majalah warta anggaran edisi 29

64
PENGANGGARAN WARTA ANGGARAN MAJALAH KEUANGAN SEKTOR PUBLIK EDISI 29 • TAHUN 2015 MASA TRANSISI

Upload: truongtram

Post on 31-Dec-2016

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015|�

PENGANGGARAN

WARTAANGGARAN

MAJALAH KEUANGAN SEKTOR PUBLIKEDISI 29 • TAHUN 2015

MASA TRANSISI

Page 2: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

� |WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015

Page 3: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015|�

Sebagaimana diketahui bahwa setelah selesainya pemilu yang dilaksanakan pada tahun 2014, tentunya terjadi pula pergantian pemerintahan atau lazim disebut transisi. Dari

aspek penganggaran, tentunya juga terdapat perbedaan dalam penyusunan APBN-nya. Hal ini dipersiapkan untuk mengakomodasi perubahan-perubahan pada pemerintahan baru.

Pada pemerintahan baru di bawah kepemimpinan presiden Joko Widodo, nomenklatur kementerian dan lembaga juga mengalami perubahan. Perubahan ini tentu berpengaruh pula pada anggaran negara. Kementerian baru perlu alokasi anggaran untuk melaksanakan kegiatan sehingga perlu dilakukan revisi atas RKA K/L sesuai dengan nomenklatur baru tersebut.

Atas dasar peristiwa ini, Warta Anggaran edisi 29 ini mencoba untuk menyampaikan permasalahan penganggaran di masa transisi. Pada edisi ini, akan dibahas mengenai penyusunan APBN 2015 pada masa transisi dan pengakomodasian visi misi pemerintahan baru dalam APBNP 2015, dampak perubahan nomenklatur kementerian/lembaga pada penyusunan APBN, serta peristiwa penganggaran di masa transisi di negara-negara lain.

Dalam rubrik suplemen, akan dihadirkan penggunaan konsep logic model dalam penyusunan anggaran. Penggunaan konsep logic model ini diharapkan dapat mendukung Penganggaran Berbasis Kinerja yang sudah diterapkan dari tahun 2007. Peningkatan kualitas penganggaran menjadi tuntutan agar menjadi semakin efektif. Untuk mendukung upaya itu, Pemerintah menerapkan sistem penghargaan dan sanksi atas pelaksanaan anggaran K/L. Perlu adanya penyempurnaan konsep penghargaan dan sanksi tersebut, yaitu insentif personal.

Informasi-informasi lain juga tak kalah menarik. Mulai dari rubrik komunitas yang kali ini akan mengangkat mengenai komunitas sepeda, yang tak kalah menarik adalah rubrik resensi. Resensi buku dan resensi film disajikan seperti edisi sebelumnya, bahkan ditambahkan dengan resensi game.

Pada rubrik fotografi, akan ditampilkan keindahan alam di Kaimana. Informasi yang dilengkapi foto-foto keindahan alam ini sekaligus menjadi resensi wisata. Bang Bujet juga hadir kembali dengan gayanya yang menggelitik. Keseluruhan WA edisi 29 akan disajikan dalam halaman yang dapat menambah wawasan dan informasi yang sangat menarik.

Selamat membaca

Diterbitkan oleh :Direktorat Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan

Redaktur : Haritedjo Soekirno, Jati Wibowo, Muslikhudin, Heri Syafardi, Dicky Kushadi Wahyu A, Wahyu Indrawan, Asrukhil Imro, Arfan Udi Winasis, Dede Solihin, Dwi Nurvitasari Suyanto, Aries Setiadi, Melissa Candra Puspitasari, Ade Permadi, Agus Slamet Riyadi, Sri Moedji Sampurnanto

Penyunting/editor :Achmad Zunaidi, Cahya Setiawan, Shinta Putri Permata Dewi, Ari Candra Arista

Desain Grafis/Photografer :Kandha Aditya Sandjoyo, Fr. EdySantoso, Nandang Sumirat

Sekretariat :Faisal Khabibi, Reza Ibnu Prakoso,Yudanto D. Nugroho

Alamat Redaksi : Gedung Sutikno Slamet,Jl. Wahidin Nomor 1, Jakarta 10710 Telepon (021) 3866117 pst. 8506 Email : [email protected]

Pencetakan :Percetakan Bethesda Anugerah - JakartaEmail : [email protected]

Pembaca yang budiman,

Redaksi menerima kontribusi tulisan dan artikel yang sesuai dengan misi penerbitan. Redaksi berhak mengubah isi tulisan tanpa mengubah maksud dan substansi.

salam redaksi

Page 4: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

� |WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015

daftar isi Warta Anggaran 29 • Tahun 2015

lintas peristiwa

HarMOnisasiSatu Tahun Perjalanan BPJS Kesehatan Melayani Masyarakat:Implementasi UU Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

sisteM pengganggaranAsimetri Informasi dalam Penentuan Alokasi Anggaran

pnBpIntegrasi SIMPONI-SAS Memudahkan Bendahara Satker

JendelaBudget Goes to Campus 2015Institut Pertanian Bogor

OpiniBeberapa Langkah Sederhana Untuk Kantor Yang Lebih “Hijau”

renunganKarena Memberi Manfaat adalah Pilihan

FOtOgraFiMengejar Senja Di Kaimana

KOMunitasMari Bersepeda

resensi FilMFast and Furious 7

selinganDemocracy 3Jika Aku Menjadi Seorang Presiden

resensi BuKuBrand Yourself :Sudahkah Anda Tampil Secara Profesional?

Penganggaran APBN di Masa Transisi Tahun 2014 lalu merupakan tahun politik atau tahun di mana dilaksanakannya pemilihan umum (pemilu) baik itu Pemilu Legislatif maupun Pemilu Presiden.

Mengintip Masa Transisi Pemerintahan di Indonesia, Inggris, dan Amerika SerikatTransisi kekuasaan dari satu pemerintahan kepada pemerintahan yang baru merupakan sebuah kejadian yang penting dalam sejarah sebuah Negara.

Perubahan Nomenklatur Kementerian/LembagaKekhawatiran restrukturisasi organisasi kementerian Kabinet Kerja akan memakan waktu dan berakibat terhambatnya kerja menjadi kenyataan.

Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas:Target Pembangunan dan Indikator Kesejahteraan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraSudah tujuh dekade Indonesia merdeka, namun persoalan kemiskinan dan pemerataan pembangunan masih menjadi permasalahan.

Kebijakan Fiskal 2015:Optimisme Pemerintah Banyak orang meyakini bahwa keberhasilan berawal dari optimisme. Kondisi ini pula sepertinya dilakukan Presiden Jokowi dalam merancang kebijakan fiskal dalam APBN Perubahan tahun 2015 (selanjutnya disebut APBNP tahun 2015).supleMen

Penggunaan Konsep Logic Model Dalam Penyusunan AnggaranAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang harus dikelola dengan efektif dan efisien untuk kemakmuran rakyat, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

6

30

35

42

46

48

51

52

56

58

60

62

lapOran utaMa

24

29

20

18

15

12

8

Ada Insentif Personal Dibalik Kinerja PenganggaranSebagai salah satu upaya pemerintah meningkatkan kualitas penganggaran, dalam beberapa tahun terakhir, Pemerintah telah menerapkan sistem penghargaan dan sanksi atas pelaksanaan anggaran belanja Kementerian Negara/Lembaga (K/L).

Page 5: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015|�

Selamat MenunaikanIbadah Puasa

1436 H - 2015 M

DIREKToRAT JENDERAl ANGGARANKEMENTERIAN KEUANGAN REPUblIK INDoNESIA

Page 6: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

� |WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015

Auditorium Dhanapala, 6 Januari 2015,

Peluncuran Quickwins dan Seminar Transformasi Kelembagaan

Terdapat 6 (enam) inisiatif quickwins Transformasi Kelembagaan yang diluncurkan yaitu pengembangan kapasitas Kring Pajak 500-200, kantor modern 2.0 DJBC, Modul Penerimaan Negara Generasi-2 (MPN

G2) Ditjen Perbendaharaan, Arsitektur dan Informasi Kinerja (ADIK) DJA, Sistem Informasi Pengadaan Langsung (SIMPel) dari LPSE Sekretariat Jenderal, dan e-Auction dari DJKN.

Auditorium Dhanapala, 3-5 Februari 2015

Workshop Penataan ADIK:Penyempurnaan Perumusan Output dan Outcome dalam Rencana Kerja dan Anggaran-Kementerian/Lembaga (RKA-K/L)

Workshop ini membahas kendala dalam penataan ADIK, melaksanakan simulasi pelatihan ADIK, dan me-

review penyempurnaan sesuai konsepsi penataan ADIK.

lintas peristiwa Berita

Page 7: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015|�

Auditorium Dhanapala, 31 Maret 2015

Sosialisasi Standar Biaya TahunAnggaran 2016

Materi sosialisasi adalah : Pengaturan Standar Biaya dalam Sistem Penganggaran, Standar Struktur Biaya Tahun

Anggaran 2016, Standar Biaya Keluaran (SBK) Tahun 2016 yang mencakup penyiapan SBK 2016 dan langkah-langkah penyusunan SBK, serta Standar Biaya Masukan (SBM) Tahun Anggaran 2016 mencakup Pengaturan SBM, Hal-hal baru SBM Tahun Anggaran 2016, dan Cakupan Revisi SBM Tahun Anggaran 2015.

Gedung Sutikno Slamet lantai 9, Gedung P-V lantai 5, dan Ruang Machiato Gedung Dhanapala, 20 – 24 Februari 2015

Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-K/L)

Materi penelaahan yaitu detail perubahan terkait APBNP tahun 2015 berdasarkan hasil pembahasan pemerintah

dan DPR. Disamping itu, dilakukan penelaahan atas usul revisi anggaran K/L Tahun 2015 berkaitan dengan penghematan dan pemanfaatan perjalanan dinas/konsinyasi/paket meeting.

Auditorium Andi Hakim Nasution, Institut Pertanian bogor, 7 Maret 2015

Budget Goes To Campus 2015

Sosialisasi APBN, seperti “Budget Goes to Campus” merupakan salah satu upaya untuk membuat APBN

menjadi lebih transparan dan sebagai wahana sharing knowledge mengenai APBN, peran pemerintah, dampaknya terhadap masyarakat, alokasi belanja, sumber pendapatan, dan pembiayaannya.

Auditorium Dhanapala, 17 Februari 2015

Peluncuran Sistem Modul Penerimaan Negara Generasi 2 (MPN G2)

Peluncuran MPN G2 ini ditandai pula dengan peluncuran logo MPN G2, dengan moto Praktis, Cepat, dan Aman. Sistem

Informasi PNBP Online (SIMPONI), sebagai salah satu bagian dari sistem MPN G-2 memberi kemudahan bagi wajib bayar/wajib setor dalam memenuhi kewajibannya dalam pembayaran/penyetoran PNBP dan penerimaan nonanggaran.

lintas peristiwaBerita

Page 8: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

� |WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015

penganggaran apBndi Masa transisi

Teks Oleh: Arif Kelana Putra

Tahun 2014 lalu merupakan tahun politik atau tahun di mana dilaksanakannya pemilihan umum (pemilu) baik itu Pemilu Legislatif maupun Pemilu Presiden. Sehingga pada tahun 2014 pula terjadi suatu proses pergantian pemerintahan dari pemerintahan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ke pemerintahan era Presiden Joko Widodo (Jokowi). Proses peralihan ini lazim disebut sebagai proses transisi.

laporan utama Penganggaran APBN

Page 9: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015|�

Proses transisi berdampak tidak hanya pada aspek politik di tanah air saja namun juga pada aspek

anggaran di pemerintahan, khususnya dalam penyusunan APBN. Sehingga terdapat perbedaan atau kekhususan tersendiri ketika pemerintah menyusun APBN Tahun 2015, yang sebagian besar prosesnya dilakukan di masa transisi, jika dibandingkan dengan penyusunan APBN tahun-tahun sebelumnya.

APBN 2015 disusun oleh pemerintah era Presiden SBY namun dilaksanakan oleh pemerintah era Presiden Jokowi. Oleh karena itu, segala hal yang terkait dengan APBN 2015 harus dibuat dengan memerhatikan kepentingan dan

kebutuhan pemerintahan baru. Dengan pertimbangan tersebut, pemerintah era Presiden SBY menyusun APBN 2015 dalam bentuk baseline budget. Baseline budget merupakan suatu bentuk anggaran yang disusun dengan tujuan utamanya adalah untuk memperhitungkan kebutuhan dasar penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat.

Selain itu, bentuk baseline budget juga ditujukan untuk memberikan ruang fiskal yang lebih luas kepada pemerintahan baru. Hal ini menjadi sangat penting karena merupakan acuan utama dalam penyusunan anggaran di masa transisi. Ruang fiskal yang luas akan memberikan kesempatan kepada pemerintah era Presiden Jokowi untuk merumuskan kebijakan dan program kegiatan yang sesuai dengan visi dan misinya.Penyediaan ruang fiskal yang luas tercermin dari tidak adanya new initiatives yang signifikan dalam APBN 2015. Dalam proporsi anggarannya, hal ini menyebabkan terjadinya penurunan defisit. Selain itu, pemberian ruang fiskal yang luas serta kesinambungan fiskal juga diupayakan melalui pengurangan penerbitan surat utang negara.

Walaupun tujuan utama APBN 2015 ini untuk memberikan ruang fiskal yang cukup, namun APBN 2015 tetap dijaga konsistensinya dengan rencana pembangunan jangka panjang dalam dokumen RPJPN 2005-2025. Sehingga pokok-pokok kebijakan belanja yang dirumuskan dalam APBN 2015 juga tetap diarahkan untuk mendukung pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien, mendukung pencapaian sasaran pembangunan yang berkelanjutan, mendukung percepatan pencapaian minimum essential force (MEF), mendukung pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup, meningkatkan efektivitas kebijakan subsidi yang tepat sasaran, meningkatkan dan memperluas akses pendidikan yang berkualitas, meningkatkan kualitas pelaksanaan SJSN di bidang kesehatan dan ketenagakerjaan, serta menyediakan dukungan cadangan risiko fiskal dan mitigasi bencana.

Penyusunan APBN 2015Adanya pesta demokrasi di Indonesia, yaitu Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden, pada tahun 2014 menyebabkan sebagian besar energi dan sumber daya baik pemerintah, legislatif, dan masyarakat

terpusatkan pada hajat besar tersebut. Hal ini menyebabkan pembahasan Rancangan Undang-undang (RUU) APBN 2015 dilaksanakan lebih cepat 1 bulan (selesai pada akhir September 2014) jika dibandingkan dengan siklus normalnya yang biasanya selesai pada akhir Oktober.

Di sisi lain, situasi ini sedikit memberikan kemudahan dalam proses politik pembahasan RAPBN 2015 antara pemerintah dan DPR RI karena persetujuan DPR dapat segera diberikan tanpa banyak melakukan perubahan terhadap RAPBN 2015. Secara politik, pihak-pihak yang duduk di DPR RI baik itu partai pendukung pemerintah maupun partai oposisi berada pada posisi wait and see. Pada saat itu, masing-masing pihak belum tahu siapa yang nantinya akan menduduki posisi sebagai partai pendukung pemerintah atau dengan kata lain pihak yang akan menjalankan APBN 2015 tersebut nantinya. Sehingga resistensi mereka terhadap kebijakan dan program yang dirumuskan dalam RAPBN 2015 bisa dibilang cukup kecil.

Secara umum, APBN 2015 diarahkan untuk melakukan penguatan kebijakan fiskal dalam rangka percepatan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan berkeadilan. Kebijakan percepatan tersebut diupayakan melalui optimalisasi pendapatan negara, peningkatan kualitas belanja negara, pengendalian defisit APBN, dan pengendalian utang.

Meskipun resistensi parlemen cukup kecil ketika melakukan pembahasan RAPBN 2015, namun diskusi anggaran antara pemerintah dan DPR RI tersebut menghasilkan beberapa perubahan-perubahan yang cukup signifikan dan positif. Beberapa asumsi dasar ekonomi makro yang disepakati dalam APBN 2015 mengalami perubahan jika dibandingkan dengan angkanya dalam RAPBN 2015 yang diajukan pemerintah. Asumsi pertumbuhan ekonomi berubah menjadi 5,8 persen dari sebelumnya sebesar 5,6 persen. Asumsi tingkat suku bunga SPN 3 bulan berubah menjadi 6,0 persen dari sebelumnya sebesar 6,2 persen. Asumsi lifting minyak bumi berubah menjadi 900 ribu barel per hari dari sebelumnya sebesar 845 ribu barel per hari.

Kemudian, berdasarkan kerangka ekonomi makro tersebut, pendapatan negara disepakati sebesar Rp1.793,6 triliun atau naik sebesar Rp31,3 triliun jika dibandingkan dengan besarannya dalam

laporan utamaPenganggaran APBN

Page 10: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

10 |WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015

RAPBN 2015. Sementara itu, belanja negara disepakati sebesar Rp2.039,5 triliun atau naik sebesar 19,6 triliun jika dibandingkan dengan RAPBN 2015. Dari penyesuaian pendapatan dan belanja negara tersebut, maka angka defisit dalam APBN 2015 disepakati sebesar 2,21 persen terhadap PDB, lebih rendah dari defisit RAPBN 2015 yang sebesar 2,32 persen terhadap PDB. Besaran defisit dalam APBN 2015 yang relatif masih aman tersebut diharapkan dapat memberikan sinyal positif bagi masyarakat, para pemangku kepentingan, dan pelaku usaha baik di dalam maupun luar negeri.

Untuk menutup defisit APBN 2015, pemerintah dan DPR RI menyepakati jumlah pembiayaan sebesar Rp245,9 triliun, atau lebih rendah Rp11,7 triliun jika dibandingkan dengan RAPBN 2015. Jumlah ini menyesuaikan dengan penurunan defisit anggaran dan dalam rangka menjaga kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) ke depannya.

Target-target pendapatan dan belanja negara tersebut diharapkan dapat tercapai dengan melakukan berbagai macam kebijakan seperti penyempurnaan peraturan perundang-undangan, ekstensifikasi dan intensifikasi perpajakan, penggalian potensi wajib pajak, penggalian potensi pajak sektor non-tradable, peningkatan

lifting minyak, penurunan cost recovery, peningkatan bagian laba BUMN, serta peningkatan PNBP lainnya. Sementara itu, dari sisi belanja, pemerintah merumuskan kebijakan penyesuaian gaji pokok dalam rangka mempertahankan tingkat aparatur negara, pengendalian belanja pendukung penyelenggaraan pemerintahan, pengendalian besaran subsidi dalam bentuk pengendalian konsumsi BBM bersubsidi, pengembangan alternatif energi baru dan terbarukan, dan lain sebagainya.

APBNP 2015: Mengakomodasi NawacitaAPBN 2015 yang bersifat baseline memberikan ruang gerak kepada pemerintah baru untuk mengusulkan perubahan secara total dalam rangka menampung inisiatif-inisiatif pemerintah baru dalam APBNP 2015. Segera setelah Jokowi terpilih dalam Pemilu Presiden pada tanggal 9 Juli 2014 dan dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia ke-7 pada tanggal 20 Oktober 2014, persiapan penyusunan RAPBNP 2015 mulai bergulir pada triwulan keempat tahun 2014. Hal ini sudah diantisipasi baik oleh pemerintah sendiri maupun parlemen.

Secara formal, pembahasan perubahan APBN 2015 dimulai pada tanggal 13 Januari 2015 ketika Presiden Jokowi menyampaikan

surat kepada Ketua DPR RI perihal RUU tentang Perubahan atas UU Nomor 27 Tahun 2014 tentang APBN Tahun Anggaran 2015. Kemudian, pengajuan RUU APBNP 2015 tersebut ditindaklanjuti dan dibacakan oleh DPR RI dalam Rapat Paripurna pada tanggal 15 Januari 2015.

Proporsi anggaran dan perumusan kebijakan RAPBNP 2015 disusun untuk mendukung visi, misi, dan agenda pemerintahan baru era Presiden Jokowi yang secara umum terangkum dalam Konsep Nawacita dan Trisakti. Nawacita merupakan sembilan agenda prioritas Presiden Jokowi dalam mewujudkan visi dan misinya membangun Indonesia. Sementara itu, Trisakti merupakan visi Presiden Jokowi yang mencakup cita-cita untuk menjadikan Indonesia berdaulat secara politik, mandiri dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam budaya. Selain itu, RAPBNP 2015 juga mengakomodir kebijakan pemerintahan Presiden Jokowi yang merestrukturisasi kementerian dan lembaga dalam Kabinet Kerja.

Namun perlu diperhatikan juga bahwa perubahan APBN 2015 yang bersifat baseline dan merupakan anggaran transisi selain dilatarbelakangi oleh aspek politik juga dipengaruhi oleh aspek ekonomi. Saat itu, terdapat perkembangan realisasi indikator ekonomi makro pada tahun 2014

laporan utama Penganggaran APBN

Page 11: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015|11

yang diluar perkiraan dan akan berpengaruh pada kondisi perekonomian Indonesia di tahun 2015. Indikator-indikator tersebut antara lain pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar, harga mintak mentah Indonesia (ICP), dan lifting migas. Perubahan indikator-indaktor tersebut mengharuskan pemerintah menyesuaikan asumsi dasar ekonomi makro yang melandasi APBN 2015 agar lebih realistis dan kredibel.

Dalam APBNP 2015, asumsi pertumbuhan ekonomi berubah menjadi 5,7 persen, lebih rendah jika dibandingkan dengan APBN 2015. Sementara itu, asumsi inflasi dan tingkat suku bunga SPN 3 bulan masing-masing mengalami kenaikan menjadi 5,0 persen dan 6,2 persen jika dibandingkan dengan angkanya dalam APBN 2015. Kemudian, asumsi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS juga mengalami pelemahan menjadi Rp12.500 per Dolar AS. Di sisi lain, harga minyak serta lifting minyak dan gas masing-masing mengalami penurunan menjadi US$60 per barel, 825 ribu barel per hari, dan 1.221 ribu barel setara minyak per hari jika dibandingkan dengan APBN 2015.

Turunnya ICP dan pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS akan mempengaruhi sisi pendapatan negara khususnya pada penerimaan migas. Selain itu, penerimaan perpajakan dalam anggaran baseline APBN 2015 juga diperkirakan menurun apabila tidak dilakukan langkah pengamanan. Kemudian dari sisi belanja negara, reformasi subsidi yang dilakukan pemerintah baru pada akhir tahun 2014 memberikan ruang fiskal bagi pemerintah dalam merumuskan kembali sasaran-sasaran pembangunan yang direncanakan dan merealokasi belanja ke pos-pos yang lebih produktif. Berdasarkan situasi tersebut, maka pemerintah juga perlu melakukan penyesuaian kebijakan fiskal.

Dari hasil pembahasan antara pemerintah dan DPR RI, target pendapatan negara dalam APBNP 2015 disepakati sebesar Rp1.761,6 triliun atau lebih rendah Rp31,9 triliun jika dibandingkan dengan jumlahnya dalam APBN 2015. Sementara itu, belanja negara disepakati sebesar Rp1.984,1 triliun atau lebih rendah sebesar Rp55,3 triliun jika dibandingkan dengan APBN 2015. Berdasarkan komposisi pendapatan dan belanja negara tersebut, defisit APBNP 2015 mengalami penurunan menjadi 1,90 persen terhadap

PDB. Angka defisit ini lebih rendah jika dibandingkan dengan angka defisit dalam APBN 2015. Untuk menutup defisit tersebut, pemerintah menargetkan pembiayaan sebesar Rp222,5 triliun dalam APBNP 2015 atau lebih rendah jika dibandingkan dengan APBN 2015.

Melalui APBNP 2015, Kabinet Kerja mempertajam langkah-langkah kebijakan fiskal dalam APBN 2015 (anggaran transisi) yang disusun oleh Kabinet Indonesia Bersatu II agar searah dengan Konsep Nawacita dan Trisakti Presiden Jokowi. Bauran strategi dan kebijakan diprioritaskan dalam rangka peningkatan pendapatan negara melalui program optimasi pendapatan namun dengan tetap menjaga kinerja investasi dan dunia usaha. Beberapa upaya Kabinet Kerja untuk mencapai target penerimaan pajak tahun 2015 antara lain penggalian potensi penerimaan perpajakan melalui perbaikan administrasi perpajakan, perbaikan regulasi, ekstensifikasi tambahan Wajib Pajak baru, dan penegakan hukum.

Sementara itu, di sisi belanja negara, Kabinet Kerja akan memprioritaskan implementasi APBNP 2015 untuk pelaksanaan pembangunan sektor unggulan yang diarahkan untuk meningkatkan dan memelihara kedaulatan pangan, pengembangan energi dan ketenagalistrikan, pembangunan kemaritiman dan pariwisata, serta pengembangan industri. Kemudian, APBNP 2015 juga akan digunakan untuk pemenuhan kewajiban dasar

yang harus disediakan Pemerintah yaitu pendidikan melalui Kartu Indonesia Pintar, kesehatan melalui Kartu Indonesia Sehat, dan penyediaan perumahan yang layak. Selain itu, beberapa hal penting lainnya yang tidak luput dari perhatian adalah pengurangan kesenjangan baik kesenjangan antar kelas pendapatan—yang akan dimitigasi melalui Program Kartu Keluarga Sejahtera—maupun antar wilayah, pembangunan infrastruktur konektifitas, serta program dan kegiatan unggulan lainnya.

PenutupSecara umum, proses transisi pemerintahan dari era Presiden SBY ke Presiden Jokowi berjalan dengan baik. Faktor ini juga memberikan pengaruh pada kelancaran proses penganggaran di masa transisi mulai dari penyusunan APBN 2015 yang dilakukan oleh pemerintahan era Presiden SBY (Kabinet Indonesia Bersatu II) hingga penyusunan APBNP 2015 yang dilakukan oleh pemerintahan era Presiden Jokowi (Kabinet Kerja). Selain stabilitas politik, kesuksesan proses penganggaran di masa transisi juga dipengaruhi oleh fokus dan komitmen yang kuat dari masing-masing pihak yang berkepentingan baik itu Kabinet Indonesia Bersatu II, DPR RI, dan Kabinet Kerja. Sehingga anggaran yang dirancang tetap sesuai dengan program pembangunan Indonesia jangka panjang dan program peningkatan kesejahteraan masyarakat.

laporan utamaPenganggaran APBN

Page 12: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

12 |WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015

Mengintip Masa transisi pemerintahan di indonesia, inggris, dan amerika serikat

Teks oleh: Melissa Candra Puspitasari

laporan utama Mengintip Masa Transisi

Page 13: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015|13

Transisi kekuasaan dari satu pemerintahan kepada pemerintahan yang baru merupakan sebuah kejadian yang penting dalam sejarah sebuah negara. Perubahan yang terjadi tidak hanya perubahan kepemimpinan, namun juga perubahan pola pemerintahan dan kebijakan yang diambil sebuah pemerintahan. Masa transisi pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada presiden terpilih, Joko Widodo adalah kali pertama dalam sejarah Indonesia dilakukannya masa transisi untuk menyambut pemerintahan baru secara formal. Adalah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang memunculkan ide tersebut di tahun 2013.

Kemunculan ide tersebut dikarenakan pada masa transisi pemerintahan Presiden Susilo

Bambang Yudhoyono mengalami banyak hambatan terutama dari ketersediaan informasi terkait jalannya pemerintahan pada saat itu. Berangkat dari pengalaman Presiden Yudhoyono tersebut, pada akhir masa kepemimpinannya dan menyambut kepemimpinan Presiden Joko Widodo dibentuklah tim yang menangani transisi pemerintahan. Beranggotakan para pakar dan tokoh nasional tim itu dikenal sebagai Tim Transisi.

Bekerja selama kurang lebih tiga bulan, Tim Transisi mengumpulkan informasi yang dirasa diperlukan dalam pergantian pemerintahan di akhir bulan Oktober. Rekomendasi yang disampaikan oleh Tim Transisi antara lain: (1) memperbaiki reformasi birokrasi dan struktur kabinet yang terlalu gemuk, (2) menaikkan harga BBM dalam negeri dan, (3) melakukan refocusing belanja kementerian/lembaga. Dengan adanya rekomendasi tersebut, Presiden Joko Widodo kemudian menyesuaikan pola pemerintahannya, termasuk di dalamnya struktur kabinet pembantu Presiden, demi mendukung visi misi Presiden.

Istilah kabinet berasal dari Bahasa Italia “cabinetto” yang berarti “sebuah ruang kecil”. Sebuah tempat yang baik untuk membahas hal-hal penting tanpa takut terganggu. Di dalam sistem pemerintahan, istilah kabinet digunakan untuk merujuk pada kumpulan pejabat tinggi negara, umumnya menduduki jabatan sebagai kepala sebuah kementerian atau lembaga. Di bawah sistem kepresidenan seperti yang dianut oleh Indonesia, peran kabinet adalah sebagai bagian dari badan eksekutif yang berperan sesuai fungsinya yaitu membantu kepala pemerintahan. Di Indonesia, pemilihan, pengangkatan, dan pergantian

para anggota kabinet merupakan hak prerogatif Presiden.

Perubahan struktur pemerintahan yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo terhadap beberapa kementerian dan lembaga juga berdampak pada proses penganggaran. Transisi pemerintahan pada penghujung tahun 2014 mengakibatkan APBN Tahun Anggaran 2015 yang baru saja disahkan harus diubah karena APBN Tahun Anggaran 2015 merupakan anggaran yang disusun oleh DPR dan pemerintahan sebelumnya. Namun, pelaksana dari APBN tahun anggaran 2015 tersebut adalah pemerintahan saat ini. Selain itu, beberapa hal yang menjadi fokus dan agenda utama pemerintahan saat ini belum tercermin dalam APBN 2015. Dengan mengusung visi misi baru yang dikenal dengan sebutan Nawacita, pada tanggal 13 Januari 2015, Pemerintah mengajukan usulan anggaran perubahan APBN kepada DPR.

Cerita menarik juga terjadi dalam proses transisi pemerintahan di Inggris. Dalam sejarahnya, proses transisi pemerintahan relatif berjalan mulus bahkan terasa amat cepat. Dengan sistem pemerintahan monarki konstitusional, kepala pemerintahan Inggris dipimpin oleh seorang Perdana Menteri. Perdana Menteri dipilih oleh partai yang mendominasi parlemen (House of Commons) hasil pemilihan umum, sehingga kedudukannya sangat kuat. Perdana Menteri memiliki kewenangan untuk memilih anggota kabinetnya, namun karena Perdana Menteri dan kabinetnya bertanggung jawab terhadap parlemen, jika parlemen telah menjatuhkan mosi tidak percaya terhadap kinerja kabinet, maka kabinet tersebut harus diganti (reshuffle).

Pemindahan kekuasaan secara formal tidaklah berbelit-belit, bahkan kurang dari 24 jam. Pemilihan umum di

laporan utamaMengintip Masa Transisi

Page 14: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

14 |WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015

Inggris hampir selalu dilakukan pada hari Kamis dan hasilnya diumumkan dalam semalam. Dengan keefisienan kinerja dari petugas pemilu serta ditunjang oleh teknologi, hasil pemilu biasanya dapat disimpulkan pada hari Jumat, keesokan paginya. Dengan demikian, pengunduran diri Perdana Menteri yang akan meninggalkan jabatannya dapat dilakukan pada siang hari. Di sore harinya, Perdana Menteri terpilih beserta seluruh stafnya untuk pertamakalinya memasuki gedung Downing Street Nomor 10, pusat pemerintahan dan sekaligus menjadi tempat tinggal resmi perdana menteri.

Meskipun transfer kekuasaan formal dilakukan dalam waktu singkat, transisi pemerintahan secara utuh dilakukan beberapa bulan sebelum dan setelah pemilu. Tidak ada jangka waktu yang tetap untuk menyatakan periode transisi pemerintahan, sehingga transisi itu sendiri terasa ambigu. Sebuah tradisi yang selalu dijalankan setiap kali mendekati pemilihan umum adalah persiapan pergantian pemerintahan oleh pegawai negeri sipil Inggris. Mendekati pergantian parlemen, pegawai negeri sipil di Inggris selalu menyiapkan rencana strategis bagi masing-masing departemen sebagai antisipasi menghadapi masa transisi. Persiapan tersebut mencakup penjelasan aktivitas kementerian/lembaga baik bagi pemerintahan baru atau pemerintahan lama yang terpilih kembali. Termasuk di dalam penjelasan tersebut adalah hal-hal yang memerlukan penyelesaian dan tindak lanjut segera. Sehingga, ketika Pemerintah hasil pemilihan umum terbentuk, penyesuaian yang dilakukan setiap departemen tidaklah besar-besaran.

Berbeda dengan masa transisi di Indonesia dan Inggris, maka Amerika Serikat memiliki cerita unik tersendiri. Pengumuman pemilihan kepala negara di Amerika Serikat biasanya dilakukan pada minggu pertama di bulan November. Ketika presiden terpilih diumumkan oleh General Services Administration, secara otomatis presiden terpilih memiliki hak terhadap pembiayaan bagi masa transisinya, berbagai pelayanan pemerintahan, serta akses terhadap Presidential Transition Headquartersdi Washington, D.C.. Proses transisi pemerintahan di Amerika Serikat dapat berjalan sangat lambat, dengan rata-rata sebelas minggu. Tugas dari

tim transisi presiden tersebut antara lain melakukan pengisian jabatan-jabatan yang lowong, penyesuaian kebijakan fiskal dan penganggaran, serta melakukan penilaian terhadapkinerja para pegawai pemerintahan saat itu.

Di negara demokrasi besar seperti Amerika Serikat, presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan memiliki hak untuk memilih para anggota kabinetnya. Pengisian jabatan anggota kabinet dilakukan dengan sangat selektif bahkan melibatkan komite moral dari Tim Transisi. Namun, para menteri/kepala lembaga yang dipilih oleh Presiden tersebut harus sebelumnya disetujui oleh senat sebelum dilantik. Umumnya, sebelum pengambilan sumpah jabatan, presiden terpilih akan mengumumkan usulan susunan calon kabinetnya kepada khalayak. Kemudian, secara informal, sebuah panitia kerja di dalam senat akan mengadakan rapat dengar pendapat dengan para calon anggota kabinet dari presiden terpilih. Setelah presiden disahkan melalui sumpah jabatannya, presiden akan menyampaikan nominasi kabinetnya secara formal kepada senat. Jika seluruh anggota kabinet disetujui oleh senat, maka mereka dapat dilantik untuk menduduki jabatan sebagai menteri/kepala lembaga.

Sejak tahun 1990, Presiden Amerika terpilih mendapat keuntungan dengan

adanya perubahan tenggat waktu penyampaian anggaran. Jika semula anggaran disampaikan paling lambat pada hari Senin pertama setelah tanggal 3 Januari, setelah tahun 1990, tenggat waktu penyampaian budget berubah menjadi paling cepat pada hari Senin pertama setelah tanggal 3 Januari namun tidak lebih dari hari Senin pertama di bulan Februari. Perubahan tersebut membuat seluruh Presiden George H.W. Bush memilih tidak menyampaikan anggaran untuk tahun 1994 dan juga tidak diwajibkan untuk menyampaikannya. Hal serupa juga terjadi pada pergantian pemerintahan pada masa Bush kepada Clinton (pada tahun anggaran 1994), Clinton kepada Bush Jr. (pada tahun anggaran 2002), serta Bush kepada Obama (pada tahun anggaran 2010). Dengan demikian, Presiden terpilih menyampaikan anggaran mereka tanpa harus melalui mekanisme perubahan anggaran.

Terlepas dari berbagai macam jenis transisi pemerintahan, yang terpenting dari transisi itu adalah keberhasilan dalam menjalankan seluruh proses. Indikator untuk mengukur kesuksesan transisi dapat dilakukan dengan melihat keefektifan pemerintah yang baru dalam menjalankan roda pemerintahan. Sejauh mana menteri/kepala lembaga yang baru dapat bekerja sama satu sama lain dan juga bekerja sama dengan harmonis di dalam kementerian/lembaga yang dipimpinnya.

Dirangkum dari:• http://change.gov/content/home• http://www.gsa.gov/portal/content/315461

http://archive.opm.gov/transition/trans20r-ch1.htm

• http://www.brookings.edu/research/articles/2001/03/spring-governance-hess

• http://usgovinfo.about.com/od/thepresidentandcabinet/a/prestrans.htm

• http://usgovinfo.about.com/od/thepresidentandcabinet/a/prescababout.htm

• https://www.opencongress.org/wiki/Presidential_transition_resources

• http://www.republika.co.id/berita/koran/halaman-1/14/10/16/ndiwoe10-likaliku-masa-transisi-bagian-1-dari-3-tulisan-saya-ingin-transisi-berjalan-lancar

• Riddell, Peter dan Catherine Haddon.Transitions: preparing for changes of government. Diambil dari www.instituteforgovernment.org.uk/

laporan utama Mengintip Masa Transisi

Page 15: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015|15

perubahan nomenklatur Kementerian/lembaga

Presiden Joko Widodo menginstruksikan kepada para menteri terkait untuk segera

menyelesaikan restrukturisasi di kementerian masing-masing. Presiden juga memerintahkan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi segera memproses verifikasi usulan struktur organisasi baru kementerian tersebut.

Dampak Perubahan K/LPerubahan nomenklatur Kementerian/Lembaga berdampak luas. Salah satu

dampaknya adalah perubahan anggaran, sehingga perlu pembahasan bersama DPR dengan kementerian terkait sesuai dengan mitra komisi di DPR. Setiap perubahan anggaran, apalagi anggaran untuk kementerian baru harus mendapatkan persetujuan DPR. Perubahan nomenklatur K/L memerlukan re-approval DPR karena ada perubahan alokasi antar K/L.

Dampak lainnya yang dikhawatirkan, pemerintah tidak langsung bekerja khususnya Kementerian/Lembaga baru karena belum mendapatkan anggaran operasional. Demikian pula

Teks oleh : Asrukhil Imro

laporan utamaPerubahan Nomenklatur

Kekhawatiran restrukturisasi organisasi kementerian Kabinet Kerja akan memakan waktu dan berakibat terhambatnya kerja menjadi kenyataan. (Kompas, Jumat, 27 Maret 2015).

Page 16: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

16 |WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015

Kementerian/Lembaga yang mengalami perubahan nomenklatur menyusun restrukturisasi organisasi dan disampaikan kepada Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Dari 13 Kementerian, lima kementerian sudah merampungkan restrukturisasi dari eselon I hingga eselon IV (Kompas, Jumat, 27 Maret 2015). Setelah penetapan restrukturisasi oleh Kementerian PAN dan RB, Kementerian mengisi jabatan eselon melalui Komisi Aparatur Sipil Negara dan menetapkan pejabat perbendaharaan.

Berdasarkan restrukturisasi organisasi, Kementerian melakukan pembahasan dengan Bappenas untuk penyesuaian dan perubahan nomenklatur Kementerian/Lembaga, program, kegiatan dan output. Hasil pembahasan disampaikan kepada Kementerian Keuangan sebagai referensi RKA KL.

Revisi RKA KLDalam PMK nomor 257/PMK.02/2014 tentang Tata cara Revisi Anggaran TA 2015, ruang lingkup revisi anggaran meliputi:• perubahan rincian anggaran yang

disebabkan penambahan atau

Kementerian/Lembaga yang berubah nomenklatur karena penggabungan tidak bisa langsung melaksanakan kegiatan karena dokumen anggaran perlu direvisi terlebih dahulu.

Artikel ini, membahas langkah-langkah yang akan dilakukan oleh Kementerian/Lembaga dalam rangka melakukan revisi anggaran sampai dengan likuidasi karena perubahan nomenklatur Kementerian/Lembaga.

Revisi RKA KLUntuk melaksanakan rencana kegiatan, Kementerian/Lembaga perlu alokasi anggaran. Agar alokasi anggaran yang telah tersedia bisa dilaksanakan dengan menggunakan nomenklatur kementerian/lembaga yang baru, Kementerian/Lembaga harus melakukan revisi RKA KL. Revisi RKA KL ini menyesuaikan dengan perubahan nomenklatur kementerian/lembaga, program, kegiatan dan output. Bahkan mungkin juga menyesuaikan dengan pagu alokasi anggaran yang baru.

Persiapan RevisiSebelum melakukan revisi RKA KL,

No KIB II Perubahan KABINET KERJA No

1. Kementerian Pekerjaan UmumGabung Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Rakyat 1.2. Kementerian Perumahan Rakyat

3. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Pisah dan gabung

Kementerian Kebudayaan, Pendidikan Dasar, dan Menengah 2.

4. Kementerian Riset dan Teknologi Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi 3.

5. Kementerian KehutananGabung Kementerian lingkungan Hidup dan Kehutanan 4.

6. Kementerian lingkungan Hidup

7. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Pisah dan gabung

Kementerian Ketenagakerjaan 5.

8. Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi 6.

9. Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat berubah

Kementerian Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan 7.

10. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berubah Kementerian Pariwisata 8.

Baru Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman 9.

Baru Kementerian Agraria dan Tata Ruang 10.

pengurangan pagu anggaran termasuk pergeseran rincian anggarannya;

• perubahan atau pergeseran rincian anggaran dalam hal pagu anggaran tetap; dan/atau

• ralat karena kesalahan administrasi

Dalam kasus perubahan nomenklatur kementerian/lembaga saat ini, revisi anggaran menyebabkan perubahan rincian anggaran yang disebabkan penambahan atau pengurangan pagu anggaran termasuk pergeseran rincian anggarannya. Revisi ini mengakibatkan perubahan alokasi anggaran dan/atau perubahan jenis belanja dan/atau volume keluaran (output) pada Kegiatan, Satker, Program, Kementerian/Lembaga dan/atau APBN.

Sesuai dengan kewenangannya, revisi ini merupakan kewenangan DJA. Mekanisme revisi mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: a. KPA menyampaikan usulan Revisi

Anggaran kepada Sekretaris Jenderal/Sekretaris Utama/Sekretaris/Pejabat Eselon I Kementerian/Lembaga dengan melampirkan 1. Surat Usulan Revisi Anggaran

Berikut adalah tabel Kementerian/Lembaga baru atau perubahan nomenklatur

laporan utama Perubahan Nomenklatur

Page 17: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015|17

yang dilampiri matriks perubahan (semula-menjadi);

2. SPTJM yang ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Anggaran;

3. Arsip Data Komputer (ADK) RKA-K/L DIPA Revisi;

4. RKA Satker; 5. Copy DIPA terakhir; dan 6. dokumen pendukung terkait

lainnya. b. Sekretaris Jenderal/Sekretaris

Utama/Sekretaris/Pejabat Eselon I Kementerian/Lembaga meneliti usulan Revisi Anggaran dan kelengkapan dokumen pendukung yang disampaikan oleh Kuasa Pengguna Anggaran

c. Reviu APIP Kementerian/Lembaga

Berdasarkan hasil penelitian atas usulan Revisi Anggaran dan/atau Surat Hasil Reviu, Sekretaris Jenderal/Sekretaris Utama/Sekretaris/Pejabat Eselon I Kementerian/Lembaga menyampaikan usulan Revisi Anggaran kepada Direktur Jenderal Anggaran dengan melampirkan dokumen pendukung sebagai berikut:1. Surat Usulan Revisi Anggaran yang

ditandatangani oleh Pejabat eselon I dan dilampiri matriks perubahan (semula-menjadi);

2. SPTJM yang ditandatangani oleh Sekretaris Jenderal/Sekretaris Utama/Sekretaris/Pejabat Eselon I;

3. ADK RKA KL DIPA Revisi Satker4. RKA Satker

Selanjutnya DJA akan melakukan penelahaan usulan Revisi Anggaran yang disampaikan dan menetapkan Revisi DHP RKA KL serta Surat Pengesahan Revisi Anggaran yang dilampiri notifikasi dari sistem.

Penerbitan DIPASetelah proses revisi selesai, Kementerian/Lembaga menyusun DIPA. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun DIPA Induk K/L1. DIPA Induk disusun menggunakan

data yang berasal dari RKA Satker yang telah disesuaikan dengan Alokasi Anggaran K/L dan mendapat persetujuan DPR, telah ditelaah antara Kementerian Negara/Lembaga, Kementerian PPN dan Kementerian Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Anggaran serta ditetapkan

dalam Peraturan Presiden mengenai Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

2. DIPA Induk disusun per Unit Eselon I dan Program. Dalam hal Unit Eselon I mengelola lebih dari satu Program, maka DIPA Induk yang disusun memuat seluruh Program yang menjadi tanggung jawabnya.

3. Dalam rangka penyusunan DIPA Induk, PA dapat menunjuk dan menetapkan pejabat eselon I sebagai penanggung jawab Program dan memiliki alokasi anggaran (portofolio) pada Bagian Anggaran, sebagai pejabat penanda tangan DIPA atas nama Menteri/Pimpinan Lembaga.

4. Pejabat penanda tangan DIPA Induk meneliti kebenaran substansi DIPA Induk yang disusun berdasarkan Peraturan Presiden mengenai Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

5. DIPA Induk yang telah ditandatangani, kemudian disampaikan kepada Direktur Jenderal Anggaran untuk mendapat pengesahan.

6. DIPA Induk hanya dicetak sebelum tahun anggaran berjalan (DIPA awal) dan jika ada APBN Perubahan.

Likuidasi Kementerian/LembagaDengan terbitnya DIPA baru berarti ada dua DIPA yakni DIPA sebelum perubahan nomenklatur dan DIPA setelah perubahan nomenklatur. Untuk tertib administrasi dan menjaga akuntabilitas keuangan negara. DIPA lama harus dilikuidasi. PMK nomor 208/PMK.02/2014 tentang Petunjuk Penyusunan dan Pengesahan DIPA, mendefinisikan likuidasi adalah tindakan penyelesaian seluruh aset dan kewajiban sebagai akibat pengakhiran/pembubaran entitas akuntansi dan/atau entitas pelaporan pada kementerian negara/lembaga.

Entitas Akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/pengguna barang dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan. Sedangkan Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih Entitas Akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan.

Likuidasi dilaksanakan terhadap Entitas Akuntansi atau Entitas Pelaporan yang mengalami kondisi sebagai berikut:1. tidak lagi beroperasi disebabkan misi,

fungsi, program kegiatan, dan/atau tugas telah berakhir;

2. perubahan Identitas Entitas Akuntansi atau Entitas Pelaporan yang antara lain disebabkan karena:

a. penggabungan Entitas Akuntansi atau Entitas Pelaporan; atau

b. pemecahan Entitas Akuntansi atau Entitas Pelaporan

3. tidak mendapat alokasi anggaran pada tahun anggaran berikutnya;

4. tidak lagi beroperasi yang diakibatkan oleh sebab-sebab lain, yang antara lain meliputi perubahan menjadi Badan Layanan Umum atau Badan Usaha Milik Negara dan sebaliknya; dan/atau

5. Perubahan status UBL Satker menjadi UBL Bagian Satker atau UBL Bukan Satker

Tahapan likuidasi Entitas Akuntansi dan Entitas Pelaporan meliputi kegiatan: Penetapan Penanggung Jawab Proses Likuidasi; Penyelesaian hak dan kewajiban sebelum Laporan Keuangan Penutup; Penyusunan Laporan Keuangan Penutup; Penyelesaian hak dan kewajiban setelah Laporan Keuangan Penutup; dan Penyusunan Laporan Keuangan Likuidasi.

Bagaimana penyelesaian hak dan kewajiban sebelum Laporan Keuangan Penutup? Penyelesaian atas transaksi-transaksi terakhir meliputi:a. Saldo Uang Persediaan dan/atau

Tambahan Uang Persediaan;b. Saldo kas pada Bendahara Penerimaan

dan/atau Bendahara Pengeluaran selain saldo Uang Persediaan dan/atau Tambahan Uang Persediaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan saldo kas yang berasal dari hibah; dan

c. Pembayaran gaji induk bulan berikutnya.

Sedangkan sisa pagu DIPA/anggaran dalam Laporan Keuangan Penutup, dapat dipindahkan. Proses pemindahan sisa pagu DIPA/anggaran dilaksanakan dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan mengenai revisi anggaran. Asrukhil Imro

laporan utamaPerubahan Nomenklatur

Page 18: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

18 |WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015

Pada permulaan era 1990-an, Indonesia sempat dijuluki macan asia karena pembangunan industri

manufaktur yang pesat menghasilkan pertumbuhan ekonomi rata-rata tujuh persen per tahun. Indonesia pada saat itu berhasil mengurangi persentase penduduk miskin yang mencapai 40,1 persen pada pertengahan 1976 hingga mencapai 11,3 persen pada tahun 1996.

Krisis finansial Asia dan reformasi politik tahun 1998 sayangnya sempat menyebabkan pertumbuhan ekonomi negatif dan tingkat kemiskinan di Indonesia kembali melonjak hingga 24,2 persen. Memasuki era 2000-an,

perlahan tapi pasti Pemerintah berhasil kembali mendorong pembangunan nasional. Indonesia bahkan mampu menjadi satu dari hanya tiga negara yang mampu mempertahankan pertumbuhan ekonomi positif pada saat krisis ekonomi global tahun 2009. Namun demikian, pembangunan seutuhnya tentu tidak bisa dilihat dari angka pertumbuhan ekonomi semata. Tingkat kesejahteraan, serapan tenaga kerja, pemerataan pembangunan dan pengembangan potensi sumberdaya manusia juga menjadi indikator penting dalam pembangunan bernegara.

Pemerintah Indonesia melalui dokumen Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Teks oleh : Aries Setiadi

(APBN) tahun 2015 mengupayakan pemenuhan sasaran pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Sejalan dengan fungsi alokasi dan distribusi anggaran, selain pertumbuhan ekonomi yang menjadi asumsi dasar ekonomi makro, Pemerintah untuk pertama kalinya menetapkan target pembangunan dan indikator kesejahteraan berupa penurunan kemiskinan, tingkat serapan tenaga kerja, penurunan pengangguran terbuka, serta penurunan kesenjangan ekonomi yang dicerminkan dalam Gini Ratio.Target dan indikator tersebut dicantumkan dalam pasal 32 Undang-undang Nomor 27 tahun 2014 tentang APBN tahun Anggaran 2015.

Sudah tujuh dekade Indonesia merdeka, namun persoalan kemiskinan dan pemerataan pembangunan masih menjadi permasalahan.

laporan utama Pertumbuhan Ekonomi

pertumbuhan ekonomi yang Berkualitas:

target pembangunan dan indikator Kesejahteraan dalam anggaran pendapatan dan Belanja negara

Page 19: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015|19

Perkembangan indikator perekonomian terkini khususnya harga minyak dan nilai tukar, reformasi subsidi BBM di akhir tahun 2014, serta APBN 2015 yang disusun di masa transisi pemerintahan dan bersifat baseline mengakibatkan percepatan siklus perubahan APBN tahun ini. Pada 6 Maret 2015, Pemerintah menetapkan Undang-undang Nomor 3 tahun 2015 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 27 tahun 2014 tentang APBN Tahun Anggaran 2015. Dalam Undang-undang terbaru ini, target pembangunan dan indikator kesejahteraan juga mengalami perubahan. Target pembangunan dan indikator kesejahteraan dalam APBN dan APBN Perubahan 2015 terlihat pada tabel. (lihat tabel).

Dalam APBN Perubahan 2015, target pembangunan dan indikator kesejahteraanmengalami penajaman. Jika sebelumnya sasaran tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguran terbuka dicantumkan dalam rentangan target, kini target dan indikator tersebut ditetapkan dalam poin tertentu. Selain itu, Indeks Pembangunan Manusia juga ditambahkan sebagai target dan indikator.

Untuk mencapai target tersebut, Pemerintah mengoptimalkan dukungan belanja negara pada sektor-sektor

strategis. Sektor pendidikan diarahkan untuk mendorong sumber daya manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta berdaya saing. Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional kesehatan melalui Kartu Indonesia Sehat berupaya menyediakan akses pelayanan kesehatan bermutu hingga ke daerah terpencil, tertinggal, dan perbatasan. Di sisi lain, pembangunan hunian layak untuk masyarakat berpendapatan rendah menargetkan kota tanpa pemukiman kumuh serta mengurangi kesenjangan urban.

Perubahan kebijakan fiskal berupa pengalihan alokasi belanja subsidi bahan bakar menjadi belanja yang lebih produktif juga diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus mencapai target pembangunan dan indikator kesejahteraan yang telah ditetapkan. Efisiensi anggaran subsidi dipakai untuk mendukung sektor pendorong pertumbuhan, seperti pangan, energi, maritim, pariwisata, dan industri. Pembangunan infrastruktur konektivitas juga diprioritaskan untuk mengurangi kesenjangan antarwilayah. Selain melalui mekanisme belanja Pemerintah Pusat, Pemerintah juga mengalokasikan Transfer ke Daerah dan Dana Desa untuk mengurangi kesenjangan antara pusat dan

daerah serta mengurangi ketimpangan layanan publik antardaerah.

Sampai dengan akhir tahun 2014, Badan Pusat Statistik mencatat persentasi penduduk miskin di Indonesia mencapai 11,25 persen dan tingkat pengangguran mencapai 5,94 persen. Dilihat dari sisi kesejangan, Gini Ratio Indonesia masih berada pada kisaran 0,41. Sementara itu, Indeks Pembangunan Manusia Indonesia mencapai 73,81, meski dengan perhitungan baru, target 69,4 yang ditetapkan dalam dokumen APBN Perubahan 2015 merupakan peningkatan dari kondisi yang telah dicapai saat ini.

Bukan hal yang mudah untuk mencapai target pembangunan dan indikator kesejahteraan yang telah ditetapkan. Selain anggaran untuk pembangunan yang proporsional, tetapi mengejawantahkan APBN menjadi kesejahteraan yang dicita-citakan juga memerlukan stabilitas kondisi makroekonomi dan efektivitas program-program yang diimplementasikan di lapangan. Tata kelola pemerintahan yang baik dan pembangunan yang inklusif tentu menjadi prasyarat agar dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, berkesinambungan (sustainable) dan tentunya menyejahterakan.

UU No. 27 TAhUN 2014 APBN INDIKATOR UU No.3 TAhUN 2015APBN PeRUBAhAN

9% sampai 10%

Tingkat Kemiskinan

10,3%

Pertumbuhan ekonomi setiap 1% dapat menyerap sekitar 250.000 tenaga kerja

Serapan Tenaga Kerja

Pertumbuhan ekonomi setiap 1% dapat menyerap sekitar250.000 tenaga kerja

5,5% sampai 5,7%

Tingkat Pengangguran Terbuka

5,6%

Peningkatan Nilai TukarPetani dan Nilai Tukar Nelayan, dengan tetap mempertimbangkan faktor yang memengaruhi, baik eksternal maupun internal Gini Ratio

0,40%

-

Indeks Pembangunan Manusia

69,4%

TABeL PeMBANGUNAN DAN INDIKAToR KeSeJAhTeRAAN DALAM APBN DAN APBN PeRUBAhAN 2015

laporan utamaPertumbuhan Ekonomi

Page 20: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

20 |WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015

laporan utama Kebijakan Fiskal 2015

Page 21: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015|21

Secara sederhana, upaya Pemerintah dalam mencapai tujuan negara dapat dilihat

pada postur APBN (sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang APBN atau APBNP) yang di dalamnya terdapat besaran alokasi anggaran dan secara tersirat terkandung kebijakan-kebijakan fiskal yang berdampak kepada perekonomian. Kita bisa menakar seberapa jauh peran Pemerintah melalui angka-angka tersebut karena ucapan atau pernyataan bisa dipelintir dan disalahartikan, tapi tidak dengan angka-angka.Tentu saja kebijakan-kebijakan tersebut tidak terlepas dari visi misi seorang presiden sebagai suatu gambaran masa depan yang hendak diwujudkannya dalam rangka menyejahterakan rakyat di masa kepemerintahannya.

Undang-Undang Nomor 3 tahun 2015 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 27 tentang APBN Tahun 2015 merupakan rujukan yang pas dan up to date dalam menakar apakah kebijakan fiskal 2015 relatif memenuhi harapan rakyat. Dalam dokumen tersebut, kita bisa menemukan komponen yang ada dalam APBN sebagai gambaran sederhana mengenai APBN secara utuh. Komponen APBN

Kebijakan Fiskal 2015:

OptiMisMe peMerintaH

Teks oleh: Achmad Zunaidi dan Agung Hidayat

akan memberikan dampak lebih besar pada keputusan bekerja, menabung, dan investasi. Sementara bentuk pajak tidak langsung, seperti pajak penjualan dan pertambahan nilai, akan mempengaruhi konsumsi tetapi kurang berpengaruh terhadap keputusan bekerja dan menabung.

Kebijakan APBN Perubahan 2015 pada sisi pendapatan adalah memberikan ruang yang lebih luas kepada sumber-sumber pendapatan dalam negeri khususnya di sektor perpajakan. Hal ini terlihat dari rasio target pendapatan yang berasal dari sektor perpajakan terhadap total target pendapatan dalam negeri pada APBNP tahun 2015 naik sebesar 19,5% dari APBNP tahun 2014. Meskipun angka tersebut dapat dibilang cukup optimis (bandingkan dengan realisasi target pendapatan perpajakan tahun 2014 yang di bawah target), faktor-faktor yang mendorong terealisasikan target tersebut masih dapat dikontrol oleh pemerintah, seperti kondisi perekonomian dalam negeri, iklim investasi, serta kestabilan politik dalam negeri. Sementara pendapatan pada sektor nonpajak pada tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 30% dibanding pada tahun 2014. Salah satu penyebab adalah turunnya lifting dan harga migas. Sejalan dengan kebijakan ini, sebagaimana telah ditetapkan dalam APBNP tahun 2015, Pemerintah juga mengambil beberapa kebijakan dalam rangka mencapai target perpajakan tersebut, antara lain berupa intensifikasi perpajakan melalui perbaikan administrasi perpajakan, pemeriksaan kepada wajib pajak, serta ekstensifikasi tambahan wajib pajak baru.

Belanja NegaraBelanja pemerintah mampu mempengaruhi secara positif kepada masyarakat (rumah

Banyak orang meyakini bahwa keberhasilan berawal dari optimisme. Kondisi ini pula sepertinya dilakukan Presiden Jokowi dalam merancang kebijakan fiskal dalam APBN Perubahan tahun 2015 (selanjutnya disebut APBNP tahun 2015).

secara garis besar terdiri dari pendapatan negara, belanja negara, surplus/defisit anggaran, dan pembiayaan. Bahasan mengenai komponen-komponen dimaksud merupakan isu umum mengenai kebijakan fiskal. Setiap komponen ini mempengaruhi stabilitas ekonomi termasuk laju inflasi dan pertumbuhan ekonomi.

Pendapatan NegaraSecara teoritis, kebijakan Pemerintah dalam mengumpulkan pundi-pundi pendapatan, utamanya yang berasal dari pajak, berpengaruh terhadap rumah tangga dan dunia usaha, apalagi berkaitan dengan kenaikan pajak. Untuk rumah tangga, pajak akan mempengaruhi keputusan rumah tangga dalam bekerja, menabung, dan konsumsi. Untuk dunia usaha, pajak akan mempengaruhi keputusan perusahaan dalam hal produksi, investasi, dan penciptaan lapangan kerja bagi rumah tangga. Pajak yang lebih tinggi (dengan menganggap hal-hal lainnya tetap sama atau ceteris paribus) akan mengakibatkan konsumsi, menabung, investasi, dan waktu bekerja yang lebih sedikit. Bentuk pajak langsung, seperti pajak penghasilan,

URAIAN 2014 2015 SeLISIh

Pendapatan Negara 1.635,4 1.761,6 126,2

Belanja Negara 1.876,6 1,984,1 107,2

Surplus/Defisit Anggaran (214,5) (222,5) 8,0)

% Defisit terhadap PDb 2,4 1,9 (0,5)

Pembiayaan Anggaran 241,5 222,5 (19,0)

Tabel Postur APbNP 2015 Singkat.

laporan utamaKebijakan Fiskal 2015

PBNP

Page 22: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

22 |WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015

laporan utama Kebijakan Fiskal 2015

tangga maupun usaha) apabila digunakan secara tepat. Belanja pemerintah, seperti untuk infrastruktur tol laut yang menghubungkan antar pulau, akan mempengaruhi sistem transportasi cepat dan massal. Walaupun efek dari pembangunan ini baru akan terasa dalam jangka panjang, namun ini akan meningkatkan efisiensi pergerakan orang dan barang, memperbaiki iklim usaha, dan mendorong investasi. Belanja pemerintah yang efektif untuk pendidikan dasar akan mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas belanja seperti inilah yang membuat APBN sehat karena dapat memberikan efek multiplier.

Belanja pemerintah tidak selalu bersifat langsung namun juga ada yang bersifat tidak langsung seperti perumusan regulasi dan deregulasi yang dapat menjadi stimulus dalam pembangunan. Contohnya adalah regulasi tentang moratorium ijin penangkapan ikan yang akan berimbas terhadap meningkatnya iklim investasi dibidang perikanan di dalam negeri serta terjaganya bio diversity yang menjamin suntainability kekayaan laut Indonesia. Di sini Pemerintah lebih memainkan peran sebagai regulator. Upaya Pemerintah ini dapat dikatakan bisa menjadi contoh dari sisi efektivitas dan efisiensi kebijakan fiskal. Regulatory policy ini membutuhkan biaya input yang relatif kecil namun memiliki dampak multiplier yang sangat besar bagi perekonomian Indonesia.

Selanjutnya, dalam rangka peningkatan efisiensi, pemerintah juga melakukan kebijakan pengalihan belanja dari yang kurang produktif ke yang lebih produktif, seperti penghapusan/pengurangan alokasi belanja subsidi BBM dan penghematan dari belanja operasional (contohnya: penghematan belanja perjalanan dinas).Walaupun hal ini akan berakibat pada naiknya angka inflasi serta menurunnya tingkat hunian hotel dan sektor pariwisata, tetapi Pemerintah yakin ini adalah pilihan yang tepat. Pengalihan ke sektor prioritas tersebut antara lainatau infrastruktur.Pemerintah meyakini upaya yang

dilakukan akan memiliki daya ungkit (leverageeffect) jangka panjang bagi perekonomian yang prorakyat.

Perkembangan Alokasi Anggaran Belanja dan PeruntukannyaDisamping itu, pada tahun 2015 pemerintah mengalokasikan anggaran belanja dalam rangka desentralisasi melalui dana desa sebesar Rp20,8 trilliun yang akan disalurkan kepada 74.094 desa (angka sementara) Pengelolaan keuangan dari dana desa tersebut dapat dipergunakan oleh aparatur desa untuk meningkatkan faktor daya ungkit (leverage) perekonomian desa, yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Hal ini sejalan dengan tujuan desentralisasi, yaitu Pemerintah Daerah dapat merespon kebutuhan dari warga di wilayah kerjanya, sehingga kebijakan yang diambil dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. Selain itu, pada APBNP tahun 2015 juga dialokasikan Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp58,8 triliun yang antara lain digunakan untuk membiayai kegiatan infrastruktur, pertanian, dan kesehatan. Hal ini mencerminkan bahwa desentralisasi fiskal telah sampai pada tingkat desa.

PembiayaanPembiayaan merupakan cara menutup celah fiskal (defisit anggaran). Bahasan

Pendapatan Negara(triliun rupiah)

2.000,0

1.800,0

1.600,0

1.400,0

1.200,0

1.000,0

800,0

600,0

400,0

200,0

-

1.635,41.761,6

1.246,1

389,3

1.489,3

272,4

APBNP 2014 APBNP 2015

Pajak Non Pajak Pendapatan DN

Page 23: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015|23

laporan utamaKebijakan Fiskal 2015

mengenai pembiayaan anggaran biasanya terfokus pada konsep kesinambungan fiskal (fiscal sustainabilty) yang merupakan kemampuan Pemerintah untuk menjaga penerimaan pajak, belanja, dan kebijakan lainnya dalam jangka panjang tanpa membahayakan kemampuannya dalam hal pembayaran kewajiban dan pengeluaran. Intinya, kesinambungan fiskal mampu mempertahankan kebijakan fiskal saat ini tanpa harus melakukan penyesuaian besar-besaran pada pajak, utang pemerintah, dan kewajiban lainnya di masa mendatang.

Kita lihat kebijakan fiskal tahun 2015 pada sisi pembiayaan. Kebijakan fiskal yang diambil Pemerintah merupakan kebijakan yang sedikit lebih kontraktifdibandingkan dengan APBNP 2014. Defisit dalam APBNP tahun 2015 sebesar 1,9% terhadap PDB (bandingkan dengan defisit pada APBNP 2014 yang sebesar 2,4%). Ini mengandung arti, Pemerintah berhati-hati pada tahun 2015. Untuk menutup celah defisit tersebut, Pemerintahmembiayai sebagian besar dari dari sumber dalam negeri berupa penerbitan Surat Berharga Negara. Berikut ini rincian Rincian pembiayaan sebagaimana postur APBNP tahun 2015 adalah: pinjaman luar negeri netto sebesar minus Rp20,0 trilliun, penerbitah surat berharga negara sebesar Rp297,7 trilliun, dan pinjaman dalam negeri netto sebesar Rp1,7 trilliun.

Pembiayaan dari dalam negeri ini memiliki keuntungan kebijakan pembayaran bunga utang yang lebih mudah diprediksi, karena tidak akan terpengaruh terhadap fluktuasi nilai tukar mata uang asing secara langsung. Selain itu, Pemerintah juga tidak akan tergantung dari ketersediaan devisa negara dalam rangka pembayaran pokok dan bunga utang dalam negeri. Namun demikian, surat berharga negara memang masih mengandung risiko, selain besarnya persentase imbal balik (bunga) serta ketidakstabilan kondisi perekonomian negara. Namun demikian hal tersebut dapat lebih dikontrol oleh pemerintah dibandingkan dengan fluktuasi nilai kurs mata uang asing terhadap rupiah.

Dalam konteks pembiayaan, pemerintah juga memperhatikan sisi

peruntukan pengeluarannya: untuk apa. Dalam APBNP tahun 2015, pembiayaan sebesar Rp70,4 triliun diperuntukkan sebagai Penyertaan Modal Negara (PMN) kepada beberapa BUMN yang bergerak di bidang pembiayaan infrastruktur, pertanian, transportasi, dan sektor strategis lainnya. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat struktur permodalan bagi BUMN tersebut sehingga mereka dapat lebih mampu melibatkan diri dalam pembangunan. Selain itu, penguatan permodalan pada PT Askrindo dan Jamkrindo akan menjamin keberlanjutan pemberian dana bergulir dalam bentuk Kredit Usaha Rakyat.Upaya dimaksud diharapkan berdampak kepada masyarakat luas.

KesimpulanAngka-angka dalam APBNP tahun 2015 menggambarkan optimisme Pemerintah dalam mewujudkan tujuan negara. Upaya tersebut dapat dilihat pada sisi pendapatan negara, belanja negara, maupun pembiayaan. Dalam hal ini, Pemerintah berani mengambil beberapa kebijakan fiskal yang mungkin dianggap kurang populer, seperti pengendalian subsidi BBM, peningkatan target perpajakan, atau pembiayaan PMN. Optimisme pemerintah tersebut tentunya telah menimbang risiko fiskal yang ada. Risiko-risiko tersebut antara lain tidak tercapainya target pendapatan, penyerapan belanja yang kurang optimal, kualitas belanja, serta faktor internal maupun eksternal Pemerintah lainnya.

Page 24: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

24 |WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015

PENGGUNAAN KONSEP LOGIC MODEL DALAM PeNYUSUNAN ANGGARAN

Teks oleh : Edy Sudarto

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang harus dikelola dengan efektif dan efisien untuk kemakmuran rakyat, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

suplemen Penggunaan Konsep Logic Model

Page 25: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015|25

(DJA). Selain itu K/L juga melakukan evaluasi dengan pendekatan self-evaluation atas program yang dilakukan oleh masing-masing K/L. Pengukuran kinerja dilakukan terhadap informasi referensi Outcome-Output (Hasil-Keluaran) pada masing-masing program K/L.

Secara umum, hasil analisis terhadap informasi referensi Output dan Outcome secara keseluruhan belum mencerminkan kualitas belanja K/L. Berikut ini disajikan grafik evaluasi kinerja penganggaran pada level Output:

Berdasarkan analisis yang dilakukan atas seluruh Ouput dalam RKA-K/L 2012, diperoleh hasil-hasil sebagai berikut ini:1. Jumlah Output terlalu banyak (Output

tahun 2012 berjumlah 11.702);2. Banyak Output yang bersifat

administratif, bukan substantif, misalnya: laporan dan dokumen (jenis Output ini teridentifikasi sekitar 3.879 Output dengan pagu sebesar Rp45,1 triliun);

3. Banyak Output yang berkarakteristik input, misalnya: kendaraan, komputer,

Belanja Negara sebagai salah satu komponen dalam APBN yang digunakan mendanai seluruh

Program Pemerintah (baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah) untuk kesejahteraan masyarakat terdiri dari Belanja Pemerintah Pusat dan Transfer ke Daerah. Belanja Pemerintah Pusat terdiri atas belanja Kementerian Negara/Lembaga (K/L) dan belanja non K/L. Dalam gambar 1 terlihat bahwa secara nominal belanja negara senantiasa mengalami peningkatan dari Rp511,6 triliun (2005) menjadi Rp1.548,3 triliun (2012). Dari jumlah tersebut, belanja K/L meningkat dari Rp120,8 triliun (2005) menjadi Rp547,9 triliun (2012).

Sesuai dengan amanat pada pasal 11 Undang-Undang nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, belanja K/L yang dikelola oleh Kementerian Negara/Lembaga dituangkan ke dalam dokumen Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-K/L) dan digunakan untuk mendanai seluruh program pemerintah sesuai fungsi masing-masing K/L, meliputi: pelayanan umum, pertahanan, ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum, kesehatan, pariwisata, budaya, agama, pendidikan, dan perlindungan sosial.

Sejalan dengan peningkatan realisasi belanja negara termasuk belanja K/L, mulai tahun 2007 Pemerintah menerapkan Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK) untuk melihat keterkaitan antara input dengan output-nya. Berdasarkan penerapan PBK selama 5 tahun (2007 s.d 2012), belum terlihat kinerja yang dihasilkan dari input yang direalisasikan. Oleh karena itu, dalam rangka penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja (Performance Based Budgeting) dan memenuhi amanat PP 90 tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga, Menteri Keuangan menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan No. 249/PMK.02/2011 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja atas Pelaksanaan RKA-K/L yang mengatur sistem evaluasi program seluruh K/L. Oleh karena itu, pada tahun 2012 dilakukan evaluasi program dengan 3 (tiga) aspek evaluasi, yakni: aspek implementasi, aspek manfaat, dan aspek konteks yang dilakukan oleh Kementerian Keuangan c.q Direktorat Jenderal Anggaran

Gambar 1: Komponen belanja dalam APbN (periode T.A 2005-2012)

Gambar 2: Grafik Hasil Evaluasi Kinerja Tahun 2012

suplemenPenggunaan Konsep Logic Model

Page 26: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

26 |WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015

dan gedung (teridentifikasi sekitar 360 jenis Output dengan pagu sebesar Rp168,3 triliun);

4. Target Output tidak jelas – baik bagi yang menyusun perencanaan penganggaran maupun bagi yang melakukan evaluasi (sejumlah 2.141 kasus); dan

5. Sekilas capaian Output terlihat sangat bagus mencapai 164% dengan biaya sebesar 88.9% sehingga diperoleh efisiensi sebesar 36%. Namun capaian Output yang terlalu tinggi dimaksud justru mengindikasikan ada hal yang tidak wajar sehingga diperlukan telaahan lebih mendalam untuk mengetahui jenis dan karakteristik seluruh Output dalam RKA-K/L.

Temuan di atas mengindikasikan bahwa ternyata capaian kinerja bagus dimaksud belum sepenuhnya mencerminkan bagusnya kualitas belanja K/L. Kondisi Output di atas juga berpotensi disalah tafsirkan oleh masyarakat bahwa Belanja K/L banyak untuk keperluan birokrasi sehingga seolah menjadi justifikasi pemborosan anggaran.

Sebagai tambahan, berdasarkan temuan pada analisis Output tersebut kemudian dikembangkan kajian dan analisis untuk melihat isi program secara keseluruhan dan ditemukan hasil sebagai berikut:1. tidak jelas yang mana merupakan

input, output, dan outcome;2. outcome kurang jelas dan terlalu

normatif;3. sulit melihat relevansi antara input-

output-outcome; dan4. relevansi outcome terhadap need or

problem tidak terlihat karena informasi tersebut di dalam RKA-K/L tidak ada.

Hasil analisis dan evaluasi mencerminkan lemahnya arsitektur dan informasi kinerja dalam RKA-K/L. Untuk itu, perlu dilakukan penataan arsitektur dan informasi kinerja dengan menggunakan pendekatan logic model (LM) sehingga informasi kinerja dan capaian program dari masing-masing K/L dapat terukur, relevan dan lebih jelas.

I. Konsep Logic Model dalam Penataan ADIKPendekatan logic model dalam bidang perencanaan dan penganggaran digunakan untuk menyajikan kerangka perencanaan yang menjembatani gap antara kondisi saat ini dengan kondisi yang diinginkan/diharapkan sehingga dapat dikatakan efektif dan efisien penggunaannya. Pendekatan logic model melihat keterkaitan antara Hasil/Outcome, Keluaran/Output, Aktivitas, dan Input terhadap Customer yang dituju melalui suatu program.

Mekanisme penyusunan informasi kinerja dalam pendekatan logic model dilakukan dari level paling atas (Outcome)

dan diikuti dengan informasi/referensi Output, Aktivitas, dan Input yang digunakan (Top Down Mechanism). Outcome dan Output yang disusun harus berorientasi keluar kepada Customer (external perspective) bukan kepada internal suatu organisasi (K/L). Melalui pendekatan logic model, secara otomatis akan memberikan dampak perubahan struktur informasi kinerja, semula arsitektur kinerja disusun berdasarkan struktur organisasi menjadi berdasarkan fungsi organisasi berbasis pada Hasil/Outcome seperti pada Gambar 5.

Dalam substansi pendekatan struktur informasi kinerja berdasarkan fungsi organisasi berbasis kepada fungsi organisasi berbasis Hasil/Outcome, informasi kinerja harus disusun sesuai dengan kerangka logika berpikir (logic model) dan informasi kinerja terdapat pada setiap level organisasi. Perbedaan utama antara pendekatan arsitektur kinerja disusun berdasarkan struktur organisasi dengan pendekatan berdasarkan fungsi organisasi berbasis pada Hasil/Outcome adalah:a. terdapat tingkatan/leveling Output,

dimana Output pada level K/L merupakan Output yang sifatnya strategis dan Output bersifat operasional pada level eselon I - eselon II;

b. terdapat Input, merupakan sumberdaya atau prasyarat yang dibutuhkan selama aktivitas berlangsung guna menghasilkan dan men-deliver Output (misalnya: sumber daya manusia, peralatan dan mesin, tanah dan bangunan, data dan informasi, serta norma/sistem/prosedur/ketentuan);

c. indikator menjelaskan Output dan

Gambar 3: Penataan ADIK dalam RKA-K/l dengan pendekatan Logic Model (lM)

Gambar 4: Konsep dasar pendekatan Logic Model (lM)

suplemen Penggunaan Konsep Logic Model

YoU/WE

What wedo

COSTUMER OUTCOMEINPUT AKTIVITAS OUTPUT

What wehave

What weproduce/de

liver

Mengubahkesadaran

BisaSadar

PahamTahu

Mengubahkebiasaan

StatusBiasaMau

Mengubahkondisi

........................2015

EXISTING

Kuantitas:sangat banyak:• outcome = 870• IKU = 3.101• output = 11.831 jenis

Kualitas lemah:• Kurang jelas• Kurang relevan• Kurang terukur

1. Menyempurnakan arsitektur RKA-K/l (struktur informasi kinerja ) yang sesuai dengan pendekatan fungsi

2. Memperkuat dan mempertajam informasi kinerja

LogicModel

Kuantitas:Selektif, fokus, dan strategis

Kualitas bagus dan valid:• lebih jelas• lebih relevan• lebih terukur

2016......................dst

EXPECTED

Page 27: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015|27

Outcome, bukan indikator Program/Kegiatan; dan

d. Un-siloed, dimana hubungan antar tingkatan organisasi bisa didasarkan pada kombinasi dari 3 (tiga) alternatif:1) pendelegasian berdasarkan Output2) pendelegasian berdasarkan

Aktivitas3) pendelegasian berdasarkan Input.

II. Waktu (Timeline)Proses pengembangan dan penerapan konsep logic model dilakukan secara bertahap, dengan urutan tahap awal sebagai berikut:

III. Hal-hal Yang DilakukanDalam konteks implementasi/penerapan konsep logic model dalam penataan Arsitektur Dan Informasi Kinerja pada RKA-K/L T.A 2016, hal-hal yang telah dilakukan pada tahun 2014 adalah sebagai berikut:1. Telah disiapkan landasan hukum

sebagai langkah awal penerapan penyusunan anggaran berbasis logic model yang dituangkan dalam Pasal 24 PMK nomor 136/PMK.02/2014 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKA-K/L, dimana

secara eksplisit dinyatakan bahwa dalam rangka penguatan penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja (Performance Based Budgeting) dilakukan Penataan Arsitektur Dan Informasi Kinerja (ADIK) yang penerapannya dimulai pada perencanaan penganggaran T.A 2016. Selain itu, dalam lampiran V PMK nomor 136/PMK.02/2014 telah diterbitkan Pedoman Penataan Arsitektur Dan Informasi Kinerja (ADIK) dalam RKA-K/L.

2. Dalam rangka membekali para stakeholder dan pihak-pihak terkait lainnya dalam proses perencanaan penganggaran, telah dilakukan pelatihan/workshop terkait dengan penataan Arsitektur dan Informasi Kinerja, yakni:a. Training Of Trainers (TOT) kepada

seluruh role-model di lingkup direktorat Jenderal Anggaran pada bulan Juni 2014.

b. Pelatihan/workshop tahap ke-1 telah dilakukan pada Senin/15 September

Gambar 6: Perbedaan Pendekatan Penataan Arsitektur Kinerja

suplemenPenggunaan Konsep Logic Model

Gambar 5: Perbedaan Pendekatan Penataan Arsitektur Kinerja

output Es I

K/l

Eselon I

Eselon II

Program

Kegiatan

outcome

Sas. Keg.

output

Indikator Kinerja ProgramIndikator Kinerja Kegiatan

K/l

Eselon I

Eselon II

Program

Kegiatan

output

Komponen

Detil

Indikator Kinerja Program

Indikator Kinerja Kegiatan

outcome

RKA-K/L eXISTING

ReNJA-K/L eXISTING

ARSITeKTUR INFoRMASI KINeRJA DALAM PeReNCANAAN DAN PeNGANGGARAN (2016)

K/l

Eselon I

Eselon II

Program

Kegiatan

Input Kl

Input Es I Aktivitas/Proses Es I

Sasaran Program(outcome Kl)

Aktivitas/ProsesKl

Sasaran Strategis(outcome Kl)output K/l

Indikator Indikator Kinerja Program

Indikator Indikator Kinerja Sasaran Strategis

Indikator Kinerja Kegiatan

Input Es II Aktivitas/Proses Es I

Sasaran Program(output Es II)

Output

Output

Output

Output

Output

Output

Strategis

operasional

Yang diharapkanExisting

Page 28: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

28 |WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015

2014 s.d Jumat/19 September 2014 yang diikuti peserta dari Unit eselon I (portofolio anggaran) dari masing-masing K/L;

c. Pelatihan/workshop tahap ke-2 telah dilakukan pada Kamis/20 Nopember 2014 dengan pembicara dari Ditjen Anggaran Kementerian Keuangan dan Deputi Alokasi Pendanaan Kementerian PPN, serta peserta Unit eselon I (portofolio anggaran) dari tiap-tiap K/L.

d. Serangkaian pelatihan/workshop untuk pegawai internal Ditjen Anggaran, khususnya para pegawai yang menangani dan melakukan penelaahan RKA-K/L masing-masing Kementerian Negara/Lembaga.

3. Sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan kegiatan pelatihan/workshop yang

dilakukan pada akhir September 2014, DJA telah menyampaikan surat ke seluruh K/L agar menyampaikan rumusan logic model dari masing-masing K/L. Sampai dengan akhir Desember 2014 telah terdapat 38 (tiga puluh delapan) K/L yang mengirimkan hasil penataan Arsitektur Dan Informasi Kinerja dalam formulir RKA-K/L kerangka logic model. Berdasarkan reviu sementara dari rumusan logic model yang disampaikan oleh 38 (tiga puluh delapan) K/L tersebut, terdapat yang hasilnya sudah sesuai dengan konsep penataan ADIK, tetapi sebagian lainnya, hasilnya belum seperti yang diharapkan. Selanjutnya akan dilakukan reviu pada bulan Januari 2015 secara mendetil terhadap seluruh hasil penataan ADIK yang dikirimkan oleh K/L dengan melibatkan Direktorat

Gambar 7: Agenda Kerja Penataan ADIK (periode Agustus 2014 s.d Februari 2015)

Anggaran I, Direktorat Anggaran II, dan Direktorat Anggaran III selaku mitra K/L dalam penyusunan RKA-K/L.

4. Pada saat ini, secara paralel juga sedang dilakukan proses developing tabel-tabel referensi terkait penataan arsitektur dan informasi kinerja yang diperlukan untuk disesuaikan dengan aplikasi RKA-K/L DIPA (software). Melalui tabel-tabel tersebut, K/L diharapkan dapat melakukan simulasi terhadap program dan informasi kinerjanya masing-masing sebelum di-input kedalam aplikasi RKA-K/L DIPA.

Diharapkan pada akhir Februari 2015, seluruh K/L telah menyampaikan rumusan kinerja yang baru (Output dan Outcome), agar dapat digunakan dalam penyusunan RKA-K/L T.A 2016.

suplemen Penggunaan Konsep Logic Model

Page 29: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015|29

Sistem ini berfungsi sebagai stimulus bagi K/L yang sifatnya temporer. Ini berarti sistem ini masih dianggap

perlu ada sepanjang hasil evaluasi kinerja penganggaran menunjukkan kinerja penganggaran K/L belum maksimal.

Kajian atas implementasi sistem tersebut telah dilakukan, hasilnya K/L tidak terpacu meningkatkan kinerja penganggarannya. Alasan utama sistem tersebut tidak efektif adalah tidak adanya goal congruence (keselarasan antara kepentingan individu dengan kepentingan organisasi). Selama ini bentuk penghargaan adalah penambahan alokasi anggaran yang ujungnya menambah beban kerja K/L tersebut. Bentuk penghargaan tidak berdampak langsung pada setiap individu dalam K/L tersebut. Alasan inilah yang menjadi salah satu dasar penyempurnaan konsep sistem penghargaan dan sanksi di tahun 2015.

Jika selama ini bentuk penghargaan dalam penerapan sistem penghargaan dan sanksi berupa tambahan anggaran maka alternatif yang diusulkan sebagai bentuk penghargaan yaitu berupa insentif personal. Penerapan insentif personal diyakini mampu mendorong kinerja penganggaran K/L karena sejalan dengan kaidah goal congruence di atas. Studi literatur menunjukkan bentuk penghargaan atas kinerja di sektor swasta yang dinilai cukup efektif yaitu pemberian bonus berupa uang.

Apabila insentif personal dapat diimplementasikan, ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian. Pertama,

siapa yang berhak mendapatkan insentif personal apabila kinerja organisasinya (K/L) sangat baik? Apakah seluruh pegawai pada organisasi tersebut mengingat capaian kinerja penganggaran merupakan upaya bersama oleh seluruh pegawai, atau hanya sebagian pegawai saja yang mempunyai kontribusi secara langsung dalam pencapaian kinerja penganggaran yang optimal. Pada sisi ini, penerapan asas keadilan menjadi sangat penting, strategi yang tidak pas dalam menentukan subyek penerima insentif personal dapat menjadi bumerang bagi pengambil kebijakan dan berakibat pada kinerja yang kontraproduktif.

Kedua, besaran insentif personal yang diterima oleh organisasi. Apabila sistem ini diterapkan, Pemerintah harus mengkalkulasi kebutuhan insentif personal yang akan dicadangkan dalam APBN. Pemerintah harus mempertimbangkan beban APBN dan keberlangsungan fiskal. Besaran insentif personal juga menentukan daya dorong kinerja, apabila besaran insentif personal kurang dari level tertentu maka daya dorongnya akan hilang. Penentuan besaran penghargaan dapat diperoleh dari penyusunan simulasi besaran insentif personal dalam berbagai skenario.

Ketiga, waktu pemberian insentif. Pemerintah perlu menguji waktu pemberian insentif personal yang paling tepat, apakah diberikan satu kali setahun sekaligus, atau diberikan per bulan. Ada beberapa alternatif yang bisa disimulasikan, yaitu insentif personal diberikan di satu kali dan di awal tahun. Hal ini dengan pertimbangan bahwa

pada pertengahan tahun, sudah ada gaji ketiga belas yang dapat dikatakan sebagai bentuk insentif reguler yang selama ini dinikmati oleh PNS. Alternatif lain yaitu pemberian insentif yang diberikan per bulan sebagai tambahan tunjangan bulanan yang selama ini diterima pegawai.

Dan keempat, pemberian insentif personal ditinjau dari sisi peraturan perundang-undangan yang mengatur gaji dan tunjangan kinerja. Pemberian insentif personal harus selaras dengan peraturan yang mengatur gaji dan tunjangan kinerja karena dari sisi kinerja organisasi, segala bentuk pemberian tunjangan, bonus, insentif harus selaras dengan peraturan tentang gaji dan tunjangan. Saat ini ada sinyal dari Undang-Undang (UU) Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Pasal 80 dalam UU tersebut menjelaskan bahwa besaran tunjangan kinerja tergantung dari capaian kinerja. Apabila dalam implementasinya, capaian kinerja penganggaran menjadi salah satu variabel dalam penentuan besaran tunjangan kinerja pegawai maka menurut pendapat penulis, konsepsi tersebut sejalan dengan semangat pemberian insentif personal atas capaian kinerja penganggaran K/L.

Kedepan, Pemerintah tampaknya akan semakin banyak memberikan perhatian pada upaya-upaya peningkatan kinerja. Pemberian imbal balik yang fair dari peningkatan kinerja tentu harus menjadi prasyarat yang tidak dapat diabaikan. Apabila keempat hal tersebut dapat dipecahkan secara prudent dan profesional maka penulis yakin peningkatan kinerja penganggaran menjadi suatu keniscayaan.

Teks oleh : Jati Wibowo

Ada Insentif Personal Dibalik Kinerja Penganggaran

suplemenInsentif Personal

Sebagai salah satu upaya pemerintah meningkatkan kualitas penganggaran, dalam beberapa tahun terakhir, Pemerintah telah menerapkan sistem penghargaan dan sanksi atas pelaksanaan anggaran belanja Kementerian Negara/Lembaga (K/L).

Page 30: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

30 |WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015

satu tahun perjalanan BpJs Kesehatan Melayani Masyarakat:

implementasi uu nomor 24 tahun 2011 tentang Badan penyelenggara Jaminan sosial

Teks Oleh: Ade Permadi & Agus Slamet Riyadi

harmonisasi Satu Tahun Perjalanan BPJS Kesehatan

Page 31: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015|31

Sistem jaminan sosial nasional merupakan program negara yang bertujuan memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dalam rangka menjalankan amanat Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52 Undang-Undang Nomor 40 Tahun

2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, maka pada tanggal 25 November 2011, lahirlah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang ditandai dengan terbitnya Undang-Undang nomor 24 Tahun 2011. Dengan Undang-Undang ini dibentuk 2 (dua) BPJS, yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan menyelenggarakan program jaminan kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian.

Keberadaan BPJS, khususnya BPJS Kesehatan diharapkan membawa angin segar perubahan pelayanan pemerintah di bidang jaminan kesehatan yang lebih terjangkau bagi masyarakat luas. Sudah 1 (satu) tahun lebih berlalu, sejak implementasinya pada awal tahun 2014, tentunya banyak tantangan yang dihadapi BPJS Kesehatan untuk mewujudkan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat. Seiring dengan berjalannya waktu, banyak testimoni masyarakat yang mengapresiasi peran BPJS ini, namun tidak sedikit pula yang masih mengeluhkan pelayanan BPJS. Pola pembayaran pada Rumah Sakit dengan tarif INA-CBG’s yang disusun oleh National Casemix Center (NCC) Kementerian Kesehatan, sangat berbeda dengan kombinasi pola paket dan fee for service, seperti yang diberlakukan pada saat PT. Askes (Persero). Hal ini tentunya juga membawa dampak pada pelayanan BPJS secara keseluruhan.

Dalam rangka evaluasi pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dilaksanakan BPJS Kesehatan selama satu tahun terakhir, Redaksi Warta Anggaran berkesempatan untuk melakukan wawancara dengan Bapak Purnawarman Basundoro, Direktur Hukum, Komunikasi dan Hubungan

Antar Lembaga, BPJS Kesehatan, untuk menggali informasi seputar evaluasi pelayanan BPJS Kesehatan, penerapan sistem dan prosedur yang berlaku, dan capaian kinerjanya. Berikut ini adalah hasil wawancara kami.

Berdasarkan laporan YLKI per 22 Maret 2015, kinerja BPJS dinilai belum optimal dibandingkan saat menjadi PT. Askes (Persero). Salah satu indikatornya adalah antrian panjang pasien dan makan banyak waktu, baik di loket pendaftaran maupun loket obat. Belum lagi ada modus kecurangan oleh petugas kesehatan dalam memberikan nomer antrian. Bagaimana BPJS menyikapi hal tersebut?

BPJS Kesehatan berusaha terus berkoordinasi dengan fasilitas kesehatan dalam upaya meningkatkan pelayanan kepada peserta BPJS Kesehatan. Segala bentuk kecurangan dapat dilaporkan langsung melalui BPJS Kesehatan Center maupun Kantor Cabang BPJS Kesehatan untuk dapat ditindaklanjut dalam kesempatan pertama. Untuk menampung lonjakan pendaftaran peserta mandiri, telah beroperasi pendaftaran peserta melalui website www.bpjs-kesehatan.go.id. Selain itu BPJS Kesehatan juga membuat Prosedur Pendaftaran Cepat (PPC) dalam rangka mengurangi antrian pendaftaran bagi masyarakat yang ingin menjadi peserta BPJS Kesehatan. Pendaftaran juga dapat dilakukan di Bank yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan yaitu Bank Mandiri, BNI dan BRI.

Bagaimana BPJS Kesehatan menyikapi dan mengimplementasikan program Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang dikeluarkan Presiden? Apakah tidak ada duplikasi dengan kartu BPJS yang diterbitkan?

KIS berfungsi sebagai kartu jaminan kesehatan dan sebagai identitas peserta, yang dapat digunakan untuk mendapatkan layanan kesehatan di fasilitas kesehatan tingkat pertama dan tingkat lanjutan, sesuai dengan indikasi medis. KIS

harmonisasiSatu Tahun Perjalanan BPJS Kesehatan

Page 32: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

32 |WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015

merupakan perluasan dari program JKN yang diluncurkan sebelumnya dan dikelola oleh BPJS Kesehatan pada 1 Januri 2014. Tidak ada duplikasi atas penggunaan KIS dan kartu BPJS karena yang menjadi dasar pendaftaran adalah nama dan nomer tanda peserta yang tertuang dalam KIS maupun BPJS yang sudah terintegrasi dalam suatu sistem.

Peserta BPJS mengalami lonjakan yang cukup drastis, dan kini telah mencapai lebih dari 133 juta orang. Sementara pada sisi lain, ketersediaan kamar dan tenaga medis di rumah sakit tidak bisa dengan cepat ditingkatkan, khususnya untuk peserta BPJS. Sejauhmana BPJS menanggapi permasalahan tersebut? Upaya apa yang sudah dilakukan?

Perlu dimaklumi bahwa jumlah peserta yang melonjak karena saat ini masyarakat dapat dengan mudah mengakses pelayanan kesehatan. BPJS Kesehatan terus melakukan koordinasi dengan fasilitas kesehatan dalam meningkatkan pelayanan kepada peserta BPJS Kesehatan.Terkait dengan ketersediaan fasilitas kesehatan,

hal ini merupakan tanggung jawab pemerintah dalam hal ini pemerintah pusat dan daerah melalui Kementerian Kesehatan. BPJS Kesehatan juga berupaya untuk meningkatkan kerjasama dengan rumah sakit swasta. Sampai saat ini, rumah sakit swasta yang telah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan mencapai angka 632 rumah sakit, dan melalui strategi yang telah disiapkan, angka tersebut diharapkan meningkat seiring dengan pertumbuhan angka peserta BPJS Kesehatan.

Dalam sistem pelayanan berjenjang, Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) seperti Puskesmas, Klinik dan dokter keluarga adalah inti dari semua layanan BPJS. Bagaimana BPJS memberdayakan peran FKTP, untuk meningkatkan mutu pelayanan FKTP pada khususnya dan BPJS secara keseluruhan?

Berdasarkan hasil evaluasi, pelayanan FKTP saat ini berjalan efektif. FKTP harus dapat menyelesaikan 155 diagnosis sebelum peserta dirujuk ke faskes tingkat lanjutan (rumah sakit). BPJS Kesehatan

terus melakukan pemantauan serta penilaian kepada FKTP. Apabila kinerja FKTP kurang baik, maka BPJS Kesehatan dapat melakukan pembinaan atau bisa memutus kerjasama. BPJS Kesehatan juga melakukan credentialing untuk menilai standar pelayanan di FKTP. Perlu ditekankan, bahwa peserta tidak boleh meminta atas permintaan sendiri rujukan kepada FKTP khususnya Puskesmas. Yang akan menentukan peserta dapat dirujuk adalah FKTP sesuai dengan indikasi medis, bukan atas permintaan. Rujukan pun dilakukan di FKTP terdaftar. Terkait dengan rumah sakit yang dipilih diserahkan kepada FKTP yang merujuk sesuai dengan prinsip rujukan berjenjang.

Dalam kondisi darurat, sesuai regulasi, peserta BPJS dapat berobat langsung ke rumah sakit, baik rumah sakit provider BPJS, maupun bukan provider. Bagaimana implementasi atas hal tersebut, terutama kejelasan mengenai kriteria kondisi gawat darurat?

Gawat darurat adalah keadaan klinik pasien yang membutuhkan tindakan medis

harmonisasi Satu Tahun Perjalanan BPJS Kesehatan

Page 33: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015|��

segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut. Peserta yang memerlukan pelayanan gawat darurat dapat langsung memperoleh pelayanan di setiap fasilitas kesehatan. Peserta yang menerima pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang tidak bekerjasama dengan BPJS kesehatan, harus segera dirujuk ke fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS kesehatan setelah keadaan gawat daruratnya teratasi dan pasien dalam kondisi dapat dipindahkan. Adapun pelayanan gawat darurat yang dapat dijamin adalah sesuai dengan kriteria gawat darurat yang berlaku.

Sesuai regulasi bahwa peserta BPJS bisa mengikuti koordinasi manfaat (Coordination of Benefit) dengan membeli asuransi tambahan. Bagaimana implementasi atas regulasi tersebut sampai dengan saat ini?

BPJS Kesehatan membuka ruang seluasnya bagi peserta untuk mendapatkan manfaat lebih (khususnya manfaat non medis) dengan perusahaan asuransi komersial dalam sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui skema Coordination of Benefit (COB). Selain tertuang dalam Pasal 28 Peraturan Presiden No 111 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan, skema COB ini diharapkan akan meningkatkan pelayanan bagi peserta yang mampu membayar lebih, khususnya untuk kenyamanan.

Prinsip COB BPJS Kesehatan ini adalah koordinasi manfaat yang diberlakukan bila peserta BPJS Kesehatan membeli asuransi kesehatan tambahan dari Penyelenggara Program Asuransi Kesehatan Tambahan atau Badan Penjamin lainnya yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Melalui mekanisme ini, peserta asuransi bisa naik kelas perawatan, mendapatkan benefit lain yang tidak ditanggung dalam aturan JKN, serta mendapatkan perawatan lanjutan yang ekslusif dan bisa berobat di rumah sakit swasta yang belum bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, jika dalam keadaan gawat darurat. BPJS Kesehatan nantinya akan menjamin biaya sesuai tarif yang berlaku pada program JKN, sedangkan selisihnya menjadi tangung jawab asuransi komersial selama sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang berlaku. Saat ini sudah lebih dari 50 asuransi komersial yang

bekerjasama dengan BPJS Kesehatan mengembangkan COB.

Sejak beralih dari PT Askes menjadi BPJS Kesehatan, obat yang biasanya diberikan, tidak dapat diklaim atau diberikan tetapi jumlahnya sedikit (misalnya untuk 3 hari saja). Begitu pula saat pasien dahulu menggunakan Jamkesmas, semua pelayanan gratis. Tetapi setelah pindah ke BPJS, masih terdapat kasus di mana obat-obatan ditebus sendiri. Bagaimana BPJS Kesehatan menyikapi hal tersebut?

Salah satu hasil evaluasi pelaksanaan JKN adalah terdapat pemasalahan pelayanan obat, khususnya obat kronis dan obat kemoterapi. Dengan terbitnya SE Menkes Nomor HK/Menkes 32/I/2014

tentang Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan, dapat menjadi solusi terhadap peresepan obat kronis dan obat kemoterapi yang sebelumnya menjadi keluhan oleh peserta JKN. Selain itu, BPJS Kesehatan telah mengeluarkan surat edaran Direksi BPJS Kesehatan terkait dengan penjelasan teknis pelaksanaan SE Menkes Nomor HK/Menkes 32/I/2014. Penjelasan tersebut antara lain berupa:1. Penjelasan untuk Obat Penyakit Kronis

a. Pemberian obat untuk penyakit kronis dapat langsung diberikan untuk kebutuhan 30 hari.

b. Bagi peserta dengan penyakit kronis yang telah dinyatakan dalam kondisi stabil oleh Dokter Spesialis/Sub Spesialis yang

merawat, maka peserta tersebut dapat mengikuti Program Rujuk Balik.

c. Pelayanan obat Program Rujuk Balik dilakukan di Fasilitas Kesehatan (Faskes) Tingkat Pertama sesuai dengan peresepan obat yang diberikan oleh Dokter Spesialis/Sub Spesialis di Faskes tingkat Lanjutan untuk kebutuhan 30 hari.

2. Pemberian Obat Kemoterapi, Thalassemia dan Hemofiliaa. Disamping dapat diberikan di

Fasilitas Kesehatan Tingkat III, Obat Hemofilia, Thalassemia dan Hemofilia dapat juga diberikan kepada Faskes Tingkat II dengan mempertimbangkan kemampuan

fasilitas kesehatan dan kompetensi SDM kesehatan.

b. Obat kemoterapi, thalasemia dan hemofilia dapat diberikan dalam pelayanan Rawat Jalan maupun Rawat Inap.

c. Pada masa transisi, obat kemoterapi baik rawat jalan maupun rawat inap ditagihkan secara fee for service di luar paket INA CBG’s.

Meskipun sudah berjalan selama satu tahun lebih, program JKN ternyata masih memiliki banyak PR, salah satunya sosialisasi yang masih minim oleh BPJS selaku pihak penyelenggara. Masih ada rumah sakit yang memulangkan pasien karena menganggap plafon yang

BPJS Kesehatanmembuka ruang seluasnya bagi peserta untuk mendapatkan manfaat lebih (khususnya manfaat non medis) dengan perusahaan asuransi komersial dalam sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

harmonisasiSatu Tahun Perjalanan BPJS Kesehatan

Page 34: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

�� |WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015

dipakai sudah habis. Bagaimana BPJS mensosialisasikan sistem tarif INA-CBGs sehingga kasus seperti ini tidak terjadi lagi di masa mendatang?

Di awal implementasi JKN memang keluhan rumah sakit terkait dengan INA-CBGs banyak terjadi. Namun Tarif INA-CBGs sudah direvisi dan disesuaikan kembali pada 1 September 2014 melalui Peraturan Mnteri Kesehatan Nomor 59 Tahun 2014 tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan dan diharapkan angka yang terdapat dalam setiap paket INA CBGs sesuai dan rasional. Sosialisasi terkait INA CBGs terus dilakukan secara rutin baik kepada peserta BPJS Kesehatan maupun provider.

Setelah implementasi satu tahun perjalanan BPJS Kesehatan, ada yang mengatakan bahwa pelayanan PT. Askes (Persero) lebih baik dari pada BPJS. Dengan melihat opini tersebut, apa target yang sudah dan belum dicapai bagi organisasi BPJS dan upaya apa yang akan dilakukan untuk mencapai target tersebut?

Dalam perjalanan lebih dari satu tahun bisa dikatakan BPJS Kesehatan telah melakukan banyak hal. Mengacu kepada hasil evaluasi UKP4 (Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan) untuk periode tahun 2014, BPJS Kesehatan menorehkan nilai atau raport hijau.

Terdapat lima hal yang menjadi indikator penting dalam proses evaluasi ini. Pertama, terkait peningkatan jumlah kepesertaan. Target yang ditetapkan tahun 2014 sebanyak 121,6 juta peserta dan sampai dengan akhir tahun 2014 tercapai 133.423.653 jiwa atau mencapai 109,72%. Peserta tersebut terdiri dari peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI), Pekerja Penerima Upah (a.l.: PNS, TNI, POLRI, PNS Kemhan/POLRI, Pegawai Swasta/BUMN), Pekerja Bukan Penerima Upah, Bukan Pekerja, Jamkesda dan PJKMU eks Askes. Kedua adalah terselesaikannya draft Revisi PP Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran (PBI) secara tepat waktu. Draft Revisi PP tersebut sudah diselesesaikan sesuai dengan batasan kewenangan BPJS Kesehatan dan telah tercapai 100%. Ketiga adalah terkait dengan waktu penyelesaian pembayaran klaim kepada fasilitas kesehatan 100%. Rata-

rata BPJS Kesehatan dapat menyelesaikan pembayaran selama 4,4 hari dari aturan N+15 setelah berkas klaim lengkap. Keempat adalah menyangkut sosialisasi kepada masyarakat. Berdasarkan hasil survey yang diperoleh hasil tingkat awareness masyarakat terhadap program Jaminan Kesehatan Nasional yang dikelola oleh BPJS Kesehatan sebesar 95% atau 146,15% dari target 65%. Survey ini dilakukan secara independen oleh Sucofindo yang dirilis awal tahun 2015. Kelima terkait upaya penanganan keluhan pelanggan dicapai nilai 100%. Pada tahun 2014, tercatat 104.427 keluhan yang terdiri dari 18.904 keluhan yang diterima melalui Pusat Layanan 500400 dan 85.523 keluhan yang tercatat dalam media lainnya, antara lain melalui aplikasi keluhan berbasis web. Seluruh keluhan tersebut dapat diselesaikan dengan rata-rata waktu penyelesaian 1,4 hari.

Kinerja Annual Management Contract BPJS Kesehatan pun mencapai 106,14%, dan laporan Auditor Independen menyatakan bahwa laporan keuangan Program Dana Jaminan Sosial (DJS) Kesehatan tahun 2014 dinyatakan Opini WTM (Wajar Tanpa Modifikasi). Pada tahun ini, BPJS Kesehatan juga menetapkan 3 (tiga) fokus perhatian, dan juga menjadi tema pada Rapat Arahan Strategis Nasional BPJS Kesehatan Tahun 2015 ini, yaitu “Tri Sukses BPJS Kesehatan Tahun 2015”, yang berisi :1. Sukses Implementasi KIS. BPJS Kesehatan menargetkan tercetak

dan terdistribusinya Kartu Indonesia Sehat 100% sesuai dengan jumlah peserta yang telah didaftarkan oleh Pemerintah

2. Sukses Kendali Mutu dan Kendali Biaya.

BPJS Kesehatan menargetkan rasio klaim pada tahun 2015 adalah 98,5%

3. Sukses Kolektibilitas Iuran dan Peningkatan Rekrutmen Peserta Penerima Upah (PPU). BPJS Kesehatan menargetkan iuran yang terkoleksi adalah 95,1 % dan penambahan rekrutment peserta dari sektor PPU sebanyak 29,1 juta jiwa.

Saat ini telah dikembangkan sentra pembayaran iuran khususnya untuk peserta Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) dan Pekerja Penerima Upah (PPU) dari badan usaha melalui channel perbankan

yang telah bekerjasama yaitu BNI, BRI dan Bank Mandiri, yang meliputi Teller bank penerima setoran, ATM, Internet Banking, LLG/RTGS, dan EDC (Electronic Data Capture) mini ATM BRI dan Bank Mandiri di Kantor Cabang BPJS Kesehatan. Kegiatan penagihan yang dilakukan di tahun 2014, antara lain adalah menyampaikan tagihan Iuran PBI kepada Kementerian Kesehatan sebesar Rp1,661 Triliun per bulan (total s.d. Desember 2014 sebesar Rp19,932 Triliun), tagihan Iuran Pemerintah Pusat kepada Kementerian Keuangan sebesar Rp4,484 Triliun dan tagihan Iuran Peserta Penerima Upah/PPU (PNS, TNI, POLRI, Pejabat Negara dan Iuran Pemda) sebesar Rp6,40 Triliun kepada masing-masing satuan kerja. Dalam rangka pemberian layanan kesehatan kepada peserta, BPJS Kesehatan telah melakukan kerjasama dengan 22.393 Faskes yang terdiri dari 18.437 Faskes Primer, 1.681 Faskes Lanjutan dan 2.275 Faskes Penunjang.

Pendapatan iuran yang dibukukan selama tahun 2014 sebesar Rp.40,720 Triliun (101,94% dari Revisi RKAT 2014). Realisasi biaya manfaat dan layanan jaminan sosial (termasuk biaya promotif dan preventif) mencapai Rp.42,659 Triliun (104,44% dari Revisi RKAT 2014). Pelampauan realisasi biaya manfaat dibandingkan Revisi RKAT tersebut selain disebabkan adanya kenaikan tarif pelayanan kesehatan yang diatur dalam Permenkes Nomor 59 Tahun 2014 tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan dan mulai berlaku per 1 September 2014 juga adanya adverse selection dari peserta PBPU. Sampai dengan 31 Desember 2014, realisasi rasio biaya manfaat terhadap pendapatan iuran adalah sebesar 104,76%. Rasio biaya manfaat yang tinggi tersebut mengakibatkan DJS mengalami defisit sebesar Rp3,309 Triliun sehingga diperlukan upaya-upaya dari semua pihak, stakeholder dan BPJS Kesehatan, yang optimal untuk dapat mengendalikan biaya manfaat dan memaksimalkan penerimaan iuran agar program Jaminan Kesehatan Nasional dapat terus berjalan, antara lain melalui suntikan dana dari APBN, revisi Perpres Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan juncto Perpres Nomor 111 Tahun 2013, serta audit, pencegahan, dan penindakan fraud pelayanan.

harmonisasi Satu Tahun Perjalanan BPJS Kesehatan

Page 35: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015|��

Proses penganggaran pada dasarnya merupakan media untuk menentukan pelayanan apa saja

yang akan pemerintah berikan dan bagaimana pelayan tersebut akan dibiayai. Hal tersebut dapat pula digunakan untuk membantu merumuskan bagaimana suatu layanan tersebut dapat diberikan1. Pertanyaan mendasar dalam proses

pengalokasian anggaran adalah atas dasar apa pemerintah mengalokasikan dananya pada kegiatan A daripada kegiatan B. Hal tersebut lebih dikenal dengan kata penentuan prioritas saat dihadapkan suatu pilihan yang mutually exclussive. Sejalan dengan statement diawal, pertanyaan-pertanyaan selanjutnya akan menuju pada bagaimana kegiatan A akan dibiayai, berapa besar biayanya serta bagaimana kegiatan A akan dilakukan.

Dengan kata lain, proses penganggaran harus dapat menjamin pengalokasikan

asimetri informasidalam penentuan alokasi anggaran

Teks oleh: Achmad Fauzan Sirat

1 Mikesell, John L., Fiscal Administration: Analysis and Applications for the Public Sector, 8th edition, Wadsworth Publishing, 2011, p.41

sumber daya terbatas pada kegiatan-kegiatan ekonomi yang dipilih sebagai prioritas. Secara teoritis prioritas-prioritas tersebut selayaknya dilakokasikan sumber daya yang sesuai dengan kebutuhan, mengingat ada opportunity cost yang dipertaruhkan jika variasi atas alokasi terlalu besar. Namun pada kenyataannya sering kali pengalokasian sumber daya tersebut jauh dari kesesuaian dengan kebutuhan. Hal ini berakibat pada suatu kondisi overallocated maupun underallocated atas suatu kegiatan.

sistem penganggaranAsimetri Informasi

Page 36: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

�� |WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015

Kondisi misalokasi dalam konteks tersebut pada akhirnya akan mempunyai konsekuensi atas kinerja pencapaian output bahkan outcome. Misalkan kegiatan ekonomi yang memerlukan sumber daya yang besar mendapatkan alokasi lebih kecil dari kebutuhan dapat berakibat hasil tidak maksimal atau bahkan kegiatan tidak dapat dilaksanakan dengan baik.

Tanpa harus berpanjang lebar mengulas proses penganggaran, pengalokasian sumberdaya sendiri mempunyai masalah yang sama berat dengan penentuan prioritas. Secara sadar maupun tidak, dalam pengalokasian sumber daya dimaksud penelaah mengalami suatu keadaan yang dalam ilmu ekonomi dikenal sebagai asimetri informasi. Dimana hasil akhir dari kondisi tersebut adalah misalokasi sumberdaya yang terbatas pada kegiatan-kegiatan yang dipilih oleh pemerintah untuk dilaksanakan.

Tulisan ini akan mengulas lebih lanjut mengenai kondisi asimetri informasi secara umum. Selanjutnya diulas pula tentang bagaimana penerapannya dalam pengalokasian anggaran. Melengkapi ulasan dimaksud, selanjutnya tulisan ini menyajikan hal yang dapat menjadi alat guna mengurangi asimetri informasi.

Asimetri InformasiAsimetri informasi didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana satu pihak mempunyai informasi yang lebih daripada pihak lain. Sebagai akibat, salah satu pihak akan dapat mengambil manfaat dari pihak yang lain dari kepemilikan informasi tersebut. Sebagaimana Stigler (1961) menyatakan dalam pembukaan tulisannya: The Economic of Information: “Information is avaluable resource: Knowledge is power”.

Contoh Asimetri Informasi yang relevan dengan topik tulisan ini adalah adverse selection, yakni suatu kondisi (karena keterbatasan informasi yang dimiliki) dimana atas barang (proposal) yang ditawarkan tidak sesuai antara harga dan kualitasnya.

Konsep adverse selection sebagaimana disimulasikan oleh Arkelof (1970) pada pasar mobil bekas “The Market for Lemons” merupakan salah satu contoh implikasi konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kesimpulannya, adanya

Dapat dicontohkan tiga kondisi dalam penganggaran dimana informasi tidak benar-benar tersaji sama antara kedua belah pihak. Misalnya, penentuan rangking prioritas, penetapan level kinerja/kualitas dari suatu output yang akan diproduksi, serta perhitungan biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi output tersebut. Terkait dengan biaya, pertanyaan mendasar dari penilaian dana suatu kegiatan adalah apakah biaya yang diusulkan sudah sebesar kebutuhannya.

Pada saat diskusi atas kelayakan suatu proposal (dalam kaitannya dengan biaya), pengusul secara alamiah memiliki informasi yang lebih daripada reviewernya. Hal ini didukung dengan rasionalitas yang tertanam dalam diri seorang reviewer yang selalu mencari cara untuk mengurangi dana yang diusulkan, serta kekurangmampuan reviewer untuk mencari informasi atas kegiatan sepadan. Hasilnya, usulan dana atas kegiatan tersebut tidak menggambarkan kebutuhan dana yang sesungguhnya, suatu kondisi yang dikenal sebagai overallocated atau underallocated.

Akankah kondisi ini dapat terselesaikan dengan sendirinya? Tentu bisa. Apabila pengusul dan reviewernya dapat mengurangi ego masing-masing dalam diskusi atas proposal yang diajukan. Namun, hal itu merupakan kondisi yang patut diduga jauh panggang dari api mengingat masing-masing pihak mempunyai insentif untuk tidak melakukannya.

Bagi Reviewer, proposal anggaran diasumsikan selalu diajukan dengan terlalu banyak penggelembungan. Sehingga prilaku yang ditunjukkan didominasi oleh keinginan untuk mengurangi jumlah dari alokasi yang dibutuhkan. Belum lagi apabila kinerja reviewer didasarkan atas berapa banyak pemotongan yang dilalukan (savings).

Mengantisipasi hal tersebut, pengusul selalu berpikir bahwa proposalnya pasti akan dipotong lebih kecil dari kebutuhan riel sehingga pengusul mempunyai insentif untuk menggelembungkan usulannya agar saat dilakukan rasionalisasi usulan, dana yang diterima akan mendekati kebutuhannya.

Selain itu dalam beberapa literatur akuntansi managemen disebutkan bahwa asimetri informasi juga disebabkan oleh

adverse selection membuat barang bagus dengan harga yang rasional dipaksa keluar dari pasar (it drives apple out of the market) sehingga pasar hanya berisi barang tidak berkualitas (lemons) dengan harga yang tidak rasional. Selanjutnya ada dua solusi yang ditawarkan untuk mengatasi kondisi tersebut, yakni signaling, dan screening.

Signaling merupakan upaya mengatasi hal tersebut melalui signal-signal yang dapat membuktikan kualitasnya (dalam saat bersamaan pihak lainnya dapat memperkirakan harga atas kualitas yang diberikan). Contoh sinyal-sinyal tersebut adalah garansi untuk pasar mobil bekas, dan ijazah untuk pasar tenaga kerja. Adanya sinyal tersebut seolah-olah memberikan informasi atas kualitas tertentu dari suatu barang sehingga pihak terkait akan bersedia membayar dengan harga yang rational untuk mendapatkan manfaat ekonomis barang tersebut. Prinsip dasar dari signaling adalah pihak yang berkepentingan tidak melakukan pencarian informasi, namun memanfaatkan informasi yang dibuat oleh pihak lain sebagai jaminan atas suatu kondisi tertentu.

Screening, dilain pihak, merupakan upaya pihak yang berkepentingan untuk melakukan pencarian informasi. Contoh proses screening adalah test drive dan cek fisik untuk pasar mobil bekas, serta test masuk dan masa percobaan untuk pasar tenaga kerja. Screening dilakukan untuk mendapatkan pilihan yang terbaik atas kombinasi harga dan kualitas atas barang yang ditawarkan.

Keputusan menggunakan satu dari dua pendekatan atau kombinasi keduanya harus mempertimbangkan biaya-manfaat dari pilihan tersebut. Setiap pilihan membawa konsekuensi biaya dalam pelaksanaannya. Dalam beberapa hal, signal yang dijadikan referensi tidak sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan yang spesifik, seperti tidak semua orang berijasah mempunyai kemampuan yang sama dalam berkomunikasi. Paralel dengan itu, proses screening terkadang membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit.

Asimetri Informasi dan Alokasi AnggaranDalam alokasi anggaran, sadar maupun tidak asimetri informasi juga terjadi.

sistem penganggaran Asimetri Informasi

Page 37: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015|��

perilaku para manager yang tergoda melakukan distorsi atas informasi untuk kepentingannya sendiri. Perilaku ini dikenal sebagai slack behavior2. Slack timbul dari kecenderungan suatu organisasi atau individu untuk tidak mengoptimalkan penggunaaan sumberdaya yang ada.

Insentif yang didapat para manager atas slack dapat berupa pencapaian target yang mudah dilakukan karena kapasitas yang dianggarkan sebenarnya masih dibawah optimal (underutilesed). Penentuan target yang mudah akan berujung pada penilaian kinerja yang sangat baik.

Kondisi ini sebenarnya tidak sesuai dengan kenyataan bahwa alokasi yang optimal harus dilakukan dengan konstrain sumber daya terbatas guna memenuhi semua ekspektasi stakeholder atas layanan. Dalam hal ini, kondisi overallocated berkontribusi meniadakan kegiatan lain, sedangkan kondisi underallocated berkontribusi tidak tercapainya outcome yang direncanakan.

Jika kondisi tersebut benar adanya, maka perlu pendekatan komprehensif untuk menyelesaikannya. Solusi sesuai dengan konsepsi signaling dan screening-pun menjadi relevan dengan pengalokasian anggaran yang menjadi topik tulisan ini.

Standar Biaya Sebagai Salah Satu Langkah Mengurangi Asimetri InformasiMenteri Keuangan sebagai wakil pemerintah dalam menjaga stabilitas fiskal berkepentingan agar alokasi anggaran sesuai dengan kebutuhan. Sesuai kebutuhan berarti alokasi tidak terlalu besar (overallocated) ataupun alokasi terlalu rendah (underallocated). Alokasi yang sesuai dengan kebutuhan akan membuat kondisi yang dikenal dengan allocative efficiency3 terjadi.

Allocative efficiency menjadi penting karena sejatinya pelayanan yang diharapkan oleh masyarakat kepada pemerintah adalah sangat banyak, dimana sumber daya pemerintah untuk memenuhi

ekspektasi masyarakat tersebut terbatas. Sehingga alokasi yang tepat serta akurat sangat dibutuhkan untuk memenuhi semua pelayanan yang diharapkan kepada masyarakat.

Kondisi di atas dalam kenyataannya bisa tidak tercapai apabila terdapat asimetri informasi dalam dalam penentuan alokasi tersebut. Bahasan berikut menguraikan bagaimana kebijakan standar biaya –sebagai salah satu pilar penganggaran berbasis kinerja-dapat menjadi salah satu langkah untuk mengurai masalah asimetri dimaksud mengacu konsepsi signaling dan screening.

A. Signaling dalam PenganggaranSignaling pada prinsipnya telah diakomodasi dengan kebijakan standar biaya Masukan (SBM). Penetapan kebijakan SBM atas beberapa item input berupaya memberikan assurance bahwa biaya (cost) atas suatu item merupakan harga paling rasional4 yang tersedia di pasar.

SBM ditetapkan oleh Menteri Keuangan setelah diadakan survey atas harga yang terdaftar dengan norma perhitungan tertentu. SBM selanjutnya menjadi dasar Kementerian Negara/Lembaga dalam menyusun asumsi perhitungan biaya untuk suatu proposal output/kegiatan/program.

Saat kebijakan tersebut menjadi pedoman bagi pengusul selayaknyalah item cost per unit tersebut tidak menjadi area of dispute dan locus of interest dari para Reviewer. Hal ini dimungkinkan mengingat SBM, pada dasarnya, merupakan informasi pasar yang dihimpun sendiri oleh pihak Reviewer (Kementerian Keuangan) dengan mempertimbangkan variasi harga yang ada.

Sedangkan untuk item yang tidak tercakup dalam SBM yang ditetapkan, Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) atau disclaimer statement atas tanggung jawab dari apa yang tercantum dalam dokumen anggaran adalah suatu cara memberikan insurance atas rasionalitas harga yang dipilih oleh pengusul.

Penggunaan SBM dan penyertaan SPTJM untuk item-item yang tidak masuk dalam SBM, pada dasarnya, merupakan sinyal bahwa unit cost atas item yang digunakan sebagai bahan dasar untuk melaksanakan kegiatan merupakan harga paling rasional yang tersedia di pasar.

Berangkat dari pemikiran dimaksud, fokus control atas item-item yang tercantum dalam dokumen menjadi tidak relevan untuk didiskusikan secara mendalam. Setidaknya untuk tiga alasan, yaitu: 1.pengusul mempunyai informasi yang lebih untuk memilih unit cost yang sesuai, kecuali reviewer memiliki jumlah informasi yang sama diskusi lanjutan memungkinkan untuk dilakukan; 2. tanggung jawab materiil atas pilihan dimaksud merupakan bagian atas disclaimer dari pengusul5. 3. fokus pada item mengurangi fokus yang dicurahkan atas total biaya yang dilakukan untuk pencapaian output maupun outcome.

B. Screening dalam PenganggaranSaat signaling digunakan secara luas dalam praktik penganggaran, dilain pihak, teknis screening penganggaran belum banyak dikembangkan. Secara garis besar praktik screening penganggaran berbasis pada peraturan, pengalaman, dan pengetahuan penelaah atas objek penelaahan.

Salah satu arah pengembangan standar biaya mempertimbangkan penggunaan Standar Biaya Keluaran (SBK) sebagai alat screening alokasi, selain fungsi yang selama ini dikenal yakni sebagai alat pemercepat penelaahan. Arah ini dilandaskan pada kenyataan bahwa penyusunan SBK ditujukan bagi output/suboutput yang secara terus menerus ada dalam rencana kerja K/L. Sehingga konsistensi alokasi pada kegiatan dimaksud lebih bisa dihandalkan.

Secara konsep SBK merupakan kumpulan dari unsur-unsur biaya yang terkecil untuk membentuk/memproduksi

3 Allocative efficiency merupakan suatu term untuk menggambarkan kondisi dimana Marginal Cost = Marginal Benefit. Terkait dengan topik tulisan ini allocative efficiency digunakan untuk menggambarkan kondisi dimana tambahan biaya yang dikeluarkan/dialokasikan = tambahan output yang dihasilkan.

4 Penggunaan kata ‘harga yang paling rasional’ tidak berarti tidak ada markup dalam praktiknya mengingat standar biaya digunakan dalam konteks penganggaran bukan pelaksanaan, dan markup ditujukan untuk memperhitungkan variasi yang ada dilapangan nantinya.

5 Diskusi pada area ini sangat menarik, terutama jika dikaitkan dengan satuan biaya yang tidak tercantum dalam peraturan Menteri Keuangan. Pertanyaan mendasar dalam diskusi berkisar pada harga apa yang harus dicantumkan dalam dokumen perencanaan? harga spot saat mencantum pada dokumen, harga perkiraan dengan berbagai asumsi variasi pada saat pelaksanaan, atau yang lain. Menurut hemat penulis, hal ini merupakan salah satu isu pokok terutama jika terkait dengan pelanggaran hukum pada saat proses pengadaan.

2 Belkaoui, AR., Behavioral Management Accounting, Quorom books, 2002, p.225.

sistem penganggaranAsimetri Informasi

Page 38: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

�� |WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015

suatu hasil (output). Pada dasarnya kumpulan biaya ini berupa hasil perkalian antara volume dan unit cost dari unsur-unsur pembentuk. Uraian diatas mengambarkan indikasi adanya variasi total cost. Hal ini terjadi sebagai akibat kombinasi dari tiga kondisi, yaitu variasi asumsi volume, variasi asumsi unit cost, dan variasi unsur-unsur pembentuk biaya.

Saat ini, kebijakan SBM pada umumnya menunjuk pada penetapan unit cost, bukan pada volume. Walaupun item yang diatur terbatas, setidaknya variasi atas unit cost lebih terkendali mengingat pengaturan SBM biasa untuk item-ietem yang sering digunakan. Sedangkan kebijakan pengaturan mengenai volume atau unsur pembentuk biaya belum menjadi fokus dalam pengaturan biaya. Penetapan volume dan unsur pembentuk biaya pun dilakukan dalam forum diskusi yang dikenal dengan istilah penelaahan. Dalam diskusi tersebut, reviewer lebih banyak menggunakan professional judgement-nya. Sehingga patut diduga bahwa secara total biaya output akan sangat bervariasi sesuai dengan volume dan unsur pembentuk yang digunakan sebagai asumsi.

Pada dasarnya arah pengembangan SBK tersebut merujuk pada isu ini, yakni mengatasi variasi yang berlebih. Namun demikian, perlu dicatat bahwa SBK tidak berupaya menstandarkan volume dan unsur pembentuk karena hal itu hanya akan menambah rigiditas dalam pelaksanaan anggaran. Melainkan, pengembangan SBK lebih ditujukan untuk mengurangi variasi atas total cost output dimaksud.

Untuk menjadi alat screening penganggaran yang efektif, SBK harus dapat dibandingkan dengan kegiatan yang sejenis, baik dalam maupun antar Kementerian/Lembaga. Guna menambah keadalan atas SBK dibutuhkan pula perbandingan dengan realisasinya ditahun lalu, serta hasil monitoring modifikasi yang dilakukan selama pelaksanaannya. Jika itu dilaksanakan, pada akhirnya konsepsi SBK sebagai alat manajemen biaya menjadi lebih mendekati kerangka teoritis.

Urgensi dari pembandingan tersebut adalah untuk menentukan dengan lebih baik biaya suatu output, kegiatan atau bahkan suatu program jika

memungkinkan. Dari pembandingan tersebut, informasi yang dihasilkan dapat digunakan sebagai sinyal atas alokasi yang lebih rasional atas suatu output, kegiatan dan program. Selain itu, upaya tersebut mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk berdiskusi mengenai biaya.

Saat SBK dapat dibandingkan, baik dengan SBK yang lain atau output sejenis selain SBK, SBK yang bersifat umum dapat ditetapkan setelah berkoordinasi dengan Kementerian/Lembaga. Pembandingan ini memungkinkan rumusan perhitungan biaya yang terangkum dalam sebuah SBK menjadi lebih merepresentasikan kebutuhan sebenarnya.

Bagaimana menentukan SBK yang merepresentasikan kebutuhan sebenarnya? Pertanyaan tersebut merupakan inti dari proses screening. Salah satu cara termudah adalah, misalnya, dengan menggunakan angka rata-rata (atau median/modus) dari SBK sejenis. Rata-rata menunjukkan kecenderungan umum suatu kondisi, sehingga dapat dikatakan bahwa deviasi dari rata-rata memberikan sinyal alokasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan.

Langkah yang lebih komplek dapat juga dilakukan dalam proses screening yakni dengan melakukan analisis atas dasar perhitungan biaya suatu output. Sebagai contoh alokasi pelaksanaan audit dimana parameter tambahan atas pelaksanaan pekerjaannya dapat berupa: lama pelaksanaan, jumlah anggota dalam satu tim, dan lokasi pelaksanaan pekerjaan. Jika atas output yang sejenis terdapat variasi yang sangat besar maka perlu dilakukan analisis lebih mendalam atas dasar perhitungan biaya outputnya. Pertanyaan seperti apakah lama pelaksanaannya sama, apakah jumlah anggotanya sama, atau apakah lokasinya berbeda menjadi penting dalam analisis yang lebih mendalam. Hal ini dilakukan untuk menyusun kluster yang sesuai sehingga harga rasional dari suatu output dapat ditetapkan.

Proses tersebut dengan sendirinya akan menyingkap informasi yang tersembunyi atas biaya suatu output. Hanya jika proses tersebut dilakukan, selanjutnya koordinasi lebih lanjut dengan Kementerian/Lembaga sebagai bagian dari proses penetapan dapat dilakukan dengan kondisi kedua belah mempunyai informasi yang seimbang atas

permasalahan yang sama.Hasil dari proses screening

tersebut nantinya dapat diperoleh suatu pengetahuan umum bahwa untuk melaksanakan audit keuangan di lokasi X, dibutuhkan tim beranggotakan sekian orang dengan lama pengerjaan sekian hari. Pengetahuan tersebut dapat menjadi benchmark atas alokasi output yang sejenis. Sehingga, alokasi dana atas output sejenis akan lebih berdasar.

Output atau SBK hasil proses screening dapat ditetapkan menjadi benchmark dan menjadi SBK umum yang berlaku pada semua Kementerian/lembaga yang melaksanakan output sejenis. Pendekatan penerapan SBK Umum ini pada prinsipnya dapat berupa Fixed-Budget Approach atau Flexible-Budget Approach6.

Penetapan benchmark bukan berarti akhir dari upaya untuk mengungkap alokasi yang mendekati kebutuhan. Proses selanjutnya adalah review atas apa yang ditetapkan dengan melihat data pelaksanaan dari benchmark tersebut. Data yang dibutuhkan misalnya, bagaimana benchmark digunakan dalam RKAKL (pada phase perencanaan), bagaimana pelaksanaan, dan apakah ada revisi terkait dengan rumusan yang ada. Hal ini dilakukan agar benchmark selalu up-date dengan kebutuhan lapangan.

Rasionalitas Metode Statistik SederhanaBagian ini merupakan respon atas kekhawatiran bahwa adanya bias yang mungkin terjadi karena bergantung pada nilai rata-rata untuk menentukan tingkat kebutuhan yang rasional. Kekhawatiran pertama berdasarkan kenyataan bahwa walaupun SBK yang menjadi benchmark akan menurunkan alokasi output yang dialokasikan diatas rata-rata, terdapat efek lainnya yang memicu naiknya alokasi untuk output yang selama berada di bawah rata. Kekhawatiran kedua adalah saat SBK yang sudah ditetapkan dalam pelaksanaannya tidak memadai, mengapa

6 Fixed-Budget Approach menginginkan besaran total SBK menjadi besaran yang dijadikan benchmark sehingga penilaian difokuskan pada deviasi dari total SBK dimaksud. Dilain pihak, Flexible-Budget Approach menginginkan dasar perhitungan biayanya yang menjadi benchmark, yakni, dalam contoh audit, jumlah hari, jumlah anggota tim, serta lokasi.

sistem penganggaran Asimetri Informasi

Page 39: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015|��

revisi dibebaskan untuk dilampaui sehingga angka rata-rata terangkat naik.

Rasionalitas dari metode ini dapat dilihat pada Gambar 1 yang menggambarkan bahwa efek awal dari kebijakan ini akan menghasilkan pergerakan dari titik origin ke nilai rata-rata (digambarkan sebagai garis putus-putus). Untuk menjelaskan bahwa kemungkin inefisiensi karena semua output akan bergerak mendekati rata-rata –terutama untuk output dibawah rata-rata-- akan dijelaskan dengan Model Dua Output sebagai berikut.

Pertama, perlu diingat bahwa pencantuman output tersebut dalam dokumen akan terdapat dua prilaku yang mungkin terjadi. Untuk Output yang berada di atas rata-rata merupakan keharusan untuk menggunakan angka rata-rata, sedangkan untuk output yang berada di bawah rata-rata merupakan opsi untuk menggunakan angka rata-rata. Selain itu, guna menaikkan unit cost tersebut dibutuhkan total pagu yang memadai. Dengan kata lain, ada konstrain tersendiri untuk meningkatkan unit cost dari output terstandardisasi.

Model dimulai dengan asumsi-asumsi guna menyederhanakan permasalahan. Pertama diasumsikan bahwa semesta dari output terdiri dari dua output, dimana output ini sejenis dan tersebar pada seluruh organisasi. Kedua, pagu dana tetap. Ketiga, pihak penanggung jawab output terlibat dalam kompetisi dalam mendapatkan alokasi. Keempat, jumlah output yang

akan dihasilkan adalah sama. Selanjutnya diasumsikan bahwa output cost per unit atas output tersebut adalah sama, dan sesuai dengan angka rata-rata (hasil dari proses screening). Terakhir, setiap penanggung jawab output merupakan budget maximiser.

Pada Gambar 2, Sumbu Y merepresentasikan total cost output Y yang dihasilkan dan Sumbu X merepresentasikan total cost output X

yang dihasilkan. Saat output mendapatkan alokasi yang sama dan unit cost yang sama, garis putus-putus merepresentasikan titik-titik dimana TCy=TCx. Sesuai dengan asumsi model ini, kondisi ini merupakan posisi awal pada saat dokumen anggaran disahkan. Garis merah melengkung menggambarkan garis optimal dari kombinasi antara Output X dan Output Y dengan pagu tetap. Mengingat pagu tidak berubah maka setiap perubahan alokasi antar output akan pergeseran diantara titik pada garis optimal tersebut.

Seandainya total cost Output Y direvisi menjadi lebih tinggi, maka total cost Output X akan dikurangi untuk memenuhi kebutuhan tersebut (titik menuju ke sumbu Y). Seandainya penanggung jawab output Y mempunyai intensi yang sangat kuat untuk mengangkat angka rata-rata outputnya, dia akan berusaha keras mengusulkan kenaikan alokasi outputnya dengan harapan angka rata-rata untuk tahun berikutnya akan terangkat. Mengingat Output yang akan dihasilkan tidak boleh dikurangi maka yang bisa diupayakan adalah mengurangi output cost per unit untuk output X.

Adapun efek yang terjadi apabila penanggung jawab output X setuju untuk revisi dilakukan dapat berupa efek jangka

Gambar 1. output cost per unit pemeriksaan (dalam juta).

Gambar 2. Model Dua output.

sistem penganggaranAsimetri Informasi

Page 40: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

40 |WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015

pendek dan jangka panjang. Efek jangka pendeknya adalah berkurangnya alokasi output tahun berjalan. Namun yang terpenting adalah efek jangka panjangnya berupa penurunan angka rata-rata output X untuk tahun berikutnya (hasil dari proses screening).

Dengan demikian, penanggung jawab output X mempunyai insentif untuk menolak revisi dimaksud atau akan menahan revisi hanya pada titik optimal bagi keduanya (tidak terlalu bergeser jauh dari titik origin). Sehingga penanggung jawab output Y setidaknya akan merasionalkan level atas output yang akan dicapai. Signal paling nyata bahwa kebutuhan dana itu memang riel adalah tidak tercapainya output yang direncanakan.

Pada kenyataannya, semesta output tidak terdiri hanya dari dua dimana sebagian besar tidak termonitor. Namun demikian, implikasi dari Model Dua Output adalah output Y bisa jadi “mengatur diri” agar angka rata-rata output tersebut naik sampai suatu kondisi dimana penanggung jawab output lainnya menolak untuk dikurangi. Reviewer tidak harus mengkhawatirkan hal tersebut mengingat secara alamiah proses internal dari organisasi akan mengatur keseimbangannya sendiri.

Kembali pada dua kekhawatiran yang disampaikan pada awal bagian ini, dapat disimpulkan bahwa pada kondisi awal kondisi terangkatnya unit cost output yang dibawah rata-rata merupakan hal lumrah terjadi. Namun demikian, upaya menaikkannya akan berefek pada pengurangan alokasi pada output lainnya sehingga penolakan dalam internal organisasi sangat mungkin terjadi. Terlebih lagi untuk menaikkan angka rata-rata demi kepentingan jangka panjangnya, penanggung jawab output harus bisa mempengaruhi pengguna output sejenis lainnya untuk menaikkan alokasi dana untuk output berkenaan. Hal yang sangat tidak mudah karena itu berarti mempengaruhi organisasi lain diluar kontrolnya.

Simulasi Screening Proses Sebagai simulasi telah diambil sample dari database Bussiness Intelegent sebanyak 120 output pemeriksaan pada satker Itjen dari 19 Kementerian/Lembaga untuk

tahun Anggaran 2013. Output yang dibandingkan adalah output yang terkait dengan kegiatan pemeriksaan, evaluasi, monitoring dan sejenisnya.

Sebagaimana tergambar dalam Gambar 3, terlihat hubungan linier antara total biaya

dan total output untuk output pemeriksaan. Hal ini mengindikasikan bahwa setiap tambahan output diiringi pula tambahan biaya. Hal ini sangat logis ketika semua/sebagian besar unsur biaya yang membentuk output tersebut adalah biaya variabel.

Langkah lanjutan untuk menggali informasi tentang variasi unit cost atas output diperlihatkan pada Gambar 4. Sebagaimana terlihat pada gambar, titik terendah berada dibawah 20 juta per unit sedangkan titik tertinggi berada diatas garis 100 juta per unit. Selisih sebesar 80 juta per pelaksanaan pemeriksaan merupakan variasi yang cukup besar.

Jika dikonfirmasi dengan statistik deskriptif pada tabel 1, terlihat bahwa rata-rata output cost per unit sebesar Rp.55,78 juta dengan standar deviasi

Gambar 3. Total Cost-Total output output pemeriksaan (dalam juta).

Gambar 4. output Cost per unit output pemeriksaan (dalam juta).

Statistik TC to TO TC per O

Mean 2,515,362 55,780

Median 1,631,400 50,200

Modus 1,631,400 43.757

Max 14,585,408 101,542

Min 57,180 10,738

Std. Dev 2,870,663 25,903

Tabel I. Statistic Descriptive (dalam juta).

sistem penganggaran Asimetri Informasi

Page 41: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015|41

+Rp.25,90 juta (atau sebesar 50% dari rata-rata). selisih antara tertinggi dan terendah sekitar Rp 90,00 juta.

Terlihat dalam Gambar 5, sebaran terbanyak dari data berada pada nilai antara Rp.40 juta dan Rp.60 juta --nilai yang tidak jauh dari rata-rata. Walaupun terdapat frekuensi yang hampir sama menyaingi pada angka Rp.85 juta dan angka lebih dari Rp.95 juta, angka disekitar rata-rata memiliki frekuensi yang lebih sehingga bisa dikatakan bahwa rata-rata cukup mewakili.

Jika digunakan rata-rata dari data yang ada, SBK untuk output pemeriksaan lintas Kementerian/Lembaga dapat ditetapkan sebesar Rp.55,78 juta. Sebagai catatan, standar deviasi yang tinggi mengindikasikan bahwa data masih terlalu heterogen. Mengingat unsur biaya dominan dalam pelaksanaan pemeriksaan adalah biaya perjalanan, ada kemungkinan heterogenitas data yang tinggi terkait dengan perbedaan lokasi pelaksanaan pemeriksaan dengan lokasi kedudukan auditor. Hal ini bisa diminimalkan dengan membuat kluster-kluster data yang lebih kecil sesuai lokasi tujuan pemeriksaan untuk meningkatkan homogenitas data.

Hasil dari proses berkenaan, dapat menjadi bahan penentuan alokasi untuk output dimaksud untuk satu tahun ke depan (t+1). Untuk lebih meningkatkan keunggulan analisis, analis dapat menambahkan analisis trend dari data selama beberapa tahun, misal t-1, t-2, t-3,.

PenutupSalah satu tantangan terbesar proses penganggaran adalah penentuan besaran alokasi. Tantangan tersebut akan lebih berat lagi jika biaya atas suatu layanan tidak tersedia informasinya di pasar. Oleh karena itu, analisis atas data yang dimiliki menjadi urgen.

Rata-rata atas biaya suatu output sejenis mungkin tidak dapat menjadi solusi yang sempurna untuk menilai suatu kebutuhan. Salah satu argumen berkenaan dengan hal tersebut adalah dengan fakta bahwa angka rata-rata akan mengangkat alokasi dana untuk organisasi yang selama ini menganggarkan dana di bawah rata-rata, dan merugikan bagi organisasi yang menganggarkan dana di atas rata-rata. Namun demikian, rata-rata dapat menjadi upaya untuk mencari indikasi kecenderungan umum dalam memproduksi suatu output.

Hanya saja memang tidak mudah untuk mengelompokkan output ke dalam jenis yang sama. Selain karena keyakinan tertanam bahwa setiap output adalah unik, belum adanya upaya untuk benar-benar menelaah lebih mendalam atas substansi output-output yang ada menjadi faktor penghambat.

Sejalan dengan itu, kualitas penentuan benchmark bergantung pada kualitas data yang dimiliki. Pada tahap awal titik tolak yang paling krusial adalah menentukan output sejenis sebagaimana disebut diatas. Sebagai contoh apakah pemeriksaan keuangan sejenis dengan pemeriksaan kinerja, apakah pemeriksaan di lokasi A berbeda dengan lokasi B, atau apakah review merupakan keyword yang sama dengan audit. Hanya jika terdapat kesepahaman bersama bahwa contoh-contoh tersebut merupakan output sejenis, pembandingan atas biayanya dapat dilakukan. Jika tidak, diskusi akan diam ditempat.

Akhirnya, menjawab pertanyaan atas mengapa inisiatif ini layak untuk dilakukan adalah bahwa inisiatif ini dapat mempermudah review baseline. Dengan asumsi angka MTEF sudah benar, alokasi dana untuk tahun yang direncanakan adalah cost per unit dari output hasil dari proses screening dikalikan dengan kuantitas output yang akan dilaksanakan. Atau dengan kata lain: Alokasi = PxQ, dimana P= Ouput-Cost per unit dan Q=angka output yang akan dihasilkan. Hal ini juga dapat menjadi solusi atas keakuratan alokasi untuk mengurangi budgetary slack, serta menjadi media untuk meninggalkan fokus detail dibawah output.

Daftar Pustaka• Akerlof, G. 1970. The Market for

‘Lemons”, Qualitative Uncertainty And The Market Mechanism. Quartely Journal Of Economic 84, 488-500.

• Alexander F. Wagner, Nolan H. Miller, Richard J. Zeckhauser, 2006, Screening Budgets, Journal of Economic Behavior & Organization, Vol.61, Issue 3, 351-374.

• Anderson, David R., Sweeney, Dennis J., Williams, Thomas A., Statistics for Business and Economics, 11th ed., South-Western Publishing, 2011.

• Belkaoui, Ahmed R., Behavioral Management Accounting, Quorom Books, 2002.

• Blocher, Edward, Cost Management: A Strategic Emphasis, 4th ed. McGraw-Hill. 2008.

• Leibenstein, Harvey, 1966, Allocative Efficiency vs. “X-Efficiency”, American Economic Review, 392-415.

• Mikesell, John L., Fiscal Administration: Analysis and Applications for the Public Sector, 8th edition, Wadsworth Publishing, 2011.

• Spencer, B., 1982. Asymmetric Infromation and Excessive Budgets in Government Bureaucracies. Journal of Economic Behavior and Organizations 3, 197-224.

• Stigler, George J., 1961, The Economics of Information, Journal of Political Economy, Volume 69, Issue 3, 213-225.

Gambar 5. Frekuensi output cost per unit pada tiap range harga.

sistem penganggaranAsimetri Informasi

Page 42: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

42 |WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015

Teks oleh : Vitri Nurmala Sari & Muslikhudin

Integrasi SIMPoNI-SAS Memudahkan Bendahara SatkerPenggunaan aplikasi Sistem Informasi PNBP online (SIMPoNI) terbukti sangat membantu Wajib Bayar dalam menyelesaikan kewajiban pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Setelah melakukan integrasi dengan sistem PNBP di beberapa Kementerian/Lembaga (K/L), kini SIMPoNI sudah terintegrasi dengan Sistem Aplikasi Satker (SAS) yang dikelola Ditjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan.

pnbp Integrasi Simponi-SAS

Page 43: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015|��

Inovasi ini bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi satker (satuan kerja) dalam melakukan pengadministrasian,

penatausahaan, maupun penyusunan laporan penerimaan PNBP dari satker kepada Kementerian/Lembaga (K/L) pengelolanya. Fasilitas ini sangat ditunggu oleh para satker sejak lama, mengingat masih cukup kompleksnya sistem pelaporan penerimaan PNBP yang berlaku selama ini.

Sebagaimana diketahui pada bisnis proses yang berjalan sebelumnya, pembayaran PNBP dari Wajib Bayar/Wajib Setor diterima oleh satker untuk dilakukan pencatatan. Pencatatan inilah yang menjadi dasar pelaksanaan rekonsiliasi (pencocokan data) antara satker dengan KPPN. Hasil rekonsiliasi kemudian digunakan antara lain untuk pelaporan maupun pencairan dana. Pada pelaksanaan bisnis proses ini, ada beberapa aplikasi yang digunakan untuk membantu, diantaranya : SAIBA (Sistem Akuntansi Instansi Basis Akrual), SILABI (Sistem Laporan Bendahara Instansi), Aplikasi Konfirmasi dan lain sebagainya.

Beberapa aplikasi tersebut memiliki database yang saling terpisah, meskipun tidak jarang pula secara substansi, informasi dari satu aplikasi dibutuhkan oleh aplikasi yang lain. Akibatnya, kegiatan menjadi tidak efektif karena

bendahara satker harus melakukan penginputan data kembali (redundansi data) dan akan rentan sekali terjadi kesalahan input mengingat jumlah transaksi penerimaan yang dilaporkan sangat banyak.

Untuk menanggulangi penginputan data yang berulang dan mengintegrasikan beberapa aplikasi, Ditjen Perbendaharaan mengembangkan Aplikasi Sistem Aplikasi Satker (SAS). Dalam designnya, SAS menggabungkan beberapa aplikasi diantaranya aplikasi SAIBA, SILABI dan Aplikasi Konfirmasi. Sistem Aplikasi Satker (SAS) telah diluncurkan oleh Ditjen Perbendaharaan ada awal tahun 2015.• SILABI (Sistem Laporan Bendahara

Instansi) adalah aplikasi yang dikembangkan untuk memudahkan Bendahara dalam menyelenggarakan pembukuan terhadap seluruh penerimaan dan pengeluaran yang dilakukan pada satker sesuai Peraturan menteri Keuangan (PMK) Nomor 162/PMK.05/2013 Tentang Kedudukan dan Tanggung Jawab Bendahara pada Satuan Kerja Pengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

• SAIBA (Sistem Akuntansi Instansi Basis Akrual) adalah aplikasi pengembangan SAI (Sistem Aplikasi Instansi) yang diharapkan memenuhi

kebutuhan informasi laporan keuangan berbasis akrual yang disyaratkan oleh Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor : 71 tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

• Aplikasi Konfirmasi Satker adalah aplikasi yang dikembangkan Untuk memastikan setoran penerimaan negara baik setoran Pajak, PNBP, dan Non Anggaran diterima di Kas Negara serta untuk pengamanan atas penerimaan negara sebagaimana diamanatkan dalam Perdirjen Perbendaharaan Nomor : Per-14/PB/2013 Tentang Pelaksanaan Konfirmasi Surat Setoran Penerimaan Negara Menggunakan Aplikasi Konfirmasi.

Dalam kaitannya dengan PNBP sebagai salah satu unsur penerimaan negara yang dipungut oleh satker, SIMPONI berkeinginan untuk mengakomodir kebutuhan bendahara satker untuk menjalankan tugasnya. Data setoran PNBP dari Wajib Bayar/Wajib Setor yang diterima oleh satker terdokumentasikan dengan lengkap dalam database SIMPONI, dan tersimpan dalam history billing setiap user. Data ini selanjutnya dapat dimanfaatkan sebagai data input dalam aplikasi

pnbpIntegrasi Simponi-SAS

Page 44: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

�� |WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015

SAS, selama aspek/item data yang dibutuhkan sama. Oleh karenanya, Ditjen Anggaran bekerja sama dengan Ditjen Perbendaharan melakukan integrasi pada kedua sistem yang dikelolanya. Hasilnya, integrasi SIMPONI-SAS telah dapat diimplementasikan di tahun 2015 ini.

Adanya integrasi SIMPONI-SAS akan menyederhanakan bisnis proses sebagai

berikut :1. Sebelum adanya Aplikasi Sistem

Aplikasi Satker (SAS)

Dalam kondisi ini, belum ada integrasi antar aplikasi. Satker masih menginput data-data untuk masing-masing aplikasi antara lain sebagai berikut :

• Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN)

• Nomor Transaksi Bank (NTB)• Akun• Nilai Pembayaran

2. Sesudah adanya Aplikasi Sistem Aplikasi Satker (SAS) dan Sebelum integrasi dengan SIMPONI

pnbp Integrasi Simponi-SAS

Page 45: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015|��

Dalam kondisi ini, sudah ada integrasi antar aplikasi dalam SAS. Satker masih menginput kembali di Aplikasi SAS, data-data yang telah diinput pada saat melakukan transaski pembayaran melalui SIMPONI.

3. Integrasi SIMPONI dengan SAS

Dalam kondisi ini, satker hanya sekali menginput data-data untuk transaski pembayaran di SIMPONI serta untuk pembukuan dan konfirmasi pada Aplikasi SAS.

Terwujudnya integrasi SIMPONI-SAS

diharapkan memudahkan bendahara satker dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Data transaksi setoran PNBP yang terekam dalam SIMPONI dapat diunduh (download) untuk digunakan sebagai data input pada aplikasi SAS. Sehingga, satker tidak perlu memasukkan (input) ratusan atau bahkan ribuan data secara manual,

dan meminimalisasi terjadinya kesalahan pelaporan data. Dengan melakukan pembayaran Melalui SIMPONI, Data-data pembayaran yang diinput di SIMPONI dapat digunakan sebagai dasar :• Pembukuan Bendahara

• Laporan Pertanggungjawaban Bendahara

• Konfirmasi Pembayaran PNBP ke KPPN

• Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca dan Catatan ats Laporan Keuangan (CaLK)

Oleh Karena itu, integrasi SIMPONI dengan SAS diharapkan dapat membantu penatausahaan, pengadministrasian dan pertanggungjawaban penerimaan negara yang berkualitas, akurat dan tepat waktu.

pnbpIntegrasi Simponi-SAS

Page 46: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

�� |WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015

Teks oleh: Cahya Setiawan dan Yudanto Dwi Nugroho

BUDGET GOES TO CAMPUS 2015INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) bekerja sama dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) Institut Pertanian Bogor (IPB) menyelenggarakan sosialisasi APBN-P 2015 dalam acara “Budget Goes to Campus 2015”.

Acara yang diselenggarakan pada hari Sabtu (07/03) di Auditorium Andi Hakim Nasution, Institut Pertanian Bogor. Sosialisasi ini merupakan sarana sharing knowledge mengenai APBN kepada masyarakat, khususnya mahasiswa.Apa kata mereka tentang acara ini?

“Kesempatan ini sangat bagus. Saya sangat menyambut baik acara ini karena ini merupakan pembelajaran bagi staf dosen maupun bagi mahasiswa. Apa yang kita berikan di kampus sekedar teorinya saja. Namun bagaimana anggaran itu dibuat dan dilaksanakan, itu di luar pengetahuan kita. Mudah-mudahan semua yang hadir pada hari ini memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya agar mendapatkan tambahan ilmu mengenai bagaimana APbN ini disusun. Informasi APbN ini juga perlu diketahui oleh mahasiswa terutama terkait komponen-komponennya, bagaimana menutup defisit APbN, alokasi APbN dan penyerapannya. Mudah-mudahan ini bisa menjadi pembelajaran ke depannya bagaimana belanja negara ini bisa dikelola dengan baik supaya tidak diperlukan utang untuk menutup defisit APbN. Selanjutnya materi mengenai APbN-P yang baru-baru ini disahkan, mudah-mudahan dapat dipahami oleh seluruh yang hadir pada hari ini.”

DR. Ir. Yusman Syaukat, M. ec. (Dekan FeM IPB)

“Sosialisasi ini menarik. Saya penasaran dengan APbN 2015 ini yang katanya dilakukan perubahan lebih awal dari biasanya. Juga mengenai pengurangan subsidi bbM , yang akan dialokasikan ke sektor lain Selain itu, juga karena APbN ini adalah APbN dari pemerintahan yang baru. Keseluruhan acara sudah sangat baik. Waktu yang diberikan untuk tiap-tiap narasumber juga sudah mencukupi.”

Ayu

“Menurut saya, seharusnya acara seperti ini diadakan setiap tahun. Dalam mata kuliah, materi anggaran ini tidak dipelajari secara spesifik. Selama ini kami hanya mereka-reka saja bentuk dari anggaran ini. Dengan kegiatan sosialisasi APbN ini, kami dapat mendalami apa sih sebenarnya APbN itu, cara membuatnya seperti apa, penyalurannya seperti apa, dan hal-hal lain yang belum kami ketahui. Sebenarnya, masih banyak hal yang ingin saya ketahui dan tanyakan, namun karena keterbatasan waktu, hal itu belum dapat terpenuhi. Sekali waktu, perlu juga Menteri Keuangan turut dalam sosialisasi seperti ini dan menjadi salah satu narasumber dalam sebuah acara sosialisasi sehingga kami dapat secara langsung mempelajari kebijakan-kebijakan beliau dalam sistem keuangan negara.”

Remy Wijaya

“Dalam perkuliahan,kami sudah belajar mengenai ekonomi makro dan mikro. Saya berharap dapat lebih memahami implementasi dari kebijakan ekonomi makro dan mikro ini lebih jauh, terutama terhadap kebijakan fiskal di Indonesia. Sebaiknya, acara seperti ini dibagi ke dalam beberapa sesi sehingga tidak monoton dan lebih mudah untuk memahami tiap-tiap materi yang diberikan.”

Budi

jendela Budget Goes To Campus 2015

�� |WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015

Page 47: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015|��

Latar belakang acara ini?“Acara ini diselenggarakan adalah untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai anggaran negara, agar tidak sebatas teori dan angka-angka. Ketika kami mendapat kesempatan untuk mendapatkan informasi langsung dari ahlinya, tentang bagaimana pelaksanaan pembuatan APbN, menurut kami itu sebuah kesempatan yang bagus karena kami bisa belajar lebih banyak hal.”

Bagaimana persiapannya?“Pada akhir Januari, kami mulai membahas mengenai konsep sosialisasi denganberkoordinasi dengan pihak DJA. Pada bulan Februari, dimulai pembentukan panitia dan dilanjutkan dengan pembahasan mengenai teknis acara secara lebih detail. Walaupun terdapat beberapa kendala teknis dalam persiapan, namun secara umum acara ini dapat berjalan dengan lancar.”

Bagaimana animo dari peserta?“Cukup bagus. Dimulai dengan sounding melalui media sosial pukul22.00 WIb kemudian keesokan harinya kami mulai membuka pendaftaran di Media Center. luar biasa, hanya dengan publikasi satu malam, sudah ada sekitar 250 peserta yang mendaftar. Mengingat keterbatasan kuota Auditorium Andi Hakim Nasution yang hanya untuk 300 peserta, banyak pendaftar yang kami tolak dengan berat hati. Untuk memaksimalkan kehadiran peserta dalam acara tersebut, panitia juga memberikan reminder kepada peserta yang sudah mendaftar. Pada hari pelaksanaan, mengingat animo yang sangat besar dari mahasiswa, beberapa peserta yang hadir namun belum terdaftar,diberikan free pass untuk dapat mengikuti sosialisasi. Peserta tidak hanya dari IPb saja, namun ada sekitar 10% dari total peserta dari perguruan tinggi lain yang berdomisili di wilayah bogor, Jawa barat”

Apakah tujuan dari sosialisasi ini tercapai?“Dalam segi penyampaian dan sosialisasi peran strategis DJA dalam penyusunan APBN, sudah tercapai. Namun output yang dihasilkan dalam acara ini harus tetap dijaga. Tidak hanya sekedar teori saja, tetapi lebih memahami mengapa anggaran itu dinaikkan atau diturunkan. lebih difokuskan pada aplikasinya.”

Apa saran untuk acara ini di kemudian hari?“Konsep yang diaplikasikan dalam acara Budget Goes to Campus ini sudah baik. Namun saran kami agar para mahasiswa dapat lebih terlibat aktif, dapat ditambahkan rangkaian acara yang lebih komunikatif sebelum acara puncak. Rangkaian acara dapat berupa lomba-lomba yang berhubungan dengan penganggaran dengan acara seminar atau sosialisasi seperti ini sebagai acara puncak. Dengan demikian, akan lebih banyak lagi mahasiswa yang dapat berpartisipasi dalam acara ini. Dalam sesi seminar, perlu dipertimbangkan untuk dibagi menjadi beberapa bagian sesi sehingga materi dapat menjadi lebih fokus. Perlu juga diberikan sedikit selingan dalam sesi agar antusiasme peserta dapat terjaga dan acara tidak monoton dan membosankan.”

(panitia Budget goes to Campus 2015 ipB)

Nasir Machmud Aisyah Nurlita

jendelaBudget Goes To Campus 2015

WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015|��

Page 48: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

�� |WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015

Ini juga merupakan hari ketika masyarakat melakukan hal-hal positif bagi lingkungan dan pengumpulan

aksi individu menjadi aksi kolektif yang menghasilkan dampak positif yang berlipat bagi bumi. Selain itu, isu tentang lingkungan hidup, perubahan iklim, gerakan hijau ataupun hemat energi mungkin sudah lama kita dengar didengungkan oleh masyarakat di negara maju seperti negara-negara anggota G8, tetapi bagi negeri berkembang termasuk Indonesia, isu-isu ini baru hangat beberapa periode belakangan.

Sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap lingkungan dan masih sejalan dengan perayaan hari lingkungan hidup sedunia, seyogianya Instansi Pemerintah termasuk Kantor Direktorat Jenderal Anggaran perlu turut berpartisipasi dan memberikan keteladanan dalam menghadapi isu-isu lingkungan tersebut. Tulisan ini akan membahas dua bentuk partisipasi sederhana yang dapat dilakukan oleh Direktorat Jenderal Anggaran selaku institusi dan juga para pegawainya yang sangat mungkin ditularkan ke kantor

Beberapa Langkah Sederhana Untuk Kantor Yang Lebih “hijau”

Teks oleh : Wahyu Indrawan

Sebagian besar dari kita mungkin tidak menyadari bahwa dunia merayakan hari lingkungan hidup yang jatuh pada setiap tanggal 5 Juni. Menurut United Nations Environment Programe (UNeP), hari lingkungan hidup sedunia merupakan sarana utama untuk mendorong kesadaran dan aksi untuk lingkungan di seluruh dunia.

anonkapler.blogspot.com

opini Lingkungan Hidup

Page 49: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015|��

lain. Bentuk partisipasi sederhana yang diusulkan ini mencakup kebutuhan dan aktivitas sehari-hari di kantor, yaitu efisiensi dalam penggunaan kertas dan air bersih.

Kondisi yang terjadi saat ini Kertas-kertas bekas berceceran di dekat printer, konsep nota dinas ataupun surat yang penuh dengan coretan ataupun sisa print out bahan rapat yang menumpuk di tempat sampah pojok ruangan mungkin menggambarkan kondisi yang jamak kita temui di sekitar tempat kerja kita, termasuk juga di Direktorat Jenderal Anggaran. Barangkali karena kondisi ini dengan mudah kita temui di hampir tiap ruangan, kita sering menganggap hal ini adalah hal yang wajar dan tidak perlu dipersoalkan. Selain itu, relatif mudah atau banyaknya mendapatkan pasokan kertas baru tentu akan menambah kecenderungan untuk “menyia-nyiakan” dan tidak memilih alternatif yang menghemat penggunaan kertas.

Untuk menyingkapkan cara pandang yang lain atas penggunaan kertas di kantor, tulisan ini akan menggambarkan sebagian kecil material dari alam yang diperlukan untuk menciptakan kertas. Tentu hampir semua kita sudah mafhum kalau kertas dibuat dari kayu, tetapi mungkin belum semua menyadari seberapa banyak pohon yang ditebang dan seberapa liter air yang dibutuhkan untuk memproduksi kertas. Menurut laman akuinginhijau (2009), untuk memproduksi 16 rim dibutuhkan 1 batang pohon kayu. Terlihat sedikit

memang kayu yang diperlukan, tetapi apabila kita coba telaah lebih dalam, kernyitan di kepala bisa muncul di benak kita. Masih dari sumber yang sama, hanya dengan 1 batang pohon sudah cukup untuk menghasilkan oksigen yang dibutuhkan oleh 3 orang untuk bernapas. Selain itu, pembuatan 3 lembar kertas membutuhkan 1 liter air dan apabila produksi mencapai 1 kg kertas, air yang dibutuhkan adalah sebanyak 324 liter. Produksi kertas juga menghasilkan limbah berupa 2,6 ton gas karbondioksida (setara dengan emisi mobil selama 6 bulan) dan 72.200 liter limbah cair dan 1 ton limbah padat untuk setiap produksi 1 ton kertas (ibid.).Foto dari SrillitaR (2009) di atas juga dapat mengingatkan kita bahwa “apabila pohon terakhir telah habis ditebang dan tetesan air telah habis diminum, ternyata uang tidak dapat dimakan”. Dari uraian beberapa fakta ini, semoga kita tidak lagi menganggap sepele atas kertas yang kita gunakan atau pun yang malah kita sia-siakan.

Di samping dalam menggunakan kertas, penggunaan air juga sering diabaikan efisiensi pemakaiannya. Tidak jarang kita melihat, entah disengaja atau pun tidak, ada kran air di toilet dibiarkan mengalir pada saat gosok gigi ataupun selang air di taman yang kurang rapat. Satu contoh lain juga dapat dilihat pada saat pengambilan air wudhu bagi sebagian pegawai, meskipun sebenarnya disunnahkan air yang digunakan untuk wudhu secukupnya saja, pada praktiknya sering terlihat kran air dibuka maksimal sehingga air keluar dengan melimpah dan berlebihan.

Beberapa pembenaran atas pemborosan air misalnya air tersedia berlimpah di mana-mana, bumi didominasi oleh air daripada darat, dan hujan akan turun dengan wajar tetapi, dalam kenyataan kondisi saat ini, dasar pembenaran ini cukup mudah dipatahkan dengan argumen dan fakta yang terang. Sebagai contoh, memang karena kita tinggal di negara tropis, kita dapat dengan mudah menjumpai air dimana-mana. Namun, faktanya berdasarkan perhitungan Kementerian Pekerjaan Umum tahun 2003 kebutuhan air di Pulau Jawa saja sudah mencapai 38 miliar meter kubik, sedangkan ketersediaan air hanya 25 miliar meter kubik dan diperkirakan pada tahun 2020 kebutuhan air dapat mencapai 42 miliar meter kubik (IRSDP 2011). Selain itu, dari sumber yang sama menunjukkan meski benar bumi didominasi oleh air, tetapi komposisinya berupa 97% air yang ada di bumi merupakan air asin, 2% air tawar yang terkunci dalam salju dan es, serta tersisa 1% yang dapat dikonsumsi. Terlebih lagi, Indonesia juga terkena dampak atas perubahan iklim antara lain telah terjadi peningkatan peluang curah hujan ekstrem harian di sebagian wilayah Indonesia, kecuali beberapa wilayah di Maluku, dalam kurun waktu kurang lebih selama 10 tahun, 1998–2008 (Bappenas 2013). Sehingga, curah hujan di negeri tropis kita tercinta ini juga udah mulai terganggu kewajarannya. Dengan pengungkapan sedikit fakta tentang air bersih, semoga dapat membuka cara pandang kita untuk lebih bijaksana dalam penggunaan air di kantor.

Landasan Pelaksanaan dan Tindakan PenghematanMeskipun tidak seluruh isu lingkungan di atas tersasar, Pemerintah telah beberapa kali mengatur tentang penghematan penggunaan energi dan air di lingkungan instansi Pemerintah, salah satunya adalah Instruksi Presiden No. 13 tahun 2011. Sejalan dengan itu, khusus untuk lingkungan Kementerian Keuangan, Menteri Keuangan telah menginstruksikan kepada seluruh Pejabat dan Pegawai Kementerian Keuangan untuk melakukan

opiniLingkungan Hidup

Page 50: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

50 |WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015

penghematan energi dan air melalui Instruksi Menteri Keuangan No. 12/IMK.01/2012.

Bentuk-bentuk anjuran penghematan air telah diatur dalam Instruksi di atas. Beberapa langkah penghematan yang dianjurkan antara lain pegawai agar membuka kran air secukupnya pada saat penggunaan dan menutup kembali setelah digunakan, mempergunakan flush WC sesuai kebutuhan untuk WC modern, dan menyiram tanaman sesuai kebutuhan dan tidak membiarkan kran air terbuka terus menerus.

Sementara itu, meskipun belum tercakup dalam instruksi di atas, Direktorat Jenderal Anggaran secara tidak langsung telah mempelopori penghematan dalam penggunaan kertas. Contoh sederhana hal ini adalah mulai diterapkannya paperless office concept dalam penganggaran dengan diaplikasikannya RKAKL-DIPA Online. Selain itu, tidak dilakukannya lagi proses penelaahan atas dokumen Terms of Reference (TOR) dan Rincian Anggaran Biaya (RAB) di Direktorat Jenderal Anggaran mengakibatkan Kementerian/Lembaga tidak perlu mengirimkan copy atas TOR dan RAB tersebut. Tidak perlunya pengiriman copy ini mengurangi penggunaan kertas yang relatif signifikan mengingat selama ini TOR dan RAB yang disusun untuk setiap kegiatan pada tiap Satuan Kerja memerlukan kertas yang tidak sedikit, terlebih lagi apabila keseluruhan Satuan Kerja mencetak dan mengirimkan copy TOR dan RAB tersebut. Diharapkan tindakan dan kebijakan penghematan ini telah dapat dianggap sebagai bentuk partisipasi awal cinta lingkungan hidup.

Langkah Sederhana Ekstra untuk Lebih HijauDalam suasana hari lingkungan hidup sedunia ini tentu akan lebih membanggakan bagi Direktorat Jenderal Anggaran dan segenap pegawainya apabila kita dapat meningkatkan partisipasi kita dalam kepedulian lingkungan hidup melampaui yang sudah dilakukan

atau telah diatur sebelumnya. Bagian ini mengusulkan beberapa langkah sederhana yang dapat mengurangi penggunaan kertas dan juga air bersih di kantor kita.

Untuk mengurangi penggunaan kertas dalam keseharian kita di kantor, tidak sedikit opsi yang dapat kita lakukan dengan cukup mudah dan tidak terlalu mengganggu rutinitas. Sebagai contoh, kita dapat mengikuti anjuran dari California Integrated Waste Management Board berikut dengan cara menggunakan dua sisi kertas untuk beberapa keperluan seperti untuk pencetakan bahan rapat yang dibagi untuk peserta atau menggunakan sisi lain dari kertas bekas konsep nota dinas/surat yang tidak rahasia untuk pencetakan peraturan-peraturan ataupun sebagai kertas untuk menerima kiriman fax. Kita juga perlu meningkatkan peranan konsep paperless office dalam keseharian (tidak hanya sebatas RKAKL-DIPA) melalui optimalisasi penggunaan email dan cloud storage dengan tetap memperhatikan pengamanan dokumen digital dalam penyiapan konsep nota dinas ataupun surat.

Dengan tujuan yang sama, penggunaan air bersih juga dapat lebih dihemat lagi dengan beberapa cara sederhana ekstra. Contoh sederhananya adalah dengan mengaplikasikan Instruksi Menteri Keuangan dalam keseharian misalnya pada saat berwudhu kita tidak perlu membuka

kran sampai penuh, tetapi secukupnya saja. Contoh aplikasi lain yaitu cukup dengan menekan tombol flush yang lebih kecil apabila kita buang air kecil dan tombol flush yang lebih besar pada saaat kita buang air besar. Usulan lain yang dapat dipertimbangkan untuk penghematan air bersih adalah berupa pemisahan penampungan air sisa wudhu dari air kotor lain, mengingat air sisa wudhu masih dapat dipergunakan untuk menyiram tanaman di taman.

Diharapkan dengan menerapkan beberapa langkah sederhana di atas dalam keseharian kita di kantor, kita dapat lebih peduli terhadap lingkungan hidup dan akan memberi kontribusi maksimal dalam penciptaan kantor yang ”hijau”.

Sumber:• http://www.tripadvisor.com/

LocationPhotoDirectLink-g303951-i21552835-Palangkaraya_Central_Kalimantan_Borneo.html diakses tanggal 16 Juni 2014;

• Readers Digest Indonesia Edisi Khusus ”Langkah Hijau Selamatkan Bumi” 2008;

• www.unep.org/wed/about diakses tanggal 12 Juni 2014;

• http://akuinginhijau.org/2009/12/01/fakta-kertas diakses tanggal 6 Juni 2014;

• Infrastructure Reform Structure Development Program BAPPENAS 2011, ‘Ironi air di Indonesia’ dimuat dalam majalah Sustaining Partnership Edisi Desember 2011.

• Bappenas 2013, ‘Perubahan iklim dan dampaknya bagi Indonesia’ dipaparkan dalam Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim

• Instruksi Presiden No. 13 tahun 2011 tentang Penghematan Energi dan Air

• Instruksi Menteri Keuangan No. 12/IMK.01/2012 tentang Penghematan Energi dan Air di Lingkungan Kementerian Keuangan

opini Lingkungan Hidup

Page 51: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015|51

Beberapa waktu yang lalu, sempat tersiar kabar yang menghebohkan mengenai mahasiswi yang

menyampaikan ekspresi kekecewaannya di social media (socmed). Tanpa disadari, dia telah membawa nama bahkan cenderung menjelek-jelekan suatu daerah tertentu. Selain itu, kisah mengenai seseorang yang mencela atau memberikan komentar negatifnya terhadap ibu hamil di kereta Jabotabek. Semua itu disampaikan melalui socmed sehingga banyak kalangan masyarakat yang membaca.

Di era informasi seperti sekarang ini, socmed bukan merupakan barang yang eksklusif. Hampir semua lapisan masyarakat memanfaatkan social media (socmed) untuk berkomunikasi dengan orang lain. Socmed menjadi sarana untuk menyampaikan ide, ekspresi, pendapat, dukungan maupun saran. Selain itu, socmed dapat pula digunakan untuk menyampaikan rasa kecewa, mengolok-olok orang dan sebagainya.

Pada intinya socmed hanyalah sebuah sarana. Media ini bisa membawa manfaat, tapi tentu juga bisa memberikan mudharat bagi penggunanya. Pilihan itu tergantung

dari cara penggunaan socmed. Terutama materi yang disampaikan di dalamnya.

Pengguna yang menginginkan manfaat, tentunya akan menyampaikan hal-hal positif. Materi yang disuguhkan bisa berupa kata-kata yang baik, motivasi, ucapan selamat, dan lain sebagainya. Dengan socmed, pengguna bisa melatih diri agar tidak menyampaikan hal-hal negatif. Jika seseorang telah terbiasa untuk memberikan manfaat, kebiasaan baik ini akan terimplementasi pada kesehariannya. Tidak hanya pada socmed saja, tapi juga saat menjalankan tugas di tempat kerja, komunitas yang diikuti, atau dalam lingkungan masyarakat sekitar.

Berbicara mengenai proses memberi manfaat, media penyalur manfaat sangatlah beragam. Tidak hanya melalui perkataan saja, perilaku yang baik juga dapat menjadi cara. Bahkan, tindakan sederhana yang menurut pelakunya tidak berarti apa-apa, bisa jadi sangat menginspirasi bagi orang lain.

Begitu pula dengan pekerjaan kita. Bekerja pada hakikatnya juga memberikan manfaat yang kita miliki. Pekerja mendapatkan gaji sesuai dengan

manfaat yang diberikan. Seseorang yang memperoleh upah lebih tinggi dari yang lain, seharusnya juga mempunyai nilai guna lebih. Bisa dikatakan, nilai yang diperoleh berbanding lurus dengan manfaat yang diberikan.

Lantas, bagaimana dengan seseorang yang memperoleh upah tinggi namun tidak memberikan manfaat yang sepadan? Bagaimana jika seorang pekerja yang dinaikkan nilai upahnya tapi tidak mau menambah kualitas pekerjaannya?

Pada intinya, kita punya pilihan dalam bertindak. Seseorang bisa saja tetap pada posisinya dengan tidak memberi kegunaan lebih. Namun dalam posisi sebagai pekerja, hal ini akan membawa konsekuensi pada dirinya.

Memberi manfaat juga berhubungan dengan akhlak. Orang yang paling baik akhlaknya adalah yang paling berguna bagi orang lain. Seseorang harus memperhatikan dampak dari apa yang dilakukannya agar mampu memberikan contoh kebaikan bagi orang lain.

Karena memberi manfaat adalah sebuah pilihan, bagaimana pilihan anda?

Karena Memberi Manfaat adalah Pilihan

Teks oleh : Cahya Setiawan

renungan

Page 52: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

52 |WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015

Sebagai sebuah kabupaten yang relatif masih baru, nama Kaimana sebenarnya sudah cukup terkenal

di Indonesia, bahkan beberapa puluh tahun yang lalu lagu “Senja di Kaimana” diciptakan secara khusus oleh Surni Warkiman untuk menggambarkan keindahan Kota Kaimana di waktu senja. Setelah keluar dari pesawat baling-baling yang membawaku dari Ambon, sedikit agak terkejut juga dengan kondisi bandara Kaimana yang sangat sederhana dan kecil. Tetapi tulisan “Selamat Datang di Kota Senja Indah Kaimana” membuatku agak terhibur, karena bagiku tulisan itu sudah menggambarkan

Senja di Kaimana Setelah seharian bersinar terik di atas kepala, akhirnya sang mentari pun perlahan-lahan turun ke ufuk Barat, sinarnya makin lembut dan tidak terlalu membakar kulit lagi. Langit pun mulai berubah dari warna biru cerah berangsur-angsur menjadi kemerahan. Sangat beruntung bahwa di pelabuhan ternyata banyak sekali anak-anak yang mandi di laut dan ternyata mereka juga tidak malu-malu untuk beraksi di depan kamera. Kaimana memang luar biasa, anak-anak pun dengan senang hati dan bersemangat untuk diambil fotonya. Mereka tidak malu-malu melakukan aksi-aksi yang

MENGEJAR SENJA DI KAIMANASetelah menempuh perjalanan lebih dari enam jam dengan transit di Makassar dan Ambon, akhirnya pesawat yang saya tumpangi mendarat dengan mulus di Bandara Utarom Kabupaten Kaimana.

kebanggaan masyarakat setempat terhadap kotanya.

Karena waktu masih menunjukan jam 11 siang, masih cukup waktu untuk sedikit mengeksplor Kota Kaimana sambil menunggu senja yang “katanya” cukup menakjubkan tersebut. Kota Kaimana merupakan kota yang unik karena penduduknya sangat multi etnis dan multi agama. Di Kota Senja Indah Kaimana. Seuntai kalimat di baliho raksasa itu menyambut pengunjung di Kabupaten Kaimana, Papua Barat. ”Kota Senja” menyimpan berbagai pesona, mulai dari tebing berhias lukisan purba hingga keragaman hayati bawah laut.

Teks oleh : Fr. Edy Santoso

fotografi Mengejar Senja Di Kaimana

Page 53: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015|��

cukup mendebarkan, yaitu melompat dari dermaga ke laut. Puluhan bahkan ratusan kali jari telunjukku memencet shutter camera tanpa merasa bosan dan mereka dengan tertawa dan riang melakukan aksinya berulang-ulang.

Lukisan PurbaTuhan meletakan Kaimana dengan sempurna. Selain senja yang indah dan dapat dinikmati di sepanjang jalan utama kota yang bersisian dengan pantai, ternyata masih ada keindahan lain yang tidak kalah mempesona. Menjelajahi Kabupaten Kaimana yang memiliki lebih dari 400 pulau berpasir putih dan peninggalan budaya yang lain juga cukup menantang.

Setelah sekitar satu jam menumpang speedboat dari Pelabuhan Kaimana, bukit-bukit karst yang dihiasi ratusan lukisan/graffiti dinding kuno terpampang dari Teluk Mai Mai, Teluk Triton, hingga Pulau Namatota. Lukisan berwarna merah itu menggambarkan berbagai bentuk, mulai dari manusia, telapak tangan, ikan, sejenis kadal, bentuk matahari, cumi-cumi, hingga ikan paus. Dinding tebing karst itu seperti galeri memamerkan lukisan dari masa lalu. Kondisi lukisan masih dalam kondisi sangat baik dan jelas.

Lukisan yang terletak di ketinggian 5 – 30 meter dari permukaan laut tersebut sangat sulit dijangkau, tetapi mereka sudah melakukan berabad-abad yang lalu. Sungguh suatu karya yang memiliki tingkat kesulitan yang luar biasa. Masyarakat setempat juga tidak mengetahui arti dan asal-usul lukisan itu. Mereka hanya tahu

fotografiMengejar Senja Di Kaimana

Page 54: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

�� |WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015

bahwa lukisan itu dibuat oleh para leluhur mereka leluhur ribuan tahun lampau dengan maksud tertentu.

Meskipun tidak paham maknanya, warga sekitar menghormati lukisan itu sebagai peninggalan leluhur mereka. Kepercayaan adat melarang mereka berbuat atau berkata-kata tidak sopan di sekitarnya. Hal itulah yang turut membuat lukisan tersebut awet sampai dengan saat ini.

Teluk TritonSetelah puas menikmati pemandangan situs lukisan kuno di tebing karst, berikutnya kita ke Teluk Triton. Bagi pecinta traveling, Teluk Triton seperti sorga yang menawarkan kesempurnaan. Kita akan mendapatkan kesepatan menikmati pengalaman yang berbeda. Perairan Teluk Triton merupakan habitan dari paus Bryde’s. Paus-paus di sini hidup harmonis dengan masyarakat Teluk Triton. Meski hidup sebagai nelayan, masyarakat di sini tidak memburu mamalia ini. Mereka menganggap mamalia ini sebagai sahabat dan penyelamat. Tak heran jika binatang yang bisa mencapai ukuran lebih dari 12 meter ini tak segan-segan

fotografi Mengejar Senja Di Kaimana

menampakkan diri bermain di sekitar perahu nelayan.

Saat air laut di sini teduh, kesempatan anda menyaksikan paus Bryde’s semakin mudah. Bagi pecinta selam dan pemburu foto underwater, kesempatan langka untuk bermain dan mengabadikan polah binatang raksasa ini rasanya sayang jika dilewatkan. Namun sayang sekali pada saat melewati perairan itu sudah menjelang sore,

sehingga aktivitas mamalia laut tersebut tidak terlihat.

Teluk Triton juga sorga bagi para penyelam. Di Teluk Triton keindahan alam bawah lautnya sayang jika dilewatkan. Di sini, lokasi menyelam (dive site) yang biasa dikunjungi ada di seputar Temintoi, Selat Iris. Kekayaan alam bawah lautnya jelas tak diragukan lagi. Menurut data Conservation International (CI) Indonesia,

Page 55: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015|��

perairan Teluk Triton memiliki 959 jenis ikan karang, 471 jenis karang (16 diantaranya jenis baru), dan 28 jenis udang mantis.

Tradisi Buka Sasi Buka sasi merupakan tradisi masyarakat pesisir Kaimana yang menarik diikuti. Tradisi ini merupakan pengaturan waktu penangkapan, jenis sumber daya laut yang boleh ditangkap, dan alat tangkap apa saja yang boleh digunakan. Tradis ini mirip panen raya saat warga berkumpul dan bergembira. Biasanya pada saat buka sasi ini yang ditangkap oleh masyarakat adalah lola (kerang), taripang, dan kerang batulaga. Hasil laut yang diatur penagkapannya dalam sasi ini memiliki harga sangat tinggi. Di suatu lokasi, buka sasi hanya berlangsung sekitar dua minggu saja, setelah itu ada istilah tutup sasi selama sekitar enam bulan. Bukan hanya pria yang menyelam, kaum perempuan pun , mulai dari usia muda hingga usia senja, pun ikut menyelam tanpa alat bantu menyelam. Tujuan tutup sasi tersebut adalah untuk menjaga kelestarian alam, karena hasil laut yang ditangkap tersebut memiliki perkembangan yang sangat lambat. Sedangkan ikan bebas diambil sepanjang tahun, kecuali di zona tabungan ikan. Pada saat buka sasi maupun tutup sasi, selalu didahului dengan upacara adat. Ada kepercayaan di masyarakat bahwa apabila tradisi tersebut tidak dilakukan, maka masyarakat yang ikut dalam kegiatan tersebut bisa jatuh sakit.

Pulau-pulau di sekitar KaimanaPertama yang kita singgahi adalah Pulau Adi yang bisa dijangkau dengan speedboat dalam waktu sekitar dua jam dari Pelabuhan Kaimana. Pulau Adi membentang sekitar 30 kilometer tersebut hanya ada satu kampung, yaitu Kampung Adijaya. Selain penduduk asli, banyak juga pendatang yang menetap di pulau tersebut, misalnya dari dari Maluku, Jawa, Madura, dan Buton. Pulau ini ulu menjadi pusat Kerajaan Kumisi. Di sekitar Pulau Adi, terdapat Pulau Karawatu dan Pulau Kelimala. Kedua pulau tersebut dikelilingi oleh pantai yang berpasir putih.

Tidak jah dari Pulau Adi, terdapat Pulau Venu, yang merupakan tempat konservasi bagi penyu laut. Hampir setiap

fotografiMengejar Senja Di Kaimana

malam selalu ada penyu yang bertelur di pulau Venu. Setiap lokasi telur yang baru, selalu diberi tanda dengan nomer dan jumlah telur. Pulau Venu juga merupakan tempat berkembang biak paniki atau kelelawar pemakan buah. Ada ribuan paniki berbagai ukuran di sini, menurut penjaga pulau ada paniki yang kalau terbang, bentangan sayapnya hampir dua meter.

Pulau besar berikutnya adalah Pulau Kayu Merah. Untuk menjangkau Pulau Kayu Merah ini membutuhkan nyali yang besar, karena harus melewati perairan Tanjung Nabima yang oleh penduduk setempat lebih sering disebut Tanjung

Maut. Arus di sekitar tanjung sangat kuat dan membahayakan karena merupakan tempat pertemuan tiga laut, yaitu Laut Seram dari barat, Laut Banda dari selatan, dan Laut Aru yang menyambung dengan Laut Arafura dari tenggara. Berdasarkan cerita dari kepala kampung, setiap tahun Tanjung Nabima ini memakan korban nyawa manusia.

Untuk menjelajahi Kaimana memang membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang tidak sedikit. Keterbatasan sarana transportasi serta harga jual bbm yang bisa mencapai 2-3 kali harga di Pulau Jawa membuat transportasi antar pulau di Kaimana menjadi sangat mahal.

Page 56: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

�� |WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015

Bekerja sebagai PNS dengan lingkungan yang serba birokratis terkadang menjadikan pegawai

terbuai dengan segala rutinitas kantor. Hingga rutinitas birokratis dapat membuat seseorang terkena serangan jantung dan berbagai macam penyakit1. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk keluar dari segala rutinitas kantor diantaranya menjalankan hobi atau kegiatan-kegiatan di luar rutinitas kantor2. Berolah raga setelah pulang kantor bisa menjadi pilihan. DJA memiliki beberapa komunitas untuk menyalurkan hobi di luar rutinitas kantor. Salah satunya adalah komunitas bersepeda.

Sekilas tentang sepedaSepeda pertama kali ditemukan oleh Baron Karls Drais von Sauerbronn3. Karl Drais lahir pada tanggal 29 April 1785 di Karlsruhe, Jerman, tercatat sebagai penemu sepeda yang pertama. Kemudian konsep sepeda dikembangkan oleh Kirkpatrick MacMillan, pandai besi kelahiran Skotlandia. Dia membuatkan pedal khusus untuk sepeda pada tahun 1839. Ernest Michaux pada1855, membuat pemberat engkol, sehingga laju sepeda lebih stabil. Bentuk sepeda makin sempurna setelah orang Perancis lainnya,

Pierre Lallement (1865) memperkuat roda dengan menambahkan lingkaran besi di sekelilingnya (sekarang dikenal sebagai pelek atau velg). Lallement juga yang memperkenalkan sepeda dengan roda depan lebih besar daripada roda belakang.

Pada era 1880, tren sepeda roda tiga lebih banyak digunakan karena dianggap lebih aman dibandingkan roda dua. Namun setelah berdirinya pabrik sepeda pertama di Coventry, Inggris pada 1885, yang didirikan James Starley, tren penggunaan roda dua semakin menemukan momentum. Bahkan setelah tahun 1888 John Dunlop menemukan teknologi ban angin sehingga laju sepeda pun tak lagi berguncang. Jenis sepeda juga bermacam-macam diantaranya sepeda gunung (Mount Terrain Bike/MTB), sepeda jalan raya (city bike), sepeda BMX (bicycle moto cross), sepeda mini, sepeda klasik, sepeda lipat dan sepeda balap.

Komunitas sepedaSepeda sebenarnya sudah sejak lama digunakan oleh para petani saat panen padi di pedesaan, terutama untuk mengangkut beras. Penggunaan sepeda di pedesaan berbeda dengan daerah perkotaan. Sepeda saat ini sudah menjadi sebuah gaya hidup (life style) kaum pekerja di kota-kota besar

Mari Bersepeda...

Teks oleh: M. Indra Haria Kurba, Ruly Ardyansyah dan Perdana bagus Ramadhan

Persiapan Jaboja, Februari 2015 (Indra, Ruly dan Perdana) bersepeda Menuju Merapi, Yogyakarta, Januari 2015 (Indra)

Kuliner Jumat, melewati taman Mataram

Kuliner Jumat, melewati taman Semanggi

komunitas Mari Bersepeda

Page 57: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015|��

di Indonesia. Selain itu bisa juga menjadi sebuah kendaraan (commuter) baik berangkat dan pulang bekerja, atau bahkan cuma sebagai hobi.

Berbagai kerumitan di perkotaan memunculkan beberapa komunitas sebagai obat penawar terhadap kejenuhan dan kerumitan kota. Komunitas bersepeda umumnya hadir karena memiliki minat dan keinginan yang sama. Sebagai alat transportasi, sepeda dapat dijadikan alternatif solusi bagi yang sudah bosan terjebak oleh kemacetan lalu lintas. Meskipun di Jabodetabek belum banyak tersedia jalur khusus untuk sepeda, hal ini tidak menghalangi niat untuk bersepeda ke kantor. Pertimbangan utamanya adalah kemampuan sepeda untuk menghemat waktu tempuh. Jarak sejauh 25 km yang biasanya memakan waktu 2 jam atau lebih bila ditempuh dengan mobil/motor pada jam-jam sibuk, bisa ditempuh dalam waktu 1 jam – 1 jam 15 menit, dengan bersepeda. Bahkan bisa lebih cepat bila pesepeda sudah ahli. Pertimbangan waktu tempuh, olahraga, dan sekaligus kampanye go green adalah alasan utama bagi pekerja bersepeda.

Di lingkungan DJA, banyak penggiat sepeda, namun hanya sedikit yang memanfaatkannya untuk ke kantor. Dari banyak pegawai yang aktif ber-bike to work (B2W), beberapa menggunakan jenis sepeda lipat. Awalnya, mereka memulai dengan menggunakan sepeda jenis sepeda MTB. Namun jenis ini memiliki kendala jika terjadi sesuatu dan menyulitkan untuk dibawa dalam commuter line atau angkutan umum. Sementara untuk bersepeda di perkotaan membutuhkan sepeda yang mudah dibawa (easily carry over) dalam segala suasana. Sepeda lipat dapat menjawab tantangan atas kebutuhan bersepeda di perkotaan seperti di Jakarta, terutama PNS DJA yang tinggal di sekitar

tips “Bike to work” banyak hal yang perlu dipersiapkan sebelum kita ber b2W, dari mulai pilihan sepeda sampai teknik-teknik bersepeda yang baik dan benar. Namun semuanya dapat dilakukan ‘sambil jalan’. Hal utama yang harus dipersiapkan justru tekad yang kuat dan mental baja, mengingat kegiatan bersepeda akan dilakukan di jalan raya yang juga dipenuhi oleh berbagai jenis kendaraan. Pada prinsipnya, berkendara dengan sepeda sama dengan berkendara dengan kendaraan lain. Pertama, kita harus memastikan kondisi sepeda, terutama kondisi rem, kondisi ban, perlengkapan darurat (pompa, dan ban dalam cadangan), dan jangan lupa memastikan lampu-lampu telah terpasang dan berfungsi dengan baik saat bersepeda malam. Kedua, perlengkapan keamanan seperti helm, masker, kacamata, serta jersey/kaos yang menyerap keringat. Jersey/kaos ada baiknya yang berwarna terang sehingga mudah terlihat oleh pengendara lainnya. Setelah semuanya siap, mulailah bersepeda dengan tetap mematuhi peraturan lalu lintas dan memegang teguh prinsip ‘share the road’. beri tanda saat akan berpindah jalur sehingga tidak mengejutkan pengendara lain dan selalu waspada terhadap arus lalu lintas terutama mobil/motor yang berhenti mendadak.

perbatasan (suburban city) seperti Bekasi, Depok dan Tangerang. Banyak pertanyaan apakah jenis sepeda lipat cukup tangguh, mengingat bentuknya yang sangat ringkas dengan ban ukuran 20”. Pertanyaan yang sama juga pernah terpikir oleh penulis, namun semua terjawab kita merasakan sendiri sensasi sepeda lipat dan bergabung dengan komunitas sepeda lipat ID-Dahon.

Beberapa agenda kegiatan sudah dilakukan oleh komunitas id-Dahon diantaranya Andatu - KM 0,Sentul;Gadog-Bandung; FX Sudirman – Lot 9, Bintaro; FX Sudirman – Taman Manggrove, sekitar Pluit – FX Sudirman;Jogja – Kaliurang, DI Yogyakarta; Jakarta-Bogor-Jakarta (Jaboja). Semua rute yang dilalui telah membuktikan bahwa sepeda lipat cukup tangguh untuk melakukan perjalanan jauh dan menaklukkan tanjakan curam. Semua kegiatan yang dilakukan semata-mata untuk meningkatkan kesehatan, meningkatkan stamina serta menjalin networking karena anggota komunitas memiliki latar belakang 1 http://www.artikelkesehatan99.com/bahaya-duduk-terlalu-lama-dan-tips-untuk-menghindarinya/2 http://sharingdisini.com/2012/05/28/tips-mengatasi-rasa-malas-dan-jenuh-pada-rutinitas-kerja/3 http://id.wikipedia.org/wiki/Sepeda

pekerjaan yang berbeda. Seperti kata Gary Fisher, “Anybody who rides a bike is a friend of mine.”

Semakin padatnya lalu lintas menjadikan bersepeda kekantor sebagai pilihan. Jarak rumah-kantor yang rata-rata 25-30km masih sangat layak untuk ditempuh dengan bersepeda. Seandainya satu hari saja dalam seminggu semua pegawai DJA bersepeda ke kantor, bayangkan berapa banyak penghematan riil yang dilakukan pegawai DJA. Berapa banyak polusi yang bisa dikurangi? berapa banyak kepadatan lalulintas yang dikurangi? Bayangkan lagi seandainya satu hari saja dalam seminggu semua pegawai Kemenkeu di lingkungan kantor pusat bersepeda ke kantor, berapa banyak sumbangsih Kemenkeu untuk pengurangan efek rumah kaca, menciptakan kondisi ramah lingkungan sekaligus mendukung program jangka panjang pemerintah yaitu pro environment.

Yuuukkgowessss………burn fat not oil.

Bike to Home, Jalan Sudirman (Indra)Gowes Semarang-Pati, April 2015 (Perdana b. Ramadhan)

Gowes sekitar lereng Merapi, Januari 2015 (M. Indra H.K)

komunitasMari Bersepeda

Page 58: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

�� |WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015

Fast and Furious 7Fast and Furious 7

Menonton Fast Furious 7 memang tidak perlu pemikiran mendalam. Semuanya tersaji

masak-masak agar mudah dicerna oleh penonton awam sekalipun. Mobil, ngebut, ledakan, wanita, aksi dan kejahatan; memang hal-hal inilah yang selalu jadi racikan andalan sejak seri pertama Fast Furious hingga kini.

Agar dapat ditonton dengan nikmat,cara pandang kita mengamati dunia juga tidak perlu ribet. Apa yang terlihat, ya itulah yang terjadi. Dengan begitu kita tidak akan sadar bahwa Fast Furious, seperti film-film Hollywood lainnya, selalu mencerminkan “kedigdayaan” Amerika Serikat pada negara lain.

Lihat bagaimana Dominic Toretto

dan kawan-kawan dalam Fast Furious 5 (2011) yang datang ke Brasil kemudian mengobrak-abrik jalanan dan nyaris menghancurkan seluruh isi kota Rio De Janeiro. Keren memang, dan lumayan brutal sehingga jadi indah di mata penonton. Akan tetapi secara tersirat Fast Furious 5 juga menggambarkan ironi bahwa korupsi dan perdagangan narkoba yang merajalela membuat negara sebesar Brasil benar-benar membutuhkan sekelompok anggota kriminal yang dipimpin Dominic Toretto dan polisi kekar yang dipimpin Luke Hobbs.

Film ini sengaja diciptakan agar diminati di pasar global. Lihat bagaimana dua aktor Asia Tenggara yaitu Tony Jaa & Joe Taslim (dalam Fast Furious 6)

Teks oleh: Shinta Putri

Apa alasan anda menonton Fast Furious 6 pada tahun lalu? Saya yakin mayoritas orang Indonesia akan bilang karena di sana ada kehadiran Joe Taslim. Lalu apa alasan anda menonton FF 7 pada tahun ini? Penampilan terakhir Paul Walker? Sesungguhnya, kita telah diperdaya.

resensi film Fast And Furious 7

Page 59: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015|��

Sutradara : James WanGenre : ActionDibintangi oleh : Vin Diesel, Paul Walker, Jason Statham, Michelle Rodriguez, Tyrese Gibson, Chris‘Ludacris’ Bridges, Kurt Russell, Jordana Brewster,

Dwayner Johson.Durasi : 137 menit.

dimasukkan dalam franchise Fast & Furious. Tanpa bermaksud mengerdilkan akting apik dari kedua aktor tersebut, dimasukkannya mereka juga tidak lepas dari alasan pemasaran dan perluasan pangsa pasar.

Singkat cerita, Fast Furious 7 masih terkait dengan cerita sebelumnya di mana Deckard Shaw (Jason Statham) terlebih dahulu mengabisi nyawa Han (Sung Kang) di jalan raya Tokyo, Jepang. Berangkat dari situ Deckard Shaw mulai mengancam kehidupan Dominic Toretto, Brian O’Conner, Mia Toretto, Letty Ortiz, Roman Pearce, Tej Parker dan Luke Hobbs. Ternyata Deckard Shaw adalah kakak dari Owen Shaw (Luke Evans) yang menjadi musuh Dominic Toretto dan kawan-kawan di Fast Furious 6.

Dari sinopsis tersebut, tampaknya franchise film Fast Furious sudah menemukan formula andalannya untuk meraih hati penonton. Jika formula mobil-ngebut-ledakan-aksi-wanita-kriminal sudah sukses di enam film sebelumnya, untuk apa lagi diubah pada film yang ke tujuh? Jadi jika anda mengharapkan ada sesuatu yang baru dalam film ini, maka tidak akan ada. Sementara bagi penggemar Fast Furious, film ini memang diciptakan untuk memenuhi ekspektasi mereka.

Selain itu, film ini juga merupakan sebuah tribute untuk Paul Walker yang sungguh disayangkan meninggal akibat kecelakaan pada November 2013. Setelah Paul Walker meninggal, proses produksi film ini sempat terhenti beberapa saat sebelum akhirnya diputuskan untuk

melibatkan dua saudara kandung Paul Walker, yakni Caleb dan Cody Walker. Melalui teknik Computer-Generated Imagery (CGI), wajah dua saudara kandung Paul diolah sedemikian rupa sehingga mirip dengan kakak mereka.

Dalam berbagai berita disebutkan bahwa Paul Walker sudah menyelesaikan 50 persen bagiannya dalam film ini. Tetapi ketika kita melihat keseluruhan adegan yang menampilkan sosok Brian O’Conner, sangat sulit untuk membedakan mana Paul Walker yang asli dan mana yang merupakan produk CGI. Teknik grafik komputer sudah sedemikian majunya sehingga produk CGI yang dipakai malah

bisa mendukung keutuhan suatu film.Secara garis besar, Fast Furious

memang menawarkan aksi-aksi memukau dengan dukungan efek visual yang makin canggih dari tahun ke tahun. Kadang kala adegan aksinya tidak disetujui oleh nalar serta dialognya dirasa kurang pas, tapi tidak masalah bagi anda yang hanya ingin hiburan sejenak, bukan?

Lagi pula beginilah gaya Fast Furious yang sudah diulang-ulang sejak awal kemunculannya. But still, you can buy your ticket safely knowing you’ll get spectacle. Just don’t expect any brains to come with it. Film ini barangkali memang diciptakan bagi kita yang ingin kabur sejenak dari rutinitas yang melelahkan atau tumpukan pekerjaan yang masih tertinggal di kantor. SKOR : 7 dari 10

Fast and Furious �

resensi filmFast And Furios 7

Page 60: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

60 |WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015

Tetapi berkat kemajuan teknologi, kini kita mempunyai kesempatan untuk bisa merasakan bagaimana

menjadi seorang presiden atau perdana menteri. Bahkan kita bisa memilih negara mana yang akan kita pimpin. Caranya adalah dengan menggunakan game Democracy 3.

Game ciptaan developer Positech Games ini merupakan game bergenre simulasi dimana pemain seolah-olah berperan sebagai seorang presiden atau perdana menteri suatu negara. Pada awal permainan, pemain berada pada posisi sebagai pemimpin suatu negara yang baru saja terpilih dalam suatu pemilihan umum. Kondisi negara pada saat permainan dimulai bisa saja berjalan dengan baik, namun bisa juga dalam kondisi terjadi kekacauan ekonomi, sosial atau aspek yang lain. Para pemilih mungkin saja merasa puas atau kecewa dengan presiden baru tersebut. Fokus utama dari permainan ini adalah bagaimana caranya supaya Anda memiliki tingkat elektabilitas yang cukup

ikon yang mewakili situasi maupun kebijakan suatu negara. Karena tidak memerlukan grafik dengan resolusi yang tinggi, game ini hanya memiliki ukuran sebesar 141 Mb. Hal inilah yang menyebabkan game ini ringan untuk dimainkan.

Teks oleh: Nurokhim

DeMoCRACY Jika Aku Menjadi Seorang PresidenPernahkah Anda menginginkan diri Anda menjadi pemimpin suatu negara yang mampu membuat kebijakan sesuka hati? Di dunia nyata hal semacam ini sepertinya tidak mungkin terjadi.

Tampilan Policy Slider

sehingga memungkinkan Anda terpilih kembali dalam pemilu periode berikutnya.

Tampilan Utama yang UnikGame yang versi pertama kalinya dirilis tanggal 17 April 2005 ini memiliki tampilan utama berupa kumpulan ikon-

selingan Democracy 3

Page 61: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015|61

Ada 107 ikon yang terdapat pada tampilan utama. Ikon-ikon tersebut terbagi ke dalam tujuh kelompok aspek kebijakan yaitu pelayanan umum, pajak, ekonomi, kesejahteraan rakyat, transportasi, hukum dan peraturan-perundang-undangan serta urusan luar negeri. Pada tampilan utama ini, dapat diketahui bagaimana suatu kebijakan dapat mempengaruhi satu sama lain. Anda bisa mengetahuinya dengan cara memindahkan kursor mouse anda tepat di atas ikon tertentu hingga muncul garis-garis penghubung dengan warna dan kecepatan yang berbeda-beda. Warna hijau berarti mempunyai efek positif sedangkan warna merah mempunyai efek negatif. Kecepatan gerak panah menunjukkan kekuatan suatu kebijakan.

Pemilih yang KompleksTujuan utama dari setiap implementasi kebijakan yang anda buat adalah supaya anda mendapatkan dukungan pemilih sehingga anda memiliki elektabilitas yang cukup pada pemilihan presiden beriode berikutnya. Periode pemilihan berbeda-beda tergantung dari negara mana yang kita pilih. Dalam suatu negara, terdapat pemilih yang mana setiap pemilih dapat tergabung dalam beberapa kelompok kepentingan yang totalnya mencapai 21 kelompok. Contohnya adalah kelompok muda, kaya, kaum pensiunan, liberal, agamis, konservatif dan sebagainya. Setiap kelompok kepentingan tersebut memiliki respon yang berbeda-beda terhadap setiap kebijakan yang anda ambil. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa setiap pemilih dapat berganti-ganti keanggotaan

kelompok kepentingan sewaktu-waktu. Selain itu, kerumitan lain adalah respon negatif suatu kelompok kepentingan belum tentu mempengaruhi Untuk mengetahui seberapa jauh suatu kebijakan mempengaruhi tingkat dukungan pemilih dapat menggunakan fitur “Focus Group”.

Ukur Efektifitas Kebijakan dengan Policy Slider Setiap kebijakan atau peraturan memiliki model pengukuran yang dapat digunakan untuk menyesuaikan berapa anggaranya serta untuk mengetahui seberapa besar kebijakan atau peraturan baru tersebut akan mempengaruhi kondisi-kondisi yang ada dalam suatu negara. Misalnya kenaikan tingkat belanja dalam kebijakan subsidi energi ramah lingkungan, akan

mendapatkan respon positif dari kelompok pecinta lingkungan dan sebaliknya juga akan mendapatkan respon negatif dari kelompok kapitalis. Selain itu dari model kebijakan juga diketahui bahwa kebijakan subsisi energi ramah lingkungan juga akan meningkatkan kesehatan lingkungan, efisiensi energi dan emisi gas karbondioksida.

Terpilih Kembali atau Mati!Hasil akhir dari permainan ini adalah Anda terpilih kembali pada pemilihan presiden periode berikutnya atau Anda terbunuh karena pemilih menganggap Anda tidak mampu mengendalikan negara. Selama permainan berlangsung, Anda akan dihadapkan pada banyak insiden yang tidak terduga seperti bencana alam, kriminalitas, terorisme hingga perubahan iklim. Sayangnya, pilihan negara yang tersedia masih terbatas pada negara-negara barat yang berbasis industri seperti Amerika Serikat, Inggris, Australia, Kanada, Perancis, Jerman. Jika ingin memainkan mode negara lain atau simulasi kasus-kasus tertentu seperti korupsi, inflasi dan pembangunan infrastruktur harus mendowload secara terpisah.

Game ini bisa dimainkan pada perangkat komputer ber-platform Microsoft Windows, GNU/Linux dan Mac OS serta perangkat iPhone maupun iPad. Game ini dapat menjadi pilihan yang tepat bagi Anda yang ingin belajar tentang ilmu ekonomi, politik maupun kebijakan publik. Selamat mencoba!

Tampilan Policy Slider

Tampilan Policy Slider

selinganDemocracy 3

Page 62: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

62 |WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015

Era globalisasi yang sedang kita masuki saat ini mengisyaratkan kesiapan individu untuk memasuki pergaulan internasional yang sangat dinamis sekaligus penuh tantangan. Masyarakat

dengan latar belakang budaya, pendidikan dan kompetensi yang sangat beragam menyatu dalam dunia yang nyaris tanpa batas. Hanya individu yang mampu berkolaborasi sekaligus berkompetisi yang berpotensi besar memenangkan persaingan.

Sering kali para profesional terlalu fokus pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan tapi malah abai untuk tampil secara profesional, lupa untuk “memasarkan” diri sebagai sosok profesional yang tidak hanya kredibel dalam bidangnya tapi juga kredibel secara identitas diri dan perusahaan yang diwakilinya. Justru, hal-hal simpel seperti pemilihan pakaian yang tepat dan cara berkomunikasilah yang menentukan detik-detik pertama seorang profesional dalam memberikan kesan pertama yang baik.

Buku “Brand Yourself” meninjau sebuah brand (merek) dari sisi kekuatan identitas diri, pengembangan kepribadian, serta kecakapan berkomunikasi yang dapat dengan mudah diimplementasikan. Buku ini hadir dalam 5 bab yang membahas mengenai professional presence (hadir secara profesional) yang memberi tahu pembacanya mengenai aspek yang perlu diketahui dalam memulai percakapan, teknik berjabat tangan hingga mengatur ekspresi wajah. Selanjutnya buku ini membahas mengenai identitas dan pewakilan diri yang terurai dalam kartu nama, bagaimana kita menjadi duta bagi diri sendiri dan secara tepat bisa mewakili perusahaan tempatnya bekerja.

Tidak lupa di dalam buku ini membahas mengenai penampilan diri (grooming) sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pengembangan kepribadian dan etika di dunia profesional. Serta adanya pembahasan mengenai pentingnya pemilihan media dalam kehidupan profesional. Terakhir buku ini membahas mengenai etiket penggunaan lift dan makan siang bisnis.

Buku ini dilengkapi berbagai petunjuk praktis yang segera bisa dipraktekkan oleh para profesional, namun juga dilengkapi dengan berbagai teori pendukung di bidang ilmu komunikasi serta wawancara dan pengalaman penulisnya di bidang komunikasi dan pengembangan diri.

Buku ini ditulis oleh dua praktisi komunikasi dan pengembangan diri. Mathilda AMW Birowo dikenal sebagai pakar public relation yang sudah berpengalaman selama 30 tahun di berbagai perusahaan dan tulisannya sudah dimuat di

berbagai media nasional seperti Kompas, Bisnis Indonesia dan Media Indonesia. Sementara, Indah Soekotjo dikenal sebagai pakar dan dosen di bidang pengembangan kepribadian sejak tahun 1989 , adalah orang yang membuat petunjuk standar pendidikan, pelatihan dan layanan untuk banyak perusahaan seperti PT. AJB Bumi Putera, PT Tokyo Marine, Pemda DKI, PT. Kalbe Farma, PT. Bank Mandiri Tbk, dan lain-lain.

Meski buku ‘Brand Yourself’ ditujukan untuk memenuhi kebutuhan buku ajar bagi mahasiswa jurusan Komunikasi, buku ini tidaklah rumit untuk dipahami karena didominasi oleh tips dan trik bagi pekerja untuk tampil profesional dan “memasarkan” dirinya dengan tepat. Hal inilah yang menjadi keunggulan dari buku ini. Namun jika berbicara mengenai kekurangannya, buku ini justru ‘mengkhianati’ niat awal penulisnya untuk hadir sebagai buku ajar.

Didominasi oleh hal-hal praktis yang bisa langsung diterapkan, menyebabkan buku ini kekurangan nuansa keilmuannya. Teori-teori komunikasi yang dijadikan pendukung terasa hanya seperti tempelan. Barangkali hal ini bisa dipahami karena buku ini ditulis oleh praktisi, bukan oleh seorang yang murni akademisi.

Secara keseluruhan, “Brand Yourself” adalah sebuah buku yang tepat bagi para profesional yang ingin memiliki daya saing secara global, tidak hanya dari segi pengetahuan dan keterampilan tapi juga dari segi tata krama, etika dan kepribadian yang membentuk branding diri yang tepat.

Brand Yourself :Sudahkah Anda Tampil Secara Profesional?

Teks oleh : Shinta Putri

Jenis buku : Pengembangan diri & komunikasi

Judul : Brand YourselfPengarang : Mathilda birowo & Indah

SoekotjoPenerbit : GrasindoTahun terbit : 2014Tahun cetak : 2014Jumlah hal : 132 halamanHarga : Rp 35.000,-

Pernahkah anda mengalami kebingungan saat harus berjabat tangan dengan kolega? Atau bertanya-tanya kapan waktu yang tepat untuk memperkenalkan diri di tengah pertemuan yang dihadiri oleh orang yang tidak anda kenal? Atau tahukah anda siapa yang seharusnya membayar tagihan restoran saat jamuan makan dalam pertemuan bisnis? Buku ‘Brand Yourself’ menyediakan jawabannya.

resensi buku Brand Yourself

Page 63: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015|��

Page 64: Majalah Warta Anggaran Edisi 29

�� |WARTA ANGGARAN|EDISI 29 TAHUN 2015www.anggaran.depkeu.go.id