lung function test

13
Lung Function Test (Tes Fungsi Paru-paru) dan Proses Penuaan Tes fungsi paru-paru adalah tes yang mengevaluasi seberapa baik kerja paru-paru. Tes ini menentukan berapa banyak udara yang dapat ditahan paru-paru dan seberapa cepat kita dapat memindahkan udara masuk dan keluar dari paru-paru. Tes ini juga digunakan ntuk mendiagnosis gangguan paru-paru dan seberapa parah gangguan tersebut. Beberapa macam tes fungsi paru: - spirometri - peak flow meter - gas diffusion test - residual volume measurement - body plethysmography, dll. 1. Peak Flow Meter Peak Flow Meter (PFM) adalah alat untuk mengukur jumlah aliran udara dalam jalan napas (PFR). Nilai PFR dapat dipengaruhi beberapa faktor misalnya posisi tubuh, usia, kekuatan otot pernapasan, tinggi badan dan jenis kelamin. Peak Flow Meter adalah alat ukur kecil, dpat digenggam, digunakan untuk memonitor kemampuan untuk menggerakkan udara, dengan menghitung aliran udara bronki dan sekarang digunakan untuk mengetahui adanya obtruksi jalan napas. Peak Flow Meter (PFM) mengukur jumlah aliran udara dalam jalan napas. Peak Flow Rate (PFR) adalah kecepatan (laju) aliran udara ketika seseorang menarik napas penuh, dan mengeluarkannya secepat mungkin. Agar uji (tes) ini menjadi bermakna, orang yang melakukan uji ini

Upload: wulan-oktaviani

Post on 28-Nov-2015

72 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

berbagai tes fungsi paru

TRANSCRIPT

Page 1: Lung Function Test

Lung Function Test (Tes Fungsi Paru-paru) dan Proses Penuaan

Tes fungsi paru-paru adalah tes yang mengevaluasi seberapa baik kerja paru-paru. Tes ini

menentukan berapa banyak udara yang dapat ditahan paru-paru dan seberapa cepat kita dapat

memindahkan udara masuk dan keluar dari paru-paru. Tes ini juga digunakan ntuk

mendiagnosis gangguan paru-paru dan seberapa parah gangguan tersebut.

Beberapa macam tes fungsi paru:

- spirometri

- peak flow meter

- gas diffusion test

- residual volume measurement

- body plethysmography, dll.

1. Peak Flow Meter

Peak Flow Meter (PFM) adalah alat untuk mengukur jumlah aliran udara dalam jalan

napas (PFR). Nilai PFR dapat dipengaruhi beberapa faktor misalnya posisi tubuh, usia,

kekuatan otot pernapasan, tinggi badan dan jenis kelamin. Peak Flow Meter adalah alat ukur

kecil, dpat digenggam, digunakan untuk memonitor kemampuan untuk menggerakkan udara,

dengan menghitung aliran udara bronki dan sekarang digunakan untuk mengetahui adanya

obtruksi jalan napas. Peak Flow Meter (PFM) mengukur jumlah aliran udara dalam jalan

napas. Peak Flow Rate (PFR) adalah kecepatan (laju) aliran udara ketika seseorang menarik

napas penuh, dan mengeluarkannya secepat mungkin. Agar uji (tes) ini menjadi bermakna,

orang yang melakukan uji ini harus mampu mengulangnya dalam kelajuan yang sama,

minimal sebanyak tiga kali. Terdapat beberapa jenis alat PFM. Alat yang sama harus

senantiasa digunakan, agar perubahan dalam aliran udara dapat diukur secara tepat.

Pengukuran PFR membantu menentukan apakah jalan napas tebuka atau tertutup. PFR

menurun (angka dalam skala turun ke bawah) jika asma pada anak memburuk. PFR

meningkat (angka dalam skala naik ke atas) jika penanganan asma tepat, dan jalan napas

menjadi terbuka. Pengukuran PFR dapat membantu mengetahui apakah jalan napas

menyempit, sehingga penanganan asma dapat dilakukan dini, juga membantu mengenali

pemicu (penyebab) asma pada anak, sehingga dapat dihindari. Terdapat perbedaan nilai

pengukuran (siklus) PFR dalam satu harinya. Dengan mengukur nilai PFR dua kali dalam

Page 2: Lung Function Test

sehari menunjukkan gambaran PFR sepanjang hari. Anak yang berbeda usia dan ukuran

badan memiliki nilai PFR yang berbeda.

Dari keseluruhan tes fungsi paru, spirometri merupakan uji fungsi paruparu yang paling

sering digunakan.

2. Spirometri

Spirometri adalah metode untuk menilai fungsi paru-paru dengan mengukur volume udara

yang mampu pasien lepaskan / hembuskan dari paru-paru setelah inspirasi maksimal

(ventilasidalam bentuk volume statik dan volume dinamik paru). Volum statik terdiri dari

Volume tidal (VT), Volume CadanganInspirasi (VCI), Volume CadanganEkspirasi (VCE),

Volume Residu(VR), KapasitiVital (KV), KapasitiVital Paksa(KVP),

KapasitiResiduFungsional (KRF), KapasitiParuTotal (KPT). Volum dinamik terdiri dari

volume ekspirasi paksa detik pertama (vep1), Maximal voluntary ventilation (MVV).

Page 3: Lung Function Test

Volum dan Kapasitas Paru

Page 4: Lung Function Test

Keterangan tambahan:

· Kapasitas Inpirasi merupakan jumlah dari volume tidal ditambah volume

cadangan inspirasi

· Kapasitas Residual Fungsional merupakan jumlah dari volume residual

ditambah volume cadangan ekspirasi

· Kapasitas vital merupakan kapasitas paru total dikurangi volume residual.

Kapasitas vital juga merupakan jumlah dari kapasitas inspirasi ditambah volume

cadangan ekspirasi.

Indikasi pemeriksaan spirometri:

Deteksi fungsi paru – paru normal / abnormal

Menilai progress penyakit

Untuk menilai :

Penurunan fungsi paru –paru

Untuk mempertimbangkan rujukan untuk oksigen rumah

Membedakan antara asma dan PPOK

Mengukur dampak dari paparan kerja

Mengukur kemanjuran obat ( terutama untuk inhaled steroids )

Melakukan penilaian pra operasi Dll

Page 5: Lung Function Test

Jenis Spirometer

- Spirometer genggam sederhana menghasilkan pembacaan FEVI dan FVC, yang perlu

dibandingkan dengan nilai prediksi normal. Spirometer menghasilkan tampilan visual

yaitu atau print-out dari volume udara yang dihembuskan dari waktu ke waktu, kurva

volume-waktu, sehingga anda dapat melihat seberapa baik pasien telah melakukan

maneuver. Jika spirometer memiliki fasilitas memori, anda juga mungkin dapat

menyimpan hasil pemeriksaan pasien.

- Spirometer elektronik banyak juga menampilkan kurva aliran. Kebanyakan

spirometer menghitung presentase dari nilai prediksi normal karena memiliki data

referensi yang sudah diprogram. Anda harus memasukkan rincian jenis kelamin

pasien, ras, usia dan tinggi.

Spirometer dirancang untuk digunakan di semua jenis penyakit paru-paru dan bukan

hanya PPOK. Beberapa spirometer akan memberikan laporan hasil fungsi paru-paru serta

keparahan penyakit.

Indikasi lain penggunaan spirometri adalah untuk menentukan kekuatan dan fungsi

dada, mendeteksi berbagai penyakit saluran pernapasan terutama akibat pencemaran

lingkungan dan asap rokok. Berbagai penelitian untuk menguji fungsi paru dilakukan pada

penderita berusia <60 tahun. dan prediksi nilai spirometri didasarkan pada hasil studi

tersebut. Di Indonesia, Tim Pneumobile dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia telah

membuat nilai rujukan fungsi paru untuk orang sehat berusia antara 13 sampai 70 tahun.

Parameter yang digunakan untuk menentukan fungsi paru adalah volume eskpirasi paksa satu

detik pertama (Forced expiratory volume in 1 second/FEV1), kapasitas vital paksa (forced

vital capacity/FVC) dan rasio FEV1 /FVC.

Nilai rujukan yang sahih untuk parameter spirometri pada lanjut usia Afro-African dan

Japanese-American yang sehat sudah dilaporkan sebelumnya. Kenyataannya, prediksi nilai

spirometri untuk lanjut usia seringkali didasarkan pada observasi atau ekstrapolasi dari hasil

penelitian usia muda. Namun, harus diingat prediksi nilai spirometri pada lanjut usia

berdasarkan data dari usia muda seringkali tidak tepat karena hubungan antara fungsi paru,

usia dan tinggi badan akan berubah dengan meningkatnya usia. Petunjuk internasional

merekomendasikan bahwa nilai rujukan spirometri tidak dapat diekstrapolasi berdasarkan

data usia dan tinggi badan yang melebihi usia yang tesedia. Untuk Indonesia data nilai

rujukan spirometri untuk orang sehat yang tersedia saat ini hanya untuk usia 13 sampai 70

Page 6: Lung Function Test

tahun. Dengan semakin meningkatnya derajat kesehatan masyarakat Indonesia, populasi

masyarakat yang berusia >70 tahun akan semakin bertambah.

Penuaan dan perubahan pada dinding dada

Sebuah penelitian tentang perubahan compliance dinding thorax menyatakan bahwa

proses penuaan berhubungan dengan penurunan compliance, yang meliputi compliance

thorax atas dan kompartemen diphragma-abdomen (thorax bawah).

Pada pasien usia lanjut sering ditemukan kalsifikasi kartilago costae dan

chondrosternal junction serta penyakit sendi degeneratif dari spina dorsal. Perubahan bentuk

thorax berhubungan dengan osteoporosis partial atau complete fraktur vertebral yang

menyebabkan kyphosis dorsal atau anteroposteriordiameter.

Otot-otot Pernapasan

Kinerja otot pernafasan terganggu dengan pertambahan usia bersamaan dengan

perubahan pada tulang rusuk , dinding dada menurun, compliance, dan peningkatan

functional residual capacity ( FRC) yang dihasilkan dari penurunan elastisitas paru-paru.

Kelengkungan kyphosis tulang belakang dan diameter anteroposterior dada meningkat

dengan penuaan, sehingga mengurangi kelengkungan dari diafragma dan dengan demikian

meningkatkan kapasitas paruparu. Perubahan compliance dinding dada kepatuhan

mengakibatkan peningkatan bernapas dari diafragma dan otot abdominal serta kontribusi

yang sedikit dari otot-otot dada. Pada sebuah penelitian, compliance sistem respirasi pada

usia 60 tahun 20% lebih rendah dibanding pada usia 20 tahun.

Page 7: Lung Function Test

Compliance rongga dada, sistem pernapasan, dan elastisitas paru-paru menurunan

seiring dengan penuaan , sehingga menjebak udara statis (meningkatkan RV), FRC juga

meningkat , dan terjadi peningkatan kerja pernapasan.

Fungsi otot pernapasan juga dipengaruhi oleh penuaan, baik sebagai konsekuensi dari

perubahan geometrik dalam tulang rusuk, status gizi (massa tubuh tanpa lemak, berat tubuh),

fungsi jantung, atau melalui usia – terkait penurunan massa otot perifer dan fungsi (disebut

sebagai sarcopenia). Pada sebuah penelitian dengan subyek 80 tahun, nilai-nilai MIP

(Maksimum inspiratory Pressures) dapat mencapai nilai rendah kritis, hal ini dapat

mengakibatkan hipoventilasi alveolar atau kegagalan pernafasan dalam situasi klinis seperti

gagal jantung atau pneumonia. Expiratory flow rate juga menurun dengan penuaan, dengan

karakteristik perubahan dalam kurva flow volume menunjukkan adanya peningkatan kolaps

saluran napas perifer.

Page 8: Lung Function Test

Pertukaran gas bertahan saat istirahat dan selama beraktivitas walaupun luas

permukaan alveolar berkurang dan heterogenitas ventilasi – perfusi meningkat. Bahkan, pada

atlet yang berusia lebih tua yang memiliki teratur pelatihan fisik, sistem pernapasan tetap

mampu beradaptasi dengan tingkat latihan yang tinggi. Pada orang yang kurang beraktivitas

fisik, VO2max menurun seiring dengan penuaan, sedangkan kerja pernapasan, pada ventilasi

tertentu meningkat.

Penurunan sensitivitas pusat pernapasan terhadap hipoksia atau hiperkapnia dapat

mengakibatkan respon ventilasi berkurang pada kasus penyakit, seperti gagal jantung, infeksi,

atau PPOK, meskipun data mengenai respon ventilasi terhadap hipoksia pada orang tua

belum jelas.

Page 9: Lung Function Test

Berikut ini beberapa rumus regresi dari berbagai tes fungsi paru-paru dengan subjek

usia lanjut:

Page 10: Lung Function Test

Perubahan yang terjadi pada proses menua terhadap system respirasi yang

berpengaruh pada lung function test (tes fungsi paru-paru):

1. Perubahan geometrik rongga dada (dapat karena kalsifikasi kartilago costae,

chondrosternal junction, degenerative sendi spina dorsal, osteoporosis, vertebral

fracture, kyphosis)

2. Volum paru-paru menyempit

3. Penurunan fungsi otot-otot respirasi

Perubahan parenkim paru-paru dan jalan napas (pembesaran duktus alveolaris,

jaringan ikat sekitar jalan napas berkurang), terjadi pergeseran kurva pressure-volume

ke kiri dank e atas.

4. RV (Residual Volume), FRC (Functional Residual Capacity) meningkat

5. Forced expiratory volume in 1 second (FEV1) or forced vital capacity (FVC)

menurun

6. MIP (maximal inspiratory pressure) dan MEP (maximal expiratory pressure)

menurun

7. Perubahan gas exchange (pertukaran gas)

Peningkatan ketidakseimbangan V/Q

8. VO2max menurun

9. Respon terhadap hipercapnia dan hipoksia menurun

10. Kapasitas difusi karbon monoksida di paru-paru menurun karena flattering

permukaan dalam alveoli