majalah pearl 29

158
Agustus 2015 - September 2015 Pearl Magazine | 29 th Edition SHAPED BY THE HANDS OF GOD S HIELD OF FAITH

Upload: pearl-magazine

Post on 23-Jul-2016

220 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Majalah Pearl is a free online Christian magazine for Indonesian women.

TRANSCRIPT

Page 1: Majalah Pearl 29

Agustus 2015 - September 2015Pearl Magazine | 29th Edition

Shaped by The handS of God

Shield of faith

Page 2: Majalah Pearl 29

FROM THEDESK OFPU

BLIC

REL

ATIO

NS

www.majalahpearl.com

Page 3: Majalah Pearl 29

Dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat

memadamkan semua panah api dari si jahat (Efesus 6:16)

Dengan iman kita dapat menghadapi kita serta memadamkan semua panah api dari si jahat.

Dengan iman kita dapat memindahkan gunung.

Dengan iman kita melewati segala penderitaan, kekecewaan dan rasa ‘sakit’ dalam hidup.

Dengan iman kita dapat memandang masa depan kita penuh dengan pengharapan sekalipun saat ini kita berada dalam lembah kekelaman.

Dengan iman kita meyakini Allah turut bekerja dalam segala sesuatu mendatangkan kebaikan.

Banyak hal dapat dilakukan jika kita memiliki iman. Tapi iman seperti apa yang bisa melakukan itu semua? Selama ini banyak yang berpendapat bahwa beriman itu asal percaya aja, benar begitu? Iman kita yang adalah pemberian Allah, perlu kita bangun. Dengan apa? Iman akan semakin bertumbuh jika kita memiliki hubungan yang makin erat dengan Allah dan firmanNya. Keintiman kita dengan Allah-lah yang menumbuhkan iman kita

Lewat edisi Pearl kali ini yang bertemakan “Shield of Faith” , kita akan belajar bersama tentang perisai iman. Apa itu iman, apa saja yang menghambat kita bertumbuh dalam iman, apa saja yang perlu kita lakukan untuk bertumbuh, bagaimana kita menghadapi segala pergumulan dengan iman, dan masih banyak lagi \(“,)/

Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus. Roma (10:17)

Happy reading and be blessed!-Alphaomega Pulcherima Rambang-

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

Page 4: Majalah Pearl 29

what’sI N S I D E

Public Relations: Mega

02FROM THE DESK

MASTHEAD

FAITH FINDERSNaomi & Ruth

DIG DEEPERPerisai Iman

A CLOSER WALKBeing Mature in FaithFaith Based Decision MakingBerjalan di Tengah PencobaanIman dalam PenderitaanOvercoming Temptation

SINGLEThe Need of Inner Circle in ChristWaiting in Faith

HEART TO HEARTSarah Eliana

MARRIAGESelingkuh, saya?!?!!Ga Mungkin lah ya...

06

08

18

2636485466

74

84

94

104

www.majalahpearl.com

Page 5: Majalah Pearl 29

Perisai Iman

18DIG DEEPER

PARENTINGMy Kids Drive Me Crazy

Bapa Surgawi MenjagakuI Will Trust in You

TESTIMONYMelahirkan Lyon dengan Iman

WOMEN OF PRAYERSuku Dayak Jangkang

WHAT’S HOTFilm Favorit Tim Pearl:

dengan Tema Iman

MEET A SISTERVeri Eden

LOMBA CERPEN

HOW TO GET CONNECTEDWriter, Designer

and Photographer

112118122

130

138

142

148

152

154

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield Of Faith

Page 6: Majalah Pearl 29

Editor in ChiEfViryani Kho

ExECutivE AssitAntMekar A. Pradipta, Felisia Devi

PubliC rElAtionsMega Rambang

fEAturEs EditorSarah Eliana

CrEAtivE dirECtorEunike SantosaWEb dirECtorFebe Soehardjo

WritErsYunie Sutanto, Poppy Noviana, Leticia Seviraneta, Glori Ekasari

GrAPhiC dEsiGnErMelissa Halim, Michelle Herman

Editor ContributorMegawati Wijaya

WritEr Contributors Grace Suryani Halim, Christine Natalia, Azaria Amalia, Lasma Frida,

Tabitha Davinia Utomo, Nelly Handrianto, Natalia Setiadi, Wellney Nara

dEsiGnEr ContributorsVeri Eden, Veibrine Clarasia, Della Rebecca

-----------------------------------------------------All riGhts rEsErvEd by MAjAlAh PEArl

No Material from this magazine may be copied or reproduce without written permission from Pearl Magazine.

www.majalahpearl.com

Page 7: Majalah Pearl 29

vision Membangun generasi wanita yang menjalankan fungsinya sebagai

wanita sejati, berkarakter Kristus dan mau dibentuk menjadi indah

di mata Bapa dan sesama.

Mission Menyediakan bacaan rohani yang

biblical, practical dan sesuai dengan pergumulan generasi

wanita Indonesia.

#028 (Jun 2015 - Jul 2015) | Breastplate of Righteousness

Page 8: Majalah Pearl 29

Designed by Mel issa Hal im

www.majalahpearl.com

FAITHFINDERS

Page 9: Majalah Pearl 29

Selamat datang ke rubrik ”Faith Finders”. Rubrik ini adalah rubrik Bible study dimana kita akan bersama–sama mempelajari teladan dari salah satu dari wanita di Alkitab setiap edisinya. Kerinduan tim Majalah Pearl adalah melihat wanita–wanita Allah terus bertumbuh dan berbuah dalam pengenalan akan Firman Tuhan.

Tujuan Bible study ini bukan sekedar untuk memberitahukan apa kata Firman Tuhan, tetapi lewat pertanyaan–pertanyaan yang ada, membantu teman–teman menggali Firman Tuhan lebih dalam untuk mencari jawabannya, serta merenungkannya, dan membiarkan Roh Kudus berbicara kepada setiap kita. Silakan memakai concordances atau Bible commentaris, tetapi ingatlah bahwa pelajaran yang paling berharga datangnya dari Tuhan sendiri. :)

Bible study ini terbagi dalam 4 bagian, dan teman–teman bisa bagi 4 bagian Bible study ini sehingga bisa kamu gunakan selama 2 bulan (1 edisi majalah Pearl adalah 2 bulan). :) Jawablah setiap pertanyaan dengan jujur. Tulis di-diary atau jurnal jika diperlukan. Jangan terburu–buru ketika melakukan Bible study. Ambil waktu khusus, baik dalam doa, dalam perenungan Firman Tuhan, maupun saat membaca Firman Tuhan. Jangan malu untuk bertanya kepada Tuhan pertanyaan–pertanyaan yang kamu miliki. Belajarlah jujur terbuka apa adanya dihadapanNya. Firman Tuhan katakan dalam Matius 7:7 ”Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu” Mari, kita bersama–sama menggali Firman Tuhan lebih dalam lagi.

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

Page 10: Majalah Pearl 29

Periode waktu : Masa hakim–hakim (1400 – 1000 SM)

Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. - Habakuk 3:17–18

CATATAN SEJARAH:

Salah satu cara Allah dalam mendisiplin Israel karena dosanya adalah dengan membawa kelaparan kepada negri itu, biasanya melalui kekeringan, hama, belalang, dll. Dalam salah satu masa kelaparan ini, Elimelekh, seorang dari Betlehem, membawa istrinya (Naomi) dan kedua anaknya ke negara tetangga, Moab. Selama sepuluh tahun keluarga itu tinggal di tanah Moab, Elimelekh meninggal. dua putra menikahi wanita Moab. Kemudian, anak-anak Elimelekh pun meninggal dunia dan Naomi ditinggalkan sendirian hanya dengan dua menantu wanitanya.

Baca Hakim-hakim 21:25. Ayat ini dianggap sebagai ayat kunci dari Kitab Hakim-hakim. Apa yang diungkapkan dalam ayat ini?

Baca Rut 1:1–22. Deskripsikan Naomi dan Rut.

Pernyataan : Dalam Rut 1:16-17 membantu kita untuk melihat seperti apa karakter Rut. Menurutmu, seperti apakah karakter Rut? Melalui ayat ini, dapatkah kamu melihat apa saja yang telah ia pelajari dari Naomi? Jelaskan.

Hubungan/relationship apa yang Rut tinggalkan demi mengejar imannya yang baru? Apakah imanmu pernah menyebabkan perpisahan antara engkau dan keluargamu atau seseorang yang sebelumnya sangat dekat denganmu? Jelaskan.

Naomi membuat pernyataan yang emosional dalam Rut 1:20-21. Dia mengalami dukacita - emosi normal manusia yang sering menyebabkan kesedihan berkepanjangan. Tulislah tentang waktu dalam hidupmu ketika kamu berduka atas sesuatu atau seseorang yang telah pergi. Bagaimana rasanya? Berapa lama waktu engkau berduka cita? Apakah kamu, seperti Naomi, merasa bahwa Tuhan "telah membuat hidupmu pahit" (1:20)? Bagaimana Tuhan membantumu melewati masa itu sampai masa dimana kamu tidak menangis meraung-raung setiap kali kamu berpikir tentang kesedihanmu?

Menurut dugaan, Naomi saat itu berusia 40 tahunan, sementara Rut berusia 20 tahunan. Sebagai mertua dan menantu, bagaimana hubungan mereka menurutmu?

Pada titik ini, dengan cara apa yang mereka saling membantu?

www.majalahpearl.com

FAITHFINDERS

Page 11: Majalah Pearl 29

CATATAN SEJARAH:

Salah satu cara Allah dalam mendisiplin Israel karena dosanya adalah dengan membawa kelaparan kepada negri itu, biasanya melalui kekeringan, hama, belalang, dll. Dalam salah satu masa kelaparan ini, Elimelekh, seorang dari Betlehem, membawa istrinya (Naomi) dan kedua anaknya ke negara tetangga, Moab. Selama sepuluh tahun keluarga itu tinggal di tanah Moab, Elimelekh meninggal. dua putra menikahi wanita Moab. Kemudian, anak-anak Elimelekh pun meninggal dunia dan Naomi ditinggalkan sendirian hanya dengan dua menantu wanitanya.

Baca Hakim-hakim 21:25. Ayat ini dianggap sebagai ayat kunci dari Kitab Hakim-hakim. Apa yang diungkapkan dalam ayat ini?

Baca Rut 1:1–22. Deskripsikan Naomi dan Rut.

Pernyataan : Dalam Rut 1:16-17 membantu kita untuk melihat seperti apa karakter Rut. Menurutmu, seperti apakah karakter Rut? Melalui ayat ini, dapatkah kamu melihat apa saja yang telah ia pelajari dari Naomi? Jelaskan.

Hubungan/relationship apa yang Rut tinggalkan demi mengejar imannya yang baru? Apakah imanmu pernah menyebabkan perpisahan antara engkau dan keluargamu atau seseorang yang sebelumnya sangat dekat denganmu? Jelaskan.

Naomi membuat pernyataan yang emosional dalam Rut 1:20-21. Dia mengalami dukacita - emosi normal manusia yang sering menyebabkan kesedihan berkepanjangan. Tulislah tentang waktu dalam hidupmu ketika kamu berduka atas sesuatu atau seseorang yang telah pergi. Bagaimana rasanya? Berapa lama waktu engkau berduka cita? Apakah kamu, seperti Naomi, merasa bahwa Tuhan "telah membuat hidupmu pahit" (1:20)? Bagaimana Tuhan membantumu melewati masa itu sampai masa dimana kamu tidak menangis meraung-raung setiap kali kamu berpikir tentang kesedihanmu?

Menurut dugaan, Naomi saat itu berusia 40 tahunan, sementara Rut berusia 20 tahunan. Sebagai mertua dan menantu, bagaimana hubungan mereka menurutmu?

Pada titik ini, dengan cara apa yang mereka saling membantu?

BAGIAN 1 – BACA DAN SELIDIKI

Mengenal Naomi dan Rut

1

2

3

4

5

6

7

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

Page 12: Majalah Pearl 29

Galilah dan cari lebih lanjut keterangan tentang Moab dan agama penduduk Moab untuk mendapatkan gambaran lebih baik tentang bagaimana Rut dibesarkan, apa yang dialami Naomi selama hidup di negeri itu (membesarkan anak-anaknya sendiri, melihat mereka menikahi perempuan Moab), dan rincian lainnya yang dapat membantumu untuk mengerti secara lebih dalam tentang cerita ini.

WAWASAN SEJARAH

Baca Rut 2:1-23. Bagaimana Naomi menasihati dan mendorong Ruth?

Bagaimana Rut mengurus Naomi dalam tindakan dan sikapnya?

Emosi dan perasaan apa yang mungkin dihadapi oleh Naomi dan Rut saat itu?

Apa yang terungkap melalui Rut 2:11–12? Bagaimana cerita Naomi, terutama menyangkut Rut, membawa keuntungan kepada mereka berdua, terutama kepada Rut yang adalah 'orang luar'?

Biasanya, prialah yang berhak atas hak milik/kepunyaan, bukan wanita. Ketika tidak ada lagi pria dalam satu keluarga, wanita kehilangan dukungan terutama dalam hal �nansial dan kelangsungan hidup. Baca Ulangan 24:19-22; Imamat 19:9-10; 23:22. Berbeda dengan budaya di sekitar mereka yang tidak memiliki ketentuan sosial, apa ketentuan khusus yang Allah buat untuk perawatan masa depan perempuan–perempuan Israel dalam situasi ini? Bagaimana ketentuan khusus ini akan menumbuhkan hubungan kasih dalam masyarakat?

Baca Rut 3:1 - 4:12. Pada Rut 3:1-6, apa saran yang Naomi berikan kepada Rut?

BAGIAN 2 – BACA DAN SELIDIKI

1

2

3

4

5

6

Hukum tentang ”kinsman-redeemer” (”penebusan” oleh saudara terdekat) dikenalkan dalam Imamat 25:23–55. Bacalah perikop tersebut. Mengapa Tuhan memberikan hukum ini?

Bacalah perikop–perikop berikut. Secara singkat, pikirkan apa yang ditebus dalam setiap kasus. (Note: Pembalas dan ”kinsman-redeemer” adalah terjemahan yang sama dari kata ”goel” dalam bahasa Ibrani) Imamat 25:25–28 Imamat 25:47–49 Bilangan 35:19–21 Ulangan 25:5-10

Rut diperkenalkan kepada konsep ”kinsman-redeemer”. Baca Rut 1:11–13, 2:20, 3:9–13 dan 4:1–10. Informasi apa yang kamu dapatkan tentang bagaimana hukum ini dilaksanakan?

www.majalahpearl.com

FAITHFINDERS

Page 13: Majalah Pearl 29

Baca Rut 2:1-23. Bagaimana Naomi menasihati dan mendorong Ruth?

Bagaimana Rut mengurus Naomi dalam tindakan dan sikapnya?

Emosi dan perasaan apa yang mungkin dihadapi oleh Naomi dan Rut saat itu?

Apa yang terungkap melalui Rut 2:11–12? Bagaimana cerita Naomi, terutama menyangkut Rut, membawa keuntungan kepada mereka berdua, terutama kepada Rut yang adalah 'orang luar'?

Biasanya, prialah yang berhak atas hak milik/kepunyaan, bukan wanita. Ketika tidak ada lagi pria dalam satu keluarga, wanita kehilangan dukungan terutama dalam hal �nansial dan kelangsungan hidup. Baca Ulangan 24:19-22; Imamat 19:9-10; 23:22. Berbeda dengan budaya di sekitar mereka yang tidak memiliki ketentuan sosial, apa ketentuan khusus yang Allah buat untuk perawatan masa depan perempuan–perempuan Israel dalam situasi ini? Bagaimana ketentuan khusus ini akan menumbuhkan hubungan kasih dalam masyarakat?

Baca Rut 3:1 - 4:12. Pada Rut 3:1-6, apa saran yang Naomi berikan kepada Rut?

WAWASAN ALKITAB

7

8

9

10

Hukum tentang ”kinsman-redeemer” (”penebusan” oleh saudara terdekat) dikenalkan dalam Imamat 25:23–55. Bacalah perikop tersebut. Mengapa Tuhan memberikan hukum ini?

Bacalah perikop–perikop berikut. Secara singkat, pikirkan apa yang ditebus dalam setiap kasus. (Note: Pembalas dan ”kinsman-redeemer” adalah terjemahan yang sama dari kata ”goel” dalam bahasa Ibrani) Imamat 25:25–28 Imamat 25:47–49 Bilangan 35:19–21 Ulangan 25:5-10

Rut diperkenalkan kepada konsep ”kinsman-redeemer”. Baca Rut 1:11–13, 2:20, 3:9–13 dan 4:1–10. Informasi apa yang kamu dapatkan tentang bagaimana hukum ini dilaksanakan?

Apa yang dipelajari Rut tentang kesetiaan Tuhan kepadanya melalui hukum ”kinsman-redeemer” ?

Kinsman-Redeemer: ”Hukum ini melindungi mereka yang miskin dari eksploitasi dan menghalangi yang kaya untuk mengambil kepunyaan mereka yang miskin. Sang penebus haruslah seorang sanak saudara yang mampu dan bersedia untuk menebus. Ia tidak wajib untuk menebus, namun ia diharapkan untuk melakukan hal itu. Dalam menolak untuk menebus, ia akan menyakit keluarga dan sukunya, dan juga merusak reputasinya sendiri. Dengan dilahirkan di Betlehem, Yesus Kristus menjadi saudara kita. Ia mampu dan bersedia untuk menebus kita dari dosa kita, Ia menyelamatkan semua yang beriman kepadaNya”. - W.W Wiersbe, With the Word, hal. 157

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

Page 14: Majalah Pearl 29

Baca Rut 4:13–22. Apa yang Tuhan lakukan untuk Rut dan Naomi?

Bagaimana Tuhan memberkati kita melalui pernikahan Rut dan Boas? Lihat Rut 4:22, Matius 1:3–6, Lukas 3:32.

Rut dan Naomi memiliki karakter setia. Pakailah kamus untuk membantumu mencari arti ”setia”.

Kepada siapa dan apakah kita harus setia? Jelaskan.

BAGIAN 3 – BACA DAN SELIDIKI

1

2

3

4

www.majalahpearl.com

FAITHFINDERS

Page 15: Majalah Pearl 29

Baca Rut 4:13–22. Apa yang Tuhan lakukan untuk Rut dan Naomi?

Bagaimana Tuhan memberkati kita melalui pernikahan Rut dan Boas? Lihat Rut 4:22, Matius 1:3–6, Lukas 3:32.

Rut dan Naomi memiliki karakter setia. Pakailah kamus untuk membantumu mencari arti ”setia”.

Kepada siapa dan apakah kita harus setia? Jelaskan.

PIKIRKAN

Ibu dari Boas adalah Rahab - 'orang luar' yang juga mengalami kebaikan Tuhan dan umatNya. Apakah ini adalah sebuah kebetulan?

Tuhan tau kita membutuhkan satu sama lain. Dia tidak meninggalkan kita sendirian. Dalam Kristus, kita semua adalah saudari seiman.

* Wanita yang lebih muda – Adakah seseorang dalam kelompok kecilmu atau dalam hidupmu yang dapat engkau percayai, yang dapat menasihati dan mendorongmu? Pergilah kepadanya dan beritahukan kebutuhanmu dan kesediaanmu untuk dinasihati dan didorong olehnya.

* Wanita yang lebih tua – Adakah seseorang dalam hidupmu yang dapat engkau nasihati dan dorong dalam iman? Pergilah kepadanya dan nyatakan kesediaanmu untuk menjadi teman dan mentornya.

5

6

7

Jika engkau telah menikah atau telah memiliki anak yang sudah menikah, evaluasi hubunganmu dengan mertua/menantu. Bagaimana engkau dapat mengaplikasikan pelajaran kali ini dalam hubunganmu?

9

8

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

Page 16: Majalah Pearl 29

BAGIAN 4: BERJALAN DARI RASA TAKUT MENUJU IMANTuhan mengasihi Rut dan Naomi. Ia tahu apa yang dihadapi oleh mereka berdua. Naomi menyatakan rasa dukacitanya atas kematian suami dan anak–anaknya, namun tidak pernah berhenti percaya bahwa Tuhan pasti melakukan sesuatu untuk dirinya. Hubungan Rut dengan Tuhan berawal sebagaimana hubungan dengan Tuhan biasanya terjadi. Rut berkenalan, menjadi dekat dan menghargai seseorang yang mengenal dan mengasihi Allah, yaitu Naomi. Kedekatan kedua wanita ini bukan hanya cara Allah bagi mereka untuk menjaga satu sama lain, namun juga cara Allah untuk membuat DiriNya nyata melalui hidup mereka. Engkau mungkin menghadapi dukacita dan menghadapi kesukaran dalam hidupmu. Tapi, seperti Naomi dan Rut, berpeganglah pada kebenaran ini: Tuhan mengasihi saya. Tuhan tahu apa yang sedang terjadi dalam hidup saya. Tuhan dapat melakukan sesuatu tentang apa yang sedang terjadi dalam hidup saya. Saya bisa mempercayai kebaikan-Nya dalam apa pun yang Dia pilih untuk lakukan!

Rincikan semua hal yang dapat membuat Naomi dipenuhi rasa takut. Sebaliknya, bagaimanakah respon Naomi dalam iman?

Rincikan semua hal yang dapat membuat Rut dipenuhi rasa takut. Sebaliknya, bagaimanakah respon Rut dalam iman?

Baca Habakuk 3:17–18, Daniel 3:16–18, dan lirik lagu dibawah. Keputusan apa yang harus kita ambil saat menghadapi kesukaran? Apakah engkau cukup mempercayai Tuhan untuk membuat keputusan itu? Jika ya, berikan contoh dalam hidupmu dimana engkau pernah membuat keputsan itu.

1

2

3

www.majalahpearl.com

FAITHFINDERS

Page 17: Majalah Pearl 29

Aku dapat menghitung satu juta kaliOrang-orang yang bertanya kepadaku bagaimana akudapat memujiMu dengan semua yang sudah aku lalui.

Pertanyaan ini hanya mengherankanku.Bagaimana mungkin keadaan dan situasi

mengubah siapa aku didalamMu.

Mungkin karena hidupku berubahjauh sebelum hari yang penuh hujan ini.

Tidak pernah terlintas dalam pikirankuuntuk berbalik dariMu, Oh Tuhan

Satu-satunya tempat berlindung dari badai.Tapi sebaliknya aku mendekat..

Jadi aku berdoa

Berikan sukacita, berikanku kedamaianBawa kesempatan untuk bebas

Bawalah kepadaku apa saja yang dapat membawa kemuliaan bagiMu

Dan aku tahu akan ada hariketika hidup ini membawa rasa sakit

Tapi kalau itu yang dibutuhkan untuk memujiMuYesus, bawalah hujan itu.

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

Page 18: Majalah Pearl 29

www.majalahpearl.com

DigDeeper

Written by Glori EkasariIllustration by Michelle Herman

PerisaiI m a n

Page 19: Majalah Pearl 29

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

I m a n

“Kata dokter, tumornya ganas.”

Saya bukan satu-satunya orang yang pernah mendengar kalimat itu, tapi jujur saya tidak pernah terpikir bahwa saya akan menjadi salah satu orang yang menerima kabar seperti itu. Benar-benar berita buruk. Mama menyampaikan berita itu sambil nyengir, tetapi saya terdiam kelu dan tidak bisa merespon apa-apa.

Hari itu, ketika saya menerima kabar bahwa orang tua saya menderita kanker, saya kebetulan (atau tidak) sedang mempersiapkan khotbah yang diambil dari kitab Efesus, yang juga menjadi ayat tema pearl bulan ini dan salah satu ayat yang akan saya bahas. Untuk pertama kalinya dalam hidup saya, saya merasakan pukulan yang berat dan rasa takut kehilangan. Tapi firman Tuhan terngiang-ngiang dalam benak saya:

“Dalam segala keaDaan pergunakanlah perisai

iman; sebab Dengan perisai itu kamu akan

Dapat memaDamkan semua panah api Dari si jahat.”

- efesus 6:16

Telepon di tengah malam dengan kabar anggota keluarga yang meninggal mendadak; penyakit ganas yang entah sejak kapan ada di tubuh

Page 20: Majalah Pearl 29

www.majalahpearl.com

DigDeeper

kita; pengakuan suami bahwa dia ternyata berselingkuh; kenyataan pahit bahwa usaha kita bangkrut; semua itu adalah malapetaka yang ingin disingkirkan semua orang jauh-jauh dari kehidupan mereka. Namun itu terjadi. Itulah hidup. Itulah serangan yang nyata dari si jahat yang, yang dengan segenap usahanya berusaha menghancurkan hati dan hidup kita.

Tapi apa sebenarnya tujuan si jahat melakukan semua itu? Bukan sekedar melemahkan atau membuat korbannya menangis; bukan pula sekedar menyebabkan luka berat. Tujuannya adalah membuat hati kita menjadi tawar dan, perlahan tapi pasti mematikan iman kita. Dan ketika iman kita mulai melemah, kita mulai lebih percaya pada keadaan dan tidak percaya pada firman Tuhan.

Semakin jauh itu terjadi, semakin sulit tertolong kondisi kita, dan akhirnya hati kita menjadi pahit dan kita meninggalkan Tuhan. Karena itu bagian demi bagian dari ayat ini penting untuk kita perhatikan.

“Dalam SEgala kEaDaan”Salah satu tokoh yang paling jujur mengutarakan kepedihan hati dan pergumulannya dalam Alkitab adalah Daud. Daud mengalami berbagai hal yang dramatis dalam kehidupannya: diasingkan oleh orang tuanya sendiri, menjadi buronan pemerintah dan terpaksa mengembara bersama gerombolan berandal, hendak dibunuh oleh teman-temannya, dan bahkan dikhianati oleh anaknya sendiri. Tapi satu hal yang patut kita teladani dari Daud: dia tidak marah kepada Tuhan.

Page 21: Majalah Pearl 29

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

Dia melampiaskan emosinya melalui doa dan musik, tapi ciri khas Daud yang bisa kita lihat dalam setiap puisinya adalah dia selalu mengakhiri puisinya dengan pernyataan iman kepada Tuhan. Salah satunya adalah dalam Mazmur 3:2-4, ketika ia terpaksa melarikan diri dari Absalom, anaknya sendiri.

Ya tuhan, betapa banYaknYa lawanku! banYak orang Yang

bangkit menYerang aku; banYak orang Yang

berkata tentang aku: “baginYa tiDak aDa

pertolongan Dari paDa allah.”

tetapi engkau, tuhan, aDalah perisai Yang

melinDungi aku, engkaulah kemuliaanku

Dan Yang mengangkat kepalaku.

Ketika terdesak, ketakutan, dan sakit hati karena anaknya sendiri melawan dia, Daud tidak kehilangan imannya kepada Tuhan. Bahkan dia berkata, “Aku membaringkan diri, lalu tidur; aku bangun, sebab TUHAN menopang aku” (ayat 6). Daud menyadari ada damai sejahtera yang diberikan Tuhan karena dalam segala keadaan, dan membuat ia tetap berharap kepada-Nya.

“PErgunakanlah PEriSai iman”Bagaimana kita menentukan apakah kata-kata seseorang dapat dipercaya atau tidak? Apabila seseorang membuat janji, bagaimana kita yakin bahwa janji itu pasti digenapi? Jawabannya tentu sederhana: Orang itu sudah pernah berjanji dan memenuhinya. Apabila seseorang terbiasa menepati janji, maka orang lain akan percaya kepadanya.

Iman, sederhananya adalah percaya pada apa yang Tuhan katakan dalam firman-Nya. Bagaimana kita tahu bahwa kata-kata-Nya dapat dipercaya? Sudah berapa kali Tuhan berjanji dan menepati-Nya? Akankah Tuhan berubah pikiran terhadap kita dan membatalkan janji-Nya? Dapatkah kita berkata seperti rasul Paulus: “Aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku

Page 22: Majalah Pearl 29

www.majalahpearl.com

DigDeeper

hingga pada hari Tuhan” (2 Timotius 1:12)?

Saya ingin kita semua memikirkan sejenak Alkitab yang kita punya di rumah atau dalam aplikasi di gadget kita. Alkitab itu bukan ditulis oleh satu orang dalam kurun waktu satu-dua tahun. Alkitab adalah kumpulan dari 66 kitab yang ditulis oleh 40 penulis dalam rentang waktu kurang lebih 1500-2000 tahun. Kita bisa jadi punya rekan bisnis yang baru berbisnis dengan kita dua-tiga kali, dan kita percaya kepada orang itu karena dia berbisnis dengan kita dengan jujur—sebanyak dua-tiga kali, dalam kurun waktu, katakanlah,

beberapa bulan atau tahun. Tapi dua ribu tahun! Janji pertama tentang Mesias yang disebutkan dalam firman Tuhan adalah dalam Kejadian 3:15, dan sejak itu segala sesuatu berjalan mengerucut ke satu tujuan: penggenapan misi keselamatan.

Pertama-tama, Tuhan memilih satu orang untuk menjadi nenek moyang suatu bangsa yang akan menjadi asal-muasal Sang Mesias. Kemudian Tuhan menebus bangsa itu dari perbudakan dan memberi mereka tanah tempat tinggal. Raja-raja silih

Page 23: Majalah Pearl 29

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

berganti memerintah bangsa itu, dan nabi-nabi bergantian memberitakan tentang seorang Juruselamat yang akan datang. Dan ketika bangsa itu mengalami pembuangan, tangan Tuhan tetap menyertai mereka sampai mereka kembali dengan utuh sebagai satu bangsa dari pembuangan. Dan persis ketika dunia barat mengalami globalisasi luar biasa di bawah kekaisaran Romawi, Tuhan mengirim Mesias yang dijanjikan itu dan menyelesaikan misi keselamatan. Tidak secara kebetulan, berita tentang keselamatan di dalam nama Yesus Kristus diberitakan dan

menyebar dengan begitu cepat karena seluruh Asia Kecil, Eropa, dan Afrika utara yang kala itu menggunakan satu bahasa, yaitu bahasa Yunani. Semua janji tentang Mesias, yang diberitakan selama ribuan tahun, harus digenapi dalam satu orang. Seseorang menghitung seluruh nubuat Mesianik dalam Perjanjian Lama dan menemukan 48 nubuat. Dan kemungkinan seorang manusia menggenapi seluruh nubuat itu adalah... 1:10156. Hal yang mustahil ini digenapi di dalam Yesus Kristus! Allah sungguh-sungguh memenuhi janji-Nya untuk menyelamatkan kita melalui Anak-Nya yang tunggal.

Pertanyaan besarnya adalah: Apabila Allah telah menggenapi janji-janji-Nya yang Ia berikan selama ribuan tahun sejak Adam hingga Maleakhi, yang menurut perhitungan manusia adalah mustahil; apabila Ia memberikan Anak-Nya yang tunggal untuk mati disalib menanggung segala hukuman atas dosa kita supaya kita diselamatkan dari kebinasaan kekal, akankah Dia juga bisa memenuhi semua janji-Nya yang lain?

“Semua itu dicari bangSa-bangSa yang tidak

mengenal allah. akan tetapi bapamu yang di

Sorga tahu, bahwa kamu memerlukan Semuanya

itu.” —matiuS 6:32

Page 24: Majalah Pearl 29

www.majalahpearl.com

DigDeeper

kristus aDalah “Ya” bagi semua janji allah. itulah

sebabnYa oleh Dia kita mengatakan “amin” untuk

memuliakan allah. —2 korintus 1:20

Di dalam Yesus, iman kita bukan “mudah-mudahan”. Di dalam Yesus, iman kita bukan “semoga”. Di dalam Yesus, iman kita adalah “ya”. Karena itu ketika kita berdoa kita berkata, “Amin,” karena kita percaya bahwa bila Allah telah menggenapi janji yang terbesar untuk menyelamatkan kita dan menjamin hidup kekal kita, maka Dia sanggup menjamin hidup kita di dunia. “Musuh yang terakhir, yang dibinasakan, adalah maut” (1 Korintus 15:26). Bila kematianpun tidak menakutkan bagi umat Tuhan, maka “Baik maut, maupun hidup, . .

baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, . . tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Roma 8:38-39).

“DEngan PEriSai itu kamu akan DaPat mEmaDamkan”Kita masih tetap harus menghadapi panah api dari si jahat. Namun panah itu tidak mematikan, bahkan tidak berbahaya, karena kita melindungi diri kita dengan iman. Lihatlah Paulus, menjelang kematiannya, dalam keadaan tua dan kesepian di penjara, tidak ada satu kalimatpun dalam surat-suratnya yang menunjukkan bahwa dia lemah. Bahkan melalui tulisannya

Page 25: Majalah Pearl 29

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

ia menguatkan jemaat, yang hidup di rumah mereka masing-masing dalam keadaan tidak terancam kematian.

Ketika saya menerima kabar buruk tentang kanker, seperti yang saya ceritakan di awal artikel ini, saya sempat merasa down dan berseru kepada Tuhan. Namun saya bersyukur karena setelah saya datang kepada Tuhan dan mempelajari firman-Nya lebih lagi, Tuhan memberi saya damai sejahtera dan mengangkat ketakutan saya. Keluarga kami adalah milik Tuhan, dan Dia mengasihi kami—sebagaimana yang Ia buktikan melalui salib-Nya. Dan pengalaman itu justru semakin menguatkan saya. He has our best interest in mind, and we only need to trust Him.

Page 26: Majalah Pearl 29

BEING MATURE IN

Written by Tabita Davinia UtomoDesigned by Febe Soehardjo

Imag

e so

urce

Pix

abay

.com

by

VonJ

anne

.

www.majalahpearl.com #029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

ACLOSERWALK

Page 27: Majalah Pearl 29

FaithBEING MATURE IN

www.majalahpearl.com #029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

ACLOSERWALK

Sebelum membahas lebih lanjut, coba yuk kita bayangkan lambang dari sila ketiga dasar

negara kita (a.k.a. Pancasila)... Yup, pohon beringin :) Bayangkan ada banyak sulur di bawah dedaunannya, akarnya yang berupa akar hawa, dan batangnya yang sangat lebar. Nah, fokus kita ada di batang itu. Tahukah kalian, batang lebar itu disebabkan banyaknya lingkaran tahun yang ada di dalamnya. Well, bisa aja sebuah pohon beringin itu umurnya lebih tua daripada kita lho, tergantung seberapa banyak lingkaran tahun yang ada di dalam batangnya.

Semakin lama pohon beringin itu hidup, semakin lebar juga batang pohon itu. Itu artinya, pohon itu telah melewati banyak hal saat dia ditanam, dipupuk, diberi air, mendapat sinar matahari, sampai menjadi sebesar yang kita lihat. Mungkin pohon itu pernah kekurangan air, mendapat terlalu banyak sinar matahari, bahkan (kalo dia memiliki perasaan) merasa

khawatir saat ada isu bahwa dia akan ditebang. But it survives! Wow, sebuah pelajaran bijak dari pohon beringin, bahwa kita harus tetap berjuang sampai akhir, dan harus siap menghadapi tantangan yang ada :)

Ilustrasi di atas mengingatkan ku kepada tema A Closer Walk ini, bertumbuh dalam iman. Satu tema yang sering kita dengar, satu tema yang sering kita dapat lewat saat teduh, tapi sulit untuk kita jalani. Kenapa begitu? Karena kita sering merasa ragu akan penyertaan Tuhan di dalam kehidupan kita.

Well... bukannya mau menghakimi sih. Tapi yuk, kita sama-sama cek kehidupan kita. Saat ada banyak teman kita yang mencontek waktu ujian, saat ada teman yang mengancam akan mem-bully kita kalo kita nggak menuruti keinginannya yang buruk, saat kita mengetahui ada rekan kantor yang menggelembungkan dana

Page 28: Majalah Pearl 29

www.majalahpearl.com #029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

ACLOSERWALK

perusahaan (dan dia mengancam akan memfitnah kita kalo kita melaporkan hal tersebut ke atasan kita)... what should we do?

Secara teori, kita tahu bahwa seharusnya kita tetap melakukan hal yang Tuhan kehendaki (nggak nyontek, tetap menolak keinginan yang buruk, dan tetap melaporkan penggelembungan dana perusahaan yang dilakukan rekan kita), sekalipun itu membuat kita menderita, membuat kita berbeda dari yang dunia ajarkan. Tapi pertanyaan berikutnya, “Apakah aku siap untuk melakukan apa yang Tuhan mau, bahkan saat aku berada dalam kondisi sulit seperti ini?”

Kalo kita nggak punya iman yang kuat untuk menghadapi setiap tantangan hidup, kita mudah digoyahkan oleh prinsip dunia yang salah, kita takut terhadap apa yang akan terjadi di masa depan. So, kita perlu berpikir lagi nih, apakah iman kita benar-benar sudah bertumbuh di dalam Tuhan, atau apakah pertumbuhan itu telah terhenti?

Sadar atau nggak, pertumbuhan iman itu mempengaruhi tindakan kita di dalam menghadapi pergumulan yang ada, lho. Kalo kita nggak berjuang agar iman kita tetap bisa bertumbuh di tengah-tengah kondisi yang sulit, kita akan semakin meragukan kebaikan Tuhan. Padahal dari dulu, sekarang, sampai selama-lamanya,

Tuhan kita itu tetap sama (Ibrani 13:8), hanya saja pandangan kita yang berubah.

Coba kita ingat masa-masa awal di mana kita memulai hidup baru di dalam Tuhan. Rasanya masih on fire gitu buat lebih mengenal siapa Dia, rajin banget saat teduh, aktif pelayanan, ikut di berbagai kelompok pertumbuhan. Tentu saja iman kita bisa bertumbuh pesat kalo kita terus-menerus melakukan hal-hal itu. Tapi sayangnya, seiring berjalannya waktu, kita mulai merasa jenuh. Bosan. Merasa nggak ada yang berubah dari pertumbuhan iman kita. Sampai suatu ketika.. BOOM! Ada masalah yang terjadi, dan kita merasa nggak siap buat menghadapinya. Padahal, Tuhan nggak pernah kasih pergumulan yang melebihi kekuatan kita. But we forgot it! Kita lupa bahwa ada Tuhan yang siap berperang bersama kita. Kita malah lebih mengandalkan kekuatan kita sendiri ketimbang mempercayakan semua pergumulan kita ke dalam tangan-Nya.

There is something wrong in our faith’s growth. Ada yang salah dalam pertumbuhan iman kita. Tapi apa?

Gals, kadang setelah kita merasa kuat untuk menghadapi pergumulan, kita malah meninggalkan the Source of the Power, alias Tuhan Yesus. Kita merasa, “Halah, ngapain aku terus-terusan Bible reading? Toh, aku bisa

Page 29: Majalah Pearl 29

“ “

Imag

e so

urce

Pix

abay

.com

by

GLa

dy.

www.majalahpearl.com #029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

ACLOSERWALK

Kalo kita nggak punya iman yang kuat untuk menghadapi setiap tantangan hidup, kita mudah

digoyahkan oleh prinsip dunia yang salah, kita takut terhadap apa yang

akan terjadi di masa depan.

Page 30: Majalah Pearl 29

www.majalahpearl.com #029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

ACLOSERWALK

kok ngadepin masalah-masalah yang ada... Duh, ngapain juga ikutan komsel? Males ah, mending pergi main aja sama temen... Hari gini doa? Iya aku tahu doa itu nafas hidup orang percaya, tapi kan, kalo kita nggak doa sama Tuhan pun, Dia tahu kan apa yang kita hadapi? Dia juga pasti bisa kasih jalan keluar buat kita.”

Secara umum, masalah terbesar dalam pertumbuhan iman di dalam diri seseorang adalah rasa malas. Orang berpikir bahwa Tuhan yang mengaruniakan pertumbuhan, sehingga dia nggak perlu berusaha keras untuk ‘menumbuhkan’ imannya.

Pertanyaan adalah... apakah itu benar? Apakah Tuhanlah satu-satunya faktor penggerak pertumbuhan iman kita, sedangkan kita bisa berleha-leha — tidak melakukan apa-apa agar iman kita bertumbuh?

Jawabannya tidak. Sama seperti yang dikatakan Paulus,

“Aku menAnAm, Apolos menyirAm, tetApi AllAh yAng memberi pertumbuhAn. kArenA itu yAng penting bukAnlAh yAng menAnAm AtAu yAng menyirAm, melAinkAn AllAh yAng memberi pertumbuhAn.” (1 korintus 3:6-7)

Pertumbuhan iman memang pekerjaan Roh Kudus, tapi manusia — termasuk kita — juga harus melakukan bagiannya di dalam pertumbuhan itu. Lihatlah Paulus dan Apolos, yang melakukan bagian mereka dalam menggembalakan jemaat Tuhan. Mereka melakukan bagian mereka sebagai pengajar, sedangkan jemaat Tuhan mau untuk terus belajar tentang firman-Nya. Ya, Tuhan memang memberikan karunia bagi setiap kita untuk bertumbuh, jadi jangan sampai kita menyia-nyiakannya :)

Page 31: Majalah Pearl 29

Imag

e so

urce

Pix

abay

.com

by

Con

desig

n.

www.majalahpearl.com #029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

ACLOSERWALK

Di bawah ini ada 4 langkah agar iman kita dapat terus bertumbuh:

Memiliki keinginan UNTUK BERTUMBUH

Ada yang pernah bilang seperti ini ke aku, “Salah satu hal yang kukagumi dari kamu adalah hobi menulismu dan tulisan-tulisanmu yang udah jadi banyak berkat bagi orang lain”. Keinginan (aku lebih suka menyebutnya kerinduan) untuk

memberikan yang terbaik bagi kemuliaan Tuhan-lah yang jadi alasan terbesarku untuk melayani-Nya lewat tulisan-tulisanku itu, karena a passion can make someone do a great thing, more than he can imagine.Begitu pula dengan pertumbuhan iman kita. Gals, iman kita nggak bisa bertumbuh dengan sendirinya. Iman kita harus selalu diberi asupan gizi (baca: firman Tuhan) agar tidak mati. Untuk memberi asupan gizi itupun, kita harus memiliki keinginan untuk bertumbuh. Karena kalo kita nggak punya keinginan itu, usaha kita untuk bertumbuh pun sia-sia. Nggak ada perasaan rela untuk mau dibentuk, nggak ada sukacita selama kita bertumbuh. Semua itu karena kita ogah-ogahan menjalaninya. So, milikilah keinginan untuk bertumbuh terlebih dulu sebelum masuk ke tahap berikutnya :)

A.

“ “Secara umum, masalah

terbesar dalam pertumbuhan

iman di dalam diri seseorang adalah rasa

malas.

Page 32: Majalah Pearl 29

www.majalahpearl.com #029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

ACLOSERWALK

Memutuskan UNTUK BERTUMBUHB.

C.

Sudah punya poin a di atas? Good... tapi sudahkah kita memutuskan untuk bertumbuh? Sebesar apapun keinginan kita, tapi kalo kita nggak memutuskan buat bertumbuh, it is useless.

Keputusan untuk bertumbuh memang tidak bisa dihasilkan dengan mudah. Pasti ada konsekuensi yang harus kita tanggung dari keputusan itu. Tapi jangan takut, karena Tuhan akan memberikan kekuatan bagi kita untuk menjalani masa-masa pertumbuhan itu :)

Berusaha UNTUK BERTUMBUH

Kedua tahap di atas tidak ada artinya jika tidak diikuti dengan tindakan. Berusaha untuk bertumbuh, bagiku secara pribadi, adalah tahap yang sulit. Tapi bukan berarti tahap ini tidak bisa kita lakukan.

Ada banyak cara yang dapat kita lakukan agar dapat bertumbuh, di antaranya:

i. Rajin bersaat teduh (SaTe)

Penulis kitab Mazmur (yang sebagian besar ditulis oleh Daud) memberikan banyak alasan kenapa SaTe itu sangat penting. Firman yang dibaca dan disampaikan oleh para nabi saat itu, sangat membantunya untuk menjalani kehidupan bersama Tuhan. Ketika Daud berada di tengah masalah, imannya tidak goyah. Dia tetap bersandar kepada Tuhan, percaya bahwa Sang Pemilik hidupnya akan melindunginya.

Bahkan Tuhan Yesus pun memberikan contoh kepada kita, bahwa secapek-capeknya Dia setelah melayani banyak orang, Dia tetap memiliki hubungan pribadi dengan Bapa-Nya tiap saat (salah satunya bisa kita baca di Matius 14:23, setelah Dia memberi makan 5000 orang).

Page 33: Majalah Pearl 29

Imag

e so

urce

pix

abay

.com

by

Kje

rbre

n.

www.majalahpearl.com #029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

ACLOSERWALK

ii. Membaca buku-buku rohani

Jangan kuatir, buku-buku rohani di zaman sekarang tidak selalu ‘berat’ bahasanya. Ada buku yang memang dikhususkan untuk remaja-pemuda, buku untuk anak-anak, dan sebagainya. Tapi, jangan sampai kita hanya membaca buku-buku yang itu-itu saja (yang ‘levelnya’ sama terus). Kita harus berani untuk membaca buku-buku yang lebih berbobot (seperti buku tentang sejarah gereja atau tafsiran kitab). Tidak perlu langsung membaca buku yang sangat tebal. Kita bisa memulainya dengan membaca buku yang tipis, tapi membahas tentang hal-hal di atas (misalnya Petualangan Menjelajahi Kitab Injil dan Kisah Para Rasul—Ray C. Stedman, PT Duta Harapan Dunia).

iii. Mengikuti komunitas pertumbuhan iman

Ada banyak gereja yang memiliki komunitas pertumbuhan iman yang disesuaikan dengan umur jemaatnya. Misalnya di gerejaku, ada komisi remaja (umur 13-17 tahun), komisi pemuda (18-25 tahun), komisi dewasa, dan komisi lansia. Selain itu, ada juga kelompok-kelompok pertumbuhan seperti Kelompok Tumbuh Bersama (KTB) dan Kambium (Komunitas Petumbuhan untuk Menjadi Murid Kristus). Di banyak sekolah maupun di tempat kuliah (khususnya di

universitas negeri) juga ada komunitas semacam ini, ada Persekutuan Siswa Kristen dan Persekutuan Mahasiswa Kristen.

Sayangnya, tidak sedikit orang beranggapan bahwa ke gereja/persekutuan itu hal yang penting. Mereka beranggapan, bahwa dengan mengikuti siaran TV rohani atau hanya membaca Alkitab, mereka dapat menghadapi masalah hidup. Ada juga orang yang memiliki kepahitan terhadap komunitasnya, sehingga mereka memutuskan untuk tidak bersekutu lagi. Padahal, orang-orang seperti inilah yang harus dibimbing secara rohani.

Justru dari komunitas-komunitas itu, kita bisa belajar firman-Nya bersama saudara-saudara seiman kita. Bukan hanya itu, kita bisa saling berbagi, menguatkan, menghibur, dan mengingatkan. That’s why I’m really blessed when God put me in my communities :)

“two Are better thAn one, becAuse they hAve A good return for their lAbor. if either of them fAlls down, one cAn help the other up. but pity Anyone who fAlls And hAs no one to help them up.”(ecclesiAstes 4:9-10, niv)

Page 34: Majalah Pearl 29

www.majalahpearl.com #029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

ACLOSERWALK

Terus-menerus berusaha bertumbuh SECARA KONSISTEN

D.

Pertumbuhan iman kita harus berjalan seumur hidup, dan selama itulah akan ada banyak tantangan yang dapat menggoyahkan iman kita. Pertumbuhan iman mungkin memang ada dinamikanya (naik turun), tapi jangan sampai pertumbuhan iman kita merosot tajam.

Kita tidak perlu malu jika kita merasa tidak dapat berjuang sendiri; karena itulah Tuhan menempatkan kita di komunitas pertumbuhan saat ini. Carilah orang yang dapat kita percayai untuk mendorong kita tetap setia di dalam iman kita kepada Tuhan, sesulit apapun pergumulan kita.

Ingat, pertumbuhan iman membutuhkan waktu seumur hidup. Jangan sampai kita menyerah di tengah jalan. Ingatlah akan Kristus yang siap menyambut kita, saat kita telah tiba di garis akhir perjuangan kita,

“bAik sekAli perbuAtAnmu itu, hAi hAmbAku yAng bAik dAn setiA, engkAu telAh setiA memikul tAnggung jAwAb dAlAm perkArA yAng kecil, Aku AkAn memberikAn kepAdAmu tAnggung jAwAb dAlAm

perkArA besAr. mAsuklAh dAn turutlAh dAlAm kebAhAgiAAn tuAnmu.”(mAtius 25:21)

Selamat berjuang bagi pertumbuhan iman kita!

belAjAr berimAn AkAn membAwA kitA kepAdA pengAlAmAn tidAk memiliki ApA-ApA, sehinggA kitA

hAnyA bisA bergAntung sepenuhnyA kepAdA AllAh. kAdAng-kAdAng,

seseorAng bisA berkAtA bAhwA diA berimAn kepAdA AllAh, tetApi mAsih menyisAkAn kebergAntungAn kepAdA diri sendiri AtAu kepAdA seseorAng. berimAn berArti... kitA sepenuhnyA

tidAk berdAyA, dAn sepenuhnyA hAnyA bersAndAr kepAdA AllAh.

(gunAwAn sri hAryono, perkAntAs solo)

***

Page 35: Majalah Pearl 29

www.majalahpearl.com #029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

ACLOSERWALK

Imag

e so

urce

pix

abay

.com

by

Jill1

11.

Page 36: Majalah Pearl 29

www.majalahpearl.com

ACLOSERWALK

Page 37: Majalah Pearl 29

Written by Poppy NovianaDesigned by Melissa Halim

Hidup kita tidak lepas dari yang namanya membuat keputusan untuk memilih, dari kehidupan kita sehari-sehari saja

dibutuhkan keputusan untuk menjalaninya. Sejak pagi, kita sudah diperhadapkan untuk memilih bagaimana kita menjalani

kegiatan kita sepanjang hari, dengan semangat atau malas. Memulai hari dengan berdoa terlebih dahulu atau langsung sibuk beraktivitas. Memutuskan berangkat menuju tempat kerja menggunakan kendaraan pribadi atau umum/berjalan

kaki untuk lebih hemat. Ketika waktu makan siang, ada pilihan untuk makan makanan junk food atau makanan home made. Bahkan sampai kembali lagi di rumah, menggunakan waktu untuk istirahat atau nonton. Begitu juga dengan hari

demi hari pun berikutnya, dibutuhkan sebuah keputusan untuk hal kecil atau besar. Namun apakah setiap pilihan yang kita putuskan dalam melewati hari menuju masa depan ini tepat dan yang terbaik pada waktu itu? Apa yang dapat menolong kita dalam membuat keputusan? Hmmm… pertanyaan yang

cukup sederhana, tetapi tidak mudah ya untuk menjawabnya.

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

Page 38: Majalah Pearl 29

Menyadari bahwa manusia sangat terbatas dalam pengetahuan dan pengalaman dalam menentukan pilihan hidup, dapat menjadikan kita lebih berhati-hati dan tidak gegabah dalam memutuskan sesuatu. Keputusan yang kamu buat hari ini menentukan kehidupanmu di masa yang akan datang, artinya ada dampak dan risiko di kemudian hari yang harus kita tanggung atas keputusan kita sebelumnya. Jadi kita benar-benar harus mempertimbangkan dengan serius dan matang setiap pilihan dalam hidup, seperti akan memilih sekolah dimana, kuliah jurusan apa, bekerja dimana, menikah dengan pribadi seperti apa, dst... Semua ini adalah keputusan yang harus kita pikirkan secara matang baik dari sisi korelasinya dengan visi hidup, kapabilitas diri, dan risiko yang akan dihadapi atas dampak dari keputusan yang kita pilih.

Kabar baiknya, Allah tidak membiarkan sendirian, Ia menolong kita anak-anakNya untuk bisa membuat keputusan dengan ‘benar’ lewat Firman kebenaranNya. (2 Tim 3:16-17) Dan setiap keputusan yang di dasarkan pada pemahaman kebenaran Firman Tuhan dan disertai iman dalam perbuatan merupakan ‘awal’ dari penggenapan setiap janji Allah kepadamu. Jangan bimbang sedikitpun terhadap-Nya karena segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman, adalah dosa (Roma 14:23b) sebab iman diperhitungkan menjadi kebenaran oleh Allah.

www.majalahpearl.com

ACLOSERWALK

Page 39: Majalah Pearl 29

Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari

segala sesuatu yang tidak kita lihat.

Ibrani 11:1

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

Page 40: Majalah Pearl 29

Mengapa iman merupakan dasar untuk kita menentukan pilihan? Masih ingatkan kita akan kisah perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan, tetapi ia berkata dalam hatinya “ Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh “. Hal ini merupakan pernyataan imannya yang dapat Tuhan Yesus berpaling padanya (Mat 9:22) maka sejak saat itu sembuhlah perempuan itu, karena ia memilih untuk melangkah dalam iman dan berbuat sesuatu dihadapan Allah.

Begitu juga dengan kita anak-anak Allah, belajarlah dari iman seorang perempuan yang menderita pendarahan tersebut. Kita tahu bahwa perempuan ini sudah mengalami penderitaan selama dua belas tahun lamanya, ini bukanlah waktu yang mudah dan sangat lama namun akhirnya ia menerima penggenapan janji Allah dan sembuh.

Berjalan dalam hal yang kita belum tahu, seperti menatap masa depan yang tidak terbayangkan, tentu bukanlah hal sederhana, namun kuatkanlah hatimu sehingga tidak menjadi lemah sebab dalam setiap Firman Tuhan mengandung janji Allah yang hidup yaitu Ya dan Amin. Tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia. Jadi sudah jelas kan alasan mengapa iman adalah dasar atas keputusan?

Setiap memulai langkah dalam menetukan keputusan apapun dalam hidupmu, mulailah dengan pilihan yang diambil dengan pengertian atas kebenaran Firman Tuhan sekalipun harus menyangkal keinginan diri. Dan landaskan iman percaya pengharapan kepada Bapa, supaya Ia melembutkan hatimu untuk menerima rencana-Nya yang mendatangkan kebaikan bagimu.

www.majalahpearl.com

ACLOSERWALK

Page 41: Majalah Pearl 29

Karena itulah kebenaran berdasarkan iman supaya merupakan kasih karunia, sehingga janji itu berlaku bagi semua keturunan Abraham, bukan hanya bagi mereka yang hidup dari hukum Taurat, tetapi juga bagi mereka

yang hidup dari iman Abraham. Sebab Abraham adalah bapa kita semua

Roma 4:16

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

Page 42: Majalah Pearl 29

Beriman seperti apa yang dimaksud? Iman yang dimaksudkan disini bukanlah iman yang kosong, seperti tubuh tanpa roh sehingga tidak hanya iman saja, tetapi iman yang disertai dengan perbuatan, karena melalui perbuatanlah kamu dapat menunjukan imanmu.

Berikut ini beberapa tokoh Alkitab yang menyertai imannya dengan perbuatan:

Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui. Karena iman ia diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing dan di situ ia tinggal di kemah dengan Ishak dan Yakub, yang turut menjadi ahli waris janji yang satu itu. Sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah (Ibrani 11:8-10).

Abraham

www.majalahpearl.com

ACLOSERWALK

Page 43: Majalah Pearl 29

Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar, karena Allah berkenan akan persembahannya itu dan karena iman ia masih berbicara, sesudah ia mati (Ibrani 11:4)

HabelKarena iman, maka Nuh dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dan karena iman itu ia menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran, sesuai dengan imannya. (Ibrani 11:7)

Nuh

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

Page 44: Majalah Pearl 29

Apa yang dapat kamu lakukan selama masa penantian atas janji Allah menunjukan imanmu kepada-Nya, sebab jika sesuatu yang kamu harapkan sudah terlihat tentunya kamu akan berhenti mengharapkannya. Sama seperti tokoh Alkitab yang kita baca sebelumnya mereka memilih untuk percaya, dengar-dengaran, taat atas petunjuk Allah dan kemudian melangkah melalui perbuatan konkrit yang menunjukan eksistensi Allah dalam hidup-Nya sampai janji-Nya nyata dan mereka alami dalam hidupnya.

Akan tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih,

bangunlah dirimu sendiri di atas dasar imanmu yang paling suci dan berdoalah

dalam Roh Kudus

Yudas 1:20

www.majalahpearl.com

ACLOSERWALK

Page 45: Majalah Pearl 29

Lalu bagaimana caraku bisa memahami apakah ini

kehendaku berdasarkan hikmat yang ada padaku

atau merupakan kehendak-Nya bagiku?

Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama

murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas

kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak

dan tidak munafik.

Yakobus 3: 17

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

Page 46: Majalah Pearl 29

Mungkin kita pernah mendengar teori dari tokoh-tokoh �lsafat populer seperti Socrates, Plato dan Aristoteles yang memiliki intelektual dan pemikirin yang diyakininya dalam hidup. Begitu juga dengan kita, seringkali memiliki pemikiran dan pertimbangan sendiri dalam menetukan pilihan berdasarkan naluri alamiah, pengetahuan dan pengalaman kita. Wajar-wajar saja kok, tapi ingatlah selalu ada risiko yang tidak dapat kita hindari karena manusia sangat terbatas dan hanya Tuhan satu-satunya Yang Maha Pencipta atas bumi dan segala isinya. Ia tahu masa lalu, masa kini dan masa depan, jadi tidak ada yang luput dari rencana-Nya sebab Ia tidak terbatas dan Sempurna.

Menilai hikmat itu berasal dari mana, secara sederhana bisa dimulai dengan perhatikanlah motivasimu dalam bertindak, apakah murni sudah menerapkan unsur kasih yang kamu dapatkan melalui perenungan Firman Tuhan, berdoa, persekutuan orang percaya, atau melalui cara Tuhan yang unik untuk terus membuatmu memperbaharui budi? Hidupkan selalu semangat learning mode supaya spirit-mu tetap terjaga dalam semangat memperdalam mengenal tentang diri-Nya lebih dalam lagi, terus terpacu lagi sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: Apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.

Sebab tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu dan barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya dan jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh bukan lagi oleh pemikiran yang berdasarkan hawa nafsu dan kepentingan diri sendiri lagi tapi oleh Roh.

www.majalahpearl.com

ACLOSERWALK

Page 47: Majalah Pearl 29

Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan

kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan,

tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa,

sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah

kepada kamu masing-masing.

Roma 12:3

Karena itu kami senantiasa berdoa juga untuk kamu,

supaya Allah kita menganggap kamu layak bagi panggilan-Nya dan dengan kekuatan-Nya

menyempurnakan kehendakmu untuk berbuat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan imanmu,

sehingga nama Yesus, Tuhan kita, dimuliakan di dalam kamu dan kamu di dalam Dia, menurut kasih

karunia Allah kita dan Tuhan Yesus Kristus.

Tesalonika

1:11-12

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

Page 48: Majalah Pearl 29

BERJALANDI TENGAH

PENCOBAAN

TEXT AZARIA AMALIADESIGN EDEN VERI

http

s://w

allp

aper

scra

ft.c

om/d

ownl

oad/

dese

rt_

silho

uett

e_pe

ople

_sig

ns_

heat

_26

663/

1280

x102

4

www.majalahpearl.com

ACLOSERWALK

Page 49: Majalah Pearl 29

aya pernah mendengar pertanyaan dari seorang rekan kerja, “Menurutmu, kenapa Tuhan mau memilih Israel yah? Kan pasti Tuhan tau karakternya orang Israel itu kayak gimana, tapi kenapa bangsa yang seperti itu yang dipilih Tuhan?” Seperti teman saya itu, pernah ngga kita berpikir, kenapa harus bangsa Israel yang menjadi bangsa pilihan Tuhan. Ada banyak suku bangsa pada masa itu yang bisa dijadikan pilihan. Ada bangsa yang lebih penurut dan lebih setia, tapi kenapa Israel yang dipilih Tuhan? Siapa sih, yang ngga gemes baca kisah tentang bangsa Israel di Perjanjian Lama. Di jaman Hakim-Hakim contohnya, tiap ada hakim, Israel taat menyembah Tuhan, tapi waktu hakimnya udah ngga ada, mereka balik lagi menyembah dewa-dewa bangsa Kanaan. Atau, kenapa harus bangsa Israel yang diberikan nubuatan-nubuatan tentang Mesias,kalau saat Mesias itu datang mereka justru menolak-Nya.

S

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield Of Faith

Page 50: Majalah Pearl 29

Saat Tuhan memilih Abraham dan memberkatinya menjadi bapa bangsa yang besar, saat itu pun Tuhan sudah tahu apa yang akan terjadi ratusan bahkan ribuan tahun nanti. Tuhan sudah tahu bagaimana karakter bangsa Israel yang suka bersungut-sungut dan cenderung menyembah berhala. Tuhan sudah tahu Israel tidak akan patuh dan taat melakukan apa yang

http

://w

ww

.reve

rend

fun.

com

/?da

te=

2010

0115

Tuhan perintahkan saat merebut Kanaan dengan membiarkan beberapa suku asli di sana tetap hidup. Lalu untuk apa Tuhan memilih bangsa yang seperti itu? Masih banyak bangsa di dunia, kenapa yang dipilih adalah bangsa yang berulang kali membuat Tuhan marah dan sedih? Saat pertama kali mempelajari Perjanjian Lama, hal ini sering saya pertanyakan kepada Tuhan. Entah apa yang dipikirkan Tuhan sampai Tuhan menetapkan Israel sebagai bangsa pilihan. Apakah ada satu nilai plus Israel yang tidak dimiliki bangsa lain yang membuatnya begitu istimewa dihadapan Tuhan. Tidak ada. Memang ada beberapa orang Israel yang hidupnya melekat pada Tuhan, tetapi karakter Israel secara umum bisa dikatakan bangsa yang “tegar tengkuk”. Tuhan sering menghukum Israel, tetapi perjanjian Tuhan kepada bangsa pilihan-Nya tidak berubah.

www.majalahpearl.com

ACLOSERWALK

Page 51: Majalah Pearl 29

Pernahkah kita berpikir, terkadang kita sama dengan bangsa Israel. Kita tahu Yesus sudah mati di salib untuk menebus kita. Kita percaya kita adalah orang pilihan yang dipanggil dengan tujuan yang mulia. Kita tahu kita disebut anak Tuhan. Tapi tidak bisa kita sangkal sering kali kita

jatuh dalam dosa. Tidak peduli sudah berapa lama kita bertobat, berapa kali kita selesai membaca Alkitab, berapa buku rohani yang sudah kita baca atau berapa banyak jiwa baru yang kita bawa kepada Tuhan. kita tetap manusia biasa yang bisa jatuh dalam dosa. Kita punya banyak kesalahan dan jauh dari sempurna. Selama masih hidupdi dunia manusia tidak terlepas dari keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup(1 Yohanes 2:16). Inilah yang menyebabkan kita

LIHATLAH ISRAEL, BANGSA YANG DIPILIH TUHAN. BUKTI PENYATAAN DIRI TUHAN KEPADA UMAT MANUSIA. TUHAN TETAP MENGASIHI BANGSA YANG SESAT HATI ITU (MAZMUR 95:9-10), PERJANJIAN TUHAN KEPADA ISRAEL TETAP DAN TIDAK BERUBAH.

masuk dalam pencobaan. Sama seperti bangsa Israel yang memasuki padang gurun, dan bersikap sangat tidak bersyukur. Sekuat apapun kita berusaha untuk mengalahkan keinginan-keinginan dunia, tetap ada saat dimana kita lemah dan terjatuh. Saat itu kita mungkin merasa menyesal dan tidak layak lagi disebut anak Tuhan, sekalipun kita sudah tampak rohani di mata manusia, kita tetap pendosa. Kita yang sudah terlibat dalam pelayanan di gereja atau persekutuan bisa

mengundurkan diri karena merasa berdosa dan tidak layak untuk melayani Tuhan. Intimidasi itu bisa membuat kita melarikan diri dari Tuhan. Saat kita mengalami hal itu, satu hal yang perlu kita pegang adalah “Tuhan adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selamanya Ia mendendam. Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita.” (Mazmur 103:8-10) Lihatlah Israel, bangsa yang dipilih Tuhan. bukti penyataan diri Tuhan kepada umat manusia. Tuhan tetap mengasihi bangsa yang sesat hati itu (Mazmur 95:9-10), Perjanjian Tuhan kepada Israel tetap dan tidak berubah.

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield Of Faith

Page 52: Majalah Pearl 29

Sekalipun kita berulang kali berbuat salah, tetaplah percaya Tuhan itu baik. Kita masih punya kesempatan untuk bangkit dan melayani Tuhan. Dengan percaya diri kita berdiri kembali, bukan karena kita sempurna, tapi karena kita tahu kita mendapat karunia dan dibenarkan Tuhan. Kenapa Tuhan memilih Israel? Karena Tuhan ingin menyatakan Diri-Nya yang penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Israel menjadi suatu bukti penyataan sifat Tuhan yang maha pengampun. Secara manusia, kadang kita masih sangat sulit untuk tidak menuruti keinginan daging. Tuhan pun mengerti keadaan kita, Manusia yang masih hidup dalam daging sangat rentan jatuh dalam dosa. Tuhan mengijinkan kita diuji oleh keinginan-keinginan kita. Karena Tuhan juga ingin kita belajar. Dalam pencobaan, Tuhan mengajarikita untuk merendahkan diri.

Saat kita terjatuh atau melenceng dari standar yang Tuhan inginkan, saat itu juga kita menyadari kita manusia biasa yang punya kelemahan dan kesalahan. Segala hal yang ada dalam hati kita, yang tersembunyi dan tertutup dari mata manusia dapat terlihat. Dengan begitu, kita tidak akan sombong dan menghakimi orang lain. Dalam melewati masa pencobaan, kesungguhan hati kita pun diuji, apakah kita tetap setia kepada Tuhan atau tidak. Apakah kita tetap berpegang pada perintah-Nya atau tidak (Ulangan 8:2). Dalam hal ini, apakah kita masih mau hidup untuk Tuhan atau tidak. Kesetiaan kita bisa dibuktikan dengan kemauan kita untuk

“INGATLAH KEPADA SELURUH PERJALANAN YANG KAU LAKUKAN ATAS KEHENDAK TUHAN, ALLAHMU, DI PADANG GURUN SELAMA EMPAT PULUH TAHUN INI DENGAN MAKSUD MERENDAHKAN HATIMU DAN MENCOBAI ENGKAU UNTUK MENGETAHUI APA YANG ADA DI DALAM HATIMU, YAKNI, APAKAH ENGKAU BERPEGANG PADA PERINTAH-NYA ATAU TIDAK.”

- ULANGAN 8:2

www.majalahpearl.com

ACLOSERWALK

Page 53: Majalah Pearl 29

bangkit berdiri sekalipun sudah terjatuh, bukan lari menjauh dari Tuhan. Kita bisa tetap yakin akan status kita sebagai anak Tuhan bukan karena kita tidak pernah berbuat salah, tetapi karena kita percaya kasih setia Tuhan untuk kita kekal sampai selamanya. Tuhan juga tahu jika Israel tidak memusnahkan suku asli Kanaan, Israel akan terpengaruh dengan penyembahan berhala bangsa-bangsa itu. Tetapi Tuhan membiarkan Israel hidup dalam keputusannya tidak menuruti perintah Tuhan. Tuhan tidak lagi mengulang perintah-Nya dan membiarkan Israel hidup dalam pencobaan. Salah satu tujuan kenapa Bapa membiarkan Israel hidup bersama suku asli Kanaan adalah untuk mencobai mereka dan melatih Israel mampu berperang (Hakim-hakim 3:1-2). Jika tidak hidup bersama suku asli Kanaan, generasi bangsa Israel yang memasuki tanah perjanjian tidak akan ‘terpaksa’ berlatih berperang. Tidak heran kan, jika sampai saat ini, pasukan perang Israel adalah pasukan yang ditakuti di dunia. Bagaimana tidak, proses pelatihannya sudah dimulai ribuan tahun yang lalu. Mengalami pencobaan tidak sepenuhnya buruk buat kita, Tuhan pun mengijinkan kita mengalami itu karena Tuhan mau

kita belajar. Jika kita mampu melewati pencobaan ini dengan baik, kita akan semakin kuat dalam iman dan juga semakin mengenal Tuhan. Tetaplah mendekat pada Tuhan saat melewati masalah dan pencobaan. Mintalah kekuatan dan hikmat untuk tetap bertahan dan menang melewati pencobaan itu. Saat jatuh, segeralah bangkit dan kejar Tuhan. jangan pernah lari dari Tuhan dan panggilan-Nya. Percayalah Dia Tuhan yang baik, panjang sabar dan berlimpah kasih setia.

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield Of Faith

Page 54: Majalah Pearl 29

www.majalahpearl.com

ACLOSERWALK

Page 55: Majalah Pearl 29

WRITER Lasma DESIGNER Michelle Herman

Iman PENDERITAAN______

D A L A M

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

Page 56: Majalah Pearl 29

Ada begitu banyak macam-macam penderitaan di dalam dunia. Mulai dari bencana, sakit penyakit, hubungan yang rusak, penganiayaan, perang atau kegagalan. Dalam Alkitab kita bisa melihat penyebab penderitaan karena beberapa hal : akibat dosa (Achan yang menyembunyikan emas dan perak rampasan dari Yerikho), perbuatan orang lain (Israel menjadi budak di Mesir), atau atas seijin Tuhan (Ayub sakit, kehilangan harta dan anak dalam waktu bersamaan).

Penderitaan yang dialami oleh satu orang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Semua

tergantung dari bagaimana pengalaman dan keyakinan orang itu sendiri tentang apa yang dialaminya. Tetapi, satu yang pasti Alkitab menjelaskan bahwa penderitaan adalah hal yang dapat merobek jiwa manusia.

Banyak orang yang memilih hal-hal negatif seperti narkoba, seks bebas, okultisme, bahkan bunuh diri sebagai respon dari penderitaan yang dialami, karena merasa tidak sanggup lagi menanggung penderitaan. Penderitaan tersebut menimbulkan keputusasaan dan seperti sulit untuk mengembalikan jiwa yang telah robek untuk utuh kembali.

Saat saya merenungkan tentang penderitaan untuk mempersiapkan tulisan ini, Tuhan sendiri mengajarkan saya tentang arti menderita, lewat kon�ik dengan suami. Ternyata penderitaan bukan masalah yang besar. Rasa menderita hanya masalah pikiran sia-sia yang saya tumpuk dan simpan tanpa membicarakannya pada pasangan. Yang sampai pada satu titik, ketika saya sudah merasa lelah secara �sik dan mental, masalah kecil saja dapat membuat saya marah. Saya merasa

menderita karena masalah kecil yang dulu sangat mudah saya toleransi.

Berkali-kali Roh Kudus mengingatkan saya tentang mengampuni yang adalah sebuah perintah, bukan pilihan. Tentang Tuhan telah mati buat saya dan saya telah diampuni, oleh karena itu, saya pun harus mengampuni pasangan sayang juga. Tapi, semuanya tidak menggoyahkan hati saya. Saya memilih mempertahankan rasa sakit saya agar saya mengingatnya dan tidak

lagi membiarkan pasangan saya melakukan hal yang sama pada saya.

Puji Tuhan, Roh Kudus tidak menyerah. Tuhan kembali mengingatkan bahwa segala sesuatu terjadi untuk suatu kebaikan. Bahkan saat saya merasa sakit oleh tindakan pasangan saya. Tuhan terus mengingatkan bahwa pernikahan yang baik bukanlah pernikahan yang tanpa kon�ik, tapi pernikahan yang duduk bersama dan menyelesaikan semua hal tanpa melupakan kasih.

Akhirnya saya menyerah dan meminta Tuhan memberikan saya kekuatan untuk mengatakan apa yang menjadi isi hati saya pada pasangan saya. Sebagai seorang plegmathis, jujur ini adalah hal yang berat. Saya orang yang memilih lebih baik diam dari pada menyampaikan

pikiran saya dan membuat rumah terasa tidak enak. Roh Kudus tetap terus mendorong saya untuk menyampaikan isi hati saya. Puji Tuhan, waktu saya minta Tuhan untuk memberi situasi yang mendukung, Tuhan berikan. Dan akhirnya, Tuhan pulihkan kembali hubungan kami. Dan membuat kami saling mengerti bahwa sebenarnya kami tidak ingin menyakiti satu sama lain, serta membuat kami belajar komunikasi yang tidak baik akan selalu menjadi kon�ik utama dalam sebuah hubungan.

Jadi, mengapa Tuhan mengijinkan semuanya terjadi antara saya dan pasangan?? Padahal biasanya saya bisa menerima sikapnya dengan santai dan cuek. Firman ini yang mengingatkan saya,

Penderitaan yang saya alami mengajarkan saya untuk bisa menjadi orang yang lebih rendah hati. Rendah hati untuk menyampaikan isi hati, bukan menunggu untuk dimengerti. Penderitaan yang saya alami mengajarkan saya untuk menjadi pribadi yang tidak malas untuk mengkomunikasikan apa yang saya harapkan. Penderitaan yang saya alami, saat saya berespon dengan benar, membangun pribadi saya dan pasangan, membangun iman saya untuk menjadi penolong yang lebih baik.

Selalu ada maksud baik yang ingin Tuhan nyatakan lewat penderitaan-penderitaan yang kita alami. Terkadang Tuhan mengijinkan penderitaan untuk menarik kita dari segala kesibukan agar kembali kepada Tuhan. Terkadang penderitaan Tuhan ijinkan untuk mengajar kita. Bahwa penderitaan itu sendiri datang memang dari hasil perbuatan bodoh kita. Terkadang pula penderitaan Tuhan ijinkan untuk menguji iman kita dan saat kita menang, iman kita semakin dikuatkan. Dan lewat penderitaan Tuhan dapat menyatakan diri-Nya lewat kuasa dan penggenapan janji-janji-Nya.

Bagaimana seseorang mampu bertahan dalam penderitaan yang sepertinya tiada berhenti? Bagaimana Ayub dapat tetap mempertahankan kesalehannya padahal seolah Tuhan sedang menghukumnya? Bagaimana Yusuf dapat tetap bertahan saat saudara-saudaranya menjualnya atau saat ia dijebloskan ke penjara atas kesalahan yang tidak dilakukannya? Bagaimana Paulus tetap bersukacita ditengah tekanan dan kesakitan karena mengabarkan injil?

Ayub berkata,“Hanya dari kata orang saja aku

mengenal Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau”(Ayub 42:5)

Yusuf berkata,“Memang kamu telah

mereka-rekakan yang jahat terhadapaku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.”(Kejadian 50:20)

Paulus berkata,“Dan bukan hanya itu saja. Kita

malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.” (Roma 5:3-5)

asa ‘sakit’ atas penderitaan tidak dapat dihindari, tetapi kita dapat memilih bagaimana

meresponinya. Karena jika kita kembali menelaah setiap penderitaan yang terjadi di sekeliling kita, kita akan menemukan bahwa penderitaan sering kali menjadi terasa sangat lebih sakit karena kita tidak menguatkan roh dan iman kita. Tidak jarang, malahan kita memberi makan diri kita sendiri perkataan-perkataan yang semakin memperparah penderitaan kita. Lalu, bagaimana seharusnya respon kita saat kita mengalami penderitaan?

R

Para nabi dan rasul bertahan dalam penderitaan karena ada pengakuan iman di dalam diri mereka, bahwa Allah berkuasa dalam setiap peristiwa. Mereka mengimani bahwa ada campur tangan Tuhan. Ada kedaulatan penuh yang Tuhan miliki untuk melakukan sesuatu terhadap hidup mereka.

Saya menyadari bahwa iman di dalam Tuhan, percaya bahwa Tuhan selalu turut campur dalam segala perkara, sangat penting kita miliki. Hal ini diteguhkan pada saat saya mengalami kon�ik. Pikiran saya berputar-putar mencari cara untuk memperbaiki kondisi hati saya, tapi hati saya tidak lega. Kenapa?? Karena saya tidak membangun iman saya, bahwa Tuhan mengijinkan setiap penderitaan yang saya alami

memiliki maksud tertentu. Ada yang ingin Tuhan ajarkan, tunjukkan pada saya. Lewat beberapa lama saya berkubang dalam kon�ik tersebut, akhirnya saya mengerti bahwa Tuhan ingin mengajarkan saya banyak hal, diantaranya tentang keterbukaan lebih lagi pada suami saya, tentang bagaimana menyampaikan keinginan-keinginan dan menolong suami saya.

Waktu saya memiliki iman bahwa “Ini adalah cara Tuhan menegur dan mengajar saya sekaligus menjaga pernikahan saya.” Rasa menderita itu menguap. Ada timbul pengharapan yang baru. Ada keyakinan penuh bahwa kami akan melewati masalah ini. Saya berhenti menghakimi dan mulai fokus pada solusi.

Keterbukaan adalah awal dari pemulihan. Tidak ada yang perlu kita lakukan jika kita sendiri tidak mengakui bahwa kita tidak mengalami penderitaan. Tapi, yang perlu kita ingat adalah mengabaikan rasa sakit dengan menekannya jauh ke dalam lubuk hati, akan menjadikannya bom waktu.

Jika sakit, katakan sakit. Jika marah, katakan marah. Tidak ada yang salah dengan setiap emosi yang kita rasakan. Bahkan Tuhan mengijinkan kita marah asalkan kita tidak berbuat dosa.

Keterbukaan pada Tuhan membawa kita pada pengakuan bahwa Tuhan sanggup mengangkat rasa sakit dan luka yang kita alami. Kita mendeklarasikan bahwa Tuhan adalah satu-satunya sumber pemulihan jiwa kita.

Salah satu penyebab seseorang merasa menderita adalah cara pandang. Hal sepele yang sebenarnya dapat kita selesaikan dengan cepat, bisa menjadi sumber kesakitan dan tekanan jiwa kita saat kita terbiasa memikirkan hal-hal yang menekan jiwa kita.

Hari ini saat kita mengalami banyak masalah, sakit penyakit, �tnah, dsb, apa yang menguasai pikiran kita? Pemikiran manusiakah? Atau pemikiran Tuhan. Sangat penting bagi kita untuk membangun iman kita dengan memakai kacamata Tuhan.

Saat kita berada dalam penderitaan, hal apa yang lebih sering kita baca dan dengar? Jangan lakukan seperti saya. Di saat merasa kesal dan tertekan, saya malahan mencari-cari pembenaran diri. Saya membaca tentang dosa-dosa suami, kesalahan-kesalahan suami, bagaimana penderitaan istri yang akhirnya semakin memperburuk kondisi saya.

Karena sering membaca hal-hal demikian, timbullah pemikiran-pemikiran, mungkin seharusnya saya memberi pelajaran pada suami saya. Mungkin seharusnya saya mati saja supaya dia puas. Mungkin seharusnya saya tidak perlu mengurus dia, biar dia tahu kalau saya begini dan begitu.

Saya malah semakin melukai diri saya sendiri dan memberi makan amarah saya.

Bagaimana dengan teman-teman? Apa yang teman baca dan dengar akhir-akhir ini? Ingatlah setiap hari, bahwa iman kita terbangun dari kesetiaan mendengar, membaca, dan menyimak Firman Tuhan. Dari situ kita percaya pada apa yang Tuhan lakukan dan tetapkan. Dengan cara itulah kita menaklukan pikiran-pikiran manusia kita di bawah kaki Tuhan dan akan Tuhan gantikan dengan pikiran-pikiran yang berasal dari Dia yang membangkitkan iman dan menguatkan roh kita.

Roma 8:28 adalah janji Tuhan. Dalam segala sesuatu Ia turut bekerja. Kita tidak ditinggal sendirian. Masalah kita tidak kita hadapi sendirian. Mungkin rasanya tidak ada yang membela perkara kita, tetapi ingatlah selalu bahwa Tuhan mendengar seruan hati kita, Ia menghitung setiap tetesan air mata kita.

Hari ini temukan janji-janji Tuhan dalam Firman-Nya. Penderitaan apa yang kita alami? Temukan janji Tuhan Firman-Nya. Di sana banyak janji Tuhan untuk setiap kondisi dalam hidup kita. Ingatlah pula bahwa dalam setiap janji-Nya, Tuhan tidak pernah ingkar janji.

www.majalahpearl.com

ACLOSERWALK

Page 57: Majalah Pearl 29

Ada begitu banyak macam-macam penderitaan di dalam dunia. Mulai dari bencana, sakit penyakit, hubungan yang rusak, penganiayaan, perang atau kegagalan. Dalam Alkitab kita bisa melihat penyebab penderitaan karena beberapa hal : akibat dosa (Achan yang menyembunyikan emas dan perak rampasan dari Yerikho), perbuatan orang lain (Israel menjadi budak di Mesir), atau atas seijin Tuhan (Ayub sakit, kehilangan harta dan anak dalam waktu bersamaan).

Penderitaan yang dialami oleh satu orang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Semua

tergantung dari bagaimana pengalaman dan keyakinan orang itu sendiri tentang apa yang dialaminya. Tetapi, satu yang pasti Alkitab menjelaskan bahwa penderitaan adalah hal yang dapat merobek jiwa manusia.

Banyak orang yang memilih hal-hal negatif seperti narkoba, seks bebas, okultisme, bahkan bunuh diri sebagai respon dari penderitaan yang dialami, karena merasa tidak sanggup lagi menanggung penderitaan. Penderitaan tersebut menimbulkan keputusasaan dan seperti sulit untuk mengembalikan jiwa yang telah robek untuk utuh kembali.

Saat saya merenungkan tentang penderitaan untuk mempersiapkan tulisan ini, Tuhan sendiri mengajarkan saya tentang arti menderita, lewat kon�ik dengan suami. Ternyata penderitaan bukan masalah yang besar. Rasa menderita hanya masalah pikiran sia-sia yang saya tumpuk dan simpan tanpa membicarakannya pada pasangan. Yang sampai pada satu titik, ketika saya sudah merasa lelah secara �sik dan mental, masalah kecil saja dapat membuat saya marah. Saya merasa

menderita karena masalah kecil yang dulu sangat mudah saya toleransi.

Berkali-kali Roh Kudus mengingatkan saya tentang mengampuni yang adalah sebuah perintah, bukan pilihan. Tentang Tuhan telah mati buat saya dan saya telah diampuni, oleh karena itu, saya pun harus mengampuni pasangan sayang juga. Tapi, semuanya tidak menggoyahkan hati saya. Saya memilih mempertahankan rasa sakit saya agar saya mengingatnya dan tidak

lagi membiarkan pasangan saya melakukan hal yang sama pada saya.

Puji Tuhan, Roh Kudus tidak menyerah. Tuhan kembali mengingatkan bahwa segala sesuatu terjadi untuk suatu kebaikan. Bahkan saat saya merasa sakit oleh tindakan pasangan saya. Tuhan terus mengingatkan bahwa pernikahan yang baik bukanlah pernikahan yang tanpa kon�ik, tapi pernikahan yang duduk bersama dan menyelesaikan semua hal tanpa melupakan kasih.

Akhirnya saya menyerah dan meminta Tuhan memberikan saya kekuatan untuk mengatakan apa yang menjadi isi hati saya pada pasangan saya. Sebagai seorang plegmathis, jujur ini adalah hal yang berat. Saya orang yang memilih lebih baik diam dari pada menyampaikan

pikiran saya dan membuat rumah terasa tidak enak. Roh Kudus tetap terus mendorong saya untuk menyampaikan isi hati saya. Puji Tuhan, waktu saya minta Tuhan untuk memberi situasi yang mendukung, Tuhan berikan. Dan akhirnya, Tuhan pulihkan kembali hubungan kami. Dan membuat kami saling mengerti bahwa sebenarnya kami tidak ingin menyakiti satu sama lain, serta membuat kami belajar komunikasi yang tidak baik akan selalu menjadi kon�ik utama dalam sebuah hubungan.

Jadi, mengapa Tuhan mengijinkan semuanya terjadi antara saya dan pasangan?? Padahal biasanya saya bisa menerima sikapnya dengan santai dan cuek. Firman ini yang mengingatkan saya,

Penderitaan yang saya alami mengajarkan saya untuk bisa menjadi orang yang lebih rendah hati. Rendah hati untuk menyampaikan isi hati, bukan menunggu untuk dimengerti. Penderitaan yang saya alami mengajarkan saya untuk menjadi pribadi yang tidak malas untuk mengkomunikasikan apa yang saya harapkan. Penderitaan yang saya alami, saat saya berespon dengan benar, membangun pribadi saya dan pasangan, membangun iman saya untuk menjadi penolong yang lebih baik.

Selalu ada maksud baik yang ingin Tuhan nyatakan lewat penderitaan-penderitaan yang kita alami. Terkadang Tuhan mengijinkan penderitaan untuk menarik kita dari segala kesibukan agar kembali kepada Tuhan. Terkadang penderitaan Tuhan ijinkan untuk mengajar kita. Bahwa penderitaan itu sendiri datang memang dari hasil perbuatan bodoh kita. Terkadang pula penderitaan Tuhan ijinkan untuk menguji iman kita dan saat kita menang, iman kita semakin dikuatkan. Dan lewat penderitaan Tuhan dapat menyatakan diri-Nya lewat kuasa dan penggenapan janji-janji-Nya.

Bagaimana seseorang mampu bertahan dalam penderitaan yang sepertinya tiada berhenti? Bagaimana Ayub dapat tetap mempertahankan kesalehannya padahal seolah Tuhan sedang menghukumnya? Bagaimana Yusuf dapat tetap bertahan saat saudara-saudaranya menjualnya atau saat ia dijebloskan ke penjara atas kesalahan yang tidak dilakukannya? Bagaimana Paulus tetap bersukacita ditengah tekanan dan kesakitan karena mengabarkan injil?

Ayub berkata,“Hanya dari kata orang saja aku

mengenal Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau”(Ayub 42:5)

Yusuf berkata,“Memang kamu telah

mereka-rekakan yang jahat terhadapaku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.”(Kejadian 50:20)

Paulus berkata,“Dan bukan hanya itu saja. Kita

malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.” (Roma 5:3-5)

asa ‘sakit’ atas penderitaan tidak dapat dihindari, tetapi kita dapat memilih bagaimana

meresponinya. Karena jika kita kembali menelaah setiap penderitaan yang terjadi di sekeliling kita, kita akan menemukan bahwa penderitaan sering kali menjadi terasa sangat lebih sakit karena kita tidak menguatkan roh dan iman kita. Tidak jarang, malahan kita memberi makan diri kita sendiri perkataan-perkataan yang semakin memperparah penderitaan kita. Lalu, bagaimana seharusnya respon kita saat kita mengalami penderitaan?

MACAM-MACAM PENDERITAAN

MENGAPA TUHAN IJINKAN ADA PENDERITAAN

Para nabi dan rasul bertahan dalam penderitaan karena ada pengakuan iman di dalam diri mereka, bahwa Allah berkuasa dalam setiap peristiwa. Mereka mengimani bahwa ada campur tangan Tuhan. Ada kedaulatan penuh yang Tuhan miliki untuk melakukan sesuatu terhadap hidup mereka.

Saya menyadari bahwa iman di dalam Tuhan, percaya bahwa Tuhan selalu turut campur dalam segala perkara, sangat penting kita miliki. Hal ini diteguhkan pada saat saya mengalami kon�ik. Pikiran saya berputar-putar mencari cara untuk memperbaiki kondisi hati saya, tapi hati saya tidak lega. Kenapa?? Karena saya tidak membangun iman saya, bahwa Tuhan mengijinkan setiap penderitaan yang saya alami

memiliki maksud tertentu. Ada yang ingin Tuhan ajarkan, tunjukkan pada saya. Lewat beberapa lama saya berkubang dalam kon�ik tersebut, akhirnya saya mengerti bahwa Tuhan ingin mengajarkan saya banyak hal, diantaranya tentang keterbukaan lebih lagi pada suami saya, tentang bagaimana menyampaikan keinginan-keinginan dan menolong suami saya.

Waktu saya memiliki iman bahwa “Ini adalah cara Tuhan menegur dan mengajar saya sekaligus menjaga pernikahan saya.” Rasa menderita itu menguap. Ada timbul pengharapan yang baru. Ada keyakinan penuh bahwa kami akan melewati masalah ini. Saya berhenti menghakimi dan mulai fokus pada solusi.

Keterbukaan adalah awal dari pemulihan. Tidak ada yang perlu kita lakukan jika kita sendiri tidak mengakui bahwa kita tidak mengalami penderitaan. Tapi, yang perlu kita ingat adalah mengabaikan rasa sakit dengan menekannya jauh ke dalam lubuk hati, akan menjadikannya bom waktu.

Jika sakit, katakan sakit. Jika marah, katakan marah. Tidak ada yang salah dengan setiap emosi yang kita rasakan. Bahkan Tuhan mengijinkan kita marah asalkan kita tidak berbuat dosa.

Keterbukaan pada Tuhan membawa kita pada pengakuan bahwa Tuhan sanggup mengangkat rasa sakit dan luka yang kita alami. Kita mendeklarasikan bahwa Tuhan adalah satu-satunya sumber pemulihan jiwa kita.

Salah satu penyebab seseorang merasa menderita adalah cara pandang. Hal sepele yang sebenarnya dapat kita selesaikan dengan cepat, bisa menjadi sumber kesakitan dan tekanan jiwa kita saat kita terbiasa memikirkan hal-hal yang menekan jiwa kita.

Hari ini saat kita mengalami banyak masalah, sakit penyakit, �tnah, dsb, apa yang menguasai pikiran kita? Pemikiran manusiakah? Atau pemikiran Tuhan. Sangat penting bagi kita untuk membangun iman kita dengan memakai kacamata Tuhan.

Saat kita berada dalam penderitaan, hal apa yang lebih sering kita baca dan dengar? Jangan lakukan seperti saya. Di saat merasa kesal dan tertekan, saya malahan mencari-cari pembenaran diri. Saya membaca tentang dosa-dosa suami, kesalahan-kesalahan suami, bagaimana penderitaan istri yang akhirnya semakin memperburuk kondisi saya.

Karena sering membaca hal-hal demikian, timbullah pemikiran-pemikiran, mungkin seharusnya saya memberi pelajaran pada suami saya. Mungkin seharusnya saya mati saja supaya dia puas. Mungkin seharusnya saya tidak perlu mengurus dia, biar dia tahu kalau saya begini dan begitu.

Saya malah semakin melukai diri saya sendiri dan memberi makan amarah saya.

Bagaimana dengan teman-teman? Apa yang teman baca dan dengar akhir-akhir ini? Ingatlah setiap hari, bahwa iman kita terbangun dari kesetiaan mendengar, membaca, dan menyimak Firman Tuhan. Dari situ kita percaya pada apa yang Tuhan lakukan dan tetapkan. Dengan cara itulah kita menaklukan pikiran-pikiran manusia kita di bawah kaki Tuhan dan akan Tuhan gantikan dengan pikiran-pikiran yang berasal dari Dia yang membangkitkan iman dan menguatkan roh kita.

Roma 8:28 adalah janji Tuhan. Dalam segala sesuatu Ia turut bekerja. Kita tidak ditinggal sendirian. Masalah kita tidak kita hadapi sendirian. Mungkin rasanya tidak ada yang membela perkara kita, tetapi ingatlah selalu bahwa Tuhan mendengar seruan hati kita, Ia menghitung setiap tetesan air mata kita.

Hari ini temukan janji-janji Tuhan dalam Firman-Nya. Penderitaan apa yang kita alami? Temukan janji Tuhan Firman-Nya. Di sana banyak janji Tuhan untuk setiap kondisi dalam hidup kita. Ingatlah pula bahwa dalam setiap janji-Nya, Tuhan tidak pernah ingkar janji.

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

Page 58: Majalah Pearl 29

Ada begitu banyak macam-macam penderitaan di dalam dunia. Mulai dari bencana, sakit penyakit, hubungan yang rusak, penganiayaan, perang atau kegagalan. Dalam Alkitab kita bisa melihat penyebab penderitaan karena beberapa hal : akibat dosa (Achan yang menyembunyikan emas dan perak rampasan dari Yerikho), perbuatan orang lain (Israel menjadi budak di Mesir), atau atas seijin Tuhan (Ayub sakit, kehilangan harta dan anak dalam waktu bersamaan).

Penderitaan yang dialami oleh satu orang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Semua

tergantung dari bagaimana pengalaman dan keyakinan orang itu sendiri tentang apa yang dialaminya. Tetapi, satu yang pasti Alkitab menjelaskan bahwa penderitaan adalah hal yang dapat merobek jiwa manusia.

Banyak orang yang memilih hal-hal negatif seperti narkoba, seks bebas, okultisme, bahkan bunuh diri sebagai respon dari penderitaan yang dialami, karena merasa tidak sanggup lagi menanggung penderitaan. Penderitaan tersebut menimbulkan keputusasaan dan seperti sulit untuk mengembalikan jiwa yang telah robek untuk utuh kembali.

Saat saya merenungkan tentang penderitaan untuk mempersiapkan tulisan ini, Tuhan sendiri mengajarkan saya tentang arti menderita, lewat kon�ik dengan suami. Ternyata penderitaan bukan masalah yang besar. Rasa menderita hanya masalah pikiran sia-sia yang saya tumpuk dan simpan tanpa membicarakannya pada pasangan. Yang sampai pada satu titik, ketika saya sudah merasa lelah secara �sik dan mental, masalah kecil saja dapat membuat saya marah. Saya merasa

menderita karena masalah kecil yang dulu sangat mudah saya toleransi.

Berkali-kali Roh Kudus mengingatkan saya tentang mengampuni yang adalah sebuah perintah, bukan pilihan. Tentang Tuhan telah mati buat saya dan saya telah diampuni, oleh karena itu, saya pun harus mengampuni pasangan sayang juga. Tapi, semuanya tidak menggoyahkan hati saya. Saya memilih mempertahankan rasa sakit saya agar saya mengingatnya dan tidak

lagi membiarkan pasangan saya melakukan hal yang sama pada saya.

Puji Tuhan, Roh Kudus tidak menyerah. Tuhan kembali mengingatkan bahwa segala sesuatu terjadi untuk suatu kebaikan. Bahkan saat saya merasa sakit oleh tindakan pasangan saya. Tuhan terus mengingatkan bahwa pernikahan yang baik bukanlah pernikahan yang tanpa kon�ik, tapi pernikahan yang duduk bersama dan menyelesaikan semua hal tanpa melupakan kasih.

Akhirnya saya menyerah dan meminta Tuhan memberikan saya kekuatan untuk mengatakan apa yang menjadi isi hati saya pada pasangan saya. Sebagai seorang plegmathis, jujur ini adalah hal yang berat. Saya orang yang memilih lebih baik diam dari pada menyampaikan

pikiran saya dan membuat rumah terasa tidak enak. Roh Kudus tetap terus mendorong saya untuk menyampaikan isi hati saya. Puji Tuhan, waktu saya minta Tuhan untuk memberi situasi yang mendukung, Tuhan berikan. Dan akhirnya, Tuhan pulihkan kembali hubungan kami. Dan membuat kami saling mengerti bahwa sebenarnya kami tidak ingin menyakiti satu sama lain, serta membuat kami belajar komunikasi yang tidak baik akan selalu menjadi kon�ik utama dalam sebuah hubungan.

Jadi, mengapa Tuhan mengijinkan semuanya terjadi antara saya dan pasangan?? Padahal biasanya saya bisa menerima sikapnya dengan santai dan cuek. Firman ini yang mengingatkan saya,

Penderitaan yang saya alami mengajarkan saya untuk bisa menjadi orang yang lebih rendah hati. Rendah hati untuk menyampaikan isi hati, bukan menunggu untuk dimengerti. Penderitaan yang saya alami mengajarkan saya untuk menjadi pribadi yang tidak malas untuk mengkomunikasikan apa yang saya harapkan. Penderitaan yang saya alami, saat saya berespon dengan benar, membangun pribadi saya dan pasangan, membangun iman saya untuk menjadi penolong yang lebih baik.

Selalu ada maksud baik yang ingin Tuhan nyatakan lewat penderitaan-penderitaan yang kita alami. Terkadang Tuhan mengijinkan penderitaan untuk menarik kita dari segala kesibukan agar kembali kepada Tuhan. Terkadang penderitaan Tuhan ijinkan untuk mengajar kita. Bahwa penderitaan itu sendiri datang memang dari hasil perbuatan bodoh kita. Terkadang pula penderitaan Tuhan ijinkan untuk menguji iman kita dan saat kita menang, iman kita semakin dikuatkan. Dan lewat penderitaan Tuhan dapat menyatakan diri-Nya lewat kuasa dan penggenapan janji-janji-Nya.

Bagaimana seseorang mampu bertahan dalam penderitaan yang sepertinya tiada berhenti? Bagaimana Ayub dapat tetap mempertahankan kesalehannya padahal seolah Tuhan sedang menghukumnya? Bagaimana Yusuf dapat tetap bertahan saat saudara-saudaranya menjualnya atau saat ia dijebloskan ke penjara atas kesalahan yang tidak dilakukannya? Bagaimana Paulus tetap bersukacita ditengah tekanan dan kesakitan karena mengabarkan injil?

Ayub berkata,“Hanya dari kata orang saja aku

mengenal Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau”(Ayub 42:5)

Yusuf berkata,“Memang kamu telah

mereka-rekakan yang jahat terhadapaku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.”(Kejadian 50:20)

Paulus berkata,“Dan bukan hanya itu saja. Kita

malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.” (Roma 5:3-5)

asa ‘sakit’ atas penderitaan tidak dapat dihindari, tetapi kita dapat memilih bagaimana

meresponinya. Karena jika kita kembali menelaah setiap penderitaan yang terjadi di sekeliling kita, kita akan menemukan bahwa penderitaan sering kali menjadi terasa sangat lebih sakit karena kita tidak menguatkan roh dan iman kita. Tidak jarang, malahan kita memberi makan diri kita sendiri perkataan-perkataan yang semakin memperparah penderitaan kita. Lalu, bagaimana seharusnya respon kita saat kita mengalami penderitaan?

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala

sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi

mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.

Roma 8:28

Para nabi dan rasul bertahan dalam penderitaan karena ada pengakuan iman di dalam diri mereka, bahwa Allah berkuasa dalam setiap peristiwa. Mereka mengimani bahwa ada campur tangan Tuhan. Ada kedaulatan penuh yang Tuhan miliki untuk melakukan sesuatu terhadap hidup mereka.

Saya menyadari bahwa iman di dalam Tuhan, percaya bahwa Tuhan selalu turut campur dalam segala perkara, sangat penting kita miliki. Hal ini diteguhkan pada saat saya mengalami kon�ik. Pikiran saya berputar-putar mencari cara untuk memperbaiki kondisi hati saya, tapi hati saya tidak lega. Kenapa?? Karena saya tidak membangun iman saya, bahwa Tuhan mengijinkan setiap penderitaan yang saya alami

memiliki maksud tertentu. Ada yang ingin Tuhan ajarkan, tunjukkan pada saya. Lewat beberapa lama saya berkubang dalam kon�ik tersebut, akhirnya saya mengerti bahwa Tuhan ingin mengajarkan saya banyak hal, diantaranya tentang keterbukaan lebih lagi pada suami saya, tentang bagaimana menyampaikan keinginan-keinginan dan menolong suami saya.

Waktu saya memiliki iman bahwa “Ini adalah cara Tuhan menegur dan mengajar saya sekaligus menjaga pernikahan saya.” Rasa menderita itu menguap. Ada timbul pengharapan yang baru. Ada keyakinan penuh bahwa kami akan melewati masalah ini. Saya berhenti menghakimi dan mulai fokus pada solusi.

Keterbukaan adalah awal dari pemulihan. Tidak ada yang perlu kita lakukan jika kita sendiri tidak mengakui bahwa kita tidak mengalami penderitaan. Tapi, yang perlu kita ingat adalah mengabaikan rasa sakit dengan menekannya jauh ke dalam lubuk hati, akan menjadikannya bom waktu.

Jika sakit, katakan sakit. Jika marah, katakan marah. Tidak ada yang salah dengan setiap emosi yang kita rasakan. Bahkan Tuhan mengijinkan kita marah asalkan kita tidak berbuat dosa.

Keterbukaan pada Tuhan membawa kita pada pengakuan bahwa Tuhan sanggup mengangkat rasa sakit dan luka yang kita alami. Kita mendeklarasikan bahwa Tuhan adalah satu-satunya sumber pemulihan jiwa kita.

Salah satu penyebab seseorang merasa menderita adalah cara pandang. Hal sepele yang sebenarnya dapat kita selesaikan dengan cepat, bisa menjadi sumber kesakitan dan tekanan jiwa kita saat kita terbiasa memikirkan hal-hal yang menekan jiwa kita.

Hari ini saat kita mengalami banyak masalah, sakit penyakit, �tnah, dsb, apa yang menguasai pikiran kita? Pemikiran manusiakah? Atau pemikiran Tuhan. Sangat penting bagi kita untuk membangun iman kita dengan memakai kacamata Tuhan.

Saat kita berada dalam penderitaan, hal apa yang lebih sering kita baca dan dengar? Jangan lakukan seperti saya. Di saat merasa kesal dan tertekan, saya malahan mencari-cari pembenaran diri. Saya membaca tentang dosa-dosa suami, kesalahan-kesalahan suami, bagaimana penderitaan istri yang akhirnya semakin memperburuk kondisi saya.

Karena sering membaca hal-hal demikian, timbullah pemikiran-pemikiran, mungkin seharusnya saya memberi pelajaran pada suami saya. Mungkin seharusnya saya mati saja supaya dia puas. Mungkin seharusnya saya tidak perlu mengurus dia, biar dia tahu kalau saya begini dan begitu.

Saya malah semakin melukai diri saya sendiri dan memberi makan amarah saya.

Bagaimana dengan teman-teman? Apa yang teman baca dan dengar akhir-akhir ini? Ingatlah setiap hari, bahwa iman kita terbangun dari kesetiaan mendengar, membaca, dan menyimak Firman Tuhan. Dari situ kita percaya pada apa yang Tuhan lakukan dan tetapkan. Dengan cara itulah kita menaklukan pikiran-pikiran manusia kita di bawah kaki Tuhan dan akan Tuhan gantikan dengan pikiran-pikiran yang berasal dari Dia yang membangkitkan iman dan menguatkan roh kita.

Roma 8:28 adalah janji Tuhan. Dalam segala sesuatu Ia turut bekerja. Kita tidak ditinggal sendirian. Masalah kita tidak kita hadapi sendirian. Mungkin rasanya tidak ada yang membela perkara kita, tetapi ingatlah selalu bahwa Tuhan mendengar seruan hati kita, Ia menghitung setiap tetesan air mata kita.

Hari ini temukan janji-janji Tuhan dalam Firman-Nya. Penderitaan apa yang kita alami? Temukan janji Tuhan Firman-Nya. Di sana banyak janji Tuhan untuk setiap kondisi dalam hidup kita. Ingatlah pula bahwa dalam setiap janji-Nya, Tuhan tidak pernah ingkar janji.

www.majalahpearl.com

ACLOSERWALK

Page 59: Majalah Pearl 29

Ada begitu banyak macam-macam penderitaan di dalam dunia. Mulai dari bencana, sakit penyakit, hubungan yang rusak, penganiayaan, perang atau kegagalan. Dalam Alkitab kita bisa melihat penyebab penderitaan karena beberapa hal : akibat dosa (Achan yang menyembunyikan emas dan perak rampasan dari Yerikho), perbuatan orang lain (Israel menjadi budak di Mesir), atau atas seijin Tuhan (Ayub sakit, kehilangan harta dan anak dalam waktu bersamaan).

Penderitaan yang dialami oleh satu orang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Semua

tergantung dari bagaimana pengalaman dan keyakinan orang itu sendiri tentang apa yang dialaminya. Tetapi, satu yang pasti Alkitab menjelaskan bahwa penderitaan adalah hal yang dapat merobek jiwa manusia.

Banyak orang yang memilih hal-hal negatif seperti narkoba, seks bebas, okultisme, bahkan bunuh diri sebagai respon dari penderitaan yang dialami, karena merasa tidak sanggup lagi menanggung penderitaan. Penderitaan tersebut menimbulkan keputusasaan dan seperti sulit untuk mengembalikan jiwa yang telah robek untuk utuh kembali.

Saat saya merenungkan tentang penderitaan untuk mempersiapkan tulisan ini, Tuhan sendiri mengajarkan saya tentang arti menderita, lewat kon�ik dengan suami. Ternyata penderitaan bukan masalah yang besar. Rasa menderita hanya masalah pikiran sia-sia yang saya tumpuk dan simpan tanpa membicarakannya pada pasangan. Yang sampai pada satu titik, ketika saya sudah merasa lelah secara �sik dan mental, masalah kecil saja dapat membuat saya marah. Saya merasa

menderita karena masalah kecil yang dulu sangat mudah saya toleransi.

Berkali-kali Roh Kudus mengingatkan saya tentang mengampuni yang adalah sebuah perintah, bukan pilihan. Tentang Tuhan telah mati buat saya dan saya telah diampuni, oleh karena itu, saya pun harus mengampuni pasangan sayang juga. Tapi, semuanya tidak menggoyahkan hati saya. Saya memilih mempertahankan rasa sakit saya agar saya mengingatnya dan tidak

lagi membiarkan pasangan saya melakukan hal yang sama pada saya.

Puji Tuhan, Roh Kudus tidak menyerah. Tuhan kembali mengingatkan bahwa segala sesuatu terjadi untuk suatu kebaikan. Bahkan saat saya merasa sakit oleh tindakan pasangan saya. Tuhan terus mengingatkan bahwa pernikahan yang baik bukanlah pernikahan yang tanpa kon�ik, tapi pernikahan yang duduk bersama dan menyelesaikan semua hal tanpa melupakan kasih.

Akhirnya saya menyerah dan meminta Tuhan memberikan saya kekuatan untuk mengatakan apa yang menjadi isi hati saya pada pasangan saya. Sebagai seorang plegmathis, jujur ini adalah hal yang berat. Saya orang yang memilih lebih baik diam dari pada menyampaikan

pikiran saya dan membuat rumah terasa tidak enak. Roh Kudus tetap terus mendorong saya untuk menyampaikan isi hati saya. Puji Tuhan, waktu saya minta Tuhan untuk memberi situasi yang mendukung, Tuhan berikan. Dan akhirnya, Tuhan pulihkan kembali hubungan kami. Dan membuat kami saling mengerti bahwa sebenarnya kami tidak ingin menyakiti satu sama lain, serta membuat kami belajar komunikasi yang tidak baik akan selalu menjadi kon�ik utama dalam sebuah hubungan.

Jadi, mengapa Tuhan mengijinkan semuanya terjadi antara saya dan pasangan?? Padahal biasanya saya bisa menerima sikapnya dengan santai dan cuek. Firman ini yang mengingatkan saya,

Penderitaan yang saya alami mengajarkan saya untuk bisa menjadi orang yang lebih rendah hati. Rendah hati untuk menyampaikan isi hati, bukan menunggu untuk dimengerti. Penderitaan yang saya alami mengajarkan saya untuk menjadi pribadi yang tidak malas untuk mengkomunikasikan apa yang saya harapkan. Penderitaan yang saya alami, saat saya berespon dengan benar, membangun pribadi saya dan pasangan, membangun iman saya untuk menjadi penolong yang lebih baik.

Selalu ada maksud baik yang ingin Tuhan nyatakan lewat penderitaan-penderitaan yang kita alami. Terkadang Tuhan mengijinkan penderitaan untuk menarik kita dari segala kesibukan agar kembali kepada Tuhan. Terkadang penderitaan Tuhan ijinkan untuk mengajar kita. Bahwa penderitaan itu sendiri datang memang dari hasil perbuatan bodoh kita. Terkadang pula penderitaan Tuhan ijinkan untuk menguji iman kita dan saat kita menang, iman kita semakin dikuatkan. Dan lewat penderitaan Tuhan dapat menyatakan diri-Nya lewat kuasa dan penggenapan janji-janji-Nya.

Bagaimana seseorang mampu bertahan dalam penderitaan yang sepertinya tiada berhenti? Bagaimana Ayub dapat tetap mempertahankan kesalehannya padahal seolah Tuhan sedang menghukumnya? Bagaimana Yusuf dapat tetap bertahan saat saudara-saudaranya menjualnya atau saat ia dijebloskan ke penjara atas kesalahan yang tidak dilakukannya? Bagaimana Paulus tetap bersukacita ditengah tekanan dan kesakitan karena mengabarkan injil?

Ayub berkata,“Hanya dari kata orang saja aku

mengenal Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau”(Ayub 42:5)

Yusuf berkata,“Memang kamu telah

mereka-rekakan yang jahat terhadapaku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.”(Kejadian 50:20)

Paulus berkata,“Dan bukan hanya itu saja. Kita

malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.” (Roma 5:3-5)

asa ‘sakit’ atas penderitaan tidak dapat dihindari, tetapi kita dapat memilih bagaimana

meresponinya. Karena jika kita kembali menelaah setiap penderitaan yang terjadi di sekeliling kita, kita akan menemukan bahwa penderitaan sering kali menjadi terasa sangat lebih sakit karena kita tidak menguatkan roh dan iman kita. Tidak jarang, malahan kita memberi makan diri kita sendiri perkataan-perkataan yang semakin memperparah penderitaan kita. Lalu, bagaimana seharusnya respon kita saat kita mengalami penderitaan?

Tuhan kembali

mengingatkan bahwa segala

sesuatu terjadi untuk suatu

kebaikan.

Para nabi dan rasul bertahan dalam penderitaan karena ada pengakuan iman di dalam diri mereka, bahwa Allah berkuasa dalam setiap peristiwa. Mereka mengimani bahwa ada campur tangan Tuhan. Ada kedaulatan penuh yang Tuhan miliki untuk melakukan sesuatu terhadap hidup mereka.

Saya menyadari bahwa iman di dalam Tuhan, percaya bahwa Tuhan selalu turut campur dalam segala perkara, sangat penting kita miliki. Hal ini diteguhkan pada saat saya mengalami kon�ik. Pikiran saya berputar-putar mencari cara untuk memperbaiki kondisi hati saya, tapi hati saya tidak lega. Kenapa?? Karena saya tidak membangun iman saya, bahwa Tuhan mengijinkan setiap penderitaan yang saya alami

memiliki maksud tertentu. Ada yang ingin Tuhan ajarkan, tunjukkan pada saya. Lewat beberapa lama saya berkubang dalam kon�ik tersebut, akhirnya saya mengerti bahwa Tuhan ingin mengajarkan saya banyak hal, diantaranya tentang keterbukaan lebih lagi pada suami saya, tentang bagaimana menyampaikan keinginan-keinginan dan menolong suami saya.

Waktu saya memiliki iman bahwa “Ini adalah cara Tuhan menegur dan mengajar saya sekaligus menjaga pernikahan saya.” Rasa menderita itu menguap. Ada timbul pengharapan yang baru. Ada keyakinan penuh bahwa kami akan melewati masalah ini. Saya berhenti menghakimi dan mulai fokus pada solusi.

Keterbukaan adalah awal dari pemulihan. Tidak ada yang perlu kita lakukan jika kita sendiri tidak mengakui bahwa kita tidak mengalami penderitaan. Tapi, yang perlu kita ingat adalah mengabaikan rasa sakit dengan menekannya jauh ke dalam lubuk hati, akan menjadikannya bom waktu.

Jika sakit, katakan sakit. Jika marah, katakan marah. Tidak ada yang salah dengan setiap emosi yang kita rasakan. Bahkan Tuhan mengijinkan kita marah asalkan kita tidak berbuat dosa.

Keterbukaan pada Tuhan membawa kita pada pengakuan bahwa Tuhan sanggup mengangkat rasa sakit dan luka yang kita alami. Kita mendeklarasikan bahwa Tuhan adalah satu-satunya sumber pemulihan jiwa kita.

Salah satu penyebab seseorang merasa menderita adalah cara pandang. Hal sepele yang sebenarnya dapat kita selesaikan dengan cepat, bisa menjadi sumber kesakitan dan tekanan jiwa kita saat kita terbiasa memikirkan hal-hal yang menekan jiwa kita.

Hari ini saat kita mengalami banyak masalah, sakit penyakit, �tnah, dsb, apa yang menguasai pikiran kita? Pemikiran manusiakah? Atau pemikiran Tuhan. Sangat penting bagi kita untuk membangun iman kita dengan memakai kacamata Tuhan.

Saat kita berada dalam penderitaan, hal apa yang lebih sering kita baca dan dengar? Jangan lakukan seperti saya. Di saat merasa kesal dan tertekan, saya malahan mencari-cari pembenaran diri. Saya membaca tentang dosa-dosa suami, kesalahan-kesalahan suami, bagaimana penderitaan istri yang akhirnya semakin memperburuk kondisi saya.

Karena sering membaca hal-hal demikian, timbullah pemikiran-pemikiran, mungkin seharusnya saya memberi pelajaran pada suami saya. Mungkin seharusnya saya mati saja supaya dia puas. Mungkin seharusnya saya tidak perlu mengurus dia, biar dia tahu kalau saya begini dan begitu.

Saya malah semakin melukai diri saya sendiri dan memberi makan amarah saya.

Bagaimana dengan teman-teman? Apa yang teman baca dan dengar akhir-akhir ini? Ingatlah setiap hari, bahwa iman kita terbangun dari kesetiaan mendengar, membaca, dan menyimak Firman Tuhan. Dari situ kita percaya pada apa yang Tuhan lakukan dan tetapkan. Dengan cara itulah kita menaklukan pikiran-pikiran manusia kita di bawah kaki Tuhan dan akan Tuhan gantikan dengan pikiran-pikiran yang berasal dari Dia yang membangkitkan iman dan menguatkan roh kita.

Roma 8:28 adalah janji Tuhan. Dalam segala sesuatu Ia turut bekerja. Kita tidak ditinggal sendirian. Masalah kita tidak kita hadapi sendirian. Mungkin rasanya tidak ada yang membela perkara kita, tetapi ingatlah selalu bahwa Tuhan mendengar seruan hati kita, Ia menghitung setiap tetesan air mata kita.

Hari ini temukan janji-janji Tuhan dalam Firman-Nya. Penderitaan apa yang kita alami? Temukan janji Tuhan Firman-Nya. Di sana banyak janji Tuhan untuk setiap kondisi dalam hidup kita. Ingatlah pula bahwa dalam setiap janji-Nya, Tuhan tidak pernah ingkar janji.

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

Page 60: Majalah Pearl 29

Ada begitu banyak macam-macam penderitaan di dalam dunia. Mulai dari bencana, sakit penyakit, hubungan yang rusak, penganiayaan, perang atau kegagalan. Dalam Alkitab kita bisa melihat penyebab penderitaan karena beberapa hal : akibat dosa (Achan yang menyembunyikan emas dan perak rampasan dari Yerikho), perbuatan orang lain (Israel menjadi budak di Mesir), atau atas seijin Tuhan (Ayub sakit, kehilangan harta dan anak dalam waktu bersamaan).

Penderitaan yang dialami oleh satu orang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Semua

tergantung dari bagaimana pengalaman dan keyakinan orang itu sendiri tentang apa yang dialaminya. Tetapi, satu yang pasti Alkitab menjelaskan bahwa penderitaan adalah hal yang dapat merobek jiwa manusia.

Banyak orang yang memilih hal-hal negatif seperti narkoba, seks bebas, okultisme, bahkan bunuh diri sebagai respon dari penderitaan yang dialami, karena merasa tidak sanggup lagi menanggung penderitaan. Penderitaan tersebut menimbulkan keputusasaan dan seperti sulit untuk mengembalikan jiwa yang telah robek untuk utuh kembali.

Saat saya merenungkan tentang penderitaan untuk mempersiapkan tulisan ini, Tuhan sendiri mengajarkan saya tentang arti menderita, lewat kon�ik dengan suami. Ternyata penderitaan bukan masalah yang besar. Rasa menderita hanya masalah pikiran sia-sia yang saya tumpuk dan simpan tanpa membicarakannya pada pasangan. Yang sampai pada satu titik, ketika saya sudah merasa lelah secara �sik dan mental, masalah kecil saja dapat membuat saya marah. Saya merasa

menderita karena masalah kecil yang dulu sangat mudah saya toleransi.

Berkali-kali Roh Kudus mengingatkan saya tentang mengampuni yang adalah sebuah perintah, bukan pilihan. Tentang Tuhan telah mati buat saya dan saya telah diampuni, oleh karena itu, saya pun harus mengampuni pasangan sayang juga. Tapi, semuanya tidak menggoyahkan hati saya. Saya memilih mempertahankan rasa sakit saya agar saya mengingatnya dan tidak

lagi membiarkan pasangan saya melakukan hal yang sama pada saya.

Puji Tuhan, Roh Kudus tidak menyerah. Tuhan kembali mengingatkan bahwa segala sesuatu terjadi untuk suatu kebaikan. Bahkan saat saya merasa sakit oleh tindakan pasangan saya. Tuhan terus mengingatkan bahwa pernikahan yang baik bukanlah pernikahan yang tanpa kon�ik, tapi pernikahan yang duduk bersama dan menyelesaikan semua hal tanpa melupakan kasih.

Akhirnya saya menyerah dan meminta Tuhan memberikan saya kekuatan untuk mengatakan apa yang menjadi isi hati saya pada pasangan saya. Sebagai seorang plegmathis, jujur ini adalah hal yang berat. Saya orang yang memilih lebih baik diam dari pada menyampaikan

pikiran saya dan membuat rumah terasa tidak enak. Roh Kudus tetap terus mendorong saya untuk menyampaikan isi hati saya. Puji Tuhan, waktu saya minta Tuhan untuk memberi situasi yang mendukung, Tuhan berikan. Dan akhirnya, Tuhan pulihkan kembali hubungan kami. Dan membuat kami saling mengerti bahwa sebenarnya kami tidak ingin menyakiti satu sama lain, serta membuat kami belajar komunikasi yang tidak baik akan selalu menjadi kon�ik utama dalam sebuah hubungan.

Jadi, mengapa Tuhan mengijinkan semuanya terjadi antara saya dan pasangan?? Padahal biasanya saya bisa menerima sikapnya dengan santai dan cuek. Firman ini yang mengingatkan saya,

Penderitaan yang saya alami mengajarkan saya untuk bisa menjadi orang yang lebih rendah hati. Rendah hati untuk menyampaikan isi hati, bukan menunggu untuk dimengerti. Penderitaan yang saya alami mengajarkan saya untuk menjadi pribadi yang tidak malas untuk mengkomunikasikan apa yang saya harapkan. Penderitaan yang saya alami, saat saya berespon dengan benar, membangun pribadi saya dan pasangan, membangun iman saya untuk menjadi penolong yang lebih baik.

Selalu ada maksud baik yang ingin Tuhan nyatakan lewat penderitaan-penderitaan yang kita alami. Terkadang Tuhan mengijinkan penderitaan untuk menarik kita dari segala kesibukan agar kembali kepada Tuhan. Terkadang penderitaan Tuhan ijinkan untuk mengajar kita. Bahwa penderitaan itu sendiri datang memang dari hasil perbuatan bodoh kita. Terkadang pula penderitaan Tuhan ijinkan untuk menguji iman kita dan saat kita menang, iman kita semakin dikuatkan. Dan lewat penderitaan Tuhan dapat menyatakan diri-Nya lewat kuasa dan penggenapan janji-janji-Nya.

Bagaimana seseorang mampu bertahan dalam penderitaan yang sepertinya tiada berhenti? Bagaimana Ayub dapat tetap mempertahankan kesalehannya padahal seolah Tuhan sedang menghukumnya? Bagaimana Yusuf dapat tetap bertahan saat saudara-saudaranya menjualnya atau saat ia dijebloskan ke penjara atas kesalahan yang tidak dilakukannya? Bagaimana Paulus tetap bersukacita ditengah tekanan dan kesakitan karena mengabarkan injil?

Ayub berkata,“Hanya dari kata orang saja aku

mengenal Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau”(Ayub 42:5)

Yusuf berkata,“Memang kamu telah

mereka-rekakan yang jahat terhadapaku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.”(Kejadian 50:20)

Paulus berkata,“Dan bukan hanya itu saja. Kita

malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.” (Roma 5:3-5)

asa ‘sakit’ atas penderitaan tidak dapat dihindari, tetapi kita dapat memilih bagaimana

meresponinya. Karena jika kita kembali menelaah setiap penderitaan yang terjadi di sekeliling kita, kita akan menemukan bahwa penderitaan sering kali menjadi terasa sangat lebih sakit karena kita tidak menguatkan roh dan iman kita. Tidak jarang, malahan kita memberi makan diri kita sendiri perkataan-perkataan yang semakin memperparah penderitaan kita. Lalu, bagaimana seharusnya respon kita saat kita mengalami penderitaan?

IMAN DALAM PENDERITAAN

Para nabi dan rasul bertahan dalam penderitaan karena ada pengakuan iman di dalam diri mereka, bahwa Allah berkuasa dalam setiap peristiwa. Mereka mengimani bahwa ada campur tangan Tuhan. Ada kedaulatan penuh yang Tuhan miliki untuk melakukan sesuatu terhadap hidup mereka.

Saya menyadari bahwa iman di dalam Tuhan, percaya bahwa Tuhan selalu turut campur dalam segala perkara, sangat penting kita miliki. Hal ini diteguhkan pada saat saya mengalami kon�ik. Pikiran saya berputar-putar mencari cara untuk memperbaiki kondisi hati saya, tapi hati saya tidak lega. Kenapa?? Karena saya tidak membangun iman saya, bahwa Tuhan mengijinkan setiap penderitaan yang saya alami

memiliki maksud tertentu. Ada yang ingin Tuhan ajarkan, tunjukkan pada saya. Lewat beberapa lama saya berkubang dalam kon�ik tersebut, akhirnya saya mengerti bahwa Tuhan ingin mengajarkan saya banyak hal, diantaranya tentang keterbukaan lebih lagi pada suami saya, tentang bagaimana menyampaikan keinginan-keinginan dan menolong suami saya.

Waktu saya memiliki iman bahwa “Ini adalah cara Tuhan menegur dan mengajar saya sekaligus menjaga pernikahan saya.” Rasa menderita itu menguap. Ada timbul pengharapan yang baru. Ada keyakinan penuh bahwa kami akan melewati masalah ini. Saya berhenti menghakimi dan mulai fokus pada solusi.

Keterbukaan adalah awal dari pemulihan. Tidak ada yang perlu kita lakukan jika kita sendiri tidak mengakui bahwa kita tidak mengalami penderitaan. Tapi, yang perlu kita ingat adalah mengabaikan rasa sakit dengan menekannya jauh ke dalam lubuk hati, akan menjadikannya bom waktu.

Jika sakit, katakan sakit. Jika marah, katakan marah. Tidak ada yang salah dengan setiap emosi yang kita rasakan. Bahkan Tuhan mengijinkan kita marah asalkan kita tidak berbuat dosa.

Keterbukaan pada Tuhan membawa kita pada pengakuan bahwa Tuhan sanggup mengangkat rasa sakit dan luka yang kita alami. Kita mendeklarasikan bahwa Tuhan adalah satu-satunya sumber pemulihan jiwa kita.

Salah satu penyebab seseorang merasa menderita adalah cara pandang. Hal sepele yang sebenarnya dapat kita selesaikan dengan cepat, bisa menjadi sumber kesakitan dan tekanan jiwa kita saat kita terbiasa memikirkan hal-hal yang menekan jiwa kita.

Hari ini saat kita mengalami banyak masalah, sakit penyakit, �tnah, dsb, apa yang menguasai pikiran kita? Pemikiran manusiakah? Atau pemikiran Tuhan. Sangat penting bagi kita untuk membangun iman kita dengan memakai kacamata Tuhan.

Saat kita berada dalam penderitaan, hal apa yang lebih sering kita baca dan dengar? Jangan lakukan seperti saya. Di saat merasa kesal dan tertekan, saya malahan mencari-cari pembenaran diri. Saya membaca tentang dosa-dosa suami, kesalahan-kesalahan suami, bagaimana penderitaan istri yang akhirnya semakin memperburuk kondisi saya.

Karena sering membaca hal-hal demikian, timbullah pemikiran-pemikiran, mungkin seharusnya saya memberi pelajaran pada suami saya. Mungkin seharusnya saya mati saja supaya dia puas. Mungkin seharusnya saya tidak perlu mengurus dia, biar dia tahu kalau saya begini dan begitu.

Saya malah semakin melukai diri saya sendiri dan memberi makan amarah saya.

Bagaimana dengan teman-teman? Apa yang teman baca dan dengar akhir-akhir ini? Ingatlah setiap hari, bahwa iman kita terbangun dari kesetiaan mendengar, membaca, dan menyimak Firman Tuhan. Dari situ kita percaya pada apa yang Tuhan lakukan dan tetapkan. Dengan cara itulah kita menaklukan pikiran-pikiran manusia kita di bawah kaki Tuhan dan akan Tuhan gantikan dengan pikiran-pikiran yang berasal dari Dia yang membangkitkan iman dan menguatkan roh kita.

Roma 8:28 adalah janji Tuhan. Dalam segala sesuatu Ia turut bekerja. Kita tidak ditinggal sendirian. Masalah kita tidak kita hadapi sendirian. Mungkin rasanya tidak ada yang membela perkara kita, tetapi ingatlah selalu bahwa Tuhan mendengar seruan hati kita, Ia menghitung setiap tetesan air mata kita.

Hari ini temukan janji-janji Tuhan dalam Firman-Nya. Penderitaan apa yang kita alami? Temukan janji Tuhan Firman-Nya. Di sana banyak janji Tuhan untuk setiap kondisi dalam hidup kita. Ingatlah pula bahwa dalam setiap janji-Nya, Tuhan tidak pernah ingkar janji.

www.majalahpearl.com

ACLOSERWALK

Page 61: Majalah Pearl 29

Ada begitu banyak macam-macam penderitaan di dalam dunia. Mulai dari bencana, sakit penyakit, hubungan yang rusak, penganiayaan, perang atau kegagalan. Dalam Alkitab kita bisa melihat penyebab penderitaan karena beberapa hal : akibat dosa (Achan yang menyembunyikan emas dan perak rampasan dari Yerikho), perbuatan orang lain (Israel menjadi budak di Mesir), atau atas seijin Tuhan (Ayub sakit, kehilangan harta dan anak dalam waktu bersamaan).

Penderitaan yang dialami oleh satu orang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Semua

tergantung dari bagaimana pengalaman dan keyakinan orang itu sendiri tentang apa yang dialaminya. Tetapi, satu yang pasti Alkitab menjelaskan bahwa penderitaan adalah hal yang dapat merobek jiwa manusia.

Banyak orang yang memilih hal-hal negatif seperti narkoba, seks bebas, okultisme, bahkan bunuh diri sebagai respon dari penderitaan yang dialami, karena merasa tidak sanggup lagi menanggung penderitaan. Penderitaan tersebut menimbulkan keputusasaan dan seperti sulit untuk mengembalikan jiwa yang telah robek untuk utuh kembali.

Saat saya merenungkan tentang penderitaan untuk mempersiapkan tulisan ini, Tuhan sendiri mengajarkan saya tentang arti menderita, lewat kon�ik dengan suami. Ternyata penderitaan bukan masalah yang besar. Rasa menderita hanya masalah pikiran sia-sia yang saya tumpuk dan simpan tanpa membicarakannya pada pasangan. Yang sampai pada satu titik, ketika saya sudah merasa lelah secara �sik dan mental, masalah kecil saja dapat membuat saya marah. Saya merasa

menderita karena masalah kecil yang dulu sangat mudah saya toleransi.

Berkali-kali Roh Kudus mengingatkan saya tentang mengampuni yang adalah sebuah perintah, bukan pilihan. Tentang Tuhan telah mati buat saya dan saya telah diampuni, oleh karena itu, saya pun harus mengampuni pasangan sayang juga. Tapi, semuanya tidak menggoyahkan hati saya. Saya memilih mempertahankan rasa sakit saya agar saya mengingatnya dan tidak

lagi membiarkan pasangan saya melakukan hal yang sama pada saya.

Puji Tuhan, Roh Kudus tidak menyerah. Tuhan kembali mengingatkan bahwa segala sesuatu terjadi untuk suatu kebaikan. Bahkan saat saya merasa sakit oleh tindakan pasangan saya. Tuhan terus mengingatkan bahwa pernikahan yang baik bukanlah pernikahan yang tanpa kon�ik, tapi pernikahan yang duduk bersama dan menyelesaikan semua hal tanpa melupakan kasih.

Akhirnya saya menyerah dan meminta Tuhan memberikan saya kekuatan untuk mengatakan apa yang menjadi isi hati saya pada pasangan saya. Sebagai seorang plegmathis, jujur ini adalah hal yang berat. Saya orang yang memilih lebih baik diam dari pada menyampaikan

pikiran saya dan membuat rumah terasa tidak enak. Roh Kudus tetap terus mendorong saya untuk menyampaikan isi hati saya. Puji Tuhan, waktu saya minta Tuhan untuk memberi situasi yang mendukung, Tuhan berikan. Dan akhirnya, Tuhan pulihkan kembali hubungan kami. Dan membuat kami saling mengerti bahwa sebenarnya kami tidak ingin menyakiti satu sama lain, serta membuat kami belajar komunikasi yang tidak baik akan selalu menjadi kon�ik utama dalam sebuah hubungan.

Jadi, mengapa Tuhan mengijinkan semuanya terjadi antara saya dan pasangan?? Padahal biasanya saya bisa menerima sikapnya dengan santai dan cuek. Firman ini yang mengingatkan saya,

Penderitaan yang saya alami mengajarkan saya untuk bisa menjadi orang yang lebih rendah hati. Rendah hati untuk menyampaikan isi hati, bukan menunggu untuk dimengerti. Penderitaan yang saya alami mengajarkan saya untuk menjadi pribadi yang tidak malas untuk mengkomunikasikan apa yang saya harapkan. Penderitaan yang saya alami, saat saya berespon dengan benar, membangun pribadi saya dan pasangan, membangun iman saya untuk menjadi penolong yang lebih baik.

Selalu ada maksud baik yang ingin Tuhan nyatakan lewat penderitaan-penderitaan yang kita alami. Terkadang Tuhan mengijinkan penderitaan untuk menarik kita dari segala kesibukan agar kembali kepada Tuhan. Terkadang penderitaan Tuhan ijinkan untuk mengajar kita. Bahwa penderitaan itu sendiri datang memang dari hasil perbuatan bodoh kita. Terkadang pula penderitaan Tuhan ijinkan untuk menguji iman kita dan saat kita menang, iman kita semakin dikuatkan. Dan lewat penderitaan Tuhan dapat menyatakan diri-Nya lewat kuasa dan penggenapan janji-janji-Nya.

Bagaimana seseorang mampu bertahan dalam penderitaan yang sepertinya tiada berhenti? Bagaimana Ayub dapat tetap mempertahankan kesalehannya padahal seolah Tuhan sedang menghukumnya? Bagaimana Yusuf dapat tetap bertahan saat saudara-saudaranya menjualnya atau saat ia dijebloskan ke penjara atas kesalahan yang tidak dilakukannya? Bagaimana Paulus tetap bersukacita ditengah tekanan dan kesakitan karena mengabarkan injil?

Ayub berkata,“Hanya dari kata orang saja aku

mengenal Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau”(Ayub 42:5)

Yusuf berkata,“Memang kamu telah

mereka-rekakan yang jahat terhadapaku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.”(Kejadian 50:20)

Paulus berkata,“Dan bukan hanya itu saja. Kita

malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.” (Roma 5:3-5)

asa ‘sakit’ atas penderitaan tidak dapat dihindari, tetapi kita dapat memilih bagaimana

meresponinya. Karena jika kita kembali menelaah setiap penderitaan yang terjadi di sekeliling kita, kita akan menemukan bahwa penderitaan sering kali menjadi terasa sangat lebih sakit karena kita tidak menguatkan roh dan iman kita. Tidak jarang, malahan kita memberi makan diri kita sendiri perkataan-perkataan yang semakin memperparah penderitaan kita. Lalu, bagaimana seharusnya respon kita saat kita mengalami penderitaan?

Para nabi dan rasul bertahan dalam penderitaan karena ada pengakuan iman di dalam diri mereka, bahwa Allah berkuasa dalam setiap peristiwa. Mereka mengimani bahwa ada campur tangan Tuhan. Ada kedaulatan penuh yang Tuhan miliki untuk melakukan sesuatu terhadap hidup mereka.

Saya menyadari bahwa iman di dalam Tuhan, percaya bahwa Tuhan selalu turut campur dalam segala perkara, sangat penting kita miliki. Hal ini diteguhkan pada saat saya mengalami kon�ik. Pikiran saya berputar-putar mencari cara untuk memperbaiki kondisi hati saya, tapi hati saya tidak lega. Kenapa?? Karena saya tidak membangun iman saya, bahwa Tuhan mengijinkan setiap penderitaan yang saya alami

memiliki maksud tertentu. Ada yang ingin Tuhan ajarkan, tunjukkan pada saya. Lewat beberapa lama saya berkubang dalam kon�ik tersebut, akhirnya saya mengerti bahwa Tuhan ingin mengajarkan saya banyak hal, diantaranya tentang keterbukaan lebih lagi pada suami saya, tentang bagaimana menyampaikan keinginan-keinginan dan menolong suami saya.

Waktu saya memiliki iman bahwa “Ini adalah cara Tuhan menegur dan mengajar saya sekaligus menjaga pernikahan saya.” Rasa menderita itu menguap. Ada timbul pengharapan yang baru. Ada keyakinan penuh bahwa kami akan melewati masalah ini. Saya berhenti menghakimi dan mulai fokus pada solusi.

Keterbukaan adalah awal dari pemulihan. Tidak ada yang perlu kita lakukan jika kita sendiri tidak mengakui bahwa kita tidak mengalami penderitaan. Tapi, yang perlu kita ingat adalah mengabaikan rasa sakit dengan menekannya jauh ke dalam lubuk hati, akan menjadikannya bom waktu.

Jika sakit, katakan sakit. Jika marah, katakan marah. Tidak ada yang salah dengan setiap emosi yang kita rasakan. Bahkan Tuhan mengijinkan kita marah asalkan kita tidak berbuat dosa.

Keterbukaan pada Tuhan membawa kita pada pengakuan bahwa Tuhan sanggup mengangkat rasa sakit dan luka yang kita alami. Kita mendeklarasikan bahwa Tuhan adalah satu-satunya sumber pemulihan jiwa kita.

Salah satu penyebab seseorang merasa menderita adalah cara pandang. Hal sepele yang sebenarnya dapat kita selesaikan dengan cepat, bisa menjadi sumber kesakitan dan tekanan jiwa kita saat kita terbiasa memikirkan hal-hal yang menekan jiwa kita.

Hari ini saat kita mengalami banyak masalah, sakit penyakit, �tnah, dsb, apa yang menguasai pikiran kita? Pemikiran manusiakah? Atau pemikiran Tuhan. Sangat penting bagi kita untuk membangun iman kita dengan memakai kacamata Tuhan.

Saat kita berada dalam penderitaan, hal apa yang lebih sering kita baca dan dengar? Jangan lakukan seperti saya. Di saat merasa kesal dan tertekan, saya malahan mencari-cari pembenaran diri. Saya membaca tentang dosa-dosa suami, kesalahan-kesalahan suami, bagaimana penderitaan istri yang akhirnya semakin memperburuk kondisi saya.

Karena sering membaca hal-hal demikian, timbullah pemikiran-pemikiran, mungkin seharusnya saya memberi pelajaran pada suami saya. Mungkin seharusnya saya mati saja supaya dia puas. Mungkin seharusnya saya tidak perlu mengurus dia, biar dia tahu kalau saya begini dan begitu.

Saya malah semakin melukai diri saya sendiri dan memberi makan amarah saya.

Bagaimana dengan teman-teman? Apa yang teman baca dan dengar akhir-akhir ini? Ingatlah setiap hari, bahwa iman kita terbangun dari kesetiaan mendengar, membaca, dan menyimak Firman Tuhan. Dari situ kita percaya pada apa yang Tuhan lakukan dan tetapkan. Dengan cara itulah kita menaklukan pikiran-pikiran manusia kita di bawah kaki Tuhan dan akan Tuhan gantikan dengan pikiran-pikiran yang berasal dari Dia yang membangkitkan iman dan menguatkan roh kita.

Roma 8:28 adalah janji Tuhan. Dalam segala sesuatu Ia turut bekerja. Kita tidak ditinggal sendirian. Masalah kita tidak kita hadapi sendirian. Mungkin rasanya tidak ada yang membela perkara kita, tetapi ingatlah selalu bahwa Tuhan mendengar seruan hati kita, Ia menghitung setiap tetesan air mata kita.

Hari ini temukan janji-janji Tuhan dalam Firman-Nya. Penderitaan apa yang kita alami? Temukan janji Tuhan Firman-Nya. Di sana banyak janji Tuhan untuk setiap kondisi dalam hidup kita. Ingatlah pula bahwa dalam setiap janji-Nya, Tuhan tidak pernah ingkar janji.

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

Page 62: Majalah Pearl 29

Ada begitu banyak macam-macam penderitaan di dalam dunia. Mulai dari bencana, sakit penyakit, hubungan yang rusak, penganiayaan, perang atau kegagalan. Dalam Alkitab kita bisa melihat penyebab penderitaan karena beberapa hal : akibat dosa (Achan yang menyembunyikan emas dan perak rampasan dari Yerikho), perbuatan orang lain (Israel menjadi budak di Mesir), atau atas seijin Tuhan (Ayub sakit, kehilangan harta dan anak dalam waktu bersamaan).

Penderitaan yang dialami oleh satu orang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Semua

tergantung dari bagaimana pengalaman dan keyakinan orang itu sendiri tentang apa yang dialaminya. Tetapi, satu yang pasti Alkitab menjelaskan bahwa penderitaan adalah hal yang dapat merobek jiwa manusia.

Banyak orang yang memilih hal-hal negatif seperti narkoba, seks bebas, okultisme, bahkan bunuh diri sebagai respon dari penderitaan yang dialami, karena merasa tidak sanggup lagi menanggung penderitaan. Penderitaan tersebut menimbulkan keputusasaan dan seperti sulit untuk mengembalikan jiwa yang telah robek untuk utuh kembali.

Saat saya merenungkan tentang penderitaan untuk mempersiapkan tulisan ini, Tuhan sendiri mengajarkan saya tentang arti menderita, lewat kon�ik dengan suami. Ternyata penderitaan bukan masalah yang besar. Rasa menderita hanya masalah pikiran sia-sia yang saya tumpuk dan simpan tanpa membicarakannya pada pasangan. Yang sampai pada satu titik, ketika saya sudah merasa lelah secara �sik dan mental, masalah kecil saja dapat membuat saya marah. Saya merasa

menderita karena masalah kecil yang dulu sangat mudah saya toleransi.

Berkali-kali Roh Kudus mengingatkan saya tentang mengampuni yang adalah sebuah perintah, bukan pilihan. Tentang Tuhan telah mati buat saya dan saya telah diampuni, oleh karena itu, saya pun harus mengampuni pasangan sayang juga. Tapi, semuanya tidak menggoyahkan hati saya. Saya memilih mempertahankan rasa sakit saya agar saya mengingatnya dan tidak

lagi membiarkan pasangan saya melakukan hal yang sama pada saya.

Puji Tuhan, Roh Kudus tidak menyerah. Tuhan kembali mengingatkan bahwa segala sesuatu terjadi untuk suatu kebaikan. Bahkan saat saya merasa sakit oleh tindakan pasangan saya. Tuhan terus mengingatkan bahwa pernikahan yang baik bukanlah pernikahan yang tanpa kon�ik, tapi pernikahan yang duduk bersama dan menyelesaikan semua hal tanpa melupakan kasih.

Akhirnya saya menyerah dan meminta Tuhan memberikan saya kekuatan untuk mengatakan apa yang menjadi isi hati saya pada pasangan saya. Sebagai seorang plegmathis, jujur ini adalah hal yang berat. Saya orang yang memilih lebih baik diam dari pada menyampaikan

pikiran saya dan membuat rumah terasa tidak enak. Roh Kudus tetap terus mendorong saya untuk menyampaikan isi hati saya. Puji Tuhan, waktu saya minta Tuhan untuk memberi situasi yang mendukung, Tuhan berikan. Dan akhirnya, Tuhan pulihkan kembali hubungan kami. Dan membuat kami saling mengerti bahwa sebenarnya kami tidak ingin menyakiti satu sama lain, serta membuat kami belajar komunikasi yang tidak baik akan selalu menjadi kon�ik utama dalam sebuah hubungan.

Jadi, mengapa Tuhan mengijinkan semuanya terjadi antara saya dan pasangan?? Padahal biasanya saya bisa menerima sikapnya dengan santai dan cuek. Firman ini yang mengingatkan saya,

Penderitaan yang saya alami mengajarkan saya untuk bisa menjadi orang yang lebih rendah hati. Rendah hati untuk menyampaikan isi hati, bukan menunggu untuk dimengerti. Penderitaan yang saya alami mengajarkan saya untuk menjadi pribadi yang tidak malas untuk mengkomunikasikan apa yang saya harapkan. Penderitaan yang saya alami, saat saya berespon dengan benar, membangun pribadi saya dan pasangan, membangun iman saya untuk menjadi penolong yang lebih baik.

Selalu ada maksud baik yang ingin Tuhan nyatakan lewat penderitaan-penderitaan yang kita alami. Terkadang Tuhan mengijinkan penderitaan untuk menarik kita dari segala kesibukan agar kembali kepada Tuhan. Terkadang penderitaan Tuhan ijinkan untuk mengajar kita. Bahwa penderitaan itu sendiri datang memang dari hasil perbuatan bodoh kita. Terkadang pula penderitaan Tuhan ijinkan untuk menguji iman kita dan saat kita menang, iman kita semakin dikuatkan. Dan lewat penderitaan Tuhan dapat menyatakan diri-Nya lewat kuasa dan penggenapan janji-janji-Nya.

Bagaimana seseorang mampu bertahan dalam penderitaan yang sepertinya tiada berhenti? Bagaimana Ayub dapat tetap mempertahankan kesalehannya padahal seolah Tuhan sedang menghukumnya? Bagaimana Yusuf dapat tetap bertahan saat saudara-saudaranya menjualnya atau saat ia dijebloskan ke penjara atas kesalahan yang tidak dilakukannya? Bagaimana Paulus tetap bersukacita ditengah tekanan dan kesakitan karena mengabarkan injil?

Ayub berkata,“Hanya dari kata orang saja aku

mengenal Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau”(Ayub 42:5)

Yusuf berkata,“Memang kamu telah

mereka-rekakan yang jahat terhadapaku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.”(Kejadian 50:20)

Paulus berkata,“Dan bukan hanya itu saja. Kita

malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.” (Roma 5:3-5)

asa ‘sakit’ atas penderitaan tidak dapat dihindari, tetapi kita dapat memilih bagaimana

meresponinya. Karena jika kita kembali menelaah setiap penderitaan yang terjadi di sekeliling kita, kita akan menemukan bahwa penderitaan sering kali menjadi terasa sangat lebih sakit karena kita tidak menguatkan roh dan iman kita. Tidak jarang, malahan kita memberi makan diri kita sendiri perkataan-perkataan yang semakin memperparah penderitaan kita. Lalu, bagaimana seharusnya respon kita saat kita mengalami penderitaan?

Para nabi dan rasul bertahan dalam penderitaan karena ada pengakuan iman di dalam diri mereka, bahwa Allah berkuasa dalam setiap peristiwa. Mereka mengimani bahwa ada campur tangan Tuhan. Ada kedaulatan penuh yang Tuhan miliki untuk melakukan sesuatu terhadap hidup mereka.

Saya menyadari bahwa iman di dalam Tuhan, percaya bahwa Tuhan selalu turut campur dalam segala perkara, sangat penting kita miliki. Hal ini diteguhkan pada saat saya mengalami kon�ik. Pikiran saya berputar-putar mencari cara untuk memperbaiki kondisi hati saya, tapi hati saya tidak lega. Kenapa?? Karena saya tidak membangun iman saya, bahwa Tuhan mengijinkan setiap penderitaan yang saya alami

memiliki maksud tertentu. Ada yang ingin Tuhan ajarkan, tunjukkan pada saya. Lewat beberapa lama saya berkubang dalam kon�ik tersebut, akhirnya saya mengerti bahwa Tuhan ingin mengajarkan saya banyak hal, diantaranya tentang keterbukaan lebih lagi pada suami saya, tentang bagaimana menyampaikan keinginan-keinginan dan menolong suami saya.

Waktu saya memiliki iman bahwa “Ini adalah cara Tuhan menegur dan mengajar saya sekaligus menjaga pernikahan saya.” Rasa menderita itu menguap. Ada timbul pengharapan yang baru. Ada keyakinan penuh bahwa kami akan melewati masalah ini. Saya berhenti menghakimi dan mulai fokus pada solusi.

MEMBANGUN IMAN DALAM PENDERITAAN

Keterbukaan adalah awal dari pemulihan. Tidak ada yang perlu kita lakukan jika kita sendiri tidak mengakui bahwa kita tidak mengalami penderitaan. Tapi, yang perlu kita ingat adalah mengabaikan rasa sakit dengan menekannya jauh ke dalam lubuk hati, akan menjadikannya bom waktu.

Jika sakit, katakan sakit. Jika marah, katakan marah. Tidak ada yang salah dengan setiap emosi yang kita rasakan. Bahkan Tuhan mengijinkan kita marah asalkan kita tidak berbuat dosa.

Keterbukaan pada Tuhan membawa kita pada pengakuan bahwa Tuhan sanggup mengangkat rasa sakit dan luka yang kita alami. Kita mendeklarasikan bahwa Tuhan adalah satu-satunya sumber pemulihan jiwa kita.

Terbuka di hadapan Tuhan

1.Salah satu penyebab

seseorang merasa menderita adalah cara pandang. Hal sepele yang sebenarnya dapat kita selesaikan dengan cepat, bisa menjadi sumber kesakitan dan tekanan jiwa kita saat kita terbiasa memikirkan hal-hal yang menekan jiwa kita.

Hari ini saat kita mengalami banyak masalah, sakit penyakit, �tnah, dsb, apa yang menguasai pikiran kita? Pemikiran manusiakah? Atau pemikiran Tuhan. Sangat penting bagi kita untuk membangun iman kita dengan memakai kacamata Tuhan.

Menaklukkan pikiran manusia kita di bawah kaki Tuhan

2.Saat kita berada dalam

penderitaan, hal apa yang lebih sering kita baca dan dengar? Jangan lakukan seperti saya. Di saat merasa kesal dan tertekan, saya malahan mencari-cari pembenaran diri. Saya membaca tentang dosa-dosa suami, kesalahan-kesalahan suami, bagaimana penderitaan istri yang akhirnya semakin memperburuk kondisi saya.

Karena sering membaca hal-hal demikian, timbullah pemikiran-pemikiran, mungkin seharusnya saya memberi pelajaran pada suami saya. Mungkin seharusnya saya mati saja supaya dia puas. Mungkin seharusnya saya tidak perlu mengurus dia, biar dia tahu kalau saya begini dan begitu.

Saya malah semakin melukai diri saya sendiri dan memberi makan amarah saya.

Bagaimana dengan teman-teman? Apa yang teman baca dan dengar akhir-akhir ini? Ingatlah setiap hari, bahwa iman kita terbangun dari kesetiaan mendengar, membaca, dan menyimak Firman Tuhan. Dari situ kita percaya pada apa yang Tuhan lakukan dan tetapkan. Dengan cara itulah kita menaklukan pikiran-pikiran manusia kita di bawah kaki Tuhan dan akan Tuhan gantikan dengan pikiran-pikiran yang berasal dari Dia yang membangkitkan iman dan menguatkan roh kita.

Roma 8:28 adalah janji Tuhan. Dalam segala sesuatu Ia turut bekerja. Kita tidak ditinggal sendirian. Masalah kita tidak kita hadapi sendirian. Mungkin rasanya tidak ada yang membela perkara kita, tetapi ingatlah selalu bahwa Tuhan mendengar seruan hati kita, Ia menghitung setiap tetesan air mata kita.

Hari ini temukan janji-janji Tuhan dalam Firman-Nya. Penderitaan apa yang kita alami? Temukan janji Tuhan Firman-Nya. Di sana banyak janji Tuhan untuk setiap kondisi dalam hidup kita. Ingatlah pula bahwa dalam setiap janji-Nya, Tuhan tidak pernah ingkar janji.

Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran

oleh �rman Kristus.Roma 10: 17

www.majalahpearl.com

ACLOSERWALK

Page 63: Majalah Pearl 29

Ada begitu banyak macam-macam penderitaan di dalam dunia. Mulai dari bencana, sakit penyakit, hubungan yang rusak, penganiayaan, perang atau kegagalan. Dalam Alkitab kita bisa melihat penyebab penderitaan karena beberapa hal : akibat dosa (Achan yang menyembunyikan emas dan perak rampasan dari Yerikho), perbuatan orang lain (Israel menjadi budak di Mesir), atau atas seijin Tuhan (Ayub sakit, kehilangan harta dan anak dalam waktu bersamaan).

Penderitaan yang dialami oleh satu orang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Semua

tergantung dari bagaimana pengalaman dan keyakinan orang itu sendiri tentang apa yang dialaminya. Tetapi, satu yang pasti Alkitab menjelaskan bahwa penderitaan adalah hal yang dapat merobek jiwa manusia.

Banyak orang yang memilih hal-hal negatif seperti narkoba, seks bebas, okultisme, bahkan bunuh diri sebagai respon dari penderitaan yang dialami, karena merasa tidak sanggup lagi menanggung penderitaan. Penderitaan tersebut menimbulkan keputusasaan dan seperti sulit untuk mengembalikan jiwa yang telah robek untuk utuh kembali.

Saat saya merenungkan tentang penderitaan untuk mempersiapkan tulisan ini, Tuhan sendiri mengajarkan saya tentang arti menderita, lewat kon�ik dengan suami. Ternyata penderitaan bukan masalah yang besar. Rasa menderita hanya masalah pikiran sia-sia yang saya tumpuk dan simpan tanpa membicarakannya pada pasangan. Yang sampai pada satu titik, ketika saya sudah merasa lelah secara �sik dan mental, masalah kecil saja dapat membuat saya marah. Saya merasa

menderita karena masalah kecil yang dulu sangat mudah saya toleransi.

Berkali-kali Roh Kudus mengingatkan saya tentang mengampuni yang adalah sebuah perintah, bukan pilihan. Tentang Tuhan telah mati buat saya dan saya telah diampuni, oleh karena itu, saya pun harus mengampuni pasangan sayang juga. Tapi, semuanya tidak menggoyahkan hati saya. Saya memilih mempertahankan rasa sakit saya agar saya mengingatnya dan tidak

lagi membiarkan pasangan saya melakukan hal yang sama pada saya.

Puji Tuhan, Roh Kudus tidak menyerah. Tuhan kembali mengingatkan bahwa segala sesuatu terjadi untuk suatu kebaikan. Bahkan saat saya merasa sakit oleh tindakan pasangan saya. Tuhan terus mengingatkan bahwa pernikahan yang baik bukanlah pernikahan yang tanpa kon�ik, tapi pernikahan yang duduk bersama dan menyelesaikan semua hal tanpa melupakan kasih.

Akhirnya saya menyerah dan meminta Tuhan memberikan saya kekuatan untuk mengatakan apa yang menjadi isi hati saya pada pasangan saya. Sebagai seorang plegmathis, jujur ini adalah hal yang berat. Saya orang yang memilih lebih baik diam dari pada menyampaikan

pikiran saya dan membuat rumah terasa tidak enak. Roh Kudus tetap terus mendorong saya untuk menyampaikan isi hati saya. Puji Tuhan, waktu saya minta Tuhan untuk memberi situasi yang mendukung, Tuhan berikan. Dan akhirnya, Tuhan pulihkan kembali hubungan kami. Dan membuat kami saling mengerti bahwa sebenarnya kami tidak ingin menyakiti satu sama lain, serta membuat kami belajar komunikasi yang tidak baik akan selalu menjadi kon�ik utama dalam sebuah hubungan.

Jadi, mengapa Tuhan mengijinkan semuanya terjadi antara saya dan pasangan?? Padahal biasanya saya bisa menerima sikapnya dengan santai dan cuek. Firman ini yang mengingatkan saya,

Penderitaan yang saya alami mengajarkan saya untuk bisa menjadi orang yang lebih rendah hati. Rendah hati untuk menyampaikan isi hati, bukan menunggu untuk dimengerti. Penderitaan yang saya alami mengajarkan saya untuk menjadi pribadi yang tidak malas untuk mengkomunikasikan apa yang saya harapkan. Penderitaan yang saya alami, saat saya berespon dengan benar, membangun pribadi saya dan pasangan, membangun iman saya untuk menjadi penolong yang lebih baik.

Selalu ada maksud baik yang ingin Tuhan nyatakan lewat penderitaan-penderitaan yang kita alami. Terkadang Tuhan mengijinkan penderitaan untuk menarik kita dari segala kesibukan agar kembali kepada Tuhan. Terkadang penderitaan Tuhan ijinkan untuk mengajar kita. Bahwa penderitaan itu sendiri datang memang dari hasil perbuatan bodoh kita. Terkadang pula penderitaan Tuhan ijinkan untuk menguji iman kita dan saat kita menang, iman kita semakin dikuatkan. Dan lewat penderitaan Tuhan dapat menyatakan diri-Nya lewat kuasa dan penggenapan janji-janji-Nya.

Bagaimana seseorang mampu bertahan dalam penderitaan yang sepertinya tiada berhenti? Bagaimana Ayub dapat tetap mempertahankan kesalehannya padahal seolah Tuhan sedang menghukumnya? Bagaimana Yusuf dapat tetap bertahan saat saudara-saudaranya menjualnya atau saat ia dijebloskan ke penjara atas kesalahan yang tidak dilakukannya? Bagaimana Paulus tetap bersukacita ditengah tekanan dan kesakitan karena mengabarkan injil?

Ayub berkata,“Hanya dari kata orang saja aku

mengenal Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau”(Ayub 42:5)

Yusuf berkata,“Memang kamu telah

mereka-rekakan yang jahat terhadapaku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.”(Kejadian 50:20)

Paulus berkata,“Dan bukan hanya itu saja. Kita

malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.” (Roma 5:3-5)

asa ‘sakit’ atas penderitaan tidak dapat dihindari, tetapi kita dapat memilih bagaimana

meresponinya. Karena jika kita kembali menelaah setiap penderitaan yang terjadi di sekeliling kita, kita akan menemukan bahwa penderitaan sering kali menjadi terasa sangat lebih sakit karena kita tidak menguatkan roh dan iman kita. Tidak jarang, malahan kita memberi makan diri kita sendiri perkataan-perkataan yang semakin memperparah penderitaan kita. Lalu, bagaimana seharusnya respon kita saat kita mengalami penderitaan?

Para nabi dan rasul bertahan dalam penderitaan karena ada pengakuan iman di dalam diri mereka, bahwa Allah berkuasa dalam setiap peristiwa. Mereka mengimani bahwa ada campur tangan Tuhan. Ada kedaulatan penuh yang Tuhan miliki untuk melakukan sesuatu terhadap hidup mereka.

Saya menyadari bahwa iman di dalam Tuhan, percaya bahwa Tuhan selalu turut campur dalam segala perkara, sangat penting kita miliki. Hal ini diteguhkan pada saat saya mengalami kon�ik. Pikiran saya berputar-putar mencari cara untuk memperbaiki kondisi hati saya, tapi hati saya tidak lega. Kenapa?? Karena saya tidak membangun iman saya, bahwa Tuhan mengijinkan setiap penderitaan yang saya alami

memiliki maksud tertentu. Ada yang ingin Tuhan ajarkan, tunjukkan pada saya. Lewat beberapa lama saya berkubang dalam kon�ik tersebut, akhirnya saya mengerti bahwa Tuhan ingin mengajarkan saya banyak hal, diantaranya tentang keterbukaan lebih lagi pada suami saya, tentang bagaimana menyampaikan keinginan-keinginan dan menolong suami saya.

Waktu saya memiliki iman bahwa “Ini adalah cara Tuhan menegur dan mengajar saya sekaligus menjaga pernikahan saya.” Rasa menderita itu menguap. Ada timbul pengharapan yang baru. Ada keyakinan penuh bahwa kami akan melewati masalah ini. Saya berhenti menghakimi dan mulai fokus pada solusi.

Keterbukaan adalah awal dari pemulihan. Tidak ada yang perlu kita lakukan jika kita sendiri tidak mengakui bahwa kita tidak mengalami penderitaan. Tapi, yang perlu kita ingat adalah mengabaikan rasa sakit dengan menekannya jauh ke dalam lubuk hati, akan menjadikannya bom waktu.

Jika sakit, katakan sakit. Jika marah, katakan marah. Tidak ada yang salah dengan setiap emosi yang kita rasakan. Bahkan Tuhan mengijinkan kita marah asalkan kita tidak berbuat dosa.

Keterbukaan pada Tuhan membawa kita pada pengakuan bahwa Tuhan sanggup mengangkat rasa sakit dan luka yang kita alami. Kita mendeklarasikan bahwa Tuhan adalah satu-satunya sumber pemulihan jiwa kita.

Salah satu penyebab seseorang merasa menderita adalah cara pandang. Hal sepele yang sebenarnya dapat kita selesaikan dengan cepat, bisa menjadi sumber kesakitan dan tekanan jiwa kita saat kita terbiasa memikirkan hal-hal yang menekan jiwa kita.

Hari ini saat kita mengalami banyak masalah, sakit penyakit, �tnah, dsb, apa yang menguasai pikiran kita? Pemikiran manusiakah? Atau pemikiran Tuhan. Sangat penting bagi kita untuk membangun iman kita dengan memakai kacamata Tuhan.

Saat kita berada dalam penderitaan, hal apa yang lebih sering kita baca dan dengar? Jangan lakukan seperti saya. Di saat merasa kesal dan tertekan, saya malahan mencari-cari pembenaran diri. Saya membaca tentang dosa-dosa suami, kesalahan-kesalahan suami, bagaimana penderitaan istri yang akhirnya semakin memperburuk kondisi saya.

Karena sering membaca hal-hal demikian, timbullah pemikiran-pemikiran, mungkin seharusnya saya memberi pelajaran pada suami saya. Mungkin seharusnya saya mati saja supaya dia puas. Mungkin seharusnya saya tidak perlu mengurus dia, biar dia tahu kalau saya begini dan begitu.

Saya malah semakin melukai diri saya sendiri dan memberi makan amarah saya.

Bagaimana dengan teman-teman? Apa yang teman baca dan dengar akhir-akhir ini? Ingatlah setiap hari, bahwa iman kita terbangun dari kesetiaan mendengar, membaca, dan menyimak Firman Tuhan. Dari situ kita percaya pada apa yang Tuhan lakukan dan tetapkan. Dengan cara itulah kita menaklukan pikiran-pikiran manusia kita di bawah kaki Tuhan dan akan Tuhan gantikan dengan pikiran-pikiran yang berasal dari Dia yang membangkitkan iman dan menguatkan roh kita.

Roma 8:28 adalah janji Tuhan. Dalam segala sesuatu Ia turut bekerja. Kita tidak ditinggal sendirian. Masalah kita tidak kita hadapi sendirian. Mungkin rasanya tidak ada yang membela perkara kita, tetapi ingatlah selalu bahwa Tuhan mendengar seruan hati kita, Ia menghitung setiap tetesan air mata kita.

Hari ini temukan janji-janji Tuhan dalam Firman-Nya. Penderitaan apa yang kita alami? Temukan janji Tuhan Firman-Nya. Di sana banyak janji Tuhan untuk setiap kondisi dalam hidup kita. Ingatlah pula bahwa dalam setiap janji-Nya, Tuhan tidak pernah ingkar janji.

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

Page 64: Majalah Pearl 29

Ada begitu banyak macam-macam penderitaan di dalam dunia. Mulai dari bencana, sakit penyakit, hubungan yang rusak, penganiayaan, perang atau kegagalan. Dalam Alkitab kita bisa melihat penyebab penderitaan karena beberapa hal : akibat dosa (Achan yang menyembunyikan emas dan perak rampasan dari Yerikho), perbuatan orang lain (Israel menjadi budak di Mesir), atau atas seijin Tuhan (Ayub sakit, kehilangan harta dan anak dalam waktu bersamaan).

Penderitaan yang dialami oleh satu orang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Semua

tergantung dari bagaimana pengalaman dan keyakinan orang itu sendiri tentang apa yang dialaminya. Tetapi, satu yang pasti Alkitab menjelaskan bahwa penderitaan adalah hal yang dapat merobek jiwa manusia.

Banyak orang yang memilih hal-hal negatif seperti narkoba, seks bebas, okultisme, bahkan bunuh diri sebagai respon dari penderitaan yang dialami, karena merasa tidak sanggup lagi menanggung penderitaan. Penderitaan tersebut menimbulkan keputusasaan dan seperti sulit untuk mengembalikan jiwa yang telah robek untuk utuh kembali.

Saat saya merenungkan tentang penderitaan untuk mempersiapkan tulisan ini, Tuhan sendiri mengajarkan saya tentang arti menderita, lewat kon�ik dengan suami. Ternyata penderitaan bukan masalah yang besar. Rasa menderita hanya masalah pikiran sia-sia yang saya tumpuk dan simpan tanpa membicarakannya pada pasangan. Yang sampai pada satu titik, ketika saya sudah merasa lelah secara �sik dan mental, masalah kecil saja dapat membuat saya marah. Saya merasa

menderita karena masalah kecil yang dulu sangat mudah saya toleransi.

Berkali-kali Roh Kudus mengingatkan saya tentang mengampuni yang adalah sebuah perintah, bukan pilihan. Tentang Tuhan telah mati buat saya dan saya telah diampuni, oleh karena itu, saya pun harus mengampuni pasangan sayang juga. Tapi, semuanya tidak menggoyahkan hati saya. Saya memilih mempertahankan rasa sakit saya agar saya mengingatnya dan tidak

lagi membiarkan pasangan saya melakukan hal yang sama pada saya.

Puji Tuhan, Roh Kudus tidak menyerah. Tuhan kembali mengingatkan bahwa segala sesuatu terjadi untuk suatu kebaikan. Bahkan saat saya merasa sakit oleh tindakan pasangan saya. Tuhan terus mengingatkan bahwa pernikahan yang baik bukanlah pernikahan yang tanpa kon�ik, tapi pernikahan yang duduk bersama dan menyelesaikan semua hal tanpa melupakan kasih.

Akhirnya saya menyerah dan meminta Tuhan memberikan saya kekuatan untuk mengatakan apa yang menjadi isi hati saya pada pasangan saya. Sebagai seorang plegmathis, jujur ini adalah hal yang berat. Saya orang yang memilih lebih baik diam dari pada menyampaikan

pikiran saya dan membuat rumah terasa tidak enak. Roh Kudus tetap terus mendorong saya untuk menyampaikan isi hati saya. Puji Tuhan, waktu saya minta Tuhan untuk memberi situasi yang mendukung, Tuhan berikan. Dan akhirnya, Tuhan pulihkan kembali hubungan kami. Dan membuat kami saling mengerti bahwa sebenarnya kami tidak ingin menyakiti satu sama lain, serta membuat kami belajar komunikasi yang tidak baik akan selalu menjadi kon�ik utama dalam sebuah hubungan.

Jadi, mengapa Tuhan mengijinkan semuanya terjadi antara saya dan pasangan?? Padahal biasanya saya bisa menerima sikapnya dengan santai dan cuek. Firman ini yang mengingatkan saya,

Penderitaan yang saya alami mengajarkan saya untuk bisa menjadi orang yang lebih rendah hati. Rendah hati untuk menyampaikan isi hati, bukan menunggu untuk dimengerti. Penderitaan yang saya alami mengajarkan saya untuk menjadi pribadi yang tidak malas untuk mengkomunikasikan apa yang saya harapkan. Penderitaan yang saya alami, saat saya berespon dengan benar, membangun pribadi saya dan pasangan, membangun iman saya untuk menjadi penolong yang lebih baik.

Selalu ada maksud baik yang ingin Tuhan nyatakan lewat penderitaan-penderitaan yang kita alami. Terkadang Tuhan mengijinkan penderitaan untuk menarik kita dari segala kesibukan agar kembali kepada Tuhan. Terkadang penderitaan Tuhan ijinkan untuk mengajar kita. Bahwa penderitaan itu sendiri datang memang dari hasil perbuatan bodoh kita. Terkadang pula penderitaan Tuhan ijinkan untuk menguji iman kita dan saat kita menang, iman kita semakin dikuatkan. Dan lewat penderitaan Tuhan dapat menyatakan diri-Nya lewat kuasa dan penggenapan janji-janji-Nya.

Bagaimana seseorang mampu bertahan dalam penderitaan yang sepertinya tiada berhenti? Bagaimana Ayub dapat tetap mempertahankan kesalehannya padahal seolah Tuhan sedang menghukumnya? Bagaimana Yusuf dapat tetap bertahan saat saudara-saudaranya menjualnya atau saat ia dijebloskan ke penjara atas kesalahan yang tidak dilakukannya? Bagaimana Paulus tetap bersukacita ditengah tekanan dan kesakitan karena mengabarkan injil?

Ayub berkata,“Hanya dari kata orang saja aku

mengenal Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau”(Ayub 42:5)

Yusuf berkata,“Memang kamu telah

mereka-rekakan yang jahat terhadapaku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.”(Kejadian 50:20)

Paulus berkata,“Dan bukan hanya itu saja. Kita

malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.” (Roma 5:3-5)

asa ‘sakit’ atas penderitaan tidak dapat dihindari, tetapi kita dapat memilih bagaimana

meresponinya. Karena jika kita kembali menelaah setiap penderitaan yang terjadi di sekeliling kita, kita akan menemukan bahwa penderitaan sering kali menjadi terasa sangat lebih sakit karena kita tidak menguatkan roh dan iman kita. Tidak jarang, malahan kita memberi makan diri kita sendiri perkataan-perkataan yang semakin memperparah penderitaan kita. Lalu, bagaimana seharusnya respon kita saat kita mengalami penderitaan?

Para nabi dan rasul bertahan dalam penderitaan karena ada pengakuan iman di dalam diri mereka, bahwa Allah berkuasa dalam setiap peristiwa. Mereka mengimani bahwa ada campur tangan Tuhan. Ada kedaulatan penuh yang Tuhan miliki untuk melakukan sesuatu terhadap hidup mereka.

Saya menyadari bahwa iman di dalam Tuhan, percaya bahwa Tuhan selalu turut campur dalam segala perkara, sangat penting kita miliki. Hal ini diteguhkan pada saat saya mengalami kon�ik. Pikiran saya berputar-putar mencari cara untuk memperbaiki kondisi hati saya, tapi hati saya tidak lega. Kenapa?? Karena saya tidak membangun iman saya, bahwa Tuhan mengijinkan setiap penderitaan yang saya alami

memiliki maksud tertentu. Ada yang ingin Tuhan ajarkan, tunjukkan pada saya. Lewat beberapa lama saya berkubang dalam kon�ik tersebut, akhirnya saya mengerti bahwa Tuhan ingin mengajarkan saya banyak hal, diantaranya tentang keterbukaan lebih lagi pada suami saya, tentang bagaimana menyampaikan keinginan-keinginan dan menolong suami saya.

Waktu saya memiliki iman bahwa “Ini adalah cara Tuhan menegur dan mengajar saya sekaligus menjaga pernikahan saya.” Rasa menderita itu menguap. Ada timbul pengharapan yang baru. Ada keyakinan penuh bahwa kami akan melewati masalah ini. Saya berhenti menghakimi dan mulai fokus pada solusi.

Keterbukaan adalah awal dari pemulihan. Tidak ada yang perlu kita lakukan jika kita sendiri tidak mengakui bahwa kita tidak mengalami penderitaan. Tapi, yang perlu kita ingat adalah mengabaikan rasa sakit dengan menekannya jauh ke dalam lubuk hati, akan menjadikannya bom waktu.

Jika sakit, katakan sakit. Jika marah, katakan marah. Tidak ada yang salah dengan setiap emosi yang kita rasakan. Bahkan Tuhan mengijinkan kita marah asalkan kita tidak berbuat dosa.

Keterbukaan pada Tuhan membawa kita pada pengakuan bahwa Tuhan sanggup mengangkat rasa sakit dan luka yang kita alami. Kita mendeklarasikan bahwa Tuhan adalah satu-satunya sumber pemulihan jiwa kita.

Salah satu penyebab seseorang merasa menderita adalah cara pandang. Hal sepele yang sebenarnya dapat kita selesaikan dengan cepat, bisa menjadi sumber kesakitan dan tekanan jiwa kita saat kita terbiasa memikirkan hal-hal yang menekan jiwa kita.

Hari ini saat kita mengalami banyak masalah, sakit penyakit, �tnah, dsb, apa yang menguasai pikiran kita? Pemikiran manusiakah? Atau pemikiran Tuhan. Sangat penting bagi kita untuk membangun iman kita dengan memakai kacamata Tuhan.

Saat kita berada dalam penderitaan, hal apa yang lebih sering kita baca dan dengar? Jangan lakukan seperti saya. Di saat merasa kesal dan tertekan, saya malahan mencari-cari pembenaran diri. Saya membaca tentang dosa-dosa suami, kesalahan-kesalahan suami, bagaimana penderitaan istri yang akhirnya semakin memperburuk kondisi saya.

Karena sering membaca hal-hal demikian, timbullah pemikiran-pemikiran, mungkin seharusnya saya memberi pelajaran pada suami saya. Mungkin seharusnya saya mati saja supaya dia puas. Mungkin seharusnya saya tidak perlu mengurus dia, biar dia tahu kalau saya begini dan begitu.

Saya malah semakin melukai diri saya sendiri dan memberi makan amarah saya.

Bagaimana dengan teman-teman? Apa yang teman baca dan dengar akhir-akhir ini? Ingatlah setiap hari, bahwa iman kita terbangun dari kesetiaan mendengar, membaca, dan menyimak Firman Tuhan. Dari situ kita percaya pada apa yang Tuhan lakukan dan tetapkan. Dengan cara itulah kita menaklukan pikiran-pikiran manusia kita di bawah kaki Tuhan dan akan Tuhan gantikan dengan pikiran-pikiran yang berasal dari Dia yang membangkitkan iman dan menguatkan roh kita.

Roma 8:28 adalah janji Tuhan. Dalam segala sesuatu Ia turut bekerja. Kita tidak ditinggal sendirian. Masalah kita tidak kita hadapi sendirian. Mungkin rasanya tidak ada yang membela perkara kita, tetapi ingatlah selalu bahwa Tuhan mendengar seruan hati kita, Ia menghitung setiap tetesan air mata kita.

Hari ini temukan janji-janji Tuhan dalam Firman-Nya. Penderitaan apa yang kita alami? Temukan janji Tuhan Firman-Nya. Di sana banyak janji Tuhan untuk setiap kondisi dalam hidup kita. Ingatlah pula bahwa dalam setiap janji-Nya, Tuhan tidak pernah ingkar janji.

Kembali berharap dan memegang janji Tuhan

3.

Sengsaraku Engkaulah yang

menghitung-hitung, air mataku Kau taruh kedalam kirbat-Mu. Bukankah semuanya telah Kau daftarkan? Maka musuhku akan mundur pada waktu

aku berseru; aku yakin, bahwa Allah memihak kepadaku. Mazmur 56: 8-9

www.majalahpearl.com

ACLOSERWALK

Page 65: Majalah Pearl 29

Ada begitu banyak macam-macam penderitaan di dalam dunia. Mulai dari bencana, sakit penyakit, hubungan yang rusak, penganiayaan, perang atau kegagalan. Dalam Alkitab kita bisa melihat penyebab penderitaan karena beberapa hal : akibat dosa (Achan yang menyembunyikan emas dan perak rampasan dari Yerikho), perbuatan orang lain (Israel menjadi budak di Mesir), atau atas seijin Tuhan (Ayub sakit, kehilangan harta dan anak dalam waktu bersamaan).

Penderitaan yang dialami oleh satu orang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Semua

tergantung dari bagaimana pengalaman dan keyakinan orang itu sendiri tentang apa yang dialaminya. Tetapi, satu yang pasti Alkitab menjelaskan bahwa penderitaan adalah hal yang dapat merobek jiwa manusia.

Banyak orang yang memilih hal-hal negatif seperti narkoba, seks bebas, okultisme, bahkan bunuh diri sebagai respon dari penderitaan yang dialami, karena merasa tidak sanggup lagi menanggung penderitaan. Penderitaan tersebut menimbulkan keputusasaan dan seperti sulit untuk mengembalikan jiwa yang telah robek untuk utuh kembali.

Saat saya merenungkan tentang penderitaan untuk mempersiapkan tulisan ini, Tuhan sendiri mengajarkan saya tentang arti menderita, lewat kon�ik dengan suami. Ternyata penderitaan bukan masalah yang besar. Rasa menderita hanya masalah pikiran sia-sia yang saya tumpuk dan simpan tanpa membicarakannya pada pasangan. Yang sampai pada satu titik, ketika saya sudah merasa lelah secara �sik dan mental, masalah kecil saja dapat membuat saya marah. Saya merasa

menderita karena masalah kecil yang dulu sangat mudah saya toleransi.

Berkali-kali Roh Kudus mengingatkan saya tentang mengampuni yang adalah sebuah perintah, bukan pilihan. Tentang Tuhan telah mati buat saya dan saya telah diampuni, oleh karena itu, saya pun harus mengampuni pasangan sayang juga. Tapi, semuanya tidak menggoyahkan hati saya. Saya memilih mempertahankan rasa sakit saya agar saya mengingatnya dan tidak

lagi membiarkan pasangan saya melakukan hal yang sama pada saya.

Puji Tuhan, Roh Kudus tidak menyerah. Tuhan kembali mengingatkan bahwa segala sesuatu terjadi untuk suatu kebaikan. Bahkan saat saya merasa sakit oleh tindakan pasangan saya. Tuhan terus mengingatkan bahwa pernikahan yang baik bukanlah pernikahan yang tanpa kon�ik, tapi pernikahan yang duduk bersama dan menyelesaikan semua hal tanpa melupakan kasih.

Akhirnya saya menyerah dan meminta Tuhan memberikan saya kekuatan untuk mengatakan apa yang menjadi isi hati saya pada pasangan saya. Sebagai seorang plegmathis, jujur ini adalah hal yang berat. Saya orang yang memilih lebih baik diam dari pada menyampaikan

pikiran saya dan membuat rumah terasa tidak enak. Roh Kudus tetap terus mendorong saya untuk menyampaikan isi hati saya. Puji Tuhan, waktu saya minta Tuhan untuk memberi situasi yang mendukung, Tuhan berikan. Dan akhirnya, Tuhan pulihkan kembali hubungan kami. Dan membuat kami saling mengerti bahwa sebenarnya kami tidak ingin menyakiti satu sama lain, serta membuat kami belajar komunikasi yang tidak baik akan selalu menjadi kon�ik utama dalam sebuah hubungan.

Jadi, mengapa Tuhan mengijinkan semuanya terjadi antara saya dan pasangan?? Padahal biasanya saya bisa menerima sikapnya dengan santai dan cuek. Firman ini yang mengingatkan saya,

Penderitaan yang saya alami mengajarkan saya untuk bisa menjadi orang yang lebih rendah hati. Rendah hati untuk menyampaikan isi hati, bukan menunggu untuk dimengerti. Penderitaan yang saya alami mengajarkan saya untuk menjadi pribadi yang tidak malas untuk mengkomunikasikan apa yang saya harapkan. Penderitaan yang saya alami, saat saya berespon dengan benar, membangun pribadi saya dan pasangan, membangun iman saya untuk menjadi penolong yang lebih baik.

Selalu ada maksud baik yang ingin Tuhan nyatakan lewat penderitaan-penderitaan yang kita alami. Terkadang Tuhan mengijinkan penderitaan untuk menarik kita dari segala kesibukan agar kembali kepada Tuhan. Terkadang penderitaan Tuhan ijinkan untuk mengajar kita. Bahwa penderitaan itu sendiri datang memang dari hasil perbuatan bodoh kita. Terkadang pula penderitaan Tuhan ijinkan untuk menguji iman kita dan saat kita menang, iman kita semakin dikuatkan. Dan lewat penderitaan Tuhan dapat menyatakan diri-Nya lewat kuasa dan penggenapan janji-janji-Nya.

Bagaimana seseorang mampu bertahan dalam penderitaan yang sepertinya tiada berhenti? Bagaimana Ayub dapat tetap mempertahankan kesalehannya padahal seolah Tuhan sedang menghukumnya? Bagaimana Yusuf dapat tetap bertahan saat saudara-saudaranya menjualnya atau saat ia dijebloskan ke penjara atas kesalahan yang tidak dilakukannya? Bagaimana Paulus tetap bersukacita ditengah tekanan dan kesakitan karena mengabarkan injil?

Ayub berkata,“Hanya dari kata orang saja aku

mengenal Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau”(Ayub 42:5)

Yusuf berkata,“Memang kamu telah

mereka-rekakan yang jahat terhadapaku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.”(Kejadian 50:20)

Paulus berkata,“Dan bukan hanya itu saja. Kita

malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.” (Roma 5:3-5)

asa ‘sakit’ atas penderitaan tidak dapat dihindari, tetapi kita dapat memilih bagaimana

meresponinya. Karena jika kita kembali menelaah setiap penderitaan yang terjadi di sekeliling kita, kita akan menemukan bahwa penderitaan sering kali menjadi terasa sangat lebih sakit karena kita tidak menguatkan roh dan iman kita. Tidak jarang, malahan kita memberi makan diri kita sendiri perkataan-perkataan yang semakin memperparah penderitaan kita. Lalu, bagaimana seharusnya respon kita saat kita mengalami penderitaan?

Para nabi dan rasul bertahan dalam penderitaan karena ada pengakuan iman di dalam diri mereka, bahwa Allah berkuasa dalam setiap peristiwa. Mereka mengimani bahwa ada campur tangan Tuhan. Ada kedaulatan penuh yang Tuhan miliki untuk melakukan sesuatu terhadap hidup mereka.

Saya menyadari bahwa iman di dalam Tuhan, percaya bahwa Tuhan selalu turut campur dalam segala perkara, sangat penting kita miliki. Hal ini diteguhkan pada saat saya mengalami kon�ik. Pikiran saya berputar-putar mencari cara untuk memperbaiki kondisi hati saya, tapi hati saya tidak lega. Kenapa?? Karena saya tidak membangun iman saya, bahwa Tuhan mengijinkan setiap penderitaan yang saya alami

memiliki maksud tertentu. Ada yang ingin Tuhan ajarkan, tunjukkan pada saya. Lewat beberapa lama saya berkubang dalam kon�ik tersebut, akhirnya saya mengerti bahwa Tuhan ingin mengajarkan saya banyak hal, diantaranya tentang keterbukaan lebih lagi pada suami saya, tentang bagaimana menyampaikan keinginan-keinginan dan menolong suami saya.

Waktu saya memiliki iman bahwa “Ini adalah cara Tuhan menegur dan mengajar saya sekaligus menjaga pernikahan saya.” Rasa menderita itu menguap. Ada timbul pengharapan yang baru. Ada keyakinan penuh bahwa kami akan melewati masalah ini. Saya berhenti menghakimi dan mulai fokus pada solusi.

Keterbukaan adalah awal dari pemulihan. Tidak ada yang perlu kita lakukan jika kita sendiri tidak mengakui bahwa kita tidak mengalami penderitaan. Tapi, yang perlu kita ingat adalah mengabaikan rasa sakit dengan menekannya jauh ke dalam lubuk hati, akan menjadikannya bom waktu.

Jika sakit, katakan sakit. Jika marah, katakan marah. Tidak ada yang salah dengan setiap emosi yang kita rasakan. Bahkan Tuhan mengijinkan kita marah asalkan kita tidak berbuat dosa.

Keterbukaan pada Tuhan membawa kita pada pengakuan bahwa Tuhan sanggup mengangkat rasa sakit dan luka yang kita alami. Kita mendeklarasikan bahwa Tuhan adalah satu-satunya sumber pemulihan jiwa kita.

Salah satu penyebab seseorang merasa menderita adalah cara pandang. Hal sepele yang sebenarnya dapat kita selesaikan dengan cepat, bisa menjadi sumber kesakitan dan tekanan jiwa kita saat kita terbiasa memikirkan hal-hal yang menekan jiwa kita.

Hari ini saat kita mengalami banyak masalah, sakit penyakit, �tnah, dsb, apa yang menguasai pikiran kita? Pemikiran manusiakah? Atau pemikiran Tuhan. Sangat penting bagi kita untuk membangun iman kita dengan memakai kacamata Tuhan.

Saat kita berada dalam penderitaan, hal apa yang lebih sering kita baca dan dengar? Jangan lakukan seperti saya. Di saat merasa kesal dan tertekan, saya malahan mencari-cari pembenaran diri. Saya membaca tentang dosa-dosa suami, kesalahan-kesalahan suami, bagaimana penderitaan istri yang akhirnya semakin memperburuk kondisi saya.

Karena sering membaca hal-hal demikian, timbullah pemikiran-pemikiran, mungkin seharusnya saya memberi pelajaran pada suami saya. Mungkin seharusnya saya mati saja supaya dia puas. Mungkin seharusnya saya tidak perlu mengurus dia, biar dia tahu kalau saya begini dan begitu.

Saya malah semakin melukai diri saya sendiri dan memberi makan amarah saya.

Bagaimana dengan teman-teman? Apa yang teman baca dan dengar akhir-akhir ini? Ingatlah setiap hari, bahwa iman kita terbangun dari kesetiaan mendengar, membaca, dan menyimak Firman Tuhan. Dari situ kita percaya pada apa yang Tuhan lakukan dan tetapkan. Dengan cara itulah kita menaklukan pikiran-pikiran manusia kita di bawah kaki Tuhan dan akan Tuhan gantikan dengan pikiran-pikiran yang berasal dari Dia yang membangkitkan iman dan menguatkan roh kita.

Roma 8:28 adalah janji Tuhan. Dalam segala sesuatu Ia turut bekerja. Kita tidak ditinggal sendirian. Masalah kita tidak kita hadapi sendirian. Mungkin rasanya tidak ada yang membela perkara kita, tetapi ingatlah selalu bahwa Tuhan mendengar seruan hati kita, Ia menghitung setiap tetesan air mata kita.

Hari ini temukan janji-janji Tuhan dalam Firman-Nya. Penderitaan apa yang kita alami? Temukan janji Tuhan Firman-Nya. Di sana banyak janji Tuhan untuk setiap kondisi dalam hidup kita. Ingatlah pula bahwa dalam setiap janji-Nya, Tuhan tidak pernah ingkar janji.

Kembali bangun iman kita, kembali berharap, maka kita akan kuat dalam segala penderitaan.

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

Page 66: Majalah Pearl 29

www.majalahpearl.com

Acloserwalk

Writ ten by Wel lney YaraDesigned by Eunike Santosa

O v e r c O m i n g

Temptations

Page 67: Majalah Pearl 29

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

Berbicara tentang pencobaan rasanya tidak ada habisnya. Pencobaan (alias godaan) bisa

datang dalam berbagai rupa dan bentuk. Sadar atau tidak, godaan selalu ada dimana-mana. Kemanapun kita pergi dan dimanapun kita berada, ada saja godaan yang berlomba-lomba merebut perhatian kita. Bagi wanita, godaan itu bisa datang dalam bentuk godaan berbelanja berlebihan, bergosip, marah-marah, godaan terhadap lawan jenis, dan lain sebagainya. Terdengar sangat sepele dan terlihat seperti dosa kecil, tetapi jangan meremehkan godaan, baik yang terlihat kecil sekalipun! Kita tentu ingat, kejatuhan manusia ke dalam dosa bermula dari satu godaan kecil yang terlihat tidak berbahaya. Ya, godaan yang hanya bermula dari sebuah percakapan kecil dengan si ular berujung kepada dosa yang mengakibatkan jatuhnya umat manusia ke dalam dosa! 

Page 68: Majalah Pearl 29

www.majalahpearl.com

Acloserwalk

1. Confess!Kita tidak dapat melawan musuh yang tidak kita kenal. Sangatlah penting bagi kita untuk mengenali diri sendiri dan kelemahan kita. Ambil waktu, berdoa, dan mintalah kepada Tuhan agar Ia menunjukkan dimana kelemahan-kelemahanmu yang mungkin tidak kamu sadari selama ini. Beberapa godaan yang sering kita hadapi sebagai wanita pada umumnya antara lain adalah godaan bergosip, berbohong, terlalu mudah jatuh cinta, berbelanja berlebihan, menilai keberhargaan diri dari penampilan, iri, godaan secara seksual, and the list goes on. Sayangnya, tidak jarang pula kita menutupinya dengan alibi-alibi seperti:- “Itu bukan salahku seutuhnya”- “Well, ini bukan gosip, hanya

membicarakan fakta”- “Itu white lie kok…”- “Aku tidak bermaksud…”- “That’s just the way I am. 

Aku memang orangnya begitu”- “Ya ampun, begini doang…”

 The truth is, baik kita mengakuinya ataupun tidak, dosa tetap dosa. Tidak peduli besar maupun kecil. Sekecil apapun sebuah dosa menurut kita, menurut Tuhan semuanya tetap dosa. Kabar baiknya adalah, no matter how hard and how many times you’ve failed, kita mempunyai Juru Selamat yang telah menebus semuanya itu

Nah, kalau begitu, toh tidak ada jalan keluar karena godaan akan selalu ada dan kita akan selalu berbuat dosa, ya kan? Fortunately no, girls! Ada tiga langkah penting yang perlu kita lakukan dalam menghadapi godaan, yaitu:

Page 69: Majalah Pearl 29

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

di atas kayu salib. Menyadari dan mengakui dosa kita adalah langkah pertama untuk menang atas godaan. Demikian tertulis di 1 Yohanes 1:9,

 “J ika k i ta mengaku i

dosa k i ta , maka ia ada lah set ia dan ad i l , seh ingga

ia akan mengampun i sega la dosa k i ta dan menyuc ikan k i ta dar i sega la ke jahatan” . 

Ketika kita jatuh, akuilah dosa itu kepada-Nya. Tidak ada yang perlu disembunyikan dari Tuhan – Ia tahu segala-Nya! Tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih-Nya, karena kasih-Nya tidak tergantung dari seberapa baiknya kita, namun semua adalah karena siapa Dia – Allah yang penuh kasih.

 Kalau begitu, mulai hari ini, setiap kali jatuh ke dalam dosa, tinggal mengenali dan mengakui, udah beres dong?

 Nope. Lanjut ke poin kedua.

 

2. Overcoming Pertobatan tentunya tidak hanya berhenti sampai di proses mengakui. Sebagai anak Tuhan yang mengerti betapa seriusnya dosa-dosa kita

dan betapa baiknya Tuhan, sudah seharusnya kita bertekad untuk menjalani hidup yang kudus untuk Tuhan dan tidak melakukan hal-hal yang tidak berkenan di hadapan-Nya.

Pertama-tama, sebelum ngeles dan memberikan diri sendiri alasan bahwa godaan yang kamu hadapi terlalu besar, ketahuilah bahwa “pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia, dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya” (1 Korintus 10:13).

 Nah, sekarang jalan keluarnya. Dalam hal ini, Yusuf menunjukkan kepada kita dalam Kejadian 39 bagaimana caranya menghadapi godaan melalui langkah-langkah berikut:

A. Ambil tAnggung jAwAbDi ayat ke-9, ketika dihadapkan dengan godaan, Yusuf berkata demikian, “Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?” Perhatikan bahwa Yusuf tidak mendorong tanggung jawab tersebut dan menyalahkan istri Potifar. Ia sadar penuh bahwa pilihan tetap ada di tangannya, apakah ia mau menuruti godaan tersebut atau

Page 70: Majalah Pearl 29

www.majalahpearl.com

Acloserwalk

menyenangkan hati Allah.Demikian juga seharusnya kita. Teman-teman, lingkungan sekitar, dan keadaan akan selalu menghadapkan kita kepada godaan-

godaan tertentu. Tidak perlu menyalahkan orang

lain atau keadaan, karena kita tetap

selalu mempunyai pilihan. ladies, melakukan dosa selalu adalah pilihan kita sendiri, begitu juga dengan menyenangkan hati Tuhan. Manakah yang akan kita pilih?

b. HindAri (kAlAu perlu, lAri!)ladies, jangan bermain api. Kalau sudah tahu itu dosa, apalagi kalau sudah tahu dari awal itu kelemahan kalian, hindarilah hal itu, apapun itu. Di ayat yang ke-10 tertulis bahwa “Yusuf tidak mendengarkan bujukannya itu”. Apakah atau siapakah yang kalian dengarkan hari-hari ini? Apakah mereka malah membawa kalian semakin dekat dengan Tuhan? Atau malah dosa?

Bukan berarti sebagai

Page 71: Majalah Pearl 29

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

anak Tuhan kita menjadi sok suci atau semacamnya. Namun kita perlu jujur kepada diri sendiri. Kalau memang sudah tau sesuatu adalah dosa, ya jangan dicoba-coba. Kalau sudah tahu hubungan ataupun pertemanan kita membuat kita semakin menjauh dari Tuhan dan menolerir dosa, ya hindari. Kita bahkan mengetahui dari ayat ke-12 bahwa Yusuf “lari ke luar”.Kalau sudah tahu lemah dalam hal menahan keinginan bergosip, ya jangan terus berkecimpung dalam lingkungan orang-orang yang suka bergosip (apalagi memulai gosip). Kalau sudah tahu lemah dalam hal menahan

keinginan belanja, ya jangan mencobai diri sendiri, window shopping dan berakhir membawa berkantong-kantong. Kalau sudah tahu tubuhmu adalah bait Allah, ya jangan mengotorinya dengan melakukan hal yang tidak seharusnya kamu lakukan selain dengan suamimu. Dan berbagai “kalau sudah tahu” lainnya. Seringkali kita sudah tahu, namun kita terlalu sering berkompromi kepada diri sendiri.

Page 72: Majalah Pearl 29

www.majalahpearl.com

Acloserwalk

3. Andalkan Tuhan!Yang ketiga dan yang paling penting, andalkan Tuhan dalam proses mengatasi godaan tersebut.

 “Akh i rnya, hendak lah kamu kuat d i da lam

Tuhan, d i da lam kekuatan kuasa-nya. Kenakan lah se lu ruh

per lengkapan sen ja ta A l lah, supaya kamu dapat

ber tahan mela lu i t ipu mus l iha t ib l i s . ”

– e fesus 6:10-11 

Di saat kita lemah, ingatlah bahwa Tuhan selalu kuat. Berdoalah dengan sungguh-sungguh dan mintalah agar Ia yang memberikan kekuatan untuk menghadapi godaan-godaan tersebut. Why do it all alone when you have the God of the universe by your side?

 Mengatasi godaan-godaan ini memang tidak mudah, dan aku juga merasakannya (dan juga masih bergumul dengannya), namun seperti kata Paulus di Filipi 3:8, semua itu adalah sampah (yup, sampah) dibanding pengenalan kita akan Yesus.

Page 73: Majalah Pearl 29

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

“ma lahan sega la sesuatu kuanggap rug i , karena pengena lan akan Kr is tus Yesus, Tuhanku, leb ih mu l ia dar i pada semuanya. O leh karena D ia lah aku te lah me lepaskan semuanya i tu dan menganggapnya sampah, supaya aku mempero leh Kr is tus” – F i l ip i 3:8

Page 74: Majalah Pearl 29
Page 75: Majalah Pearl 29
Page 76: Majalah Pearl 29
Page 77: Majalah Pearl 29
Page 78: Majalah Pearl 29
Page 79: Majalah Pearl 29

2Someone  Whom  You  Trust

Page 80: Majalah Pearl 29

3 4

5

Page 81: Majalah Pearl 29

 Be  a  Sincere  Listener

Page 82: Majalah Pearl 29
Page 83: Majalah Pearl 29

Lead  to  Christ  Not  to  Ourselves

Page 84: Majalah Pearl 29

“Blessed is the man who finds a girl that loves God more than him, and blessed is the girl who finds a man that waits for her and asks for her from God.” –Anonymous

www.majalahpearl.com

SINGLE

INFAITHW

Written by Leticia Seviraneta Designed by Veibrine Clarasia

aiting

Page 85: Majalah Pearl 29

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

Page 86: Majalah Pearl 29

Menunggu bukanlah DNA alami sebagian besar dari manusia, apalagi di zaman yang

sudah terbiasa serba instan saat ini, menunggu 5 menit untuk balasan text message saja kita mungkin sudah geregetan, PING! beberapa kali, atau bahkan langsung telepon. Di jalan raya ketika lampu baru saja hijau dan kita tidak gerak beberapa detik langsung bunyi klakson-klakson kendaraan lain berdatangan. Bayangkan, bila hal-hal kecil seperti ini saja kita tidak terbiasa menunggu, bagaimana halnya dengan hal besar seperti menunggu pasangan hidup? Budaya sudah bergeser dan memanas-manasi wanita untuk ikutan maju mengejar pria dari pada jomblo terus. Jadi, tantangan kita untuk benar-benar setia menunggu pasangan yang tepat menjadi semakin besar.

www.majalahpearl.com

SINGLE

Budaya sudah bergeser dan memanas-manasi wanita untuk ikutan maju mengejar pria dari pada jomblo terus

Page 87: Majalah Pearl 29

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

Jadi bila ada hal yang ku tau bahwa pria tersebut tidak akan menjadi suamiku (misal beda keyakinan), maka aku tidak perlu memasukkan dia dalam kehidupanku sebagai pacarku. Itu aku lakukan untuk mengurangi risiko patah hati, galau, dan waktu yang terbuang. Tentu ketika mempraktikkannya, aku harus sering membuang perasaan “suka” (lawan jenis) yang dapat dengan mudah kita rasakan di usia puber. Ada beberapa kali kejadian ketika aku sudah sayang seseorang, namun ketika berdoa kepada Tuhan, Tuhan sering memberikan jawaban bukan itu orangnya (yes, pemandu utama dalam kehidupan cinta kita hanya Tuhan Yesus sendiri.) Ketika mendapatkan jawaban “no”, selanjutnya adalah pilihanku, apakah aku mau taat kepada suara Tuhan.

Pada waktu itu aku selalu berusaha untuk taat. Taat di sini berarti aku harus “membunuh” perasaan suka itu dan menjaga jarak dengan pria yang bersangkutan. Berita baiknya, bila ada kemauan kuat, perasaan itu dapat dikendalikan, girls. Ada harga yang harus dibayar, tapi hal itu layak dilakukan untuk Tuhan. Aku tidak berpacaran sampai usia 22 tahun. Bila teman-teman bertanya kepadaku, mengapa aku mau menunggu dan taat?

Kita dapat dengan mudah tergoda untuk settle for the good but not for the best. Kita memilih pasangan yang sekedar ‘baik’, namun melupakan apa yang ‘terbaik’ menurut Tuhan untuk kita. Nah, lalu apa yang harus kita lakukan sebenarnya untuk menemukan pasangan hidup kita? RALAT! Aku pribadi lebih suka menggunakan kata “ditemukan” daripada “menemukan” hihi..

Karena peran wanita memang “menunggu untuk ditemukan” bukan “mencari untuk menemukan”. Tuhan bahkan secara biologis sudah merancang sperma lah yang berenang menuju ovum, bukan ovum yang mengejar mendekati sperma. Lalu, bagaimana kah kita memposisikan diri dengan benar dalam menunggu untuk ditemukan?Untuk dapat menunggu dengan sabar, kita harus mengerti mengapa kita menunggu. Menurutku hubungan pacaran adalah suatu jenjang menuju pernikahan. Jadi ketika berumur 15 tahun, aku membuat komitmen bahwa aku baru akan berpacaran hanya ketika aku yakin bahwa aku akan menikah dengan pria tersebut.

Page 88: Majalah Pearl 29

www.majalahpearl.com

SINGLE

Karena aku percaya kepada Tuhan Yesus yang Maha Tahu. Dia adalah Alpha dan Omega, awal dan akhir. Tuhan kita mengetahui hari-hari sebelum aku lahir dan bahkan setelah aku mati. Karena itu, Tuhan PASTI tahu kapan waktunya dan siapa yang terbaik untuk menemani sisa hidupku dan memuliakan-Nya bersama-sama. My faith in the all-knowing God makes me to surrender my free will to choose my life partner unto His hands.

Kita tidak dapat memisah-misahkan iman kita kepada Tuhan. Kita tidak dapat berkata aku percaya kepada Yesus sebagai Juru Selamatku, tetapi tidak percaya kepada-Nya dalam aspek kehidupan kita yang lain. Ia mau kita percaya kepadaNya dalam SEGALA HAL. Tidak hanya dalam hal keselamatan kita, tetapi juga karir, keuangan, impian, pasangan hidup, dan juga waktu Tuhan (His time). Raja Salomo pernah menuliskan, “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya.” (Pengkhotbah 3:1). Kita dapat memposisikan diri untuk menunggu bila memang inilah musimnya untuk menunggu.

Page 89: Majalah Pearl 29

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

Sebelum aku berusia 22 tahun, aku sadar betul itu belum waktunya untuk menikah. Mengapa demikian? Karena aku sendiri belum mau menikah semuda itu dan karena aku tahu aku belum siap menikah. Setiap orang akan memiliki musim yang berbeda-beda. Tidak ada patokan umur yang pasti. Namun satu hal yang harus ada sebelum menjalin hubungan serius dengan lawan jenis adalah kedewasaan rohani dan karakter. Bila kita berusia 17 tahun dan pasangan kita 17 tahun tetapi sudah mencapai kedewasaan itu, bisa saja kok Tuhan mempertemukan dan menyatukan. Akan tetapi bila kita mau jujur, tentu saja hal itu sekarang cukup jarang terjadi bukan? Karena menjadi dewasa rohani berarti kita memilki iman yang dewasa dalam Tuhan. Dan biasanya hal ini diikuti oleh kedewasaan karakter, karena kita bersedia di-didik oleh Tuhan secara langsung.

Dewasa berarti juga kita menjadi orang yang dapat mengambil keputusan dengan melihat dari sudut pandang jangka panjang, berani bertanggung jawab atas semua konsekuensi keputusan kita, dapat mengendalikan diri baik secara emosi dan fisik, dapat mengorbankan ego dan mendahulukan kepentingan bersama. Kenyataannya, kedewasaan tidak terjadi secara otomatis, ada banyak proses disiplin yang harus dilalui, karena itu biasanya memakan waktu yang cukup lama. Itulah sebabnya kita perlu menunggu dan tidak hanya sekedar menunggu dengan pasif, melainkan menunggu dengan aktif sembari mempersiapkan kedewasaan diri kita sendiri.

Tuhan PASTI tahu kapan waktunya dan siapa yang terbaik untuk menemani sisa hidupku dan memuliakan-Nya bersama-sama.

Page 90: Majalah Pearl 29

www.majalahpearl.com

SINGLE

Di dalam Kejadian 24, kita mendengar kisah Ishak dan Ribka. Abraham di usia tuanya, mengutus hambanya untuk pergi ke kampung halamannya dan mencarikan isteri bagi Ishak, anaknya. Abraham hanya memberi 1 kriteria: calon isteri Ishak berasal dari keluarga besar Abraham dan tidak boleh wanita lokal Kanaan. Hamba Abraham tersebut sadar betul akan keterbatasaannya dalam memilih wanita yang tepat bagi anak majikannya, oleh karena itu ia berdoa kepada Allah Abraham dan meminta tanda.

Sekilas tanda yang diminta sederhana, tapi tanda itu bukanlah paras wanita yang tercantik, bukan juga sekedar wanita yang baik. Melainkan, tandanya adalah ketika hamba tersebut meminta minum, ia tidak hanya akan memberikannya kepada hamba tersebut tetapi juga menawarkan unta-untanya yang dibawa hamba tersebut minum.

Page 91: Majalah Pearl 29

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

Lalu muncullah Ribka, anak dari Bethuel, anak dari kakak laki-laki Abraham, Nahor [disini kriteria Abraham sudah dapat dicentang hihi.. namun ingat hamba Abraham belum tahu hal ini]

Ketika Ribka menimba air dari sumur, hamba Abraham berlari dan meminta air kepadanya. Dan dengan murah hatinya, Ribka benar-benar memberikan air bukan hanya kepada hamba Abraham tapi juga kepada unta-untanya sampai mereka puas minum. Aku suka dengan detail kisah ini! Ketika Ribka dimintai minum, ia dengan SEGERA menurunkan buyungnya ke tangannya dan memberikannya. Ribka BERINISIATIF untuk melakukan extra mile dengan memberikan minum kepada 10 unta yang dibawa oleh hamba tersebut. Dan semuanya dilakukan dengan SEGERA.

“Yes, my lord,” she answered, “have a drink.” And she quickly lowered her jug from her shoulder and gave him a drink. When she had given him a drink, she said, “I’ll draw water for your camels, too, until they have had enough to drink.” So she quickly emptied her jug into the watering trough and ran back to the well to draw water for all his camels. (Genesis 24:18-20, NLT).

Seekor unta minum 20-25 galon air dalam 20 menit. Bila kita hitung secara matematika, berapakah galon air yang dibutuhkan untuk 10 ekor unta? Berapakah waktu yang dibutuhkan untuk menimba air kembali dari sumur dan berlari ke arah unta untuk memberikannya minum sampai puas?

Bila Tuhan memberikan musim menunggu untuk kita, maka gunakanlah sebaik-baiknya...

Lalu jangan lupa memperhitungkan faktor bahwa ini bukan unta yang dalam keadaaan fit, melainkan unta yang sedang kehausan karena perjalanan yang jauh! Kita dapat merasakan betapa luar biasanya yang dilakukan Ribka pada waktu itu.

Caranya melakukan keramah-tamahan dengan begitu spontan dan sigap menunjukkan ia sudah terbiasa melakukannya. Ia tidak melakukannya karena tahu ia akan dilamar oleh seseorang yang kaya, melainkan ia hanya melakukan hal-hal yang ia sudah biasa lakukan kepada orang asing. Dan untuk menjadi terbiasa dalam melakukan sesuatu, itu adalah sesuatu yang dibentuk melalui melakukannya secara konsisten dalam kurun waktu yang lama.

Imag

e so

urce

: im

man

uelb

angk

ok.o

rg

Page 92: Majalah Pearl 29

www.majalahpearl.com

SINGLE

Terkadang kita terlalu fokus untuk menemukan orang yang tepat sampai melupakan proses menjadi orang yang tepat bagi pasangan kita. Bila Tuhan memberikan musim menunggu untuk kita, maka gunakanlah sebaik-baiknya dengan mengembangkan kematangan rohani dan karakter kita. Dimana kita semakin memiliki hubungan yang intim dengan Tuhan yang melahirkan sebuah sikap yang tidak mementingkan diri sendiri dan menjadi perempuan yang bisa menghadapi berbagai situasi dengan menaruh pengharapan serta semakin percaya pada Allah.

Kita tidak mengetahui kapan Tuhan mempertemukan kita dengan pasangan yang terbaik bagi kita, tetapi kita dapat mempercayai cara dan waktu-Nya adalah waktu yang terbaik. Mempersiapkan diri kita menjadi pribadi yang terbaik bukan hanya akan menyenangkan Tuhan tapi juga akan menjadi hadiah indah yang bisa kita berikan bagi pasangan kita di masa depan. Akan ada banyak tantangan yang membuat menunggu itu tidak mudah dilakukan. Oleh karena itu, kita harus mengerti dengan jelas mengapa kita menunggu. Apakah karena sekedar budaya yang mengharuskan wanita menunggu? Atau apakah karena kita percaya Tuhan tau yang terbaik buat hidup kita, termasuk sanggup memberikan kita pasangan yang terbaik? The decision is yours.

God will lead us to a different love story from another. We will have our own version of love story… the best one for us and in His time.

Page 93: Majalah Pearl 29

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

Page 94: Majalah Pearl 29

Kisah cinta salah satu tim kita, Sarah Eliana (SE) dan suaminya (DH) akan mewarnai edisi Heart to Heart kali ini. Dari kisah mereka, bisa kita jadikan teladan serta bukti bahwa Tuhan masih bekerja untuk m e m p e r s a t u k a n anak-anakNya. Mereka berdua berasal dari kebangsaan yang berbeda, loh! Gimana cerita selengkapnya… Yuk, kita simak obrolan singkat Pearl dengan mereka!

Sarah Eliana

www.majalahpearl.com

HEARTTOHEART

Page 95: Majalah Pearl 29

Sarah Eliana

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

Page 96: Majalah Pearl 29

1DH: I saw her the �rst time when she was sitting in her favorite spot. She was reading a book by Phillip Yancey. I saw her often sitting there, either reading the Bible, a book, or stitching. One day when we were in Papua New Guinea, a roomate of mine introduced us. I remember the �rst words I said to her was “Kamu gila” (yes, in Indonesian. My roomate was an Indonesian and told me to say that when he introduced me to SE. No, I did not have the impression that she was “the one” because I was not looking for “the one” at the time.SE: Hehehe...kami punya ingatan yang berbeda. Kami sama-sama pelayanan misi dengan organisasi yang sama. Nah, dari yang aku ingat, kami pertama kali kenalan waktu kami di Fiji, tapi DH bilang kami kenalan sebelum itu (yaitu waktu kami berada di Papua Nugini. Jadi, sepertinya kronologinya adalah kami kenalan pertama kali di Papua Nugini, lalu tidak pernah lagi ngobrol sejak saat itu hingga kami “kenalan” lagi di Fiji. Jadi, dari apa yang aku ingat, waktu itu kami bersepedaan bersama beberapa teman yang lain dan di situlah kami pertama kali ngobrol dan saling kenalan. Waktu itu

BAGAIMANA KALIAN BERTEMU PERTAMA KALI? DAN APA SUDAH ADA

KESAN KALO THIS IS THE ONE?

2belom ada kesan bahwa dia “the one” sih, tapi dari hasil ngobrol pertama kali itu aku udah lihat bahwa dia adalah cowok yang cinta Tuhan, punya passion untuk bermisi, dan punya hari seorang hamba.

www.majalahpearl.com

HEARTTOHEART

Page 97: Majalah Pearl 29

2 Kurang dari setahun! Hahaha…karena kita sudah yakin satu sama lain. Suka duka waktu bangun hubungan sih buanyak: pacaran jarak jauh (LDR), mengenali perbedaan budaya kita masing, dll.

BERAPA LAMA KALIAN MEMBANGUN HUBUNGAN HINGGA PERNIKAHAN?

BOLEH DICERITAKAN APA AJA SUKA-DUKA-NYA?

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

Page 98: Majalah Pearl 29

3SE: Aku sih gak pernah buat list. Soalnya waktu masih single, mentorku mengajarkan bahwa aku harus lebih fokus kepada Tuhan, kepada pertumbuhan untuk menjadi semakin serupa Kristus. Doa untuk pasangan cukup satu aja: supaya dia cinta dan takut akan Tuhan. Kalau dia adalah pria

PERNAHKAH KALIAN MEMBUAT LIST SEPERTI APA PASANGAN YANG

DIHARAPKAN? LANTAS PASANGAN YANG SEKARANG APAKAH SESUAI DENGAN LIST TERSEBUT?

4yang cinta dan takut akan Tuhan, maka Tuhanlah yang akan membantu dia dalam pertumbuhan iman dan karakternya. DH: No, I never had a list because I know that God knows what is best for me.SE: Bahahaha! Pernah dengar quote ini gak: “Imagine a man so focused on God that the only reason he looked up to see you is because he heard God say, ”That's her!””. Nah, that's my DH! Jadi, dia itu baru sadar akan keberadaanku waktu dia dengar Tuhan kasi tau DH untuk mengenal aku lebih dekat lagi.

www.majalahpearl.com

HEARTTOHEART

Page 99: Majalah Pearl 29

4SE: Aku bisa tertarik kepada DH karena kami berawal dari pertemanan dulu. Setelah menjadi teman, aku makin melihat karakter-karakter yang godly di dalam dirinya yang bikin aku makin tertarik. I think, satu hal yang bikin aku cukup yakin adalah bahwa aku melihat dia pasti bisa menjadi ayah yang godly untuk anak - anakku nanti. Karena pria yang aku nikahi bukan hanya akan menjadi suamiku, tapi juga akan menjadi ayah untuk anak-anak kami, jadi aku harus yakin bahwa dia nantinya akan menjadi ayah yang membesarkan anak-anaknya di dalam Kristus.DH: For me, what really drew me to her was her passion for Christ. I remember listening to her preach the Gospel and how on �re she was. Despite everything that has happened to her, she was still loving God and on �re for Him. I was also drawn to how grateful she was. No matter what situation she was in, she was always thankful and joyful, and I found it to be extremely attractive (I can say that most men do �nd joyful and content women to be attractive. No man wants to be with a woman who complains most of the time). As I said, I was not looking for “the one” at the time. With SE, it was literally her love for Christ that drew me to her.

SAAT SUDAH DEKAT SATU SAMA LAIN, APAKAH KALIAN MASIH MENDOAKAN ATAU LANGSUNG KOMITMEN UNTUK MENJALANI?

APA YANG MEMBUAT KALIAN SALING TERTARIK?

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

Page 100: Majalah Pearl 29

5SE: Pernah donk. Tapi aku berpikir seperti itu dalam konteks apakah dia ‘cocok’ dengan karakterku. Jadi lebih ke arah kecocokan. Di sisi lain, tidak pernah sekalipun meragukan passion-nya untuk Tuhan, aku selalu yakin dengan karakternya yang godly…bahwa kalau aku menikah dengannya pasti dia bisa menjadi memimpin keluarga kami untuk tumbuh dalam Kristus. DH: Yes, because we come from totally di�erent cultures and di�erent backgrounds. My culture is quiet, her culture is loud. I grow up in a family where we are reserved towards each other in order to maintain peace, she grows up in a family where they are open to each other even when it means they might �ght about it. They �ght one second and forgive the next second. We don't �ght but we are not even half as close as she is with her siblings. Naturally I wondered if we would be compatible with all these di�erences. I think it is a normal and good question to ask in order to see things more objectively.

SELAMA MASA PERSIAPAN PERNIKAHAN KALIAN DULU, PERNAHKAH

BERPIKIR "BENER GA YAH DIA PH YANG TEPAT? JANGAN-JANGAN SALAH PILIH?”

6Berdoa bersama, membaca Alkitab bersama, dan pelayanan bersama-sama. Menempatkan Tuhan di antara hubungan kita dan membiarkan Dia untuk memimpin.

APA YANG KALIAN LAKUKAN SEMASA PACARAN UNTUK

MEMULIAKAN NAMA TUHAN?7

www.majalahpearl.com

HEARTTOHEART

Page 101: Majalah Pearl 29

7

DH & SE: Bahahaha seperti yang udah DH katakan, kami berasal dari budaya yang sanggaatttt berbeda. Sejak pacaran, kami sudah bicarakan tentang perbedaan-perbedaan ini dan kami doakan. Kami mengambil keputusan bahwa nanti setelah menikah apa saja yang mau kami ambil dan apa yang mau kami tinggalkan dari semua perbedaan-perbedaan itu. Misalnya, aku berasal dari keluarga yang gak segan-segan mengucapkan apa yang kami pikirkan, contoh: “Ih, kamu koq pake baju begitu. Gak bagus.” Sementara, keluarganya lebih “sopan,”mereka gak akan pernah ngomong seperti itu walaupun dengan kakak atau adik sendiri. Biarpun bajunya seperti baju badut, mereka tetap akan bilang bagus kalau ditanya. Akibatnya, keluargaku adalah keluarga yang dekat sekali, sementara keluarga dia cenderung sopan tapi kurang dekat. Nah, kami bicarakan tentang ini dan kami doakan minta kebijksanaan Tuhan untuk bantu kami. Kami ambil keputusan bahwa sopan itu penting, tapi dekat dengan keluarga juga sama pentingnya. Kami bisa mengutarakan pendapat dengan sopan dan tetap membangun hubungan yang dekat. Ini contoh simple aja sih, tapi intinya adalah ketika ada perbedaan, harus dibicarakan, didoakan, dan ambil keputusan apa yang bagus harus disimpan, dan apa yang tidak bagus harus dibuang. Kami harus membangun keluarga dimana kami punya 'kebudayaan' sendiri. tidak perlu condong kepada kebuayaan dia atau kebudayaanku. Bangun keluarga sendiri dengan kebudayaan baru yang berlandaskan Firman Tuhan.

DENGAN PERBEDAAN KALIAN YANG

BANYAK TENTANG SUKU, BANGSA, BUDAYA, DLL, GIMANA MENYIKAPI PERBEDAAN INI DAN APA YANG DILAKUKAN UNTUK TIDAK MEMPERMASALAHAN PERBEDAAN INI?

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

Page 102: Majalah Pearl 29

8SE: Buatku yang paling menjadi pergumulan adalah kenyataan bahwa aku harus tinggal jauuuuhhh dari keluargaku. :/ Yang kemungkinan terburuknya, aku tidak pernah kembali lagi ke Indonesia. Cara mengatasinya, ya dengan berdoa, doa dan doa lagi. Lewat baca Firman, Tuhan meingatkan bahwa di mana Tuhan tempatkan, di situ aku harus bertumbuh. Dengan kenyataan bahwa aku akan hidup bersama the love of my life (ciee) tentunya meringankan pergumulan itu. DH: Again, the fact that our cultures are so di�erent. When we were preparing for our wedding, it was quite a headache. In my culture, it was the bride's and groom's decision what we want to do for our wedding. Our parents would not be involved at all. In her culture, everybody is involved! When and where we should get married, what entertainment, what food, and all other decisions must always be consulted with the parents (and aunts, uncles, cousins, siblings).

HAMBATAN DAN RINTANGAN APA YANG PERNAH ADA KETIKA

PERSIAPAN MASA PERNIKAHAN INI? KARENA KETIKA 2 ANAK TUHAN MAU MENIKAH, IBLIS GENTAR. JADI CERITAIN DONK APA SAJA PERGUMULANNYA DAN HOW YOU BOTH OVERCOME THAT?

9There were also many ceremonies (she is Chinese Indonesian), such as tea ceremony, engagement ceremony, and other things that were so complicated to me. Thank God, she and her family understood that this was all new and di�erent to me, and they were willing to give more control to us. We had some of the ceremonies, but let go of the other ceremonies. Basically, we made our own 'wedding culture'.

www.majalahpearl.com

HEARTTOHEART

Page 103: Majalah Pearl 29

9SE: 6 tahun. Ada satu bagian dari buku Elizabeth Elliott yang aku suka, it says “If you are single today, the portion assigned to you for today is singleness. It is God’s gift. Singleness ought not to be viewed as a problem, nor marriage as a right, God in His wisdom and love grants either as a gift. An unmarried person has the gift of

SUDAH BERAPA LAMA KALIAN MENIKAH DAN APA PELAJARAN PENTING SERTA NASEHAT YANG BISA DIBERIKAN KEPADA PARA PEMBACA

PEARL YANG MASIH SINGLE?

singleness, not to be confused with the gift of celibacy. When we speak of the “gift of celibacy,” we usually refer to one who is bound by vows not to marry. If you are not so bound, what may be your portion tomorrow is not your business today. Today’s business is trust in the living God who precisely measures out, day by day, each one’s portion.”

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

Page 104: Majalah Pearl 29

SELINGKUH, SAYA?!?!!Ga Mungkin Lah Ya...

www.majalahpearl.com #029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

MARRIAGE

Page 105: Majalah Pearl 29

SELINGKUH, SAYA?!?!!Ga Mungkin Lah Ya... Written by Grace Suryani

Designed by Febe Soehardjo www.majalahpearl.com #029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

MARRIAGE

Imag

e so

urce

Pix

abay

.com

by

Takm

eom

eo.

Page 106: Majalah Pearl 29

Dulu sebelum saya married, kalau denger kata selingkuh

pikiran pertama saya adalah, “Ah gue mah ga mungkin... Ga bakal lah suka sama cowok lain kalau sudah menikah! Janji suci!” Setelah menikah, heemmm ternyata tidak segampang yang saya pikirkan.

Menikah ternyata tidak membuat cowok-cowok ganteng di luar sana berubah menjadi buruk rupa. Menikah juga tidak otomatis membuat cowok-cowok di luar sana jadi tidak menarik lagi. Cilakanya, kadang yang terjadi justru sebaliknya. Karena setiap hari bertemu dengan suami kita di rumah yang 4L (Loe Lagi Loe Lagi), bisa membuat kita menjadi kebal terhadap kelebihan suami kita. Suami sayang istri, sudah seharusnya loh. Suami bekerja keras, yah memang sudah kodratnya! Kelebihan suami kita anggap sudah sewajarnya/seharusnya/semestinya, kekurangan suami kita highlight, bold, italic dan diperbesar! Alhasil, suami kita jadi keliatan tidak semenarik cowok-cowok di luar sana.

Lalu bagaimana? Bagaimana kita sebagai para istri yang takut akan Tuhan menyikapi hal ini?

www.majalahpearl.com #029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

MARRIAGE

Pencobaan- Pencobaan Biasa

1Ketika kita mendapati diri kita tertarik/kagum pada orang lain yang bukan pasangan kita, maka hal pertama yang harus kita lakukan adalah tetap tenang. Itu pencobaan BIASA :O Maksudnya?!?!!?! Tertarik sama cowok lain kok bisa pencobaan biasa?!?!!? Well, ketika ada istri-istri yang curhat kepada saya soal ini, biasanya banyak yang shock, kaget dan berpikir, “Kok bisa-bisanya gue begini!??!!?” Sekalipun rasa shock itu wajar tapi terus menerus terkaget-kaget/menyalahkan diri itu sama sekali tidak bermanfaat.

Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah

pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak

melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah

setia dan karena

Page 107: Majalah Pearl 29

www.majalahpearl.com #029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

MARRIAGE

Imag

e so

urce

Pix

abay

.com

by

Uns

plas

h.

itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada

waktu kamu dicobai Ia akan memberikan

kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu

dapat menanggungnya.

(1 Korintus 10:13)

Rasul Paulus mengatakan, kunci pertama untuk menang dari pencobaan adalah sadar, bahwa pencobaan yang kita alami itu pencobaan yang biasa!

Artinya biasa di sini adalah, tidak melebihi kekuatan manusia, kamu bukan satu-satunya orang yang pernah mengalami ini dan Tuhan akan memberikan jalan keluar kepadamu!

Dalam pencobaan ini, percayalah gals, you’re not alone. Ada banyak istri-istri yang takut akan Tuhan, aktif pelayanan, cinta Tuhan yang juga pernah mengalami tertarik dengan pria lain. Awalnya saya ga percaya. Tapi ternyata ... Ga sedikit memang. Bener banget yang Tuhan Yesus katakan bahwa kita harus berdoa dan berjaga-jaga karena daging kita itu lemah.

Ketika kita terus menerus berkubang dalam perasaan shock, kaget, tak percaya, kok bisa-bisanya gue begini!??! Kita justru memberi peluang kepada iblis untuk terus menerus ‘mengipasi’ kita.

Page 108: Majalah Pearl 29

2Jangan Sombong

www.majalahpearl.com #029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

MARRIAGE

Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia

teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia

jangan jatuh!

(1 Korintus 10:12)

Kesombongan adalah langkah pertama

menuju kebinasaan. Pikiran yang sombong akan

menuju kekalahan.

(Amsal 16:18)

Ketika kita merasa ada perasaan-perasaan yang tidak sewajarnya terhadap orang lain, maka lebih baik kita mengakuinya. Jangan sekali-sekali berpikir, “Ah gue mah ga mungkin selingkuh!!! Kita ga ada apa-apa kok!!” Firman Tuhan dengan jelas mengatakan bahwa kita harus berhati-hati dengan kesombongan. Jangan mengira bahwa kita teguh berdiri, pasti selalu setia, tidak mungkin bisa digoda, tidak bakal jatuh ke dalam perzinahan. Hati-hati... Iblis itu ga cuman duduk nongkrong tunggu bola. TIDAK! Iblis itu BERJALAN BERKELILING seperti singa yang mengaum mencari orang yang dapat ditelannya (1 Petrus 5:8).

Lalu apa yang harus kita lakukan?

Martin Luther pernah mengatakan, “Kita tidak bisa mencegah burung terbang di atas kepala kita, tapi kita bisa mencegah burung membuat sarang di atas kepala kita.”

Rasa kagum mungkin bisa datang dengan tiba-tiba, sama seperti burung yang terbang di atas kepala kita. Susah ditebak. Tapi sebenarnya tidak penting untuk tahu burung itu asalnya dari mana. Yang lebih penting adalah mencegah burung itu (rasa kagum) membuat sarang di atas kepala dan hati kita. Artinya, kita bisa dan harus mencegah perasaan kagum/tertarik itu untuk membuat ‘sarang’ dan berkuasa di atas hati kita.

Page 109: Majalah Pearl 29

3

www.majalahpearl.com #029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

MARRIAGE

Allah Setia

Ingatlah selalu bahwa Allah itu setia! Dia menunjukkan kasih setia-Nya dengan memberikan jalan keluar sehingga kita bisa menanggungnya. Artinya dalam setiap pencobaan, Tuhan sudah dan pasti menyediakan jalan keluar. Namun masalahnya kadang, kita ga mau ambil jalan keluar yang Tuhan sediakan. Ketika Roh Kudus memberikan hint-hint dengan perasaan ga enak, ga sreg, ga nyaman, kita berusaha membenarkan perbuatan kita dengan alasan, “Ah, cuman begini doank”, “Ah ga bakal ada apa-apa”, “Kita kan harus menolong orang yang lagi dalam kesusahan”, “Kasian dia, ga ada yang dengerin. Kalau sehabis curhat, gue suka doain dia kok.” Gals, jika Roh Kudus memberi hint-hint, taatlah. Itu jalan keluar yang Allah sediakan.

Imag

e so

urce

Pix

abay

.com

by

Takm

eom

eo, w

ith a

dditi

on o

f a r

ing

to t

he m

odel

.

Page 110: Majalah Pearl 29

2

3

1

www.majalahpearl.com #029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

MARRIAGE

Beberapa tips yang mungkin bisa dilakukan: >> Cerita dengan pasangan

Ketika saya mendapati diri saya merasa kagum dengan laki-laki lain selain suami saya, maka hal pertama yang saya lakukan setelah berdoa adalah cerita dengan suami saya. Cerita apa? Yah jujur terus terang mengatakan kalau saya kok merasa kagum dengan si blablabla. Kebiasaan saya memang setelah menikah jika ada laki-laki yang curhat soal pribadi, pasti saya cerita ke suami. Nah kalau saya merasa kagum dengan seseorang, maka ketika saya ketemu dengan orang itu, pulangnya saya pasti cerita dengan detail. Ketemu di mana, ngobrol apa saja. Suami saya sih ketawa-ketawa saja. Tapi bagi saya, itu menjadi semacem pagar. Jadi saya memperhatikan betul apa yang saya obrolkan dengan orang itu, karena saya tau sehabis ini saya akan cerita semua sama suami saya. Satu hal yang biasanya selalu saya katakan kepada suami saya adalah, “Saya bisa ga cerita ini sama kamu. Tapi saya memilih untuk cerita karena saya tidak ingin buka celah dalam pernikahan kita.”

Sebelum bercerita kepada suami, ada baiknya kita berdoa terlebih dahulu. Minta hikmat dari Tuhan dan tanya kepada Tuhan kapan harus cerita. Minta juga supaya Tuhan yang menyiapkan hati suami kita dan menjaga emosinya.

>> Evaluasi dan doakan hubungan pernikahan anda

Biasanya, perasaan kagum terhadap orang lain muncul ketika kualitas pernikahan kita sedang kurang baik. Entah karena sama-sama sibuk, atau suami sering tugas keluar kota, atau mungkin ada masalah yang belum terselesaikan. Karena itu, penting juga untuk berhenti sejenak dan berbicara dengan pasangan kita mengenai pernikahan kita.

Selain itu haruslah kita mendoakan pernikahan kita. Doakan supaya hubungan kita dan suami semakin mesra, semakin saling mengerti, saling percaya, dapat bekerja sama dengan baik.

>> Ingat kelebihan-kelebihan suami

Tulis dan sengaja ingat-ingat kelebihan suami kita. Lalu puji suami kita atas kelebihan-kelebihannya. Ketika tiba-tiba teringat akan kebaikkan/kelebihan laki-laki lain, langsung ingat bahkan ucapkan kelebihan suami kita.

Page 111: Majalah Pearl 29

4

www.majalahpearl.com #029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

MARRIAGE

>> Lakukan hal yang Tuhan perintahkan untuk lakukan

Dan yang terakhir, jika kita merasa Tuhan meminta kita untuk melakukan sesuatu, sekalipun itu mungkin keliatan drastis (tidak membalas sms/message, blocked orang tersebut dari FB/Whatsapp, bahkan ada seorang teman saya yang sampai memutuskan untuk pindah tempat kerja). Ketika kita mengambil langkah drastis, mungkin akan ada suara-suara sumbang yang berkata, “Ih ga perlu lah sampe segitunya.”, tapi jika memang itu yang Tuhan minta anda lakukan, TAATLAH. Karena

dimata Tuhan, pernikahan adalah gambaran hubungan Yesus dengan gereja-Nya. Ketika Yesus berjuang untuk mempelai-Nya, Gereja, Ia juga mengambil langkah yang drastis, turun ke dunia sebagai bayi dan mati di kayu salib. : )

Hubungan suami istri, selalu layak untuk diperjuangkan. Selamat berjuang.

***

Imag

e so

urce

all-

free

-dow

nloa

d.co

m b

y Pe

tr K

rato

chvi

l.

“Hubungan suami istri, selalu layak untuk diperjuangkan.”

Page 112: Majalah Pearl 29

adi ibu adalah impian sebagian besar wanita di dunia ini. Bagi sebagian wanita, impian itu sungguh-sungguh menjadi

kenyataan. Namun kenyataan seringkali tak seindah impian. Di kehidupan nyata, anak-anak kita tidak semanis anak-anak di iklan TV. Kadang, anak-anak kita malah lebih

MY KIDS DRIVE ME CRAZYWRITER: NATALIA SETIADI DESIGNER: MICHELLE HERMAN

manis, tapi kadang-kadang ... (hmm ... hmm ...)

Ketika mempersiapkan diri menjadi ibu, umumnya kita membekali diri dengan membaca buku-buku parenting, ikut kelas parenting, menimba ilmu dari teman-teman yang sudah jadi ibu, berdiskusi dengan suami tentang pola

asuh yang ingin diterapkan, dan seterusnya. Karena begitu sayang pada (calon) anak-anak kita, kita membentuk idealisme dan standar tentang orangtua yang baik. Kita biasanya belum menyadari betapa mustahilnya idealisme dan standar itu.

Setelah bayi kita lahir, barulah kita mengerti bahwa menjadi ibu adalah pengalaman yang lebih berat dari yang kita bayangkan. Sebagian ibu yang bayinya “sulit” atau amat sangat rewel karena satu dan lain hal, bahkan merasa sangat sengsara. Tidak sedikit yang mengalami baby blues, bahkan depresi pasca- persalinan. Ini saatnya segala teori berguguran satu persatu, digantikan dengan “survival mode”: apa pun bolehlah, yang penting bayi dan ibu sama-sama bertahan hidup, syukur-syukur kalau ibu masih tetap waras.

Dengan lelahnya kita menanti-nanti saatnya si bayi berumur sekian, karena kita berharap di umur itu si bayi sudah akan melewati masa-masa sulitnya, dan hidup akan terasa lebih mudah. Ternyata sebelum usia sekian, sudah muncul tantangan baru yang entah kapan akan berlalu, dan tak lama kemudian, muncul lagi tantangan berikutnya. Badai tak kunjung berlalu.

Dalam keadaan seperti itu, betapa mudahnya kita putus asa, hilang

harapan, hilang kesabaran. Betapa kagetnya ketika kita menemukan diri kita berteriak-teriak seperti orang kesurupan pada anak-anak kita yang dulunya manis bak bintang iklan. Awalnya kita menyalahkan keadaan, “Ah mungkin ini Premenstrual Syndrome (PMS)...” atau berharap itu hanya letupan emosi sesaat.

Tetapi ketika tekanan hidup makin bertambah, tahu-tahu kita sudah terlalu sering meninggikan nada suara, lebih dari yang kita sadari maupun inginkan. Inilah saat yang ditunggu-tunggu oleh iblis. Saat di mana dia datang menyerang si ibu dengan tuduhan bahwa dia sudah gagal menjadi ibu yang baik. Dengan

lihainya iblis menipu si ibu, bahwa dia telah menghancurkan anak-anaknya karena kurangnya kesabaran dan ketidakmampuannya menjadi teladan yang baik, apalagi menjadi “a godly mother” seperti para penulis buku.

Saya pribadi pernah terpuruk di titik itu. Bukan hanya sekali. Bahkan setelah dapat pencerahan pun, saya masih juga terjatuh di lubang yang sama. Tipuan iblis yang ini begitu telak, karena menyerang kita tepat di titik kelemahan kita. Rasa sayang kita kepada anak-anak kita, kesibukan mengurus anak-anak balita membuat disiplin rohani kita mengendur dan mengurangi waktu

kita bersekutu dengan Tuhan, berbagai tantangan hidup lain di usia 30an, semua ini membuat kita begitu mudah diserang.

Tapi, meskipun iblis menyerang, bukan berarti dia akan menang! Meskipun kita jatuh terpuruk, bukan berarti kita kalah! Amsal 24:16 berkata, “Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana.” Ingat ya, kelemahan kita tidak membuat kita jadi orang fasik, kita adalah orang-orang yang sudah DIBENARKAN oleh penebusan Tuhan kita Yesus Kristus.

Dalam keterpurukan kita, Allah Bapa menemui kita dalam kasih karunia. Tuhan memilih kita jadi ibu bukan karena kita mampu. Dia tahu benar bahwa kita TIDAK akan mampu. Bahwa kita bakal ngawur, dan membuat banyak kesalahan. Dia menawarkan kasih karunia-Nya, ketika kita menyadari betapa kita sebenarnya tidak memiliki kemampuan untuk menjadi ibu yang baik bagi anak-anak kita. Dia SUDAH memberikan penebusan bagi kesalahan-kesalahan kita sebagai ibu, jauh sebelum kesalahan-kesalahan itu kita lakukan.

Dulu dengan naifnya saya merasa diri sudah menjadi ibu yang baik, dengan segambreng metode parenting yang saya terapkan. Ketika orang menyebut saya “supermom”,

J

diam-diam saya jumawa dan merasa diri lebih baik dari ibu-ibu lain. Sampai Tuhan perlahan-lahan dan dengan (tidak terlalu) lembut menunjukkan kelemahan-kelemahan dan cacat dalam karakter saya. Membesarkan anak itu seperti membeli sebuah cermin besar. Seiring berjalannya waktu, makin banyak cacat cela kita yang muncul yang dulunya tidak kita sadari. Ini mengguncang kepercayaan diri saya dan membuat saya terpuruk. Namun sekarang saya bersyukur karena Tuhan mengizinkan saya terpuruk. Terpuruk merontokkan kesombongan pribadi saya.

Ternyata, Tuhan menetapkan saya jadi ibu lebih untuk membentuk saya, bukan untuk menyuruh saya membentuk anak saya. Kalau saya masih banyak cacatnya, bagaimana saya bisa membentuk anak saya? Membentuk anak saya adalah bagiannya Tuhan.

Di dinding sekolah anak saya terpampang besar-besar tulisan “Good children come from good parents.”

Apakah pembaca setuju?Saya pribadi sih sangat tidak

setuju. Bukan karena anak saya dicap “not good” padahal saya ibu yang baik. Bukan, bukan itu. Sebagai pengikut Kristus, saya meyakini bahwa kita orangtua adalah manusia yang sudah jatuh dalam dosa, kita pada dasarnya

tidak mampu menjadi orangtua yang baik. Tetapi, “kuasa Ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib.” 2 Petrus 1:3

Anak-anak kita akan menjadi baik bukan karena orangtuanya baik, tetapi karena kita sebagai orangtuanya menyadari cacat karakter dan kelemahan kita, kita merendahkan diri, merelakan diri dibentuk oleh Tuhan agar menjadi lebih seperti Kristus, dalam kita membesarkan anak-anak kita. Kasih karunia-Nya tersedia bagi kita, penebusan-Nya membenarkan kesalahan-kesalahan kita. Kesalahan kita tidak dapat merusak rencana Ilahi-Nya bagi hidup anak-anak kita.

Mari kita sebagai orangtua, terutama sebagai ibu, mengambil perisai iman, merelakan diri dibentuk, dan mengandalkan Tuhan setiap hari dalam perjalanan kita membesarkan anak-anak yang Dia anugerahkan bagi kita.

www.majalahpearl.com

PARENTING

Page 113: Majalah Pearl 29

adi ibu adalah impian sebagian besar wanita di dunia ini. Bagi sebagian wanita, impian itu sungguh-sungguh menjadi

kenyataan. Namun kenyataan seringkali tak seindah impian. Di kehidupan nyata, anak-anak kita tidak semanis anak-anak di iklan TV. Kadang, anak-anak kita malah lebih

manis, tapi kadang-kadang ... (hmm ... hmm ...)

Ketika mempersiapkan diri menjadi ibu, umumnya kita membekali diri dengan membaca buku-buku parenting, ikut kelas parenting, menimba ilmu dari teman-teman yang sudah jadi ibu, berdiskusi dengan suami tentang pola

asuh yang ingin diterapkan, dan seterusnya. Karena begitu sayang pada (calon) anak-anak kita, kita membentuk idealisme dan standar tentang orangtua yang baik. Kita biasanya belum menyadari betapa mustahilnya idealisme dan standar itu.

Setelah bayi kita lahir, barulah kita mengerti bahwa menjadi ibu adalah pengalaman yang lebih berat dari yang kita bayangkan. Sebagian ibu yang bayinya “sulit” atau amat sangat rewel karena satu dan lain hal, bahkan merasa sangat sengsara. Tidak sedikit yang mengalami baby blues, bahkan depresi pasca- persalinan. Ini saatnya segala teori berguguran satu persatu, digantikan dengan “survival mode”: apa pun bolehlah, yang penting bayi dan ibu sama-sama bertahan hidup, syukur-syukur kalau ibu masih tetap waras.

Dengan lelahnya kita menanti-nanti saatnya si bayi berumur sekian, karena kita berharap di umur itu si bayi sudah akan melewati masa-masa sulitnya, dan hidup akan terasa lebih mudah. Ternyata sebelum usia sekian, sudah muncul tantangan baru yang entah kapan akan berlalu, dan tak lama kemudian, muncul lagi tantangan berikutnya. Badai tak kunjung berlalu.

Dalam keadaan seperti itu, betapa mudahnya kita putus asa, hilang

harapan, hilang kesabaran. Betapa kagetnya ketika kita menemukan diri kita berteriak-teriak seperti orang kesurupan pada anak-anak kita yang dulunya manis bak bintang iklan. Awalnya kita menyalahkan keadaan, “Ah mungkin ini Premenstrual Syndrome (PMS)...” atau berharap itu hanya letupan emosi sesaat.

Tetapi ketika tekanan hidup makin bertambah, tahu-tahu kita sudah terlalu sering meninggikan nada suara, lebih dari yang kita sadari maupun inginkan. Inilah saat yang ditunggu-tunggu oleh iblis. Saat di mana dia datang menyerang si ibu dengan tuduhan bahwa dia sudah gagal menjadi ibu yang baik. Dengan

lihainya iblis menipu si ibu, bahwa dia telah menghancurkan anak-anaknya karena kurangnya kesabaran dan ketidakmampuannya menjadi teladan yang baik, apalagi menjadi “a godly mother” seperti para penulis buku.

Saya pribadi pernah terpuruk di titik itu. Bukan hanya sekali. Bahkan setelah dapat pencerahan pun, saya masih juga terjatuh di lubang yang sama. Tipuan iblis yang ini begitu telak, karena menyerang kita tepat di titik kelemahan kita. Rasa sayang kita kepada anak-anak kita, kesibukan mengurus anak-anak balita membuat disiplin rohani kita mengendur dan mengurangi waktu

kita bersekutu dengan Tuhan, berbagai tantangan hidup lain di usia 30an, semua ini membuat kita begitu mudah diserang.

Tapi, meskipun iblis menyerang, bukan berarti dia akan menang! Meskipun kita jatuh terpuruk, bukan berarti kita kalah! Amsal 24:16 berkata, “Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana.” Ingat ya, kelemahan kita tidak membuat kita jadi orang fasik, kita adalah orang-orang yang sudah DIBENARKAN oleh penebusan Tuhan kita Yesus Kristus.

Dalam keterpurukan kita, Allah Bapa menemui kita dalam kasih karunia. Tuhan memilih kita jadi ibu bukan karena kita mampu. Dia tahu benar bahwa kita TIDAK akan mampu. Bahwa kita bakal ngawur, dan membuat banyak kesalahan. Dia menawarkan kasih karunia-Nya, ketika kita menyadari betapa kita sebenarnya tidak memiliki kemampuan untuk menjadi ibu yang baik bagi anak-anak kita. Dia SUDAH memberikan penebusan bagi kesalahan-kesalahan kita sebagai ibu, jauh sebelum kesalahan-kesalahan itu kita lakukan.

Dulu dengan naifnya saya merasa diri sudah menjadi ibu yang baik, dengan segambreng metode parenting yang saya terapkan. Ketika orang menyebut saya “supermom”,

diam-diam saya jumawa dan merasa diri lebih baik dari ibu-ibu lain. Sampai Tuhan perlahan-lahan dan dengan (tidak terlalu) lembut menunjukkan kelemahan-kelemahan dan cacat dalam karakter saya. Membesarkan anak itu seperti membeli sebuah cermin besar. Seiring berjalannya waktu, makin banyak cacat cela kita yang muncul yang dulunya tidak kita sadari. Ini mengguncang kepercayaan diri saya dan membuat saya terpuruk. Namun sekarang saya bersyukur karena Tuhan mengizinkan saya terpuruk. Terpuruk merontokkan kesombongan pribadi saya.

Ternyata, Tuhan menetapkan saya jadi ibu lebih untuk membentuk saya, bukan untuk menyuruh saya membentuk anak saya. Kalau saya masih banyak cacatnya, bagaimana saya bisa membentuk anak saya? Membentuk anak saya adalah bagiannya Tuhan.

Di dinding sekolah anak saya terpampang besar-besar tulisan “Good children come from good parents.”

Apakah pembaca setuju?Saya pribadi sih sangat tidak

setuju. Bukan karena anak saya dicap “not good” padahal saya ibu yang baik. Bukan, bukan itu. Sebagai pengikut Kristus, saya meyakini bahwa kita orangtua adalah manusia yang sudah jatuh dalam dosa, kita pada dasarnya

tidak mampu menjadi orangtua yang baik. Tetapi, “kuasa Ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib.” 2 Petrus 1:3

Anak-anak kita akan menjadi baik bukan karena orangtuanya baik, tetapi karena kita sebagai orangtuanya menyadari cacat karakter dan kelemahan kita, kita merendahkan diri, merelakan diri dibentuk oleh Tuhan agar menjadi lebih seperti Kristus, dalam kita membesarkan anak-anak kita. Kasih karunia-Nya tersedia bagi kita, penebusan-Nya membenarkan kesalahan-kesalahan kita. Kesalahan kita tidak dapat merusak rencana Ilahi-Nya bagi hidup anak-anak kita.

Mari kita sebagai orangtua, terutama sebagai ibu, mengambil perisai iman, merelakan diri dibentuk, dan mengandalkan Tuhan setiap hari dalam perjalanan kita membesarkan anak-anak yang Dia anugerahkan bagi kita.

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

Page 114: Majalah Pearl 29

adi ibu adalah impian sebagian besar wanita di dunia ini. Bagi sebagian wanita, impian itu sungguh-sungguh menjadi

kenyataan. Namun kenyataan seringkali tak seindah impian. Di kehidupan nyata, anak-anak kita tidak semanis anak-anak di iklan TV. Kadang, anak-anak kita malah lebih

manis, tapi kadang-kadang ... (hmm ... hmm ...)

Ketika mempersiapkan diri menjadi ibu, umumnya kita membekali diri dengan membaca buku-buku parenting, ikut kelas parenting, menimba ilmu dari teman-teman yang sudah jadi ibu, berdiskusi dengan suami tentang pola

asuh yang ingin diterapkan, dan seterusnya. Karena begitu sayang pada (calon) anak-anak kita, kita membentuk idealisme dan standar tentang orangtua yang baik. Kita biasanya belum menyadari betapa mustahilnya idealisme dan standar itu.

Setelah bayi kita lahir, barulah kita mengerti bahwa menjadi ibu adalah pengalaman yang lebih berat dari yang kita bayangkan. Sebagian ibu yang bayinya “sulit” atau amat sangat rewel karena satu dan lain hal, bahkan merasa sangat sengsara. Tidak sedikit yang mengalami baby blues, bahkan depresi pasca- persalinan. Ini saatnya segala teori berguguran satu persatu, digantikan dengan “survival mode”: apa pun bolehlah, yang penting bayi dan ibu sama-sama bertahan hidup, syukur-syukur kalau ibu masih tetap waras.

Dengan lelahnya kita menanti-nanti saatnya si bayi berumur sekian, karena kita berharap di umur itu si bayi sudah akan melewati masa-masa sulitnya, dan hidup akan terasa lebih mudah. Ternyata sebelum usia sekian, sudah muncul tantangan baru yang entah kapan akan berlalu, dan tak lama kemudian, muncul lagi tantangan berikutnya. Badai tak kunjung berlalu.

Dalam keadaan seperti itu, betapa mudahnya kita putus asa, hilang

harapan, hilang kesabaran. Betapa kagetnya ketika kita menemukan diri kita berteriak-teriak seperti orang kesurupan pada anak-anak kita yang dulunya manis bak bintang iklan. Awalnya kita menyalahkan keadaan, “Ah mungkin ini Premenstrual Syndrome (PMS)...” atau berharap itu hanya letupan emosi sesaat.

Tetapi ketika tekanan hidup makin bertambah, tahu-tahu kita sudah terlalu sering meninggikan nada suara, lebih dari yang kita sadari maupun inginkan. Inilah saat yang ditunggu-tunggu oleh iblis. Saat di mana dia datang menyerang si ibu dengan tuduhan bahwa dia sudah gagal menjadi ibu yang baik. Dengan

lihainya iblis menipu si ibu, bahwa dia telah menghancurkan anak-anaknya karena kurangnya kesabaran dan ketidakmampuannya menjadi teladan yang baik, apalagi menjadi “a godly mother” seperti para penulis buku.

Saya pribadi pernah terpuruk di titik itu. Bukan hanya sekali. Bahkan setelah dapat pencerahan pun, saya masih juga terjatuh di lubang yang sama. Tipuan iblis yang ini begitu telak, karena menyerang kita tepat di titik kelemahan kita. Rasa sayang kita kepada anak-anak kita, kesibukan mengurus anak-anak balita membuat disiplin rohani kita mengendur dan mengurangi waktu

kita bersekutu dengan Tuhan, berbagai tantangan hidup lain di usia 30an, semua ini membuat kita begitu mudah diserang.

Tapi, meskipun iblis menyerang, bukan berarti dia akan menang! Meskipun kita jatuh terpuruk, bukan berarti kita kalah! Amsal 24:16 berkata, “Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana.” Ingat ya, kelemahan kita tidak membuat kita jadi orang fasik, kita adalah orang-orang yang sudah DIBENARKAN oleh penebusan Tuhan kita Yesus Kristus.

Dalam keterpurukan kita, Allah Bapa menemui kita dalam kasih karunia. Tuhan memilih kita jadi ibu bukan karena kita mampu. Dia tahu benar bahwa kita TIDAK akan mampu. Bahwa kita bakal ngawur, dan membuat banyak kesalahan. Dia menawarkan kasih karunia-Nya, ketika kita menyadari betapa kita sebenarnya tidak memiliki kemampuan untuk menjadi ibu yang baik bagi anak-anak kita. Dia SUDAH memberikan penebusan bagi kesalahan-kesalahan kita sebagai ibu, jauh sebelum kesalahan-kesalahan itu kita lakukan.

Dulu dengan naifnya saya merasa diri sudah menjadi ibu yang baik, dengan segambreng metode parenting yang saya terapkan. Ketika orang menyebut saya “supermom”,

diam-diam saya jumawa dan merasa diri lebih baik dari ibu-ibu lain. Sampai Tuhan perlahan-lahan dan dengan (tidak terlalu) lembut menunjukkan kelemahan-kelemahan dan cacat dalam karakter saya. Membesarkan anak itu seperti membeli sebuah cermin besar. Seiring berjalannya waktu, makin banyak cacat cela kita yang muncul yang dulunya tidak kita sadari. Ini mengguncang kepercayaan diri saya dan membuat saya terpuruk. Namun sekarang saya bersyukur karena Tuhan mengizinkan saya terpuruk. Terpuruk merontokkan kesombongan pribadi saya.

Ternyata, Tuhan menetapkan saya jadi ibu lebih untuk membentuk saya, bukan untuk menyuruh saya membentuk anak saya. Kalau saya masih banyak cacatnya, bagaimana saya bisa membentuk anak saya? Membentuk anak saya adalah bagiannya Tuhan.

Di dinding sekolah anak saya terpampang besar-besar tulisan “Good children come from good parents.”

Apakah pembaca setuju?Saya pribadi sih sangat tidak

setuju. Bukan karena anak saya dicap “not good” padahal saya ibu yang baik. Bukan, bukan itu. Sebagai pengikut Kristus, saya meyakini bahwa kita orangtua adalah manusia yang sudah jatuh dalam dosa, kita pada dasarnya

tidak mampu menjadi orangtua yang baik. Tetapi, “kuasa Ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib.” 2 Petrus 1:3

Anak-anak kita akan menjadi baik bukan karena orangtuanya baik, tetapi karena kita sebagai orangtuanya menyadari cacat karakter dan kelemahan kita, kita merendahkan diri, merelakan diri dibentuk oleh Tuhan agar menjadi lebih seperti Kristus, dalam kita membesarkan anak-anak kita. Kasih karunia-Nya tersedia bagi kita, penebusan-Nya membenarkan kesalahan-kesalahan kita. Kesalahan kita tidak dapat merusak rencana Ilahi-Nya bagi hidup anak-anak kita.

Mari kita sebagai orangtua, terutama sebagai ibu, mengambil perisai iman, merelakan diri dibentuk, dan mengandalkan Tuhan setiap hari dalam perjalanan kita membesarkan anak-anak yang Dia anugerahkan bagi kita.

www.majalahpearl.com

PARENTING

Page 115: Majalah Pearl 29

adi ibu adalah impian sebagian besar wanita di dunia ini. Bagi sebagian wanita, impian itu sungguh-sungguh menjadi

kenyataan. Namun kenyataan seringkali tak seindah impian. Di kehidupan nyata, anak-anak kita tidak semanis anak-anak di iklan TV. Kadang, anak-anak kita malah lebih

manis, tapi kadang-kadang ... (hmm ... hmm ...)

Ketika mempersiapkan diri menjadi ibu, umumnya kita membekali diri dengan membaca buku-buku parenting, ikut kelas parenting, menimba ilmu dari teman-teman yang sudah jadi ibu, berdiskusi dengan suami tentang pola

asuh yang ingin diterapkan, dan seterusnya. Karena begitu sayang pada (calon) anak-anak kita, kita membentuk idealisme dan standar tentang orangtua yang baik. Kita biasanya belum menyadari betapa mustahilnya idealisme dan standar itu.

Setelah bayi kita lahir, barulah kita mengerti bahwa menjadi ibu adalah pengalaman yang lebih berat dari yang kita bayangkan. Sebagian ibu yang bayinya “sulit” atau amat sangat rewel karena satu dan lain hal, bahkan merasa sangat sengsara. Tidak sedikit yang mengalami baby blues, bahkan depresi pasca- persalinan. Ini saatnya segala teori berguguran satu persatu, digantikan dengan “survival mode”: apa pun bolehlah, yang penting bayi dan ibu sama-sama bertahan hidup, syukur-syukur kalau ibu masih tetap waras.

Dengan lelahnya kita menanti-nanti saatnya si bayi berumur sekian, karena kita berharap di umur itu si bayi sudah akan melewati masa-masa sulitnya, dan hidup akan terasa lebih mudah. Ternyata sebelum usia sekian, sudah muncul tantangan baru yang entah kapan akan berlalu, dan tak lama kemudian, muncul lagi tantangan berikutnya. Badai tak kunjung berlalu.

Dalam keadaan seperti itu, betapa mudahnya kita putus asa, hilang

harapan, hilang kesabaran. Betapa kagetnya ketika kita menemukan diri kita berteriak-teriak seperti orang kesurupan pada anak-anak kita yang dulunya manis bak bintang iklan. Awalnya kita menyalahkan keadaan, “Ah mungkin ini Premenstrual Syndrome (PMS)...” atau berharap itu hanya letupan emosi sesaat.

Tetapi ketika tekanan hidup makin bertambah, tahu-tahu kita sudah terlalu sering meninggikan nada suara, lebih dari yang kita sadari maupun inginkan. Inilah saat yang ditunggu-tunggu oleh iblis. Saat di mana dia datang menyerang si ibu dengan tuduhan bahwa dia sudah gagal menjadi ibu yang baik. Dengan

lihainya iblis menipu si ibu, bahwa dia telah menghancurkan anak-anaknya karena kurangnya kesabaran dan ketidakmampuannya menjadi teladan yang baik, apalagi menjadi “a godly mother” seperti para penulis buku.

Saya pribadi pernah terpuruk di titik itu. Bukan hanya sekali. Bahkan setelah dapat pencerahan pun, saya masih juga terjatuh di lubang yang sama. Tipuan iblis yang ini begitu telak, karena menyerang kita tepat di titik kelemahan kita. Rasa sayang kita kepada anak-anak kita, kesibukan mengurus anak-anak balita membuat disiplin rohani kita mengendur dan mengurangi waktu

kita bersekutu dengan Tuhan, berbagai tantangan hidup lain di usia 30an, semua ini membuat kita begitu mudah diserang.

Tapi, meskipun iblis menyerang, bukan berarti dia akan menang! Meskipun kita jatuh terpuruk, bukan berarti kita kalah! Amsal 24:16 berkata, “Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana.” Ingat ya, kelemahan kita tidak membuat kita jadi orang fasik, kita adalah orang-orang yang sudah DIBENARKAN oleh penebusan Tuhan kita Yesus Kristus.

Dalam keterpurukan kita, Allah Bapa menemui kita dalam kasih karunia. Tuhan memilih kita jadi ibu bukan karena kita mampu. Dia tahu benar bahwa kita TIDAK akan mampu. Bahwa kita bakal ngawur, dan membuat banyak kesalahan. Dia menawarkan kasih karunia-Nya, ketika kita menyadari betapa kita sebenarnya tidak memiliki kemampuan untuk menjadi ibu yang baik bagi anak-anak kita. Dia SUDAH memberikan penebusan bagi kesalahan-kesalahan kita sebagai ibu, jauh sebelum kesalahan-kesalahan itu kita lakukan.

Dulu dengan naifnya saya merasa diri sudah menjadi ibu yang baik, dengan segambreng metode parenting yang saya terapkan. Ketika orang menyebut saya “supermom”,

diam-diam saya jumawa dan merasa diri lebih baik dari ibu-ibu lain. Sampai Tuhan perlahan-lahan dan dengan (tidak terlalu) lembut menunjukkan kelemahan-kelemahan dan cacat dalam karakter saya. Membesarkan anak itu seperti membeli sebuah cermin besar. Seiring berjalannya waktu, makin banyak cacat cela kita yang muncul yang dulunya tidak kita sadari. Ini mengguncang kepercayaan diri saya dan membuat saya terpuruk. Namun sekarang saya bersyukur karena Tuhan mengizinkan saya terpuruk. Terpuruk merontokkan kesombongan pribadi saya.

Ternyata, Tuhan menetapkan saya jadi ibu lebih untuk membentuk saya, bukan untuk menyuruh saya membentuk anak saya. Kalau saya masih banyak cacatnya, bagaimana saya bisa membentuk anak saya? Membentuk anak saya adalah bagiannya Tuhan.

Di dinding sekolah anak saya terpampang besar-besar tulisan “Good children come from good parents.”

Apakah pembaca setuju?Saya pribadi sih sangat tidak

setuju. Bukan karena anak saya dicap “not good” padahal saya ibu yang baik. Bukan, bukan itu. Sebagai pengikut Kristus, saya meyakini bahwa kita orangtua adalah manusia yang sudah jatuh dalam dosa, kita pada dasarnya

tidak mampu menjadi orangtua yang baik. Tetapi, “kuasa Ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib.” 2 Petrus 1:3

Anak-anak kita akan menjadi baik bukan karena orangtuanya baik, tetapi karena kita sebagai orangtuanya menyadari cacat karakter dan kelemahan kita, kita merendahkan diri, merelakan diri dibentuk oleh Tuhan agar menjadi lebih seperti Kristus, dalam kita membesarkan anak-anak kita. Kasih karunia-Nya tersedia bagi kita, penebusan-Nya membenarkan kesalahan-kesalahan kita. Kesalahan kita tidak dapat merusak rencana Ilahi-Nya bagi hidup anak-anak kita.

Mari kita sebagai orangtua, terutama sebagai ibu, mengambil perisai iman, merelakan diri dibentuk, dan mengandalkan Tuhan setiap hari dalam perjalanan kita membesarkan anak-anak yang Dia anugerahkan bagi kita.

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

Page 116: Majalah Pearl 29

adi ibu adalah impian sebagian besar wanita di dunia ini. Bagi sebagian wanita, impian itu sungguh-sungguh menjadi

kenyataan. Namun kenyataan seringkali tak seindah impian. Di kehidupan nyata, anak-anak kita tidak semanis anak-anak di iklan TV. Kadang, anak-anak kita malah lebih

manis, tapi kadang-kadang ... (hmm ... hmm ...)

Ketika mempersiapkan diri menjadi ibu, umumnya kita membekali diri dengan membaca buku-buku parenting, ikut kelas parenting, menimba ilmu dari teman-teman yang sudah jadi ibu, berdiskusi dengan suami tentang pola

asuh yang ingin diterapkan, dan seterusnya. Karena begitu sayang pada (calon) anak-anak kita, kita membentuk idealisme dan standar tentang orangtua yang baik. Kita biasanya belum menyadari betapa mustahilnya idealisme dan standar itu.

Setelah bayi kita lahir, barulah kita mengerti bahwa menjadi ibu adalah pengalaman yang lebih berat dari yang kita bayangkan. Sebagian ibu yang bayinya “sulit” atau amat sangat rewel karena satu dan lain hal, bahkan merasa sangat sengsara. Tidak sedikit yang mengalami baby blues, bahkan depresi pasca- persalinan. Ini saatnya segala teori berguguran satu persatu, digantikan dengan “survival mode”: apa pun bolehlah, yang penting bayi dan ibu sama-sama bertahan hidup, syukur-syukur kalau ibu masih tetap waras.

Dengan lelahnya kita menanti-nanti saatnya si bayi berumur sekian, karena kita berharap di umur itu si bayi sudah akan melewati masa-masa sulitnya, dan hidup akan terasa lebih mudah. Ternyata sebelum usia sekian, sudah muncul tantangan baru yang entah kapan akan berlalu, dan tak lama kemudian, muncul lagi tantangan berikutnya. Badai tak kunjung berlalu.

Dalam keadaan seperti itu, betapa mudahnya kita putus asa, hilang

harapan, hilang kesabaran. Betapa kagetnya ketika kita menemukan diri kita berteriak-teriak seperti orang kesurupan pada anak-anak kita yang dulunya manis bak bintang iklan. Awalnya kita menyalahkan keadaan, “Ah mungkin ini Premenstrual Syndrome (PMS)...” atau berharap itu hanya letupan emosi sesaat.

Tetapi ketika tekanan hidup makin bertambah, tahu-tahu kita sudah terlalu sering meninggikan nada suara, lebih dari yang kita sadari maupun inginkan. Inilah saat yang ditunggu-tunggu oleh iblis. Saat di mana dia datang menyerang si ibu dengan tuduhan bahwa dia sudah gagal menjadi ibu yang baik. Dengan

lihainya iblis menipu si ibu, bahwa dia telah menghancurkan anak-anaknya karena kurangnya kesabaran dan ketidakmampuannya menjadi teladan yang baik, apalagi menjadi “a godly mother” seperti para penulis buku.

Saya pribadi pernah terpuruk di titik itu. Bukan hanya sekali. Bahkan setelah dapat pencerahan pun, saya masih juga terjatuh di lubang yang sama. Tipuan iblis yang ini begitu telak, karena menyerang kita tepat di titik kelemahan kita. Rasa sayang kita kepada anak-anak kita, kesibukan mengurus anak-anak balita membuat disiplin rohani kita mengendur dan mengurangi waktu

kita bersekutu dengan Tuhan, berbagai tantangan hidup lain di usia 30an, semua ini membuat kita begitu mudah diserang.

Tapi, meskipun iblis menyerang, bukan berarti dia akan menang! Meskipun kita jatuh terpuruk, bukan berarti kita kalah! Amsal 24:16 berkata, “Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana.” Ingat ya, kelemahan kita tidak membuat kita jadi orang fasik, kita adalah orang-orang yang sudah DIBENARKAN oleh penebusan Tuhan kita Yesus Kristus.

Dalam keterpurukan kita, Allah Bapa menemui kita dalam kasih karunia. Tuhan memilih kita jadi ibu bukan karena kita mampu. Dia tahu benar bahwa kita TIDAK akan mampu. Bahwa kita bakal ngawur, dan membuat banyak kesalahan. Dia menawarkan kasih karunia-Nya, ketika kita menyadari betapa kita sebenarnya tidak memiliki kemampuan untuk menjadi ibu yang baik bagi anak-anak kita. Dia SUDAH memberikan penebusan bagi kesalahan-kesalahan kita sebagai ibu, jauh sebelum kesalahan-kesalahan itu kita lakukan.

Dulu dengan naifnya saya merasa diri sudah menjadi ibu yang baik, dengan segambreng metode parenting yang saya terapkan. Ketika orang menyebut saya “supermom”,

diam-diam saya jumawa dan merasa diri lebih baik dari ibu-ibu lain. Sampai Tuhan perlahan-lahan dan dengan (tidak terlalu) lembut menunjukkan kelemahan-kelemahan dan cacat dalam karakter saya. Membesarkan anak itu seperti membeli sebuah cermin besar. Seiring berjalannya waktu, makin banyak cacat cela kita yang muncul yang dulunya tidak kita sadari. Ini mengguncang kepercayaan diri saya dan membuat saya terpuruk. Namun sekarang saya bersyukur karena Tuhan mengizinkan saya terpuruk. Terpuruk merontokkan kesombongan pribadi saya.

Ternyata, Tuhan menetapkan saya jadi ibu lebih untuk membentuk saya, bukan untuk menyuruh saya membentuk anak saya. Kalau saya masih banyak cacatnya, bagaimana saya bisa membentuk anak saya? Membentuk anak saya adalah bagiannya Tuhan.

Di dinding sekolah anak saya terpampang besar-besar tulisan “Good children come from good parents.”

Apakah pembaca setuju?Saya pribadi sih sangat tidak

setuju. Bukan karena anak saya dicap “not good” padahal saya ibu yang baik. Bukan, bukan itu. Sebagai pengikut Kristus, saya meyakini bahwa kita orangtua adalah manusia yang sudah jatuh dalam dosa, kita pada dasarnya

tidak mampu menjadi orangtua yang baik. Tetapi, “kuasa Ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib.” 2 Petrus 1:3

Anak-anak kita akan menjadi baik bukan karena orangtuanya baik, tetapi karena kita sebagai orangtuanya menyadari cacat karakter dan kelemahan kita, kita merendahkan diri, merelakan diri dibentuk oleh Tuhan agar menjadi lebih seperti Kristus, dalam kita membesarkan anak-anak kita. Kasih karunia-Nya tersedia bagi kita, penebusan-Nya membenarkan kesalahan-kesalahan kita. Kesalahan kita tidak dapat merusak rencana Ilahi-Nya bagi hidup anak-anak kita.

Mari kita sebagai orangtua, terutama sebagai ibu, mengambil perisai iman, merelakan diri dibentuk, dan mengandalkan Tuhan setiap hari dalam perjalanan kita membesarkan anak-anak yang Dia anugerahkan bagi kita.

www.majalahpearl.com

PARENTING

Page 117: Majalah Pearl 29

adi ibu adalah impian sebagian besar wanita di dunia ini. Bagi sebagian wanita, impian itu sungguh-sungguh menjadi

kenyataan. Namun kenyataan seringkali tak seindah impian. Di kehidupan nyata, anak-anak kita tidak semanis anak-anak di iklan TV. Kadang, anak-anak kita malah lebih

manis, tapi kadang-kadang ... (hmm ... hmm ...)

Ketika mempersiapkan diri menjadi ibu, umumnya kita membekali diri dengan membaca buku-buku parenting, ikut kelas parenting, menimba ilmu dari teman-teman yang sudah jadi ibu, berdiskusi dengan suami tentang pola

asuh yang ingin diterapkan, dan seterusnya. Karena begitu sayang pada (calon) anak-anak kita, kita membentuk idealisme dan standar tentang orangtua yang baik. Kita biasanya belum menyadari betapa mustahilnya idealisme dan standar itu.

Setelah bayi kita lahir, barulah kita mengerti bahwa menjadi ibu adalah pengalaman yang lebih berat dari yang kita bayangkan. Sebagian ibu yang bayinya “sulit” atau amat sangat rewel karena satu dan lain hal, bahkan merasa sangat sengsara. Tidak sedikit yang mengalami baby blues, bahkan depresi pasca- persalinan. Ini saatnya segala teori berguguran satu persatu, digantikan dengan “survival mode”: apa pun bolehlah, yang penting bayi dan ibu sama-sama bertahan hidup, syukur-syukur kalau ibu masih tetap waras.

Dengan lelahnya kita menanti-nanti saatnya si bayi berumur sekian, karena kita berharap di umur itu si bayi sudah akan melewati masa-masa sulitnya, dan hidup akan terasa lebih mudah. Ternyata sebelum usia sekian, sudah muncul tantangan baru yang entah kapan akan berlalu, dan tak lama kemudian, muncul lagi tantangan berikutnya. Badai tak kunjung berlalu.

Dalam keadaan seperti itu, betapa mudahnya kita putus asa, hilang

harapan, hilang kesabaran. Betapa kagetnya ketika kita menemukan diri kita berteriak-teriak seperti orang kesurupan pada anak-anak kita yang dulunya manis bak bintang iklan. Awalnya kita menyalahkan keadaan, “Ah mungkin ini Premenstrual Syndrome (PMS)...” atau berharap itu hanya letupan emosi sesaat.

Tetapi ketika tekanan hidup makin bertambah, tahu-tahu kita sudah terlalu sering meninggikan nada suara, lebih dari yang kita sadari maupun inginkan. Inilah saat yang ditunggu-tunggu oleh iblis. Saat di mana dia datang menyerang si ibu dengan tuduhan bahwa dia sudah gagal menjadi ibu yang baik. Dengan

lihainya iblis menipu si ibu, bahwa dia telah menghancurkan anak-anaknya karena kurangnya kesabaran dan ketidakmampuannya menjadi teladan yang baik, apalagi menjadi “a godly mother” seperti para penulis buku.

Saya pribadi pernah terpuruk di titik itu. Bukan hanya sekali. Bahkan setelah dapat pencerahan pun, saya masih juga terjatuh di lubang yang sama. Tipuan iblis yang ini begitu telak, karena menyerang kita tepat di titik kelemahan kita. Rasa sayang kita kepada anak-anak kita, kesibukan mengurus anak-anak balita membuat disiplin rohani kita mengendur dan mengurangi waktu

kita bersekutu dengan Tuhan, berbagai tantangan hidup lain di usia 30an, semua ini membuat kita begitu mudah diserang.

Tapi, meskipun iblis menyerang, bukan berarti dia akan menang! Meskipun kita jatuh terpuruk, bukan berarti kita kalah! Amsal 24:16 berkata, “Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana.” Ingat ya, kelemahan kita tidak membuat kita jadi orang fasik, kita adalah orang-orang yang sudah DIBENARKAN oleh penebusan Tuhan kita Yesus Kristus.

Dalam keterpurukan kita, Allah Bapa menemui kita dalam kasih karunia. Tuhan memilih kita jadi ibu bukan karena kita mampu. Dia tahu benar bahwa kita TIDAK akan mampu. Bahwa kita bakal ngawur, dan membuat banyak kesalahan. Dia menawarkan kasih karunia-Nya, ketika kita menyadari betapa kita sebenarnya tidak memiliki kemampuan untuk menjadi ibu yang baik bagi anak-anak kita. Dia SUDAH memberikan penebusan bagi kesalahan-kesalahan kita sebagai ibu, jauh sebelum kesalahan-kesalahan itu kita lakukan.

Dulu dengan naifnya saya merasa diri sudah menjadi ibu yang baik, dengan segambreng metode parenting yang saya terapkan. Ketika orang menyebut saya “supermom”,

Engkau adalah busur tempat anak-anakmu menjadi anak-anak

panah hidup yang dilesatkan.

Sang Pemanah membidik sasaran keabadian, Dia meregangkanmu dengan kekuatan-Nya, sehingga

anak-anak panah itu dapat meluncur cepat dan jauh.

Jadikanlah tarikan tangan Sang Pemanah sebagai sukacita,

Sebab seperti Dia mengasihi anak-anak panah yang terbang

melesat, demikian pula Dia mengasihi busur yang kokoh.

(sebagian dari puisi “Anak-anak”, karya Kahlil Gibran)

diam-diam saya jumawa dan merasa diri lebih baik dari ibu-ibu lain. Sampai Tuhan perlahan-lahan dan dengan (tidak terlalu) lembut menunjukkan kelemahan-kelemahan dan cacat dalam karakter saya. Membesarkan anak itu seperti membeli sebuah cermin besar. Seiring berjalannya waktu, makin banyak cacat cela kita yang muncul yang dulunya tidak kita sadari. Ini mengguncang kepercayaan diri saya dan membuat saya terpuruk. Namun sekarang saya bersyukur karena Tuhan mengizinkan saya terpuruk. Terpuruk merontokkan kesombongan pribadi saya.

Ternyata, Tuhan menetapkan saya jadi ibu lebih untuk membentuk saya, bukan untuk menyuruh saya membentuk anak saya. Kalau saya masih banyak cacatnya, bagaimana saya bisa membentuk anak saya? Membentuk anak saya adalah bagiannya Tuhan.

Di dinding sekolah anak saya terpampang besar-besar tulisan “Good children come from good parents.”

Apakah pembaca setuju?Saya pribadi sih sangat tidak

setuju. Bukan karena anak saya dicap “not good” padahal saya ibu yang baik. Bukan, bukan itu. Sebagai pengikut Kristus, saya meyakini bahwa kita orangtua adalah manusia yang sudah jatuh dalam dosa, kita pada dasarnya

tidak mampu menjadi orangtua yang baik. Tetapi, “kuasa Ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib.” 2 Petrus 1:3

Anak-anak kita akan menjadi baik bukan karena orangtuanya baik, tetapi karena kita sebagai orangtuanya menyadari cacat karakter dan kelemahan kita, kita merendahkan diri, merelakan diri dibentuk oleh Tuhan agar menjadi lebih seperti Kristus, dalam kita membesarkan anak-anak kita. Kasih karunia-Nya tersedia bagi kita, penebusan-Nya membenarkan kesalahan-kesalahan kita. Kesalahan kita tidak dapat merusak rencana Ilahi-Nya bagi hidup anak-anak kita.

Mari kita sebagai orangtua, terutama sebagai ibu, mengambil perisai iman, merelakan diri dibentuk, dan mengandalkan Tuhan setiap hari dalam perjalanan kita membesarkan anak-anak yang Dia anugerahkan bagi kita.

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

Page 118: Majalah Pearl 29

Written by Grace SuryaniInspired by NKB 128

Designed by Melissa Halim

www.majalahpearl.com

PARENTING

Page 119: Majalah Pearl 29

http://7-themes.com/6960465-mood-girl-�owers-lavender.html

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

Page 120: Majalah Pearl 29

Ku berserah kepada AllahkuDi kala bayiku mogok makan

Salmon dibuang sendok dilemparBapa surgawi trus menjagaku

Ku tahu benar ku dipegang eratDi kala vaksin dan tumbuh gigi

Throwing tantrum, ku tak gentarBapa surgawi trus menjagaku

Ku berserah kepada AllahkuDi kala diriku kurang tidur

Tiap dua jam, bayiku bangunBapa surgawi trus menjagaku

Ku tahu benar ku dipegang eratDi kala badanku kayak zombie

Mata panda, ku tak gentarBapa surgawi trus menjagaku

Ku berserah kepada AllahkuDi kala bayiku batuk pilekTiap makan, dia muntah

Bapa surgawi trus menjagaku

Ku tahu benar ku dipegang eratDi kala jaundice ataupun kolik,

HFMD, ku didekapBapa surgawi trus menjagaku

www.majalahpearl.com

PARENTING

Page 121: Majalah Pearl 29

NKB 128 is one of my fave hymn. Ketika tadi pagi seorang sahabat mem-posting lirik lagu ini, jadi terpikir untuk membuat versi ibu-ibu.

Terkadang ketika menyanyikan di taufan gelap, di laut menderu, yah gue tahu Tuhan menjaga. Tapi ketika anak gue buang ikan salmon yang harganya ajubile (gue aja kagak makan salmon!), ketika dia bangun tiap 2 jam, ketika dia throwing tantrum nangis jerit-jerit ga karuan, gue sih jujur aja dah. Jarang banget berasa ada Tuhan. Jarang banget merasa Tuhan menolong. Yang ada mah emosi, teriak 7 oktaf ”Salmon mahal!! Jangan dibuang-buang !!” Padahal sebagai ibu, GTM (Gerakan Tutup Mulut aka mogok makan), kolik, tumbuh gigi, badan zombie, itulah ’taufan glap dan laut menderu’ kita. Itulah saat Tuhan mendekap, menopang dan menguatkan kita. Itulah gunung tinggi dan samudera kita.

Kiranya ketika anak lagi bertingkah, disuruh mandi malah striptease di dapur, kita ingat dan merasa, ada Tuhan loh. Dan ku tahu benar ku didekap Bapa Surgawi trus menjagaku :)

NoteHFMD : Hand and Foot Mouth Disease

ku tahu benar ku didekap,

Bapa Surgawi trus menjagaku.

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

Page 122: Majalah Pearl 29

Semuanya tak masuk akal buatku,” protesnya dalam hati.

Sejenak ia ingat kembali rentetan kejadian yang dialaminya sejak awal tahun ini. Putra pertamanya yang berusia tiga tahun didiagnosa berkebutuhan khusus. Lalu kehamilan keduanya yang menginjak trimester kedua ini pun bermasalah.

“Janin tidak berkembang”, ucap sang dokter kandungan.

Belum lagi bisnis suaminya yang terancam gulung tikar karena omset menurun drastis.

Hati Amelia tak tenang dan gelisah. Mungkin lebih cocok disebut galau. Galau tingkat tinggi.

Writer: Yunie SutantoDesigner: Michelle Herman

Insomnia belakangan sering menjadi temannya di malam hari. Tak terkecuali malam ini.

Malam ini Amelia berlutut dan berdoa. Dicurahkannya isi hatinya kepada Bapanya.

Dibacanya buku renungan Alkitab dan bacaan hari itu mengisahkan ketaatan Abraham.

Ya, taat! Abraham, yang dijuluki

bapa orang beriman itu taat dan percaya kepadaNya.

Saat Tuhan menyuruhnya untuk pergi ke negeri yang akan ditunjukNya, ia taat dan melakukan demikian. Walau tidak ada kepastian apa yang akan dihadapinya di negeri itu. Abraham percaya pada janji Tuhan. Abraham melangkah dalam iman.

Saat zona nyaman kehidupannya digoncang, Abraham memilih taat dan percaya kepada-Nya.

Pindah dari negeri yang didiami saat ini ke negeri yang akan Tuhan tunjukkan. Kalau kita mau pindah menetap di negara lain, pasti kita gali info sebanyak-banyaknya tentang negara bersangkutan. Bagaimana budayanya, biaya hidup disana berapa, apakah ada gereja lokal di kota yang akan kita diami. Banyak pertimbangan yang akan dipikir

terlebih dahulu. Namun bagaimana jika tidak ada kejelasan sama sekali akan pindah kemana. Itulah bukti iman percaya Abraham kepada Tuhan.

Saat keadaan serba tak pasti dan kacau, seperti yang dialami Amelia saat ini, Amelia mau memilih untuk percaya pada janji-Nya dan penyertaan-Nya. Seperti Abraham yang percaya penuh pada Tuhan, Amelia pun mau bisa percaya penuh kepada-Nya.

Secara pikiran manusia, keadaan adakalanya diijinkan-Nya seolah tak masuk akal. Saat keadaan diijinkan-Nya demikian, iman percaya kita sedang dimurnikan-Nya. Apakah kita tetap percaya pada Tuhan? Apakah kita tetap mengambil pilihan yang benar atau mulai kompromi?

Mudah untuk percaya kepada janji-Nya jika kondisi kita nyaman. Namun saat keadaan tidak sesuai yang kita harapkan, iman kita diuji. Apakah sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan atau hanya lip service saja.

Abraham tetap mengambil keputusan yang benar sekalipun imbasnya tidak enak buatnya.

Saat menghadapi masalah dengan Lot, ia dengan besar hati mengijinkan Lot memilih terlebih dahulu.

Abraham tetap mengambil keputusan yang benar sekalipun keadaan merugikannya. Tidak mudah untuk bersikap seperti Abraham, mengalah dan terlihat bodoh. Lot menikmati bagian yang melimpah dan subur, sementara bagian yang tandus didiaminya. Amelia pun merenungkan keadaannya saat ini. Saat bisnis suaminya diijinkan dicurangi seorang rekan kerjanya, Amelia mau berespons benar dan tetap memberkati si rekan tersebut. Tidak semua manusia “sadar diri” dan memilih respon benar. Namun itulah ciri-ciri orang yang beriman kepada Tuhan, bukan?

Dunia menganggap iman kita kebodohan, dicibir, diledek, dijadikan bahan cemoohan! Namun kita yang melangkah dalam janji-Nya tidak hidup dari penampakan duniawi. Standar kita bukan peningkatan kualitas hidup secara materi yang menandai hidup kita diberkati… Abraham pun rela pindah ke lahan yang tandus kok... Ia membiarkan Lot merebut lahan “nyaman” yang melimpah hasilnya! Namun satu hal yang Abraham pegang, yakni janji-Nya! Orang bilang “Ah sok rohani kamu!“ Namun jika kita tahu ini bagian dari rancangan-Nya untuk hidup kita, bagian kita adalah taat! Menjadi etalase Tuhan itu melakoni dengan taat rancangan-Nya buat hidup kita,

bukan jadi adu pameran kesuksesan materi.

Amelia bersujud dan melanjutkan doa dan penyembahannya.

Tuhan baik sekali buat Amelia karena dalam kejadian yang bertubi-tubi ini, imannya justru makin bertumbuh dan makin bertambah kuat. Ia percaya Tuhan untuk keadaan anaknya, jika diijinkan berkebutuhan khusus, pasti Tuhan punya rencana! Ia percaya jika diijinkan keguguran, Tuhan punya rancangan yang lebih indah untuknya. Ia percaya jika bisnis suaminya diijinkan surut, maka lewat proses ini ada kemuliaan-Nya yang menanti.

Apapun yang terjadi, Tuhan sedang bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi kita.

I will Trust in You

Ayat ini jadi ayat emas Amelia, dihafalkannya dan ditulisnya dengan spidol, ditempelnya di kaca riasnya agar selalu mengingatkannya akan janji-Nya yang indah dan penyertaan-Nya yang turut bekerja dalam segala sesuatu. Ayat ini pun menjadi ayat emas kita, sehingga iman kita makin bertumbuh dalam proses, saat semuanya seolah tak masuk akal

bagi kita! Justru itulah kesempatan untuk Tuhan memakai hidup kita menjadi berkat bagi banyak orang, saat segalanya seolah “tak masuk akal”. Kita yang mengasihi Dia dan terpanggil sesuai dengan rencana-Nya, bagian kita adalah “taat dan percaya kepada-Nya”

“I will trust in You,” bisik Amelia di dalam hatinya.

www.majalahpearl.com

PARENTING

Page 123: Majalah Pearl 29

Semuanya tak masuk akal buatku,” protesnya dalam hati.

Sejenak ia ingat kembali rentetan kejadian yang dialaminya sejak awal tahun ini. Putra pertamanya yang berusia tiga tahun didiagnosa berkebutuhan khusus. Lalu kehamilan keduanya yang menginjak trimester kedua ini pun bermasalah.

“Janin tidak berkembang”, ucap sang dokter kandungan.

Belum lagi bisnis suaminya yang terancam gulung tikar karena omset menurun drastis.

Hati Amelia tak tenang dan gelisah. Mungkin lebih cocok disebut galau. Galau tingkat tinggi.

Insomnia belakangan sering menjadi temannya di malam hari. Tak terkecuali malam ini.

Malam ini Amelia berlutut dan berdoa. Dicurahkannya isi hatinya kepada Bapanya.

Dibacanya buku renungan Alkitab dan bacaan hari itu mengisahkan ketaatan Abraham.

Ya, taat! Abraham, yang dijuluki

bapa orang beriman itu taat dan percaya kepadaNya.

Saat Tuhan menyuruhnya untuk pergi ke negeri yang akan ditunjukNya, ia taat dan melakukan demikian. Walau tidak ada kepastian apa yang akan dihadapinya di negeri itu. Abraham percaya pada janji Tuhan. Abraham melangkah dalam iman.

Saat zona nyaman kehidupannya digoncang, Abraham memilih taat dan percaya kepada-Nya.

Pindah dari negeri yang didiami saat ini ke negeri yang akan Tuhan tunjukkan. Kalau kita mau pindah menetap di negara lain, pasti kita gali info sebanyak-banyaknya tentang negara bersangkutan. Bagaimana budayanya, biaya hidup disana berapa, apakah ada gereja lokal di kota yang akan kita diami. Banyak pertimbangan yang akan dipikir

terlebih dahulu. Namun bagaimana jika tidak ada kejelasan sama sekali akan pindah kemana. Itulah bukti iman percaya Abraham kepada Tuhan.

Saat keadaan serba tak pasti dan kacau, seperti yang dialami Amelia saat ini, Amelia mau memilih untuk percaya pada janji-Nya dan penyertaan-Nya. Seperti Abraham yang percaya penuh pada Tuhan, Amelia pun mau bisa percaya penuh kepada-Nya.

Secara pikiran manusia, keadaan adakalanya diijinkan-Nya seolah tak masuk akal. Saat keadaan diijinkan-Nya demikian, iman percaya kita sedang dimurnikan-Nya. Apakah kita tetap percaya pada Tuhan? Apakah kita tetap mengambil pilihan yang benar atau mulai kompromi?

Mudah untuk percaya kepada janji-Nya jika kondisi kita nyaman. Namun saat keadaan tidak sesuai yang kita harapkan, iman kita diuji. Apakah sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan atau hanya lip service saja.

Abraham tetap mengambil keputusan yang benar sekalipun imbasnya tidak enak buatnya.

Saat menghadapi masalah dengan Lot, ia dengan besar hati mengijinkan Lot memilih terlebih dahulu.

Abraham tetap mengambil keputusan yang benar sekalipun keadaan merugikannya. Tidak mudah untuk bersikap seperti Abraham, mengalah dan terlihat bodoh. Lot menikmati bagian yang melimpah dan subur, sementara bagian yang tandus didiaminya. Amelia pun merenungkan keadaannya saat ini. Saat bisnis suaminya diijinkan dicurangi seorang rekan kerjanya, Amelia mau berespons benar dan tetap memberkati si rekan tersebut. Tidak semua manusia “sadar diri” dan memilih respon benar. Namun itulah ciri-ciri orang yang beriman kepada Tuhan, bukan?

Dunia menganggap iman kita kebodohan, dicibir, diledek, dijadikan bahan cemoohan! Namun kita yang melangkah dalam janji-Nya tidak hidup dari penampakan duniawi. Standar kita bukan peningkatan kualitas hidup secara materi yang menandai hidup kita diberkati… Abraham pun rela pindah ke lahan yang tandus kok... Ia membiarkan Lot merebut lahan “nyaman” yang melimpah hasilnya! Namun satu hal yang Abraham pegang, yakni janji-Nya! Orang bilang “Ah sok rohani kamu!“ Namun jika kita tahu ini bagian dari rancangan-Nya untuk hidup kita, bagian kita adalah taat! Menjadi etalase Tuhan itu melakoni dengan taat rancangan-Nya buat hidup kita,

bukan jadi adu pameran kesuksesan materi.

Amelia bersujud dan melanjutkan doa dan penyembahannya.

Tuhan baik sekali buat Amelia karena dalam kejadian yang bertubi-tubi ini, imannya justru makin bertumbuh dan makin bertambah kuat. Ia percaya Tuhan untuk keadaan anaknya, jika diijinkan berkebutuhan khusus, pasti Tuhan punya rencana! Ia percaya jika diijinkan keguguran, Tuhan punya rancangan yang lebih indah untuknya. Ia percaya jika bisnis suaminya diijinkan surut, maka lewat proses ini ada kemuliaan-Nya yang menanti.

Apapun yang terjadi, Tuhan sedang bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi kita.

Ayat ini jadi ayat emas Amelia, dihafalkannya dan ditulisnya dengan spidol, ditempelnya di kaca riasnya agar selalu mengingatkannya akan janji-Nya yang indah dan penyertaan-Nya yang turut bekerja dalam segala sesuatu. Ayat ini pun menjadi ayat emas kita, sehingga iman kita makin bertumbuh dalam proses, saat semuanya seolah tak masuk akal

bagi kita! Justru itulah kesempatan untuk Tuhan memakai hidup kita menjadi berkat bagi banyak orang, saat segalanya seolah “tak masuk akal”. Kita yang mengasihi Dia dan terpanggil sesuai dengan rencana-Nya, bagian kita adalah “taat dan percaya kepada-Nya”

“I will trust in You,” bisik Amelia di dalam hatinya.

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

Page 124: Majalah Pearl 29

Semuanya tak masuk akal buatku,” protesnya dalam hati.

Sejenak ia ingat kembali rentetan kejadian yang dialaminya sejak awal tahun ini. Putra pertamanya yang berusia tiga tahun didiagnosa berkebutuhan khusus. Lalu kehamilan keduanya yang menginjak trimester kedua ini pun bermasalah.

“Janin tidak berkembang”, ucap sang dokter kandungan.

Belum lagi bisnis suaminya yang terancam gulung tikar karena omset menurun drastis.

Hati Amelia tak tenang dan gelisah. Mungkin lebih cocok disebut galau. Galau tingkat tinggi.

Insomnia belakangan sering menjadi temannya di malam hari. Tak terkecuali malam ini.

Malam ini Amelia berlutut dan berdoa. Dicurahkannya isi hatinya kepada Bapanya.

Dibacanya buku renungan Alkitab dan bacaan hari itu mengisahkan ketaatan Abraham.

Ya, taat! Abraham, yang dijuluki

bapa orang beriman itu taat dan percaya kepadaNya.

Saat Tuhan menyuruhnya untuk pergi ke negeri yang akan ditunjukNya, ia taat dan melakukan demikian. Walau tidak ada kepastian apa yang akan dihadapinya di negeri itu. Abraham percaya pada janji Tuhan. Abraham melangkah dalam iman.

Saat zona nyaman kehidupannya digoncang, Abraham memilih taat dan percaya kepada-Nya.

Pindah dari negeri yang didiami saat ini ke negeri yang akan Tuhan tunjukkan. Kalau kita mau pindah menetap di negara lain, pasti kita gali info sebanyak-banyaknya tentang negara bersangkutan. Bagaimana budayanya, biaya hidup disana berapa, apakah ada gereja lokal di kota yang akan kita diami. Banyak pertimbangan yang akan dipikir

terlebih dahulu. Namun bagaimana jika tidak ada kejelasan sama sekali akan pindah kemana. Itulah bukti iman percaya Abraham kepada Tuhan.

Saat keadaan serba tak pasti dan kacau, seperti yang dialami Amelia saat ini, Amelia mau memilih untuk percaya pada janji-Nya dan penyertaan-Nya. Seperti Abraham yang percaya penuh pada Tuhan, Amelia pun mau bisa percaya penuh kepada-Nya.

Secara pikiran manusia, keadaan adakalanya diijinkan-Nya seolah tak masuk akal. Saat keadaan diijinkan-Nya demikian, iman percaya kita sedang dimurnikan-Nya. Apakah kita tetap percaya pada Tuhan? Apakah kita tetap mengambil pilihan yang benar atau mulai kompromi?

Mudah untuk percaya kepada janji-Nya jika kondisi kita nyaman. Namun saat keadaan tidak sesuai yang kita harapkan, iman kita diuji. Apakah sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan atau hanya lip service saja.

Abraham tetap mengambil keputusan yang benar sekalipun imbasnya tidak enak buatnya.

Saat menghadapi masalah dengan Lot, ia dengan besar hati mengijinkan Lot memilih terlebih dahulu.

Abraham tetap mengambil keputusan yang benar sekalipun keadaan merugikannya. Tidak mudah untuk bersikap seperti Abraham, mengalah dan terlihat bodoh. Lot menikmati bagian yang melimpah dan subur, sementara bagian yang tandus didiaminya. Amelia pun merenungkan keadaannya saat ini. Saat bisnis suaminya diijinkan dicurangi seorang rekan kerjanya, Amelia mau berespons benar dan tetap memberkati si rekan tersebut. Tidak semua manusia “sadar diri” dan memilih respon benar. Namun itulah ciri-ciri orang yang beriman kepada Tuhan, bukan?

Dunia menganggap iman kita kebodohan, dicibir, diledek, dijadikan bahan cemoohan! Namun kita yang melangkah dalam janji-Nya tidak hidup dari penampakan duniawi. Standar kita bukan peningkatan kualitas hidup secara materi yang menandai hidup kita diberkati… Abraham pun rela pindah ke lahan yang tandus kok... Ia membiarkan Lot merebut lahan “nyaman” yang melimpah hasilnya! Namun satu hal yang Abraham pegang, yakni janji-Nya! Orang bilang “Ah sok rohani kamu!“ Namun jika kita tahu ini bagian dari rancangan-Nya untuk hidup kita, bagian kita adalah taat! Menjadi etalase Tuhan itu melakoni dengan taat rancangan-Nya buat hidup kita,

bukan jadi adu pameran kesuksesan materi.

Amelia bersujud dan melanjutkan doa dan penyembahannya.

Tuhan baik sekali buat Amelia karena dalam kejadian yang bertubi-tubi ini, imannya justru makin bertumbuh dan makin bertambah kuat. Ia percaya Tuhan untuk keadaan anaknya, jika diijinkan berkebutuhan khusus, pasti Tuhan punya rencana! Ia percaya jika diijinkan keguguran, Tuhan punya rancangan yang lebih indah untuknya. Ia percaya jika bisnis suaminya diijinkan surut, maka lewat proses ini ada kemuliaan-Nya yang menanti.

Apapun yang terjadi, Tuhan sedang bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi kita.

Kejadian 12:1-4Ber�rmanlah TUHAN kepada Abram: “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta

membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.”Lalu pergilah Abram seperti yang di�rmankan TUHAN kepadanya, dan Lot pun ikut bersama-sama dengan dia; Abram berumur tujuh puluh lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran.

Ayat ini jadi ayat emas Amelia, dihafalkannya dan ditulisnya dengan spidol, ditempelnya di kaca riasnya agar selalu mengingatkannya akan janji-Nya yang indah dan penyertaan-Nya yang turut bekerja dalam segala sesuatu. Ayat ini pun menjadi ayat emas kita, sehingga iman kita makin bertumbuh dalam proses, saat semuanya seolah tak masuk akal

bagi kita! Justru itulah kesempatan untuk Tuhan memakai hidup kita menjadi berkat bagi banyak orang, saat segalanya seolah “tak masuk akal”. Kita yang mengasihi Dia dan terpanggil sesuai dengan rencana-Nya, bagian kita adalah “taat dan percaya kepada-Nya”

“I will trust in You,” bisik Amelia di dalam hatinya.

www.majalahpearl.com

PARENTING

Page 125: Majalah Pearl 29

Semuanya tak masuk akal buatku,” protesnya dalam hati.

Sejenak ia ingat kembali rentetan kejadian yang dialaminya sejak awal tahun ini. Putra pertamanya yang berusia tiga tahun didiagnosa berkebutuhan khusus. Lalu kehamilan keduanya yang menginjak trimester kedua ini pun bermasalah.

“Janin tidak berkembang”, ucap sang dokter kandungan.

Belum lagi bisnis suaminya yang terancam gulung tikar karena omset menurun drastis.

Hati Amelia tak tenang dan gelisah. Mungkin lebih cocok disebut galau. Galau tingkat tinggi.

Insomnia belakangan sering menjadi temannya di malam hari. Tak terkecuali malam ini.

Malam ini Amelia berlutut dan berdoa. Dicurahkannya isi hatinya kepada Bapanya.

Dibacanya buku renungan Alkitab dan bacaan hari itu mengisahkan ketaatan Abraham.

Ya, taat! Abraham, yang dijuluki

bapa orang beriman itu taat dan percaya kepadaNya.

Saat Tuhan menyuruhnya untuk pergi ke negeri yang akan ditunjukNya, ia taat dan melakukan demikian. Walau tidak ada kepastian apa yang akan dihadapinya di negeri itu. Abraham percaya pada janji Tuhan. Abraham melangkah dalam iman.

Saat zona nyaman kehidupannya digoncang, Abraham memilih taat dan percaya kepada-Nya.

Pindah dari negeri yang didiami saat ini ke negeri yang akan Tuhan tunjukkan. Kalau kita mau pindah menetap di negara lain, pasti kita gali info sebanyak-banyaknya tentang negara bersangkutan. Bagaimana budayanya, biaya hidup disana berapa, apakah ada gereja lokal di kota yang akan kita diami. Banyak pertimbangan yang akan dipikir

terlebih dahulu. Namun bagaimana jika tidak ada kejelasan sama sekali akan pindah kemana. Itulah bukti iman percaya Abraham kepada Tuhan.

Saat keadaan serba tak pasti dan kacau, seperti yang dialami Amelia saat ini, Amelia mau memilih untuk percaya pada janji-Nya dan penyertaan-Nya. Seperti Abraham yang percaya penuh pada Tuhan, Amelia pun mau bisa percaya penuh kepada-Nya.

Secara pikiran manusia, keadaan adakalanya diijinkan-Nya seolah tak masuk akal. Saat keadaan diijinkan-Nya demikian, iman percaya kita sedang dimurnikan-Nya. Apakah kita tetap percaya pada Tuhan? Apakah kita tetap mengambil pilihan yang benar atau mulai kompromi?

Mudah untuk percaya kepada janji-Nya jika kondisi kita nyaman. Namun saat keadaan tidak sesuai yang kita harapkan, iman kita diuji. Apakah sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan atau hanya lip service saja.

Abraham tetap mengambil keputusan yang benar sekalipun imbasnya tidak enak buatnya.

Saat menghadapi masalah dengan Lot, ia dengan besar hati mengijinkan Lot memilih terlebih dahulu.

Abraham tetap mengambil keputusan yang benar sekalipun keadaan merugikannya. Tidak mudah untuk bersikap seperti Abraham, mengalah dan terlihat bodoh. Lot menikmati bagian yang melimpah dan subur, sementara bagian yang tandus didiaminya. Amelia pun merenungkan keadaannya saat ini. Saat bisnis suaminya diijinkan dicurangi seorang rekan kerjanya, Amelia mau berespons benar dan tetap memberkati si rekan tersebut. Tidak semua manusia “sadar diri” dan memilih respon benar. Namun itulah ciri-ciri orang yang beriman kepada Tuhan, bukan?

Dunia menganggap iman kita kebodohan, dicibir, diledek, dijadikan bahan cemoohan! Namun kita yang melangkah dalam janji-Nya tidak hidup dari penampakan duniawi. Standar kita bukan peningkatan kualitas hidup secara materi yang menandai hidup kita diberkati… Abraham pun rela pindah ke lahan yang tandus kok... Ia membiarkan Lot merebut lahan “nyaman” yang melimpah hasilnya! Namun satu hal yang Abraham pegang, yakni janji-Nya! Orang bilang “Ah sok rohani kamu!“ Namun jika kita tahu ini bagian dari rancangan-Nya untuk hidup kita, bagian kita adalah taat! Menjadi etalase Tuhan itu melakoni dengan taat rancangan-Nya buat hidup kita,

bukan jadi adu pameran kesuksesan materi.

Amelia bersujud dan melanjutkan doa dan penyembahannya.

Tuhan baik sekali buat Amelia karena dalam kejadian yang bertubi-tubi ini, imannya justru makin bertumbuh dan makin bertambah kuat. Ia percaya Tuhan untuk keadaan anaknya, jika diijinkan berkebutuhan khusus, pasti Tuhan punya rencana! Ia percaya jika diijinkan keguguran, Tuhan punya rancangan yang lebih indah untuknya. Ia percaya jika bisnis suaminya diijinkan surut, maka lewat proses ini ada kemuliaan-Nya yang menanti.

Apapun yang terjadi, Tuhan sedang bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi kita.

Yeremia 29:11Sebab Aku ini mengetahui rancangan- rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah �rman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan

Ayat ini jadi ayat emas Amelia, dihafalkannya dan ditulisnya dengan spidol, ditempelnya di kaca riasnya agar selalu mengingatkannya akan janji-Nya yang indah dan penyertaan-Nya yang turut bekerja dalam segala sesuatu. Ayat ini pun menjadi ayat emas kita, sehingga iman kita makin bertumbuh dalam proses, saat semuanya seolah tak masuk akal

bagi kita! Justru itulah kesempatan untuk Tuhan memakai hidup kita menjadi berkat bagi banyak orang, saat segalanya seolah “tak masuk akal”. Kita yang mengasihi Dia dan terpanggil sesuai dengan rencana-Nya, bagian kita adalah “taat dan percaya kepada-Nya”

“I will trust in You,” bisik Amelia di dalam hatinya.

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

Page 126: Majalah Pearl 29

Semuanya tak masuk akal buatku,” protesnya dalam hati.

Sejenak ia ingat kembali rentetan kejadian yang dialaminya sejak awal tahun ini. Putra pertamanya yang berusia tiga tahun didiagnosa berkebutuhan khusus. Lalu kehamilan keduanya yang menginjak trimester kedua ini pun bermasalah.

“Janin tidak berkembang”, ucap sang dokter kandungan.

Belum lagi bisnis suaminya yang terancam gulung tikar karena omset menurun drastis.

Hati Amelia tak tenang dan gelisah. Mungkin lebih cocok disebut galau. Galau tingkat tinggi.

Insomnia belakangan sering menjadi temannya di malam hari. Tak terkecuali malam ini.

Malam ini Amelia berlutut dan berdoa. Dicurahkannya isi hatinya kepada Bapanya.

Dibacanya buku renungan Alkitab dan bacaan hari itu mengisahkan ketaatan Abraham.

Ya, taat! Abraham, yang dijuluki

bapa orang beriman itu taat dan percaya kepadaNya.

Saat Tuhan menyuruhnya untuk pergi ke negeri yang akan ditunjukNya, ia taat dan melakukan demikian. Walau tidak ada kepastian apa yang akan dihadapinya di negeri itu. Abraham percaya pada janji Tuhan. Abraham melangkah dalam iman.

Saat zona nyaman kehidupannya digoncang, Abraham memilih taat dan percaya kepada-Nya.

Pindah dari negeri yang didiami saat ini ke negeri yang akan Tuhan tunjukkan. Kalau kita mau pindah menetap di negara lain, pasti kita gali info sebanyak-banyaknya tentang negara bersangkutan. Bagaimana budayanya, biaya hidup disana berapa, apakah ada gereja lokal di kota yang akan kita diami. Banyak pertimbangan yang akan dipikir

terlebih dahulu. Namun bagaimana jika tidak ada kejelasan sama sekali akan pindah kemana. Itulah bukti iman percaya Abraham kepada Tuhan.

Saat keadaan serba tak pasti dan kacau, seperti yang dialami Amelia saat ini, Amelia mau memilih untuk percaya pada janji-Nya dan penyertaan-Nya. Seperti Abraham yang percaya penuh pada Tuhan, Amelia pun mau bisa percaya penuh kepada-Nya.

Secara pikiran manusia, keadaan adakalanya diijinkan-Nya seolah tak masuk akal. Saat keadaan diijinkan-Nya demikian, iman percaya kita sedang dimurnikan-Nya. Apakah kita tetap percaya pada Tuhan? Apakah kita tetap mengambil pilihan yang benar atau mulai kompromi?

Mudah untuk percaya kepada janji-Nya jika kondisi kita nyaman. Namun saat keadaan tidak sesuai yang kita harapkan, iman kita diuji. Apakah sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan atau hanya lip service saja.

Abraham tetap mengambil keputusan yang benar sekalipun imbasnya tidak enak buatnya.

Saat menghadapi masalah dengan Lot, ia dengan besar hati mengijinkan Lot memilih terlebih dahulu.

Abraham tetap mengambil keputusan yang benar sekalipun keadaan merugikannya. Tidak mudah untuk bersikap seperti Abraham, mengalah dan terlihat bodoh. Lot menikmati bagian yang melimpah dan subur, sementara bagian yang tandus didiaminya. Amelia pun merenungkan keadaannya saat ini. Saat bisnis suaminya diijinkan dicurangi seorang rekan kerjanya, Amelia mau berespons benar dan tetap memberkati si rekan tersebut. Tidak semua manusia “sadar diri” dan memilih respon benar. Namun itulah ciri-ciri orang yang beriman kepada Tuhan, bukan?

Dunia menganggap iman kita kebodohan, dicibir, diledek, dijadikan bahan cemoohan! Namun kita yang melangkah dalam janji-Nya tidak hidup dari penampakan duniawi. Standar kita bukan peningkatan kualitas hidup secara materi yang menandai hidup kita diberkati… Abraham pun rela pindah ke lahan yang tandus kok... Ia membiarkan Lot merebut lahan “nyaman” yang melimpah hasilnya! Namun satu hal yang Abraham pegang, yakni janji-Nya! Orang bilang “Ah sok rohani kamu!“ Namun jika kita tahu ini bagian dari rancangan-Nya untuk hidup kita, bagian kita adalah taat! Menjadi etalase Tuhan itu melakoni dengan taat rancangan-Nya buat hidup kita,

bukan jadi adu pameran kesuksesan materi.

Amelia bersujud dan melanjutkan doa dan penyembahannya.

Tuhan baik sekali buat Amelia karena dalam kejadian yang bertubi-tubi ini, imannya justru makin bertumbuh dan makin bertambah kuat. Ia percaya Tuhan untuk keadaan anaknya, jika diijinkan berkebutuhan khusus, pasti Tuhan punya rencana! Ia percaya jika diijinkan keguguran, Tuhan punya rancangan yang lebih indah untuknya. Ia percaya jika bisnis suaminya diijinkan surut, maka lewat proses ini ada kemuliaan-Nya yang menanti.

Apapun yang terjadi, Tuhan sedang bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi kita.

Kejadian 13:6-12Tetapi negeri itu tidak cukup luas bagi mereka untuk diam bersama-sama, sebab harta milik mereka amat banyak, sehingga mereka tidak dapat diam bersama-sama. Karena itu terjadilah perkelahian antara para gembala Abram dan para gembala Lot. Waktu itu orang Kanaan dan orang Feris diam di negeri itu.

Maka berkatalah Abram kepada Lot: "Janganlah kiranya ada perkelahian antara aku dan engkau, dan antara para gembalaku dan para gembalamu, sebab kita ini kerabat. Bukankah seluruh negeri ini terbuka untuk engkau? Baiklah pisahkan dirimu dari padaku; jika engkau ke kiri, maka aku ke kanan, jika engkau ke kanan, maka aku ke kiri." Lalu Lot melayangkan pandangnya dan dilihatnyalah, bahwa seluruh Lembah Yordan banyak airnya, seperti taman TUHAN, seperti tanah Mesir, sampai ke Zoar. --Hal itu terjadi sebelum TUHAN memusnahkan

Sodom dan Gomora. -- Sebab itu Lot memilih baginya seluruh Lembah Yordan itu, lalu ia berangkat ke sebelah timur dan mereka berpisah.Abram menetap di tanah Kanaan, tetapi Lot menetap di kota-kota Lembah Yordan dan berkemah di dekat Sodom.

Ayat ini jadi ayat emas Amelia, dihafalkannya dan ditulisnya dengan spidol, ditempelnya di kaca riasnya agar selalu mengingatkannya akan janji-Nya yang indah dan penyertaan-Nya yang turut bekerja dalam segala sesuatu. Ayat ini pun menjadi ayat emas kita, sehingga iman kita makin bertumbuh dalam proses, saat semuanya seolah tak masuk akal

bagi kita! Justru itulah kesempatan untuk Tuhan memakai hidup kita menjadi berkat bagi banyak orang, saat segalanya seolah “tak masuk akal”. Kita yang mengasihi Dia dan terpanggil sesuai dengan rencana-Nya, bagian kita adalah “taat dan percaya kepada-Nya”

“I will trust in You,” bisik Amelia di dalam hatinya.

www.majalahpearl.com

PARENTING

Page 127: Majalah Pearl 29

Semuanya tak masuk akal buatku,” protesnya dalam hati.

Sejenak ia ingat kembali rentetan kejadian yang dialaminya sejak awal tahun ini. Putra pertamanya yang berusia tiga tahun didiagnosa berkebutuhan khusus. Lalu kehamilan keduanya yang menginjak trimester kedua ini pun bermasalah.

“Janin tidak berkembang”, ucap sang dokter kandungan.

Belum lagi bisnis suaminya yang terancam gulung tikar karena omset menurun drastis.

Hati Amelia tak tenang dan gelisah. Mungkin lebih cocok disebut galau. Galau tingkat tinggi.

Insomnia belakangan sering menjadi temannya di malam hari. Tak terkecuali malam ini.

Malam ini Amelia berlutut dan berdoa. Dicurahkannya isi hatinya kepada Bapanya.

Dibacanya buku renungan Alkitab dan bacaan hari itu mengisahkan ketaatan Abraham.

Ya, taat! Abraham, yang dijuluki

bapa orang beriman itu taat dan percaya kepadaNya.

Saat Tuhan menyuruhnya untuk pergi ke negeri yang akan ditunjukNya, ia taat dan melakukan demikian. Walau tidak ada kepastian apa yang akan dihadapinya di negeri itu. Abraham percaya pada janji Tuhan. Abraham melangkah dalam iman.

Saat zona nyaman kehidupannya digoncang, Abraham memilih taat dan percaya kepada-Nya.

Pindah dari negeri yang didiami saat ini ke negeri yang akan Tuhan tunjukkan. Kalau kita mau pindah menetap di negara lain, pasti kita gali info sebanyak-banyaknya tentang negara bersangkutan. Bagaimana budayanya, biaya hidup disana berapa, apakah ada gereja lokal di kota yang akan kita diami. Banyak pertimbangan yang akan dipikir

terlebih dahulu. Namun bagaimana jika tidak ada kejelasan sama sekali akan pindah kemana. Itulah bukti iman percaya Abraham kepada Tuhan.

Saat keadaan serba tak pasti dan kacau, seperti yang dialami Amelia saat ini, Amelia mau memilih untuk percaya pada janji-Nya dan penyertaan-Nya. Seperti Abraham yang percaya penuh pada Tuhan, Amelia pun mau bisa percaya penuh kepada-Nya.

Secara pikiran manusia, keadaan adakalanya diijinkan-Nya seolah tak masuk akal. Saat keadaan diijinkan-Nya demikian, iman percaya kita sedang dimurnikan-Nya. Apakah kita tetap percaya pada Tuhan? Apakah kita tetap mengambil pilihan yang benar atau mulai kompromi?

Mudah untuk percaya kepada janji-Nya jika kondisi kita nyaman. Namun saat keadaan tidak sesuai yang kita harapkan, iman kita diuji. Apakah sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan atau hanya lip service saja.

Abraham tetap mengambil keputusan yang benar sekalipun imbasnya tidak enak buatnya.

Saat menghadapi masalah dengan Lot, ia dengan besar hati mengijinkan Lot memilih terlebih dahulu.

Abraham tetap mengambil keputusan yang benar sekalipun keadaan merugikannya. Tidak mudah untuk bersikap seperti Abraham, mengalah dan terlihat bodoh. Lot menikmati bagian yang melimpah dan subur, sementara bagian yang tandus didiaminya. Amelia pun merenungkan keadaannya saat ini. Saat bisnis suaminya diijinkan dicurangi seorang rekan kerjanya, Amelia mau berespons benar dan tetap memberkati si rekan tersebut. Tidak semua manusia “sadar diri” dan memilih respon benar. Namun itulah ciri-ciri orang yang beriman kepada Tuhan, bukan?

Dunia menganggap iman kita kebodohan, dicibir, diledek, dijadikan bahan cemoohan! Namun kita yang melangkah dalam janji-Nya tidak hidup dari penampakan duniawi. Standar kita bukan peningkatan kualitas hidup secara materi yang menandai hidup kita diberkati… Abraham pun rela pindah ke lahan yang tandus kok... Ia membiarkan Lot merebut lahan “nyaman” yang melimpah hasilnya! Namun satu hal yang Abraham pegang, yakni janji-Nya! Orang bilang “Ah sok rohani kamu!“ Namun jika kita tahu ini bagian dari rancangan-Nya untuk hidup kita, bagian kita adalah taat! Menjadi etalase Tuhan itu melakoni dengan taat rancangan-Nya buat hidup kita,

bukan jadi adu pameran kesuksesan materi.

Amelia bersujud dan melanjutkan doa dan penyembahannya.

Tuhan baik sekali buat Amelia karena dalam kejadian yang bertubi-tubi ini, imannya justru makin bertumbuh dan makin bertambah kuat. Ia percaya Tuhan untuk keadaan anaknya, jika diijinkan berkebutuhan khusus, pasti Tuhan punya rencana! Ia percaya jika diijinkan keguguran, Tuhan punya rancangan yang lebih indah untuknya. Ia percaya jika bisnis suaminya diijinkan surut, maka lewat proses ini ada kemuliaan-Nya yang menanti.

Apapun yang terjadi, Tuhan sedang bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi kita.

Kejadian 13:6-12Tetapi negeri itu tidak cukup luas bagi mereka untuk diam bersama-sama, sebab harta milik mereka amat banyak, sehingga mereka tidak dapat diam bersama-sama. Karena itu terjadilah perkelahian antara para gembala Abram dan para gembala Lot. Waktu itu orang Kanaan dan orang Feris diam di negeri itu.

Maka berkatalah Abram kepada Lot: "Janganlah kiranya ada perkelahian antara aku dan engkau, dan antara para gembalaku dan para gembalamu, sebab kita ini kerabat. Bukankah seluruh negeri ini terbuka untuk engkau? Baiklah pisahkan dirimu dari padaku; jika engkau ke kiri, maka aku ke kanan, jika engkau ke kanan, maka aku ke kiri." Lalu Lot melayangkan pandangnya dan dilihatnyalah, bahwa seluruh Lembah Yordan banyak airnya, seperti taman TUHAN, seperti tanah Mesir, sampai ke Zoar. --Hal itu terjadi sebelum TUHAN memusnahkan

Sodom dan Gomora. -- Sebab itu Lot memilih baginya seluruh Lembah Yordan itu, lalu ia berangkat ke sebelah timur dan mereka berpisah.Abram menetap di tanah Kanaan, tetapi Lot menetap di kota-kota Lembah Yordan dan berkemah di dekat Sodom.

Ayat ini jadi ayat emas Amelia, dihafalkannya dan ditulisnya dengan spidol, ditempelnya di kaca riasnya agar selalu mengingatkannya akan janji-Nya yang indah dan penyertaan-Nya yang turut bekerja dalam segala sesuatu. Ayat ini pun menjadi ayat emas kita, sehingga iman kita makin bertumbuh dalam proses, saat semuanya seolah tak masuk akal

bagi kita! Justru itulah kesempatan untuk Tuhan memakai hidup kita menjadi berkat bagi banyak orang, saat segalanya seolah “tak masuk akal”. Kita yang mengasihi Dia dan terpanggil sesuai dengan rencana-Nya, bagian kita adalah “taat dan percaya kepada-Nya”

“I will trust in You,” bisik Amelia di dalam hatinya.

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

Page 128: Majalah Pearl 29

Semuanya tak masuk akal buatku,” protesnya dalam hati.

Sejenak ia ingat kembali rentetan kejadian yang dialaminya sejak awal tahun ini. Putra pertamanya yang berusia tiga tahun didiagnosa berkebutuhan khusus. Lalu kehamilan keduanya yang menginjak trimester kedua ini pun bermasalah.

“Janin tidak berkembang”, ucap sang dokter kandungan.

Belum lagi bisnis suaminya yang terancam gulung tikar karena omset menurun drastis.

Hati Amelia tak tenang dan gelisah. Mungkin lebih cocok disebut galau. Galau tingkat tinggi.

Insomnia belakangan sering menjadi temannya di malam hari. Tak terkecuali malam ini.

Malam ini Amelia berlutut dan berdoa. Dicurahkannya isi hatinya kepada Bapanya.

Dibacanya buku renungan Alkitab dan bacaan hari itu mengisahkan ketaatan Abraham.

Ya, taat! Abraham, yang dijuluki

bapa orang beriman itu taat dan percaya kepadaNya.

Saat Tuhan menyuruhnya untuk pergi ke negeri yang akan ditunjukNya, ia taat dan melakukan demikian. Walau tidak ada kepastian apa yang akan dihadapinya di negeri itu. Abraham percaya pada janji Tuhan. Abraham melangkah dalam iman.

Saat zona nyaman kehidupannya digoncang, Abraham memilih taat dan percaya kepada-Nya.

Pindah dari negeri yang didiami saat ini ke negeri yang akan Tuhan tunjukkan. Kalau kita mau pindah menetap di negara lain, pasti kita gali info sebanyak-banyaknya tentang negara bersangkutan. Bagaimana budayanya, biaya hidup disana berapa, apakah ada gereja lokal di kota yang akan kita diami. Banyak pertimbangan yang akan dipikir

terlebih dahulu. Namun bagaimana jika tidak ada kejelasan sama sekali akan pindah kemana. Itulah bukti iman percaya Abraham kepada Tuhan.

Saat keadaan serba tak pasti dan kacau, seperti yang dialami Amelia saat ini, Amelia mau memilih untuk percaya pada janji-Nya dan penyertaan-Nya. Seperti Abraham yang percaya penuh pada Tuhan, Amelia pun mau bisa percaya penuh kepada-Nya.

Secara pikiran manusia, keadaan adakalanya diijinkan-Nya seolah tak masuk akal. Saat keadaan diijinkan-Nya demikian, iman percaya kita sedang dimurnikan-Nya. Apakah kita tetap percaya pada Tuhan? Apakah kita tetap mengambil pilihan yang benar atau mulai kompromi?

Mudah untuk percaya kepada janji-Nya jika kondisi kita nyaman. Namun saat keadaan tidak sesuai yang kita harapkan, iman kita diuji. Apakah sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan atau hanya lip service saja.

Abraham tetap mengambil keputusan yang benar sekalipun imbasnya tidak enak buatnya.

Saat menghadapi masalah dengan Lot, ia dengan besar hati mengijinkan Lot memilih terlebih dahulu.

Abraham tetap mengambil keputusan yang benar sekalipun keadaan merugikannya. Tidak mudah untuk bersikap seperti Abraham, mengalah dan terlihat bodoh. Lot menikmati bagian yang melimpah dan subur, sementara bagian yang tandus didiaminya. Amelia pun merenungkan keadaannya saat ini. Saat bisnis suaminya diijinkan dicurangi seorang rekan kerjanya, Amelia mau berespons benar dan tetap memberkati si rekan tersebut. Tidak semua manusia “sadar diri” dan memilih respon benar. Namun itulah ciri-ciri orang yang beriman kepada Tuhan, bukan?

Dunia menganggap iman kita kebodohan, dicibir, diledek, dijadikan bahan cemoohan! Namun kita yang melangkah dalam janji-Nya tidak hidup dari penampakan duniawi. Standar kita bukan peningkatan kualitas hidup secara materi yang menandai hidup kita diberkati… Abraham pun rela pindah ke lahan yang tandus kok... Ia membiarkan Lot merebut lahan “nyaman” yang melimpah hasilnya! Namun satu hal yang Abraham pegang, yakni janji-Nya! Orang bilang “Ah sok rohani kamu!“ Namun jika kita tahu ini bagian dari rancangan-Nya untuk hidup kita, bagian kita adalah taat! Menjadi etalase Tuhan itu melakoni dengan taat rancangan-Nya buat hidup kita,

bukan jadi adu pameran kesuksesan materi.

Amelia bersujud dan melanjutkan doa dan penyembahannya.

Tuhan baik sekali buat Amelia karena dalam kejadian yang bertubi-tubi ini, imannya justru makin bertumbuh dan makin bertambah kuat. Ia percaya Tuhan untuk keadaan anaknya, jika diijinkan berkebutuhan khusus, pasti Tuhan punya rencana! Ia percaya jika diijinkan keguguran, Tuhan punya rancangan yang lebih indah untuknya. Ia percaya jika bisnis suaminya diijinkan surut, maka lewat proses ini ada kemuliaan-Nya yang menanti.

Apapun yang terjadi, Tuhan sedang bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi kita.

Ayat ini jadi ayat emas Amelia, dihafalkannya dan ditulisnya dengan spidol, ditempelnya di kaca riasnya agar selalu mengingatkannya akan janji-Nya yang indah dan penyertaan-Nya yang turut bekerja dalam segala sesuatu. Ayat ini pun menjadi ayat emas kita, sehingga iman kita makin bertumbuh dalam proses, saat semuanya seolah tak masuk akal

Roma 8:28Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah

bagi kita! Justru itulah kesempatan untuk Tuhan memakai hidup kita menjadi berkat bagi banyak orang, saat segalanya seolah “tak masuk akal”. Kita yang mengasihi Dia dan terpanggil sesuai dengan rencana-Nya, bagian kita adalah “taat dan percaya kepada-Nya”

“I will trust in You,” bisik Amelia di dalam hatinya.

Page 129: Majalah Pearl 29

Semuanya tak masuk akal buatku,” protesnya dalam hati.

Sejenak ia ingat kembali rentetan kejadian yang dialaminya sejak awal tahun ini. Putra pertamanya yang berusia tiga tahun didiagnosa berkebutuhan khusus. Lalu kehamilan keduanya yang menginjak trimester kedua ini pun bermasalah.

“Janin tidak berkembang”, ucap sang dokter kandungan.

Belum lagi bisnis suaminya yang terancam gulung tikar karena omset menurun drastis.

Hati Amelia tak tenang dan gelisah. Mungkin lebih cocok disebut galau. Galau tingkat tinggi.

Insomnia belakangan sering menjadi temannya di malam hari. Tak terkecuali malam ini.

Malam ini Amelia berlutut dan berdoa. Dicurahkannya isi hatinya kepada Bapanya.

Dibacanya buku renungan Alkitab dan bacaan hari itu mengisahkan ketaatan Abraham.

Ya, taat! Abraham, yang dijuluki

bapa orang beriman itu taat dan percaya kepadaNya.

Saat Tuhan menyuruhnya untuk pergi ke negeri yang akan ditunjukNya, ia taat dan melakukan demikian. Walau tidak ada kepastian apa yang akan dihadapinya di negeri itu. Abraham percaya pada janji Tuhan. Abraham melangkah dalam iman.

Saat zona nyaman kehidupannya digoncang, Abraham memilih taat dan percaya kepada-Nya.

Pindah dari negeri yang didiami saat ini ke negeri yang akan Tuhan tunjukkan. Kalau kita mau pindah menetap di negara lain, pasti kita gali info sebanyak-banyaknya tentang negara bersangkutan. Bagaimana budayanya, biaya hidup disana berapa, apakah ada gereja lokal di kota yang akan kita diami. Banyak pertimbangan yang akan dipikir

terlebih dahulu. Namun bagaimana jika tidak ada kejelasan sama sekali akan pindah kemana. Itulah bukti iman percaya Abraham kepada Tuhan.

Saat keadaan serba tak pasti dan kacau, seperti yang dialami Amelia saat ini, Amelia mau memilih untuk percaya pada janji-Nya dan penyertaan-Nya. Seperti Abraham yang percaya penuh pada Tuhan, Amelia pun mau bisa percaya penuh kepada-Nya.

Secara pikiran manusia, keadaan adakalanya diijinkan-Nya seolah tak masuk akal. Saat keadaan diijinkan-Nya demikian, iman percaya kita sedang dimurnikan-Nya. Apakah kita tetap percaya pada Tuhan? Apakah kita tetap mengambil pilihan yang benar atau mulai kompromi?

Mudah untuk percaya kepada janji-Nya jika kondisi kita nyaman. Namun saat keadaan tidak sesuai yang kita harapkan, iman kita diuji. Apakah sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan atau hanya lip service saja.

Abraham tetap mengambil keputusan yang benar sekalipun imbasnya tidak enak buatnya.

Saat menghadapi masalah dengan Lot, ia dengan besar hati mengijinkan Lot memilih terlebih dahulu.

Abraham tetap mengambil keputusan yang benar sekalipun keadaan merugikannya. Tidak mudah untuk bersikap seperti Abraham, mengalah dan terlihat bodoh. Lot menikmati bagian yang melimpah dan subur, sementara bagian yang tandus didiaminya. Amelia pun merenungkan keadaannya saat ini. Saat bisnis suaminya diijinkan dicurangi seorang rekan kerjanya, Amelia mau berespons benar dan tetap memberkati si rekan tersebut. Tidak semua manusia “sadar diri” dan memilih respon benar. Namun itulah ciri-ciri orang yang beriman kepada Tuhan, bukan?

Dunia menganggap iman kita kebodohan, dicibir, diledek, dijadikan bahan cemoohan! Namun kita yang melangkah dalam janji-Nya tidak hidup dari penampakan duniawi. Standar kita bukan peningkatan kualitas hidup secara materi yang menandai hidup kita diberkati… Abraham pun rela pindah ke lahan yang tandus kok... Ia membiarkan Lot merebut lahan “nyaman” yang melimpah hasilnya! Namun satu hal yang Abraham pegang, yakni janji-Nya! Orang bilang “Ah sok rohani kamu!“ Namun jika kita tahu ini bagian dari rancangan-Nya untuk hidup kita, bagian kita adalah taat! Menjadi etalase Tuhan itu melakoni dengan taat rancangan-Nya buat hidup kita,

bukan jadi adu pameran kesuksesan materi.

Amelia bersujud dan melanjutkan doa dan penyembahannya.

Tuhan baik sekali buat Amelia karena dalam kejadian yang bertubi-tubi ini, imannya justru makin bertumbuh dan makin bertambah kuat. Ia percaya Tuhan untuk keadaan anaknya, jika diijinkan berkebutuhan khusus, pasti Tuhan punya rencana! Ia percaya jika diijinkan keguguran, Tuhan punya rancangan yang lebih indah untuknya. Ia percaya jika bisnis suaminya diijinkan surut, maka lewat proses ini ada kemuliaan-Nya yang menanti.

Apapun yang terjadi, Tuhan sedang bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi kita.

Ayat ini jadi ayat emas Amelia, dihafalkannya dan ditulisnya dengan spidol, ditempelnya di kaca riasnya agar selalu mengingatkannya akan janji-Nya yang indah dan penyertaan-Nya yang turut bekerja dalam segala sesuatu. Ayat ini pun menjadi ayat emas kita, sehingga iman kita makin bertumbuh dalam proses, saat semuanya seolah tak masuk akal

bagi kita! Justru itulah kesempatan untuk Tuhan memakai hidup kita menjadi berkat bagi banyak orang, saat segalanya seolah “tak masuk akal”. Kita yang mengasihi Dia dan terpanggil sesuai dengan rencana-Nya, bagian kita adalah “taat dan percaya kepada-Nya”

“I will trust in You,” bisik Amelia di dalam hatinya.

Demikian juga

dengan kita,

“I will trust in

You, Lord” untuk segala sesuatu

yang diijinkan terjadi

dalam hidupku.

Page 130: Majalah Pearl 29

iman

MelahirkanLYON

dengan

TEXT NELLY HANDRIANTODESIGN EDEN VERI

www.majalahpearl.com

TESTIMONY

Page 131: Majalah Pearl 29

Melahirkan

ni cerita sekaligus kesaksian mengenai kelahiran putra kedua kami, Lyon. Sebetulnya, kita belum ada rencana untuk punya anak lagi saat itu. Suami gue G, juga sempet gak percaya juga klo gue hamil. Tapi setelah gue ke periksa dokter, gue memang beneran hamil. Lumayan deg-degan juga pas tau hamil karena secara manusia, kita berpikir kagak mampu secara �nansial. Tapi itu kan pandangan manusia. Kalo Tuhan kasih, berarti Tuhan yang menyediakan, ya kan? Jadi gak da yang perlu dikhawatirkan. Tuhan bilang, “Lyon berada di tangan-Nya yang sempurna, Dia merawatnya sendiri. Tidak perlu takut.“

Luar biasa proses imannya lewat melahirkan Lyon, sampe sepertinya 'menantang' dokter. Selama kehamilan gue cuma ketemu dokter kandungan 3 kali, karena Tuhan kasih iman itu jadi yah gue santai-santai aja. Banyak orang bingung pas tau kita ga sering ke dokter, tapi karena Tuhan udah ngomong ya kita damai sejahtera aja. Misalnya kita diminta bikin janjian tiap bulan, tapi kita ga bikin. Sampe dokter menanyakan kenapa kita gak bikin janji. Gue bilang, "No need lah, everything is ok right? I mean baby ok etc..." (kita tinggal di Singapore, jadi percakapannya pake Singlish hahaha) Dokternya jawab sambil cengengesan and bertampang bingung,"Yah ok everything ok.... ok then.." Wkwkwkwkwk

I

Usia hamil 37 minggu, gue baru ketemu dokter lagi dan diberitahu perkiraan Lyon lahir itu 1 Januari 2015. Dan dokternya juga info, klo sampai tanggal segitu Lyon belum lahir, menyarankan gue untuk di-induksi. Induksi itu proses dimana kita dikasih chemical oxytocin (disuntik) buat ngerangsang kontraksi. Supaya bayinya cepat keluar. Nah gue ga mau banget, karena gue percaya waktu Tuhan. Kalo bayi belum mau keluar ya ga usah dipaksa lah! Biarin aja bayinya keluar, ketika dia memang mau keluar. Klo bayinya udah siap, juga bakal keluar. Yah gue bengong donk dokternya bilang gitu. Trus gue bilang, "Let’s wait and see. I want everything natural. Why so rush..."

Sempet pengen ganti dokter, tapi kata G, kita tetep sama dokter itu aja, tapi kita ga perlu kembali ke dokter itu buat induksi, KITA AKAN TUNJUKKIN KE DOKTER PEKERJAAN TUHAN.

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

Page 132: Majalah Pearl 29

We are waiting, AnticipatingWe are creating, A place for you

My desire is to see A move of GodA move in me

My desire is to do all the thingsHe's showing me

Let us create Create a placeRelease your faith

Releasing faith For God to moveSo we will see The power of GodAnd we will know That he is God

We release the supernatural.

MY DESIRE - WILLIAM MCDOWELL

http

://w

ww

.free

imag

es.c

om/p

hoto

/pre

gnan

cy-1

4281

43

Jujur gue jadi sebel dan kesel sama si dokter. Kok seperti seenaknya sendiri suruh orang induksi. Lagian perkiraan lahir itu, perkiraan manusia. Kita sendiri juga ga tau kan kapan pembuahan itu benar-benar terjadi. Dan karena gue banyak tau kasus dimana proses induksi ini akhirnya jadi terpaksa harus operasi caesar, karena ada komplikasi atau apaan lah. Itu semua penyebabnya si bayi memang belum siap keluar. Itulah yang banyak terjadi dan gue gak mau lakukan itu. Sempet pengen ganti dokter, tapi kata G, kita tetep sama dokter itu aja, tapi kita ga perlu kembali ke dokter itu buat induksi, kita akan tunjukkin ke dokter pekerjaan Tuhan.

01jan

02jan

Ga ada tanda-tanda kontraksi sama sekali.

Lyon masih juga adem ayem. Nah saat-saat ini gue udah mulai gelisah karena lewat due date nih, orang-orang juga udah pada nanyain. Tapi hari itu, pas gue lagi bersih-bersih rumah sambil dengerin lagu, ada satu lagu yang kena banget di gue. Judulnya, 'My Desire' by William McDowell. Roh gue seakan dibangkitkan pas denger tuh lagu! So what is that space? We need to wait for Him!

www.majalahpearl.com

TESTIMONY

Page 133: Majalah Pearl 29

Seringkali, sebagai manusia, kita terlalu cepet pingin ini itu terjadi dan membuat kita melakukan hal-hal yang belum tentu Tuhan suruh. Padahal kalo kita menunggu, Dia sedang mempersiapkan sesuatu yang supranatural buat kita. Dan saat itu terjadi, kita bisa bilang WOWWW Itu perbuatan Tuhan!! Berapa kali hal-hal seperti itu terjadi atas keluarga gue. Terlalu banyak buat dihitung! Terus ada bagian di lagu tadi, dimana yg nyanyi bagiin ayat, YOH 10:37 - JESUS SAID: IF I DON’T DO THE WORKS, DON’T BELIEVE EVERYTHING I SAY. Artinya, Jesus meant business!! He always demonstrates His power!If He say-say only, never do,we can stop believing in Him!(Singlish amat sih).

Apakah kita rindu untuk menyaksikan kuasanya didemonstrasikan atas hidup kita?!?!?!? Kalo jawabannya iya, siapkan ruang untuk itu! Intinya gue jadi sangat-sangat yakin klo Lyon ada dalam tanganNya dan Tuhan sendiri yang akan menghantarkannya. Gue bener-bener pengen lihat dan mengalami sendiri kuasa supranaturalNya! Jadi yah klo Lyon kalo mau telat keluarnya ya silakan lah. Manusia bisa bilang telat, tapi Tuhan tau kapan.

SERINGKALI, SEBAGAI MANUSIA, KITA TERLALU CEPET PINGIN INI

ITU TERJADI DAN MEMBUAT KITA MELAKUKAN HAL-HAL YANG

BELUM TENTU TUHAN SURUH. PADAHAL KALO KITA MENUNGGU,

DIA SEDANG MEMPERSIAPKAN SESUATU YANG SUPRANATURAL

BUAT KITA. DAN SAAT ITU TERJADI, KITA BISA BILANG

WOWWW ITU PERBUATAN TUHAN!!

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

Page 134: Majalah Pearl 29

04jan

Khotbah digereja semakin menguatkan iman gue, "Dunia bisa bilang terlambat, tapi Tuhan ga bilang terlambat. Waktu Tuhan ga sama dengan waktu manusia. It's God’s perfect timing!" JEGERRRRR duilehhh pas banget kan!! Itu lah salah satu cara Tuhan berbicara.

05jan

Jam 8 pagi, gue mulai kerasa kontraksi yang sakit dan sering. Gue merasa Lyon bakal keluar hari ini. Jadi, gue coba dan menghabiskan waktu selama mungkin di rumah karena gue ga mau ke rumah sakit terlalu dini, karena nanti bisa dimacem-macemin ama rumah sakit. Gue dan suami juga praise and worship dulu, doa bahasa roh, baca Firman. Jadi daripada buru-buru ke rumah sakit atau dokter, mending kita dateng ke Tuhan dulu wkwkw. He will take care of everything :)Akhirnya jeda kontraksi semakin cepet dan saatnya pergi ke rumah sakit dengan waktu perjalanan 30 menit. Nyampedi rumah sakit jam 12 siang,pas pendaftaran, susternyaheran kita belum melakukan pendaftaran. Gue dah siap-siap aja ntar pasti dokternya dateng dan ngomel liat gue karena jarang datang control wkkwkwkw. Masa-masa menunggu dan kontraksi sangat-sangat sakit, sempet kepikir tuh, aduh ngapainnnn

coba gue ngalamin ini lagi yaaaaa. Aduhhhhhh laen kali caesar aja dehhhhh wkwkwkkwkw. Sudah jam 2 siang gue belum juga lahiran dan sempet tawar menawar dengan si dokter. Dokternya bilang, jika masih belum ada perkembangan akan kasih IV drip semacam bentuk induksi juga atau pecahin ketubannya. Ya gue kagak mau dan rada kesel, trus gue kekeh bilang, “I want everything natural” alias ga mau diburst. Dokternya bingung dan sempet memaksakan cara dia. Bukan karena gue takut di operasi, tapi karena kalo bisa natural, knapa harus caesar? I believe in natural birth. Trus gue diskusi ama G kan, abis nih dokter maksa banget and kayaknya mau cepet-cepet. Karena dipaksa gitu and gue ga mau di induksi, akhirnya gue damai sejahtera juga dengan pilihan ketuban dipecahin. So yah dia pecahin ketuban gue dan airnya ternyata bersih!!Tapi dokter bilang,

www.majalahpearl.com

TESTIMONY

Page 135: Majalah Pearl 29

klo gak da kemajuan dia tetap akan kasih IV drip. Gue tetap gak mau dan akhirnya dokter kasih waktu dalam 2 jam ke depan. Trus kita liat jam,dalam dua jam berarti jam 4. Gue dan G doa bahasa roh, denger khotbah, tapi gue udah sakit banget saat itu. Gue udah ga sadar khotbahnya ngomong apa, yang masuk ke alam bawah sadar gue cuma suara TD Jakes yang bilang, "Fight for your territory! The devil is trying to take your territory!" dan gue denger G cuma bahasa roh aja.Lalu setelah beberapa kali kontraksi yang sakit banget, tiba-tiba gue diingetin ama satu artikel yang pernah gue baca tentang spontaneous pushing. Inti artikelnya menulis, kita bisa push the baby out naturally when our body is telling us to. Trus tiba-tiba ada suara, yang gue percaya itu roh gue yang ngomong, jelas banget. "Just push if you want to push." Sempet bingung juga, gimana caranya tau gue siap dorong apa gak. Jadi pas kontraksi dateng, gue ngira-ngira bisa ga ya gue push dan akhirnya gue ngerasain ini kayaknya gue bisa push. Gue bilang ke G dan langsung G manggil suster2nya. Setelah di cek ternyata udah pembukaan

10!! (Pembukaan 10 artinya, the best, maximum pembukaan buat push the baby out). Dan akhirnya setelah 4/5 pushes, Lyon pun keluar dengan sukses!! Lebih mudah dibandingin gue lahirin Aiden, yang hampir dua jam gue ngepush sampe kecapean. Sehabis itu, suster dan dokternya kasih ucapan selamat ke kita, dokternya bilang,"You very good, very strong.No epidural and also babycame out before two hours up.That's your prayer, right?"LOL... Thank You Jesus :) So, gue masuk rumah sakit jam 1 siang. Jam 2 siang gue diancem dokter, klo sampe jam 4 baby belum juga keluar bakal diinduksi. Dan Lyon lahir jam 3.. Yeayyyy!! God is GREAT!! Lucunya, padahal gue udah siapin begitu banyak hal supaya gue bisa melahirkan normal, dengan list kotbah, lagu, daftar panjang yang mesti gue lakuin pas kontraksi. Ternyata ga perlu wkwkwkwk. Kata G, "tuh kan, kita bisa siapin, tapi Tuhan berkata laen. It's His divine work that He wants to do."

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

Page 136: Majalah Pearl 29

Nama lengkapnya Lyon adalahEthan El Elyon.Arti Ethan = strong, and El Elyon adalah salah satu nama Tuhan yang artinya The Lord is mighty

Ethan El Elyon

Lewat kesaksian ini, gue juga mau menjelaskan bahwa ini adalah perjalanan iman pribadi saya.Gue bukan bermaksud minta kalian melakukan yang sama. Every birthis di�erent. Mungkin sepertinya menentang dokter, tapi bukan maksudnya mengajarkan itu, karena ini benar-benar iman yang gue dapet dari Tuhan. Jangan ikutin iman gue ya. Ikutin apa yang Tuhan bilang buat kalian. You can't follow my faith, the faith that God put in my heart. You have to get it yourself.My faith is strong in certain area because God already SPOKEN to me. Karena klo Tuhan ga ngomong langsung ama kalian, bisa gawat. Your faith is actually a second hand

faith. Ini yang bisa bikin perjalanan iman kita kelimpungan, karena Tuhan ga ngomong tapi kita asal ngikut aja. Karena ada orang yang pernah ngalaminnya kayak begitu. Dan karena orang itu dapetnya begitu, gue kayak begitu aja deh. That's second hand faith. Dan satu lagi tentang proses melahirkan. Carilah informasi sebanyak-banyaknya dari pengalaman orang laen dll. Gue sadar, banyak wanita kekurangan informasi jadi mereka kesusahan dalam proses kelahiran. Beberapa dokter bilang mustahil untuk ngelakuin ini itu, tapi sebenernya itu bisa dilakuin, cuma dokternya ga berani atau mau cepet-cepet aja. Gue ikut grup

www.majalahpearl.com

TESTIMONY

Page 137: Majalah Pearl 29

di Facebook namanya, "Birth Without Fear", disitu banyak sekali kesaksian dimana sepertinya mustahil, but yet God intervened and the mommies can deliver naturally. Salah satu kesaksiannya benar-benar nguatin gue. Ada satu ibu yang mengandung tiga bayi kembar.Secara medis, dan dokter-dokternya semua pada suruh dia caesar.Nah dia ga mau, dia dapet iman klo dia bisa melahirkan ketiga bayi kembarnya dengan cara normal.Wah perjuangannya luar biasa, sampe ada dokter yang bilang dan ngancem bahwa bayinyya akan meninggal kalo dia tetep bersikeras lahirin normal. Dan orang-orang sekitar juga mulai menghakimi dia. But she held her ground because she already received that personal conviction.Dan akhirnya tiga babies nya lahir secara natural dan lancar. :) Hal-hal seperti ini yang bikin my spirit jumps and connects, menguatkan iman gue . Ketika dokter bilang gak mungkin, Tuhan bilang itu sangat mungkin. Tapi ingat, klo kalian gak dapetin iman nya, lebih baik jangan coba-coba. Dan gue percaya ada alasan kenapa Tuhan bawa gue lewatin perjalanan iman seperti ini. Karena Tuhan mempersiapkan keluarga gue untuk pelayanan di bidang ini. Baru minggu lalu kita resmi ambil alih pelayanan kesembuhan dari sesepuhdi gereja. Kita akan sering berurusan

dengan dokter, dan juga vonis-vonis dokter. Nah inilah kenapa gue harus lewatin hal seperti ini, untuk melatih otot-otot iman gue. Jadi, sekali lagi ini keyakinan dan perjalanan iman pribadi gue untuk lahirin normal. Ada orang-orang yang menghakimi kalo kita caesar, artinya kita less of a woman. Halah, darimana itu, gue gak percaya. Tapi gue juga gak bermaksud bilang, semua wanita harus lahirin normal. Klo mau operasi caesar, ya silakan. Tidak ada yg salah dengan itu. Yang penting bayi keluar dengan sehat dan selamat. Tapi yang lebih penting lagi, baca dan pelajari lah sebanyak-banyaknya tentang proses kelahiran dsb. Jadi kalo dokter vonis ini vonis itu, kalian sudah tau harus berbuat apa karena gak buta informasi. Dokter bisa salah, but Tuhan gak. Dan yang terakhir, jangan takut. Ketakutan bukan berasal dari Allah, itu daging kita, jadi kita harus terus kembali ke Firman Tuhan. He will strengthen us with His Word and put us above our fears.

WHEN WE RECEIVE THE WORD FROM GOD, THERE IS NOTHING THAT WE SHOULD FEAR! NOT DEATH, NOT SICKNESS, NOT CONDEMNATION :)

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

Page 138: Majalah Pearl 29

Suku Dayak JangkangDesigned by Febe Soehardjo

www.majalahpearl.com #029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

WOMENOFPRAYER

G als, di segmen Women of Prayer kita akan berdoa bagi saudara–saudara kita setanah air. Dalam

edisi ini kita akan berdoa untuk suku Dayak Jangkang. Diharapkan lewat rubrik ini, kita bisa lebih mengenal dan peduli kepada suku–suku bangsa yang Tuhan tempatkan di Indonesia.

Populasi: 41.100Bahasa Utama:

JangkangLokasi: Sanggau, Kalimantan Barat

Page 139: Majalah Pearl 29

Suku Dayak Jangkang

www.majalahpearl.com #029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

WOMENOFPRAYER

Suku Dayak Jangkang adalah salah satu suku yang mendiami provinsi Kalimantan Barat, terutama di kabupaten Sanggau. Suku Dayak Jangkang bermukim di antara dua sungai besar, yaitu Sungai Sekayam dan Sungai Mengkiang. Lokasi pemukiman suku Dayak Jangkang

ini memiliki posisi yang strategis karena akses langsung melalui jalan darat ke Sarawak (Malaysia) dan pelabuhan di ibukota propinsi, Pontianak.

Perdagangan dan pendidikan dalam wilayah suku Dayak Jangkang berjalan dengan baik. Namun,

Page 140: Majalah Pearl 29

www.majalahpearl.com #029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

WOMENOFPRAYERperkebunan kelapa sawit di daerah mereka memiliki implikasi buruk bagi masyarakat lokal dan masyarakat adat. Suku Jangkang menolak perusahaan kelapa sawit, karena mereka sadar bahwa perusahaan kelapa sawit akan mengubah cara hidup mereka, yang kemudian akan menyebabkan segala sesuatu diukur hanya dari segi ekonomi. Suku Jangkang berpendapat bahwa

hutan dan lingkungan hidup cukup membantu mereka untuk bertahan hidup selama ini.

Secara tradisional, suku Dayak Jangkang adalah penganut animisme. Namun sekarang, sebagian besar suku Jangkang sudah menjadi pengikut Kristus. Dan saat ini mereka hanya dilayani oleh 2 pendeta.

Page 141: Majalah Pearl 29

www.majalahpearl.com #029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

WOMENOFPRAYER

Imag

e so

urce

Pix

abay

.com

by

Rou

sseI

nc.

Pokok Doa:

>> Berdoa untuk pelestarian lingkungan hidup dalam masyarakat Jangkang supaya mereka dapat mempertahankan tanah milik mereka.

>> Berdoa untuk perbaikan jalan di Kalimantan Barat, supaya nadi perekonomian semakin berjalan dengan baik.

>> Berdoa supaya lebih banyak lagi hamba Tuhan dapat datang melayani kebutuhan masyarakat Jangkang.

>> Berdoa agar Tuhan mencurahkan Roh Kudus, berkat dan kasihNya di tengah-tengah suku Dayak Jangkang, agar terang dan kemuliaan Tuhan bercahaya di tengah-tengah mereka.

Page 142: Majalah Pearl 29
Page 143: Majalah Pearl 29

Eunike

Amazing  Grace  (2006)

Faith  Like  Potatoes  (2006)

Page 144: Majalah Pearl 29

Febe

God’s  Not  Dead  (2014)

Page 145: Majalah Pearl 29

Felisia

Chronicles  of  Narnia  (film  series)

The  Book  of  Eli  (2010)

Page 146: Majalah Pearl 29

Mega

Viryani

Facing  the  Giants  (2006)

Soul  Surfer  (2011)

Page 147: Majalah Pearl 29

Sarah  Eliana

Alone  yet  Not  Alone  (2013)

The  Hiding  Place  (1975)

Page 148: Majalah Pearl 29

Untuk Meet A Sister edisi ini, kita akan mengenal lebih jauh lagi sosok salah seorang designer kita yang super talented, sabar dan kalem. Yess! She is one of our most “kalem” friends. Yuk kita kenalan dan kenali lebih dalam lagi, karena tak kenal maka tak sayang kan.

Meet A Sister

Veri eden

www.majalahpearl.com

MeetAsister

Page 149: Majalah Pearl 29

Hi Veri!! Ceritain sedikit donk mengenai kamu, seperti lahir dimana, berapa bersaudara, tinggal dimana dan sibuk ngapain aja nih?Hello! Saya dari Binjai. Sepertinya banyak yang ga tau Binjai itu dimana. Binjai itu sekitar 1 jam dari Medan. Setelah nomaden selama 8.5 tahun, akhirnya balik lagi ke Binjai dan sekarang bantu usaha papa. Selain itu, saya juga melayani sebagai guru sekolah minggu di GMI Getsemani Binjai.

Pengen tau donk, gimana sih pertama kali kamu kenal tuhan sampe kamu memutuskan untuk bertobat sungguh-sungguh?Sebenernya dari kecil sudah kenal tuhan, cuman yah begitu-begitu aja. Baru benar-benar bertobat tuh saat lagi kerja di Singapura. Awalnya masi lompat-lompat gereja karena mo nyari yang pas, Dan ternyata ada teman sekantor yang juga dari Medan bergereja di Oikos, saya coba ke gereja dia. Disana banyak yang sebaya dan komunitasnya kecil, jadi bisa saling kenal satu dengan yang lain. Disana aku pertama kali dikenalkan ama yang namanya komsel, pertama kali benar-benar mendalami Alkitab dan mengenal karakter Yesus, pertama kali mengerti bahwa Roh Kudus tinggal di dalam kita dan saya diberikan karunia bahasa Roh. Saya memutuskan untuk dibaptis

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

Page 150: Majalah Pearl 29

pada tahun 2010. Waktu itu kondisi saya juga lagi depresi karena baru putus. Heeheehee.. Saya masih ingat ada 1 teman yang bilang, “Dibaptis tuh keputusan yang terbaik dalam hidupmu.” Setelah lewat beberapa lama, saya baru mengerti perkataan dia. Ketika kita percaya dan menyerahkan seluruh rencana dan hidup kita kepada tuhan, kita tidak perlu takut akan masa depan kita. We need to step out in faith. Kita harus melangkah dulu, mujizat dan perubahan baru bisa terjadi. “And we know that in all things God works for the good of those who love him, who have been called according to his purpose.” Romans 8:28 NIV. Dan saya juga percaya “..If God is for us, who can be against us?” Romans 8:31 NIV

Lalu, gimana ceritanya bisa ketemu majalah Pearl dan commit menjadi team designer kami?Awal tau majalah Pearl tuh dari Viryani (teman gereja Oikos), karena dia salah satu designer Pearl. Saat sekolah bahasa Mandarin di taipei, saya banyak waktu luang, jadi saya contact Viryani dan nanya kalo mereka masih butuh desainer ngga =D

Ada suka duka melayani di Pearl gak? Dan apa harapanmu untuk Pearl ke depannya? My approach to design is minimalist, which align with Pearl’s style. tapi sepertinya kadang terlewat minimalis dan saya bingung gimana meramekan halaman-halaman yang

terkadang textnya terlalu banyak =DHarapan saya untuk Pearl agar semakin banyak orang yang diberkati lewat tulisan team Pearl. Apalagi zaman sekarang bisa dibilang hampir semua orang punya jaringan internet, banyak orang diluar sana yang bisa kita jangkau dan terberkati. Kalo memungkinkan untuk ke depannya kita bisa menyediakan Pearl dalam berbagai bahasa. =)

www.majalahpearl.com

MeetAsister

Page 151: Majalah Pearl 29

Hobi dan makanan favoritmu kamu apa sih?Senengnya makanan yang manis-manis dan apa aja yang ga pedes =P

Boleh tau ayat favoritmu, dan kenapa ayat ini sungguh berbicara dalam hidupmu?“So whether you eat or drink or whatever you do, do it all for the glory of God.” 1 Corinthians 10:31 NIVterkadang lupa kalo menyenangkan tuhan tuh bukan hanya pada saat ibadah gereja, tapi di setiap hal yang kita lakukan sehari-hari. Ayat ini yang selalu ngingatin dan jadi pegangan saya.

Last but not least, sapa pembaca kita donk!! Biasanya kan kamu selalu di balik layar nih dalam memuliakan tuhan lewat hasil designmu, hehehe. sekarang, apa

pesan-pesan untuk para pembaca setia Pearl?Hi sisters in Christ! Mudah-mudahan Pearl bisa memberkati kalian dan kalo ada saran dan pesan, jangan ragu-ragu untuk sampaikan pada kami ya. Kalo ada yang mau bergabung, you are more than welcomed =)

Okay deh Ver, thanks for your time yach! Keep working and be a great blessing for others! God bless every step of the way in your life, surely greater things ahead!!

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

Page 152: Majalah Pearl 29

Shalom Ladies, Kali ini Majalah Pearl kembali mengadakan lomba! Dalam rangka memeriahkan edisi natal nanti :P Yuk tengok kriteria-kriterianya, and jangan lupa ajak teman-teman untuk ikutan juga yah! ^^

Page 153: Majalah Pearl 29

Max 3 halaman kertas ukuran A4, Minimal 1 halaman.

Font size 12, Times New Roman, 1,5 spacing. Margin: atas 3 cm, bawah 3 cm, kiri 4 cm dan kanan 3 cm.

Tema tentang Natal.

Menggunakan bahasa Indonesia.

Naskah harus asli bukan terjemahan atau saduran dan belum pernah dipublikasikan baik melalui media cetak maupun elektronik.

Cerpen terbaik copy right milik Majalah Pearl, termasuk hak untuk menyunting judul dan isinya.

Keputusan Dewan Juri bersifat �nal dan mengikat.

Pengiriman berkas, paling lambat 10 November 2015 ke [email protected] dengan subject "lomba cerpen pearl".

Pengumuman pemenang pada majalah Pearl edisi Desember 2015.

REQUIREMENTS

1

2

3

4

5

6

7

8

9

HADIAH

Page 154: Majalah Pearl 29

HOW TO GET

HOW TO GETConnectedConnected

www.majalahpearl.com

NEWSLETTER

Page 155: Majalah Pearl 29

Kirim surat pendek berisi saran, kritik, ide atau encouragement (tidak lebih dari 10 kalimat) untuk redaksi Pearl. Suratmu ini nantinya akan dimuat di rubrik “surat pembaca.”

Kirim kesaksianmu untukdimuat di rubrik “kesaksian.”Khusus untuk rubrik kesaksian ini kami memberikan tema khususyang berbeda di setiap edisi.

Have some questions?Kirimkan pertanyaanmuyang akan dijawab oleh beberapaanggota tim redaksi Pearl.

Mari saksikan kebaikan Tuhan dalam hidupmu :) Kami mengundangteman-teman untuk mengirimkan kesaksian dengan tema “Shield of Faith.” Sebagai wanita Allah yang tangguh, kita juga dituntut untuk mengenakan perisai iman. Di edisi ini, kami mengulas tentang apakah itu perisai iman, dan bagaimana cara kita menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Join our team: Writer, Designer, dan Photographer team. Bila teman-teman berminat, silakan email kami di [email protected] beserta contoh karya-karya kalian! Ayo buruan, ladies! :D

Sejak menerima Tuhan, apakahada hal-hal baru (karakter, kebiasaan hidup) yang Tuhan tanamkan dalam hidupmu? Apa perubahan terbesar yang kamu alami sejak menerima Tuhan Yesus sebagai Juru Selamatyang kekal?

Layangkan kesaksianmu ke [email protected] (kesaksian tidak lebih dari 1 halaman kertas A4 please, Thanks!)

123

Yuk, ikutan aktif di majalah Pearl!

CLICK HEREfor more info

#029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

Page 156: Majalah Pearl 29

KecualiKita

www.majalahpearl.com #029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

ACLOSERWALK

Terima kasih untuk bantuan dana yang sudah temen-temen sumbangkan ke Open Doors bersama kami. Berikut adalah bukti transfer pengiriman sumbangan, dan nama-nama donatur. Once again, thank you and Jesus blesses you! :)

Poppy Noviana: Rp.500.000Dolly Christine: Rp.150.000WH47: Rp.50.000Dr. Stella Stanley - Welia: Rp.1.000.000Bill + Nad: Rp.1.500.000Aat Susanto: Rp.500.000Ronald Ongky: Rp.500.000Widya Christina: Rp.500.000NN: Rp.300.000Stephanie Rosalia: Rp.1.510.000DbA: Rp.300.000NN Group: Rp.1.000.000Editorial Team: Rp.1.940.226

Peduli

TOTAL: Rp.9.750.226

Page 157: Majalah Pearl 29

www.majalahpearl.com #029 (Aug 2015 - Sep 2015) | Shield of Faith

ACLOSERWALK

Page 158: Majalah Pearl 29

dalam segala keadaan pergunakanlah

perisai imanEfEsus 6:16a