dan harmonis.

Konsep dasa prasanta digali dari kearifan lokal kita sendiri. Semoga kita bisa menerapkannya dalam kepemimpinan sehari-hari. **

Penulis adalah Guru SMPN 3 Limbangan, Kab. Garut

(ANDYCORE.COM)

Page 22: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014

n MAJALAH GUNEMAN n EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 201422

Muhammad Faiz Ridlolla Ifta, siswa kelas 8 SMPN 1 Cicalengka Kabupaten Bandung, anak

tunggal dari pasangan Hj Ai Tati Nurhayati dan H. Ipin Supriatna S.Ag guru SMP 1 Swadaya Kota Bandung, lahir di Bandung pada 18 Desember 2000. Ia tinggal di komplek Margahayu Permai, Kopo, Bandung.

Memilih sekolah di SMPN 1 Cicalengka karena Faiz, sapaan akrab siswa ini, ingin bersekolah sambil belajar agama Islam secara lebih mendalam di Pesantren Al-Furqon Babakan Peuteuy Cicalengka. Sejak usia 3 tahun orang tuanya sudah memperkenalkan dengan huruf hijaiyah, dan pada usia 5 tahun Faiz sudah lancar membaca Al-Qur’an.

Dari sejak duduk di SD Negeri Gentra Masekdas Kota Bandung, Faiz sudah mengikuti dan menjuarai berbagai perlombaan, tidak hanya tahfidz Qur’an dan MTQ, tetapi juga juara calistung dan renang.

Berbagai perlombaan dalam kegiatan keagamaan diikuti Faiz, tujuannya untuk lebih mengasah mental pada saat menghadapi juri dan memperlancar kemampuan berbicara di hadapan orang, karena Faiz bercita-cita ingin menjadi seorang Ulama. Adapun menjadi juara itu adalah anugrah dan prestasi dari hasil belajar yang ditekuninya sejak kecil.

Berikut ini daftar kejuaraan yang Faiz peroleh dari berbagai perlombaan di bidang keagamaan:

• Tahun 2011

1. Juara 3 Murottal Qur’an

Festival Anak Sholeh tingkat Nasional

(Asrama Haji-Bekasi)

2. Juara 1 STQ tingkat Kabupaten Bandung (Soreang)

3. Juara

harapan 1 STQ tingkat Provinsi Jawa Barat (Kota Bandung)

• Tahun 2012

1. Juara 1 Tahfidz Qur’an tingkat Kabupaten Bandung (Soreang)

2. Juara 1 Tahfidz Qur’an tingkat Provinsi Jawa Barat (Cianjur)

• Tahun 2013

1. Juara 1 MTQ tingkat wilayah Bandung Timur (Majalaya)

2. Juara 1 Tahfizd Qur’an tingkat wilayah Bandung Timur (Majalaya)

3. Juara 1 Tahfidz Qur’an tingkat Kabupaten Bandung (Soreang)

4. Juara 3 Tahfidz Qur’an tingkat Provinsi Jawa Barat (Tasikmalaya)

5. Juara 3 MTQ (LPTQ) tingkat Kabupaten Bandung (Soreang)

6. Juara Harapan 1 MTQ (LPTQ) tingkat Provinsi Jawa Barat (Kuningan)

• Tahun 2014

1. Juara 1 MTQ tingkat wilayah Bandung Timur (Ciparay)

2. Juara 1 Tahfizd Qur’an tingkat wilayah Bandung Timur (Ciparay)

3. Juara 1 Adzan tingkat wilayah Bandung Timur (Majalaya)

4. Juara 1 MTQ (Pentas PAI) tingkat gugus VI Kabupaten Bandung (Cicalengka)

5. Juara 1 MTQ Pentas PAI tingkat Kabupaten Bandung (Ciparay)

6. Juara 1 MTQ FLS2N tingkat Kabupaten Bandung (Soreang)

7. Juara 2 MTQ FLS2N tingkat Provinsi Jawa Barat (Lembang)

Anak Tunggal yang Membanggakan

Muhammad Faiz Ridlolla Ifta

PRESTASI SISWA

(LILIS LATIFAH)

Page 23: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014

EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 2014 n MAJALAH GUNEMAN n 23

Saat ditemui Guneman, Fais sangat bersyukur mempunyai orang tua yang mengarahkannya pada bidang keagamaan dan berterimakasih atas bimbingan dari Ibu Susi Iswanti Semboyan, S.Ag, Ibu Wida Khodijah, S.Ag, Bapak Ahmad Arifin, S.Pd.I, Bapak H. Asep Saefuloh S.Pd.I, Tatang Ruhiyat, S.Pd.I dan Ibu Siti Najiyah S.Pd.I selaku guru-guru pengajar PAI serta Pembina Ekstrakurikuler kerohanian serta semua guru di SMPN 1 Cicalengka.

Menyikapi prestasi yang diraih Fais, PKS Kesiswaan, Tono Prihartono, S.Pd dan Kepala SMPN 1 Cicalengka Kabupaten Bandung, Drs. Yoyop Susila, M.M merasa senang dan sangat mengapresiasi atas prestasi yang diraih anak didiknya. Hal tersebut sesuai dengan visi SMPN 1 Cicalengka yaitu unggul dalam prestasi dilandasi iman dan taqwa. (lilis latifah)**

kegiatan latihan gabungan,” tutur Ketua Pelaksana Kegiatan,Sukardi, S.Pd..

Acara perkemahan di buka pukul 13.00 WIB yang dilanjutkan dengan acara wide game, shalat maghrib bersama di mesjid agung Padaherang. Sekitar pukul 20.00 dilanjutkan dengan pawai obor dan acara api unggun yang menampilkan berbagai kreasi seni dari peserta perkemahan. Kegiatan puncak dari kegiatan ini adalah upacara peringatan Ulang Tahun Pramuka yang dilaksanakan esok harinya tanggal 14 Agustus 2014, di tempat yang sama. (yati mulyawati)**

Bertempat di Lapang Surawangsa Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran,

pertengahan Agustus lalu, sebanyak 33 sekolah mulai dari tingkat SD, SLTP dan SLTA mengikuti perkemahan yang dilaksanakan oleh Kwaran Padaherang. Kegiatan itu digelar untuk memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Pramuka yang ke-53, Setiap sekolah atau pangkalan mengirimkan satu regu putra dan satu regu putri dengan masing-masing regu berjumlah 8 orang.

“Kegiatan perkemahan disusun agar menyenangkan, “cenderung lebih pada

Kwaran Padaherang Peringati HUT ke-53 Pramuka

EKSTRAKURIKULER

(YATI MULYAWATI)

Page 24: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014

OPINI

n MAJALAH GUNEMAN n EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 201424

GERAKAN Pramuka Kwartir Ranting (Kwarran) Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung,

menyelenggarakan kegiatan sistem administrasi satuan (Sisminsat), di SDN Sedep Desa Santosa, Kecamatan Kertasari, pada 23 Agustus 2014. Kegiatan diikuti oleh para pembina putra dan putri dari 52 pangkalan.

Kegiatan yang berlangsung selama satu hari ini dibuka oleh Ketua Kwaran Kec. Kertasari, Yudi Munazat, S.Pd.,MG serta Sekretaris Kwarran Kec. Kertasari, Uyu Sumpena, S.Pd. ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas para pembina pramuka di gugus depan yang ada di Kwarran Kertasari. Selain itu juga kegiatan ini bertujuan untuk memberikan suntikan semangat kepada para Pembina untuk dapat memandu kembali anak didiknya di tiap-tiap pangkalan masing-masing.

Selain kegiatan Sisminsat, Kwarran Kecamatan Kertasari juga menyelenggarakan pesta siaga yang diikuti oleh anggota siaga dari tiap-tiap pangkalan yang ada di Kwarran

Kecamatan Kertasari. Kegiatan Pesta Siaga ini dipandu oleh Agus Poliman, S.Pd.,MS dan Dadang Abdul Zaman,S.Pd.,MS sebagai Pembina mahir yang ada di Kwarran Kertasari.

Acara untuk penggalang juga tak kalah menariknya, yaitu kegiatan Lomba Tingkat 2 (LT.2) yang diselenggarakan mulai tanggal 23-24 Agustus 2014 di Bumi Perkemahan Sedep Desa Santosa Kecamatan Kertasari. Kegiatan ini diikuti oleh para anggota penggalang SD maupun SMP yang ada di wilayah Kecamatan Kertasari. Kegiatan LT.2 ini mengambil Moto yaitu “Mantapkan Pembentukan Karakter Kaum Muda Melalui Gugus Depan yang Terakreditasi” Lomba Tingkat ini bertujuan untuk menigkatkan kemampuan para anggota pramuka penggalang mengenai Kepramukaan, selain itu sebagai ajang silaturahmi dalam menjalin kompetisi yang menjunjung sportifitas dalam lomba.

Hasil dari Kegiatan LT.2 Kwartir Ranting Kecamatan Kertasari yaitu :

Penggalang SD/MI Putra

1. Juara 1: Pangkalan SDN Argasari,

2. Juara 2: Pangkalan SDN Lembangsari,

3. Juara 3: Pangkalan SDN Cisarua

Penggalang SD/MI Putri,

1. Juara 1: Pangkalan SDN Cisarua,

2. Juara 2: Pangkalan SDN Argasari

3. Juara 3: Pangkalan SDN Cikembang 2 dan SDN Bukatanah.

Penggalang SMP/MTs Putra,

1. Juara 1: Pangkalan SMP Muhammadiyah 3

2. Juara 2: Pangkalan MTs Al-Fattah

3. Juara 3: Pangkalan MTs Sukasari

Penggalang SMP/MTs Putra,

1. Juara 1: Pangkalan SMP Muhammadiyah 3

2. Juara 2: Pangkalan MTs Sukasari

3. Juara 3: Pangkalan MTs Al-Fattah. (m.dahlan)**

Sisminsat, Pesta Siaga, dan LT 2 Kwaran Kertasari

EKSTRAKURIKULER

(M. DAHLAN)

Page 25: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014

EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 2014 n MAJALAH GUNEMAN n 25

sampai 90% di pilkada. Syaratnya saya harus berhenti mengeluarkan gagasan-gagasan kontroversial. Saya menolak dengan tegas dan menyatakan lebih baik tidak terpilih daripada harus berhenti menyampaikan pikiran-pikiran saya sendiri.

Buat apa jadi pemimpin kalau rakyatnya bodoh? Dan memang angka kemenangan di pilkada turun jadi 66% tapi yang penting ada lonjakan kecerdasan pada rakyat Kabupaten Purwakarta.

Gampang kalau mau jadi pemimpin yang hanya populer dengan angka pilkada 90%. Cukup tidak usah membangun patung dan sebagainya. Kenapa? Karena di Purwakarta tidak ada bisa yang bisa dikritik dari sisi pembangunan.

Saya sudah bertemu dengan rombongan dari Tasik yang menyampaikan apresiasi terhadap pembangunan di Kabupaten Purwakarta. Mereka bertanya, dari mana saya dapat gagasan-gagasan ini? Saya jawab dari mimpi-mimpi karena pemimpin itu harus memiliki mimpi-mimpi. Selama 24 jam saya bekerja untuk kebaikan, mewujudkan seluruh ide dan gagasan,”.

(Dikutip dari buku Kang Dedi Menyapa Kumpulan Pemikiran)

Pemimpin Itu Harus Memiliki Mimpi-mimpi

Bupati Purwakarta H. Dedi Mulyadi, S.H.

Roda pembangunan digerakkan seperti roda sepeda. Seperti halnya kecintaan ibu dengan anaknya maka pembangunan akan seiring

sejalan dengan keinginan tanahnya, dengan keinginan airnya, dengan keinginan udaranya, dengan keinginan mataharinya.

Tanah, air, dan udara akan menerjemahkan perintah Tuhan, mengawal seluruh pengisi negerinya untuk mencapai tingkat kemakmuran lahiriah dan batiniah. Bencana pun akan jauh pergi karena Tuhan melarang untuk mendekatinya.

Sebagaimana Tuhan melarang bencana mendekati manusia, adalah bagaimana gerakan ketaatan manusia pada tanahnya, gerakan ketaatan manusia kepada airnya, gerakan ketaatan manusia pada udaranya, gerakan ketaatan manusia pada mataharinya. Ketika empat hal ini dicintai oleh manusia maka terjadi persenyawaan. Manusia pun akan dijaga setiap saat oleh para malaikat yang ditugaskan oleh tanah, air, udara, dan mataharinya.

Itulah yang dinamakan dengan prinsip pembangunan berkarakter, yang disebut papat lima tunggal yang diterjemahkan dari filosofi Sunda sebagai papat kalima pancer di mana manusia harus bersenyawa dengan alamnya. Kelak manusia akan dijaga oleh alam karena menurut perintah Allah yaitu Rukun Iman keenam tentang Qada dan Qadar. Ukuran dan takaran itulah yang disebut dengan takdir,”.

“Reformasi pendidikan harus kita lakukan dan reformasi ini hanya bisa dilakukan oleh orang-orang pemberani. Mereka berani menyampaikan gagasan-gagasannya walaupun harus menghadapi berbagai tantangan dan rintangan.

Saya ingat setahun lalu, teman dari Lembaga Survei Indonesia mengatakan saya bisa menang

TOKOH

Page 26: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014

OPINI

n MAJALAH GUNEMAN n EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 201426

Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) mencatatkan rekor baru untuk peserta pawai

cetok yang dihelat Sabtu (23/8) malam, di Purwakarta, Jawa Barat. Tak tanggung sebanyak 52.280 peserta pawai yang menggunakan tutup kepala khas petani Indonesia ini, memadati dan mengular sepanjang rute Jalan Jenderal Sudirman Pasar Jumaah. Rekor ini mengalahkan rekor sebelumnya pada ajang yang sama, yang digelar tahun 2012 di Jakarta oleh salah satu partai politik yang hanya berjumlah 10.060 peserta.

Penghargaan MURI bagi Purwakarta, sebenarnya bukan hal yang baru. Pasalnya, sejak 3 tahun terakhir, kabupaten terkecil di Jawa Barat ini sudah langganan mendapatkan rekor MURI dari berbagai event yang pernah digelarnya dengan melibatkan banyak peserta. yang menarik, rekor yang diperoleh selalu bertajuk seni budaya asli Indonesia.

Sebut saja, rekor pertama tahun 2011 untuk pawai tumpeng, tercatat sebanyak 37.860 penyajian tumpeng. Tahun berikutnya ada pawai egrang dengan jumlah 14.570 peserta, lalu di tahun yang sama parade 1001 bedug dengan total 1.614 bedug. Tak kalah menarik, 2 rekor baru MURI didapat tahun 2013 lalu untuk peserta terbanyak pawai lampion jinjing dan lampion terbang dengan jumlah masing-masing56.472 lampion dan 5.000 lampion.

Seluruh event yang tercatat di rekor

MURI ini, hanya beberapa di antara puluhan event yang pernah digelar Purwakarta dalam rangkaian hari jadinya dari tahun ke tahun. Memang terbilang sukses, hingga gelaran hari jadi Purwakarta menjadi daya tarik wisata budaya bagi para pelancong dan warga di luar Purwakarta. Ini bisa dibuktikan pada Sabtu malam lalu saat pawai cetok digelar.

Pantauan di lapangan, selain dipadati peserta pawai, event ini juga

mengundang warga baik dari dalam maupun luar Purwakarta. Praktis, rute pawai yang tadinya dipusatkan di Jalan Jendral Sudirman, melebar hingga ujung peserta pawai ditempatkan di Jalan Babaru Nagri dan Jalan Veteran Kebon Kolot, sepanjang 4 KM. Arus kendaraan pun akhirnya dialihkan ke jalan kopi depan Mapolres Purwakarta.

Antusiasme peserta dan warga yang menonton, kontras terlihat saat

52.280 Cetok di Purwakarta Pecahkan Rekor MURI

ADVERTORIAL

n MAJALAH GUNEMAN n EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 201426

PAWAI CETOK PURWAKARTA

Page 27: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014

EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 2014 n MAJALAH GUNEMAN n 27

pawai dibuka oleh Bupati Purwakarta, H. Dedi Mulyadi, SH tepat di pertigaan patung egrang sekitar pukul 7 malam. Gemuruh dan sorak sorai peserta dan penonton begitu riuh tatkala opening art dari seniman tari dan musik mengawali acara. yang lebih menarik, Pawai cetok ini juga dimeriahkan berbagai macam dongdang (miniatur bangunan-red) dan bebegig (boneka sawah dari jerami) berbagai macam ukuran.

Adapula di antara peserta pawai yang menggunakan egrang,

termasuk seni sisingaan serta ciri khas lain daerahnya yang dapat dinikmati oleh warga yang menonton termasuk bupati dan jajaran muspida serta tamu undangan lain yang hadir saat itu. Peserta sendiri berasal dari organisasi perangkat daerah (OPD), BUMD, BUMN, swasta, perbankan, utusan tiap desa serta paling banyak dari pelajar semua tingkatan yang ada di Purwakarta.

Ditemui disela acara, Bupati Purwakarta H. Dedi Mulyadi, SH mengatakan event ini merupakan

bagian dari promosi daerahnya sebagai tujuan wisata budaya, sekaligus sebagai kampanye mengembalikan bambu bahan dasar pembuatan cetok sebagai ikon pohon di Purwakarta terutama di Kecamatan Sukasari. Dari bambu pula, menurut Dedi, bisa digunakan sebagai penangkal polusi udara dan konservasi lingkungan.

“Ke depan, bambu akan menjadi tanaman wajib di setiap kantor pemerintah, swasta, pekarangan rumah warga, termasuk ruang terbuka taman kota” jelas Dedi. Selain itu, cetok menurut Dedi memiliki makna filosofi cukup mendalam. Cetok adalah representasi dari kemahatunggalan Tuhan yang disimbolkan pada bentuk ujung kerucut cetok, “Kemahatunggalan dari sekian banyak umat manusia di alam raya ini” tambah Dedi.

Terkecuali itu, menurut Dedi, cetok merupakan representasi kultur petani Sunda yang patut dipertahankan. karena dengan cetok pula, menjadi simbol spirit (kekuatan) dari produktifitas masyarakat jawa barat, didalamnya masyarakat purwakarta. “Ini bisa dibuktikan, kreatifitas, produktifitas dan kepedulian warga purwakarta dalam setiap event yang digelar, pesertanya relatif terus bertambah,” pungkas Dedi.

Sementara itu, Dinda (21) warga Kelurahan Munjuljaya mengaku cukup terhibur dengan event pawai cetok ini. Dirinya tak pernah absen dari tahun-ketahun setiap event yang digelar oleh kabupaten yang dicintainya ini, “Ultah purwakarta kali ini tinggal acara puncaknya festival asia pasifik, pekan depan. jelas aku akan lihat paling depan dong,” selorohnya.

Pawai berakhir tepat pukul 01.00, Minggu (24/08) dini hari, dengan ditandai penyerahan piagam rekor MURI dari perwakilan MURI kepada bupati Dedi. Puncak acara rangkaian hari jadi purwakarta yang ke 183 ini ditutup oleh karnaval seni budaya negara-negara asia pasifik. Tak tanggung, 12 negara datang ke Purwakarta. **

ADVERTORIAL

EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 2014 n MAJALAH GUNEMAN n 27

(DOK. HUMAS PEMKAB PURWAKARTA)

(DOK. HUMAS PEMKAB PURWAKARTA)

BUPATI PURWAKARTA

Page 28: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014

n MAJALAH GUNEMAN n EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 201428

Apakah makna “bahagia?” katamu padaku yang tengah menikmati hidangan lesehan?Kapalmu yang melaju lebih duluKini hanyut di laut,Bahtera yang kubangun pun tinggal ngungunBerkeping-keping terombang-ambing,Lihatlah mereka yang tak jauh dari kita:Berbalut lumpur, membajak sawahTampak di pematang Sang Istri memegang rantangmelagu dendangSang bocah laki-laki berbuka dada tertimpa cahyaBerkilat coklat tetap semangat, meniup seruling sayup-sayupDan kita?Tampak di hadapan: makanan beraneka rupaDuduk lesehan sebuah rumah makan nyamanApakah kita bahagia?Datang melenggangSetelah berperang di gelanggang membawa semangkuk duriTertusuk di hati,Kita kalah: Mari kita ikut menikmati ranum buah kenikmatanYang mereka kibarkanMari kita tanggalkan kepongahanpredikat apa punMari kita berpegang tangan memulai dari awalAku siap kemudikan bahteramencari bahagia seperti mereka!” Katamu sayup merinduDan aku mematung: menusuk-nusuk garpuPada bakar ikan kelengganganPada hati yang berduriAda pedihhhh…..Kusapu tawa mereka di pegununganDalam gigil kerdil,Tuhan inikah bahtera yang harus kutumpangiMenuju lautmu setelah sauh-sauhku dulu tak jadi berlabuh?

Cikole, 9 Januari 2014

Haruskah aku jadi tumbal prahumuYang kaudayung di kali malangAku jadi penambal kebocoran air kanalKauberkata: Sabar nanti aku menepi untukmu!Tapi aku tak pernah mimpiMerenda ayat-ayat cinta dalam air mataMelenggang dalam malam hampa

Cikole, 21 Januari 2014

Puing-puing BahteraTumbal Perahu

PUISI

n MAJALAH GUNEMAN n EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 201428

Puisi Rosida Amalia

Page 29: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014

EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 2014 n MAJALAH GUNEMAN n 29

Sebuah senyum tersungging di bibir Astuti, dan banyak bayangan, suara, dan

perasaan melintas di otaknya. Dia tak sabar menanti hari-hari berikutnya penuh kegairahan, minat, keberhasilan. Tahun ajaran saat ini guru bisa membawa para siswa untuk menemukan kelas yang menakjubkan, penuh semangat, dan daya pikat yang bisa membuat mereka belajar dan bermain lebih lama. Guru dapat membuat kelas yang luar biasa, penuh dengan pengalaman, penemuan-penemuan baru, dan hal-hal yang menakjubkan.

Quantum Teaching menguraikan cara-cara yang memudahkan proses belajar lewat pemaduan unsur seni dan pendapaian-pencapaian yang terarah, apa pun mata pelajaran yang diajarkan. Dengan menggunakan metodologi quantum teaching di kelas, para guru dapat menggabungkan berbagai keistimewaan belajar yang akan melejitkan prestasi siswa.

Buku ini berisi segudang ilmu pengetahuan, mulai prinsip penting, model dan strategi untuk meningkatkan dan membuat proses belajar di kelas lebih menyenangkan, bagaimana meningkatkan minat dan

partisipasi, melejitkan pemahaman dan daya ingat, serta mengumbar sang jenius dalam diri setiap siswa.

Penulis mengajak para pendidik khususnya guru di sekolah untuk mencetak siswa yang tak hanya memiliki keterampilan akademis, melainkan juga memiliki keterampilan hidup. Model yang dipilih untuk mewadahi penerapan metode quantum learning di ruang-ruang kelas itu adalah model sebuah konser musik orkestra.

Guru menjelma bak seorang komposer sekaligus konduktor sebuah pentas orkestra. Para siswa menjadi pemain handal sekaligus penonton yang terkagum-kagum. Guru memahami sekali bahwa setiap siswanya memiliki karakter masing-masing, sebagaimana alat-alat musik seperti seruling, gitar yang memiliki suara berbeda. Bagaimana para guru dapat membawa setiap karakter siswanya agar dapat memiliki peran dan sukses dalam sebuah simfoni pembelajaran di kelas.

Quantum teaching merupakan pendekatan pengajaran yang tidak hanya menjejalkan materi kepada siswa, melainkan juga menciptakan hubungan emosional yang baik. Dalam quantum teaching guru dapat memfungsikan kedua belah otak, kanan dan kiri, pada fungsinya masing-masing.

Buku ini berisi segala hal mengenai quantum teaching, dari petunjuk pelaksanaan quantum teaching, teknik dan metode dalam quantum teaching, hingga cara memunculkan siswa yang jenius dan kreatif. Tegasnya, buku inspiratif ini siap menjadikan Anda tampil sebagai pendidik penuh teladan sekaligus favorit bagi para siswa. (saepul fl)**

RESENSI

Mencipta Orkestra di Ruang-ruang Kelas

• Judul Buku: Quantum Teaching Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas

• Pengarang: Bobbi DePorter, Mark Reardon, dan Sarah Singer-Nouri

• Penerbit: Kaifa Learning, Bandung

• Tebal Buku: 282 Halaman

Bayangkanlah... Hari pertama sekolah, dan ketika Astuti meninggalkan ruang kelas, jantungnya berpacu tak sabar saat memikirkan proses belajar nanti. Kegairahan, kesenangan, dan kegembiraan dalam suasana yang nyaman dan mendukung. Di mana gurunya tidak hanya peduli, tetapi juga tidak terlibat dalam kesuksesannya.

Page 30: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014

n MAJALAH GUNEMAN n EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 201430

Sebenarnya dalam Bahasa Indonesia tidak mengenal kata cabe yang merupakan kata

dasar dari cabe-cabean. Adapun kata tersebut lazimnya adalah cabai.

Cabai ialah tanaman perdu yang buahnya berbentuk bulat panjang dengan ujung meruncing, apabila sudah tua berwarna merah kecokelat-cokelatan atau hijau tua, berisi banyak biji yg pedas rasanya. Apakah cabe-cabean ini merupakan hasil reduplikasi atau kata ulang yang bermakna menyerupai?

Cabe-cabean sebagai kata slang memiliki banyak pengertian yang menjurus pada sebutan anak perempuan yang masih belia, berdandan dewasa dan menjadi gejala fenomena kaum remaja yang dekat dengan tindakan seksual. Sayangnya pemakaian kata tersebut telah mencederai pikiran dan memengaruhinya sebagai bentuk

perilaku wajar di masyarakat kita, khususnya melanda generasi muda.

Benjamin Lee Whorf, seorang linguitik dari Amerika pernah menyatakan bahwa pemahaman terhadap kata memengaruhi pandangannya terhadap realitas. Sebab pikiran manusia dapat terkondisikan oleh kata yang digunakannya. Maka dari itu semakin dimunculkannya kata ‘cabe-cabean’ dalam pergaulan kaum remaja kita, semakin besar kemungkinan pembentukan perilaku tersebut menjadi banyak dan lazim. Apalagi

pengaruh bahasa terhadap pikiran bisa terjadi lewat habituasi,

dengan kata lain pembiasaan terhadap

sesuatu supaya menjadi terbiasa menjalaninya.

Hingga pada kenyataannya perempuan belia yang berusia

belasan tahun tersebut banyak teridentifikasi di berbagai tempat semisal mal dan tempat balapan liar. Pada mulanya mungkin pembetukan kata tersebut dimunculkan sebagai fenomena bahasa pergaulan saja, lantas

menjadi pemicu sebuah gejala perilaku menyimpang pada generasi muda pemakainya. Mula-mula kita menyikapi tenang sebagai problematik kebahasaan. Kita masih ingat tentunya dengan beragam kemunculan bahasa slang yang bernada negatif seperti jablay saja. Awalnya kita tertawa-tawa saja mendengarnya, kini anak-anak kecil mulai biasa –bukan hanya biasa mendengarkannya, tapi sampai menggunakannya, melagukannya dan belajar mencoba menjadikannya sebagai perilaku.

Menjadi cabe-cabean berarti menyerupai cabai sebagai bumbu di dapur yang meski kecil wujudnya tetapi menyimpan daya dan rasa yang mengubah kita menjadi lebih berselera. Sayangnya ‘selera’ di sini mengandung makna negatif, pedas karena memang menggigit, merah warnanya karena begitu menggoda, dan kadang dipetik meski belum waktunya tetap asyik. Semoga penulis dan pembaca mulai kembali merenungkan apa akibatnya bila kita terlalu lengah memandang fenomena-fenomena yang menjamah kita sebagai hal biasa, padahal bisa jadi awal dari musibah besar yakni rusaknya moral generasi penerus kita di masa depan. (faisal syahreza)

Menjadi Cabe-cabeanAKHIR-AKHIR ini

penulis mulai resah dan bimbang ketika sebagian

masyarakat mulai marak melafalkan kata cabe-cabean. Sebagian

masyarakat tersebut muncul di televisi dan

media sosial lainnya secara agresif dan

mulai menggandrungi pemakaian kata slang

tersebut.

SAUNG INDONESIAN

(MERDEKA.COM)

Page 31: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014

EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 2014 n MAJALAH GUNEMAN n 31

We still remembered when we were four taking a bath together in Cisokan River. The water flowed so calmly that we swam very comfortably.

“Come on, catch me!” Wati swam fast.

“It’s easy, I’ll catch you till the end of the world!” Tuti tried to catch Wati.

“I wash my cloth first.” I said calmy. I sat on a stone wearing cloth like other country side women generally did. I let my feet dangle and play water. But, suddenly I unconciuosly looked at my friend, Anita who had already taken off her blouse, and changed it into cloth. I glanced at her charming face and her body looked more beaming than usual. I kept looking at her curiously, why her body looked very beaming. Had she got herbal cosmetic?

“Please, keep my pin hair!” Anita surprised me.

“Just put it near the towel!” I answered surprisingly. Anita ran to Wati and Tuti, ,meanwhile I was

thoughtful cleaning some detergen from my cloth by rinsing it into Cisokan river.

From the distance, there was a boat crowded by students wearing white and blue uniforms. There was Rahma waving her hand. She was the fattest among her friends. Even Lala was the shortest. She was like an elementary student. So, I swam in chest style as fast as I could. Then, we greeted them who were ready to go to school although it was still eleven o’clock.

“Hi, it’s too early. It’s still 11 ‘clock. You’ve already gone to school.” I shouted. We should have gone to school at 12.30 p.m.

We’ll study together first. Will you join us, Ratih? Lala replied.

“No.” I said.

After the boat had reached the bank, they went to school, about 200 m from Cisokan river. We reached for the bank and prepared to go to school soon. As usual, we waited for dzuhur first before going to school.

Cisokan River TragedyTHE sky cried in

the dark cloud and showered the earth

by its rain. We were stock at Cisokan river bank looking at betel

leaf played by the whirlpool. The leaf

moved around and it was flowed by hard

flow. I was bent in tears on my cheek. I never

imagined It would happen suddenly.

There was a hard pain in my deepest heart.

SAUNG ENGLISH

(COMMONS.WIKIMEDIA.ORG

Page 32: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014

n MAJALAH GUNEMAN n EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 201432

“Lunch first! Calm down! You won’t be late!” My aunt prepared my lunch. She was very kind.

I lived with my aunt because my home was far from school. And it took me an hour to arrive at school. My mother worried if I crossed the river. The river often flooded from the mountain. Therefore, my mom asked me to go home once aweek. She, moreover, always gave me a lot of food. Since I was the oldest daugther, I was spoiled. However, I often went home earlier, a couple days. I felt uncomfortable living apart from my mom. I always missed her, her kindness and food. There was nothing compared to her. Thus, sometimes I behaved irrationally, like this afternoon, when it rained heavily. I joined my friends that lived near my home to go home.

Since the last subject, I coudn’t have concerned on it anymore. I thought about an exciting trip with my friends. Although we went home on foot and it rained, we felt happy. Our friendship was hard to be apart even for a moment. In fact, we would meet again and we always had fun.

“Whoever wants to go home earlier must answer my questions!” Mr. Beni, Social Science teacher, usually gave us spoken post test. Alhamdulillah, I could answer and go home earlier. It was me, the best student at my school.

I saw SMS from Anita: “Will you go home? If you go home, wait for me in front of your aunt house!”

I replied quickly, “OK, I’ll go home. I wait for you!”

I went to my aunt house soon. Then, I asked her for permission. Without waiting her answer, I ran out immediately.

“You must not go home!” my aunt forbade and led me back. At first, I insist on her. However, Her hand held me not to go firmly, so I returned home.

“Let’s have lunch, actually I cooked

coconut milk salad. It’s very delicious.” My aunt passed me a plate, while my uncle and my cousin had already sat behind the dining table.

“Ratih! Hurry up! Go home? It’s afternoon.” Anita shouted in the street.

“Ratih won’t go home, you stay here!” my aunt replied and approached my friends.

“Thank you, mam. We’ll go home because it’s not a hard rain!” Lala replied from a distance.

I fell silent. If I had gone home, I would have rushed to the boat. Then, we would have crossed the river and walked happily. Meanwhile, my mom would have welcome with her smile that made me always miss her. Suddenly, I missed her. I couldn’t hold it. My tears dropped on my cheek.

“Come on. Have your meal. Don’t cry! You’re SMP student,aren’t you? Besides that, you’re scout. Must believe yourself. Look! It’s raining hard. Cisokan river must flood. It’s dangerous.The boat can’t float anymore because of its flow!” my uncle advised me. I kept speechless while my finger was playing my rice on the plate. It was true that the rain was getting harder and harder. However, it drizzled at first.

Suddenly, I was shocked hearing bamboo drum sound from the distance repeatedly, a warning.

“What’s going on? It sounds hard and repeatedly. My aunt stared my uncle in the face. All of us stopped having lunch and stared each other. My uncle tried to pray.

“SMP students sink! SMP students are flowed by flood!”

Their shout made me shocked. I got limp and cried as hard as I could at last because I never expected and believe in what happened. On the other hand, I was lucky because I didn’t go home. I was saved by my aunt.

“Ratih, if you had gone home, you would have got accident!” Oh, My God, My cousin is safe!” My aunt hugged me tight and we cried in commotion. I stared my aunt in the face, and now I thought how much my aunt really loved me. Why I thought only my mom in my heart recently. As a matter of fact, my aunt really loved me. Why I didn’t care about her. I realized I made a lot of sins. I hugged her very tight and I was really hysterical.

My aunt and uncle asked me to go to the Cisokan bank and saw people searching my friends flowed by hard Cisokan flow. Kyai prayed by throwing betel leaves into the brown stream flow. Unfortunately, it was magrib so the searching was delayed. There were three persons missing, Anita, Lala, and Rahma. They were all women. They couldn’t swim in hard current. On the other hand, my boy friends were safe. Their faces were very pale.

In the evening, my uncle, who taught sports at our school, asked us to read Yassin. Then, he led us praying for our friends blessed by Allah, and their bodies could be found soon. At the same time, Anita’s hair pin was still saved in my pocket. I cried sadly because I didn’t believe this tragedy.

At 09.30 a.m, the sky cried. It drizzled when Anita, one of victims, was found. I didn’t have the heart to see her body covered by taro leaves. Innalilaahiwainailaihi Rojiun! Remembering her SMS, yesterday she asked me to go home. And I replied her to go home together. If my aunt hadn’t forbade me, I would really have gone to God. Shuddering, I was not ready.

Next day, two bodies, Rahma and Lala, were found. I was bent down thinking of the pearl of life. I realized there was still hope tomorrow was. (rosida amalia)**

Ciamis, Last June 2008

Recall Cisokan Tragedy 1986 (Translate by Herman Sudiro)

SAUNG ENGLISH

Page 33: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014

EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 2014 n MAJALAH GUNEMAN n 33

PEMBELAJARAN IPA memang menyenangkan dilakukan di luar kelas, melalui percobaan-

percobaan dan penemuan-penemuan sederhana. Begitupun dalam kegiatan pembelajaran IPA materi cahaya di kelas 5 SD dilakukan diluar kelas. Untuk mengamati cahaya matahari yang dapat diuraikan menjadi berbagai warna maka dilakukan percobaan sederhana. Percobaan ini dapat berhasil jika cuaca cerah dan matahari bersinar terang.

Tujuan dari pembelajaran IPA ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan sifat-sifat cahaya

2. Untuk mengetahui bahwa cahaya putih terdiri dari berbagai warna

Langkah-langkah pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Guru menjelaskan/ mengulas sedikit materi cahaya

2. Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang

3. Setiap kelompok mempersiapkan alat dan bahan berupa cermin datar, baskom sedang, air, dan kertas putih polos

4. Setelah semua peralatan siap maka siswa melakukan percobaan di luar kelas dibimbing oleh guru.

Setelah melakukan percobaan, siswa mengetahui bahwa cahaya putih matahari terdiri dari berbagai macam warna.

Dalam proses pembelajaran terlihat siswa sangat senang dan merasa penasaran dengan percobaan yang mereka lakukan. Masing-masing anggota kelompok berbagi tugas ada yang melakukan percobaan, mengamati hasil percobaan dan mencatat hasil percobaan yang dilakukan. Setelah percobaan selesai maka tiap kelompok mempresentasikan hasilnya di depan kelas secara bergantian. **

Penulis adalah Guru SDN Manangga Sumedang

Mari Membuat PelangiOleh Eva Walipah

SAUNG SAINS

(EVA WALIPAH)

(EVA WALIPAH)

Page 34: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014

n MAJALAH GUNEMAN n EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 201434

Warta téh béja. Mun dina koran, majalah, atawa televisi sok disebut berita. Unggal poé televisi ngawartakeun rupa-rupa béja ti sakuliah

dunya, dina unggal widang kahirupan. Ayeuna mah mun hayang nyaho kana kajadian di Amérika ogé teu kudu hiber jauh-jauh ka ditu, cukup nyetél televisi atawa maca koran jeung majalah, kabéh geus nyampak. Ku kituna, warta téh geus jadi pangabutuh hirup sangkan urang apal sagala rupa kajadian di sakuliah dunya. Ceuk barudak ayeuna mah sangkan up-date alias teu tinggaleun jaman.

Warta dina basa Sunda mah teu loba jiga dina basa Indonésia.Majalah ogé ukur sababaraha hiji, kitu deui koran jeung televisi. Keun baé saeutik ogé, nu penting aya. Dina pangajaran ieu mah hidep ngan rék diwanohkeun warta nu kungsi dimuat dina majalah jeung televisi. Naon waé eusina, kumaha wangunna, jeung unsur-unsur naon waé anu kudu aya dina warta sangkan informasi anu ditepikeunana lengkep.

Maca Warta

Latihan

Baca conto warta di handap!

Ti tanggal 5 nepi ka 15 Agustus 2013, di Gedong Kasenian Rumentang Siang Bandung diayakeun pasang-giri drama tingkat SMP/Mts sa-Jawa Barat anu diayakeun ku Dinas

Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Unggal kabupatén/kota ngirimkeun wawakilna. Aya anu ngan ukur ngirimkeun hiji wawakil, aya ogé anu nepi ka dua atawa tilu wawakil. Jumlah

pamilon anu miluan kana éta pasanggiri aya 63 grup drama. Teu wudu Gedong Kasenian Rumentang Siang anu biasana tiiseun téh ngadadak ramé, boh ku pamilon boh ku nu lalajo. Unggal poé korsi panongton teu weléh pinuh. Matak reugreug ka panitia.

Téangan conto warta berita séjénna, tuluy bacakeun di hareupeun kelas! (rudi riadi)**

SAUNG SUNDANESE

TELEVISI

KORAN

INTERNET

Page 35: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014

EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 2014 n MAJALAH GUNEMAN n 35

Kuring disenangkeun ku pamarentah, sina bebetah di imah, sina istirahat di imah.

Sina suhud ibadah, sina loba nafakuran diri tur dibere bekelna keur sapopoe. Poe ieu hate guligah. Asa merdeka. Asa teu boga ganjelan pagawean. Sabab sanajan enya guru, tapi tanggung jawabna leuwih-leuwih ti pajabat eselon opat. Kapinterana, kaparigelan, budi pekerti nu hade, akhlak nu hade, eta teh meureun tanggung jawab guru. Sabab guru mah langsung jeung budak. Unggal usik paadu hareupan. Unggal poe panggih unggal poe tepung. Moral barudak,kapinteran jeung kaparigelan barudak,kabeh aya dina leungeun guru.

Poe ieu kuring teu make baju dines,teu indit ka sakola,tapi cicing di imah bari meus meus mukakeun lomari,meus meus mukakeun lomari,nempoan baju dines nu ngagarantung aya dalapan setelna. Baju batik rupa rupa.Baju Korpri,saragam kabupaten nu hejo gambar angklung, saragam batik nu dipake poe Jumaah. Loba pisan nu ngagarantung na lomari teh. Malah aya hiji batik sutra nu dipusti pusti, sabab eta batik tina sutra teh pamere ti sobat kuring nu kiwari geus mulang ka kalanggengan. Ceu Enden.Merena teh pisabulaneun deui ka pupus. Harita teh balik

Poe Ieu Kuring Mimiti PangsiunKu Holisoh ME

Poe ieu panceg umur teh genep puluh taun. Geus cueut ka hareup. Geus Magrib mun dina waktu mah. Boa ampir isya, da apan leuwih ti genep puluh taun mah bonus. Poe ieu jalma jalma bakal eureun nyebut kuring Ibu Guru. Sabab ti mimiti poe ieu kuring geus moal bisa ngajar deui, da geus dibere pangajen ku pamarentah mangrupa duit pangsiun nu ngocor unggal bulan.

SAUNG SUNDANESE

(ARIS KUMETIR)

Page 36: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014

n MAJALAH GUNEMAN n EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 201436

sakola,manehna keukeuh ngangajak ka imahna.Boga jambal roti cenah. Harita merena teh.

“Iyeu teh pamere si Cikal ti Bandung, ku Euceu teh dipusti pusti, tapi da ayeuna mah sereg,pek we keur Ayi.Kenang kenangan ti Euceu.Bisi teu panggih deui.” Omongna harita teh bari ngagikgik seuri. Kuring ge seuri,da sugan tea heureuy. Bener we,sabulan ti harita ibur yen Ceu Enden pupus jam sapuluh peuting, alatan serangan jantung. Inalillahi, kuring banjir cimata. Sedih. Da puguh tempat curhat si Euceu teh. Di mana manggih kariweuh, boh sual anak boh sual salaki , pasti ka euceu ngadongeng teh. Batik sutra nu ngagantung diusap usap. Lemes,tara kusut. Moal,moal dibikeun najan geus sereg ge di kuring, sina ngagantung we na lomari.

Breh beungeut Ceu Enden. Beungeut nu someah, sabar, nyaahan ka sasaha, asak hampura ka batur. Duh, naha rata rata ari jalma anu sae sok diheulakeun ku Gusti teh dicandakna. Kuring ngarenghap panjang. Ret deui kana saragam warna khaki, saragam hejo paranti poe senen,saragam Pramuka paranti poe Saptu, nu warna khaki nu

panglobana teh, aya genep setelna.Mun dikumpulkan mah, waaah geus pinuh lomari teh ku saragam warna khaki, ngan apan sok dibikeun ka batur mun geus bosen atawa geus sereg.

Geus dipacang pacang tateh, keur Alo nu di Tasik, da sarua dedeganana, saawak. Geus teu kudu ngaleutikeun ngagedekeun. Nu saragam Hansip eta mah keur sobat nu masih keneh dines, ke cenah mun pagawean di kantor nyalse,erek dicokot ka imah. Keun we babaturan nu ngaranjang ka imah,bari butuheun saragam mah pasti dibikeun. Da keur naon disimpen wae dina lomari kaheurin heurin.

Asa betah ning nya cicing di imah teh, pedah kakara sapoe kitu aya di imah? Asa pere sakola we. Boa engke mah bakal ngarasa aral cicing wae di imah . Boa isuk geto mah bakal kesel cicing wae di imah teh. Ah, naha make sieun pedah cicing imah, atuh hayang indit inditan mah nya indit we ka pangaosan. Indit ka tempat senam jantung sehat nu husus keur manula.

Heuy deuh, geus asup golongan manula nya kuring teh? He he he. Tapi pangrasa teh asa jagjag we, asa kuat keneh. Bet barina ge kuat

keneh pantes, da keur gede tanaga teh teu diumbar, kadar ngajar ngatik budak ,bari ukur gawe ti jam tujuh nepi ka satengah satu. Pantes kuat keneh ge. Da lamun kuring gawena lain guru mah, wah umur genep puluh teh geus sagala karasa sagala nyareri. Moal boa geus kaserang encok geus kaserang asma. Leos kuring ka tukang.

Di gang antara dapur jeung jamban , aya rak sapatu dua, nu hiji pinuh ku sapatu,nu hiji pinuh ku sendal. Da keur dines mah teu sirikna unggal bulan meuli sendal atawa sapatu teh. Kabeh ge kitu meureun ari pagawe mah. Resep kukumpul barang , resep kukumpul parabot imah. Komo awewe mah.

Lila kuring ngajengjen didinya. Neuteup sapatu nu rupa rupa kelirna,rupa rupa modelna. Komo sendal mah aralus modelna teh. Tateh mun balanja sapatu atawa barang teh tara sorangan,tapi sok ngaleut jeung babaturan, aya opatan ,mana sok seragam modelna , ukur kelir nu beda. Kuring ngarenghap panjang. Iraha deui rek aleut aleutan ka kota mun entas nyarokot duit ti bang Jabar, duit sertipikasi? Rek iraha deui ka Bang Jabar nyokot duit sertipikasi, da geus

SAUNG SUNDANESE

SUASANA SEKOLAH

(REPRO JAWAPOS GROUP)

Page 37: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014

EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 2014 n MAJALAH GUNEMAN n 37

pangsiun mah geus dieureunkeun.

Gede duit sertipikasi teh, da dibayarna teu unggal bulan, tapi tilu bulan sakali. Bisa dipake meuli motor, bisa nyumponan budak sakola, bisa dipake meuli tanah najan ukur sapuluh tumbak. Mangfaat. Tapi na geus kakesangan bener bener duit sertipikasi teh? Boa nya can bener gawena? Mun teu balener gawena teh karunya ka pamarentah, ari kasejahteraan guru dicumponan, ari guruna sorangan gawena teu calageur. Gawe ukur puraga tamba kadenda. Malah aya nu melidna luar biasa.Kalan kalan teu asup gawena teh nepi ka bulan bulan. Kurang tanggung jawab kana pendidikan.

Tapi anehna teh sakitu diramekeun ku wartawan nu sok jul jol ka sakola, atasan taya nu openan. Hare hare we. Kawasna teh dikonpirmasi ku wartawan ge seunggah ngawalon. Eta guru nu karurang tanggung jawab teh, loba pisan. Di unggal tempat. Komo guru nu geus boga watek melid mah,ukur natanyakeun iraha cairna duit sertipikasi ka kepala sekolah teh, ari ku kepala sakola dititah milu penataran atawa milu rapat atawa dititah ngaping barudak milu kagiatan mah,tingharunted, mumul. Paribasa wios dikelas we, abdi mah teu kaop kapanasan sok rieut!

Aaah karurang weh kana tanggung jawabna teh. Ayeuna kuring bisa nalek diri teh, geus kuring pangsiun. Geus loba waktu keur nafakuran diri. Enya kudu sing telik nginget nginget kalakuan dina mancen tugas teh, da bisi matak, duit nu teu kakesangan didahar teh.

Na teu matak kitu? Leng kuring ngahuleng. Nginget nginget kalakuan basa keur dines. Pernah mangkir bulan bulan? Henteu! henteu! karek teu asup tilu poe ge alatan gering, hate teh mani marojengja inget wae ka murid. Sieun aya nu gelut, sieun aya nu tatalu, sieun aya nu cilaka.

Da sanajan geus dipihapekeun ka guru sejen ge angger we hate mah teu bisa dibangbalerkeun. Naon pancen ti kapala sakola nu teu kungsi kagawean? Nyieun daftar hiji, unggal bulan dijieun tara elat. Ngeusian buku klaper mun aya murid anyar atawa nu pindah, sok digawean. Ngawal barudak kemping ka Kiara Payung atawa ka ka luar kota mun aya kagaitan Pramuka, tara dipungpang najan tilu poe tilu peuting. Bari kuring teh ninggalkeun nu di imah. Ngan untung salaki teh ngarti, najan ditinggalkeun saminggu ge ari sidik pancen ti pamarentah mah tara nyarek.

Ah, cohagna mah sagala panitah atasan tara aya nu dipungpang. Sakapeung mah asa diteungteuinganan ku atasan teh, dititahan. Komo basa kudu milu pembekalan keur para pembina Pramuka mah, lian ti dipelak lima poe teh, oge kudu nepikeun ka guru guru nu sejen di kacamatan kuring. Cape pisan.

Tapi kuring teu meunang nyebut embung! teu meunang mungpang! Apan kuring geus jadi guru propesional. Geus boga sertipikatna. Geus undak gajihna. Tolol kacida lamun kuring ditugaskeun milu itu milu ieu ku atasan masih nolak. Kumaha lamun tunjangan propesina dicabut deui?

Maenya geus jadi guru propesional masih ngangkrang, masih ngalawan kana parentah kepala sakola, teu meunang atuh. Kudu diturut da lain nitah teu bener. Nitah nambahan elmu. Kuring ngoloyong ka tengah imah. Erak buku, lomari, pinuh ku buku, majalah jeung koran. Rupa rupa buku, ti mimiti buku buku urut kuliah [najan teu kungsi tamat], novel novel percintaan nepi ka buku buku kriminal, komik, buku pawayangan, aya dina lomari buku kuring.

Gek kuring diuk dina korsi hoe paranti kuring ngajengjehe bari maca. Ret kana meja dijuru. Aya

komputer jeung leptop. Eta kabeh ladang sertipikasi. Apan ceuk ibu Hj Cicih, kepala dinas Cileunyi, lamun mareunang sertipikasi teh gancang beulikeun leptop jeung buku buku sabage penunjang pendidikan. Ulah waka laha loho ka dealer mobil. Ulah waka laha loho ka butik! Perlukeun heula alat penunjang karir urang.

Enya karasa pisan boga komputer boga leptop mah, sagala pancen bisa bareres. Jaba aya undakna, elmu panemu bisa ngalebaran ka manca nagara, lamun urang daek muka internet. Sabab da daek teu daek, lamun geus boga leptop mah pasti hayang muka internet. Enteng da ayeuna mah, kari meuli modem. Teu susah. Kuring ngarenghap. Breh beungeut babaturan, guru guru narembongan hiji hiji. Bu Hajah Fat, asli urang Kulonprogo Jawa Tenah. Ngajarna di kelas tilu, ambeh geus barisa make bahasa pengantarna ku bahasa Indonesia. Da teu bisaeun basa Sunda, ari ukur bisa saeutik eutik mah kajeun ku bahasa indonesia. Pan nu ngajar basa Sunda mah aya Ibu kepala. Malah aya duasan nu ngajar basa Sunda teh jeung Ibu Rini sarjana sastra Sunda wedalan ti Unpad, haneut keneh. Tapi kadieunakeun sarerea pada nyaraho, yen neng Rini teh tulen urang Kebumen, ti kacamatan Prembun. Cenah mah kataji ku budaya jeung basa sunda.

Wajib diconto tah! Da geuning aslina urang Sunda loba nu wegah asup ka sastra Sunda. malah nyarita ku basa Sunda ge geus arembungeun, gengsi, semu semu arera nyarita ku basa Sunda teh. Saralah kolotna atuda. Ti barang brol nu diwawuhkeun teh bet bahasa Indonesia lain bahasa Indung. Mana tong nyalah nyalahkeun teuing barudak lamun barudak teh arembungeun nyararita ku bahasa Sunda. Nu salah mah kolotna!

Breh deui beungeut babaturan nu sejenna. Bu Wiwi,neng Heni, Neng Pupu,Neng Nani, bu Eli, Neng Upi,

SAUNG SUNDANESE

Page 38: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014

n MAJALAH GUNEMAN n EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 201438

pa Nandar guru bahasa Inggris bari nyantri kacida. Pa Teten urang Baginda Sumedang, bulak balik unggal poe Sumedang Cileunyi. Tapi teu rengrot rengrot awakna teh bubuhan guru olahraga. Angger we atletis, dedeg hade balung kuat. Aya deui Pa Iyan, guru nu kacida idealisna. Asana dijaman kiwari nu idealis kitu mah rada hese. Idealis pisan. Ku kuring remen didu`akeun sing jadi Bupati atawa Gupernur. Meh nagara aman sejahtera, rahayat sarugih mukti. Manehna ukur seuri mun didu`akeun kitu teh. Da bener, lamun urusan duit urusan pagawean, tangtu butuh ku jalma idealis. Moal aya rekayasa. Moal aya duit nu leungit teu puguh. Pa Iyan saeneng eneng dipercaya jadi bendahara BOS. Aman, beres roes.

Aya deui sobat kuring nu satia, sobat sahate, Mang Endang. Pancenna aya di front panghareupna alias di pakarangan sakola. Ngurus pepelakan. Lain kekembangan wungkul nu ngajajar dina pot pot taneuh nu galede, tapi aya lahan nu kosong dipelakan rupa rupa tangkal, Tanaman obat jeung sarupanening bungbu bungbu dapur. Malah laja jeung honje ge dipelak meh barudak arapaleun.

Pagawean Mang Endang sok dibantuan ku kuring. Komo pepelakan mah da resep. Meus meus meuli kembang jeung potna. Mun aya kembang nu rada layu teu kacebor,kuring sok gancang nyokot emrat. Karunya teu katanagaan meureun ku manehna mah, da puguh lain pakarangan wae urusanana teh, tapi oge dapur sakola, ruangan sakola kabeh, kudu diurus. Tapi dasar jelema, nempo kuring rajin mantuan mang Endang teh kalah ngomongkeun, hayang kapuji cenah! Lailahailalloh! Abong jelema, suudzon teh dikukut. Teu nyahoeun hate kuring mah paling teu paya nempo pakarangan barala. Nempo pepelakan tingkulahek kurang nginum. Nempo kantor sakola bayatak ge kuring mah embung. Hayang rarapih, hayang bararesih. Sareungit rohangan ge.

Karek kuring betah.

Aya hiji deui guru nu babarengan teh Bu Limah. Masih keneh ngahonor. Duka iraha deuk diangkatna, seug geus ti taun dua rebu genep keneh ngahonorna teh. Tapi da teu guru pe en es teu guru honor, ari geus ngarariung di kantor teh sok bebas. Balakecrakan lamun waktu istirahat. Sok nineung, Neng Heni nu sok remen mekel mah. Nasi goreng kornet make peuteuy, mekelna satepak didedet. Sok didahar teh duaan babarengan. Nimat pisan. Kuring sok ngaheureuyan, kudu digurat ku jidar, bisi beak ku Ibu! Manehna ukur seuri. Ari kuring da rumasa rada gembul. Biwir keom, mun geus inget ka Neng Upi, neng Rini, Bu Nani, Bu Eli, marekel rujakeun. Ngarujak teh ladana teu euleun euleum. Matak nyareri beuteung. Uyuhan. Kuring mah noel rujak ge tara. Tapi eta kagiatan barangdahar teh dilaksanakeunana waktu istirahat. Disiplin kabeh ge! Waktuna ngajar nya ngajar. Mana geus pantes sakola kuring mah guru guruna diarangkat jadi guru propesional, mareunang sertipikasi. Meujeuh.

Kolebat beungeut Sri, murid Bu Wiwi nu tulen urang Solo, tapi ngomong jeung logat nyunda pisan. Malah remen jadi juara ngadongeng basa Sunda. Atawa pidato basa Sunda. Kalangkang kalangkang murid kuring nu rupa rupa watekna. Nu bageur, nu lungguh, nu bangor nu pinter nu bodo, nu sok ngalawan, kabeh narembongan. Komo da ngajar teh di kelas genep. Barudakna geus galede, geus laloba momones, da sakeudeung deui naringkat rumaja. Kuring geus biasa nyanghareupan barudak kelas genep. Eukeur mah geus aya lima tauna ngajar teh di kelas genep wae. Jadi geus apal.

Sakapeung mah asa geus bosen ngajar di kelas genep wae teh, asa geus cape! Tapi da tara aya guru sejen nu daek ngajar di kelas genep mah. Paribasa, teu bisa ngajarkeun

matematika! Teu bisa ngajarkeun IPA! Padahal haroreameun we ngajar di kelas genep teh, da puguh kudu tuntas nepi ka ngadaptarkeunnana ka es em pe. Resep mun keur pesta naekeun kelas. Nyewa gedong olahraga nu desa. Derrr mentaskeun hasil didikan neng Hesti, guru seni lulusan STSI. Rupa rupa kasenian dipintonkeun. Estu seni urang Sunda wungkul. Tari sunda klasik. Tari tarian sunda moderen, Angklung. Ah, matak reueus.

Kabeh kagiatan nu diayakeun di sakola, kabeh kakurangan sakola, boh kurang guru, boh kurang tanaga nu ngalatih Pramuka, kabeh sok diobrolkeun jeung ketua Komite Sakola. Dibadamikeun. Dirundingkeun. Matak tara aya pabentar paham, tara silih curiga. Nyaman di sakola teh.

Kuring ngajengjehe na korsi hoe paranti istirahat bari maca buku. Lus les beungeut guru guru nu keur sareuhah ngararujak. Beungeut Pa Iyan nu kerung sabab duit leungit opatratus rebu tina gepokan, bari karek nyokot ti bang. Padahalnyelapna amplopna. Atawa duit BOS tacan turun turun geus tilu bulan. Duit keur kagiatan murid geus euweuh, duit keur mayar tanaga honor euweuh, duit keur pangabtuh sakola euweuh. Pusing meureun. Beungeut guru guru nu murukusunu alatan duit kagiatan can dibagikeun ku Pa Iyan. Heeh, apan telat duit BOS na ge. Naon anu kudu dibagikeun atuh.

Beungeut Mang Endang nu luut leet kesang, entas papanasan meresihan kebon sacangkewok hareupeun kantor. Kabeh ngiles. Ngaleungit. Kari diri kuring jeung hate nu galecok baceo teh, nyieun jadwal anyar saminggueun saminggueun, keur saumur hirupeun.

Sukasari 2014

Muga kabaca ku guru guru SDN Cileunyi I

SAUNG SUNDANESE

Page 39: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014

EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 2014 n MAJALAH GUNEMAN n 39

SMP Negeri 4 Ciamis mengadakan kegiatan Wisata Religi, yaitu Ziarah ke Makan

Sunan Gunung Jati di Cirebon pada Sabtu, 9 Agustus 2014 lalu. Kegiatan yang melibatkan guru, staf tata usaha, dan para ustadz pengajar BTQ dengan Ketua Panitia Tatang, S.Pd.I. Wisata Religi ini dipandu oleh Ustadz Mohammad Nurzaman dengan peserta ziarah sebanyak 46 orang. Rombongan berangkat dari Ciamis sekitar pukul 16.30 dengan menggunakan Bis Gagak Rimang. Tiba di Cirebon sekitar pukul 20.00 dan langsung check in di Hotel Slamet, Jalan Siliwangi No. 95, Cirebon. Setelah menurunkan barang bawaan, pembagian kamar, beristirahat sejenak, bersih-bersih, dan ganti pakaian, sekitar pukul 22.00 dengan bis yang sama rombongan bergerak menuju komplek makam Syarif Hidayatullah, atau yang lebih dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati. Makam Sunan Gunung Jati ini berjarak kurang lebih 6 KM ke arah utara dari Kota Cirebon, berlokasi di Desa Astana, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon. Kawasan Makam Sunan Gunung Jati ini terdiri

dari dua kompleks makam. Yang utama ialah Kompleks Makam Sunan Gunung Jati terdiri dari sekitar 500 makam, letaknya di sebelah barat Jalan Raya Cirebon-Karangampel-Indramayu. Yang satu lagi yakni Kompleks Makam Syeikh Dzatul Kahfi, berada di timur jalan raya.

Dari area parkir yang sangat luas, rombongan mesti berjalan kaki, melintasi jalan berkelok, berpapasan dengan banyak pengemis segala usia, melewati rumah penduduk yang cukup rapat dan sebuah masjid yang merupakan bagian dari kompleks makam, barulah tiba di pintu gerbang. Sebelum memasuki pintu masuk, rombongan diwajibkan untuk melepas alas kaki. Di kompleks pemakaman ini aura mistis begitu kental terasa. Ratusan makam berjejer rapi nan artistik.

Makam yang menempati lahan seluas 4 hektar ini merupakan obyek wisata ziarah yang banyak dikunjungi oleh para wisatawan/peziarah baik dari Cirebon maupun kota-kota sekitarnya. Di area pemakaman ini Keluarga Besar SMPN 4 Ciamis disuguhi keindahan bangunan

makam yang memiliki gaya arsitektur yang unik, yaitu kombinasi gaya arsitektur Jawa, Arab, dan Cina. Arsitektur Jawa terdapat pada atap bangunan yang berbentuk limasan. Arsitektur Cina tampak pada desain interior dinding makam yang penuh dengan hiasan keramik dan porselin. Selain menempel pada dinding makam, benda-benda antik tersebut juga terpajang di sepanjang jalan makam. Semua benda itu sudah berusia ratusan tahun, namun kondisinya masih terawat. Benda-benda tersebut dibawa oleh istri Sunan Gunung Jati, Nyi Mas Ratu Rara Sumandeng dari Cina sekitar abad ke-13 M. Sedangkan arsitektur Timur Tengah terletak pada hiasan kaligrafi yang terukir indah pada dinding dan bangunan makam itu.

Keunikan lainnya adalah sembilan pintu makam yang tersusun bertingkat. Masing-masing pintu tersebut mempunyai nama yang berbeda-beda, secara berurutan dapat disebut sebagai berikut: Pintu Gapura, Pintu Krapyak, Pintu Pasujudan, Pintu Ratnakomala, Pintu Jinem, Pintu Rararoga, Pintu Kaca, Pintu Bacem, dan Pintu Ke sembilan

Wisata Religi ke Cirebon bersama SMP Negeri 4 Ciamis

SUDUT SEKOLAH

(ERWIN TEJASOMANTRI)

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA CIREBON

Page 40: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014

n MAJALAH GUNEMAN n EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 201440

bernama Pintu Teratai. Semua pengunjung hanya boleh masuk sampai pintu ke lima saja. Sebab pintu ke enam sampai ke sembilan hanya diperuntukkan bagi keturunan Sunan Gunung Jati sendiri.

Kompleks makam ini juga dilengkapi dengan dua buah ruangan yang disebut dengan Balaimangu Majapahit dan Balaimangu Padjadjaran. Balaimangu Majapahit merupakan bangunan yang dibuat oleh Kerajaan Majapahit untuk dihadiahkan kepada Sunan Gunung Jati sewaktu ia menikah dengan Nyi Mas Tepasari, putri dari salah seorang pembesar Majapahit yang bernama Ki Ageng Tepasan. Sedangkan Balaimangu Padjadjaran merupakan bangunan yang dibuat oleh Prabu Siliwangi untuk dihadiahkan kepada Syarif Hidayatullah sewaktu ia dinobatkan sebagai Sultan Kesultanan Pakungwati (kesultanan yang merupakan cikal bakal berdirinya Kesultanan Cirebon).

Memasuki obyek wisata ziarah makam Sunan Gunung Jati ini tidak dipungut biaya. Namun, para pengunjung dapat menyumbang dana/infaq seikhlasnya pada kotak infaq yang terletak di setiap pintu masuk kompleks makam itu.

Selain tempat utama untuk peziarah, kompleks ini juga dilengkapi masjid, pendopo, Paseban Besar (pendopo tempat penerimaan tamu), Paseban Soko (tempat untuk bermusyawarah), tempat pedagang kaki lima, kios cendramata, alun-alun, lapangan parkir, dan fasilitas lainnya.

Selain sebagai Kota Udang, Cirebon memang sangat terkenal berkat adanya makam Syarif Hidayatullah, seorang mubaligh, pemimpin spiritual, dan sufi yang juga dikenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati adalah salah satu diantara sembilan orang penyebar agama Islam terkenal di Pulau Jawa yang dikenal dengan sebutan Wali Sanga.

Sunan Gunung Jati bernama Syarif Hidayatullah, lahir sekitar tahun 1450

M. Ayahnya adalah Syarif Abdullah bin Nur Alam bin Jamaluddin Akbar, seorang Mubaligh dan Musafir besar dari Gujarat, India yang sangat dikenal sebagai Syeikh Maulana Akbar bagi kaum Sufi di tanah air. Syeikh Maulana Akbar adalah putra Ahmad Jalal Syah putra Abdullah Khan putra Abdul Malik putra Alwi putra Syeikh Muhammad Shahib Mirbath, ulama besar di Hadramaut, Yaman yang silsilahnya sampai kepada Nabi Muhammad SAW melalui cucunya Imam Husain.

Ibu Sunan Gunung Jati adalah Nyai Rara Santang (Syarifah Muda’im) yaitu putri dari Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi dari Nyai Subang Larang, dan merupakan adik dari Kian Santang dan Pangeran Walangsungsang yang bergelar Cakrabuwana / Cakrabumi atau Mbah Kuwu Cirebon Girang yang berguru kepada Syeikh Dzatul Kahfi, seorang Muballigh asal Baghdad bernama asli Idhafi Mahdi bin Ahmad.

Selepas ziarah di Makam Sunang Gunung Jati, rombongan SMPN 4 Ciamis melanjutkan ziarah ke Makam Syeikh Dzatul Kahfi (dikenal juga dengan nama Syeikh Idhofi atau Syeikh Nurul Jati) yang merupakan tokoh penyebar Islam di wilayah Cirebon dan leluhur dari raja-raja Sumedang.

Beliau pertama kali menyebarkan ajaran Islam di daerah Amparan Jati. Syeikh Dzatul Kahfi merupakan buyut dari Pangeran Santri (Ki Gedeng Sumedang), penguasa di Kerajaan Sumedang Larang, Jawa Barat, dan putera dari Syeikh Datuk Ahmad. Ia juga merupakan keturunan dari Amir Abdullah Khan. Syeikh Dzatul Kahfi merupakan guru dari Pangeran Walangsungsang dan Nyai Rara Santang (Syarifah Muda’im), yaitu putera dan puteri dari Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi), raja Kerajaan Pajajaran, Jawa Barat. Syeikh Dzatul Kahfi wafat dan dimakamkan di Gunung Jati,

Pada masa kejayaannya Sunan Gunung Jati juga dikenal sebagai pemimpin rakyat karena beliau pernah menjadi raja di Kasultanan Cirebon, bahkan sebagai sultan pertama Kasultanan Cirebon yang dulunya bernama Keraton Pakungwati. Peristirahatan terakhir Sunan Gunung Jati dan keluarganya ini disebut dengan nama Wukir Sapta Rengga. Makam ini terdiri dari sembilan tingkat, dan pada tingkat kesembilan inilah Sunan Gunung Jati dimakamkan. Sedangkan tingkat kedelapan ke bawah adalah makam keluarga dan para keturunannya, baik keturunan yang dari Kraton Kanoman maupun keturunan dari Kraton Kasepuhan.

bersamaan dengan makam Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati), Pangeran Pasarean, dan raja-raja Kesultanan Cirebon lainnya.

Kegiatan ziarah SMPN 4 Ciamis di Makam Sunang Gunung Jati dan Makam Syekh Dzatul Kahfi ini berlangsung sekitar dua setengah jam. Setelah itu rombongan kembali ke Hotel Slamet Cirebon untuk beristirahat.

Keesokan harinya, Minggu, 10 Agustus 2014, rombongan check out dari hotel sekitar pukul 8 pagi untuk kembali ke Ciamis. Dalam perjalan pulang, rombongan sempat mampir ke Pelabuhan Perikanan Nusantara Kejawanan (PPN Kejawanan)

SUDUT SEKOLAH

(ERWIN TEJASOMANTRI)

MAKAM SYEIKH DZATUL KAHFI

Page 41: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014

EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 2014 n MAJALAH GUNEMAN n 41

Cirebon, terletak di Kelurahan Pengambiran Kecamatan Lemah Wungkuk Kota Cirebon. Secara geografis pelabuhan sangat strategis karena merupakan pintu gerbang Jawa Barat bagian Timur dan dengan mudahnya menghubungkan daerah pemasaran potensial yakni Bandung dan Jakarta.

PPN Kejawanan juga menjadi sentra ekonomi berbasis industri perikanan, baik untuk sekala kecil, menengah maupun besar, dalam rangka mewujudkan Cirebon sebagai Kota Perikanan.

Rombongan juga mengunjungi Kampung Batik Trusmi yang merupakan pusat industri batik trusmi dan wisata kuliner Cirebon, terletak di Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon, yaitu sekitar 4 KM dari Kota Cirebon kearah barat menuju Kota Bandung. Di desa Batik Trusmi dan sekitarnya terdapat lebih dari 3000 tenaga kerja atau pengrajin batik. Kisah membatik Desa Trusmi berawal dari peranan Ki Gede Trusmi, salah seorang pengikut setia Sunan Gunung Jati. Ki Gede Trusmi ini mengajarkan seni membatik sembari menyebarkan Islam. Di sepanjang jalan utama yang berjarak 1,5 km dari desa Trusmi sampai Panembahan, saat ini banyak kita jumpai puluhan showroom batik. Berbagai papan nama showroom nampak berjejer menghiasi setiap bangunan yang ada di tepi jalan. Munculnya berbagai showroom ini tak lepas dari tingginya minat masyarakat terutama dari luar kota terhadap batik Cirebon.

Batik Trusmi berhasil menjadi ikon batik dalam koleksi kain nasional. Batik Cirebon sendiri termasuk golongan Batik Pesisir, namun juga sebagian batik Cirebon termasuk dalam kelompok batik keraton. Hal ini dikarenakan Cirebon memiliki dua buah keraton yaitu Keratonan Kasepuhan dan Keraton Kanoman. Berdasarkan sejarah dari dua keraton ini muncul beberapa desain batik Cirebonan Klasik yang hingga sekarang masih dikerjakan oleh

sebagian masyarakat desa Trusmi di antaranya seperti Mega Mendung, Paksinaga Liman, Patran Keris, Patran Kangkung, Singa Payung, Singa Barong, Banjar Balong, Ayam Alas, Sawat Penganten, Katewono, Gunung Giwur, Simbar Menjangan, Simbar Kendo, dan lain-lain.

Masih dalam perjalan pulang, memasuki Kuningan, rombongan sempat mampir ke Toko Teh Diah, dekat pertigaan Linggarjati, untuk belanja oleh-oleh khas Kuningan. Di tempat Teh Diah ini rombongan SMPN 4 Ciamis menemukan berbagai macam oleh-oleh khas Kuningan antara lain yang utama dan terkenal adalah peuyeum/tape ketan. Peuyeum/tape ketan ini dibuat dari ketan putih yang kemudian diasamkan lalu dibungkus dengan daun jambu. Jadi rasa asamnya itulah yang menjadi ciri khasnya. Tape khas Kuningan umumnya dijual didalam wadah ember hitam bertuliskan Tape Ketan Asli Cibeureum, namun kita bisa menemukan kemasan kecil berbentuk kotak bila hanya ingin membeli beberapa buah saja. Oleh-oleh lainnya dalah ketempling atau gemblong khas kuningan. Ketempling ini bahan bakunya bisa dari oncom ataupun lainnya. Ada lagi yang namanya kecimpring, ubi serta kacang. Untuk minumannya tersedia Jeniper (Jeruk Nipis Peras) dalam bentuk botol siap minum ataupun sirup, rasanya sungguh sangat segar bila diminum dalam keadaan dingin.

Dari Toko Teh Diah, rombongan SMPN 4 Ciamis berkunjung ke Obyek Wisata Cibulan yang merupakan obyek wisata hutan air, banyak ditumbuhi pepohonan besar, tinggi dan rindang serta merupakan sumber air yang sangat jernih yang terletak di Desa Maniskidul, Kecamatan Jalaksana, atau sekitar 7 KM dari Kota Kuningan. Obyek Wisata Cibulan merupakan salah satu Obyek Wisata tertua di Kabupaten Kuningan, diresmikan pada 27 Agustus 1939 oleh Bupati Kuningan yang saat itu dijabat oleh R.A.A Muhammad Achmad. Di obyek wisata ini tersedia:

Kolam Pemandian, Therapy Ikan, Pesona Ikan Dewa, Situs Sumur Tujuh, Flying Fox, Water Ball, Hutan Lindung, Situs Batu Gajah, Lesehan, dan Kios Aneka Cinderamata.

Obyek Wisata Cibulan adalah salah satu tempat bersejarah, yang konon merupakan peninggalan para wali yang menyebarkan Agama Islam, dan di sini juga terdapat Situs Petilasan Prabu Siliwangi, Raja Pajajaran dan terdapat tujuh sumber mata air. Tujuh mata air ini terdiri dari kolam-kolam yang masing-masing mempunyai nama tersendiri yaitu: Sumur Satu Kejayaan, Sumur Dua Kemulyaan, Sumur Tiga Pengabulan, Sumur Empat Cirencana, Sumur Lima Cisadane, Sumur Enam Kemudahan, Sumur Tujuh Keselamatan.

Dari Cibulan-Kuningan, rombongan langsung menuju Kota Ciamis dan tiba sekitar pukul 19.30, setelah singgah dulu di Masjid Agung Kawali untuk melaksanakan Sholat Maghrib berjamaah.

Menurut Kepala SMPN 4 Ciamis, Tatang S. Atmaja, M.Pd., kegiatan Wisata Religi ini bertujuan untuk meningkatkan silaturahmi seluruh anggota Keluarga Besar SMPN 4 Ciamis, khususnya dengan para ustadz yang membimbimbing siswa SMPN 4 Ciamis dalam bidang kerohanian. SMPN 4 Ciamis secara rutin melaksanakan kegiatan BTQ (Baca Tulis Qur’an) setiap hari Jum’at, diantara jam pelajaran yang bersifat umum Kegiatan BTQ ini sudah berlangsung selama 4 tahun, dimana setiap kelas/rombel dibimbing oleh seorang ustadz. Saat ini ustadz pembimbing BTQ di SMPN 4 Ciamis berjumlah 23 orang dari beberapa pesantren yang ada di Ciamis. Kegiatan BTQ ini selain untuk memberikan materi Baca Tulis Qur’an, tujuan utamanya adalah membina siswa agar memiliki budi pekerti, karakter, dan akhlak mulia, sesuai dengan visi SMPN 4 Ciamis, yaitu: TAQWA YES (Tawadhu, Amanah, Qona’ah, Waro’, Al-Amin, Yakin Edukasi Sukses). (erwin tejasomantri)**

SUDUT SEKOLAH

Page 42: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014

CERPEN

n MAJALAH GUNEMAN n EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 201442

menjadi moderator pada pembukaan pelatihan.

“Ini pelatihan kurtilas angkatan ke-5 dan merupakan anak bungsu. Semoga semua peserta dapat mengikuti kegiatan dengan maksimal sesuai program pemerintah,” kata Wandi panitia penyelenggara dari PPPPTK Bahasa.

Pelatihan kurtilas bagi guru-guru bahasa Indonesia di sekolah sasaran diselenggarakan dari tanggal 11 Agustus s.d. 15 Agustus 2014 di SMPN 1 Cijeungjing Kab. Ciamis. Dipandu oleh dua orang Instruktur Nasional Rosida Amalia, M.Pd. (Ketua MGMP Bahasa Indonesia kab. Ciamis) dan Memet Priadi, SPd., M.Pd. (Sekretaris MGMP Bahasa Indonesia kab. Ciamis).

Konvergensi ilmu dan teknologi. Ekonomi berbasis pengetahuan.Kebangkitan

industri kreatif dan budaya. Pergeseran kekuatan ekonomi dunia. Pengaruh dan imbas teknosains. Mutu, investasi dan transformasi pada sektor pendidikan. Materi TIMSS dan PISA. Tantangan internal menghendaki adanya reformasi atas 8 Standar Nasional Pendidikan terutama 4 standar yang terdiri atas Standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan dan standar penilaian.Tantangan internal yang dianggap penting pula adalah sumber daya manusia pada usia produktif. Menyikapi inovasi kurikulum 2013 MGMP Bahasa Indonesia Kab. Ciamis menjadi sasaran pelatihan kurikulum 2013.

“Pelatihan kurikulum 2013 ini ditujukan bagi guru sasaran mata pelajaran bahasa Indonesia yang belum tersentuh kurtilas. Jadi merupakan anak bungsu,” kata H. Use Fasya S, SIP. Kasi Kurikulum SMP kab Ciamis, saat membuka acara pelatihan kurtilas Mata Pelajaran bahasa Indonesia di SMPN 1 Cijeungjing tanggal 11 Agustus 2013.

“Kami menyediakan gedung pertemuan tanpa harus disewa. Yang penting dapat digunakan untuk memfasilitasi pelatihan yang tujuannya meningkatkan profesi guru,” kata DR. H. Aning, M.Pd. Kepala SMPN 1 Cijeungjing saat

Peningkatan Wawasan Kurtilas Guru Bahasa Indonesia Kab. Ciamis Tantangan eksternal munculnya Kurtilas2013 adalah Globalisasi: WTO, ASEAN Community, APEC, CAFTA, Masalah lingkungan hidup. Kemajuan teknologi informasi.

SAUNG MGMP

PELATIHAN KURIKULUM 2013

Page 43: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014

EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 2014 n MAJALAH GUNEMAN n 43

Struktur materi yang diberikan terdiri atas: Rasional kurikulum 2013, Elemen Perubahan Kurikulum 2013, SKL KI dan KD, Strategi Implementasi Kurikulum 2013, Konsep Pendekatan Saintifik, Kedudukan dan Struktur Buku Guru dan Buku Siswa, Penilaian pembelajaran, Model Pembelajaran : Discovery Learning, Problem Based Learning, Project Based Learning, Strategi pengamatan video pembelajaran, rambu-rambu penyusunan RPP, dan Prinsip-prinsip Pelaksanaan pembelajaran.

Dahlan Wigena, S.Pd. salah

“Ya saya merasa nikmat menyikapi konsep perubahan kurikulum 2013, penilaian autentik assesmen dapat mengukur kemampuan siswa secara objektif, serta pada proses pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik yang betul-betul mencetak siswa jadi peneliti sejati. Saya siap mengimplementasikan kurtilas di sekolah.” Kata Dahlan dengan tulus ketika diwawancara setelah 5 hari mengikuti pelatihan kurtilas.

“Saya senang membedah Buku Siswa dan Buku Guru, sehingga merasa belajar bersikap kritis. Buku Guru masih memerlukan penyempurnaan dan harus mencantumkan KI.” kata Sucipto, S.Pd., peserta pelatihan dari SMPN 1 Purwadadi.

Lain halnya dengan Yoyo, S.Pd., M.Pd. dari SMPN 2 Ciamis sangat merasakan manfaat buku guru.“Buku guru yang tersedia dapat dijadikan sebagai pedoman karena memperjelas proses belajar mengajar,” kata Yoyo. Ia mengakui sudah melaksanakan kurikulum 2013 walaupun pemahaman yang ia peroleh memang bertahap. “ Dengan mengikuti pelatihan kurtilas di Cijeungjing pemahaman konsep kurtilas semakin mantap.”

Peserta mengikuti pemaparan penilaian dengan tekun walaupun aspek penilaian terdapat secara holistik.” Saya dengan sabar membimbing para peserta pada penilaian sikap, keterampilan dan pengetahuan. Mereka pun diperkenalkan pada cara pengisian raport kebetulan sekolah saya sudah melaksanakan kurtilas,” kata Memet Priadi, S.Pd., M.Pd., salah seorang IN.

Pembelajaran berbasis teks sangat baru bagi para peserta, mereka kadang mempertanyakan jenis-jenis teks yang dipelajari. Misalnya, teks eksplanasi, yaitu teks yang memiliki fungsi sosial menjelaskan atau menganalisis proses muncul atau terjadinya

sesuatu. Teks tersebut mempunyai struktur berpikir: judul, pernyataan umum,deretan penjelas, dan interpretasi.

Pembelajaran berbasis teks atau genre dimaksudkan agar bangsa Indonesia setara dengan negara lain yang sudah lama mengaplikasikan sistem ini sehingga dapat bersaing di TIMSS dan PISA.Selama ini peserta dari Indonesia masih tertinggal.

Ada hal baru yang selama ini belum dilaksanakan pada proses belajar yaitu pembelajaran berbasis proyek (Project Based learning). Siswa dituntut untuk membuat rencana usulan (proposal) kegiatan sendiri. Komponen rencana usulan terdiri atas: Judul/Topik proyek (jenis teks), Jenis tugas (kelompok atau mandiri), sumber bahan (objek, informan, karya sastra, atau percobaan), cara pengumpulan bahan (observasi, wawancara, studi kepustakaan), cara analisis bahan (pengolahan data / fakta/ informasi menjadi pernyataan verbal berupa: kalimat, paragraf dan penggabungan paragraf, wujud hasil analisis (teks atau struktur teks), cara pelaporan (lisan/ tulisan/ publikasi), dan jadwal pelaksanaan. Maka kurtilas jelas menekankan pada siswa (Student Oriented).

Sosialisasi dan Implementasi terhadap kurikulum 2013 terdapat dalam program MGMP bahasa Indonesia, maka pelaksanaan pelatihan kurtilas di SMPN Cijeungjing memberikan kontribusi pada program MGMP. Sebaik apa pun konsep perubahan tidak akan membuahkan hasil yang maksimal jika tidak dilaksanakan dengan nurani. Kesadaran untuk melakukan perubahan mindset diperlukan bagi tiap-tiap guru. Sebaik apa pun planning para ilmuwan tidak akan brilian jika para praktisi pendidikan tidak cekatan mengimplemetasikan. Itulah yang patut kita renungkan. (rosida amalia).**

seorang peserta pelatihan memberikan statmen yang berbeda pada saat sebelum pelatihan dan sesudah pelatihan dilaksanakan. “ Wah repot sih menghadapi perubahan kurikulum 2013, pemerintah sepertinya kurang persiapan karena pendistribusian Buku Siswa maupun Buku Guru tidak lancar,” kata Dahlan sebelum pelatihan.

SAUNG MGMP

(ROSIDA AMALIA)

Page 44: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014

n MAJALAH GUNEMAN n EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 201444

Mulai 14 Agustus sampai 11 September 2014 MGMP IPS SMP Rayon 5

Kabupaten Garut mengadakan Workshop dan Pelatihan Pembiasan Kurikulum 2013 dengan pola MGMP. Kegiatan ini diikuti oleh guru-guru IPS di Rayon 5 setiap seminggu sekali pascaberakhirnya proses pembelajaran. Fasilitator kegiatan yaitu, Enang Cuhendi, S.Pd., guru SMPN 3 Limbangan yang juga IN dan Instruktur Tim Pendamping Kurikulum 2013 Provinsi Jawa Barat.

Materi pelatihan yang disajikan di antaranya pendekatan saintifik, kajian buku guru dan siswa, penyusunan RPP dan penilaian. Kegiatan ini dimaksudkan sebagai pengembangan dan penguatan kepada guru-guru IPS yang sudah mendapat pelatihan di tingkat guru sasaran. (enang cuhendi)**

Pada Jumat, 29 Agustus 2014 lalu, Ketua MGMP SMP dan SMA/SMK Bidang Studi Bahasa

Sunda berkumpul di gedung YPK (Yayasan Pusat Kebudayaan). Mereka mendapat pengarahan tentang buku ajar Bahasa Sunda.

“Kami berharap, buku ini membantu para guru dalam rangka menunjang implementasi Kurikulum 2013 khususnya untuk pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Sunda,” kata penggagas acara, Apip Ruhamdani.

Buku ajar ini, oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat telah meng-unggah (up-load) buku-buku dengan sistem elektronik pada situs www.disdik.jabarprov.go.id.

Para guru dipersilahkan untuk mengunduh dan menggandakan buku-buku tersebut sesuai kebutuhan. Namun, jika sekolah-sekolah membutuhkan buku secara fisik dapat membeli apada penerbit-[enerbit dengan harga eceran tertinggi (HET).

Adapun untuk bahasa Sunda, penerbit Geger Sunten telah menerbitkan buku-buku tersebut dengan harga bervariasi.

“Untuk sementara kami menerbitkan buku siswa terlebih dahulu. Sedangkan untuk buku gurunya nanti menyusul atau download saja,” kata H. Taufik Faturohman, sang empunya penerbit Geger Sunten.

“Intinya, pembahasan dari pertemuan ini adalahmengenai isi buku dan tehnis penyebaran yang nantinya akan dipasilitasi oleh CV. Geger Sunten,” ujar salah seorang peserta sosialisasi, Agus Mulyana.

Sosialiasi itu sendiri berlangsung hangat dan menarik. Dengan beberapa pembicara seperti Drs. Apip Ruhamdani, M.Pd. sebagai Ketua Forum MGMP Bahasa Sunda, Drs. Taufik Faturohman dari CV Geger Sunten, dan Drs. Tatang Sumarsono sebagai perwakilan penulis buku. (rudi riadi)**

Workshop dan Pelatihan Pembiasan Kurikulum 2013

Sosialisasi Buku Ajar Bahasa Sunda

SAUNG MGMP

PELATIHAN KURIKULUM 2013

SOSIALISASI BUKU AJAR

BAHAN AJAR

(ENANG CUHENDI)

(RUDI RIADI)

(RUDI RIADI)

Page 45: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014

EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 2014 n MAJALAH GUNEMAN n 45

Penganugerahan Piagam Principal’s Reading Challenge (PRC) untuk peserta West Java Leader’s Reading Challenge (WJLRC) yang telah memenuhi level 1 (24

buku), digelar di kampus SMPN 11 Bandung, pada 12 Agustus 2014 lalu.

WJLRC adalah wadah dan media untuk meningkatkan minat,apresiasi,motivasi, dan kemampuan literasi peserta didik di SMPN 11 Bandung. Program yang mengadopsi Premier”s Readding Challenge Australia ini dilaksanakan secara serempak di Jawa Barat. Organisasi ekstrakulikuler ini akan membentuk dan menjadikan peserta didik pribadi yang mampu mengelola dan memanage dirinya serta orang lain untuk mensukseskan program LRC baik di tingkat sekolah, kota, dan Jawa Barat.

Beberarapa program yang dilaksanakan WJLRC yaitu mendirikan taman bacaan mandiri, berpatisipasi dalam pelaksanaan LRC tingkat Jawa Barat, membuat majalah sekolah, melaksanakan lomba-lomba apresiasi sastra, seperti lomba review buku,menulis cerpen,puisi, cerita bergambar, majalah dinding, partisipasi terbaik mambaca,dan partisipasi pengunjung terbaik.

Selain itu, untuk program “Give 2 Get More Than 1000” melibatkan siswa utuk mencintai buku dan berbagi buku yg dimilikinya dengan siswa lain. Sehingga dengan menyumbangkan 2 buku yang dimilikinya maka siswa tersebut dapat meminjam dan membaca lebih dari 1000 buku dari siswa yang lain. (yulia yulianti)**

SAAT demonstrasi berbagai ekstrakurikuler di SMPN 1 Cicalengka, Kabupaten Bandung, Sabtu, 23 Agustus 2014 lalu, 4 siswa peserta LRC diberi

kesempatan untuk memperkenalkan kegiatan LRC dan satu jam membaca (SAJABA). Pada kesempatan itu, siswa secara bergiliran memaparkan salah satu review buku yang telah dibacanya di hadapan siswa-siswa yang lain, terutama siswa kelas 7. (LILIS LATIFAH)

Penganugerahan Piagam Principal’s Reading Challenge (PRC) terhadap peserta West Java Leader’s Reading Challenge (WJLRC) yang telah memenuhi level 1 (24 buku), di SMPN 1 Cirebon 12 Agustus 2014. (DARYO SUSMANTO)

LRC di SMPN 1 Cicalengka

Penganugerahan Principal’s Reading Challenge

SAUNG LRC

PENGENALAN EKSKUL

TAMAN BACAAN

(LILIS LATIFAH)

(YULIA YULIANTI)

Page 46: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014

n MAJALAH GUNEMAN n EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 201446

PENGALAMAN ini ketika saya mengajar di salah satu SMP Swasta di Bandung. Saat itu, saya baru seminggu mengajar di sekolah tersebut. Tentu saja saya belum

begitu menguasai suasana dan karakter siswa dan rekan-rekan guru. Sebagai guru baru dan penuh idealisme (dan tentu sedikit caper kepada Kepala sekolah serta ketua yayasan), saya selalu menanamkan kedisplinan yang ketat kepada anak didik saya.

Suatu hari, saya masuk ke kelas yang terkenal dengan satu anak yang sangat badung. Itu juga sudah diperingatkan oleh rekan-rekan guru lain, bahwa hati-hati dengan anak yang bernama –sebut saja – Oji. Kata mereka dia itu nakal dan ‘pikasebeleun’. Betul saja, ketika masuk kelas dia sudah berbuat ulah. Pada saat saya masuk pun dia sedang lempar-lemparan kapur bersama teman-temannya. Ketika sedang mengajar, dia tampak cuek bahkan cekikikan di bangku belakang. Saya suruh ke depan dia tidak mau. Dan saya pun tidak berdaya. Kemarahan saya memuncak ketika dia main kapal-kapalan dan si “kapal” itu menabrak jidat saya.

“Ini sudah keterlaluan, keluar kamu!” damprat saya kepada Si Oji, “Memangnya ini sekolah nenek kamu, hah! Seenaknya saja.... Kasihan teman-temanmu yang mau belajar!”

Melihat muka saya yang merah padam dan suara yang menggelegar bagaikan marahnya Dewa Siwa di Film Mahadewa, Oji tampak terkejut. Dia lalu menangis sambil meranjak dari kursinya.

Ketika bel istirahat, berita tentang ‘diusirnya’ si anak badung dari kelas itu sudah menyebar. Para guru banyak yang menyalami saya. Tapi saya jadi terus agak curiga tentang berbagai bisik-bisik mereka.

Sebelum pulang, saya dipanggil oleh ibu ketua Yayasan. Dia menyalami saya dan berkata: “Pak Rudi, maafkan cucu saya yah, dia telah banyak berulah. Tapi lain kali jangan bawa-bawa neneknya yah, kalau memarahi siswa!”

Sontak saja saya kaget. Ternyata ungkapan “memangnya ini sekolah nenek kamu’ itu menjadi ungkapan yang benar-benar terjadi.(rudi riadi)**

Waktu itu saya sedang serius mengajar di kelas VII. Berkali-kali saya menulis di white board, barkali-kali juga saya hapus. Dan para siswa pun

menulis dengan konsentrasi penuh.

Selain menulis di white board, beberapa siswa ada yang bertanya, dan sayapun menjawabnya. Tanya jawab berlangsung di sela-sela saya menerangkan. Karena pada konsep Kurikulum 2013 yang berbasis saintifik ini, siswa bertanya atau siswa menjawab adalah merupakan bagian dari proses pembelajaran itu sendiri.

Nah, pada saat itulah, saya mengalami malu yang luar biasa. Ketika sesi tanya jawab selesai. Saya menyuruh siswa untuk menghapus papan tulis: “Siapa piket hari ini? Tolong papan tulisnya dihapus...!” suruhku, “Pengapusnya mana, yah....?” lanjut saya sambil mencari-cari pengapus di kolong bangku, “Kok, ga ada sih..kalian itu gimana...masa kelas tidak punya penghapus sama sekali...KM mana KM?” ujarku sedikit marah.

Hampir semua siswa bengong melihat kelakuan saya, karena mereka tahu kalau pengapus yang saya cari itu sedang ada di tangan kiri saya.

Suasana pun menjadi cair. Mereka tertawa melihat perubahan mimik muka saya yang tadinya sedikit sewot menjadi senyum-senyum malu. Begitulah pengalaman saya berdasarkan faktor “U” alias Umur. (Dra. Ribkah Lilimihardja – SMP Waringin Bandung)

Penghapus Bikin Malu

Peribahasa Bawa Bencana

PELURU

(ARIS KUMETIR)

(ARIS KUMETIR)

Page 47: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014

CERPEN

EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 2014 n MAJALAH GUNEMAN n 47

Ini adalah malam terakhir aku berada di rumah, di kamarku yang selama ini memberi ketenangan,

memberi kedamaian untukku dan menyembuhkan rasa rindu pada suamiku. Harapan terindah dan ketenangan bersama suamiku terusik dengan tindakan Ayah yang memisahkan kedekatan kami.

Kulihat jam dinding di kamarku. Jam dua malam. Tapi mataku tak juga mau terpejam, semakin aku memikirkan perpisahan ini, semakin terbayang jelas wajah suamiku yang sangat kurindu. Hingga rasa kantukku semakin jauh kurasa. Kuturuni ranjang tempat tidurku, kuambil sandal dan bergegas menuju kamar mandi. Air dingin menusuk kulitku. Ah, terasa air wudhu menyejukkan wajahku yang sembab karena air mataku. Malam ini aku akan mencurahkan segala kemelut dan gundah gulana yang bersarang di hatiku. Aku ingin Sang Kholik mendengar semua keluh kesahku. Tak terasa sajadahku menjadi basah karena bulir air mataku yang terus jatuh. Ya Tuhan, kenapa kau biarkan Ayah memisahkan aku dengan seorang yang senantiasa aku rindu. Padahal kedekatannya begitu menyejukan hatiku, hanya dia yang mengerti keberadaanku, hanya dia yang mampu menghapus duka laraku. Tapi ternyata rasa rindu yang kucurahkan pada seorang kekasihku membuat marah ayahku. Ayah tak mau melihatku bahagia.

“Cepatlah tidur Nak, sudah

malam.” Ibuku membuka gorden kamarku.

Aku hanya mengangguk. Segera kubereskan perlengkapan sholatku dan kusembunyikan wajahku di balik selimut tebal. Aku tak mau Ibu kasihan melihat keberadaanku yang begitu larut dalam duka. Aku tau, tangisan Ibu akan keluar setiap menatapku. Dan aku tak mau itu terjadi. Aku sayang Ibu. Aku tak mau Ibu bersedih. Maka aku berpura-pura tidur.

Lama sekali waktu berlalu, setiap dentang jam yang kudengar semakin membuatku terbang dalam lamunan. Suara jam yang berdentang membawaku dalam suasana kebahagiaan karena kedatangan mas Bambang yang kurindu.

“Ini adalah jam istimewa untukmu.”

“Makasih ya Mas, kau selalu saja ingat hari istimewaku,” aku terharu.

“Ya ingat dong, masa ulang tahun istrinya sendiri ngak ingat.” Ia merengkuh aku.

Ilalang depan RumahOleh Nina Rahayu Nadea

Aku menyesali keputusan Ayah, memindahkanku

ke rumah eyang yang berada jauh

dari rumah ini. Keputusan Ayah berarti

penyiksaan untukku, menghapuskan

kenangan yang telah lama bersemayam

dalam hatiku. Tapi ternyata Ayah tak

bergeming dengan keputusannya. Ia kokoh

dengan pendiriannya, walau air mata ini

berurai dan menghiba di hadapannya. Jawaban ayah tetap, ‘aku harus

dipindahkan’.

(FSINURULJANNAH.WORDPRESS.COM)

Page 48: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014

CERPEN

n MAJALAH GUNEMAN n EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 201448

Rengkuhannya begitu membuaiku, melepas rasa rindu yang selama ini tertahan dan menggunung dalam gelora jiwaku.

“Rin, cepatlah bangun sudah shubuh.”

“Ya, Bu.” Kukedipkan mataku pada suamiku terkasih. “Pokoknya kita harus tetap menyatu,” aku mendekatkan bibirku ke telinganya. Kulihat senyum tersungging dari bibirnya. Segera aku ke air dan berkemas dengan cepat. Aku tak mau Ayah marah. Aku sudah tau sifat ayahku yang begitu otoriter, hingga tak seorang pun dapat membantah keinginannya, begitu pun Ibu.

Kulihat ayah sudah duduk di meja makan. Diambilnya telor dan nasi goreng di piringnya. Dipinggir Ayah kulihat mas Bambang menyuapkan nasi ke mulutnya ia tetap tersenyum ke arahku. Senyum yang penuh arti. Aku balas tersenyum.

“Cepatlah makan jangan senyum saja,” ayah menghardikku.

Kepalaku langsung menunduk karena bentakan Ayah. Tapi tetap saja dari sudut mataku, kulihat mas Bambang yang senantiasa kurindu.

*

Perjalanan menuju rumah eyang begitu melelahkan. Kulihat ayahku yang sedang menyetir dengan serius, di pinggirnya Ibu yang raut mukanya mendung, kulirik adikku yang tertidur pulas.

“Coba kalau mas Bambang ikut ya, Bu.”

Ibu tak menjawab. Hanya guratan duka yang kian terpampang jelas dari wajahnya. Ibu begitu bersedih.

“Diamlah Rini,” bentak Ayah. Aku diam, sepertinya semua orang tak mau diganggu. Kulihat pepohonan di kiri kanan yang begitu lebat, melambai-lambai terkena angin. Kulihat gundukan pasir tempatku berjumpa dengan mas Bambang dulu, segera aku lewati. Masih ingat

menyayangiku.”

“Semoga kau selamanya untukku dan tak kan berpaling.” Ia memelukku.

Ah, bahagia sekali berada di dekat seseorang yang selamanya aku rindu. Rasa rinduku begitu membuncah dan tak pernah tergantikan oleh apa pun, walau Ayah senantiasa marah, bila memergokiku tengah berduaan dengan mas Bambang. Tapi tetap kulakukan, karena hanya mas Bambang yang dapat mengerti keadaanku.

“Bu, lihat mas Bambang menyusul dari belakang.” Badanku berbalik 180 derajat. Kulihat mas Bambang dengan motor vespanya mengikuti mobil yang kami tumpangi.

“Yah, pelan-pelan dong jalannya, Kasihan mas Bambang.” Ujarku pada Ayah.

“Sudahlah Rin, lebih baik kau istirahat saja.” Kulihat Ibu mengusap air mata dengan punggung tangannya.

waktu itu ketika mas Bambang baru mendapatkan gaji bulanan. Dengan bangganya ia mengajakku ke tempat ini. Tempatnya begitu sejuk melenakan hatiku. Riuh angin dan suara cericit burung menjadi temanku saat itu. Mas Bambang tak henti-hentinya memuji kecantikanku.

“Kau begitu cantik Rini.”

“Ya, iyalah kan aku istrimu.”

“Tak salah aku memilihmu menjadi istri. Kau cantik, pintar dan menarik.” Ia diam memandang ke arah kejauhan yang hanya gundukan tanah terjal, sesekali kulihat burung lewat dan menertawakan mas Bambang. “Maaf aku belum bisa membahagiakanmu.” Suaranya parau.

Kusandarkan kepalaku di dadanya. “Aku justru bahagia bersamamu, Mas.”

“Walau hidup menderita?”

“Menderita bagaimana? aku sangat bahagia bisa mempunyai seorang suami yang sangat

Page 49: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014

CERPEN

EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 2014 n MAJALAH GUNEMAN n 49

Ibu, kenapa kau tak membela anakmu? ternyata Ibu begitu takut dengan Ayah. Sehingga setiap kali aku membicarakan mas Bambang tak pernah sekali pun Ibu membelaku. Ibu lebih mencintai Ayah dari padaku. Ibu begitu takut dengan Ayah. Segala pertanyaan memenuhi kepalaku.

“Baiklah, Bu. Tapi Ibu jangan menangis saja. Rini tak tahan melihat air mata Ibu.”

Ibu tersenyum ke arahku. Senyum yang mendamaikan hatiku. Tapi kulihat isak tertahan berada di sana. Di lubuk hati yang terdalam. Demi sayangku pada Ibu. Demi cintaku pada Ibu. Akhirnya aku terdiam. Kini mataku lurus ke depan. Kubiarkan mas Bambang menyusul mobil yang kami tumpangi, tanpa perlu aku membalikan badanku. Aku tahu, pasti mas Bambang akan menyusulku. Karena aku tahu ia begitu mencintaiku. Bukankah semalam kami telah berjanji untuk senantiasa mempertautkan rindu, menyatukan cinta yang tak kan

pekarangan rumah. Kutunggu mas Bambang datang ke rumah eyang. Tapi yang kutunggu tak jua datang. Mungkinkah ia tersesat, gumanku. Tapi aku tak bisa lama berada di pekarangan. Karena tiba-tiba eyang datang. Dengan jalan tertatih-tatih dan badan yang bungkuk ia memegang tanganku.

“Ayo, Rin masuk ke rumah, tak baik di luar saja.”

“Baik eyang.” Aku menuntun tangan eyang masuk ke rumah. Tapi sesekali mataku mengerling ke arah jalan berharap mas Bambang segera datang.

Kuperhatikan setiap sudut di rumah eyang. Begitu asri dan bersih. Aku kagum pada eyang di usianya yang sangat sepuh, eyang begitu mandiri dan mampu mengerjakan semuanya degan rapi. Kuikuiti kegiatan eyang. Sedari Shubuh telah bangun menyalakan tungku di dapur, membawa suluh yang berada di luar kemudian menyimpannya dekat dengan perapian, memasak alakadarnya, menyiram bunga di halaman, memberesken rumah, memberi makan ternak di belakang rumah. Sesekali eyang melihatku yang tiduran di kamar. Tak segan ia masuk ke kamar tempatku tidur, memberi air putih atau makanan kecil lainnya.

“Ayo makan, biar kamu sehat. Atau mau eyang suapin?” Rasa sayang terpancar dari wajah eyang yang begitu keriput.

“Ngak ah, aku ambil sendiri.”

Aku beranjak ke luar kamarku dan mengikuti perintah eyang.

Kini aku mulai terbiasa di rumah eyang, dan aku menikmatinya. Kugantikan tugas eyang menyiram bunga. Dan inilah yang membawa pertemuan dengan mas Bambang. Di setiap pagi dan sore ketika tugasku menyiram dan merawat bunga kini menjadi sesuatu yang sangat membahagiakanku. Karena dengan begitu aku dapat bertemu dengan mas Bambang hingga

pernah pupus di makan waktu. Yang takan pernah reda dimakan usia. Aku milikmu, ia milikku. Cinta kami begitu utuh. Tak pernah bercerai berai. Tetap kan kulakukan apa pun, walau ayah begitu membenci.

*

Pertama kali berada di rumah eyang, kesunyian menderaku. Betapa tidak, seolah aku dibuang oleh ayah- ibuku, jauh dengan adikku. Rasa rinduku dipisahkan oleh keadaan, oleh waktu, oleh tabiat Ayah yang begitu mencerca. Ayah- ibuku hanya sebentar berada di rumah eyang, karena besok mereka harus masuk kerja, kembali beraktifitas. Kudengar Ayah menitipkanku pada eyang. Aku hanya tersenyum kecil, Aku mau dititipkan sama eyang? Hehe apa tidak terbalik, eyang yang sudah sepuh malah bisa dibilang agak pikun harus merawatku? Ah, Ayah tega-teganya kau, membebani ibumu sendiri dengan anakmu.

Sepeninggal Ibu, aku berdiri di

(ISTIMEWA)

Page 50: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014

CERPEN

n MAJALAH GUNEMAN n EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 201450

dapat mencurahkan rindu yang bersemayan di lubuk hatiku.

Bermula ketika aku menyaksikan hamparan ilalang yang berada persis di depan rumah eyang. Hamparannya begitu luas, ilalang melambai-lambai begitu indahnya dan sangat menyenangkan hatiku. Lambaiannya mengingatkanku akan kepergian mas Bambang waktu itu.

“Rin, besok mas Bambang ada tugas ke luar kota. Tepatnya Yogyakarta.”

“Berapa lama?”

“Sebentar hanya satu minggu.”

Aku terdiam. Belum puas rasanya bersama dengan mas Bambang. Sebulan lalu baru saja kami menikah, dan kini rasanya tak rela aku melepasnya pergi. Walau hanya satu minggu.

“Koq diam Rin...?” Ia menghela nafas “Itu semua kan demi pekerjaan, semua kulakukan untukmu juga.” Ia berkata lirih seperti tau apa yang ada dalam hatikku.

“Aku takut.”

“Takut apa sayang?”

“Kecantol cewek Jogja.”

“Haha. Rin...Rin, boro-boro bisa menggaet cewek. Nih lihat jadwalnya saja sangat padat.” Mas Bambang mengeluarkan secarik kertas dari tasnya dan menyodorkannya padaku.

“Iya...aku percaya koq!” aku memberi senyum terindah untuk mas Bambang.

Seiring itu tiba-tiba munculah bayangan yang sangat ku rindu, sosok mas Bambang muncul dari rindangnya ilalang, muncul dari jalan setapak yang berada di pinggir ilalang. Dengan gagahnya ia berjalan menuju ke arahku, dengan senyum tersungging tak lepas dari bibirnya ia berjalan ke arahku. Dari kejauhan tak lupa tangannya melambai-lambai ke arahku sama seperti lambaian ilalang yang bergemuruh, bersemangat dan

mengucapkan selamat padaku atas pertemuanku dengan seseorang yang kurindu.

Kulirik mataku ke kiri dan ke kanan takut eyang mengetahui kegiatanku, bertemu dengan mas Bambang dan melaporkannya pada Ayah. Tapi tadi eyang sedang asyik memberi makan ayam jadi ia tak mungkin mengetahui pertemuanku, batinku. Kulayangkan pandanganku menuju ilalang. Seperti biasa ia akan melambai-lambai sama dengan lambaian tangan mas Bambang setiap kali bertemu denganku. Aku membalas lambaiannya. “Mas Bambang cepatlah,” suaraku tertahan memanggilnya, takut kedengaran oleh eyang.

Tak berapa lama yang kurindu telah berada di dekatku. Gagah sekali, dengan jaket kulit kegemarannya dan satu yang tak pernah ia lupa, memberikanku seikat mawar kesukaanku. “Spesial untukmu,” ia berkata sambil menyerahkan seikat mawar merah padaku.

“Makasih sayang,” aku mencium mawar pemberiannya.

Entah berapa lama kami asyik bercerita, melepas rindu, mencurahkan beban yang berkecamuk dalam hatiku juga perihal Ayah yang semakin lama membenci kedatangan mas Bambang.

“Rin, cepat ke rumah sudah Magrib.” Eyang memegang tanganku. Aku terkejut tak menyangka eyang telah berada di dekatku. Seketika wajahku pucat pasi, takut eyang mengetahui segala kegiatan yang telah aku lakukan. Aku menurut pada eyang, aku masuk ke rumah. Kulirik mas Bambang yang berada di dekatku dan memberi senyum serta memberiku semangat yang tinggi, itu ku ketahui dari tangannya yang mengepal. “Jangan takut, ayo bersemangatlah.” Mungkin itu kalau aku tafsirkan.

Yang aku takutkan ternyata

menjadi kenyataan. Besoknya Ayah dan Ibu datang ke rumah. Tanpa basa-basi ia langsung memarahiku.

“Rini, apa maumu sebenarnya? Ayah malu kamu senantiasa membuat malu. Tadinya ayah sengaja menitipkanmu di rumah eyang supaya kamu tenang dan menjadi berubah tapi ternyata sama saja.” Ayah memakiku.

“Ayah cukup. Jangan kau marahi Rini seperti itu.” Ibu memelukku dan berurai air mata.”Seharusnya tak perlu kau jauhkan Rini dari kita, justru kita harus mendampingi dan memberinya semangat.”

“Beginilah kalau kau selalu memanjakan Rini, ia menjadi pribadi yang lemah.”

“Sudahlah Ibu jangan menangis, aku sudah kuat, aku sudah terbiasa dengan marah Ayah. Aku akan menerimanya karena ada seseorang yang senantiasa menyemangatiku.” Aku tersenyum.

“Siapa dia Rini?”

“Tuh di luar sedang menungguku.” Aku menunjuk ke arah luar. Tepat di mana mas Bambang berdiri tersenyum ke arahku.

“Siapa?” Ibu ke luar rumah celingukan ke sana ke mari mencari seseorang yang aku tunjukan.

“Mana Rin? Koq ngak ada siapa-siapa?”

“Ada Bu, tuh mas Bambang!” aku berteriak kesal.

“Rini, sadarlah, Nak! Mas Bambangmu telah tiada. Iklaskan dia.” Ibuku seketika pingsan. Tergeletak di hadapanku.**

Nina Rahayu Nadea. Guru, carponis, novelis. Menulis dalam bahasa Sunda dan bahasa

Indonesia. Tulisannya dimuat di berbagai media. Menulis puluhan buku antologi. Diantaranya:

“Dewi Takut Hantu”, “99 Curhat untuk Presiden”, “Teen’s Life”, “Mitologi Negeri Fantasy”, “Cinta

Sedarah”, “Serba-serbi 14 Februari”,”Primadona”, “Tentang Bulan”, “AIDS Bercerita”, “Bumi Senja

di Hariku”, dan lain-lain. “Memilikimu di Sisa Hidupku” adalah novel terbaru di Tahun 2014.

Tulisannya bisa dilihat di: www.ninarahayunadea.blogspot.com

Page 51: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014

EDISI 3 n NOVEMBER n TAHUN 2014 n MAJALAH GUNEMAN n 51

Menulislah agar dipahami, bicaralah supaya didengarkan, dan membacalah untuk mengembangkan diri. Lawrence Clark Powell

(1906–2001), pustakawan dan kritikus Amerika

Setiap kali berjumpa dengan kawan-kawan, guru Jawa Barat. Baik perjumpaan yang disengaja maupun tidak. Baik perjumpaan di dunia nyata maupun dunia maya. Akhir-akhir ini, topik utama pembicaraan selalu seputar dunia tulis-menulis. Karena mungkin, saya termasuk salah seorang pengelola majalah Guneman, majalahnya guru Jawa Barat.

Kalimat yang paling sering terlontar dari kawan-kawan adalah: “Saya ingin pandai menulis.” ”Apa yang harus saya tuliskan?” “Sulit mengatur waktu menulis.” “Kapan waktu yang tepat untuk menulis? “Nyaris tak ada waktu untuk menulis.” “Ide untuk menulis sangat banyak, tapi terasa sulit dituliskan atau sering tumpang tindih antara ide yang satu dengan ide lainnya.” “Kata-kata begitu banyak yang bergumul di dalam dada dan kepala, tapi selalu tak sampai di ujung jemari.” Mengapa demikian?

Mendengarkan kalimat-kalimat seperti itu, saya tidak terkejut. Namun, keterkejutan saya terjadi saat mendengar pernyataan berikut.

Bapak-bapak dan Ibu-ibu, dengan adanya malajah Guneman, silakan mulai saat ini rajinlah menulis. Lalu tulisan itu kirimkan ke majalah Guneman. Tetapi, jangan lupa tupoksi (tugas pokok dan fungsi) kita, yaitu mengajar. Jangan sampai karena kita rajin menulis jadi mengganggu mengajar.

Itu salah satu cuplikan pernyataan salah seorang kawan di salah satu sekolah yang saya kunjungi. Pernyataan itu diucapkan seusai saya sosialisasi majalah Guneman kepada para guru. Tentu saja, saya tersenyum bahagia. Pasalnya, Guneman mendapat sambutan yang teramat hangat dari para guru. Namun, kebahagiaan saya masih terganggu. Gangguan yang bisa saja dianggap sepele oleh pihak lain. Apa itu?

Dalam mengajarkan mata pelajaran apapun pasti ada empat keterampilan yang harus muncul. Mendengarkan: guru harus terampil atau mampu mendengarkan keinginan siswa. Mendengarkan lahir batin (telinga, pikiran, dan hati). Berbicara: guru harus terampil berbicara sangkil dan mangkus agar segala hal yang dijelaskan dapat dicerna

dengan baik oleh siswa. Membaca: guru harus rajin dan terampil membaca, baik tekstual maupun kontekstual. Tanpa membaca, rasanya tidak mungkin mampu mengajar dengan bagus. Menulis: guru harus terampil menuliskan apapun yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung. Jangan-jangan kegagalan kita dalam mengajar karena tak mampu mendengarkan, berbicara (menjelaskan), membaca, dan menulis dengan baik?

Mengajar dan menulis masih saja dianggap kegiatan yang terpisah. Padahal, menurut saya, mengajar belum tuntas apabila kita belum menuliskan proses dan hasil pembelajaran. Bukankah guru harus menulis jurnal dan refleksi? Guru jangan kalah oleh para pelatih sepak bola. Lihat pelatih sepak bola. Sejak kik off sampai babak pertama usai. Sang pelatih selalu mencatat kejadian di lapangan yang menjadi titik lemah timnya. Di ruang ganti pada saat jeda, catatan-catatan tersebut akan menjadi pembahasan untuk perbaikan di babak kedua. Usai pertandingan, catatan-catatan itu akan menjadi bahan perbaikan pada saat melakoni pertandingan berikutnya. Selalu begitu dalam setiap pertandingan. Bambang Pamungkas, salah seorang pemain yang bukan saja sangat terampil mengolah bola. Tetapi juga terampil menuliskan segala macam hal yang dia alami dalam setiap pertandingan dan saat latihan rutin. Dia mempunyai blog. Mungkin saja kelak di kemudian hari akan menjadi sebuah autobiografi yang indah.

Bukankah sejak kurikulum 1984 pembelajaran menitikberatkan pada kegiatan siswa? Guru leluasa untuk mencatat/menuliskan semua kegiatan pembelajaran secara mendetil. Menulis tidak usah menunggu selesai mengajar. Tidak perlu persiapan khusus. Mandi dan berhias diri. Jangan terlalu banyak berpikir. Jalankan dengan hati. Karena biasanya pikiran yang dominan akan menghambat kecepatan menuliskan kata-kata yang meluncur deras. Hindari membaca tulisan yang sedang kita tulis. Jangan sekali-kali menghapus kata-kata yang kita tulis kalau menuliskan ide-ide yang berkeliaran belum tuntas. Ingat, ada saatnya untuk menyunting. Pada dasarnya, tulisan itu embrionya sama. Lahir dari pikiran dan hati hasil dari mendengarkan dan membaca. Selanjutnya, silakan mau dijadikan fiksi atau nonfiksi. Tergantung keinginan dan kebutuhan kita. Mulailah menulis hari ini! ”Apa yang tidak dimulai hari ini tidak akan pernah selesai esok,” demikian ungkap Johann Wolfgang von Goethe (1749-1832), pujangga dan dramawan Jerman.

Mengajar dan MenulisEsep Muhammad ZainiPemimpin Redaksi GUNEMAN

CATATAN KECIL

Page 52: MAJALAH PENDIDIKAN JAWA BARAT "GUNEMAN" EDISI #3 TAHUN 2014