majalah dikbud 6 des 2012

Upload: ankholish6830

Post on 04-Apr-2018

272 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

  • 7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012

    1/36

  • 7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012

    2/36

  • 7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012

    3/36

    1No. 06 Tahun III Desember 2012 DikbuD

    Pesan Menteri

    Nilai Budaya

    untuk MembangunPeradaban

    Membangun kesadaran terhadap

    kekayaan budaya yang kita

    miliki harus kita mulai. Ini

    penting karena, karena kini telah terjadi

    pergeseran paradigma pembangunan,

    dari Pembangunan Ekonomi Berbasis

    Sumberdaya kepada Pembangunan

    Kesejahteraan Berbasis Peradaban.

    Jika sebelumnya mengandalkan pada

    kekayaan alam, kini bergeser pada

    kekayaan peradaban, dimana ukuran

    sumber daya manusia beradab adalah

    pada pengetahuan dan keterampilan

    serta karakter kuat. Inilah yang

    disiapkan dalam pengembangan

    Kurikulum 2013, menjadikan nilai

    budaya untuk modal membangun

    peradaban bangsa.

    Oleh sebab itu, sebagai anak bangsa,

    kita tentu sadar bahwa Indonesia

    memiliki kekayaan budaya yang

    melimpah. Tentu ini patut disyukuri.

    Namun, mensyukuri saja tidaklah

    cukup. Harus ada upaya bagaimana

    melestarikan segenap wujud dan

    ekspresi budaya yang ada.

    Berkaitan dengan upaya pelestarian

    budaya, Kemdikbud setidaknya memiliki

    empat tugas.

    Pertama, melakukan konservasi

    warisan nenek moyang, baik yang

    sudah ditemukan maupun yang masih

    tersimpan. Konservasi perlu dilakukan

    sebagai usaha pelestarian, agar budaya

    tersebut tidak hilang.

    Kedua, melakukan adopsi dan adaptasi

    terhadap budaya-budaya lain atau

    budaya-budaya baru sebagai usaha

    memperbanyak kebudayaan. Ketiga,

    menjadikan kebudayaan sebagai alat

    diplomasi kultural, karena kebudayaan

    dipercaya mampu membangun

    masyarakat dunia yang damai dan

    harmonis, dan keempat, mewujudkan

    kebudayaan untuk meningkatkan

    kesejahteraan masyarakat.

    Melalui empat tugas itulah,

    menanamkan nilai kebudayaan dalam

    proses pendidikan, menjadi kewajiban,

    sehingga nilai budaya yang ada dan

    dimiliki bangsa ini dapat untuk

    membangun peradaban.

    Penanaman nilai kebudayaan dilakukan

    melalui pendidikan karakter yang

    telah diterapkan secara berjenjang

    pada semua satuan pendidikan, mulai

    tahun pelajaran 2011/2012 ini, dan

    dalam kurikulum pendidikan baru yang

    direncanakan diterapkan pada awal

    tahun pelajaran 2013 mendatang, juga

    menekankan pada cakupan seni dan

    budaya.

    Dalam Kurikulum 2013 yang sejak

    akhir November lalu memasuki uji

    publik, selalu tercantum usulan adanya

    pelajaran seni dan budaya. Kita ingin

    membangun masa depan peserta didik

    yang berbudaya dan memiliki jiwa seni,

    sehingga pembelajaran pada peserta

    didik selalu memperhatikan nilai-nilai

    tersebut.

    Ini dilakukan agar budaya sekolah, yang

    di dalamnya terdapat unsur kejujuran,

    kesetiakawanan, kebersihan, keilmuan,

    nasionalisme, ketuhanan, dan lain

    sebagainya, dapat ditanamkan sejak dini

    pada peserta didik.

    Dengan memasukkan seni dan budaya

    dalam proses pendidikan, kita berharap

    kecintaan peserta didik terhadap nilai

    budaya sendiri, tumbuh dan berkembang

    dan tercipta ketahanan budaya,

    sehingga kelak ketika dewasa, mereka

    akan memiliki karakter ke-Indonesiaan

    yang tidak mudah terpengaruh oleh

    budaya asing.

    Disadari, dominasi peradaban besar

    terhadap peradaban kecil yang terjadi

    pada saat ini dapat mengancam

    peradaban bangsa Indonesia. Masuknya

    pengaruh budaya luar seperti budaya

    K-Pop adalah salah satu contohnya.

    Dominasi peradaban ini, jika tidak

    diantisipasi mulai saat ini, cepat atau

    lambat akan mengikis peradaban yang

    ada di negeri ini. Itu sebabnya, sudah

    tepat kiranya langkah kita dalam

    memberi bekal seni dan budaya kepada

    peserta didik yang di antaranya melalui

    pendidikan berbasis karakter.

    Harapannya, selain memiliki

    ketahanan budaya, peserta didik juga

    mampu menumbuhkembangkan ilmu

    pengetahuan dan teknologi, sehingga

    mampu menghadapi arus globalisasi di

    masa mendatang. Semoga! (*)

  • 7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012

    4/36

    DikbuDNo. 06 Tahun III Desember 20122

    Hal. 1 PESAN MENTERI

    Hal. 2 DAFTAR ISI

    Hal. 3 DARI REDAKSI

    Padukan PendidikanKarakter denganKebudayaanHal. 4

    Menjawab TantanganGlobalisasiKompetensi SDM

    Kebudayaan sebagai Kunci

    Hal. 14

    Cagar Budaya dan Museumsebagai Wahana EdukasiPublikHal. 19

    Revitalisasi Desa Adatsebagai Konservasi BudayaHal. 28

    Daar Isi No. 06 Tahun III November 2012

    ASEM-CMM TingkatkanKualitas PengelolaanWarisan BudayaPenyelenggaraan pertemuan menteri-

    menteri kebudayaan Asia dan Eropa

    (Asia Europe Meeng Culture Ministers

    Meeng/ASEM-CMM) diharapkan

    berdampak posif pada pengelolaan

    dan pemeliharaan warisan budaya.

    Sosialisasi PendidikanKarakter MelaluiKesenian Tradisional

    Hal.8

    Hal.10

    Menjadikan Museumsebagai KebutuhanMasyarakatMuseum berperan menggambarkan

    wisata atau potensi suatu daerah,

    bahkan jika dianalisis lebih dalam, turis

    mancanegara cenderung mengunjungi

    museum daripada pusat-pusat

    perbelanjaan.

    Hal.22

    FOTO: Dok. PIH

    FOTO:Dok.PIH

  • 7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012

    5/36

    3No. 06 Tahun III Desember 2012 DikbuD

    Memadukan ProgramKebudayaan dengan

    Pendidikan

    Pelindung:

    Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

    Mohammad Nuh,

    Wakil Menteri Bidang Pendidikan, Musliar Kasim,Wakil Menteri Bidang Kebudayaan, Wiendu

    Nuryant

    Penasihat:

    Sekretaris Jenderal, Ainun Naim

    Pengarah:

    Sukemi

    Penanggung Jawab:

    Ibnu Hamad

    Pemimpin Redaksi:

    Hawignyo

    Dewan Redaksi:

    Seono, Eka Nugrahini

    Redaktur Pelaksana:

    Dian Srinursih, Tauk Dahlan, Jusman Sihombing

    Staf Redaksi:

    Arifah, Rah Anbarini, Aline Rogeleonick,

    Desliana Maulipaksi, Gloria Gracia, Nur Widianto

    Desain & Artstk:

    Susilo Widji P, Yus Pajarudin

    Fotografer:

    Arif Budiman, Ridwan Maulana

    Sekretaris Redaksi:

    Emi Salpia, Dina Ayu Mirta, Tri Susilawa,

    Mohtarom

    Alamat Redaksi:

    Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat,

    Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,

    Gedung C Lantai 4, Jalan Jenderal Sudirman,

    Senayan, Jakarta

    Telp. (021) 5711144 Pes. 2413, (021) 5701088

    Laman:

    www.kemdikbud.go.id

    Dari Redaksi

    Majalah DIKBUDEdisi No. 06 Tahun III Desember 2012

    Kita sudah bertekad, Indonesia pada tahun 2045 dipimpin oleh

    generasi yang berkarakter cerdas, berakhlak mulia, dan cinta Tanah

    Air. Ketiga karakter pokok inilah yang kita harapkan akan membawa

    Indonesia dalam kesejahteraan, kemakmuran, dan kedamaian. Untuk

    mewujudkan harapan itu, berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah,

    diantaranya memosisikan pendidikan di garda depan.

    Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) telah melakukan

    berbagai langkah dan mempersiapkan program yang segera dijalankan.

    Salah satunya adalah memadukan program-program kebudayaan dengan

    pendidikan supaya lebih serasi, misalnya dalam kurikulum baru yang dalam

    waktu dekat dilaksanakan secara bertahap. Sebagaimana disampaikanPelaksana Tugas Direktur Jenderal (Plt. Dirjen) Kebudayaan, Kacung

    Marijan, bahwa dalam kurikulum baru itu akan dipadukan antara

    pendidikan karakter dengan pendekatan kebudayaan dan nilai-nilai sejarah.

    Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemdikbud, Gatot Ghautama,

    menambahkan bahwa fungsi kebudayaan harus diperkuat untuk

    meningkatkan pendidikan karakter bangsa, serta memperkuat diplomasi

    budaya di dunia internasional. Terdapat keterkaitan erat antara pendidikan

    dan kebudayaan. Sebagaimana kita ketahui bahwa kebudayaan adalah suatu

    gagasan yang berisi tentang pengetahuan, norma, nilai, dan perilaku dari

    hasil karya manusia.

    Hasil karya manusia dalam bentuk kebudayaan inilah yang berfungsi sebagaipedoman untuk kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

    Hasil interaksi sistemik dari budaya keagamaan, budaya kebangsaan,

    budaya kesukuan, budaya tempatan, serta budaya global, yang terkait

    satu sama lain membentuk suatu sistem kebudayaan, guna menuju kearah

    kemajuan peradaban bangsa. Atas dasar inilah tercetus visi Kemdikbud,

    yaitu Terselenggaranya Layanan Prima Pendidikan dan Kebudayaan untuk

    Membentuk Insan Indonesia yang Cerdas dan Berkarakter Kuat.

    Pembaca budiman, pada edisi 6 ini, kami juga mengetengahkan liputan

    sosialisasi pendidikan karakter. Sekadar mengingatkan, Kemdikbud sedang

    menyelenggarakan sosialisasi dan kampanye media untuk pembangunan

    karakter bangsa dengan mengambil tema besar Indonesia Berkarakter:

    Indonesia, Aku Bangga!. Masih banyak artikel lainnya, yang tentu sajasayang jika dilewatkan. Selamat membaca. (*)

    Redaksi

    Keterangan Sampul:Seorang anak belajar memainkan

    gamelan.

    Desain Sampul:Susilo Widji P

    Foto: Dok. PIH

  • 7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012

    6/36

    DikbuDNo. 06 Tahun III Desember 20124

    Kementerian Pendidikan dan

    Kebudayaan (Kemdikbud)

    melalui Direktorat Jenderal

    (Ditjen) Kebudayaan tengah fokus

    pada tiga prioritas penting dalam

    pengembangan pembangunan

    kebudayaan di Indonesia. Pertama,

    penekanan penting pada aspek

    nilai-nilai karakter bangsa. Kedua,

    pelestarian budaya Indonesia, dan

    ketiga, melakukan diplomasi budaya.

    Ketiga strategi ini dilakukan agar

    cita-cita bangsa yang ingin menjadiadidaya kebudayaan dapat terwujud.

    Pelaksana Tugas Direktur Jenderal

    Kebudayaan, Kacung Marijan,

    mengatakan bahwa untuk mencapai

    hal tersebut, maka hal pertama yang

    harus dilakukan adalah dengan

    mengubah pola pikir. Kebudayaan

    tidak bisa lagi dijadikan sebagai

    pelengkap pembangunan. Sebaliknya,

    kebudayaan harus ditempatkan

    sebagai mind streaming, sehingga

    kebudayan menjadi kekuatan

    penting dalam menentukan arah

    pembangunan.

    Apa yang terjadi belakangan,

    misalnya kenakalan remaja,

    kerusuhan di sejumlah daerah, dan

    lain-lain, mengingatkan kembali

    akan pentingnya budaya, ujar

    Kacung saat ditemui di sela-sela

    kegiatan peringatan Hari Nusantara

    di Lombok, Mataram, Nusa Tenggara

    Barat, Minggu (16/12).

    Hal lain yang menjadi fokus

    Ditjen Kebudayaan adalah upaya

    pelestarian budaya Indonesia.

    Pelestarian ini mengandung

    pengertian perlindungan,

    pengembangan, dan pemanfaatan

    kebudayaan. Langkah itu sebagai

    tindak lanjut pengintegrasian

    pendidikan dan kebudayaan yang

    memiliki konsekuensi, bahwa fungsi

    kebudayaan harus diperkuat untuk

    meningkatkan pembangunan karakter

    bangsa melalui pendidikan. Bahkan

    Membangun karakter bangsa

    untuk mempersiapkan

    generasi penerus merupakan

    sebuah upaya mendesak

    yang harus dimulai dari

    sekarang. Kita berharap,

    kelak setiap warga negara

    memiliki nilai peradaban

    adiluhung yang mengakar

    dalam kehidupan sehari-

    hari. Menyadari hal itu,Kementerian Pendidikan dan

    Kebudayaan (Kemdikbud)

    melakukan berbagai langkah,

    di antaranya merevitalisasi

    warisan budaya dan peran

    museum. Dalam kurikulum

    baru, juga dipadukan antara

    pendidikan karakter dengan

    pendekatan kebudayaan

    dan nilai-nilai sejarah.

    PadukanPendidikan Karakterdengan Kebudayaan

  • 7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012

    7/36

    5No. 06 Tahun III Desember 2012 DikbuD

    keterkaitan erat antara pendidikan

    dan kebudayaan dibahas dalam satu

    bab dalam Undang-undang Dasar

    1945.

    Ia menuturkan, perlindungan atau

    konservasi salah satunya dilakukan

    dengan mendaftarkan budaya

    Indonesia, termasuk bekerja sama

    dengan Badan Pengembangan

    dan Pembinaan Bahasa untuk

    melindungi bahasa-bahasa daerah

    yang hampir punah. Sementara untuk

    pengembangan atau modernisasi

    kebudayaan dilakukan dengan

    memberikan sentuhan-sentuhan

    teknologi, termasuk berinteraksi

    dengan kebudayaan lain.

    Menurut Kacung, bangsa Indonesiasebenarnya memiliki sejarah dalam

    berinteraksi dengan kebudayaan-

    kebudayaan lain. Beberapa

    kebudayaan yang Indonesia miliki

    merupakan interaksi yang sangat baik

    antara kekuatan kebudayaan lokal

    dengan kekuatan kebudayaan asing.

    Kita ambil contoh wayang yang

    datang dari India. Ketika masuk

    ke Indonesia, para budayawan

    kita mampu menegosiasikan dan

    mendialogkan dengan konten lokal,sehingga cerita wayang di Indonesia

    berbeda dengan cerita dari negara

    asalnya. Ke depan kita ingin memiliki

    jati diri kebudayaan tanpa tertinggal

    dan kehilangan interaksi dengan

    kebudayaan asing, jelasnya.

    Lebih jauh Kacung mengatakan,

    pemanfaatan budaya dilakukan

    tidak hanya pada faktor ekonomi

    tetapi pada berbagai segi kehidupan

    masyarakat. Misalnya melalui

    budaya, masyarakat setempatmelakukan penyelamatan lingkungan

    dengan menanam pohon seperti yang

    pemerintah Kabupaten Sampang yang

    menggalakkan penanaman pohon

    bakau di sepanjang pesisir pantai

    wilayah tersebut. Jadi bukan hanya

    manfaat ekonomi, tetapi manfaat-

    manfaat lain yang mengikutinya,

    ujar Kacung.

    Prioritas lain yang menjadi fokus

    Ditjen Kebudayaan adalah melakukan

    diplomasi budaya. Menurutnya, jika

    Indonesia ingin menjadi adidaya

    kebudayaan, maka tentu hal ini harus

    diperkenalkan kepada komunitas

    internasional. Supaya komunitas

    internasional ini mengetahui,

    memahami, dan menghargai, akhirnya

    dari sanalah tercipta interaksi yang

    lebih baik, tuturnya.

    Serangkaian hal direncanakan

    dilakukan untuk mewujudkan

    strategi tersebut. Misalnya dengan

    membangun rumah-rumah

    kebudayaan di luar negeri, termasuk

    dibuatnya IndonesianCorner di

    negara-negara asing. Tentu hal ini

    memerlukan kerja sama dengan

    Kementerian Luar Negeri yang

    memiliki perwakilan Indonesia

    di negara-negara tersebut. Inilahjuga yang menjadi alasan mengapa

    kebudayaan tidak dapat berdiri

    sendiri, tanpa berinteraksi dengan

    pihak lain.

    Kebutuhan Bangsa

    Sekretaris Ditjen Kebudayaan

    Kemdikbud, Gatot Ghautama,

    mengatakan, pengintegrasian

    pendidikan dan kebudayaan memang

    diharapkan mampu menjawab

    kebutuhan bangsa ini di masamendatang. Dua hal tersebut harus

    saling mengisi dan terkait, karena

    yang disebut kebudayaan adalah

    suatu gagasan yang isinya tentang

    pengetahuan, norma, nilai, kebajikan,

    keindahan, perdamaian dsb yang

    diajarkan dari generasi ke generasi,

    katanya, di Jakarta (20/11).

    Selain itu, kebudayaan Indonesia

    merupakan hasil dari interaksi

    sistemik dari budaya keagamaan,

    budaya kebangsaan, budayakesukuan, budaya tempatan, serta

    budaya global, yang terkait satu

    sama lain membentuk suatu sistem

    kebudayaan, guna menuju kearah

    kemajuan peradaban bangsa. Atas

    dasar inilah tercetus visi Kemdikbud,

    yaitu Terselenggaranya Layanan

    Prima Pendidikan untuk Membentuk

    Insan Indonesia yang Cerdas dan

    Berkarakter Kuat.

    Sebagaimana juga digaungkan sejak

    terjadinya integrasi pendidikan dan

    kebudayaan pada 20 Oktober 2011,

    tersusun fokus komponen pilar

    pembangunan kebudayaan yang

    meliputi pembangunan jati diri dan

    karakter bangsa, pelestarian warisan

    budaya (benda dan tak benda),

    pengembangan karya/inovasi dan

    diplomasi budaya, kelembangaan dan

    SDM kebudayaan, dan sarana dan

    prasarana budaya.

    Fungsi kebudayaan yang berada

    di Kemdikbud adalah kebudayaan

    yang bersifat hulu, yaitu banyak

    mengupas mengenai penggalian, dan

    pengembangan nilai-nilai termasuk

    manfaatnya untuk pendidikan.

    Sementara yang ada di Kementerian

    Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

    (Kemenparekraf) adalah kebudayaanhilir yang pemanfaatannya

    menghasilkan pertumbuhan ekonomi

    masyarakat. Misalnya Kemenparekraf

    memanfaatkan seni pertunjukan dan

    produksi lm komersil, sementara

    Kemdikbud yang melakukan

    pembinaan seperti penulisan skenario

    yang beretika sesuai dengan norma

    dan nilai-nilai ke-Indonesiaan.

    Seiring dengan pengembangan

    kurikulum, ada kemajuan yang sangat

    signikan ketika pendidikan tentangseni, budaya, budi pekerti, maupun

    sejarah disisipkan secara tematik

    ke dalam berbagai mata pelajaran

    di sekolah. Namun demikian,

    Gatot berkeyakinan, pendidikan

    budaya terutama yang berkaitan

    dengan pendidikan karakter bangsa

    pun dapat diajarkan secara tidak

    langsung, yaitu melalui pendidikan

    olahraga yang mengajarkan nilai-nilai

    kebersamaan dan sportivitas.

    Tidak hanya kurikulumdalam pendidikan formal yang

    dikembangkan, terhitung mulai 2013

    Kemdikbud turut mendukung dan

    mengarahkan pendidikan kebudayaan

    jalur nonformal, yaitu salah satunya

    melalui program revitalisasi taman

    budaya, desa adat, dan komunitas

    budaya.

    Taman budaya didirikan sebagai

    laboratorium atau bengkel untuk

    mengelola seni tradisional dari

    seluruh pelosok nusantara supaya

  • 7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012

    8/36

    DikbuDNo. 06 Tahun III Desember 20126

    layak sekaligus merupakan etalase

    seni di daerah masing-masing.

    Walaupun saat ini posisinya sebagai

    unit pelaksana teknis daerah (UPTD),

    tetapi pusat tetap menaruh perhatian

    untuk pengembangannya. Kami

    berupaya mengembalikan fungsi

    taman budaya. Jadi, bukan hanya

    sebagai tempat yang disewakan untuk

    pesta perkawinan, tetapi lebih kepada

    pengembangan budaya, kata Gatot.

    Sementara itu, untuk revitalisasi

    desa adat lebih pada revitalisasi

    pengetahuan yang terkandung dalam

    adat tertentu. Misalnya, pengetahuan

    tradisional membuat rumah atau

    ataupun pengetahuan berladang yang

    saat ini sudah makin ditinggalkan

    oleh masyarakat. Pembinaannyadilakukan melalui peran dan program

    yang ada di Direktorat Kepercayaan

    terhadap Tuhan YME dan Tradisi.

    Untuk revitalisasi desa adat ini, pada

    2013 mendatang Kemdikbud akan

    memberi bantuan kepada sekitar

    500 komunitas budaya. Komunitas

    budaya yang dimaksud di sini adalah

    kelompok-kelompok masyarakat yang

    memiliki dan telah mengembangkan

    kebudayaan tertentu, bisa dalam

    aspek kesenian, ritual, dan lain-lain,seperti dalam konteks lingkungan.

    Misalnya masyarakat yang memiliki

    mekanisme tertentu dalam melakukan

    konservasi lingkungan yang unik dan

    berbeda dengan yang lain.

    Kepercayaan terhadap Tuhan YME

    adalah suatu realitas di Indonesia

    yang praktiknya masih banyak

    dilakukan, bahkan oleh orang yang

    sudah beragama. Misalnya adanya

    kepercayaan Jawa Kejawen, perayaan

    satu Suro, ritual pemujaan untukroh nenek moyang oleh beberapa

    kelompok masyarakat, dan lain

    sebagainya.

    Kepercayaan itu bukan agama. Ini

    adalah tradisi yang sudah dilakukan

    sejak zaman nenek moyang bangsa

    Indonesia sebelum ada agama,

    ungkap Gatot. Tugas Kementerian

    di sini adalah membina supaya

    praktik kepercayaan tidak mengalami

    bentrokan dengan fundamentalis

    agama.

    Peran Museum

    Berbicara mengenai bidang

    kebudayaan, tentunya tidak terlepas

    dari pentingnya sejarah yang

    membentuk kepribadian bangsa

    saat ini. Semua yang ada sekarangtidak terlepas dari sejarah masa lalu.

    Kemdikbud yang kita kenal sekarang

    ini pun telah melalui beragam

    perjalanan sejarah pada masa

    pembentukannya.

    Gatot menuturkan, berbicara

    sejarah tentu tidak hanya mengenai

    sejarah politik Indonesia, tetapi jauh

    lebih luas dari itu, yaitu sejarah

    kebudayaan Indonesia yang antara

    lain sejarah mengenai kepercayaan,

    terbentuknya kelompok masyarakattentang pengetahuan, bahasa,

    kesenian, mata pencaharian,

    dan teknologi. Oleh karenanya,

    Kemdikbud terus menggalakkan

    usaha penulisan sejarah kebudayaan

    Indonesia, termasuk sejarah lokal di

    berbagai daerah melalui kegiatan di

    UPT Kebudayaan di berbagai provinsi.

    Untuk pendidikan pada masyarakat,

    museum memegang peran penting

    ini mengingat dalam museum dapat

    ditemui mengenai sejarah, budaya,

    tradisi, kesenian, seni rupa, dan lain

    sebagainya. Namun demikian, Gatot

    tidak menakan bahwa museum yang

    ada di Indonesia memang masih jauh

    dari kesan menarik untuk dikunjungi.

    Narasi benda budaya yang ditulis

    kurang lengkap dan penempatan

    ruang pajang yang kurang menarik,

    merupakan salah satu faktor yang

    menjadikan museum tidak dikunjungioleh masyarakat.

    Untuk itulah, Kemdikbud sedang

    melakukan gerakan cinta museum

    Anak-anak sedang memberi warna pada selembar kain dalam kegiatan belajar membak di Museum

    Nasional. Menumbuhkan kecintaan pada budaya Indonesia.

  • 7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012

    9/36

    7No. 06 Tahun III Desember 2012 DikbuD

    sejak 2010 silam, dan saat ini telah

    menginaugurasikan 66 duta museum

    dari seluruh Indonesia. Duta-duta

    inilah yang akan menjadi corong

    Pemerintah untuk memasyarakatkan

    museum, ujarnya.

    Hal senada disampaikan Kacung,

    bahwa Kemdikbud terus melakukan

    modernisasi museum-museum di

    Indonesia, termasuk juga membangun

    museum baru. Menurutnya, museum

    yang direncanakan akan dibangun

    di Bogor, Jawa Barat tersebut

    adalah Museum Presiden. Museum

    itu dibangun sebagai bentuk

    penghormatan kepada para pemimpin

    bangsa ini. Selain itu, pihaknya juga

    akan melakukan pengembangan

    terhadap situs Trowulan di Mojokerto,Jawa Timur untuk mengungkap

    peninggalan-peninggalan sejarah pada

    masa kerajaan Majapahit.

    Saya tidak ingin sekadar master

    plan, tetapi sekaligus dengan maket

    besarnya, sehingga kita tahu seperti

    apa rekontruksi yang kita inginkan,

    tutur Kacung. Untuk mewujudkan

    hal ini, pihaknya akan melibatkan

    para arkeolog dan arsitek terkemuka

    sehingga diharapkan melalui

    rekonstruksi ini, masyarakat dapatmelihat adaptasi kerajaan Majapahit

    di masa lalu. Pihaknya juga bekerja

    sama dengan pemerintah Provinsi

    Jawa Timur yang memiliki komitmen

    yang sama.

    Tidak terbatas pada kawasan

    tersebut, Ditjen Kebudayaan juga

    memiliki rencana melakukan

    revitalisasi pada kawasan lain,

    misalnya untuk kerajaan Sriwijaya

    yang saat ini dikelola dalam Taman

    Purbakala Kerajaan Sriwijaya.Revitalisasi terhadap situs-situs

    bersejarah penting untuk dilakukan

    agar dalam hal sejarah masa lalu,

    masyarakat dan pelajar tidak hanya

    disuguhi dalam bentuk narasi-

    narasi. Perlu ada wujud visual untuk

    menjelaskan sejarah masa lalu itu

    kepada masyarakat .

    Tidak hanya itu, untuk pengembangan

    sumber daya manusia (SDM)

    kebudayaan, Kemdikbud juga tengah

    mengindentikasi berbagai profesi

    SDM kebudayaan dan menyusun

    rincian kompetensinya. Dalam hal

    ini, Pusat Pengembangan SDM

    Kebudayaan tengah menformulasikan

    kemungkinan pentingnya sertikasi,

    karena banyak dari profesi SDM

    kebudayaan yang mempunyai

    tanggung jawab publik.

    Kacung mengatakan, Kemdikbud

    menjalankan program kebudayaan

    dengan rumus tiga plus satu.

    Pertama, melakukan konservasi

    kebudayaan, misalnya dengan

    melakukan pendaftaran aset-aset

    budaya dan perlindungan terhadap

    kebudayaan yang hampir punah.

    Kedua, pengembangan kebudayaan,

    misalnya dengan re-design produk

    budaya yang sudah ada. Ketiga,pemanfaatan produk budaya. Dan

    yang keempat atau plus satu adalah

    melakukan diplomasi budaya.

    Ia menjelaskan, dalam pembangunan

    bangsa ada tiga hal utama yang

    menjadi pokok. Tiga hal yang

    dimaksud adalah market, state,

    dan culture. Budaya inilah yang

    diharapkan mampu menjadi fondasi

    dan basis bagi pembangunan karakter

    bangsa. Di sinilah budaya diharapkan

    menjadi penengah bagi dua kutubantara pasar dan negara, jelasnya.

    Untuk membangun budaya Indonesia

    di masa depan diperlukan tiga

    ranah utama, yaitu ranah ide, ranah

    perilaku, dan ranah produk budaya.

    Ketiga ranah budaya itulah yang

    harus dirumuskan dengan benar

    sehingga diharapkan di masa depan

    Indonesia mampu menjadi Adidaya

    Kebudayaan, tandasnya.

    Lebih lanjut, menyadari betapakompleks pembangunan kebudayaan

    Indonesia, Gatot berharap agar setiap

    komponen bangsa bahu-membahu

    dan saling mendukung segala usaha

    pengembangan dan pelestarian

    kebudayaan, sehingga hasilnya dapat

    dinikmati oleh generasi Indonesia

    mendatang. Diharapkan dengan

    pengetahuan dan strategi yang tepat,

    kita dapat melakukan pencepatan

    pembangunan kebudayaan Indonesia,

    termasuk pembangunan manusia

    berbudaya, harap Gatot.

    Kurikulum Baru

    Salah satu hal yang segera dilakukan

    Kemdikbud adalah memadukan

    program-program kebudayaan dengan

    pendidikan supaya lebih serasi.

    Contoh terdekat adalah kurikulum,kata Kacung. Dalam kurikulum baru

    itu akan dipadukan antara pendidikan

    karakter dengan pendekatan

    kebudayaan, begitu juga dengan nilai-

    nilai sejarah.

    Dengan kurikulum baru ini, peserta

    didik akan mendapatkan mata

    pelajaran seni dan budaya. Lewat

    penambahan mata pelajaran ini,

    peserta didik tidak hanya mengerti

    tentang ilmu pengetahuan,

    tetapi juga memahami betul etikadan estetika yang ada pada nilai-nilai

    budaya.

    Kemdikbud tentu perlu menyediakan

    informasi-informasi pokok mengenai

    kesenian dan kebudayaan. Misalnya

    dalam mendata kesenian Indonesia,

    tidak hanya dalam bentuk tulisan,

    tetapi juga harus divisualisasi dengan

    video atau semacamnya.

    Maka, peranan teknologi informasi

    dalam pembelajaran sangatdiperlukan, termasuk untuk

    kebudayaan. Diharapkan saat

    menjelaskan tentang kebudayaan

    Indonesia, guru dapat menjelaskannya

    hanya dengan klik dan klik pada

    perangkat TIK. Misalnya saat

    menjelaskan tari Saman, ketika di-

    klik ada tulisan tentang sejarahnya,

    kemudian klik lagi akan muncul video

    yang memperlihatkan tari Saman,

    sehingga tahu seperti apa tarian asal

    Aceh tersebut, tambah Kacung.

    Untuk memberikan pemahaman yang

    tepat dan komprehensif, Kemdikbud

    juga menerbitkan buku yang memuat

    revisi tentang sejarah Indonesia.

    Buku tersebut diterbitkan dalam

    beberapa jilid. Tahun depan, juga

    akan diterbitkan buku tentang sejarah

    Islam di Indonesia. Diharapkan

    para pendidik maupun masyarakat

    memiliki referensi dan pemahaman

    yang baik tentang seni dan

    kebudayaan Indonesia.

    (Arifah, Ratih, Desliana)

  • 7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012

    10/36

    DikbuDNo. 06 Tahun III Desember 20128

    ASEM-CMM Tingkatkan

    Kualitas PengelolaanWarisan BudayaPenyelenggaraan pertemuan

    menteri-menteri kebudayaan

    Asia dan Eropa (Asia Europe

    Meeting Culture Ministers

    Meeting/ASEM-CMM)

    diharapkan berdampak

    positif pada pengelolaandan pemeliharaan warisan

    budaya negara-negara

    peserta, terutama negara

    sedang berkembang.

    Indonesia sepakat menjalin

    kerja sama dengan

    beberapa negera Eropa agar

    pengelolaan warisan budaya

    lebih terarah dan efektif.

    Sejumlah negara Asia dan

    Eropa berkomitmen untuk

    mengelola warisan budaya

    dan bekerja sama guna memelihara

    warisan budaya tersebut. Demikian

    hasil pertemuan menteri-menteri

    kebudayaan Asia dan Eropa ke-5 (Asia

    Europe Meeting Culture Ministers

    Meeting/ASEM-CMM), di Provinsi

    Daerah Istimewa Yogyakarta, 17-20

    September 2012. Pertemuan yang

    mengambil tema Managing Heritage

    Cities for A Sustainable Future

    (Mengelola Kota Sejarah Demi Masa

    Depan Berkelanjutan) itu dikuti 140

    delegasi terdiri atas para menteri

    kebudayaan, wakil menteri, duta

    besar dan pejabat senior dari negara-

    negara Asia dan Eropa.

    ASEM-CMM ke-5 tersebut merupakan

    kelanjutan dari pertemuan menteri

    kebudayaan ASEM-CMM ke-4

    di Poznan, Polandia pada 2010.

    Pertemuan itu juga merupakan

    forum diskusi untuk memecahkan

    berbagai masalah warisan budaya

    fokus perhatian pada ASEM-CMM

    tersebut. Bentuk konservasi yang

    akan dilakukan berupa konservasi

    secara sik, konservasi secara

    nilai, dan konservasi berdampak

    kesejahteraan.

    Pada tataran konservasi berdampakkesejahteraan, Mendikbud

    mengatakan prinsip ekonomi kreatif

    menjadi faktor dominan. Jadi,

    konservasi itu harus ada dampak

    kesejahteraan untuk rakyat, jelasnya.

    Wiendu menambahkan, jumlah kota

    yang termasuk memiliki warisan

    budaya akan diperbanyak dengan

    rencana program pendampingan

    mengarah ke ekonomi kreatif.

    Misalnya kawasan Kota Gede dan

    Sawah Lunto sebagai kota yang

    memiliki warisan budaya. Kota Gede

    dan Sawah Lunto kan termasuk kota

    warisan budaya. Tapi tidak semua

    dibuat kota budaya, tuturnya.

    Keberadaan dampak kesejahteraan

    tidak dapat memengaruhi keputusan

    pelestarian suatu warisan budaya.

    Ada atau tidak ekonomi kreatif

    di kota itu, konservasi tetap harus

    dilestarikan, katanya.

    Kota Warisan Budaya

    Mendikbud juga menyatakan

    sangat penting mengelola kota

    warisan budaya untuk masa depan

    yang berkelanjutan. Bukan hanya

    karena keindahan atau kemegahan

    kota warisan budaya yang patut

    menjadi kebanggaan generasi yang

    akan datang, melainkan juga yang

    terpenting dalah untuk menanamkan

    pemahaman tentang kondisi yang

    dapat membuat peradaban puncak.

    Masa depan yang berkelanjutan

    serta mengidentikasi pemanfaatan

    dari lanskap kota bersejarah (historic

    urban landscape) dengan manajemen

    berkelanjutan.

    Pada acara penutupan ASEM-CMM

    ke-5, Wakil Menteri Pendidikan dan

    Kebudayaan Bidang Kebudayaan,Wiendu Nuryanti, mengatakan bahwa

    pemerintah Indonesia akan menjalin

    kerja sama dengan tiga negara

    Eropa, yaitu Estonia, Prancis, dan

    Switzerland, dalam hal pengelolaan

    warisan budaya antar negara. Kerja

    sama ini memberi kesempatan

    Indonesia untuk menggelar pameran

    budaya di museum yang berada

    di ketiga negara Eropa tersebut.

    Benda-benda yang akan mendapat

    kesempatan untuk dipamerkan

    adalah benda-benda yang telah diakuiUNESCO sebagai warisan budaya

    Indonesia.

    Mereka sangat menyarankan

    untuk memamerkan wayang, batik,

    dan angklung untuk Indonesia,

    kata Wiendu. Selain itu, juga akan

    dilakukan pertukaran pengetahuan

    bidang manajemen warisan budaya.

    Perancis akan mengirimkan ahli-

    ahli manajemen permuseuman

    ke Indonesia untuk melakukan

    bimbingan teknis.

    Wiendu menjelaskan, pertukaran

    pemuda pelestari budaya juga

    termasuk dalam implementasi

    kerja sama tersebut. Kita akan

    mengirimkan pegawai kita untuk

    mengambil master bidang manajemen

    permuseuman, ujarnya.

    Sementera itu, Menteri Pendidikan

    dan Kebudayaan (Mendikbud),

    Mohammad Nuh, menyatakan bahwa

    konservasi warisan budaya menjadi

  • 7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012

    11/36

    9No. 06 Tahun III Desember 2012 DikbuD

    adalah lebih dari masa depan warisan

    budaya itu sendiri. Melestarikan

    peradaban dan dalam banyak hal

    lainnya berguna untuk menghidupkan

    kembali peradaban yang telah hilang

    atau memperbaiki peradaban yang

    terdegradasi. Kita perlu mengambil

    pelajaran dari kesuksesan nenek

    moyang kita melalui warisan-warisan

    mereka, katanya.

    Ia menyebutkan, jumlah penduduk

    di Asia dan Eropa sebanyak empatmiliar dan merupakan 60 persen

    dari populasi penduduk dunia.

    Forum ini merupakan media terbaik

    untuk mempromosikan peradaban

    konvergensi dalam skala luas karena

    meliputi Asia dan Eropa, serta

    mewakili keragaman peradaban yang

    paling tua dan paling besar.

    Terdapat empat subtema dalam

    pertemuan ini. Pertama, memperkuat

    pemerintahan yang baik tentang

    kota bersejarah. Kedua, melestarikan

    lansekap bersejarah urban dalam

    merespon tantangan bencana. Ketiga,

    kota bersejarah sebagai pencipta

    ekonomi kreatif. Bukan sekadar

    untuk dilindungi, tetapi bagaimana

    mengaitkannya dengan sektor

    ekonomi, kata Mendikbud. Adapun

    subtema keempat adalah promosi kota

    bersejarah untuk membangun saling

    pengertian antar budaya.

    Wakil Menteri Kebudayaan Polandia,

    Monika Smolen, mengatakan bahwa

    warisan budaya bukan hanya

    menjelaskan identitas suatu bangsa

    namun juga merupakan sumber

    pengembangan ekonomi kreatif

    yang merupakan sumber keuangan

    bagi pemerintah dan memberikan

    pekerjaan bagi masyarakat.

    Warisan budaya merupakan

    sumber identitas masyarakat kita,

    dan sekarang warisan budaya juga

    merupakan faktor penting dalam

    pembangunan sosial dan ekonomi,ujar Smolen.

    Duta Besar Nicos Panayi yang

    mewakili Uni Eropa mengatakan,

    kerja sama pengembangan kota

    budaya di kawasan Asia dan Eropa

    akan bermanfaat pada usaha

    menumbuhkan saling pengertian

    masyarakat dua benua. Kita bisa

    memperdalam saling pengertian yang

    bisa membantu meningkatkan dialog

    antar agama atau kepercayaan antara

    masyarakat Eropa dan Asia,ujarPanayi.

    Model Keberhasilan

    Selain diajak mengunjungi beberapa

    situs kebudayaan, para delagasi

    ASEM-CMM mendapat jamuan

    makan malam di Ballroom Hotel

    Hyatt Regency, Yogyakarta, Senin

    (17/9). Jamuan itu dihadiri oleh para

    wakil menteri dan pejabat senior

    dari negara-negara anggota Asia

    Europe Meetingserta perwakilan dari

    UNESCO, European Union dan ASEF

    (Asia Europe Foundation).

    Suasana kebudayaan Yogyakarta

    sangat kental mewarnai jamuan

    makan malam ASEM-CMM tahun ini.

    Hal ini ditandai dengan permainan

    gamelan Jawa sepanjang acara. Tari

    Sanding Kala, dan Gebyar Batik

    turut meramaikan sebagai suguhan

    acara.

    Yogyakarta dipilih sebagai tuanrumah berdasarkan fakta sejarah

    yang menyebutkan bahwa Yogyakarta

    pernah menjadi Ibukota Indonesia

    dan memiliki kekayaan budaya dan

    sejarah. Kota ini memiliki beragam

    situs yang telah diakui oleh UNESCO

    sebagai warisan budaya tak benda dan

    tak benda seperti Candi Borobudur,

    Prambanan dan Situs Manusia Jawa

    di Sangiran, serta Batik.

    Dan hal utama dalam hubungan

    Yogyakarta dengan tema dan tujuanpertemuan ASEM-CMM ini adalah

    Yogyakarta telah menjadi sebuah

    success story/model keberhasilan

    pengelolaan beragam situs dan

    bangunan bersejarah dari terpaan

    ancaman dinamika kegiatan ekonomi

    maupun bencana alam.

    Pada akhir acara, para delegasi

    kebudayaan dari negara-negara Asia,

    dan Eropa diberikan buah tangan

    khas Yogyakarta yaitu wayang kulit.

    (Arifah, Ratih, Gloria)

    FOTO:Dok.PIH

  • 7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012

    12/36

    DikbuDNo. 06 Tahun III Desember 201210

    Dengan demikian, fungsi

    pendidikan dan kebudayaandapat berjalan serasi untuk

    mencerdaskan bangsa. Tahun

    2012 ini, Kemdikbud memilih

    beberapa media tradisional untuk

    menyosialisasikan kebijakannya,

    seperti pergelaran wayang orang,

    permainan tradisional, ataupun

    kesenian daerah lainnya. Selain

    menghibur, media tradisional tersebut

    lebih informatif karena bahasa

    yang digunakannya lebih sederhana

    sehingga pesan yang disampaikan

    gampang dicerna oleh masyarakat.

    Pemilihan terhadap pergelaran

    wayang orang sebagai mediasosialisasi kebijakan ini atas beberapa

    pertimbangan. Sebagai media

    komunikasi tradisional, pergelaran

    wayang orang misalnya, bisa

    dimanfaatkan untuk menyampaikan

    beberapa kebijakan kementerian

    secara persuasif. Juga memiliki sifat

    menghibur dan ditonton banyak

    orang dari berbagai kalangan.

    Selain itu, pergelaran wayang orang

    merupakan bagian dari upaya untuk

    menyuburkan dan mempertahankan

    keberadaan kesenian tradisional.

    Sebagai bangsa yang

    kaya akan nilai danproduk budaya, Indonesia

    memiliki media tradisional

    yang beraneka ragam.

    Media tradisional tersebut

    bisa digunakan sebagai

    media sosialisasi kebijakan

    Kementerian Pendidikan dan

    Kebudayaan (Kemdikbud),

    khususnya mengenai

    pendidikan karakter.

    SosialisasiPendidikan KarakterMelalui KesenianTradisional

  • 7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012

    13/36

    11No. 06 Tahun III Desember 2012 DikbuD

    Pergelaran wayang orang di Alun-

    alun selatan Keraton Yogyakarta,

    Sabtu (1/12) malam lalu, ditonton

    ribuan orang. Pergelaran yang

    dibawakan Sanggar Kesenian Tresno

    Budoyo yang dipimpin Yati Pesek itu

    membawakan lakon Kresna Duta.

    Cerita ini berkisah tentang Kresna

    sebagai duta keluarga Pandawa

    yang datang ke Astina, membahas

    perdamaian antara Pandawa dan

    Kurawa.

    Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

    (Mendikbud) Mohammad Nuh

    sangat mendukung kegiatan

    kebudayaan sebagai hiburan, yang

    juga sebagai upaya mestarikan

    kebudayaan Indonesia. Pada acara

    yang mengambil tema PendidikanKarakter dan Pengembangan

    Kurikulum itu, Mendikbud juga

    menjelaskan tentang pentingnya

    pendidikan karakter kepada

    masyarakat yang hadir dalam

    kesempatan tersebut.

    Mendikbud mengatakan, seseorang

    yang tidak memiliki karakter

    ibarat hewan-hewan dalam sebuah

    pertunjukan sirkus. Singa yang

    harusnya berkarakter garang, dalam

    sirkus karakternya tidak seperti yangseharusnya, yaitu menjadi jinak.

    Demikian juga anak-anak muda

    yang harusnya kreatif dan dinamis,

    jika tidak mendapat pendidikan yang

    benar, bisa menjadi anak muda yang

    lemah, ujarnya.

    Pemilihan tema tersebut sangat

    relevan dengan topik yang sedang

    dibicarakan oleh berbagai media

    maupun pemangku kepentingan

    pendidikan, yaitu tentang pendidikan

    karakter dan pengembangankurikulum. Terkait dengan

    pendidikan karakter, Karakter yang

    sangat penting dimiliki anak didik,

    dan juga masyarakat Indonesia

    adalah kejujuran. Dari karakter jujur

    ini, akan tumbuh karakter-karakter

    positif yang lain, ujar Mendikbud.

    Oleh karena itu, pendidikan yang

    sedang dikembangkan di Indonesia

    tidak hanya bertujuan menjadikan

    peserta didik pintar secara

    intelektual, namun juga memiliki

    karakter yang positif. karena itu

    Mendikbud mengajak masyarakat

    untuk turut serta dalam pendidikan

    karakter, dengan keteladanan dan

    menciptakan karakter positif mulai

    dari lingkungan keluarga.

    Melalui pergelaran itu diharapkan

    juga dapat mewujudkan kesadaran

    untuk mempertahankan dan

    melestarikan kekayaan seni dan

    budaya masyarakat Indonesia.

    Indonesia Berkarakter

    Masih berkisar tentang sosialisasi

    pendidikan karakter, Kemdikbud

    juga menyelenggarakan sosialisasi

    dan kampanye media untuk program

    Pembangunan Karakter Bangsatersebut mengambil tema besar, yaitu

    Indonesia Berkarakter: Indonesia,

    Aku Bangga!

    Dalam konteks sosialisasi dan

    kampanye media saat ini, nilai-nilai

    karakter bangsa dalam kehidupan

    keseharian dikemas dalam berbagai

    bentuk media seperti advertorial,

    buletin, iklan layanan masyarakat,

    CD, pemutaran lm dokumenter, dan

    jingle iklan Indonesia Berkarakter.

    Salah satu bentuk sosialisasinya

    adalah dengan diskusi dan

    pemutaran lm-lm yang terkait

    dengan pembentukan karakter

    bangsa. Diskusi dan pemutaran lm

    diselenggarakan di sejumlah kota,

    diantaranya Palembang, Sumatera

    Selatan, DKI Jakarta, Palangkaraya,

    Makassar, Denpasar, Bali, dan

    Jayapura.

    Film-lm yang diputar adalah lm

    dokumenter mengenai warisan

    dunia (world heritage) yang dimiliki

    Indonesia, seperti Subak, Batik,

    Wayang, Prambanan, Keris, Sangiran,

    dan Noken. Sebagai penerimapengakuan warisan dunia terbaru,

    Noken adalah budaya asli Papua

    dalam bidang kerajinan tas yang

    merupakan hasil dari daya cipta,

    daya rasa, dan daya karsa atas dasar

    kemahiran manusia. Para perajin

    Noken mengasah kemampuan dalam

    membuat Noken dan kerajinan

    tangan lainnya bersama masyarakat

    Sekelompok anak bermain gasing. Salah satu buk, permainan tradisional masih disukai dan lestari.

    FOTO:Dok.PIH

  • 7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012

    14/36

    DikbuDNo. 06 Tahun III Desember 201212

    adat Papua dari masa ke masa. Di

    setiap wilayah Papua, Nokennya pun

    memiliki ciri tersendiri.

    Di samping pembuatan produk yang

    bertemakan Indonesia Berkarakter,

    dilakukan kampanye program

    tersebut ke lima provinsi di luarJakarta, seperti Palangkaraya,

    Jayapura, Palembang, Makassar, dan

    Bali. Kampanye tersebut melibatkan

    para remaja, siswa SMP dan SMA,

    serta guru-guru pendamping.

    Upaya diseminasi dilakukan pula

    dalam bentuk talkshow di beberapa

    stasiun televisi dan radio. Dari

    talkshow tersebut terlihat hasrat

    masyarakat membangkitkan kembali

    nilai-nilai kearifan lokal untuk

    menguatkan karakter bangsa.

    Wamendikbud Bidang Kebudayaan,

    Wiendu Nuryanti, melalui Direktur

    Internalisasi Nilai dan Diplomasi

    Budaya, Diah Harianti di Jakarta,

    pada Sabtu (1/12), mengatakan bahwa

    keberadaan Ditjen Kebudayaan

    di bawah Kemdikbud menjadi

    momen penting untuk mendorongkebangkitan karakter bangsa,

    khususnya bagi generasi muda

    sebagai pilar utama pembangunan.

    Generasi muda Indonesia diharapkan

    bersemangat meningkatkan kerja

    sama antar semua golongan dan

    mewujudkan Indonesia Berkarakter,

    Indonesia Beretika, dan Indonesia

    Berestetika.

    Sementara itu pada kesempatan yang

    bebeda, dalam pembukaan Festival

    dan Lomba Seni Siswa Nasional

    (FLS2N) di Balai Sarbini, Jakarta,

    Kamis (8/11), Direktur Jenderal

    Pendidikan Dasar (Dirjen Dikdas)

    Kemdikbud, Suyanto, mengatakan,

    bahwa pendidikan karakter dapat

    tersosialisasi dengan baik melalui

    kegiatan kesenian seperti musik.

    Misalnya melalui lirik bertemakanpendidikan, nilai-nilai seperti

    kejujuran, saling menghormati, dan

    kedisiplinan, mudah terinternalisasi

    kepada para pendengarnya.

    Dalam sambutannya, Suyanto

    menyatakan bahwa kegiatan

    positif yang berlangsung secara

    berkelanjutan seperti pergelaran

    musik FLS2N ini diharapkan

    mampu menyiapkan dan menyambut

    Bangkitnya Generasi Emas Indonesia

    menyongsong 100 Tahun Indonesia

    Pertunjukan teater dalam Fesval Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) 2012 di Mataram, NTB. Menumbuhkan kepercayaan diri, sporvitas, dan keberanian.

    FOTO:YusPIH

  • 7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012

    15/36

    13No. 06 Tahun III Desember 2012 DikbuD

    Merdeka tahun 2045 sebagai generasi

    yang berkepribadian Pancasila,

    menyayangi sesama, dan taat pada

    ajaran Tuhan Yang Maha Kuasa.

    Demikian pula dengan

    penyelenggaraan Festival Permainan

    Tradisional yang berlangsung

    di Yogyakarta, 16-19 November

    2012 lalu dinilai efektif untuk

    menyosialisasikan kebijakan

    Kemdikbud. Penyelenggaraan festival

    ini berada di bawah Direktorat

    Kepercayaan Terhadap Tuhan YME

    dan Tradisi, Direktorat Jenderal

    Kebudayaan, Kemdikbud.

    Terkait dengan pendidikan karakter

    melalui permainan tradisional,

    Direktur Kepercayaan TerhadapTuhan YME dan Tradisi, Gendro

    Nurhadi, mengatakan ada unsur-

    unsur positif dalam permainan

    tradisional, misalnya kebersamaan,

    kepemimpinan, sikap menerima

    kekalahan, dan tenggang rasa.

    Keberadaan permainan tradisional

    memang saat ini telah tersisih oleh

    perkembangan teknologi, sehingga

    banyak anak-anak yang lebih suka

    bermaingadget.

    Ditemui saat rekaman talkshow distudio MetroTV, Rabu (7/11), Gendro

    mengatakan, salah satu tujuan

    Festival Permainan Tradisional ini

    adalah untuk melestarikan nilai-

    nilai luhur warisan budaya Indonesia

    yang terkandung dalam pengetahuan

    tradisional dan mengekspresikan

    budaya tradisional, sehingga dapat

    memperkuat karakter dan jati diri

    bangsa, terutama generasi muda.

    Peserta festival terdiri dari guru,

    peserta didik (siswa SD dan SMP),

    perajin permainan tradisional,praktisi, dan komunitas permainan

    tradisional.

    Pelaksanaan festival yang banyak

    dikunjungi masyarakat dari berbagai

    kalangan ini juga diharapkan dapat

    membuat orang tua mau memberikan

    kebebasan kepada anak-anaknya

    dalam berekspresi dengan memainkan

    permainan tradisional. Selain itu,

    dengan mengundang guru-guru dari

    berbagai daerah, diharapkan guru-

    guru juga turut memperkenalkan

    beragam permainan tradisional

    kepada peserta didiknya sekembalinya

    ke daerah asal. Metode mengajar

    untuk pendidikan karakter pun bisa

    dilakukan dengan menggunakan

    permainan tradisional, mulai dari

    membuatnya, hingga memainkannya.

    Demikian berbagai upaya penerapan

    pendidikan karakter yang dilakukan

    Kemdikbud dengan menggunakan

    media tradisional. Tentunya

    Kemdikbud juga terus melakukanupaya-upaya lainnya dengan

    memanfaat media cetak, elektronik,

    maupun internet dan lain sebagainya

    sehingga berbagai kebijakan

    dapat menjangkau seluruh lapisan

    masyarakat. (Arifah, Desliana, Nur W)

    Pameran hasil kreavitas peserta didik dalam Fesval dan Lomba Seni Siswa Nasional.

    FOTO:YusPIH

  • 7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012

    16/36

    DikbuDNo. 06 Tahun III Desember 201214

    Menjawab Tantangan Globalisasi

    Kompetensi SDMSebagai Kunci

    Oleh: Shabri Aliaman

    Kepala Pusat Pengembangan SDM Kebudayaan,

    Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

    Pembangunan manusia pada

    dasarnya adalah pembangunan

    akhlak, watak, dan perilaku

    budaya yang mendukung kemajuan

    bangsa. Untuk itu, peningkatan

    kualitas sumber daya manusia (SDM)

    sangat diperlukan dalam membangun

    bangsa, termasuk pengembangan

    SDM di bidang kebudayaan.

    Pengembangan SDM Kebudayaanmemiliki tujuan strategis, yaitu

    ketersediaan peningkatan

    kapasitas dan profesionalisme SDM

    Kebudayaan, peningkatan kapasitas

    pengelolaan sumber daya budaya,

    dan pengembangan kemitraan antara

    pemerintah pusat dan daerah.

    Kementerian Pendidikan dan

    Kebudayaan (Kemdikbud) mengelola

    SDM Kebudayaan melalui Pusat

    Pengembangan SDM Kebudayaan di

    bawah Badan Pengembangan Sumber

    Daya Manusia Pendidikan danKebudayaan dan Penjaminan Mutu

    Pendidikan (BPSDMPK-PMP).

    Sesuai dengan yang tertuang pada

    Permendikbud Nomor 1 Tahun

    2012, Pusat Pengembangan SDM

    Kebudayaan mempunyai tugas dan

    fungsi melaksanakan penyusunan

    bahan kebijakan teknis dan

    pengembangan SDM Kebudayaan,

    termasuk menyusun kebijakan

    tentang pengembangan SDM

    dan menyusun program-program

    pengembangan SDM. Namun

    yang terpenting adalah program

    koordinasi pelaksanaan peningkatan

    kompetensi dan fasilitasi pelaksanaan

    peningkatan kompetensi dan

    sertikasi SDM Kebudayaan.

    SDM Kebudayaan adalah setiap orang

    yang bekerja di sektor kebudayaan,

    baik PNS maupun non PNS.

    Terdapat 52 unit kerja bidangKebudayaan, terdiri dari 11 unit

    utama, 14 Balai Pelestarian Cagar

    Budaya, 11 Balai Pelestarian Nilai

    Budaya, 6 museum-museum khusus,

    dan 10 Balai Arkeologi. Hasil

    rekapitulasi jumlah SDM dari ke-52

    unit kerja tersebut tercatat lebih dari

    6.100 SDM Kebudayaan yang terdiri

    dari 63 persen PNS dan 37 persen

    aparat sipil negara tidak tetap (data

    per 3 Desember 2012).

    Terdapat sekitar 136 ragam profesiSDM Kebudayan, diantaranya profesi:

    arkeolog, kurator, konservator,

    pemandu, pamong budaya, peneliti,

    registrator, juru pelihara, peneliti,

    dosen ilmu budaya, dan lain

    sebagainya.

    Saat ini, Pusat juga tengah mengkaji

    apakah SDM bahasa masuk dalam

    kategori SDM Kebudayaan karena

    bahasa merupakan salah satu aspek

    kebudayaan terutama menyangkut

    kesastraan dan tradisi lisan.

    Pelatihan Berbasis Kompetensi

    Keberagaman aspek budaya

    membutuhkan SDM yang kompeten,

    terutama di era globalisasi yang

    mengharuskan setiap tenaga kerja

    melaksanakan pekerjaannya secara

    konsisten dan esien sesuai dengan

    standar kerja yang telah ditetapkan.

    Setelah ragam profesi terpetakan,

    Pusat akan segera melakukanpeningkatan kompetensi SDM, salah

    satunya dengan melakukan Pelatihan

    Berbasis Kompetensi.

    Mengacu pada Kepmendiknas RI

    Nomor 045/U/2002, bahwa yang

    dimaksud dengan kompetensi adalah

    seperangkat tindakan cerdas dan

    penuh tanggungjawab yang dimiliki

    seseorang sebagai syarat untuk

    dianggap mampu oleh masyarakat

    dalam melaksanakan tugas-tugas di

    bidang pekerjaan tertentu. Dalam halini, kompetensi di bidang kebudayaan

    adalah seperangkat pengetahuan

    yang dimiliki oleh seseorang yang

    menyangkut dengan pengetahuan,

    sikap dan keterampilan, khususnya

    disektor kebudayaan.

    Sebelumnya pada saat masih

    bergabung di Kementerian

    Kebudayaan dan Pariwisata, pola

    peningkatan kompetensi lebih

    mengacu pada bagaimana menjadi

    tenaga terampil kebudayaan dalam

  • 7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012

    17/36

    15No. 06 Tahun III Desember 2012 DikbuD

    hal daya tarik wisata. Tapi sekarang

    ini, di Kemdikbud menjadi lebih

    fokus pada bagaimana kekayaan

    dan keragaman budaya itu menjadi

    bagian yang sangat penting dalam hal

    pembangunan karakter bangsa, selain

    kepentingan pada tempat mereka

    bekerja. Misalnya juru pelihara yang

    tugasnya memelihara cagar budaya.

    Untuk itulah sangat penting

    dilakukan pelatihan berbasis

    kompetensi, yang sebelumnya

    perlu didahului dengan identikasi

    kebutuhan pelatihan, pemilihan

    bentuk dan jenis pelatihan,

    penyusunan silabus pelatihan,

    pnyusunan modul pelatihan, maupun

    penyusunan metodologi pembelajaran.

    Selain itu perlu juga disediakan dandibina tenaga fasilitator/instruktur

    yang berkualitas, menyusun

    persyaratan peserta pelatihan, dan

    juga menyediakan fasilitas pelatihan.

    Langkah awalnya adalah melakukan

    training of trainers (TOT) dimana

    para pelatih (trainer) itu yang akan

    menyebarkan ilmunya ke SDM

    Kebudayaan di daerah. Para pelatih

    tersebut bisa saja berasal dari

    perguruan tinggi, UPT Kebudayaan,

    ataupun Widyaiswara. Ini atasdasar pengembangan ilmu tidak

    hanya mencakup ilmu mengetahuan

    menurut bidangnya, tapi juga harus

    ada unsur edukasi. Pengembangan

    harus membuat orang dari suatu

    kondisi ke kondisi yang lebih bagus.

    Pasti di dalamnya terdapat proses

    edukasi yang dedaktif metodik.

    Selain itu, untuk peningkatan

    kompetensi, Pusat juga bisa

    melakukan berbagai kerja sama

    dengan pemerintah daerah untukpengembangan pelatihan SDM

    Kebudayaan di daerah atau unit

    pelaksana teknis lainnya di seluruh

    Indonesia. Kedepannya, pada 2013,

    akan diselenggarakan peningkatan

    kompetensi bidang Kebudayaan

    khususnya bagi guru mata pelajaran,

    guru kesenian, sejarah, antropologi,

    dan lain sebagainya dalam lingkup

    satuan pendidikan.

    Oleh karena itu dalam

    implementasinya, akan ada integrasi

    kegiatan dengan UPT PPPPTK Seni

    dan Budaya. Meskipun demikian,

    Pusat tidak berkecimpung dalam

    pemenuhan kuantitas guru tapi lebih

    memperlihatkan kualitas sesuai

    dengan tugas dan fungsi Pusat, yaitu

    peningkatan kompetensi.

    Namun demikian, substansi bidang

    kebudayaan itu tidak hanya pada ilmu

    sosial saja, tetapi juga menargetkan

    guru-guru IPA dan Matematika untuk

    mengikuti pelatihan. Apalagi dalam

    kurikulum 2013 yang sedang disusun.

    topik-topik pembelajaran di sekolah

    akan berdasarkan tema tertentu

    yang dikaitkan dengan kebudayaan

    terutama yang terkait dengan nilai

    budaya dan kearifan lokal.

    Dasarnya adalah kebudayaan itu

    erat kaitannya dengan pembentukan

    karakter. Oleh karena itu, ada materi

    kebudayaan yang bisa diintegrasi

    untuk disisipkan.

    Selanjutnya Pusat akan membuat

    pedoman penilaian kinerja bagi

    SDM Kebudayaan. Penilaian disini

    bukan berarti menilai peserta didik

    itu lulus atau tidak lulus, berhasil

    atau tidak berhasil. Tetapi yang

    terpenting dengan penilaian ini

    adalah akan terpetakan kompetensi

    yang dimiliki oleh SDM Kebudayaan.

    Jika sudah terpetakan, maka Pusat

    dapat mengetahui pelatihan berbasis

    kompetensi apa yang akan diberikan

    kepada mereka.

    Guru tari sedang mengajarkan gerakan tari Bali. Kompetensi guru menentukan kualitas peserta didik.

    FOTO:Dok.PIH

  • 7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012

    18/36

    DikbuDNo. 06 Tahun III Desember 201216 DikbuDNo. 06 Tahun III November 201216

    Manusia Berbudaya

    Berbicara mengenai pelestarian

    kebudayaan, yang sangat utama

    adalah SDM-nya, atau man behind the

    gun. Dalam hal ini tentunya melalui

    SDM Kebudayaan yang kompeten

    akan terjadi keberlangsungan

    pelestarian kebudayaan yang baik

    dan menjadi bagian penting untuk

    dunia pendidikan, terutama dalam

    peneguhan jati diri dan karakter

    bangsa, bermartabat dan berbudaya.

    Manusia yang berbudaya adalah

    manusia yang berpengetahuan,

    memiliki keterampilan, dan memiliki

    sikap dan tingkah laku terpuji.

    Katakanlah untuk membentuk

    manusia yang berpengetahuan dan

    bermartabat perlu diiringi dengan

    pengembangan etika, estetika,

    pengetahuan, dan keterampilan.

    Aspek-aspek inilah yang didapat

    melalui pemahaman kebudayaan.

    Dengan dikawalnya pengetahuan

    oleh etika dan estetika, diharapkan

    akan lahir manusia Indonesia yang

    berpengetahuan dan beradab.

    Benang merahnya adalah aspek

    tersebut yang harus kita perhatikan

    dalam memanusiakan manusia.

    Pendidikan itu sendiri adalah

    proses pendewasaan. Belajar

    dari keberhasilan Jepang yang

    mengawinkan ilmu dengan

    kebudayaannya. Pengembangan

    ilmunya sangat memperhatikan

    kearifan lokal.

    Di Indonesia, pernah mengalamimasa ketika mata pelajaran hanya

    ditujukan pada pencerdasan otak.

    Padahal pencedasan otak perlu

    diimbangi dengan etika dan estetika.

    Mereka yang dicerdaskan otaknya

    semata melahirkan manusia-manusia

    mesin. Sementara dengan etika

    dan estetika, akan membentuk

    manusia berbudaya yang bermanfaat

    bagi kehidupan masyarakat dan

    lingkungannya.

    Kemdikbud saat ini sedang menyusunkurikulum baru dengan mamasukkan

    mata pelajaran Seni dan Budaya

    sebagai salah satu mata pelajaran

    wajib. Tidak hanya itu, aspek-aspek

    kebudayaan juga akan disisipkan dan

    mewarnai mata pelajaran lainnya.

    Memang membutuhkan waktu

    lama untuk membentuk generasi

    berbudaya. Setidaknya 35 tahun

    baru terlihat bentuk generasi yang

    kita cetak mulai saat ini. Tentu kita

    tidak boleh menunda lagi persoalanpendidikan dan kebudayaan.

    Dengan memulai dari sekarang,

    kedepannya generasi penerus

    dapat lebih berkarakter. Baik

    berkarakter di lingkungan sekolah

    maupun di dalam rumah tangga dan

    masyarakat. Itulah generasi yang

    kita didam-idamkan.

    (Ditulis ulang oleh Arifah dari

    wawancara di Jakarta,

    5 Desember 2012)

    Seorang bocah sedang belajar mendalang dengan memainkan gunungan wayang. Menanamkan

    kecintaan terhadap seni tradisional sejak dini.

    FOTO:Dok.PIH

  • 7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012

    19/36

    17No. 06 Tahun III Desember 2012 DikbuD 17No. 06 Tahun III November 2012 DikbuD

    Memahami masa lalu memberipelajaran kepada manusia

    agar bijak dalam menyikapi

    masa kini dan masa depan. Namun,

    memahami nilai dan kearifan lokal

    masa lalu sebuah bangsa memerlukan

    ilmu tersendiri. Salah satu ilmu itu

    adalah arkeologi. Ilmu ini beriringan

    dengan ilmu-ilmu lainnya, sehingga

    hasil penelitian menjadi komprehensif

    dan dapat dijadikan rujukan

    mengenal asal usul suatu kebudayaan.

    Berikut penuturan seorang arkeologmuda, Auliana Muharini, yang saat

    ini bekerja sebagai staf pada Pusat

    Arkeologi Nasional, Kementerian

    Pendidikan dan Kebudayaan

    (Kemdikbud), kepada wartawan

    Majalah Dikbud, Arifah:

    Arkeologi termasuk bidang ilmu

    yang jarang diminati, mengapa

    Anda tertarik mempelajarinya?

    Pada awalnya, saya merasa hal

    yang luar biasa ketika mengunjungi

    candi-candi di Jawa, seperti CandiBorobudur dan Prambanan. Candi-

    candi Buddha dan Hindu dari

    masa kerajaan Mataram Kuno

    yang pembangunannya tentu

    membutuhkan waktu yang lama serta

    menggunakan teknologi yang lebih

    sederhana dibanding saat ini, namun

    tetap tidak mengurangi nilai sakral

    dari agama yang diwakilinya.

    Saya melihat masih banyak candi

    yang tersisa hingga saat ini walau

    mungkin hanya berupa reruntuhan

    saja. Hal ini sekaligus menjadi buktibetapa hebatnya nenek moyang kita

    pada masa lalu. Kemegahan dan

    keanggunan candi-candi itu membuat

    saya penasaran dengan ada cerita apa

    di balik mahakarya itu. Kemudian

    saya memutuskan untuk mempelajari

    lebih dalam dengan mengambil kuliah

    S1 Jurusan Arkeologi, di Universitas

    Gadjah Mada, Yogyakarta.

    Lalu, apa yang didapat dari

    bangku kuliah?

    Saya akhirnya menyadari, bahwaarkeologi juga menjangkau semua

    bidang ilmu, seperti ilmu arsitektur,

    sejarah, bahasa dan sastra, geologi,

    dan banyak lagi. Ilmu-ilmu itulah

    yang pada akhirnya akan mendukung

    perkembangan ilmu arkeologi itu

    sendiri. Hasil penelitian pun menjadi

    lebih komprehensif dan tingkat

    reliabilitasnya tinggi karena dapat

    dilihat dari berbagai sisi. Jadi, sebagai

    arkeolog, kami tidak hanya menguasai

    satu ilmu, tapi juga harus menguasai

    ilmu-ilmu lainnya.

    Penelitian apa yang saat ini Anda

    lakukan?

    Saat ini saya beserta tim dari Pusat

    Arkeologi Nasional sedang melakukan

    penelitan bangunan-bangunan

    keagamaan di wilayah di Trowulan,

    Jawa Timur. Pada tahun 2012 ini,

    saya juga telah melakukan penelitian

    mengenai hari jadi Kota Jombang,

    penelitian peradaban Hindu-Budha

    di kabupaten Blora, dan interaksi

    masyarakat terhadap Makam-makam

    Arkeologi untukMemahamiKearifan LokalMasa Lalu

    Auliana Muharini:

    Kesultanan Palembang. Tahun lalu,saya melakukan penelitian ragam hias

    di candi-candi di daerah Prambanan

    dan sekitarnya.

    Apa arti penting penemuan-

    penemuan arkeologi?

    Salah satu paradigma arkeologi

    adalah untuk merekonstruksi

    kehidupan nenek moyang kita di

    masa lampau. Para leluhur kita

    ternyata telah mampu menciptakan

    suatu tatanan kehidupan yang cukup

    kompleks, yang banyak diwujudkandalam bentuk sik (artefak) maupun

    non-sik (sistem budaya).

    Banyak di antaranya yang masih

    bisa dilihat hingga saat ini. Di sinilah

    arkeologi turut memberikan peranan,

    dimana banyak tinggalan-tinggalan

    masa lampau berhasil diungkap

    kembali melalui berbagai penelitian

    arkeologi yang telah dilakukan.

    Siapa tokoh-tokoh arkeologi yang

    Anda segani?Banyak. Beberapa di antaranya yang

    dari dalam negeri adalah Bapak

    Poerbatjaraka, Bapak R. Soekmono,

    dan Bapak Boechari. Sedang yang

    dari luar negeri, J.L.A. Brandes, Peter

    Belwood, dan Th. Pigeaud.

    Tertarik melakukan penelitian

    dengan tim internasional?

    Ingin sekali. Jika memang ada

    kesempatan untuk melakukan

    penelitian dengan para peneliti luar,

    tentu saja bersedia. Tapi tentunya

  • 7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012

    20/36

    DikbuDNo. 06 Tahun III Desember 201218

    harus melalui peraturan dan prosedur

    yang berlaku di lembaga saya bekerja.

    Menurut Anda, apa yang harus

    dikembangkan lagi oleh Pusat

    Arkeologi Nasional?

    Pertama, saya berharap ada

    pengembangan sarana dan prasarana

    yang lengkap yang dapat menunjang

    kegiatan penelitian arkeologi.

    Kemudian kedua, peningkatan

    pembinaan sumber daya manusia,baik bagi para peneliti maupun non-

    peneliti agar bisa saling mendukung

    dan memperlancar kegiatan

    penelitian ke depannya. Ketiga, lebih

    ditingkatkan lagi publikasi penelitian

    agar masyarakat dapat menerima

    informasi baru dan merasakan

    manfaatnya.

    Suka duka menjadi arkeolog?

    Sukanya saya bisa mengunjungi

    berbagai tempat di Indonesia, bahkan

    hingga yang terpencil sekalipun.

    Mendapatkan perspektif baru

    mengenai budaya yang berkembang

    di suatu wilayah. Saya juga bisa

    bertemu dengan tokoh-tokoh penting

    yang mungkin di luar kepentingan

    arkeologi hal itu tidak bisa dilakukan.

    Dan tentunya mendapatkan

    tambahan pengetahuan ilmu baru.

    Dukanya ternyata juga banyak,

    terutama penelitian di musim

    hujan. Penelitian saya dan tim yangterakhir di Trowulan adalah di lahan

    terbuka, hampir tiap hari akan turun

    hujan dengan intensitas yang tinggi,

    ditambah petir yang menurut warga

    memang sangat berbahaya. Jadilah

    kami sempat tiarap dan kabur tiap

    kali ada petir.

    Atau ketika kotak ekskavasi kami

    harus digusur karena si pemilik lahan

    akan menanaminya dengan pohon

    sengon. Akhirnya kami pun mesti

    berpindah ke kotak ekskavasi lain.

    Di Blora, kami ekskavasi di dalam

    hutan jati yang letaknya cukup jauh

    dari permukiman penduduk. Beberapa

    hari kami mesti berjalan kaki menuju

    ke lokasi sebelum akhirnya kami ikut

    numpang motor para tenaga lokal di

    sana.

    Meski demikian, hal-hal itulah yang

    membuat penelitian arkeologi itu

    sangat menarik dan mungkin bisa

    dibilang penuh tantangan. Benar-benar merupakan suatu pengalaman

    yang sangat berkesan.

    Apa harapan Anda terhadap

    generasi muda di Indonesia?

    Saya berharap generasi muda mau

    mengenal dan menyintai budaya

    bangsa sendiri, salah satunya melalui

    arkeologi yang kaya akan nilai-nilai.

    Agar juga tidak melakukan kegiatan

    vandalisme yang bersifat merusak

    tinggalan-tinggalan arkeologi yang

    ada pada saat ini. (*)

    Akvitas para arkeolog pada saat ekskavasi lokasi penemuan benda purbakala. Masih banyak peninggalan sejarah yang belum tergali.

    FOTO:Auliana

  • 7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012

    21/36

    19No. 06 Tahun III Desember 2012 DikbuD

    Oleh: Surya Helmi

    Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman,

    Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

    Sesuatu yang dihasilkan manusia

    di masa lampau berupa warisan

    budaya bersifat kebendaan,

    mengandung nilai sejarah, ilmu

    pengetahuan, pendidikan, agama,

    dan/atau kebudayaan melalui

    proses penetapan, dapat dikatakan

    cagar budaya. Setidaknya, inilah

    denisi cagar budaya menurut

    Undang-undang Nomor 11 Tahun

    2010 Tentang Cagar Budaya. Yangtermasuk cagar budaya, antara lain:

    Benda Cagar Budaya, Bangunan,

    Cagar Budaya, Struktur Cagar

    Budaya, Situs Cagar Budaya, dan

    Kawasan Cagar Budaya di darat dan

    atau di air.

    Tapi perlu diingat, tidak semua

    benda berumur 50 tahun disebut

    cagar budaya jika tidak memenuhi

    persyaratan-persyaratan tersebut.

    Istana Pagaruyung, misalnya, tidak

    dapat disebutkan cagar budaya tetapilebih tepat sebagai bangunan budaya.

    Hal ini dikarenakan tidak terdapatnya

    dokumen yang menuliskan

    keberadaan Kerajaan Minangkabau.

    Memang ada cerita turun temurun

    dalam bentuk bahasa lisan Tambo,

    namun bahasa tutur ini tidak kuat

    disebut sebagai bukti sejarah.

    Bahkan, menurut pakar, Tambo

    80 persennya berupa dongeng yang

    akurasinya berbeda dengan dokumen

    tertulis. Beda halnya dengan Kerajaan

    Sriwijaya yang memang sudah

    terbukti keberadaannya melalui

    berbagai prasasti yang ditemukan di

    berbagai tempat.

    Mengingat pentingnya cagar

    budaya ini, Undang-undang pun

    mengamanatkan untuk senantiasa

    melestarikan dan mengelola cagar

    budaya dengan tepat melalui berbagai

    upaya perlindungan, pengembangan,dan pemanfaatan dalam memajukaan

    kebudayaan nasional, dan tentunya

    sebesar-besarnya untuk kemakmuran

    rakyat.

    Kementerian Pendidikan dan

    Kebudayaan (Kemdikbud)

    memberikan wewenang pengelolaan

    cagar budaya kepada setiap unit

    pelaksana teknis (UPT) pusat di

    daerah, seperti Balai Pelestarian

    Cagar Budaya (BPCB), Balai

    Pelestarian Situs Manusia PurbaSangiran, dan lain sebagainya.

    Indonesia memiliki banyak sekali

    cagar budaya yang tersebar di seluruh

    wilayah Indonesia. Ada yang sudah

    diusulkan kepada UNESCO sebagai

    warisan dunia, di antaranya Candi

    Borobudur, Candi Prambanan, dan

    yang baru-baru ini diakui adalah

    lansekap budaya Subak di Bali dan

    Noken Papua. Namun disayangkan,

    jumlah yang diakui tersebut

    sangatlah tidak sebanding dengan

    Cagar Budaya dan

    Museum sebagaiWahana Edukasi Publik

    Sesuatu yang dihasilkanmanusia di masa lampau

    berupa warisan budaya

    bersifat kebendaan,

    mengandung nilai sejarah,

    ilmu pengetahuan,

    pendidikan, agama, dan/

    atau kebudayaan melalui

    proses penetapan, dapat

    dikatakan cagar budaya.

  • 7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012

    22/36

    DikbuDNo. 06 Tahun III Desember 201220

    jumlah cagar budaya di Indonesia.

    Padahal keuntungan yang didapat

    dari terdaftarnya sebagai warisan

    budaya adalah terpublikasikannya

    cagar budaya Indonesia dan turut

    sertanya masyarakat global untukmemeliharanya.

    Konsep pengelolaan cagar budaya

    diarahkan pada pemeliharaan,

    perlindungan, dan pemanfaatan cagar

    budaya. Misalnya, masyarakat dapat

    memperoleh manfaat ekonomi dan

    sosial dari suatu pemugaran candi

    di sekitar tempat tinggalnya. Juga,

    tentunya sektor pariwisata juga

    akan ikut berkembang. Pengalaman

    membuktikan, dulu ketika masa

    awal pemugaran Borobudur, belum

    Pengunjung mengama kereta kencana. Membiasakan mengunjungi tempat-tempat bersejarah dapat menambah kekaguman terhadap nenek moyang.

    terkirkan oleh masyarakat sekitar

    akan arti penting pemanfaatan

    ekonomi. Tetapi dengan berjalannya

    waktu, muncul paradigma baru ketika

    masyarakat sadar akan kemanfaatan

    keberadaan candi sebesar-besarnya.Disini kemudian roda perekonomian

    berputar.

    Dengan paradigma ini, baik

    pemerintah pusat maupun

    daerah berkewajiban melakukan

    pemeliharaan cagar budaya di

    daerahnya masing-masing dan

    didukung dengan penganggaran

    yang jelas. Disisi lain, masyarakat

    pun berkewajiban untuk mendukung

    pemeliharaan terhadap cagar budaya

    yang memberikan keuntungan baik

    keuntungan sosial maupun material.

    Namun demikian, kendala yang

    terjadi adalah belum adanya

    peraturan pemerintah (PP) turunan

    dari Undang-undang Cagar Budaya.Jadi operasional di lapangan agak

    tersendat, walaupun PP lama belum

    ditarik. Keterbatasan jumlah tim

    ahli cagar budaya bersertikat, baik

    tingkat daerah maupun nasional,

    menjadi kendala lain dalam upaya

    registrasi cagar budaya. Padahal tim

    ahli inilah yang sangat dibutuhkan

    untuk memberikan rekomendasi

    dan menverikasikan cagar budaya

    yang diajukan perorangan atau

    daerah untuk diregistrasi. Tentu

    tidak ada yang berharap kehilangan

    FOTO:Singgih,PIH

  • 7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012

    23/36

    21No. 06 Tahun III Desember 2012 DikbuD

    Sampai saat ini Ogoh Ogoh, yang diselenggarakan sehari sebelum Nyepi, masih tetap abadi sebagai

    tradisi masyarakat Bali. Tradisi yang menarik wisatawan.

    hanya karena sikap kurang peduli

    terhadapnya, karena kehilangan

    cagar budaya berarti kehilangan

    identitas diri.

    Memasyarakatkan Museum

    Sebagai langkah pelestarian cagar

    budaya dan pemasyaratan museum,

    Direktorat Pelestarian Cagar Budaya

    dan Permuseuman Kemdikbud

    terus berupaya menjalankan

    tugas dan fungsinya, mulai dari

    melaksanakan perumusan, koordinasi,

    dan pelaksanaan kebijakan, serta

    memfasilitasi penerapan standar

    teknis di bidang pelestarian cagar

    budaya dan permuseuman. Termasuk

    menjalankan salah satu fungsi yang

    sangat vital, yaitu pengelolaanregister nasional dan eksplorasi cagar

    budaya di air.

    Direktorat ini, melalui UPT di daerah,

    juga terus memasyarakatkan dan

    memperkenalkan museum terhadap

    masyarakat usia dini, diantaranya

    ke sekolah-sekolah dasar di daerah.

    Pemaknaan integrasi pendidikan dan

    kebudayaan inilah yang berperan

    penting dalam menggeser makna

    museum dari hanya sebagai pelengkap

    menjadi media pembelajaran kearifanlokal. Beasiswa S-2 pun disediakan

    bagi mereka yang berminat

    melanjutkan pendidikan di jurusan

    museum.

    Selain itu, Direktorat banyak

    melakukan gebrakan dalam

    memasyarakatkan museum, mulai

    dari pameran Museum Nusantara di

    JCC Jakarta, penganugerahan duta

    museum, talkshow di televisi bersama

    Slamet Raharjo, dan pameran

    museum di puast perbelanjaan.Upaya jemput bola seperti itu

    diharapkan dapat menimbulkan

    ketertarikan masyarakat untuk

    mengunjungi museum. Setidaknya,

    masyarakat melirik pameran tersebut

    sebagai awal yang sangat baik untuk

    kemudian menimbulkan niat untuk

    berkunjung ke museum.

    Idealnya, museum adalah sebagai

    pusat ilmu pengetahuan dan edukasi

    publik. Masyarakat yang berkunjung

    ke museum diharapkan bertambah

    pengetahuannya, dari tidak tahu

    menjadi tahu. Hal ini mengingat

    setiap benda cagar budaya di museum

    menyiratkan kearifan lokal bangsa

    Indonesia.

    Apalagi saat ini museum menjadi

    ikon kebudayaan. Pemerintah terus

    menggalakkan dan memasyarakatkan

    museum yang belum dijadikan

    prioritas oleh masyarakat.

    Mulai 2010 dicanangkan tahun

    kunjungan museum. Bantuan untuk

    merevitalisasi museum, baik museum

    milik pemerintah maupun swasta,

    terus dialirkan.

    Namun, tentunya banyak

    permasalahan yang menyertai upaya

    tersebut, mulai dari manajemenmuseum, tata letak benda, sampai

    pemberian label (caption) yang

    kerap kali kurang bercerita. Untuk

    itu, pembinaan di seluruh museum

    pemerintah di Indonesia pun terus

    dilakukan, seperti melakukan

    berbagai pelatihan, lokakarya

    (workshop), bimbingan, penyuluhan

    tata pameran, bagaimana menata

    pameran dengan baik, penulisan label

    dengan baik, dan lain sebagainya.

    Bentuk upaya lain dalam

    memasyarakatkan museum adalah

    membangun beberapa museum di

    daerah. Museum Maritim di Pulau

    Belitung misalnya, sekarang sedang

    dibangun. Penunjukan Belitung

    sebagai tempat Museum Maritim ini

    berdasarkan fakta banyak ditemukan

    kapal karam di sekitar Belitung. Di

    masa lalu, perairan Belitung menjadi

    jalur pelayaran internasional.

    Museum Perang Dunia II juga

    akan dibangun di Pulau Morotai,

    mengingat pada PD II Jenderal

    McArthur mempunyai kamp di sana.

    Pulau ini memiliki tujuh landasan

    pesawat perang peninggalan PD II.

    Kemudian, di Sumatera Barat juga

    akan didirikan Museum PemerintahDarurat Republik Indonesia yang

    menandakan sejarah politik Indonesia

    terukir di tempat itu. Segala upaya

    tersebut tidak lain untuk membangun

    karakter bangsa yang berbudaya. Kita

    berharap, generasi mendatang tidak

    kehilangan akar budaya adiluhung

    warisan nenek moyang. Semoga.

    (Ditulis ulang oleh Arifah dari

    wawancara di Jakarta,

    20 November 2012)

  • 7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012

    24/36

    DikbuDNo. 06 Tahun III Desember 201222

    Museum adalah lembaga

    tetap, nirlaba, terbuka

    untuk umum, melayani

    kebutuhan masyarakat dengan

    cara mengumpulkan, memelihara,

    meneliti, mengomunikasikan, dan

    memamerkan benda peninggalan takbenda (tangible) maupun tak benda

    (intangible) untuk tujuan studi,

    edukasi, dan kesenangan. Demikian

    pengertian museum yang diberikan

    International Council of Museums

    (ICOM) atau Dewan Internasional

    Museum.

    Pengertian ICOM tentang museum

    itu diterjemahkan dalam Peraturan

    Pemerintah (PP) No.19 Tahun 1995,

    yang menyebutkan bahwa museum

    adalah lembaga, tempat penyimpanan,

    perawatan, pengamanan, dan

    pemanfaatan benda-benda bukti

    materiil hasil budaya manusia

    serta alam dan lingkungannya guna

    menunjang upaya perlindungan dan

    pelestarian kekayaan budaya bangsa.

    Dari PP tersebut, digambarkan

    bahwa museum berperan dalam

    mengumpulkan informasi tentang

    warisan budaya dan warisan alam

    dimana museum tersebut berada,

    menyimpan dan memelihara koleksi

    untuk kepentingan masyarakat

    dan perkembangannya, melakukan

    penelitian dan menyebarluaskan hasil

    penelitian kepada masyarakat, serta

    mengomunikasikan koleksi benda dan

    tak benda melalui berbagai pameran

    dan aktivitas lain.

    Khususnya perannya dalam bidang

    pendidikan, museum dapat dijadikan

    sebagan tempat peserta didik

    menyelenggarakan aktivitas budaya

    dan sosial, sarana belajar nonformal,

    dan sebaliknya, sekolah dapat

    berperan mendukung secara aktif

    untuk menghidupkan kembali peran

    museum. Atau idealnya, museum

    memiliki peran strategis untuk

    mencerdaskan bangsa, kepribadian

    bangsa, ketahanan nasional, danwawasan Nusantara.

    Bataviaasch Genootschap van Kunsten

    en Wetenschappen atau lebih dikenal

    saat ini dengan Museum Nasional,

    didirikan pada 24 April 1778 oleh

    Belanda sebagai bentuk kecintaannya

    terhadap pengetahuan dan

    kebudayaan Indonesia. Sejak tahun

    1871, Museum Nasional menjadi lebih

    dikenal dengan Museum Gajah karena

    diletakkannya patung perunggu

    berbentuk gajah hadiah dari Raja

    Thailand, Raja Chulalongkorn.

    Sejak 28 Mei 1979, nama resmi

    museum ini ditetapkan sebagai

    Museum Nasional. Pemerintah

    Indonesia pun terus berupaya

    mendirikan museum-museum tingkat

    provinsi.

    Jika dilihat dari sejarahnya, museum

    pada zaman sebelum kemerdekaan

    yang didirikan oleh pemerintah

    kolonial bertujuan untuk kepentingan

    ilmu pengetahuan yang menunjang

    politik kolonial. Ini dilakukan

    penjajah dalam usahanya tidak hanya

    untuk mempertahankan wilayah

    jajahan melalui aspek kebudayaan,

    tetapi juga memang dasar kecintaan

    mereka terhadap kebudayaan

    Indonesia. Jumlah koleksi cukup

    banyak dan disajikan dengan konsep

    tata pameran di Eropa. Koleksi-

    koleksinya pun saat itu dibagi ke

    museum di Amsterdam dan Leiden.

    Sementara itu, setelah kemerdekaan,

    Menjadikan Museumsebagai Kebutuhan

    MasyarakatOleh: Intan Mardiana

    Kepala Museum Nasional,

    Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

  • 7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012

    25/36

    23No. 06 Tahun III Desember 2012 DikbuD

    museum kemudian bertujuan untuk

    kepentingan pelestarian warisan

    budaya dalam rangka pembinaan dan

    pengembangan kebudayaan bangsa,

    dan sebagai sarana pendidikan

    nonformal. Jumlah koleksi yang

    terbatas dan dipamerkan untuk

    kepentingan bangsa dalam rangka

    penanaman rasa kebangsaan,

    kecintaan dan jati diri bangsa.

    Museum dijadikan tempat

    pembelajaran nonformal bagi

    masyarakat, karenanya koleksi

    yang dipamerkan harus otentik,

    informasinya benar, dan hasil

    penelitiannya pun harus benar.

    Visi Museum Nasional adalah

    Terwujudnya Museum Nasional

    sebagai pusat informasi budaya

    dan pariwisata yang mampu

    mencerdaskan kehidupan bangsa,

    meningkatkan peradaban dan

    kebanggaan terhadap kebudayaan

    national, serta memperkokoh

    persatuan dan persahabatan antar

    bangsa.

    Revitalisasi Museum

    Gerakan Nasional Cinta Museum

    telah digulirkan sejak 2009 seiring

    dengan Tahun Kunjung Museum

    2010-2014 (visit museum year).

    Gerakan ini untuk memperkokoh

    fungsi museum sebagai media

    universal dalam pelestarian warisan

    budaya, wahana pembelajaran

    masyarakat, dan objek wisata yang

    edukatif.

    Program ini didukung dengan

    berbagai kegiatan di museum di

    seluruh Indonesia, yang tentunya

    bertujuan memperbesar jumlah

    pengunjung serta meningkatkan

    apresiasi dan kepedulian masyarakat

    terhada warisan budaya bangsa.

    Museum pun harus terus berbenah

    diri menjadi lebih semarak dan

    hidup dalam pengelolaannya.Saat

    ini, di Indonesia terdapat 283 museum

    yang tersebar di seluruh Indonesia.

    Namun sangat disayangkan

    keberadaannya secara umum

    belum mampu memenuhi keinginan

    masyarakat secara optimal.

    Menilik situasi demikian, pemerintah

    terus melakukan berbagai upaya

    untuk mengoptimalkan fungsi

    museum bagi masyarakat. Salah satu

    yang dilakukan adalah revitalisasi

    museum sebagai upaya meningkatkan

    kualitas museum dalam melayani

    masyarakat dan menjadikan

    museum sebagai kebutuhan untuk

    dikunjungi.

    Nantinya, selain sebagai ruang

    pamer, museum-museum di Indonesia

    juga dapat menjadi sarana edukasi

    dan rekreasi berkualitas yang

    diapresiasi dan mampu menginspirasi

    masyarakatan untuk melestariakn

    dan mengembangkan nilai-nilai

    budaya. Selain itu, dengan revitalisasi

    ini diharapkan dapat menjadikan

    museum sebagai pranata sosial yang

    mampu membangkitkan kebanggaan

    setiap warga negara sehingga dapat

    memperkukuh jati diri bangsa.

    Sekelompok pengunjung Museum Nasional, di Jakarta, mengama sebuah benda peninggalan sejarah.

    Jumlah kunjungan ke museum diharapkan terus meningkat.

    FOTO:Dok.MuseumNasional

  • 7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012

    26/36

    DikbuDNo. 06 Tahun III Desember 201224

    Setidaknya ada enam aspek

    revitalisasi museum, yaitu sik,

    manajemen, program, jejaring,

    kebijakan, dan pencitraan. Pertama,

    tampilan sik museum dibuat

    menjadi lebih menarik, misalnya

    dengan melakukan penataan

    interior (renovasi ruang pameran

    tetap, penataan ruang penyimpanan

    koleksi (storage), laboratorium,

    ruang pengenalan, dan bengkel

    kerja preparasi), penataan eksterior

    (penataan taman, pembuatan papan

    nama museum, penanda, kalender

    acara), dan rehabilitasi sik (fasilitas

    penunjang dan perluasan bangunan

    museum).

    Kedua, aspek manajemen dengan

    meningkat profesionalisme dalampengelolaan museum dan pelayanan

    pengunjung. Oleh karena itu, perlu

    dilakukan manajemen koleksi, sumber

    daya manusia (SDM), keuangan, dan

    layanan pengunjung.

    Ketiga, aspek pengembangan

    program-program yang inovatif dan

    kreatif sehingga tidak membosankan

    para pengunjung. Program yang

    dibuat pun bervariasi, mulai dari

    mengirim para tenaga guide untuk

    memperdalam pengetahuannya kelembaga-lembaga terkait seperti

    geologi, arkeologi dan sebagainya,

    kuis dan perlombaan bagi pengunjung

    anak-anak, ataupun pojok anak

    dimana anak dapat terjun langsung

    membersihkan keramik-keramik

    kuno dan belajar bagaimana

    memproteksinya.

    Keempat adalah penguatan jejaring

    dengan berbagai komunitas maupun

    museum lainnya. Hubungan

    kemitraan dalam pengelolaan museummenjadi suatu tuntutan di masa

    depan, karena tanpa bermitra dengan

    pihak lain, keberadaan museum

    terhambat perkembangannya.

    Kelima, menetapkan kebijakan

    pengelolaan museum, bagaimana

    standarnya apalagi saat otonomi

    daerah dimana museum-museum di

    tingkat provinsi/kabupaten/kota sudah

    menjadi tanggung jawab daerah.

    Termasuk harus ditetapkan kebijakan

    yang berkaitan dengan SDM-nya,

    sehingga yang berkecimpung

    mengelola museum adalah orang-

    orang yang memang mempunyai

    kompetensi di bidang permuseuman

    dan manajemen.

    Aspek keenam adalah pentingnya

    meningkatkan pencitraan museum.

    Hal ini dilatarbelakangi perlunya

    perbaikan citra museum di mata

    masyarakat. Misalnya dengan

    mengadakan Corporate Social

    Responsibility (CSR) atau kerja

    sama dengan pihak swasta melalui

    Visit Museum Campaign. Pencitraan

    juga penting untuk menumbuhkan

    kebanggaan masyarakat untuk

    cinta Indonesia. Misalnya dengan

    memulainya dengan hal yang

    sederhana, seperti menjaga citrakebersihan museum.

    Kemajuan Daerah

    Pemangku kepentingan di daerah

    seharusnya memahami arti penting

    museum, bahwa museum merupakan

    jendela suatu daerah untuk menarik

    kuantitas kunjungan wisata, baik bagi

    turis domestik maupun mancanegara.

    Museum berperan menggambarkan

    wisata atau potensi suatu daerah.

    Bahkan jika dianalisis lebih dalam,turis mancanegara cenderung

    mengunjungi museum daripada pusat-

    pusat perbelanjaan.

    Namun demikian, meningkatnya

    jumlah kunjungan pun harus

    diimbangi dengan peningkatan

    kapasitas dan kualitas SDM-nya,

    misalnya dengan melengkapi SDM

    museum seperti kurator, konsevator,

    preparator, maupun SDM yang

    bertugas sebagai edukator. Tentunya

    juga dengan memperhatikan enam

    aspek revitalisasi tersebut.

    Perlu juga disadari bahwa koleksi-

    koleksi yang ada di museum tingkat

    provinsi/kabupaten menunjukkan

    kekayaan budaya dan gambaran

    kehidupan masing-masing daerah.

    Dengan berkunjung ke museum,

    masyarakat dapat terinspirasi untuk

    melestarikan dan mengembangkan

    kebudayaannya.

    Kiranya kita semua mempunyai satu

    visi yang sama untuk memperkuatjaringan dan koordinasi antara

    pemerintah pusat dan daerah.

    Museum Nasional sendiri terus

    melakukan kerja sama dengan

    Asosiasi Museum Indonesia (AMI),

    melakukan bimbingan teknis dan

    workshop yang melibatkan SDM

    museum dari seluruh provinsi,

    pameran bersama antar provinsi,

    pameran internasional di luar negeri,

    dan kegiatan kerja sama lainnya.

    Museum adalah tempat belajar,mengenal peradaban. Mari datang ke

    museum dan menjadi bangga sebagai

    orang Indonesia yang mempunyai

    kebudayaan yang sangat kaya.

    (Ditulis ulang oleh Arifah dari

    wawancara di Jakarta,

    5 Desember 2012)

    Tampak depan Museum Nasional dari masa ke masa.

    FOTO:Dok.MuseumNasional

  • 7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012

    27/36

    25No. 06 Tahun III Desember 2012 DikbuD

    Apabila bicara pengembangan

    dan pelestarian budaya,

    pada umumnya ingatan kita

    langsung tertuju kepada mereka

    yang disebut budayawan, seniman,

    sastrawan, penyair, pujangga, dan

    sejenisnya. Dari mereka yang masih

    hidup hingga yang telah tiada sejak

    berabad silam.

    Pada saat membicarakannya, kita

    juga selalu menyinggung beragam

    warisan budaya, mulai dari situs,

    candi, prasasti, serat, kakawihan, tari-

    tarian, hingga upacara adat berbagai

    etnis dan subetnis. Termasuk juga

    beragam kearifan lokalnya.

    Dua hal di atas memang seperti

    satu mata uang dengan dua sisinya.

    Sebagai karya manusia, kebudayaan

    memiliki banyak pelaku sekaligus

    memberikan warisan untuk generasiberikutnya. Tiada henti sepanjang

    zaman.

    Untuk sekarang, cobalah alihkan

    sejenak perhatian ke sekolah sebagai

    wahana pengembangan budaya.

    Niscaya kita akan mendapati

    kenyataan yang menakjubkan. Betapa

    tidak, dari segi jumlah saja sekolah

    memiliki potensi yang luar biasa.

    Maklumlah di Indonesia terdapat

    lebih dari 148.000 SD/sederajat,

    36.000 SMP/sederajat, dan lebih dari

    20.000 SMA/SMK/sederajat. Jangan

    lupa, di setiap jenjang sekolah itu

    bermacam budaya Nusantara, dari

    yang tradisional hingga yang modern,

    diperkenalkan, diajarkan, dan untuk

    beberapa dilakukan.

    Enam uraian singkat berikut kiranya

    memperjelas peran strategis sekolah

    dalam mengembangkan budayanasional kita. Pertama, untuk hal

    yang paling dasar, sekolah menjadi

    media yang sangat ampuh untuk

    memperkenalkan aneka budaya,

    mulai dari nama, bentuk, jenis,

    asal daerah, hingga para tokohnya.

    Bahkan kerapkali di sekolah

    diperkenalkan pula warisan budaya

    dunia dari manca negara.

    Lebih dari itu, dalam

    memperkenalkan aneka budaya

    tersebut dilengkapi pula dengandeskripsi seperlunya sesuai tingkatan

    sekolah dan atau kelasnya. Makin

    tinggi sekolah dan kelasnya,

    makin banyak jenis budaya

    yang diperkenalkan dan makin

    lengkap uraiannya sejalan dengan

    perkemb