macam macam nafsu

13
1 BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Sesungguhnya Allah swt menetapkan manusia dengan kelebihan akal, ilmu, dan bentuk fisik. Dan menjadikan manusia sebagai makhluk yang mulia di sisi Allah swt. Akan tetapi dalam hal ini manusia memiliki beberapa pennghalang, yang diantaranya merupakan nafsu. Nafsu yang dimaksud di sini adalah nafsu yang mengajak akan sifat-sifat yang tercela. Nafsu merupakan sesuatu yang bersifat halus atau lembut yang terdapat pada hakikat diri manusia. Hal ini lah yang akan memberikan manusia sikap untuk merasakan nikmat Allah swt secara kasat akan dengan adanya nafsu pula kita serin terhalang dengan nikmat kasaf Allah swt. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengertian nafsu? 2. Bagaimana macam-macam nafsu? 3. Bagaimana menghindari sifat-sifat tercela dari nafsu?

Upload: john-cena-wwe-universe

Post on 23-Jun-2015

5.007 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Macam macam nafsu

1

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

Sesungguhnya Allah swt menetapkan manusia dengan kelebihan akal,

ilmu, dan bentuk fisik. Dan menjadikan manusia sebagai makhluk yang mulia

di sisi Allah swt. Akan tetapi dalam hal ini manusia memiliki beberapa

pennghalang, yang diantaranya merupakan nafsu. Nafsu yang dimaksud di sini

adalah nafsu yang mengajak akan sifat-sifat yang tercela.

Nafsu merupakan sesuatu yang bersifat halus atau lembut yang terdapat

pada hakikat diri manusia. Hal ini lah yang akan memberikan manusia sikap

untuk merasakan nikmat Allah swt secara kasat akan dengan adanya nafsu pula

kita serin terhalang dengan nikmat kasaf Allah swt.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian nafsu?

2. Bagaimana macam-macam nafsu?

3. Bagaimana menghindari sifat-sifat tercela dari nafsu?

Page 2: Macam macam nafsu

2

BAB II

Pembahasan

A. Pengertian Nafsu

Nafsu atau jiwa adalah substansi halus yang mengandung daya hidup dan

aktifitas kemauan serta berfungsi menjadi perantara antara hati dan tubuh.

Nafsu dalam khasanah Islam memiliki banyak pengertian.1 Nafsu dapat berarti

jiwa (Soul, Psyche), nyawa dan lain-lain. Semua potensi yang terdapat pada

nafs bersifat potensial, tetapi dapat aktual jika manusia mengupayakan. Setiap

komponen yang ada memiliki daya-daya laten yang dapat menggerakkan

tingkah laku manusia. Aktualisasi nafs membentuk kepribadian, yang

perkembangannya dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.2

Pengertian nafsu yang pertama adalah yang menggabungkan kekuatan

marah dan nafsu syahwat pada manusia.3 Istilah nafsu ini yang menurut ahli

tasawuf adalah nafsu, yang merupakan pokok yang menghimpun sifat-sifat

tercela dari manusia, sehingga mereka mengatakan bahwa kita harus melawan

nafsu (hawa nafsu) dan memecahkannya.4

Sementara itu nafsu dalam kajian yang lain memliki arti yang lebih halus,

yaitu sebagai hakikat manusia. Sehingga dalam pengertian ini nafsu memiliki

sifat yang bermacam-macam, sesuai dengan keadaanya.5 Jadi akan ada saatnya

waktu bagi nasfu itu tenang pada suatu hal dan jauh dari goncangan disebabkan

oleh syahwat dan begitu pula sebaliknya.

Letak nafsu berada pada satu sisi hati sebagai barang titipan, yaitu pada

bidang yang memang khusus untuk akhlak-akhlak berpenyakit. Bertolak

1 Totok Jumantoro, samsul munir amin, kamus ilmu tasawuf, amzah, tk, 2005, hlm. 1592 Abdul Mujib, Yusuf Mudzakir, Nuansa-nuansa Psikologi Islam, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm.463 Imam Al-Ghazali, ihya ulumuddin, III, Dar Al-Kutub Al-Islamiy, Bairut, t.t., hlm. 44 Imam Al-Ghazali, ihya ulumuddin, jilid 4 (terj. Drs. H.M.Zuhri,et.al)., judul asli: Ihya Ulum Al-Din, CV. Assy-syifa, Semarang, 1992, hlm.584.5 Imam al-ghozali, rahasia hati (terj. amien noersyam, bab:a’jaib al-qalbi, kitab: ihya ulum al-din), cv. Bintang agung, tk, tt, hlm. 10

Page 3: Macam macam nafsu

3

belakang dengan roh yang menempati sisi hati yang lain tempat berkumpulnya

akhlak terpuji.6 Meskipun memiki tempat yang sama, keduanya memiliki sifat

yang berbeda. Hal itu karena nafsu dapat mati sementara ruh bersifat kekal.

Adapun matinya nafsu adalah ketika nafsu keluar dari bagian-bagian

kepentingannya, dan digantikan dengan kewajiban-kewajiban yang harus

dipenuhi. Sedangkan matinya ruh adalah kembalinya ruh pada alamnya yang

bersifat nur-cahaya di sisi perkumpulan yang sangat luhur yang terbebaskan

dari bisikan nafsu.7

B. Macam-macam nafsu

Pembahasan mengenai macam-macam atau jenis-jenis nafsu itu sendiri

banyak yang memberikan pendapat serta tanggapan akaan hal ini. Akan tetapi

imam al-ghazali memberikan tiga pembagian akan nafsu itu sendiri

berdasarkan perngertian kedua pada sub-bab yang pertama, yaitu nafsu

merupakan sesuatu yang lembut atau halus sebagai hakikat dari diri manusia.

Macam-macam nafsu dalam hal ini d antaranya:

1. Al-nafs al-ammarah bis suu’

Apabila nafsu ini meninggalkan tantangan dan tunduk serta taat

kepada tuntutan nafsu syahwat dan dorongan-dorongan syaitan. Nafsu ini

mendorong kepada kejahatan.8

Dengan kata lain bahwa nafsu ini cenderung kepada karakter-karakter

biologis, cenderung pada kenikmatan-kenikmatan hawa nafsu yang

sebenarnya dilarang agama karena menarik hati kepada derajat yang hina.9

Dalam Al-Qur’an Allah swt berfirman :6 Abu al-qasim abdul karim hawazin al-qusyairi an-naisaburi, risalatul qisyairiyah (terj. Umar faruq), pustaka amani, jakarta, 2007, hlm. 1117 As-syaikh achmad asrori al-ishaqi, untaian mutiara, jilid 4 (terj.muhammad musyafa’ ,dkk, judul asli: al-muntakhobat), al-wava, surabaya, 2012, hlm. 1968 Imam Al-Ghazali, Ihya..., ibid, hlm 49 Syekh M.Aamin al-Kurdi, menyucikan hati dengan Cahaya Ilahi, (terj. Muzammal Noer, judul asli : Tanwir Al-Qulub Li Mu’amalati ‘allam Al-Ghuyub), Mitra Pustaka, Yogyakarta, 2003, Cet.I., hlm.144

Page 4: Macam macam nafsu

4

“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena

sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan (Ammarahh

Bissu’), kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya

Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyanyang.”10

2. Al-nafs al-lawwamah

Apabila ketenangan tidak sempurna, akan tetapi menjadi pendorong

kepada nafsu syahwat dan menentangya. Nafsu ini juga mencaci pemiliknya

ketika ia teledor dalam beribadah kepada Allah swt.11Nafsu ini pula sumber

penyesatan karena ia patuh terhadap akal, kadang tidak.12

Allah swt berfirman :

“Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali

(Lawwamah) dirinya sendiri.”13

Berbeda dengan nafs ammarah yang cenderung agresif mendorong

untuk memuaskan keinginan-keinginan rendah, dan menggerakan

pemiliknya untuk melakukan hal-hal yang negatif, maka nafs lawwamah

telah memiliki sikap rasional dan mendorong untuk berbuat baik. Namun

daya tarik kejahatan lebih kuat kepadanya dibandingkan dengan daya tarik

kebaikan.

3. Al-nafs al-Muthmainah

Apabila dia tenang, di bawah perintah dan jauh dari goncangan

disebabkan menentang nafsu syahwat.14

“Hai jiwa yang tenang-tentram ! Kembalilah kepada Tuhanmu

dengan hati puas lagi diridhoi.”15

10 QS. Yusuf : 5311 Imam Al-Ghazali, ibid.12 Syekh M. Amin Al-kurdi, menyucikan hati..., hlm.14513QS. Al-Qiyamah: 214 Imam Al-Ghazali, ihya ulumuddin, ibid15 Q.S. Al-Fajr : 27-28

Page 5: Macam macam nafsu

5

Al-nafs al-muthmainah merupakan tingkatan tertinggi dari rentetan

strata jiwa, karena pada tingkatan ini manusia sudah terbebas dari sifat-sifat

kebinatangan dan penuh dengan cahaya ilahiyyah.

Jadi al-nafs al-ammarah bi-al-su itu adalah al-nafs dalam pengertian

pertama. Al-nafs dalam pengertian ini dangat tercela, sedangkan al-nafs dalam

pengertian kedua adalah al-nafs yang terpuji, karena itu adalah jiwa manusia

atau hakekat dirinya yang mengetahui akan Tuhannya (Allah swt) dan semua

pengetahuan.

Selain mendefinisikan jiwa dengan kata al-nafs, al-Ghazali juga memakai

istilah-istilah lain yang merujuk pada arti yang sama yaitu Lathifah Ruhaniyah

Rabbaniyah.

C. Menghindari Sifat-Sifat Tercela Nafsu

Nafsu manusia adalah yang menimbulkan kekuatan marah dan syahwat

pada manusia. Adapun roh adalah gumpalan yang lemah (lembut) yang

sumbernya berada di dalam hati manusia, kemudian ia dihubungkan dengan

urat-urat kepada seluruh anggota tubuh manusia.16sehingga akan timbul

keterkaitan di antara keduanya secara erat.

Di antara usaha dan riyadhoh yang kita lakukan agar terhindar dari

godaan-godaan nafsu tersebut adalah berpuasa. Perlu diketahui bahwa seorang

boleh mengosongkan perutnya dari makanan selam ia dapat melakukannya

dengan perttengahan, tidak terlalu lapar. Oleh karenanya puasa merupakan slah

satu cara ynag paling mendasar bagi kita dalam perihal mengedalikan nafsu.

Imam at-tirmidzi menyatakan dari miqdad ibnul aswad ra, bahwasanya

rasulullah saw bersabda:17 “tidak ada sebuah tempat yang dipenuhi oleh anak

adam yang leebih buruk dari pada rongga perutnya. Kiranya ia sudah cukup

16 Habib umar bin muhammad bin salim bin hafidz, keajaiban hati, (terj. Yunus bin ali al-muhdhor, judul asli: al qabas an-nur al mubiin min ihya’ ulumuddiin), cahaya ilmu, surabaya, 2012, hlm. 317 Habib umar bin muhammad bin salim bin hafidz, kiat menaklukkan nafsu, (terj. Yunus bin ali al-muhdhor, judul asli: al qabas an-nur al mubiin min ihya’ ulumuddiin), cahaya ilmu, surabaya, 2012, hlm. 2

Page 6: Macam macam nafsu

6

baginya beberapa suap makanan yang dapat menyebabkan ia bisa berdiri.

Jika ia masih kurang cukup, maka hendaknya ia membagi perutnya menjadi

tiga bagian, sepertiga untuk makanya, sepertiga bagian yang lain untuk

minumnya, dan sepertiga bagian untuk penapasan.”(HR. Tirmidzi: 2380)

Seseungguhnya manusia tidak terlalu merasa lapar dan tidak terlalu

kenyang, maka ia dapat mengerjakan ibadah dengan baik. Ia dapat berpikir

dengan baik dan ia dapat melkukan segala perbuatan kebaikan denganbaik,

yaitu setelah ia dan mengendalikan nafsunya.

Kemudian imam bukhori dan muslim meriwayatkan bahwa baginda nabi

saw bersabda:18”seorang mukmin hanya mkan sebanyak satu perut, sedangkan

orang kafir biasa mkan sebanyak tujuh perut.”(HR. Bukhori: 5394 dan

muslim: 2060)

Akan tetapi untuk seorang yang awam dalam hal ini sering terjadi salah

persepsi, ketika sebagai orang yang awam melihat seorang yang suka

mengosongkan perutnya, maka ia ikut-ikut mengosongkan perutnya, sehingga

ia merasa dirinya sebagai seorang ahli zuhud. Ia akan bagai seorang yang sakit

yang melihat orang lain yang telah sehat, maka ia diperbolehkan makan apa

saja, sehingga ia terpaksa mengkonsumsi makanan sebebas-bebasnya seperti

orang yang sehat, padahal sebenarnya ia sakit dan ia kan binasa, karena makan

banyak.

Sesungguhnya rasulullah senantiasa mengajarkan kepada kita agar

menyantap makanan sebgaimana keadaan seorang itu. Dalam artian lain jangan

sampai kita melebihkan atau mengharap lebih atas rizki yang kita terima

dengan mensyukuri atas apa yang telah Allah swt ridlokan kepada kita terlebih

dahulu.

18 Habib umar bin muhammad bin salim bin hafidz, kiat menaklukkan nafsu...., Ibid, hlm. 4

Page 7: Macam macam nafsu

7

BAB III

Penutup

Kesimpulan

Page 8: Macam macam nafsu

8

Pengertian nafs yang pertama adalah yang menggabungkan kekuatan marah

dan nafsu syahwat pada manusia. Istilah nafsu ini yang menurut ahli tasawuf

adalah nafsu, yang merupakan pokok yang menghimpun sifat-sifat tercela dari

manusia, sehingga mereka mengatakan bahwa kita harus melawan nafsu (hawa

nafsu) dan memecahkannya.

Sementara itu nafsu dalam kajian yang lain memliki arti yang lebih halus,

yaitu sebagai hakikat manusia. Sehingga dalam pengertian ini nafsu memiliki sifat

yang bermacam-macam, sesuai dengan keadaanya. Jadi akan ada saatnya waktu

bagi nasfu itu tenang pada suatu hal dan jauh dari goncangan disebabkan oleh

syahwat dan begitu pula sebaliknya.

Macam-macam nafsu sendiri ada 3 yaitu:

a. Nafsu ammarah bis suu’

b. Nafsu lawwamah

c. Nafsu muthmainnah

Sementara cara yang biasa dipakai oleh para ulama’ sufi untuk mengedalikan

nafsu adalah dengan berpuasa.

DAFTAR PUSTAKA

Totok Jumantoro, Samsul Munir Amin, kamus ilmu tasawuf, AMZAH, tk, 2005

Page 9: Macam macam nafsu

9

Abdul Mujib, Yusuf Mudzakir, nuansa-nuansa psikologi islam, PT. Raja

Grafindo Persada, Jakarta, 2003

Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, III, Dar Al-Kutub Al-Islamiyah, Bairut, tt

Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, jilid 4 (terj. Drs. H.M.Zuhri,et.al)., judul asli:

Ihya Ulumuddin, CV. Assy-syifa, Semarang, 1992.

Imam Al-Ghazali, rahasia hati (terj. amien noersyam, bab:a’jaib al-qalbi, kitab:

ihya ulum al-din), cv. Bintang agung, tk, tt

Abu al-qasim abdul karim hawazin al-qusyairi an-naisaburi, risalatul qusyairiyah

(terj. Umar faruq), pustaka amani, jakarta, 2007

As-syaikh achmad asrori al-ishaqi, untaian mutiara, jilid 4 (terj.muhammad

musyafa’ ,dkk, judul asli: al-muntakhobat), al-wava, surabaya, 2012

Syekh M.Aamin al-Kurdi, menyucikan hati dengan Cahaya Ilahi, (terj.

Muzammal Noer, judul asli : Tanwir Al-Qulub Li Mu’amalati ‘allam Al-

Ghuyub), Mitra Pustaka, Yogyakarta, 2003

Habib umar bin muhammad bin salim bin hafidz, keajaiban hati, (terj. Yunus bin

ali al-muhdhor, judul asli: al qabas an-nur al mubiin min ihya’ ulumuddiin),

cahaya ilmu, surabaya, 2012

Habib umar bin muhammad bin salim bin hafidz, kiat menaklukkan nafsu, (terj.

Yunus bin ali al-muhdhor, judul asli: al qabas an-nur al mubiin min ihya’

ulumuddiin), cahaya ilmu, surabaya, 2012