majalah dikbud 6 des 2012
TRANSCRIPT
-
7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012
1/36
-
7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012
2/36
-
7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012
3/36
1No. 06 Tahun III Desember 2012 DikbuD
Pesan Menteri
Nilai Budaya
untuk MembangunPeradaban
Membangun kesadaran terhadap
kekayaan budaya yang kita
miliki harus kita mulai. Ini
penting karena, karena kini telah terjadi
pergeseran paradigma pembangunan,
dari Pembangunan Ekonomi Berbasis
Sumberdaya kepada Pembangunan
Kesejahteraan Berbasis Peradaban.
Jika sebelumnya mengandalkan pada
kekayaan alam, kini bergeser pada
kekayaan peradaban, dimana ukuran
sumber daya manusia beradab adalah
pada pengetahuan dan keterampilan
serta karakter kuat. Inilah yang
disiapkan dalam pengembangan
Kurikulum 2013, menjadikan nilai
budaya untuk modal membangun
peradaban bangsa.
Oleh sebab itu, sebagai anak bangsa,
kita tentu sadar bahwa Indonesia
memiliki kekayaan budaya yang
melimpah. Tentu ini patut disyukuri.
Namun, mensyukuri saja tidaklah
cukup. Harus ada upaya bagaimana
melestarikan segenap wujud dan
ekspresi budaya yang ada.
Berkaitan dengan upaya pelestarian
budaya, Kemdikbud setidaknya memiliki
empat tugas.
Pertama, melakukan konservasi
warisan nenek moyang, baik yang
sudah ditemukan maupun yang masih
tersimpan. Konservasi perlu dilakukan
sebagai usaha pelestarian, agar budaya
tersebut tidak hilang.
Kedua, melakukan adopsi dan adaptasi
terhadap budaya-budaya lain atau
budaya-budaya baru sebagai usaha
memperbanyak kebudayaan. Ketiga,
menjadikan kebudayaan sebagai alat
diplomasi kultural, karena kebudayaan
dipercaya mampu membangun
masyarakat dunia yang damai dan
harmonis, dan keempat, mewujudkan
kebudayaan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Melalui empat tugas itulah,
menanamkan nilai kebudayaan dalam
proses pendidikan, menjadi kewajiban,
sehingga nilai budaya yang ada dan
dimiliki bangsa ini dapat untuk
membangun peradaban.
Penanaman nilai kebudayaan dilakukan
melalui pendidikan karakter yang
telah diterapkan secara berjenjang
pada semua satuan pendidikan, mulai
tahun pelajaran 2011/2012 ini, dan
dalam kurikulum pendidikan baru yang
direncanakan diterapkan pada awal
tahun pelajaran 2013 mendatang, juga
menekankan pada cakupan seni dan
budaya.
Dalam Kurikulum 2013 yang sejak
akhir November lalu memasuki uji
publik, selalu tercantum usulan adanya
pelajaran seni dan budaya. Kita ingin
membangun masa depan peserta didik
yang berbudaya dan memiliki jiwa seni,
sehingga pembelajaran pada peserta
didik selalu memperhatikan nilai-nilai
tersebut.
Ini dilakukan agar budaya sekolah, yang
di dalamnya terdapat unsur kejujuran,
kesetiakawanan, kebersihan, keilmuan,
nasionalisme, ketuhanan, dan lain
sebagainya, dapat ditanamkan sejak dini
pada peserta didik.
Dengan memasukkan seni dan budaya
dalam proses pendidikan, kita berharap
kecintaan peserta didik terhadap nilai
budaya sendiri, tumbuh dan berkembang
dan tercipta ketahanan budaya,
sehingga kelak ketika dewasa, mereka
akan memiliki karakter ke-Indonesiaan
yang tidak mudah terpengaruh oleh
budaya asing.
Disadari, dominasi peradaban besar
terhadap peradaban kecil yang terjadi
pada saat ini dapat mengancam
peradaban bangsa Indonesia. Masuknya
pengaruh budaya luar seperti budaya
K-Pop adalah salah satu contohnya.
Dominasi peradaban ini, jika tidak
diantisipasi mulai saat ini, cepat atau
lambat akan mengikis peradaban yang
ada di negeri ini. Itu sebabnya, sudah
tepat kiranya langkah kita dalam
memberi bekal seni dan budaya kepada
peserta didik yang di antaranya melalui
pendidikan berbasis karakter.
Harapannya, selain memiliki
ketahanan budaya, peserta didik juga
mampu menumbuhkembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi, sehingga
mampu menghadapi arus globalisasi di
masa mendatang. Semoga! (*)
-
7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012
4/36
DikbuDNo. 06 Tahun III Desember 20122
Hal. 1 PESAN MENTERI
Hal. 2 DAFTAR ISI
Hal. 3 DARI REDAKSI
Padukan PendidikanKarakter denganKebudayaanHal. 4
Menjawab TantanganGlobalisasiKompetensi SDM
Kebudayaan sebagai Kunci
Hal. 14
Cagar Budaya dan Museumsebagai Wahana EdukasiPublikHal. 19
Revitalisasi Desa Adatsebagai Konservasi BudayaHal. 28
Daar Isi No. 06 Tahun III November 2012
ASEM-CMM TingkatkanKualitas PengelolaanWarisan BudayaPenyelenggaraan pertemuan menteri-
menteri kebudayaan Asia dan Eropa
(Asia Europe Meeng Culture Ministers
Meeng/ASEM-CMM) diharapkan
berdampak posif pada pengelolaan
dan pemeliharaan warisan budaya.
Sosialisasi PendidikanKarakter MelaluiKesenian Tradisional
Hal.8
Hal.10
Menjadikan Museumsebagai KebutuhanMasyarakatMuseum berperan menggambarkan
wisata atau potensi suatu daerah,
bahkan jika dianalisis lebih dalam, turis
mancanegara cenderung mengunjungi
museum daripada pusat-pusat
perbelanjaan.
Hal.22
FOTO: Dok. PIH
FOTO:Dok.PIH
-
7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012
5/36
3No. 06 Tahun III Desember 2012 DikbuD
Memadukan ProgramKebudayaan dengan
Pendidikan
Pelindung:
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Mohammad Nuh,
Wakil Menteri Bidang Pendidikan, Musliar Kasim,Wakil Menteri Bidang Kebudayaan, Wiendu
Nuryant
Penasihat:
Sekretaris Jenderal, Ainun Naim
Pengarah:
Sukemi
Penanggung Jawab:
Ibnu Hamad
Pemimpin Redaksi:
Hawignyo
Dewan Redaksi:
Seono, Eka Nugrahini
Redaktur Pelaksana:
Dian Srinursih, Tauk Dahlan, Jusman Sihombing
Staf Redaksi:
Arifah, Rah Anbarini, Aline Rogeleonick,
Desliana Maulipaksi, Gloria Gracia, Nur Widianto
Desain & Artstk:
Susilo Widji P, Yus Pajarudin
Fotografer:
Arif Budiman, Ridwan Maulana
Sekretaris Redaksi:
Emi Salpia, Dina Ayu Mirta, Tri Susilawa,
Mohtarom
Alamat Redaksi:
Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Gedung C Lantai 4, Jalan Jenderal Sudirman,
Senayan, Jakarta
Telp. (021) 5711144 Pes. 2413, (021) 5701088
Laman:
www.kemdikbud.go.id
Dari Redaksi
Majalah DIKBUDEdisi No. 06 Tahun III Desember 2012
Kita sudah bertekad, Indonesia pada tahun 2045 dipimpin oleh
generasi yang berkarakter cerdas, berakhlak mulia, dan cinta Tanah
Air. Ketiga karakter pokok inilah yang kita harapkan akan membawa
Indonesia dalam kesejahteraan, kemakmuran, dan kedamaian. Untuk
mewujudkan harapan itu, berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah,
diantaranya memosisikan pendidikan di garda depan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) telah melakukan
berbagai langkah dan mempersiapkan program yang segera dijalankan.
Salah satunya adalah memadukan program-program kebudayaan dengan
pendidikan supaya lebih serasi, misalnya dalam kurikulum baru yang dalam
waktu dekat dilaksanakan secara bertahap. Sebagaimana disampaikanPelaksana Tugas Direktur Jenderal (Plt. Dirjen) Kebudayaan, Kacung
Marijan, bahwa dalam kurikulum baru itu akan dipadukan antara
pendidikan karakter dengan pendekatan kebudayaan dan nilai-nilai sejarah.
Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemdikbud, Gatot Ghautama,
menambahkan bahwa fungsi kebudayaan harus diperkuat untuk
meningkatkan pendidikan karakter bangsa, serta memperkuat diplomasi
budaya di dunia internasional. Terdapat keterkaitan erat antara pendidikan
dan kebudayaan. Sebagaimana kita ketahui bahwa kebudayaan adalah suatu
gagasan yang berisi tentang pengetahuan, norma, nilai, dan perilaku dari
hasil karya manusia.
Hasil karya manusia dalam bentuk kebudayaan inilah yang berfungsi sebagaipedoman untuk kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Hasil interaksi sistemik dari budaya keagamaan, budaya kebangsaan,
budaya kesukuan, budaya tempatan, serta budaya global, yang terkait
satu sama lain membentuk suatu sistem kebudayaan, guna menuju kearah
kemajuan peradaban bangsa. Atas dasar inilah tercetus visi Kemdikbud,
yaitu Terselenggaranya Layanan Prima Pendidikan dan Kebudayaan untuk
Membentuk Insan Indonesia yang Cerdas dan Berkarakter Kuat.
Pembaca budiman, pada edisi 6 ini, kami juga mengetengahkan liputan
sosialisasi pendidikan karakter. Sekadar mengingatkan, Kemdikbud sedang
menyelenggarakan sosialisasi dan kampanye media untuk pembangunan
karakter bangsa dengan mengambil tema besar Indonesia Berkarakter:
Indonesia, Aku Bangga!. Masih banyak artikel lainnya, yang tentu sajasayang jika dilewatkan. Selamat membaca. (*)
Redaksi
Keterangan Sampul:Seorang anak belajar memainkan
gamelan.
Desain Sampul:Susilo Widji P
Foto: Dok. PIH
-
7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012
6/36
DikbuDNo. 06 Tahun III Desember 20124
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemdikbud)
melalui Direktorat Jenderal
(Ditjen) Kebudayaan tengah fokus
pada tiga prioritas penting dalam
pengembangan pembangunan
kebudayaan di Indonesia. Pertama,
penekanan penting pada aspek
nilai-nilai karakter bangsa. Kedua,
pelestarian budaya Indonesia, dan
ketiga, melakukan diplomasi budaya.
Ketiga strategi ini dilakukan agar
cita-cita bangsa yang ingin menjadiadidaya kebudayaan dapat terwujud.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal
Kebudayaan, Kacung Marijan,
mengatakan bahwa untuk mencapai
hal tersebut, maka hal pertama yang
harus dilakukan adalah dengan
mengubah pola pikir. Kebudayaan
tidak bisa lagi dijadikan sebagai
pelengkap pembangunan. Sebaliknya,
kebudayaan harus ditempatkan
sebagai mind streaming, sehingga
kebudayan menjadi kekuatan
penting dalam menentukan arah
pembangunan.
Apa yang terjadi belakangan,
misalnya kenakalan remaja,
kerusuhan di sejumlah daerah, dan
lain-lain, mengingatkan kembali
akan pentingnya budaya, ujar
Kacung saat ditemui di sela-sela
kegiatan peringatan Hari Nusantara
di Lombok, Mataram, Nusa Tenggara
Barat, Minggu (16/12).
Hal lain yang menjadi fokus
Ditjen Kebudayaan adalah upaya
pelestarian budaya Indonesia.
Pelestarian ini mengandung
pengertian perlindungan,
pengembangan, dan pemanfaatan
kebudayaan. Langkah itu sebagai
tindak lanjut pengintegrasian
pendidikan dan kebudayaan yang
memiliki konsekuensi, bahwa fungsi
kebudayaan harus diperkuat untuk
meningkatkan pembangunan karakter
bangsa melalui pendidikan. Bahkan
Membangun karakter bangsa
untuk mempersiapkan
generasi penerus merupakan
sebuah upaya mendesak
yang harus dimulai dari
sekarang. Kita berharap,
kelak setiap warga negara
memiliki nilai peradaban
adiluhung yang mengakar
dalam kehidupan sehari-
hari. Menyadari hal itu,Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemdikbud)
melakukan berbagai langkah,
di antaranya merevitalisasi
warisan budaya dan peran
museum. Dalam kurikulum
baru, juga dipadukan antara
pendidikan karakter dengan
pendekatan kebudayaan
dan nilai-nilai sejarah.
PadukanPendidikan Karakterdengan Kebudayaan
-
7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012
7/36
5No. 06 Tahun III Desember 2012 DikbuD
keterkaitan erat antara pendidikan
dan kebudayaan dibahas dalam satu
bab dalam Undang-undang Dasar
1945.
Ia menuturkan, perlindungan atau
konservasi salah satunya dilakukan
dengan mendaftarkan budaya
Indonesia, termasuk bekerja sama
dengan Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa untuk
melindungi bahasa-bahasa daerah
yang hampir punah. Sementara untuk
pengembangan atau modernisasi
kebudayaan dilakukan dengan
memberikan sentuhan-sentuhan
teknologi, termasuk berinteraksi
dengan kebudayaan lain.
Menurut Kacung, bangsa Indonesiasebenarnya memiliki sejarah dalam
berinteraksi dengan kebudayaan-
kebudayaan lain. Beberapa
kebudayaan yang Indonesia miliki
merupakan interaksi yang sangat baik
antara kekuatan kebudayaan lokal
dengan kekuatan kebudayaan asing.
Kita ambil contoh wayang yang
datang dari India. Ketika masuk
ke Indonesia, para budayawan
kita mampu menegosiasikan dan
mendialogkan dengan konten lokal,sehingga cerita wayang di Indonesia
berbeda dengan cerita dari negara
asalnya. Ke depan kita ingin memiliki
jati diri kebudayaan tanpa tertinggal
dan kehilangan interaksi dengan
kebudayaan asing, jelasnya.
Lebih jauh Kacung mengatakan,
pemanfaatan budaya dilakukan
tidak hanya pada faktor ekonomi
tetapi pada berbagai segi kehidupan
masyarakat. Misalnya melalui
budaya, masyarakat setempatmelakukan penyelamatan lingkungan
dengan menanam pohon seperti yang
pemerintah Kabupaten Sampang yang
menggalakkan penanaman pohon
bakau di sepanjang pesisir pantai
wilayah tersebut. Jadi bukan hanya
manfaat ekonomi, tetapi manfaat-
manfaat lain yang mengikutinya,
ujar Kacung.
Prioritas lain yang menjadi fokus
Ditjen Kebudayaan adalah melakukan
diplomasi budaya. Menurutnya, jika
Indonesia ingin menjadi adidaya
kebudayaan, maka tentu hal ini harus
diperkenalkan kepada komunitas
internasional. Supaya komunitas
internasional ini mengetahui,
memahami, dan menghargai, akhirnya
dari sanalah tercipta interaksi yang
lebih baik, tuturnya.
Serangkaian hal direncanakan
dilakukan untuk mewujudkan
strategi tersebut. Misalnya dengan
membangun rumah-rumah
kebudayaan di luar negeri, termasuk
dibuatnya IndonesianCorner di
negara-negara asing. Tentu hal ini
memerlukan kerja sama dengan
Kementerian Luar Negeri yang
memiliki perwakilan Indonesia
di negara-negara tersebut. Inilahjuga yang menjadi alasan mengapa
kebudayaan tidak dapat berdiri
sendiri, tanpa berinteraksi dengan
pihak lain.
Kebutuhan Bangsa
Sekretaris Ditjen Kebudayaan
Kemdikbud, Gatot Ghautama,
mengatakan, pengintegrasian
pendidikan dan kebudayaan memang
diharapkan mampu menjawab
kebutuhan bangsa ini di masamendatang. Dua hal tersebut harus
saling mengisi dan terkait, karena
yang disebut kebudayaan adalah
suatu gagasan yang isinya tentang
pengetahuan, norma, nilai, kebajikan,
keindahan, perdamaian dsb yang
diajarkan dari generasi ke generasi,
katanya, di Jakarta (20/11).
Selain itu, kebudayaan Indonesia
merupakan hasil dari interaksi
sistemik dari budaya keagamaan,
budaya kebangsaan, budayakesukuan, budaya tempatan, serta
budaya global, yang terkait satu
sama lain membentuk suatu sistem
kebudayaan, guna menuju kearah
kemajuan peradaban bangsa. Atas
dasar inilah tercetus visi Kemdikbud,
yaitu Terselenggaranya Layanan
Prima Pendidikan untuk Membentuk
Insan Indonesia yang Cerdas dan
Berkarakter Kuat.
Sebagaimana juga digaungkan sejak
terjadinya integrasi pendidikan dan
kebudayaan pada 20 Oktober 2011,
tersusun fokus komponen pilar
pembangunan kebudayaan yang
meliputi pembangunan jati diri dan
karakter bangsa, pelestarian warisan
budaya (benda dan tak benda),
pengembangan karya/inovasi dan
diplomasi budaya, kelembangaan dan
SDM kebudayaan, dan sarana dan
prasarana budaya.
Fungsi kebudayaan yang berada
di Kemdikbud adalah kebudayaan
yang bersifat hulu, yaitu banyak
mengupas mengenai penggalian, dan
pengembangan nilai-nilai termasuk
manfaatnya untuk pendidikan.
Sementara yang ada di Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
(Kemenparekraf) adalah kebudayaanhilir yang pemanfaatannya
menghasilkan pertumbuhan ekonomi
masyarakat. Misalnya Kemenparekraf
memanfaatkan seni pertunjukan dan
produksi lm komersil, sementara
Kemdikbud yang melakukan
pembinaan seperti penulisan skenario
yang beretika sesuai dengan norma
dan nilai-nilai ke-Indonesiaan.
Seiring dengan pengembangan
kurikulum, ada kemajuan yang sangat
signikan ketika pendidikan tentangseni, budaya, budi pekerti, maupun
sejarah disisipkan secara tematik
ke dalam berbagai mata pelajaran
di sekolah. Namun demikian,
Gatot berkeyakinan, pendidikan
budaya terutama yang berkaitan
dengan pendidikan karakter bangsa
pun dapat diajarkan secara tidak
langsung, yaitu melalui pendidikan
olahraga yang mengajarkan nilai-nilai
kebersamaan dan sportivitas.
Tidak hanya kurikulumdalam pendidikan formal yang
dikembangkan, terhitung mulai 2013
Kemdikbud turut mendukung dan
mengarahkan pendidikan kebudayaan
jalur nonformal, yaitu salah satunya
melalui program revitalisasi taman
budaya, desa adat, dan komunitas
budaya.
Taman budaya didirikan sebagai
laboratorium atau bengkel untuk
mengelola seni tradisional dari
seluruh pelosok nusantara supaya
-
7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012
8/36
DikbuDNo. 06 Tahun III Desember 20126
layak sekaligus merupakan etalase
seni di daerah masing-masing.
Walaupun saat ini posisinya sebagai
unit pelaksana teknis daerah (UPTD),
tetapi pusat tetap menaruh perhatian
untuk pengembangannya. Kami
berupaya mengembalikan fungsi
taman budaya. Jadi, bukan hanya
sebagai tempat yang disewakan untuk
pesta perkawinan, tetapi lebih kepada
pengembangan budaya, kata Gatot.
Sementara itu, untuk revitalisasi
desa adat lebih pada revitalisasi
pengetahuan yang terkandung dalam
adat tertentu. Misalnya, pengetahuan
tradisional membuat rumah atau
ataupun pengetahuan berladang yang
saat ini sudah makin ditinggalkan
oleh masyarakat. Pembinaannyadilakukan melalui peran dan program
yang ada di Direktorat Kepercayaan
terhadap Tuhan YME dan Tradisi.
Untuk revitalisasi desa adat ini, pada
2013 mendatang Kemdikbud akan
memberi bantuan kepada sekitar
500 komunitas budaya. Komunitas
budaya yang dimaksud di sini adalah
kelompok-kelompok masyarakat yang
memiliki dan telah mengembangkan
kebudayaan tertentu, bisa dalam
aspek kesenian, ritual, dan lain-lain,seperti dalam konteks lingkungan.
Misalnya masyarakat yang memiliki
mekanisme tertentu dalam melakukan
konservasi lingkungan yang unik dan
berbeda dengan yang lain.
Kepercayaan terhadap Tuhan YME
adalah suatu realitas di Indonesia
yang praktiknya masih banyak
dilakukan, bahkan oleh orang yang
sudah beragama. Misalnya adanya
kepercayaan Jawa Kejawen, perayaan
satu Suro, ritual pemujaan untukroh nenek moyang oleh beberapa
kelompok masyarakat, dan lain
sebagainya.
Kepercayaan itu bukan agama. Ini
adalah tradisi yang sudah dilakukan
sejak zaman nenek moyang bangsa
Indonesia sebelum ada agama,
ungkap Gatot. Tugas Kementerian
di sini adalah membina supaya
praktik kepercayaan tidak mengalami
bentrokan dengan fundamentalis
agama.
Peran Museum
Berbicara mengenai bidang
kebudayaan, tentunya tidak terlepas
dari pentingnya sejarah yang
membentuk kepribadian bangsa
saat ini. Semua yang ada sekarangtidak terlepas dari sejarah masa lalu.
Kemdikbud yang kita kenal sekarang
ini pun telah melalui beragam
perjalanan sejarah pada masa
pembentukannya.
Gatot menuturkan, berbicara
sejarah tentu tidak hanya mengenai
sejarah politik Indonesia, tetapi jauh
lebih luas dari itu, yaitu sejarah
kebudayaan Indonesia yang antara
lain sejarah mengenai kepercayaan,
terbentuknya kelompok masyarakattentang pengetahuan, bahasa,
kesenian, mata pencaharian,
dan teknologi. Oleh karenanya,
Kemdikbud terus menggalakkan
usaha penulisan sejarah kebudayaan
Indonesia, termasuk sejarah lokal di
berbagai daerah melalui kegiatan di
UPT Kebudayaan di berbagai provinsi.
Untuk pendidikan pada masyarakat,
museum memegang peran penting
ini mengingat dalam museum dapat
ditemui mengenai sejarah, budaya,
tradisi, kesenian, seni rupa, dan lain
sebagainya. Namun demikian, Gatot
tidak menakan bahwa museum yang
ada di Indonesia memang masih jauh
dari kesan menarik untuk dikunjungi.
Narasi benda budaya yang ditulis
kurang lengkap dan penempatan
ruang pajang yang kurang menarik,
merupakan salah satu faktor yang
menjadikan museum tidak dikunjungioleh masyarakat.
Untuk itulah, Kemdikbud sedang
melakukan gerakan cinta museum
Anak-anak sedang memberi warna pada selembar kain dalam kegiatan belajar membak di Museum
Nasional. Menumbuhkan kecintaan pada budaya Indonesia.
-
7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012
9/36
7No. 06 Tahun III Desember 2012 DikbuD
sejak 2010 silam, dan saat ini telah
menginaugurasikan 66 duta museum
dari seluruh Indonesia. Duta-duta
inilah yang akan menjadi corong
Pemerintah untuk memasyarakatkan
museum, ujarnya.
Hal senada disampaikan Kacung,
bahwa Kemdikbud terus melakukan
modernisasi museum-museum di
Indonesia, termasuk juga membangun
museum baru. Menurutnya, museum
yang direncanakan akan dibangun
di Bogor, Jawa Barat tersebut
adalah Museum Presiden. Museum
itu dibangun sebagai bentuk
penghormatan kepada para pemimpin
bangsa ini. Selain itu, pihaknya juga
akan melakukan pengembangan
terhadap situs Trowulan di Mojokerto,Jawa Timur untuk mengungkap
peninggalan-peninggalan sejarah pada
masa kerajaan Majapahit.
Saya tidak ingin sekadar master
plan, tetapi sekaligus dengan maket
besarnya, sehingga kita tahu seperti
apa rekontruksi yang kita inginkan,
tutur Kacung. Untuk mewujudkan
hal ini, pihaknya akan melibatkan
para arkeolog dan arsitek terkemuka
sehingga diharapkan melalui
rekonstruksi ini, masyarakat dapatmelihat adaptasi kerajaan Majapahit
di masa lalu. Pihaknya juga bekerja
sama dengan pemerintah Provinsi
Jawa Timur yang memiliki komitmen
yang sama.
Tidak terbatas pada kawasan
tersebut, Ditjen Kebudayaan juga
memiliki rencana melakukan
revitalisasi pada kawasan lain,
misalnya untuk kerajaan Sriwijaya
yang saat ini dikelola dalam Taman
Purbakala Kerajaan Sriwijaya.Revitalisasi terhadap situs-situs
bersejarah penting untuk dilakukan
agar dalam hal sejarah masa lalu,
masyarakat dan pelajar tidak hanya
disuguhi dalam bentuk narasi-
narasi. Perlu ada wujud visual untuk
menjelaskan sejarah masa lalu itu
kepada masyarakat .
Tidak hanya itu, untuk pengembangan
sumber daya manusia (SDM)
kebudayaan, Kemdikbud juga tengah
mengindentikasi berbagai profesi
SDM kebudayaan dan menyusun
rincian kompetensinya. Dalam hal
ini, Pusat Pengembangan SDM
Kebudayaan tengah menformulasikan
kemungkinan pentingnya sertikasi,
karena banyak dari profesi SDM
kebudayaan yang mempunyai
tanggung jawab publik.
Kacung mengatakan, Kemdikbud
menjalankan program kebudayaan
dengan rumus tiga plus satu.
Pertama, melakukan konservasi
kebudayaan, misalnya dengan
melakukan pendaftaran aset-aset
budaya dan perlindungan terhadap
kebudayaan yang hampir punah.
Kedua, pengembangan kebudayaan,
misalnya dengan re-design produk
budaya yang sudah ada. Ketiga,pemanfaatan produk budaya. Dan
yang keempat atau plus satu adalah
melakukan diplomasi budaya.
Ia menjelaskan, dalam pembangunan
bangsa ada tiga hal utama yang
menjadi pokok. Tiga hal yang
dimaksud adalah market, state,
dan culture. Budaya inilah yang
diharapkan mampu menjadi fondasi
dan basis bagi pembangunan karakter
bangsa. Di sinilah budaya diharapkan
menjadi penengah bagi dua kutubantara pasar dan negara, jelasnya.
Untuk membangun budaya Indonesia
di masa depan diperlukan tiga
ranah utama, yaitu ranah ide, ranah
perilaku, dan ranah produk budaya.
Ketiga ranah budaya itulah yang
harus dirumuskan dengan benar
sehingga diharapkan di masa depan
Indonesia mampu menjadi Adidaya
Kebudayaan, tandasnya.
Lebih lanjut, menyadari betapakompleks pembangunan kebudayaan
Indonesia, Gatot berharap agar setiap
komponen bangsa bahu-membahu
dan saling mendukung segala usaha
pengembangan dan pelestarian
kebudayaan, sehingga hasilnya dapat
dinikmati oleh generasi Indonesia
mendatang. Diharapkan dengan
pengetahuan dan strategi yang tepat,
kita dapat melakukan pencepatan
pembangunan kebudayaan Indonesia,
termasuk pembangunan manusia
berbudaya, harap Gatot.
Kurikulum Baru
Salah satu hal yang segera dilakukan
Kemdikbud adalah memadukan
program-program kebudayaan dengan
pendidikan supaya lebih serasi.
Contoh terdekat adalah kurikulum,kata Kacung. Dalam kurikulum baru
itu akan dipadukan antara pendidikan
karakter dengan pendekatan
kebudayaan, begitu juga dengan nilai-
nilai sejarah.
Dengan kurikulum baru ini, peserta
didik akan mendapatkan mata
pelajaran seni dan budaya. Lewat
penambahan mata pelajaran ini,
peserta didik tidak hanya mengerti
tentang ilmu pengetahuan,
tetapi juga memahami betul etikadan estetika yang ada pada nilai-nilai
budaya.
Kemdikbud tentu perlu menyediakan
informasi-informasi pokok mengenai
kesenian dan kebudayaan. Misalnya
dalam mendata kesenian Indonesia,
tidak hanya dalam bentuk tulisan,
tetapi juga harus divisualisasi dengan
video atau semacamnya.
Maka, peranan teknologi informasi
dalam pembelajaran sangatdiperlukan, termasuk untuk
kebudayaan. Diharapkan saat
menjelaskan tentang kebudayaan
Indonesia, guru dapat menjelaskannya
hanya dengan klik dan klik pada
perangkat TIK. Misalnya saat
menjelaskan tari Saman, ketika di-
klik ada tulisan tentang sejarahnya,
kemudian klik lagi akan muncul video
yang memperlihatkan tari Saman,
sehingga tahu seperti apa tarian asal
Aceh tersebut, tambah Kacung.
Untuk memberikan pemahaman yang
tepat dan komprehensif, Kemdikbud
juga menerbitkan buku yang memuat
revisi tentang sejarah Indonesia.
Buku tersebut diterbitkan dalam
beberapa jilid. Tahun depan, juga
akan diterbitkan buku tentang sejarah
Islam di Indonesia. Diharapkan
para pendidik maupun masyarakat
memiliki referensi dan pemahaman
yang baik tentang seni dan
kebudayaan Indonesia.
(Arifah, Ratih, Desliana)
-
7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012
10/36
DikbuDNo. 06 Tahun III Desember 20128
ASEM-CMM Tingkatkan
Kualitas PengelolaanWarisan BudayaPenyelenggaraan pertemuan
menteri-menteri kebudayaan
Asia dan Eropa (Asia Europe
Meeting Culture Ministers
Meeting/ASEM-CMM)
diharapkan berdampak
positif pada pengelolaandan pemeliharaan warisan
budaya negara-negara
peserta, terutama negara
sedang berkembang.
Indonesia sepakat menjalin
kerja sama dengan
beberapa negera Eropa agar
pengelolaan warisan budaya
lebih terarah dan efektif.
Sejumlah negara Asia dan
Eropa berkomitmen untuk
mengelola warisan budaya
dan bekerja sama guna memelihara
warisan budaya tersebut. Demikian
hasil pertemuan menteri-menteri
kebudayaan Asia dan Eropa ke-5 (Asia
Europe Meeting Culture Ministers
Meeting/ASEM-CMM), di Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta, 17-20
September 2012. Pertemuan yang
mengambil tema Managing Heritage
Cities for A Sustainable Future
(Mengelola Kota Sejarah Demi Masa
Depan Berkelanjutan) itu dikuti 140
delegasi terdiri atas para menteri
kebudayaan, wakil menteri, duta
besar dan pejabat senior dari negara-
negara Asia dan Eropa.
ASEM-CMM ke-5 tersebut merupakan
kelanjutan dari pertemuan menteri
kebudayaan ASEM-CMM ke-4
di Poznan, Polandia pada 2010.
Pertemuan itu juga merupakan
forum diskusi untuk memecahkan
berbagai masalah warisan budaya
fokus perhatian pada ASEM-CMM
tersebut. Bentuk konservasi yang
akan dilakukan berupa konservasi
secara sik, konservasi secara
nilai, dan konservasi berdampak
kesejahteraan.
Pada tataran konservasi berdampakkesejahteraan, Mendikbud
mengatakan prinsip ekonomi kreatif
menjadi faktor dominan. Jadi,
konservasi itu harus ada dampak
kesejahteraan untuk rakyat, jelasnya.
Wiendu menambahkan, jumlah kota
yang termasuk memiliki warisan
budaya akan diperbanyak dengan
rencana program pendampingan
mengarah ke ekonomi kreatif.
Misalnya kawasan Kota Gede dan
Sawah Lunto sebagai kota yang
memiliki warisan budaya. Kota Gede
dan Sawah Lunto kan termasuk kota
warisan budaya. Tapi tidak semua
dibuat kota budaya, tuturnya.
Keberadaan dampak kesejahteraan
tidak dapat memengaruhi keputusan
pelestarian suatu warisan budaya.
Ada atau tidak ekonomi kreatif
di kota itu, konservasi tetap harus
dilestarikan, katanya.
Kota Warisan Budaya
Mendikbud juga menyatakan
sangat penting mengelola kota
warisan budaya untuk masa depan
yang berkelanjutan. Bukan hanya
karena keindahan atau kemegahan
kota warisan budaya yang patut
menjadi kebanggaan generasi yang
akan datang, melainkan juga yang
terpenting dalah untuk menanamkan
pemahaman tentang kondisi yang
dapat membuat peradaban puncak.
Masa depan yang berkelanjutan
serta mengidentikasi pemanfaatan
dari lanskap kota bersejarah (historic
urban landscape) dengan manajemen
berkelanjutan.
Pada acara penutupan ASEM-CMM
ke-5, Wakil Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Bidang Kebudayaan,Wiendu Nuryanti, mengatakan bahwa
pemerintah Indonesia akan menjalin
kerja sama dengan tiga negara
Eropa, yaitu Estonia, Prancis, dan
Switzerland, dalam hal pengelolaan
warisan budaya antar negara. Kerja
sama ini memberi kesempatan
Indonesia untuk menggelar pameran
budaya di museum yang berada
di ketiga negara Eropa tersebut.
Benda-benda yang akan mendapat
kesempatan untuk dipamerkan
adalah benda-benda yang telah diakuiUNESCO sebagai warisan budaya
Indonesia.
Mereka sangat menyarankan
untuk memamerkan wayang, batik,
dan angklung untuk Indonesia,
kata Wiendu. Selain itu, juga akan
dilakukan pertukaran pengetahuan
bidang manajemen warisan budaya.
Perancis akan mengirimkan ahli-
ahli manajemen permuseuman
ke Indonesia untuk melakukan
bimbingan teknis.
Wiendu menjelaskan, pertukaran
pemuda pelestari budaya juga
termasuk dalam implementasi
kerja sama tersebut. Kita akan
mengirimkan pegawai kita untuk
mengambil master bidang manajemen
permuseuman, ujarnya.
Sementera itu, Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan (Mendikbud),
Mohammad Nuh, menyatakan bahwa
konservasi warisan budaya menjadi
-
7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012
11/36
9No. 06 Tahun III Desember 2012 DikbuD
adalah lebih dari masa depan warisan
budaya itu sendiri. Melestarikan
peradaban dan dalam banyak hal
lainnya berguna untuk menghidupkan
kembali peradaban yang telah hilang
atau memperbaiki peradaban yang
terdegradasi. Kita perlu mengambil
pelajaran dari kesuksesan nenek
moyang kita melalui warisan-warisan
mereka, katanya.
Ia menyebutkan, jumlah penduduk
di Asia dan Eropa sebanyak empatmiliar dan merupakan 60 persen
dari populasi penduduk dunia.
Forum ini merupakan media terbaik
untuk mempromosikan peradaban
konvergensi dalam skala luas karena
meliputi Asia dan Eropa, serta
mewakili keragaman peradaban yang
paling tua dan paling besar.
Terdapat empat subtema dalam
pertemuan ini. Pertama, memperkuat
pemerintahan yang baik tentang
kota bersejarah. Kedua, melestarikan
lansekap bersejarah urban dalam
merespon tantangan bencana. Ketiga,
kota bersejarah sebagai pencipta
ekonomi kreatif. Bukan sekadar
untuk dilindungi, tetapi bagaimana
mengaitkannya dengan sektor
ekonomi, kata Mendikbud. Adapun
subtema keempat adalah promosi kota
bersejarah untuk membangun saling
pengertian antar budaya.
Wakil Menteri Kebudayaan Polandia,
Monika Smolen, mengatakan bahwa
warisan budaya bukan hanya
menjelaskan identitas suatu bangsa
namun juga merupakan sumber
pengembangan ekonomi kreatif
yang merupakan sumber keuangan
bagi pemerintah dan memberikan
pekerjaan bagi masyarakat.
Warisan budaya merupakan
sumber identitas masyarakat kita,
dan sekarang warisan budaya juga
merupakan faktor penting dalam
pembangunan sosial dan ekonomi,ujar Smolen.
Duta Besar Nicos Panayi yang
mewakili Uni Eropa mengatakan,
kerja sama pengembangan kota
budaya di kawasan Asia dan Eropa
akan bermanfaat pada usaha
menumbuhkan saling pengertian
masyarakat dua benua. Kita bisa
memperdalam saling pengertian yang
bisa membantu meningkatkan dialog
antar agama atau kepercayaan antara
masyarakat Eropa dan Asia,ujarPanayi.
Model Keberhasilan
Selain diajak mengunjungi beberapa
situs kebudayaan, para delagasi
ASEM-CMM mendapat jamuan
makan malam di Ballroom Hotel
Hyatt Regency, Yogyakarta, Senin
(17/9). Jamuan itu dihadiri oleh para
wakil menteri dan pejabat senior
dari negara-negara anggota Asia
Europe Meetingserta perwakilan dari
UNESCO, European Union dan ASEF
(Asia Europe Foundation).
Suasana kebudayaan Yogyakarta
sangat kental mewarnai jamuan
makan malam ASEM-CMM tahun ini.
Hal ini ditandai dengan permainan
gamelan Jawa sepanjang acara. Tari
Sanding Kala, dan Gebyar Batik
turut meramaikan sebagai suguhan
acara.
Yogyakarta dipilih sebagai tuanrumah berdasarkan fakta sejarah
yang menyebutkan bahwa Yogyakarta
pernah menjadi Ibukota Indonesia
dan memiliki kekayaan budaya dan
sejarah. Kota ini memiliki beragam
situs yang telah diakui oleh UNESCO
sebagai warisan budaya tak benda dan
tak benda seperti Candi Borobudur,
Prambanan dan Situs Manusia Jawa
di Sangiran, serta Batik.
Dan hal utama dalam hubungan
Yogyakarta dengan tema dan tujuanpertemuan ASEM-CMM ini adalah
Yogyakarta telah menjadi sebuah
success story/model keberhasilan
pengelolaan beragam situs dan
bangunan bersejarah dari terpaan
ancaman dinamika kegiatan ekonomi
maupun bencana alam.
Pada akhir acara, para delegasi
kebudayaan dari negara-negara Asia,
dan Eropa diberikan buah tangan
khas Yogyakarta yaitu wayang kulit.
(Arifah, Ratih, Gloria)
FOTO:Dok.PIH
-
7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012
12/36
DikbuDNo. 06 Tahun III Desember 201210
Dengan demikian, fungsi
pendidikan dan kebudayaandapat berjalan serasi untuk
mencerdaskan bangsa. Tahun
2012 ini, Kemdikbud memilih
beberapa media tradisional untuk
menyosialisasikan kebijakannya,
seperti pergelaran wayang orang,
permainan tradisional, ataupun
kesenian daerah lainnya. Selain
menghibur, media tradisional tersebut
lebih informatif karena bahasa
yang digunakannya lebih sederhana
sehingga pesan yang disampaikan
gampang dicerna oleh masyarakat.
Pemilihan terhadap pergelaran
wayang orang sebagai mediasosialisasi kebijakan ini atas beberapa
pertimbangan. Sebagai media
komunikasi tradisional, pergelaran
wayang orang misalnya, bisa
dimanfaatkan untuk menyampaikan
beberapa kebijakan kementerian
secara persuasif. Juga memiliki sifat
menghibur dan ditonton banyak
orang dari berbagai kalangan.
Selain itu, pergelaran wayang orang
merupakan bagian dari upaya untuk
menyuburkan dan mempertahankan
keberadaan kesenian tradisional.
Sebagai bangsa yang
kaya akan nilai danproduk budaya, Indonesia
memiliki media tradisional
yang beraneka ragam.
Media tradisional tersebut
bisa digunakan sebagai
media sosialisasi kebijakan
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemdikbud),
khususnya mengenai
pendidikan karakter.
SosialisasiPendidikan KarakterMelalui KesenianTradisional
-
7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012
13/36
11No. 06 Tahun III Desember 2012 DikbuD
Pergelaran wayang orang di Alun-
alun selatan Keraton Yogyakarta,
Sabtu (1/12) malam lalu, ditonton
ribuan orang. Pergelaran yang
dibawakan Sanggar Kesenian Tresno
Budoyo yang dipimpin Yati Pesek itu
membawakan lakon Kresna Duta.
Cerita ini berkisah tentang Kresna
sebagai duta keluarga Pandawa
yang datang ke Astina, membahas
perdamaian antara Pandawa dan
Kurawa.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Mendikbud) Mohammad Nuh
sangat mendukung kegiatan
kebudayaan sebagai hiburan, yang
juga sebagai upaya mestarikan
kebudayaan Indonesia. Pada acara
yang mengambil tema PendidikanKarakter dan Pengembangan
Kurikulum itu, Mendikbud juga
menjelaskan tentang pentingnya
pendidikan karakter kepada
masyarakat yang hadir dalam
kesempatan tersebut.
Mendikbud mengatakan, seseorang
yang tidak memiliki karakter
ibarat hewan-hewan dalam sebuah
pertunjukan sirkus. Singa yang
harusnya berkarakter garang, dalam
sirkus karakternya tidak seperti yangseharusnya, yaitu menjadi jinak.
Demikian juga anak-anak muda
yang harusnya kreatif dan dinamis,
jika tidak mendapat pendidikan yang
benar, bisa menjadi anak muda yang
lemah, ujarnya.
Pemilihan tema tersebut sangat
relevan dengan topik yang sedang
dibicarakan oleh berbagai media
maupun pemangku kepentingan
pendidikan, yaitu tentang pendidikan
karakter dan pengembangankurikulum. Terkait dengan
pendidikan karakter, Karakter yang
sangat penting dimiliki anak didik,
dan juga masyarakat Indonesia
adalah kejujuran. Dari karakter jujur
ini, akan tumbuh karakter-karakter
positif yang lain, ujar Mendikbud.
Oleh karena itu, pendidikan yang
sedang dikembangkan di Indonesia
tidak hanya bertujuan menjadikan
peserta didik pintar secara
intelektual, namun juga memiliki
karakter yang positif. karena itu
Mendikbud mengajak masyarakat
untuk turut serta dalam pendidikan
karakter, dengan keteladanan dan
menciptakan karakter positif mulai
dari lingkungan keluarga.
Melalui pergelaran itu diharapkan
juga dapat mewujudkan kesadaran
untuk mempertahankan dan
melestarikan kekayaan seni dan
budaya masyarakat Indonesia.
Indonesia Berkarakter
Masih berkisar tentang sosialisasi
pendidikan karakter, Kemdikbud
juga menyelenggarakan sosialisasi
dan kampanye media untuk program
Pembangunan Karakter Bangsatersebut mengambil tema besar, yaitu
Indonesia Berkarakter: Indonesia,
Aku Bangga!
Dalam konteks sosialisasi dan
kampanye media saat ini, nilai-nilai
karakter bangsa dalam kehidupan
keseharian dikemas dalam berbagai
bentuk media seperti advertorial,
buletin, iklan layanan masyarakat,
CD, pemutaran lm dokumenter, dan
jingle iklan Indonesia Berkarakter.
Salah satu bentuk sosialisasinya
adalah dengan diskusi dan
pemutaran lm-lm yang terkait
dengan pembentukan karakter
bangsa. Diskusi dan pemutaran lm
diselenggarakan di sejumlah kota,
diantaranya Palembang, Sumatera
Selatan, DKI Jakarta, Palangkaraya,
Makassar, Denpasar, Bali, dan
Jayapura.
Film-lm yang diputar adalah lm
dokumenter mengenai warisan
dunia (world heritage) yang dimiliki
Indonesia, seperti Subak, Batik,
Wayang, Prambanan, Keris, Sangiran,
dan Noken. Sebagai penerimapengakuan warisan dunia terbaru,
Noken adalah budaya asli Papua
dalam bidang kerajinan tas yang
merupakan hasil dari daya cipta,
daya rasa, dan daya karsa atas dasar
kemahiran manusia. Para perajin
Noken mengasah kemampuan dalam
membuat Noken dan kerajinan
tangan lainnya bersama masyarakat
Sekelompok anak bermain gasing. Salah satu buk, permainan tradisional masih disukai dan lestari.
FOTO:Dok.PIH
-
7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012
14/36
DikbuDNo. 06 Tahun III Desember 201212
adat Papua dari masa ke masa. Di
setiap wilayah Papua, Nokennya pun
memiliki ciri tersendiri.
Di samping pembuatan produk yang
bertemakan Indonesia Berkarakter,
dilakukan kampanye program
tersebut ke lima provinsi di luarJakarta, seperti Palangkaraya,
Jayapura, Palembang, Makassar, dan
Bali. Kampanye tersebut melibatkan
para remaja, siswa SMP dan SMA,
serta guru-guru pendamping.
Upaya diseminasi dilakukan pula
dalam bentuk talkshow di beberapa
stasiun televisi dan radio. Dari
talkshow tersebut terlihat hasrat
masyarakat membangkitkan kembali
nilai-nilai kearifan lokal untuk
menguatkan karakter bangsa.
Wamendikbud Bidang Kebudayaan,
Wiendu Nuryanti, melalui Direktur
Internalisasi Nilai dan Diplomasi
Budaya, Diah Harianti di Jakarta,
pada Sabtu (1/12), mengatakan bahwa
keberadaan Ditjen Kebudayaan
di bawah Kemdikbud menjadi
momen penting untuk mendorongkebangkitan karakter bangsa,
khususnya bagi generasi muda
sebagai pilar utama pembangunan.
Generasi muda Indonesia diharapkan
bersemangat meningkatkan kerja
sama antar semua golongan dan
mewujudkan Indonesia Berkarakter,
Indonesia Beretika, dan Indonesia
Berestetika.
Sementara itu pada kesempatan yang
bebeda, dalam pembukaan Festival
dan Lomba Seni Siswa Nasional
(FLS2N) di Balai Sarbini, Jakarta,
Kamis (8/11), Direktur Jenderal
Pendidikan Dasar (Dirjen Dikdas)
Kemdikbud, Suyanto, mengatakan,
bahwa pendidikan karakter dapat
tersosialisasi dengan baik melalui
kegiatan kesenian seperti musik.
Misalnya melalui lirik bertemakanpendidikan, nilai-nilai seperti
kejujuran, saling menghormati, dan
kedisiplinan, mudah terinternalisasi
kepada para pendengarnya.
Dalam sambutannya, Suyanto
menyatakan bahwa kegiatan
positif yang berlangsung secara
berkelanjutan seperti pergelaran
musik FLS2N ini diharapkan
mampu menyiapkan dan menyambut
Bangkitnya Generasi Emas Indonesia
menyongsong 100 Tahun Indonesia
Pertunjukan teater dalam Fesval Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) 2012 di Mataram, NTB. Menumbuhkan kepercayaan diri, sporvitas, dan keberanian.
FOTO:YusPIH
-
7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012
15/36
13No. 06 Tahun III Desember 2012 DikbuD
Merdeka tahun 2045 sebagai generasi
yang berkepribadian Pancasila,
menyayangi sesama, dan taat pada
ajaran Tuhan Yang Maha Kuasa.
Demikian pula dengan
penyelenggaraan Festival Permainan
Tradisional yang berlangsung
di Yogyakarta, 16-19 November
2012 lalu dinilai efektif untuk
menyosialisasikan kebijakan
Kemdikbud. Penyelenggaraan festival
ini berada di bawah Direktorat
Kepercayaan Terhadap Tuhan YME
dan Tradisi, Direktorat Jenderal
Kebudayaan, Kemdikbud.
Terkait dengan pendidikan karakter
melalui permainan tradisional,
Direktur Kepercayaan TerhadapTuhan YME dan Tradisi, Gendro
Nurhadi, mengatakan ada unsur-
unsur positif dalam permainan
tradisional, misalnya kebersamaan,
kepemimpinan, sikap menerima
kekalahan, dan tenggang rasa.
Keberadaan permainan tradisional
memang saat ini telah tersisih oleh
perkembangan teknologi, sehingga
banyak anak-anak yang lebih suka
bermaingadget.
Ditemui saat rekaman talkshow distudio MetroTV, Rabu (7/11), Gendro
mengatakan, salah satu tujuan
Festival Permainan Tradisional ini
adalah untuk melestarikan nilai-
nilai luhur warisan budaya Indonesia
yang terkandung dalam pengetahuan
tradisional dan mengekspresikan
budaya tradisional, sehingga dapat
memperkuat karakter dan jati diri
bangsa, terutama generasi muda.
Peserta festival terdiri dari guru,
peserta didik (siswa SD dan SMP),
perajin permainan tradisional,praktisi, dan komunitas permainan
tradisional.
Pelaksanaan festival yang banyak
dikunjungi masyarakat dari berbagai
kalangan ini juga diharapkan dapat
membuat orang tua mau memberikan
kebebasan kepada anak-anaknya
dalam berekspresi dengan memainkan
permainan tradisional. Selain itu,
dengan mengundang guru-guru dari
berbagai daerah, diharapkan guru-
guru juga turut memperkenalkan
beragam permainan tradisional
kepada peserta didiknya sekembalinya
ke daerah asal. Metode mengajar
untuk pendidikan karakter pun bisa
dilakukan dengan menggunakan
permainan tradisional, mulai dari
membuatnya, hingga memainkannya.
Demikian berbagai upaya penerapan
pendidikan karakter yang dilakukan
Kemdikbud dengan menggunakan
media tradisional. Tentunya
Kemdikbud juga terus melakukanupaya-upaya lainnya dengan
memanfaat media cetak, elektronik,
maupun internet dan lain sebagainya
sehingga berbagai kebijakan
dapat menjangkau seluruh lapisan
masyarakat. (Arifah, Desliana, Nur W)
Pameran hasil kreavitas peserta didik dalam Fesval dan Lomba Seni Siswa Nasional.
FOTO:YusPIH
-
7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012
16/36
DikbuDNo. 06 Tahun III Desember 201214
Menjawab Tantangan Globalisasi
Kompetensi SDMSebagai Kunci
Oleh: Shabri Aliaman
Kepala Pusat Pengembangan SDM Kebudayaan,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Pembangunan manusia pada
dasarnya adalah pembangunan
akhlak, watak, dan perilaku
budaya yang mendukung kemajuan
bangsa. Untuk itu, peningkatan
kualitas sumber daya manusia (SDM)
sangat diperlukan dalam membangun
bangsa, termasuk pengembangan
SDM di bidang kebudayaan.
Pengembangan SDM Kebudayaanmemiliki tujuan strategis, yaitu
ketersediaan peningkatan
kapasitas dan profesionalisme SDM
Kebudayaan, peningkatan kapasitas
pengelolaan sumber daya budaya,
dan pengembangan kemitraan antara
pemerintah pusat dan daerah.
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemdikbud) mengelola
SDM Kebudayaan melalui Pusat
Pengembangan SDM Kebudayaan di
bawah Badan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Pendidikan danKebudayaan dan Penjaminan Mutu
Pendidikan (BPSDMPK-PMP).
Sesuai dengan yang tertuang pada
Permendikbud Nomor 1 Tahun
2012, Pusat Pengembangan SDM
Kebudayaan mempunyai tugas dan
fungsi melaksanakan penyusunan
bahan kebijakan teknis dan
pengembangan SDM Kebudayaan,
termasuk menyusun kebijakan
tentang pengembangan SDM
dan menyusun program-program
pengembangan SDM. Namun
yang terpenting adalah program
koordinasi pelaksanaan peningkatan
kompetensi dan fasilitasi pelaksanaan
peningkatan kompetensi dan
sertikasi SDM Kebudayaan.
SDM Kebudayaan adalah setiap orang
yang bekerja di sektor kebudayaan,
baik PNS maupun non PNS.
Terdapat 52 unit kerja bidangKebudayaan, terdiri dari 11 unit
utama, 14 Balai Pelestarian Cagar
Budaya, 11 Balai Pelestarian Nilai
Budaya, 6 museum-museum khusus,
dan 10 Balai Arkeologi. Hasil
rekapitulasi jumlah SDM dari ke-52
unit kerja tersebut tercatat lebih dari
6.100 SDM Kebudayaan yang terdiri
dari 63 persen PNS dan 37 persen
aparat sipil negara tidak tetap (data
per 3 Desember 2012).
Terdapat sekitar 136 ragam profesiSDM Kebudayan, diantaranya profesi:
arkeolog, kurator, konservator,
pemandu, pamong budaya, peneliti,
registrator, juru pelihara, peneliti,
dosen ilmu budaya, dan lain
sebagainya.
Saat ini, Pusat juga tengah mengkaji
apakah SDM bahasa masuk dalam
kategori SDM Kebudayaan karena
bahasa merupakan salah satu aspek
kebudayaan terutama menyangkut
kesastraan dan tradisi lisan.
Pelatihan Berbasis Kompetensi
Keberagaman aspek budaya
membutuhkan SDM yang kompeten,
terutama di era globalisasi yang
mengharuskan setiap tenaga kerja
melaksanakan pekerjaannya secara
konsisten dan esien sesuai dengan
standar kerja yang telah ditetapkan.
Setelah ragam profesi terpetakan,
Pusat akan segera melakukanpeningkatan kompetensi SDM, salah
satunya dengan melakukan Pelatihan
Berbasis Kompetensi.
Mengacu pada Kepmendiknas RI
Nomor 045/U/2002, bahwa yang
dimaksud dengan kompetensi adalah
seperangkat tindakan cerdas dan
penuh tanggungjawab yang dimiliki
seseorang sebagai syarat untuk
dianggap mampu oleh masyarakat
dalam melaksanakan tugas-tugas di
bidang pekerjaan tertentu. Dalam halini, kompetensi di bidang kebudayaan
adalah seperangkat pengetahuan
yang dimiliki oleh seseorang yang
menyangkut dengan pengetahuan,
sikap dan keterampilan, khususnya
disektor kebudayaan.
Sebelumnya pada saat masih
bergabung di Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata, pola
peningkatan kompetensi lebih
mengacu pada bagaimana menjadi
tenaga terampil kebudayaan dalam
-
7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012
17/36
15No. 06 Tahun III Desember 2012 DikbuD
hal daya tarik wisata. Tapi sekarang
ini, di Kemdikbud menjadi lebih
fokus pada bagaimana kekayaan
dan keragaman budaya itu menjadi
bagian yang sangat penting dalam hal
pembangunan karakter bangsa, selain
kepentingan pada tempat mereka
bekerja. Misalnya juru pelihara yang
tugasnya memelihara cagar budaya.
Untuk itulah sangat penting
dilakukan pelatihan berbasis
kompetensi, yang sebelumnya
perlu didahului dengan identikasi
kebutuhan pelatihan, pemilihan
bentuk dan jenis pelatihan,
penyusunan silabus pelatihan,
pnyusunan modul pelatihan, maupun
penyusunan metodologi pembelajaran.
Selain itu perlu juga disediakan dandibina tenaga fasilitator/instruktur
yang berkualitas, menyusun
persyaratan peserta pelatihan, dan
juga menyediakan fasilitas pelatihan.
Langkah awalnya adalah melakukan
training of trainers (TOT) dimana
para pelatih (trainer) itu yang akan
menyebarkan ilmunya ke SDM
Kebudayaan di daerah. Para pelatih
tersebut bisa saja berasal dari
perguruan tinggi, UPT Kebudayaan,
ataupun Widyaiswara. Ini atasdasar pengembangan ilmu tidak
hanya mencakup ilmu mengetahuan
menurut bidangnya, tapi juga harus
ada unsur edukasi. Pengembangan
harus membuat orang dari suatu
kondisi ke kondisi yang lebih bagus.
Pasti di dalamnya terdapat proses
edukasi yang dedaktif metodik.
Selain itu, untuk peningkatan
kompetensi, Pusat juga bisa
melakukan berbagai kerja sama
dengan pemerintah daerah untukpengembangan pelatihan SDM
Kebudayaan di daerah atau unit
pelaksana teknis lainnya di seluruh
Indonesia. Kedepannya, pada 2013,
akan diselenggarakan peningkatan
kompetensi bidang Kebudayaan
khususnya bagi guru mata pelajaran,
guru kesenian, sejarah, antropologi,
dan lain sebagainya dalam lingkup
satuan pendidikan.
Oleh karena itu dalam
implementasinya, akan ada integrasi
kegiatan dengan UPT PPPPTK Seni
dan Budaya. Meskipun demikian,
Pusat tidak berkecimpung dalam
pemenuhan kuantitas guru tapi lebih
memperlihatkan kualitas sesuai
dengan tugas dan fungsi Pusat, yaitu
peningkatan kompetensi.
Namun demikian, substansi bidang
kebudayaan itu tidak hanya pada ilmu
sosial saja, tetapi juga menargetkan
guru-guru IPA dan Matematika untuk
mengikuti pelatihan. Apalagi dalam
kurikulum 2013 yang sedang disusun.
topik-topik pembelajaran di sekolah
akan berdasarkan tema tertentu
yang dikaitkan dengan kebudayaan
terutama yang terkait dengan nilai
budaya dan kearifan lokal.
Dasarnya adalah kebudayaan itu
erat kaitannya dengan pembentukan
karakter. Oleh karena itu, ada materi
kebudayaan yang bisa diintegrasi
untuk disisipkan.
Selanjutnya Pusat akan membuat
pedoman penilaian kinerja bagi
SDM Kebudayaan. Penilaian disini
bukan berarti menilai peserta didik
itu lulus atau tidak lulus, berhasil
atau tidak berhasil. Tetapi yang
terpenting dengan penilaian ini
adalah akan terpetakan kompetensi
yang dimiliki oleh SDM Kebudayaan.
Jika sudah terpetakan, maka Pusat
dapat mengetahui pelatihan berbasis
kompetensi apa yang akan diberikan
kepada mereka.
Guru tari sedang mengajarkan gerakan tari Bali. Kompetensi guru menentukan kualitas peserta didik.
FOTO:Dok.PIH
-
7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012
18/36
DikbuDNo. 06 Tahun III Desember 201216 DikbuDNo. 06 Tahun III November 201216
Manusia Berbudaya
Berbicara mengenai pelestarian
kebudayaan, yang sangat utama
adalah SDM-nya, atau man behind the
gun. Dalam hal ini tentunya melalui
SDM Kebudayaan yang kompeten
akan terjadi keberlangsungan
pelestarian kebudayaan yang baik
dan menjadi bagian penting untuk
dunia pendidikan, terutama dalam
peneguhan jati diri dan karakter
bangsa, bermartabat dan berbudaya.
Manusia yang berbudaya adalah
manusia yang berpengetahuan,
memiliki keterampilan, dan memiliki
sikap dan tingkah laku terpuji.
Katakanlah untuk membentuk
manusia yang berpengetahuan dan
bermartabat perlu diiringi dengan
pengembangan etika, estetika,
pengetahuan, dan keterampilan.
Aspek-aspek inilah yang didapat
melalui pemahaman kebudayaan.
Dengan dikawalnya pengetahuan
oleh etika dan estetika, diharapkan
akan lahir manusia Indonesia yang
berpengetahuan dan beradab.
Benang merahnya adalah aspek
tersebut yang harus kita perhatikan
dalam memanusiakan manusia.
Pendidikan itu sendiri adalah
proses pendewasaan. Belajar
dari keberhasilan Jepang yang
mengawinkan ilmu dengan
kebudayaannya. Pengembangan
ilmunya sangat memperhatikan
kearifan lokal.
Di Indonesia, pernah mengalamimasa ketika mata pelajaran hanya
ditujukan pada pencerdasan otak.
Padahal pencedasan otak perlu
diimbangi dengan etika dan estetika.
Mereka yang dicerdaskan otaknya
semata melahirkan manusia-manusia
mesin. Sementara dengan etika
dan estetika, akan membentuk
manusia berbudaya yang bermanfaat
bagi kehidupan masyarakat dan
lingkungannya.
Kemdikbud saat ini sedang menyusunkurikulum baru dengan mamasukkan
mata pelajaran Seni dan Budaya
sebagai salah satu mata pelajaran
wajib. Tidak hanya itu, aspek-aspek
kebudayaan juga akan disisipkan dan
mewarnai mata pelajaran lainnya.
Memang membutuhkan waktu
lama untuk membentuk generasi
berbudaya. Setidaknya 35 tahun
baru terlihat bentuk generasi yang
kita cetak mulai saat ini. Tentu kita
tidak boleh menunda lagi persoalanpendidikan dan kebudayaan.
Dengan memulai dari sekarang,
kedepannya generasi penerus
dapat lebih berkarakter. Baik
berkarakter di lingkungan sekolah
maupun di dalam rumah tangga dan
masyarakat. Itulah generasi yang
kita didam-idamkan.
(Ditulis ulang oleh Arifah dari
wawancara di Jakarta,
5 Desember 2012)
Seorang bocah sedang belajar mendalang dengan memainkan gunungan wayang. Menanamkan
kecintaan terhadap seni tradisional sejak dini.
FOTO:Dok.PIH
-
7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012
19/36
17No. 06 Tahun III Desember 2012 DikbuD 17No. 06 Tahun III November 2012 DikbuD
Memahami masa lalu memberipelajaran kepada manusia
agar bijak dalam menyikapi
masa kini dan masa depan. Namun,
memahami nilai dan kearifan lokal
masa lalu sebuah bangsa memerlukan
ilmu tersendiri. Salah satu ilmu itu
adalah arkeologi. Ilmu ini beriringan
dengan ilmu-ilmu lainnya, sehingga
hasil penelitian menjadi komprehensif
dan dapat dijadikan rujukan
mengenal asal usul suatu kebudayaan.
Berikut penuturan seorang arkeologmuda, Auliana Muharini, yang saat
ini bekerja sebagai staf pada Pusat
Arkeologi Nasional, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemdikbud), kepada wartawan
Majalah Dikbud, Arifah:
Arkeologi termasuk bidang ilmu
yang jarang diminati, mengapa
Anda tertarik mempelajarinya?
Pada awalnya, saya merasa hal
yang luar biasa ketika mengunjungi
candi-candi di Jawa, seperti CandiBorobudur dan Prambanan. Candi-
candi Buddha dan Hindu dari
masa kerajaan Mataram Kuno
yang pembangunannya tentu
membutuhkan waktu yang lama serta
menggunakan teknologi yang lebih
sederhana dibanding saat ini, namun
tetap tidak mengurangi nilai sakral
dari agama yang diwakilinya.
Saya melihat masih banyak candi
yang tersisa hingga saat ini walau
mungkin hanya berupa reruntuhan
saja. Hal ini sekaligus menjadi buktibetapa hebatnya nenek moyang kita
pada masa lalu. Kemegahan dan
keanggunan candi-candi itu membuat
saya penasaran dengan ada cerita apa
di balik mahakarya itu. Kemudian
saya memutuskan untuk mempelajari
lebih dalam dengan mengambil kuliah
S1 Jurusan Arkeologi, di Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Lalu, apa yang didapat dari
bangku kuliah?
Saya akhirnya menyadari, bahwaarkeologi juga menjangkau semua
bidang ilmu, seperti ilmu arsitektur,
sejarah, bahasa dan sastra, geologi,
dan banyak lagi. Ilmu-ilmu itulah
yang pada akhirnya akan mendukung
perkembangan ilmu arkeologi itu
sendiri. Hasil penelitian pun menjadi
lebih komprehensif dan tingkat
reliabilitasnya tinggi karena dapat
dilihat dari berbagai sisi. Jadi, sebagai
arkeolog, kami tidak hanya menguasai
satu ilmu, tapi juga harus menguasai
ilmu-ilmu lainnya.
Penelitian apa yang saat ini Anda
lakukan?
Saat ini saya beserta tim dari Pusat
Arkeologi Nasional sedang melakukan
penelitan bangunan-bangunan
keagamaan di wilayah di Trowulan,
Jawa Timur. Pada tahun 2012 ini,
saya juga telah melakukan penelitian
mengenai hari jadi Kota Jombang,
penelitian peradaban Hindu-Budha
di kabupaten Blora, dan interaksi
masyarakat terhadap Makam-makam
Arkeologi untukMemahamiKearifan LokalMasa Lalu
Auliana Muharini:
Kesultanan Palembang. Tahun lalu,saya melakukan penelitian ragam hias
di candi-candi di daerah Prambanan
dan sekitarnya.
Apa arti penting penemuan-
penemuan arkeologi?
Salah satu paradigma arkeologi
adalah untuk merekonstruksi
kehidupan nenek moyang kita di
masa lampau. Para leluhur kita
ternyata telah mampu menciptakan
suatu tatanan kehidupan yang cukup
kompleks, yang banyak diwujudkandalam bentuk sik (artefak) maupun
non-sik (sistem budaya).
Banyak di antaranya yang masih
bisa dilihat hingga saat ini. Di sinilah
arkeologi turut memberikan peranan,
dimana banyak tinggalan-tinggalan
masa lampau berhasil diungkap
kembali melalui berbagai penelitian
arkeologi yang telah dilakukan.
Siapa tokoh-tokoh arkeologi yang
Anda segani?Banyak. Beberapa di antaranya yang
dari dalam negeri adalah Bapak
Poerbatjaraka, Bapak R. Soekmono,
dan Bapak Boechari. Sedang yang
dari luar negeri, J.L.A. Brandes, Peter
Belwood, dan Th. Pigeaud.
Tertarik melakukan penelitian
dengan tim internasional?
Ingin sekali. Jika memang ada
kesempatan untuk melakukan
penelitian dengan para peneliti luar,
tentu saja bersedia. Tapi tentunya
-
7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012
20/36
DikbuDNo. 06 Tahun III Desember 201218
harus melalui peraturan dan prosedur
yang berlaku di lembaga saya bekerja.
Menurut Anda, apa yang harus
dikembangkan lagi oleh Pusat
Arkeologi Nasional?
Pertama, saya berharap ada
pengembangan sarana dan prasarana
yang lengkap yang dapat menunjang
kegiatan penelitian arkeologi.
Kemudian kedua, peningkatan
pembinaan sumber daya manusia,baik bagi para peneliti maupun non-
peneliti agar bisa saling mendukung
dan memperlancar kegiatan
penelitian ke depannya. Ketiga, lebih
ditingkatkan lagi publikasi penelitian
agar masyarakat dapat menerima
informasi baru dan merasakan
manfaatnya.
Suka duka menjadi arkeolog?
Sukanya saya bisa mengunjungi
berbagai tempat di Indonesia, bahkan
hingga yang terpencil sekalipun.
Mendapatkan perspektif baru
mengenai budaya yang berkembang
di suatu wilayah. Saya juga bisa
bertemu dengan tokoh-tokoh penting
yang mungkin di luar kepentingan
arkeologi hal itu tidak bisa dilakukan.
Dan tentunya mendapatkan
tambahan pengetahuan ilmu baru.
Dukanya ternyata juga banyak,
terutama penelitian di musim
hujan. Penelitian saya dan tim yangterakhir di Trowulan adalah di lahan
terbuka, hampir tiap hari akan turun
hujan dengan intensitas yang tinggi,
ditambah petir yang menurut warga
memang sangat berbahaya. Jadilah
kami sempat tiarap dan kabur tiap
kali ada petir.
Atau ketika kotak ekskavasi kami
harus digusur karena si pemilik lahan
akan menanaminya dengan pohon
sengon. Akhirnya kami pun mesti
berpindah ke kotak ekskavasi lain.
Di Blora, kami ekskavasi di dalam
hutan jati yang letaknya cukup jauh
dari permukiman penduduk. Beberapa
hari kami mesti berjalan kaki menuju
ke lokasi sebelum akhirnya kami ikut
numpang motor para tenaga lokal di
sana.
Meski demikian, hal-hal itulah yang
membuat penelitian arkeologi itu
sangat menarik dan mungkin bisa
dibilang penuh tantangan. Benar-benar merupakan suatu pengalaman
yang sangat berkesan.
Apa harapan Anda terhadap
generasi muda di Indonesia?
Saya berharap generasi muda mau
mengenal dan menyintai budaya
bangsa sendiri, salah satunya melalui
arkeologi yang kaya akan nilai-nilai.
Agar juga tidak melakukan kegiatan
vandalisme yang bersifat merusak
tinggalan-tinggalan arkeologi yang
ada pada saat ini. (*)
Akvitas para arkeolog pada saat ekskavasi lokasi penemuan benda purbakala. Masih banyak peninggalan sejarah yang belum tergali.
FOTO:Auliana
-
7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012
21/36
19No. 06 Tahun III Desember 2012 DikbuD
Oleh: Surya Helmi
Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Sesuatu yang dihasilkan manusia
di masa lampau berupa warisan
budaya bersifat kebendaan,
mengandung nilai sejarah, ilmu
pengetahuan, pendidikan, agama,
dan/atau kebudayaan melalui
proses penetapan, dapat dikatakan
cagar budaya. Setidaknya, inilah
denisi cagar budaya menurut
Undang-undang Nomor 11 Tahun
2010 Tentang Cagar Budaya. Yangtermasuk cagar budaya, antara lain:
Benda Cagar Budaya, Bangunan,
Cagar Budaya, Struktur Cagar
Budaya, Situs Cagar Budaya, dan
Kawasan Cagar Budaya di darat dan
atau di air.
Tapi perlu diingat, tidak semua
benda berumur 50 tahun disebut
cagar budaya jika tidak memenuhi
persyaratan-persyaratan tersebut.
Istana Pagaruyung, misalnya, tidak
dapat disebutkan cagar budaya tetapilebih tepat sebagai bangunan budaya.
Hal ini dikarenakan tidak terdapatnya
dokumen yang menuliskan
keberadaan Kerajaan Minangkabau.
Memang ada cerita turun temurun
dalam bentuk bahasa lisan Tambo,
namun bahasa tutur ini tidak kuat
disebut sebagai bukti sejarah.
Bahkan, menurut pakar, Tambo
80 persennya berupa dongeng yang
akurasinya berbeda dengan dokumen
tertulis. Beda halnya dengan Kerajaan
Sriwijaya yang memang sudah
terbukti keberadaannya melalui
berbagai prasasti yang ditemukan di
berbagai tempat.
Mengingat pentingnya cagar
budaya ini, Undang-undang pun
mengamanatkan untuk senantiasa
melestarikan dan mengelola cagar
budaya dengan tepat melalui berbagai
upaya perlindungan, pengembangan,dan pemanfaatan dalam memajukaan
kebudayaan nasional, dan tentunya
sebesar-besarnya untuk kemakmuran
rakyat.
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemdikbud)
memberikan wewenang pengelolaan
cagar budaya kepada setiap unit
pelaksana teknis (UPT) pusat di
daerah, seperti Balai Pelestarian
Cagar Budaya (BPCB), Balai
Pelestarian Situs Manusia PurbaSangiran, dan lain sebagainya.
Indonesia memiliki banyak sekali
cagar budaya yang tersebar di seluruh
wilayah Indonesia. Ada yang sudah
diusulkan kepada UNESCO sebagai
warisan dunia, di antaranya Candi
Borobudur, Candi Prambanan, dan
yang baru-baru ini diakui adalah
lansekap budaya Subak di Bali dan
Noken Papua. Namun disayangkan,
jumlah yang diakui tersebut
sangatlah tidak sebanding dengan
Cagar Budaya dan
Museum sebagaiWahana Edukasi Publik
Sesuatu yang dihasilkanmanusia di masa lampau
berupa warisan budaya
bersifat kebendaan,
mengandung nilai sejarah,
ilmu pengetahuan,
pendidikan, agama, dan/
atau kebudayaan melalui
proses penetapan, dapat
dikatakan cagar budaya.
-
7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012
22/36
DikbuDNo. 06 Tahun III Desember 201220
jumlah cagar budaya di Indonesia.
Padahal keuntungan yang didapat
dari terdaftarnya sebagai warisan
budaya adalah terpublikasikannya
cagar budaya Indonesia dan turut
sertanya masyarakat global untukmemeliharanya.
Konsep pengelolaan cagar budaya
diarahkan pada pemeliharaan,
perlindungan, dan pemanfaatan cagar
budaya. Misalnya, masyarakat dapat
memperoleh manfaat ekonomi dan
sosial dari suatu pemugaran candi
di sekitar tempat tinggalnya. Juga,
tentunya sektor pariwisata juga
akan ikut berkembang. Pengalaman
membuktikan, dulu ketika masa
awal pemugaran Borobudur, belum
Pengunjung mengama kereta kencana. Membiasakan mengunjungi tempat-tempat bersejarah dapat menambah kekaguman terhadap nenek moyang.
terkirkan oleh masyarakat sekitar
akan arti penting pemanfaatan
ekonomi. Tetapi dengan berjalannya
waktu, muncul paradigma baru ketika
masyarakat sadar akan kemanfaatan
keberadaan candi sebesar-besarnya.Disini kemudian roda perekonomian
berputar.
Dengan paradigma ini, baik
pemerintah pusat maupun
daerah berkewajiban melakukan
pemeliharaan cagar budaya di
daerahnya masing-masing dan
didukung dengan penganggaran
yang jelas. Disisi lain, masyarakat
pun berkewajiban untuk mendukung
pemeliharaan terhadap cagar budaya
yang memberikan keuntungan baik
keuntungan sosial maupun material.
Namun demikian, kendala yang
terjadi adalah belum adanya
peraturan pemerintah (PP) turunan
dari Undang-undang Cagar Budaya.Jadi operasional di lapangan agak
tersendat, walaupun PP lama belum
ditarik. Keterbatasan jumlah tim
ahli cagar budaya bersertikat, baik
tingkat daerah maupun nasional,
menjadi kendala lain dalam upaya
registrasi cagar budaya. Padahal tim
ahli inilah yang sangat dibutuhkan
untuk memberikan rekomendasi
dan menverikasikan cagar budaya
yang diajukan perorangan atau
daerah untuk diregistrasi. Tentu
tidak ada yang berharap kehilangan
FOTO:Singgih,PIH
-
7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012
23/36
21No. 06 Tahun III Desember 2012 DikbuD
Sampai saat ini Ogoh Ogoh, yang diselenggarakan sehari sebelum Nyepi, masih tetap abadi sebagai
tradisi masyarakat Bali. Tradisi yang menarik wisatawan.
hanya karena sikap kurang peduli
terhadapnya, karena kehilangan
cagar budaya berarti kehilangan
identitas diri.
Memasyarakatkan Museum
Sebagai langkah pelestarian cagar
budaya dan pemasyaratan museum,
Direktorat Pelestarian Cagar Budaya
dan Permuseuman Kemdikbud
terus berupaya menjalankan
tugas dan fungsinya, mulai dari
melaksanakan perumusan, koordinasi,
dan pelaksanaan kebijakan, serta
memfasilitasi penerapan standar
teknis di bidang pelestarian cagar
budaya dan permuseuman. Termasuk
menjalankan salah satu fungsi yang
sangat vital, yaitu pengelolaanregister nasional dan eksplorasi cagar
budaya di air.
Direktorat ini, melalui UPT di daerah,
juga terus memasyarakatkan dan
memperkenalkan museum terhadap
masyarakat usia dini, diantaranya
ke sekolah-sekolah dasar di daerah.
Pemaknaan integrasi pendidikan dan
kebudayaan inilah yang berperan
penting dalam menggeser makna
museum dari hanya sebagai pelengkap
menjadi media pembelajaran kearifanlokal. Beasiswa S-2 pun disediakan
bagi mereka yang berminat
melanjutkan pendidikan di jurusan
museum.
Selain itu, Direktorat banyak
melakukan gebrakan dalam
memasyarakatkan museum, mulai
dari pameran Museum Nusantara di
JCC Jakarta, penganugerahan duta
museum, talkshow di televisi bersama
Slamet Raharjo, dan pameran
museum di puast perbelanjaan.Upaya jemput bola seperti itu
diharapkan dapat menimbulkan
ketertarikan masyarakat untuk
mengunjungi museum. Setidaknya,
masyarakat melirik pameran tersebut
sebagai awal yang sangat baik untuk
kemudian menimbulkan niat untuk
berkunjung ke museum.
Idealnya, museum adalah sebagai
pusat ilmu pengetahuan dan edukasi
publik. Masyarakat yang berkunjung
ke museum diharapkan bertambah
pengetahuannya, dari tidak tahu
menjadi tahu. Hal ini mengingat
setiap benda cagar budaya di museum
menyiratkan kearifan lokal bangsa
Indonesia.
Apalagi saat ini museum menjadi
ikon kebudayaan. Pemerintah terus
menggalakkan dan memasyarakatkan
museum yang belum dijadikan
prioritas oleh masyarakat.
Mulai 2010 dicanangkan tahun
kunjungan museum. Bantuan untuk
merevitalisasi museum, baik museum
milik pemerintah maupun swasta,
terus dialirkan.
Namun, tentunya banyak
permasalahan yang menyertai upaya
tersebut, mulai dari manajemenmuseum, tata letak benda, sampai
pemberian label (caption) yang
kerap kali kurang bercerita. Untuk
itu, pembinaan di seluruh museum
pemerintah di Indonesia pun terus
dilakukan, seperti melakukan
berbagai pelatihan, lokakarya
(workshop), bimbingan, penyuluhan
tata pameran, bagaimana menata
pameran dengan baik, penulisan label
dengan baik, dan lain sebagainya.
Bentuk upaya lain dalam
memasyarakatkan museum adalah
membangun beberapa museum di
daerah. Museum Maritim di Pulau
Belitung misalnya, sekarang sedang
dibangun. Penunjukan Belitung
sebagai tempat Museum Maritim ini
berdasarkan fakta banyak ditemukan
kapal karam di sekitar Belitung. Di
masa lalu, perairan Belitung menjadi
jalur pelayaran internasional.
Museum Perang Dunia II juga
akan dibangun di Pulau Morotai,
mengingat pada PD II Jenderal
McArthur mempunyai kamp di sana.
Pulau ini memiliki tujuh landasan
pesawat perang peninggalan PD II.
Kemudian, di Sumatera Barat juga
akan didirikan Museum PemerintahDarurat Republik Indonesia yang
menandakan sejarah politik Indonesia
terukir di tempat itu. Segala upaya
tersebut tidak lain untuk membangun
karakter bangsa yang berbudaya. Kita
berharap, generasi mendatang tidak
kehilangan akar budaya adiluhung
warisan nenek moyang. Semoga.
(Ditulis ulang oleh Arifah dari
wawancara di Jakarta,
20 November 2012)
-
7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012
24/36
DikbuDNo. 06 Tahun III Desember 201222
Museum adalah lembaga
tetap, nirlaba, terbuka
untuk umum, melayani
kebutuhan masyarakat dengan
cara mengumpulkan, memelihara,
meneliti, mengomunikasikan, dan
memamerkan benda peninggalan takbenda (tangible) maupun tak benda
(intangible) untuk tujuan studi,
edukasi, dan kesenangan. Demikian
pengertian museum yang diberikan
International Council of Museums
(ICOM) atau Dewan Internasional
Museum.
Pengertian ICOM tentang museum
itu diterjemahkan dalam Peraturan
Pemerintah (PP) No.19 Tahun 1995,
yang menyebutkan bahwa museum
adalah lembaga, tempat penyimpanan,
perawatan, pengamanan, dan
pemanfaatan benda-benda bukti
materiil hasil budaya manusia
serta alam dan lingkungannya guna
menunjang upaya perlindungan dan
pelestarian kekayaan budaya bangsa.
Dari PP tersebut, digambarkan
bahwa museum berperan dalam
mengumpulkan informasi tentang
warisan budaya dan warisan alam
dimana museum tersebut berada,
menyimpan dan memelihara koleksi
untuk kepentingan masyarakat
dan perkembangannya, melakukan
penelitian dan menyebarluaskan hasil
penelitian kepada masyarakat, serta
mengomunikasikan koleksi benda dan
tak benda melalui berbagai pameran
dan aktivitas lain.
Khususnya perannya dalam bidang
pendidikan, museum dapat dijadikan
sebagan tempat peserta didik
menyelenggarakan aktivitas budaya
dan sosial, sarana belajar nonformal,
dan sebaliknya, sekolah dapat
berperan mendukung secara aktif
untuk menghidupkan kembali peran
museum. Atau idealnya, museum
memiliki peran strategis untuk
mencerdaskan bangsa, kepribadian
bangsa, ketahanan nasional, danwawasan Nusantara.
Bataviaasch Genootschap van Kunsten
en Wetenschappen atau lebih dikenal
saat ini dengan Museum Nasional,
didirikan pada 24 April 1778 oleh
Belanda sebagai bentuk kecintaannya
terhadap pengetahuan dan
kebudayaan Indonesia. Sejak tahun
1871, Museum Nasional menjadi lebih
dikenal dengan Museum Gajah karena
diletakkannya patung perunggu
berbentuk gajah hadiah dari Raja
Thailand, Raja Chulalongkorn.
Sejak 28 Mei 1979, nama resmi
museum ini ditetapkan sebagai
Museum Nasional. Pemerintah
Indonesia pun terus berupaya
mendirikan museum-museum tingkat
provinsi.
Jika dilihat dari sejarahnya, museum
pada zaman sebelum kemerdekaan
yang didirikan oleh pemerintah
kolonial bertujuan untuk kepentingan
ilmu pengetahuan yang menunjang
politik kolonial. Ini dilakukan
penjajah dalam usahanya tidak hanya
untuk mempertahankan wilayah
jajahan melalui aspek kebudayaan,
tetapi juga memang dasar kecintaan
mereka terhadap kebudayaan
Indonesia. Jumlah koleksi cukup
banyak dan disajikan dengan konsep
tata pameran di Eropa. Koleksi-
koleksinya pun saat itu dibagi ke
museum di Amsterdam dan Leiden.
Sementara itu, setelah kemerdekaan,
Menjadikan Museumsebagai Kebutuhan
MasyarakatOleh: Intan Mardiana
Kepala Museum Nasional,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
-
7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012
25/36
23No. 06 Tahun III Desember 2012 DikbuD
museum kemudian bertujuan untuk
kepentingan pelestarian warisan
budaya dalam rangka pembinaan dan
pengembangan kebudayaan bangsa,
dan sebagai sarana pendidikan
nonformal. Jumlah koleksi yang
terbatas dan dipamerkan untuk
kepentingan bangsa dalam rangka
penanaman rasa kebangsaan,
kecintaan dan jati diri bangsa.
Museum dijadikan tempat
pembelajaran nonformal bagi
masyarakat, karenanya koleksi
yang dipamerkan harus otentik,
informasinya benar, dan hasil
penelitiannya pun harus benar.
Visi Museum Nasional adalah
Terwujudnya Museum Nasional
sebagai pusat informasi budaya
dan pariwisata yang mampu
mencerdaskan kehidupan bangsa,
meningkatkan peradaban dan
kebanggaan terhadap kebudayaan
national, serta memperkokoh
persatuan dan persahabatan antar
bangsa.
Revitalisasi Museum
Gerakan Nasional Cinta Museum
telah digulirkan sejak 2009 seiring
dengan Tahun Kunjung Museum
2010-2014 (visit museum year).
Gerakan ini untuk memperkokoh
fungsi museum sebagai media
universal dalam pelestarian warisan
budaya, wahana pembelajaran
masyarakat, dan objek wisata yang
edukatif.
Program ini didukung dengan
berbagai kegiatan di museum di
seluruh Indonesia, yang tentunya
bertujuan memperbesar jumlah
pengunjung serta meningkatkan
apresiasi dan kepedulian masyarakat
terhada warisan budaya bangsa.
Museum pun harus terus berbenah
diri menjadi lebih semarak dan
hidup dalam pengelolaannya.Saat
ini, di Indonesia terdapat 283 museum
yang tersebar di seluruh Indonesia.
Namun sangat disayangkan
keberadaannya secara umum
belum mampu memenuhi keinginan
masyarakat secara optimal.
Menilik situasi demikian, pemerintah
terus melakukan berbagai upaya
untuk mengoptimalkan fungsi
museum bagi masyarakat. Salah satu
yang dilakukan adalah revitalisasi
museum sebagai upaya meningkatkan
kualitas museum dalam melayani
masyarakat dan menjadikan
museum sebagai kebutuhan untuk
dikunjungi.
Nantinya, selain sebagai ruang
pamer, museum-museum di Indonesia
juga dapat menjadi sarana edukasi
dan rekreasi berkualitas yang
diapresiasi dan mampu menginspirasi
masyarakatan untuk melestariakn
dan mengembangkan nilai-nilai
budaya. Selain itu, dengan revitalisasi
ini diharapkan dapat menjadikan
museum sebagai pranata sosial yang
mampu membangkitkan kebanggaan
setiap warga negara sehingga dapat
memperkukuh jati diri bangsa.
Sekelompok pengunjung Museum Nasional, di Jakarta, mengama sebuah benda peninggalan sejarah.
Jumlah kunjungan ke museum diharapkan terus meningkat.
FOTO:Dok.MuseumNasional
-
7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012
26/36
DikbuDNo. 06 Tahun III Desember 201224
Setidaknya ada enam aspek
revitalisasi museum, yaitu sik,
manajemen, program, jejaring,
kebijakan, dan pencitraan. Pertama,
tampilan sik museum dibuat
menjadi lebih menarik, misalnya
dengan melakukan penataan
interior (renovasi ruang pameran
tetap, penataan ruang penyimpanan
koleksi (storage), laboratorium,
ruang pengenalan, dan bengkel
kerja preparasi), penataan eksterior
(penataan taman, pembuatan papan
nama museum, penanda, kalender
acara), dan rehabilitasi sik (fasilitas
penunjang dan perluasan bangunan
museum).
Kedua, aspek manajemen dengan
meningkat profesionalisme dalampengelolaan museum dan pelayanan
pengunjung. Oleh karena itu, perlu
dilakukan manajemen koleksi, sumber
daya manusia (SDM), keuangan, dan
layanan pengunjung.
Ketiga, aspek pengembangan
program-program yang inovatif dan
kreatif sehingga tidak membosankan
para pengunjung. Program yang
dibuat pun bervariasi, mulai dari
mengirim para tenaga guide untuk
memperdalam pengetahuannya kelembaga-lembaga terkait seperti
geologi, arkeologi dan sebagainya,
kuis dan perlombaan bagi pengunjung
anak-anak, ataupun pojok anak
dimana anak dapat terjun langsung
membersihkan keramik-keramik
kuno dan belajar bagaimana
memproteksinya.
Keempat adalah penguatan jejaring
dengan berbagai komunitas maupun
museum lainnya. Hubungan
kemitraan dalam pengelolaan museummenjadi suatu tuntutan di masa
depan, karena tanpa bermitra dengan
pihak lain, keberadaan museum
terhambat perkembangannya.
Kelima, menetapkan kebijakan
pengelolaan museum, bagaimana
standarnya apalagi saat otonomi
daerah dimana museum-museum di
tingkat provinsi/kabupaten/kota sudah
menjadi tanggung jawab daerah.
Termasuk harus ditetapkan kebijakan
yang berkaitan dengan SDM-nya,
sehingga yang berkecimpung
mengelola museum adalah orang-
orang yang memang mempunyai
kompetensi di bidang permuseuman
dan manajemen.
Aspek keenam adalah pentingnya
meningkatkan pencitraan museum.
Hal ini dilatarbelakangi perlunya
perbaikan citra museum di mata
masyarakat. Misalnya dengan
mengadakan Corporate Social
Responsibility (CSR) atau kerja
sama dengan pihak swasta melalui
Visit Museum Campaign. Pencitraan
juga penting untuk menumbuhkan
kebanggaan masyarakat untuk
cinta Indonesia. Misalnya dengan
memulainya dengan hal yang
sederhana, seperti menjaga citrakebersihan museum.
Kemajuan Daerah
Pemangku kepentingan di daerah
seharusnya memahami arti penting
museum, bahwa museum merupakan
jendela suatu daerah untuk menarik
kuantitas kunjungan wisata, baik bagi
turis domestik maupun mancanegara.
Museum berperan menggambarkan
wisata atau potensi suatu daerah.
Bahkan jika dianalisis lebih dalam,turis mancanegara cenderung
mengunjungi museum daripada pusat-
pusat perbelanjaan.
Namun demikian, meningkatnya
jumlah kunjungan pun harus
diimbangi dengan peningkatan
kapasitas dan kualitas SDM-nya,
misalnya dengan melengkapi SDM
museum seperti kurator, konsevator,
preparator, maupun SDM yang
bertugas sebagai edukator. Tentunya
juga dengan memperhatikan enam
aspek revitalisasi tersebut.
Perlu juga disadari bahwa koleksi-
koleksi yang ada di museum tingkat
provinsi/kabupaten menunjukkan
kekayaan budaya dan gambaran
kehidupan masing-masing daerah.
Dengan berkunjung ke museum,
masyarakat dapat terinspirasi untuk
melestarikan dan mengembangkan
kebudayaannya.
Kiranya kita semua mempunyai satu
visi yang sama untuk memperkuatjaringan dan koordinasi antara
pemerintah pusat dan daerah.
Museum Nasional sendiri terus
melakukan kerja sama dengan
Asosiasi Museum Indonesia (AMI),
melakukan bimbingan teknis dan
workshop yang melibatkan SDM
museum dari seluruh provinsi,
pameran bersama antar provinsi,
pameran internasional di luar negeri,
dan kegiatan kerja sama lainnya.
Museum adalah tempat belajar,mengenal peradaban. Mari datang ke
museum dan menjadi bangga sebagai
orang Indonesia yang mempunyai
kebudayaan yang sangat kaya.
(Ditulis ulang oleh Arifah dari
wawancara di Jakarta,
5 Desember 2012)
Tampak depan Museum Nasional dari masa ke masa.
FOTO:Dok.MuseumNasional
-
7/29/2019 Majalah Dikbud 6 Des 2012
27/36
25No. 06 Tahun III Desember 2012 DikbuD
Apabila bicara pengembangan
dan pelestarian budaya,
pada umumnya ingatan kita
langsung tertuju kepada mereka
yang disebut budayawan, seniman,
sastrawan, penyair, pujangga, dan
sejenisnya. Dari mereka yang masih
hidup hingga yang telah tiada sejak
berabad silam.
Pada saat membicarakannya, kita
juga selalu menyinggung beragam
warisan budaya, mulai dari situs,
candi, prasasti, serat, kakawihan, tari-
tarian, hingga upacara adat berbagai
etnis dan subetnis. Termasuk juga
beragam kearifan lokalnya.
Dua hal di atas memang seperti
satu mata uang dengan dua sisinya.
Sebagai karya manusia, kebudayaan
memiliki banyak pelaku sekaligus
memberikan warisan untuk generasiberikutnya. Tiada henti sepanjang
zaman.
Untuk sekarang, cobalah alihkan
sejenak perhatian ke sekolah sebagai
wahana pengembangan budaya.
Niscaya kita akan mendapati
kenyataan yang menakjubkan. Betapa
tidak, dari segi jumlah saja sekolah
memiliki potensi yang luar biasa.
Maklumlah di Indonesia terdapat
lebih dari 148.000 SD/sederajat,
36.000 SMP/sederajat, dan lebih dari
20.000 SMA/SMK/sederajat. Jangan
lupa, di setiap jenjang sekolah itu
bermacam budaya Nusantara, dari
yang tradisional hingga yang modern,
diperkenalkan, diajarkan, dan untuk
beberapa dilakukan.
Enam uraian singkat berikut kiranya
memperjelas peran strategis sekolah
dalam mengembangkan budayanasional kita. Pertama, untuk hal
yang paling dasar, sekolah menjadi
media yang sangat ampuh untuk
memperkenalkan aneka budaya,
mulai dari nama, bentuk, jenis,
asal daerah, hingga para tokohnya.
Bahkan kerapkali di sekolah
diperkenalkan pula warisan budaya
dunia dari manca negara.
Lebih dari itu, dalam
memperkenalkan aneka budaya
tersebut dilengkapi pula dengandeskripsi seperlunya sesuai tingkatan
sekolah dan atau kelasnya. Makin
tinggi sekolah dan kelasnya,
makin banyak jenis budaya
yang diperkenalkan dan makin
lengkap uraiannya sejalan dengan
perkemb