ltm buku ajar ii hg(contoh)
TRANSCRIPT
LAPORAN BACAANSubbab 3, BAB I Apakah Manusia Itu?
Buku Manusia Sebagai Individu, Kelompok dan Masyarakat
A. PENDAHULUAN
Judul : Perbedaan Individual Penulis : Evita E. Singgih, Miranda D.Z, Ade Solihat, Jossy P. MoeisPenerbit : Universitas Indonesia, 2013Kota Terbit : Depok, 2013Jumlah Halaman : 19 Halaman (19-37)
B. LAPORAN BACAAN
Setiap manusia adalah unik, sekalipun mereka kembar. Perbedaan-perbedaan yang ada pada tipa diri individu dapat membawa keberagaman dalam cara memandang sesuatu. Selain itu, keanekaragaman individual dalam kelompok dapat memberi sinergi yang kaya, namun dapat juga menimbulkan konflik yang menguras tenaga kita sebagai manusia. Dalam konteks ini, penulis menguraikan dalam bacaan, sebuah teori kepribadian yang dapat membantu kita memahami keanekaragaman kepribadian individu serta menciptakan sinergi daripadanya. Teori tersebut adalah Teori Kepribadian Myers-Briggs yang dikembangkan kemudian menjadi Model Myers-Briggs Type Indicator (MBTI®).
Empat Dimensi Tipe Keribadian
Model Myers-Briggs Type Indicator (MBTI®) adalah satu model pengukuran kepribadian manusia yang didasarkan pada empat dimensi tipe kepribadian yang bukan mutlak melainkan kontinum sifatnya. Sehingga, dari hasil pengukurannya nanti, kita akan mengetahui kecendrungan-kecendrungan yang terdapat dalam kepribadian seseorang berdasar pada keempat dimensinya tersebut, yakni:
1. Ekstraversion (E) / Interversion (I)Dimensi yang melihat bagaimana individu berinteraksi dengan dunia dan dari mana asal energi yang dimilikinya. Seseorang dengan tipe extravert (E) akan lebih tertarik dengan objek di luar dirinya serta lebih senang mengerjakan sesuatu secara berkelompok karena mereka merasa akan lebih berenergi ketika bersama-sama. Sebaliknya seseorang yang intravert (I) lakan ebih tertarik dengan objek yang berasal dari dalam diri serta melakukan sendiri berbagai hal mengingat orang yang memiliki tipe kepribadian ini justru merasa energinya akan cepat terkuras bila terlalu lama berada diantara orang-orang banyak.
2. Sensing (S)/Intuition (N),Dimensi yang berkaitan dengan jenis informasi yang mudah ditangkap oleh seseorang. Bagi yang bertipe sensing (S), mereka akan lebih mudah menangkap informasi berupa fakta melalui panca indera namun agak sulit ketika harus mengartikan makna yang berada dibaliknya. Sebaliknya, bagi yang bertipe intuition (N), mereka akan lebih mudah menangkap informasi berupa makna dibalik fakta namun kurang jeli atau teliti saat menangkap fakta itu sendiri dengan inderanya.
3. Thingking (T)/Feeling (F)Dimensi yang berkaitan dengan pengambilan keputusan. Orang yang memiliki kecendrungan thingking (T), pengambilan keputusannya selalu didasari atas alasan-alasan objektif seperti halnya: benar-salahnya, baik-buruknya, dan lain sebagainya. Sedangkan bagi orang yang memiliki kecendrungan feeling (F), maka pengambilan keputusan akan lebih didasari pada alasan-alasan afektif seperti halnya perasaan dirinya dan orang lain.
4. Judging (J)/Perceiving (P)Dimensi yang berkaitan dengan gaya hidup. Dimensi ini membagi orang kedalam dua tipe yaitu: Tipe judging (J), yang lebih suka hidup secara teratur dan senang mengendalikan hidupnya, dan tipe perceiving (P), yang lebih suka hidup secara spontan dan lebih menyukai pencarian makna dari kehidupan ketimbang mengendalikannya.
Tempramen
Berdasarkan pengembangan yang dilakukan oleh David Kiersey melalui berbagai penelitiannya (Tieger dan Barron-Tieger, 2001), dapat diketahui kemudian bahwa ternyata Model Myers-Briggs Type Indicator atau MBTI bisa digunakan juga sebagai alat untuk menjelaskan tempramen seseorang. Dimana dengan dengan menggabungkan seluruh dimensi MBTI dan mengujikannya kemudian pada perilaku manusia melalui perkataan dan perbuatannya, Kiersey menciptakan kategorisasi tempramen yang diklasifikasinya menjadi:
1. Pembimbing/Tradisionalis (Sensing Judgers /SJ)Orang dengan tipe tempramen Pembimbing/Tradisionalis adalah orang yang menurut Keirsey sangat menghargai keteraturan, bersifat konservatif, serta selalu berusaha melakukan hal yang benar. Moto dari orang bertipe ini adalah “Cepat tidur, bangun pagi”. Jika dibagi menurut ciri (T) Thingking/Feeling (F) nya, maka orang yang bertipe ESFJ atau ISFJ tidak akan sekuat orang yang bertipe ESTJ dan ISTJ, karena bagi orang bertipe ESFJ dan ISFJ, tidak peduli apapun gaya hidup dan struktur pekerjaannya, faktor
pengambilan keputusan mereka cendrung dilandasi oleh sikap feeling (F) yang bertujuan membangun harmonisasi dengan orang lain ketimbang menerapkan kebenaran yang objektif sifatnya.
(a)Kekuatan Orang-orang yang bertipe Pembimbing/Tradisionalis adalah orang-orang yang praktis, terorganisasi, teliti, serta sistematis. Mereka sangat memperhatikan keteraturan. Mereka senang bekerja dengan fakta-fakta yang telah terbukti dan menggunakannya kemudian untuk mengarahkan diri pada sasaran organisasi tempat mereka menjadi anngotanya. Dalam keadaan terbaik, mereka adalah orang-orang yang solid, dapat dipercaya dan diandalkan.
(b)Kemungkinan KelemahanPembimbing/Tradisionalis tidak tertarik pada teori atau hal-hal abstrak. Mereka kurang memperhatikan masa depan dibanding masa kini. Mereka kadang-kadang terlalu cepat dalam mengambil keputusan serta cendrung melihat secara hitam putih dan sulit melihat area abu-abu. Dengan ini mereka enggan pula untuk mencoba berbagai pendekatan baru yang berbeda, apalagi yang belum teruji. Kelemahan utama mereka adalah kurang luwes, cendrung dogmatis, dan kurang imajinatif. Contoh tokoh dengan tempramen ini adalah: Mother Theresa, Jendral Washington, Ir. Ciputra, dan sebagainya
2. Artis/ Experiencers (Sensing Perceivers/SP)Artis /Experiences adalah tipe tempramen orang-orang yang bersikap responsif dan spontan. Motto mereka adalah “makan, minum, dan bergembiralah!” Mereka mudah menyesuaikan diri, easy going, dan pragmatis. Tipe tempramen Artis/Experiencers dapat dikelompokan secara garis besar menjadi dua macam. Yaitu yang bertipe thingking atau STP dan yang bertipe feeling atau SFP. berbeda dengan STP yang lebih sesuai gambarannya dengan tipe Artis/Experiences, maka orang bertipe SFP tidak sepenuhnya sesuai dengan gambaran tempramen ini, karena kebebasan mereka (orang bertipe SFP) akan lebih terbatas pada sikap atau keinginan orang lain yang ingin diresponnya.
(a) Kekuatan Mereka sangat unggul mengenali masalah praktis dan melakukan pendekatan secara luwes, berani, dan banyak akal. Selain itu, orang-orang bertipe ini sangat senang melakukan perubahan demi kebutuhan atau krisis mendesak. Mereka juga sangat efisien dalam menggunakan perhitungan ekonomi.
(b) Kemungkinan KelemahanArtis/experiences sering sulit ditebak oleh orang lain, kadang-kadang tidak berfikir secara cermat sebelum bertindak. Mereka tidak suka teori-teori, hal-hal abstrak maupun konsep. Karena menyukai pilihan-pilihan terbuka, mereka tidak suka mengikuti aturan-aturan yang baku dan terkadang menghindari komitmen dan rencana. Contoh tokoh dengan tempramen ini adalah:Ernest Hemmingway, Barbara Streissant, Gusdur, dan sebagainya
3. Idealis (Intuitive Feelers)Intiutive feelers atau juga yang biasa disebut dengan idealis adalah tipe tempramen orang-orang yang peduli terhadap tumbuh kembang orang lain serta mau memahami secara terus menerus makna kehidupan. Motto mereka adalah: “Jujurlah pada diri sendiri”. Seringkali tipe idealis dianggap sebagai komunikator ulung yang dapat menjadi katalisator bagi perubahan yang positif.
(a)KekuatanIdealis mengetahui bagaimana mengeluarkan potensi terbaik orang dan memahami cara memotivasi orang lain untuk bekerja sebaik-baiknya. Mereka ahli dalam menyelesaikan konflik dan membangun tim yang dapat bekerjasama dengan efektif, dan pandai mengidentifikasi solusi kreatif bagi berbagai masalah.
(b)Kemungkinan KelemahanIdealis memiliki kecendrungan mengambil keputusan berdasarkan perasaannya dan mudah larut pada masalah orang lain sehingga membuatnya kewalahan. Mereka juga kadang kadang jadi terlalu idealis sehingga terkesan kurang praktis. Kelemahan terbesar mereka adalah mungkn angin-anginan, tidak dapat diterka, dan terlalu emosional. Contoh tokoh dengan tempramen ini adalah: Mahatma Gandhi, Putri Diana, Romo Magnis, dan sebagainya.4. Konseptualis (Intuitive Thingkers)
Orang-orang dengan tipe tempramen ini sering disebut juga sebagai Conseptualizer atau konseptor yang memiliki kompetensi tinggi dalam menghasilkan pemahaman serta solusinya atas berbagai permasalahan, baik yang berbentuk riil maupun hipotesis. Orang-orang dengan tipe tempramen ini memiliki motto: “Unggulah dalam segala sesuatu” yang berarti mereka memiliki motivasi untuk mendapatkan pengetahuan serta menetapkan standar yang tinggi bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
(a)KekuatanOrang-orang yang memiliki tipe Rasional/Konseptualis memiliki visi dan dapat menjadi inovator yang hebat.
Mereka dapat melihat berbagai kemungkinan maupun gambaran besar dari situasi, Mudah mengkonseptualisasi dan merancang perubahan-perubahan yang diperlukan. Selain itu, meraka unggul dalam membuat strategi, rencana, dan membangun system untuk mencapai sasaran. Mereka juga senang akan tantangan dan menuntut dirinya atau orang lain untuk mencapai standard yang tinggi.
(b)Kemungkinan kelemahanOrang-orang bertipe tempramen ini terkadang terlalu rumit untuk dipahami orang lain. Mereka juga memiliki kecenderungan mengabaikan detil-detil yang penting. Selain itu mereka juga senang menantang aturan,asumsi, atau adat istiadat yang berlaku dan dapat menjadi arogan. Sering menarik diri, dan asyik dalam dunianya sendiri. Contoh tokoh dengan tempramen ini adalah: Einstein, Thatcher, Bung Hatta, dan sebagainya.
C. KOMENTAR
Melalui tulisan diatas, kiranya kita dapat memahami maksud penulis menjelaskan Model Myers-Briggs Type Indicator (MBTI®) yang berguna untuk memahami keanekaragaman kepribadian individu dengan tujuan menciptakan sinergi dalam kehidupan bermasyarakat. Kendati demikian, ada beberapa catatan penting yang dapat kami komentari dari tulisan tersebut:
1. Penulis hanya menggambarkan secara garis besar tipe-tipe tempramen dalam MBTI seperti halnya: Pembimbing/Tradisionalis, Artis/ Experiencers, Idealis, dan Konseptualis melalui gabungan dua dimensi tanpa menjabarkan secara detil gambaran keenambelas tipe tempramen melalui penggabungan seluruh dimensi yang ada.
2. Keberadaan gaya bahasa yang bertele-tele kurang layak untuk disajikan dalam tulisan yang mengangkat teori ilmiah berciri kuantitatif seperti halnya Myers-Briggs Type Indicator (MBTI®) yang memerlukan gaya eksplanasi dengan kata-kata yang lebih definitif ketimbang metafora.
RINGKASAN BAB 2 HAL 39-45
Individu dan Kelompok
1. Tahap Perkembangan Kelompok
Kelompok tumbuh dan berkembang melalui serangkaian tahapan, mulai dari tahap forming
(pembentukan), storming (goncangan), norming (pembentukan norma), performing (melakukan atau
melaksanakan), dan adjourning (penangguhan).
1.1. Tahap Pertama: Pembentukan (Forming)
Kelompok dibentuk untuk menyelesaikan tugas tertentu. Aktivitas yang dilakukan di tahap
pembentukan yaitu: mendefinisikan tugas awal, membahas pembagian tugas, memahami ruang
lingkup tugas, tujuan tugas, dan belajar memahami tentang sumber daya yang tersedia untuk
menyelesaikan tugas. Peran anggota kelompok adalah mendorong kelompok untuk memantapkan misi
dan tujuan, mengatur jadwal dan menetapkan norma awal untuk bekerja sama.
1.2. Tahap Kedua: Goncangan (Stroming)
Pada tahap ini diantara anggota kelompok mulai terjadi konflik. Peran anggota kelompok atau
pemimpin adalah menahan diri, menahan kelompok untuk mengembangkan saluran komunikasi dan
membantu anggota kelompok lain agar terpusat pada tugas dan bukan pada perbedaan pribadi. Sebuah
kelompok yang tidak dapat belajar bagaimana menangani konflik tidak pernah dapat mencapai
tujuannya.
1.3. Tahap Ketiga : Pembentukan Norma (Norming)
Pada tahap ini para anggota kelompok berusaha menetapkan dan mematuhi pola perilaku yang
dapat diterima dan dalam bekerja sama mereka belajar untuk menggabungkan metode dan prosedur
baru yang telah disepakati sebelumnya. Anggota/pemimpin kelompok berperan mendorong anggota
kelompok untuk mengambil tanggung jawab lebih, bekerja sama untuk menciptakan cara dalam
memecahkan masalah, menetapkan tujuan dan mengambil tanggung jawab pribadi untuk keberhasilan
kelompok.
1.4. Tahap Keempat : Melakukan atau Melaksanakan (Performing)
Status anggota kelompok sudah stabil, tugas sudah jelas dan perhatian anggota kelompok lebih
pada ganjaran. Pada tahap ini, anggota terlibat dalam perubahan diri yang konstruktif demi kebaikan
kelompok.
Peran anggota dan pemimpin kelompok pada tahap ini adalah untuk mendorong anggota
memberikan dukungan dan berfungsi sebagia sumber daya satu sama lain, juga agar kelompok
melanjutkan kemajuan yang sudah dicapai dan mempertahankan kohesi dan moral, dan memandu
agar tetap sukses.
1.5. Tahap Kelima : Penangguhan (Adjourning)
Tugas pada tahap ini adalah untuk mengendurkan ikatan kelompok untuk kemudian
menindaklanjuti tugas-tugasnya. Sebagai anggota/pemimpin kelompok, peranan pada tahap akhir ini
adalah memberikan dorongan dan mengakui prestasi, kerja keras, dan upaya kelompok berarti
membantu untuk melanjutkan momentum dan membangun motivasi.
Adalah sehat bagi kelompok untuk bergerak melalui beberapa atau semua tahap ini. Akan tetapi,
tidak semua kelompok berkembang melalui semua tahap, dan beberapa berkembang melalui langkah
yang berbeda. Sebagaimana halnya dengan hubungan, kelompok juga memiliki siklus perkembangan.
2. Kelompok Formal dan Kelompok Informal
Kelompok formal adalah kelompok yang mempunyai struktur organisasi dan peraturan tegas.
Kelompok informal adalah kelompok yang tidak memiliki struktur dan organisasi tertentu.
Kelompok formal dan informal mempunyai kaitan. Setelah seseorang menjadi anggota
organisasi formal biasanya ia mulai menjalin hubungan persahabatan dengan anggota lain, sehingga
tampak dalam organisasi formal akan terbentuk kelompok informal. Apabila kelompok persahabatan
mempunyai nilai dan norma sejalan, akan mendukung tujuan kelompok formal. Apabila tujuan
kesetiakawanan kelompok itu bertentangan dengan aturan organisasi tujuan institusi pendidikan
sebagai organisasi formal.
3. Tipe Kelompok Berdasarkan Efektivitasnya
Berdasarkan efektivitasnya, Johnson dan Johnson (2006) membedakan empat macam
kelompok yaitu kelompok pseudo, tradisional, efektif, dan kinerja tinggi.
3.1. Kelompok Pseudo
Kelompok pseudo adalah kelompok yang anggotanya mendapat tugas untuk bekerjasama,
namun sebenarnya tidak berminat untuk melaksanakannya. Di antara anggota kelompok terdapat
persaingan. Kelompok semacam ini tidak akan mencapai kematangan karena anggotanya tidak
berminat dan tidak komit akan masa depan kelompoknya.
3.2. Kelompok Tradisional
Kelompok tradisional adalah kelompok yang anggotanya mendapat tugas untuk berkerja sama
dan mereka sadar harus bekerja sama. Namun, anggota kelompok percaya bahwa mereka akan dinilai
secara individu. Anggota kelompok bertanggung jawab atas pekerjaannya masing-masing tetapi
bukan sebagai tim. Kelompok tradisional banyak ditemui pada kelas-kelas yang ditetapkan oleh guru
atau dosennya.
3.3 Kelompok Efektif
Kelompok efektif adalah kelompok yang anggota-anggotanya komit untuk memaksimalkan
keberhasilan dirinya maupun keberhasilan anggota-anggota yang lain. Karakteristik kelompok efektif
adalah saling bergantung secara positif, mampu menyatukan para anggota kelompok untuk mencapai
sasaran operasional yang jelas,
3.4 Kelompok Kinerja-Tinggi
Kelompok ini memiliki komitmen keberhasilan individu dan kelompok yang tinggi.
anggotanya respek satu sama lain, termasuk pada pengembangan pribadi tiap anggota kelompok.
Mereka selalu siap membantu anggota kelompoknya. Kelompok ini masih jarang ditemui
RINGKASAN BAB 2 HAL 46-71
4. Peran Persepsi dalam Hubungan Antarpribadi
Persepsi adalah sebuah proses mengorganisasi dan menginterpretasikan informasi sehingga
mengjadi berarti (Kiing, 2011). Dalam mempersepsi, individu mengorganisasi dan
menginterpretasikan apa ytang ditangkap oleh inderanya..
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi:
a. Karakteristik dari individu yang mempersepsi (perceiver).
b. Karakteristik dari target
c. Situasi.
Dalam menilai orang lain seringkali kita menggunakan jalan pintas untuk membantu
mempercepat individu mengumpulkan apa yang dipersepsi. Jalan pintas yang sering diambil
ini adalah sebagi berikut:
a. Persepsi yang selektif
b. Proyeksi.
c. Setreotip.
d. Halo Effect.
5. Peran Komunikasi dalam Hubungan Antarpribadi
Sebagai makhluk sosial, individu harus berhubungan satu sama lainnya. Oleh karena itu,
individu-individu saling mengirim dan menerima pesan yang bermakna satu sama lain.
5.1 Pentingnya Komunikasi
Komunikasi memiliki tujuh keuntungan, yaitu (1) meningkatkan cara kita memandang diri
sendiri, (2) meningkatkan cara kita memangdang diri sendiri dengan cara kedua, (3)
meningkatkan pengetahuan tentang hubungan antarmanusia, (4) mengajarkan seseorang dan
pentingnya keterampilan hidup, (5) membantu kita menggunakan kebebasan konstitusional,
membentuk kehidupan politik dan memiliki kesempatan untuk menjadi anggota yang
berfungsi di dalam suatu masyarakat demokratis, (6) membantu kita sukses secara profesional
sepanjang rentang kehidupan kerja,dan (7) membantu mengendalikan dunia yang semakin
beragam.
5.2 Pengertian Komunikasi
Komunikasi didefinisikan sebagai proses menggunakan pesan untuk menghasilkan makna.
5.3 Komponen Komunikasi
Komponen komunikasi menentukan bagaimana komunikasi dalam tindakan benar-benar
bekerja. Berikut beberapa komponen komunikasi.
a. Orang: Sebagai penyampai pesan maupun penerima pesan.
b. Pesan: Bentuk verbal dan nonverbal ide, pikiran, atau perasaan.
c. Saluran atau Media: Sarana peyampaian pesan dari sumber ke penerima.
d. Umpan Balik: Respon penerima baik verbal maupun nonverbal.
e. Kode: Susunan sistematis simbol yang digunakan untuk membuat makna dalam
pikiran orang lain. Kode verbal dan nonverbal adalah dua jenis kode yang digunakan
dalam komunikasi.
f. Encoding dan Decoding: Encoding didefinisikan sebagai proses menerjemah ide atau
pemikiran ke kode. Sementara decoding adalah proses untuk menempatkan ide atau
pemikiran.
g. Kebisingan: Setiap gangguan pada proses encoding dan decoding yang mengurangi
kejelasan pesan.
5.4 Jenis Komunikasi
5.4.1 Komunikasi Verbal
Meliputi suara, kata, bahasa dan wicara. Dasar-dasar pembentukan bahasa adalah gender,
kelas, profesi, wilayah geografis, kelompok umur, dan elemen sosial lainnya.
5.4.2 Komunikasi Nonverbal
Melibatkan cara-cara fisik dari komunikasi, seperti, nada, sentuhan, suara dan gerak tubuh.
Simbol dan bahasa isyarat juga termasuk dalam komunikasi nonverbal.
5.4.3 Komunikasi Tertulis
Dapat dipraktikkan dalam berbagai bahasa, e-mail, laporan, artikel, dan memo dalam bidang
pendidikan dan bisnis.
5.4.4 Komunikasi Visual
Tampilan visual dari informasi, seperti topografi, fotografi, dan desain.
5.5 Tingkat Komunikasi
5.5.1 Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi yang menggunakan bahasa atau pemikiran internal sebagai komunikator.
5.5.2 Komunikasi Interpersonal
Melibatkan peserta yang saling bergantung satu sama lain dan menuntut ketrampilan
berbicara dan mendengar. Saluran komunikasi dibagi dalam 2 kategori utama yaitu saluran
komunikasi langsung dan tidak langsung.
5.5.3 Komunikasi Kelompok
Merupakan komunikasi yang beranggotakan 3 sampai 12 orang.
5.5.4 Komunikasi Publik
Sebuah proses menggunakan pesan untuk menghasilkan makna dalam situasi dimana satu
sumber mengirimkan pesan ke banyak penerima yang disertai komunikasi nonverbal dan
kadang – kadang dengan mengajukan pertanyaan dan jawaban atau umpan balik.
5.5.5 Komunikasi Massa
Proses penyampaian pesan yang melibatkan beberapa sistem transmisi (mediator).
5.5.6 Komunikasi melalui Komputer
Komunikasi manusia dan berbagai informasi melalui jaringan komputer.
5.6 Hambatan dalam Komunikasi
a) Hambatan Fisik
a. Wilayah yang membentuk eksklusivitas.
b. Wilayah yang terpisah untuk orang yang berbeda status.
c. Wilayah kerja yang secara fisik terpisah dari orang lain.
b) Hambatan Persepsi
c) Hambatan Emosional
d) Hambatan Budaya
e) Hambatan Bahasa
6. Kepemimpinan dan Kelompok
6.1 Pengertian Kepemimpinan
(1) Suatu proses pengaruh sosial untuk memindahkan individu dan kelompok menuju
pencapaian tujuan tertentu, (2) berbagi visi dan pengikut yang terlibat dalam visi itu, (3)
kemampuan menggerakkan organisasi ke arah tingkat kinerja yang lebih tinggi dengan
mengubah visi menjadi tindakan yang signifikan, dan (4) suatu hubungan; kepemimpinan ada
jika ada pengikut dan efektivitas hubungan langsungnya bervariasi hingga tingkat
kepercayaan dalam hubungan itu.
6.2 Karakterisitik Kepemimpinan yang Efektif
6.2.1 Tertantang pada proses
Organisasi dan kelompok adalah tempat terjadinya konflik. Ketegangan yang terjadi dapat
meningkatkan produktivitas. Keahlian adalah proses, bukan produk. Keahlian jika tidak
meningkat maka menurun.
6.2.2 Menginspirasi Visi Bersama secara Jelas
Untuk mencapai visi bersama, pemimpin harus (1) memiliki visi yang dapat dicapai
organisasi, (2) mengomunikasikan visi tersebut dengan komitmen dan antusiasme, (3)
membuat visi bersama yang dapat diadopsi oleh anggota sebagai milik mereka, (4) membuat
visi yang rasional dan prosedural sesuai kesepakatan bersama.
6.2.3 Memungkinkan Orang Lain untuk Bertindak
Pemimpin yang efektif akan berbagi informasi dan anggota kelompok perlu tahu di mana
mereka cocok dan memiliki kemampuan untuk membuat keputusan dalam rangka
memberikan konstribusi untuk kepentingan kelompok.
6.2.4 Model Bagaimana Kelompok Berfungsi
Seorang pemimpin adalah bagian yang tidak terlepas dari kelompok. Dengan kata lain,
kekuatan seorang pemimpin tidak begitu efektif tanpa peran anggota nya.
6.2.5 Mendorong Berkembangnya Semangat Kebersamaan
Pemimpin hendaknya mampu menemukan cara untuk menghargai anggota dan kelompok
untuk mencapai kemajuan dan sukses menuju tujuan bersama
7. Membangun Kelompok yang Efektif
Agar dapat menjada kelompok efektif, sebuah kelompok harus melakukan tiga hal yaitu (1)
mencapai sasaran, (2) mempertahankan hubungan yang baik antara anggota, dan (3)
menyesuaikan diri terhadap kondisi yang berubah dari lingkungannya. Berikut adalah tujuh
pedoman untuk membangun kelompok yang efektif :
1. Tetapkan sasaran kelompok yang jelas, operasional, dan relevan.
2. Bangun komunikasi dua arah yang efektif.
3. Setiap anggota berkesempatan untuk menjadi pemimpin dan berpartisipasi.
4. Kekuasaan dibagi di antara anggota kelompok dan ada pola pengaruh yang variatif
sesuai dengan kebutuhan dari kelompok.
5. Sesuaikan prosedur pengambilan keputusan dengan situasinya.
6. Libatkan kontroversi yang konstruktif melalui ketidaksetujuan dan tantangan terhadap
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang kreatif.
7. Hadapi dan pecahkan konflik secara konstruktif.
Lima strategi dasar berikut dapat digunakan untuk menangani konflik kepentingan.
1. Strategi burung hantu (kolaborasi): Menghargai tujuan maupun hubungan.
2. Startegi boneka beruang (akomodasi): Hubungan dianggap sangat penting.
3. Strategi hiu (konfrontasi): Hubungan tidak penting sedangkan tujuannya sangat
penting.
4. Rubah (kompromi): Rubah menganggap tujuan dan hubungan dengan anggota
kelompok lain sama pentingnya.
5. Kura-kura (menghindar): Cenderung menarik diri untuk menghindari konflik
RINGKASAN BAB 3 HALAMAN 75-92
Memahami Konsep Masyarakat
Secara etimologi, masyarakat diartikan sebagai sekelompok manusia yang saling
berpartisipasi, berteman dan bergaul. Menurut tokoh Sosiologi Indonesia, Selo Soemardjan,
yaitu suatu sistem sosial yang menghasilkan kebudayaan. Menurut definisi tersebut,
masyarakat merupakan suatu sistem karena mencakup berbagai komponen dasar yang saling
berkaitan secara fungsional; selain itu dijelaskan fungsi masyarakat sebagai wadah bagi
ekspresi individu-individu dalam menghasilkan kebudayaan.
Ciri-ciri masyarakat adalah sebagai berikut
1. Kumpulan manusia yang hidup bersama; meskipun secara teori jumlah manusia itu
bisa dua atau lebih, namun pada umumnya sebutan masyarakat ditujukan pada
sekumpulan manusia yang cukup besar.
2. Bergaul dalam jangka waktu yang relatif lama.
3. Setiap anggotanya menyadari sebagai satu kesatuan.
4. Bersama membangun sebuah kebudayaan yang membuat keteraturan dalam kelompok
bersama.
Fungsi masyarakat bagi individu antara lain:
a. Sebagai wadah bagi individu-individu berkumpul dan berinteraksi.
b. Sebagai tempat di mana individu dapat menunjukkan eksistensinya dan menemukan
makna dalam kehidupannya, termasuk untuk melakukan reproduksi dan regenerasi.
c. Sebagai tempat individu berekspresi dan berkreasi mengembangkan kebudayaan.
Menurut plato, masyarakat terbentuk secara kodrati. Masyarakat tumbuh dan berkembang
secara mandiri dalam keteraturan dan hukum alam yang terlepas dari tanggungjawab
individu-individu dalam masyarakat itu. Cara pandang ini lebih mementingkan masyarakat
daripada individu, di mana kepentingan masyarakat berada di atas kepentingan individu.
Sehingga dikenal dengan paradigma kolektivisme. Paradigma kolektivisme ditentang oleh
pandangan individualisme yang berpendapat bahwa masyarakat terbentuk karena manusia.
Baik atau buruknya seorang individu dapat mempengaruhi baik atau buruknya masyarakat.
Prinsip-prinsip kesamaan yang dapat membentuk kesatuan masyarakat adalah sebagai berikut
a. Kesatuan masyarakat yang dibatasi oleh suatu desa atau lebih;
b. Kesatuan masyarakat yang terdiri dari penduduk yang menciptakan satu bahasa atau
satu logat bahasa;
c. Kesatuan masyarakat yang dibatasi oleh garis batas suatu daerah politis administratif;
d. Kesatuan masyarakat yang batasnya ditentukan oleh rasa identitas penduduknya
sendiri;
e. Kesatuan masyarakat yang ditentukan oleh suatu wilayah geografi yang merupakan
kesatuan daerah fisik;
f. Kesatuan masyarakat yang ditentukan oleh kesatuan ekologi;
g. Kesatuan masyarakat dengan penduduk yang mengalami satu pengalaman sejarah
yang sama;
h. Kesatuan masyarakat dengan penduduk yang frekuensi interaksinya satu dengan yang
lain tingginya merata;
i. Kesatuan masyarakat dengan susunan sosial yang seragam.
Berikut adalah bentuk masyarakat dari beberapa perspektif
1. Masyarakat berdasarkan matapencahariannya
Masyarakat berburu dan meramu
Masyarakat ini masih mengandalkan alam untuk pemenuhan kebutuhan hidup
anggota kelompoknya. Kegiatan berburu binatang biasanya dilakukan oleh
laki laki, sedangkan perempuan melakukan kegiatan meramu. Masyarakat ini
hidupnya berpindah-pindah.
Masyarakat berladang dan beternak
Kebudayaan berladang masih mengandalkan alam dengan menanti hujan
untuk menyuburkan tanaman mereka dan menggunakan teknik pengolahan
tanah yang sederhana. Biasanya kegiatan berladang ini dilakukan dengan
menebang dan membakar pohon di hutan, kemudian menanaminya dengan
tumbuh-tumbuhan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Mereka melakukan kegiatan bercocok tanam secara temporal dan berpindah-
pindah, sehingga disebut juga kegiatan berladang pindah.
Adapun kegiatan bertenak adalah kegiatan memelihara binatang seperti sapi,
domba, dan unggas. Mereka yang memelihara sapi atau domba biasanya
memiliki binatang dalam jumlah yang sangat besar sehingga membutuhkan
daerah yang subur yang menyediakan rerumputan untuk binatang-binatang itu.
Oleh karena itu, mereka juga cenderung hidup berpindah-pindah dan menetap
dengan mendirikian kemah-kemah.
Masyarakat pertanian
Masyarakat pertanian cenderung hidup menetap. Masyarakat yang telah
menemukan sistem pertanian ini memiliki banyak waktu untuk
mengembangkan unsur-unsur kebudayaan yang lainnya. Kebudayaan
masyarakat pertanian semakin berkembang dan selanjutnya membawa
masyarakat ke dalam tahapan budaya yang lebih tinggi.
Masyarakat industri
Kehadiran masyarakat industri tidak terlepas dari kemajuan iptek. Kegiatan
ekonomi yang pada awalnya dikerjakan oleh tangan-tangan manusia kemudian
digantikan oleh mesin-mesin. Dampaknya adalah kemajuan di bidang
perekonomian dan meningkatnya kemakmuran masyarakat.
Masyarakat post-industri
Masyarakat post-industri disebut juga masyarakat informatika. Keberadaan
media massa menjadi ciri utama masyarakat post-modernisme.
2. Masyarakat berdasarkan lingkungan
Masyarakat agraris
Masyarakat yang sebagian besar bercocok tanam. Kesuburan tanah dan cuaca
yang memungkinkan turunnya hujan secara teratur adalah faktor utama
kegiatan masyarakat petani ini.
Masyarakat maritim
Masyarakat yang mengandalkan lingkungan alam berupa laut sebagai sumber
kegiatan ekonomi mereka.
Masyarakat pedalaman
Masyarakat yang berada di suatu tempat yang terisolasi, baik secara geografis
maupun secara mental masyarakat itu sendiri yang ingin memisahkan diri dari
perubahan zaman. Mereka pada umumnya masih mempertahankan tradisi
tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang mereka sebagai suatu bentuk
mempertahankan kebudayaan lama.
3. Masyarakat tradisional dan modern
Masyarakat tradisional
Masyarakat yang masih mempertahankan kebudayaan lama. Masyarakat
tradisional dapat saja memiliki semangat menerima kebudayaan baru yang
datang dari luar, namun dengan batas-batas tertentu yang tidak menghilangkan
ketradisionalannya.
Masyarakat modern
Masyarakat yang telah menerima perubahan zaman disertai kebudayaan-
kebudayaan baru yang lebih fleksibel.
Ciri masyarakat modern antara lain:
a. Masyarakat yang bersikap terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru
maupun penemuan baru.
b. Senantiasa siap untuk menerima perubahan-perubahan, setelah menilai
kekurangan-kekurangan yang dihadapi mereka pada saat itu.
c. Mempunyai kepekaan terhadap masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya
dan mempunyai kesadaran bahwa masalah-masalah tersebut berkaitan
dengan dirinya.
d. Senantiasa memiliki informasi yang lengkap mengenai pendiriannya.
e. Lebih banyak berorientasi ke masa kini dan mendatang.
f. Senantiasa menyadari potensi-potensi yang ada pada dirinya dan yakin
bahwa potensi itu dapat dikembangkan.
g. Berpegang pada perencanaan.
h. Tidak pasrah pada nasib.
i. Percaya pada keampuhan iptek dalam meningkatkan kesejahteraan umat.
j. Menghargai dan menghormati hak-hak, kewajiban-kewajiban serta
kehormatan pihak lain.
Manfaat memahami konsep masyarakat antara lain untuk membangun rasa nasib
sepenanggungan di antara sesama manusia, menanamkan kesadaran saling ketergantungan
antaranggota masyarakat sehingga tercipta harmonisasi di dalam masyarakat, menanamkan
rasa toleransi, mengukur keberartian individu, menanamkan nilai demokrasi, memupuk
semangat untuk menjadi individu yang peka terhadap masalah sosial dan berupaya
mengambil peran sebagai agen perubahan yang dapat membawa kemajuan bagi masyarakat
sekitar kita, masyarakat bangsa, dan juga masyarakat dunia.
Memahami Konsep Kebudayaan Halaman 93-117
Nama: Bakhitah Mauludina
NPM: 1406619810
2.1 Pengertian Kebudayaan
Secara etimologi, kata “kebudayaan” berasal dari bahasa Sansekerta buddayah, yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi, yang berarti “budi” atau “akal”. Dari asal kata itulah kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan akal. (Koentjaraningrat, 2009:146).
Pengertian kebudayaan yang umumnya dikenal oleh masyarakat Indonesia adalah yang dikemukakan oleh Selo Soemardjan dan Suleman Sumardi, yaitu semua hasil karya, rasa,cipta,dan karsa masyarakat (Soekanto, 1990:189).
2.2 Fungsi dan Hakekat Kebudayaan
Secara ringkas Soekanto (1990:214), mengemukakan kegunaan kebudayaan bagi manusia, yaitu melindungi diri terhadap alam, mengatur hubungan antar manusia, dan sebagai wadah segenap perasaan manusia. Lebih lanjut Soekanto menjelaskan hakekat kebudayaan yaitu:
1.kebudayaan terwujud dan tersalurkan dari perilaku manusia
2. kebudayaan telah ada lebih dahulu
3. kebudayaan diperlukan manusia
4. kebudayaan mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban, diterima atau ditolak, tindakan yang dilarang atau diizinkan
5. kebudayaan tidak bersifat statis, melainkan dinamis, sebagai mana manusia dan masyarakat yang melahirkan kebudayaan itu bersifat dinamis.
2.3. Wujud dan Unsur Kebudayaan
2.3.1 Wujud Kebudayaan
Dari pengertian yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat, kebudayaan memiliki tiga wujud: ide, tindakan, artefak
a. Wujud pertama, yaitu komplek dar ide,gagasan, nilai, norma,peraturan,dsb. Wujud ini bersifat abstrak karena berada dalam alam pikiran manusia (masyarakat).
b. Wujud kedua meliputi kompleks dari aktivitas serta tindakan berpola dari manusia. Disebut sistem sosial (social system), meliputi seluruh aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan, bergaul,dsb.
c. Wujud ketiga, berupa hasil karya manusia yang berwujud benda-benda fisik atau artefak. Wujud kebudayaan ini paling kongkret dan paling nampak
2.3.2 Unsur Universal Kebudayaan
Terdapat 7 unsur universal kebudayaan itu (Koentjaraningrat, 2009:299)
1. Sistem organisasi sosial: sistem ini berfungsi untuk mengatur harmonisasi kehidupan masyarakat
2. Sistem matapencaharian: kebudayaan ini dihasilkan manusia dalam rangka pemenuhan kebutuhan manusia
3. Sistem teknologi; dalam rangka memenuhi kebutuhan dan mempermudah kehidupan mereka, masyarakat mengembangkan alat-alat teknologi
4. Sistem pengetahuan: penemuan teknologi tidak terlepas dari sistem pengetahuan yang dimiliki dan dikembangkan oleh masyarakat
5. Kesenian: adalah unsur kebudayaan yang mengandung nilai keindahan. Pada dasarnya manusia menyukai keindahan
6. Bahasa: interaksi antarmanusia atau antarmasyarakat dapat berlangsung karena adanya media komunikasi, yaitu bahasa.
7. Religi: kepercayaan terhadap adanya suatu kekuatan gaib di luar manusia, yang disebut religi dapat dijumpai pada setiap masyarakat
2.3.3 Hubungan Wujud dan Unsur Universal Kebudayaan
Wujud dan unsur universal kebudayaan ini digambarkan dalam kerangka kebudayaan:
a. Lapisan paling dalam adalah wujud pertama kebudayaan, yaitu gagasan dan ideb. Lapisan tengah adalah wujud kedua kebudayaan yaitu, keseluruhan aktivitas
manusia disebut sistem sosialc. Lapisan terluar adalah wujud fisik kebudayaan atau artefak
Setiap unsur kebudayaan memilki tiga wujudnya, yaitu ide, tingkah laku, dan wujud fisik. Dalam suatu masyarakat, unsur-unsur kebudayaan tersebut tidak memiliki perkembangan yang serentak. Apabila terdapat ketimpangan perubahan dalam ketiga wujud kebudayaan tersebut sering terjadi culture lag atau keterlambatan kebudayaan
Maka pada hakekatnya seseorang selalu dituntut untuk belajar tentang kebudayaan, baik melalui proses internalisasi,sosialisasi, dan enkulturasi
2.4 Belajar Kebudayaan
Kebudayaan diartikan sebagai learning behavior atau kelakuan yang diperoleh melalui proses belajar. Kebudayaan bukanlah milik sendiri melainkan milik kelompok. Manusia mempelajari kebudayaan itu sejak ia lahir sampai menjelang ajal tiba melalui proses internalisasi,sosialisasi, dan eksternalisasi.
3. Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan
Kebudayaan yang dimiliki dapat terus berkembang dan didukung oleh anggota masyarakat lainnya. Kebudayaan itu diwariskan, baik secara vertikal maupun secara horizontal.
3.1. Difusi & Migrasi Manusia
Beberapa ahli kebudayaan mengemukakan teori difusi, yaitu proses penyebaran kebudayaan yang dibawa oleh masyarakat yang bermigrasi dari satu tempat ketempat lain. Migrasi adalah suatu proses perpindahan sekelompok atau beberapa kelompok manusia dari satu tempat ketempat yang lain. Kebudayaan disebarkan melalui kontak budaya, yang dilakukan melalui media komunikasi salah satunya adalah bahasa
Adanya migrasi inilah yang dianggap sebagai salah satu faktor tersebarnya kebudayaan, sehingga kita menemukan adanya kesamaan-kesamaan kebudayaan yang dimiliki masyarakat yang terpisahkan oleh gunung dan samudera.
3.2 Asimilasi dan Akulturasi
Oleh karena itulah teori difusi dikritik oleh banyak peneliti kebudayaan. Ada mekanisme asimilasi dan akulturasi. Kebudayaan yang datang bersifat dominan bertemu dengan kebudayaan masyarakat lokal, di mana masyarakat berkebudayaan lokal dalam proses panjang dan perlahan-lahan menerima kebudayaan yang baru dan terjadi asimilasi. Adapun akulturasi adalah pertemuan dua kebudayaan atau lebih di mana masing-masing kebudayaan itu melebur membentuk kebudayaan yang baru dan unik.
3.3 Inovasi dan Penemuan
Sifat manusia adalah merasa tidak puas dengan kondisi yang sudah ia dapatkan. Salah satu faktor pendorong bagi seseorang untuk melakukan pengembangan dan penemuan-penemuan, yang dikenal dengan istilah inovasi. Proses inovasi meliputi proses penemuan (discovery) dan penyebaran (invention). Discovery ini berkembang menjadi invention setelah diterima, diakui, dan diterapkan oleh masyarakat. Individu- individu yang melakukan kegiatan inovasi ini disebut inovator.
Kebudayaan menurut waktunya, dapat dipandang sebagai kebudayaan masa lalu dan masa sekarang. Selain itu, dikenal juga istilah kebudayaan klasik, yang mengacu kepada kebudayaan masal lalu, dan kebudayaan modern yang mengacu kepada kebudayaan terkini.
3.4 Manusia sebagai Makhluk Budaya
Berikut ini adalah keutamaan manusia yang memiliki akal budi atau sebagai makhluk budaya ( Widagho,dkk. 32-33).
a. Manusia dapat menguasai dan memanfaatkan unsur-unsur yang terdapat di alam semesta untuk keperluan hidupnya.
b. Manusia mampu mengatur perkembangan spesies lainnya dan bahkan dapat berupaya menghindarkannya dari kepunahan, meskipun hal itu tidak dapat dilakukan untuk dirinya sendiri.
c. Manusia mampu mengusahakan agar apa yang ada di alam ini dari yang bermanfaat menjadi bermanfaat, baik bagi keperluan hidup manusia sendiri maupun kehidupan pada umunya.
d. Manusia memiliki kreativitase. Manusia memiliki rasa indah
f. Manusia memiliki alat komunikasi dengan sesama, yang disebut dengan bahasa.
g. Manusia memiliki sarana pengatur kehidupan bersama yang disebut sopan santun atau tata susila
h. Manusia memiliki ilmi pengetahuan yang memungkinkan hidup mereka semakin berkembang
i. Manusia memiliki pegangan hidup antarsesama demi kesejahteraan hidupnya.
3.5 Mencapai Peradaban
Istilah kebudayaan sering disamakan dengan istilah peradaban. Namun sebenarnya kebudayaan dan peradaban berbeda. Dapat dikatakan bawa tidak ada satu masyarakat pun yang tidak memiliki kebudayaan, namun tidak semua masyarakat dapat atau telah mencapai peradaban.
Koentjaraningrat (2009: 146) menggunakan istilah peradaban, yang disepadankan dengan “civilization” untuk menyebut bagia dan unsur dari kebudayaan yang halus,maju, dan indah. Dengan demikian, peradaban merupakan bagian dari kebudayaan, yang keduanya dibedakan dalam hal kualitas.