lpk inventarisasi sosial budaya kampung kondo 2011

11
1 MELAKSANAKAN INVENTARISASI HUTAN Nama : Aprianto, S.Si NIP : 19850409 200912 1 004 Pangkat/Golongan : Penata Muda / (III/a) Jabatan : Calon Pengendali Ekosistem Hutan Unit Kerja : Balai Taman Nasional Wasur Dasar Pelaksanaan : PT. /IV-T.41/5/2011 Sub Unsur : Inventarisasi Hutan Butir Kegiatan : Melakukan Inventarisasi Sosial Budaya Nama Kegiatan : Melaksanakan Kegiatan Inventarisasi Sosial Budaya Kampung Kondo Hasil Kerja : Laporan Pelaksanaan Kegiatan Angka Kredit : 0.802 Merauke, Maret 2011 Mengetahui, Yang membuat, Kepala Balai Ir. Dadang Suganda Aprianto, S.Si NIP. 19640924 199303 1 002 NIP. 19850409 200912 1 004 KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM BALAI TAMAN NASIONAL WASUR Jl. Garuda Leproseri No. 3 Telp (0971) 324532, Fax. (0971) 324532 Kotak Pos 109 Kode Pos 99611 Website : http://www.wasur.com ; Email : [email protected] MERAUKE - PAPUA

Upload: aprianto-saptha

Post on 30-Jul-2015

128 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: LPK Inventarisasi Sosial Budaya Kampung Kondo 2011

1  

 

 

MELAKSANAKAN INVENTARISASI HUTAN

Nama : Aprianto, S.Si

NIP : 19850409 200912 1 004

Pangkat/Golongan : Penata Muda / (III/a)

Jabatan : Calon Pengendali Ekosistem Hutan

Unit Kerja : Balai Taman Nasional Wasur

Dasar Pelaksanaan : PT. /IV-T.41/5/2011

Sub Unsur : Inventarisasi Hutan

Butir Kegiatan : Melakukan Inventarisasi Sosial Budaya

Nama Kegiatan : Melaksanakan Kegiatan Inventarisasi Sosial Budaya Kampung Kondo

Hasil Kerja : Laporan Pelaksanaan Kegiatan Angka Kredit : 0.802

Merauke, Maret 2011 Mengetahui, Yang membuat, Kepala Balai

Ir. Dadang Suganda Aprianto, S.Si NIP. 19640924 199303 1 002 NIP. 19850409 200912 1 004

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM

BALAI TAMAN NASIONAL WASUR Jl. Garuda Leproseri No. 3 Telp (0971) 324532, Fax. (0971) 324532 Kotak Pos 109 Kode Pos 99611

Website : http://www.wasur.com; Email : [email protected] MERAUKE - PAPUA

Page 2: LPK Inventarisasi Sosial Budaya Kampung Kondo 2011

2  

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN

INVENTARISASI SOSIAL BUDAYA KAMPUNG KONDO

(II.A.1.e)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Taman Nasional Wasur (TNW) adalah kawasan konservasi yang merupakan salah satu

dari tiga taman nasional di Papua yang memiliki luas 413.810 ha. Kawasan TNW

memiliki beberapa tipe ekosistem penting seperti hutan monsoon, hutan savana, rawa

dan pesisir sungai serta pantai. Selain itu TNW merupakan salah satu perwakilan lahan

basah terluas di Indonesia dan masuk ke dalam situs Ramsar Site.

Taman Nasional Wasur juga merupakan tempat tinggal dari empat suku masyarakat

asli Merauke yaitu Kanume, Marind, Yeinan dan Marori Mengey. Mereka sudah

berdiam di kawasan ini secara turun-temurun sejak lama, jauh sebelum kawasan ini

ditetapkan sebagai kawasan konservasi. Selain ditempati oleh empat suku masyarakat

asli Merauke, Taman Nasional Wasur juga ditempati oleh imigran dari PNG yang

menempati daerah perbatasan. Secara historis mereka sudah ada sejak lama dan sudah

melakukan pertukaran budaya baik melalu perkawinan maupun budaya.

Untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok tersebut di atas secara

efektif, diperlukan berbagai data dan informasi yang berkaitan dengan jumlah dan

penyebaran kampung di perbatasan sekitar kawasan hutan, serta data kependudukan

dari desa-desa tersebut, khususnya yang berkaitan dengan sumberdaya hutan. Untuk

memperoleh data yang lengkap dan akurat mengenai jumlah dan penyebaran desa di

kawasan hutan serta data kependudukan lainnya, maka perlu dilaksanakan kegiatan

Inventarisasi potensi sosial dan budaya.

B. Maksud dan Tujuan

Pelaksanaan kegiatan inventarisasi sosial budaya di kampung di kawasan Taman

Nasional Wasur memiliki maksud dan tujuan yaitu :

Page 3: LPK Inventarisasi Sosial Budaya Kampung Kondo 2011

3  

• Maksud : Untuk mengindentifikasi dan menggali informasi kampung di

perbatasan di TN Wasur.

• Tujuan : Terdatanya informasi tentang jumlah dan penyebaran kampung di TN

Wasur.

C. Sasaran

Sasaran dari pelaksanaan kegiatan identifikasi kampung di Kawasan Taman Nasional

Wasur adalah kampung Kurkari.

D. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1973 tentang Perjanjian Wilayah Indonesia-Papua

Nugini;

2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber daya Alam

Hayati dan Ekosistemnya;

3. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

5. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;

6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

7. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara

8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup

9. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan

Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan

10. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan

11. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P. 10/Menhut-II/2011 tentang 6 (enam)

Kebijakan Prioritas Bidang Kehutanan Dalam Program Pembangunan Nasional

Kabinet Indonesia Bersatu II.

12. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.8/Menhut-II/2010 Tentang Rencana

Strategis (Renstra) Kementerian Kehutanan Tahun 2010-2014.

13. Surat Perintah Tugas Kepala Balai Nomor PT. /IV-T.41/1/2011 Tentang

Pelaksana Kegiatan Identifikasi Kampung Perbatasan Di Kawasan Taman Nasional

Wasur Tahun 2011.

Page 4: LPK Inventarisasi Sosial Budaya Kampung Kondo 2011

4  

II. KONDISI UMUM SOSIAL BUDAYA

A. Kependudukan

Di dalam kawasan TNW terdapat 8 (delapan) kampung. Penduduk di dalam

kawasan TNW terdiri dari penduduk asli dan pendatang. Pada tahun 2010

penduduk berjumlah 3.472 jiwa, dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 654

KK. Laki-laki berjumlah 1790 jiwa dan perempuan berjumlah 1682 jiwa.

B. Tata Guna dan Pola Penggunaan Lahan

Secara tradisional kawasan TNW merupakan tanah adat bagi masyarakat asli yang

telah bermukim sebelum kawasan ini ditunjuk sebagai kawasan taman nasional.

Masyarakat asli tersebut adalah suku Kanume, Marori Men-Gey, Yeinan dan

Marind. Kepemilikan hak tanah adat secara fungsional berdasarkan keturunan

keluarga secara paternalistik menurut marga, yang pemanfaatannya diatur oleh tata

ruang tradisional yang telah berlangsung ratusan tahun dan diturunkan secara turun

temurun. Kepemilikan hak tanah adat di dalam kawasan TNW ini 75 % merupakan

hak tanah adat suku Kanume, 10 % suku Yeinan dan sisanya merupakan hak tanah

adat suku Marori-Men Gey dan Marind.

C. Perekonomian

Pada umumnya masyarakat tradisional di dalam kawasan TNW mempunyai tingkat

perekonomian yang relatif rendah, dengan pola kehidupan yang masih subsisten.

Mata pencarian utama adalah berburu dan mengumpul (peramu).Pada umumnya

masyarakat di dalam kawasan telah mengenal uang sebagai alat tukar. Kegiatan jual

beli walaupun pertukarannya menggunakan barang tetapi semua telah dikonversi

kedalam mata uang, sehingga istilah barter dalam masyarakat tradisional hampir

tidak diketemukan lagi.

D. Sosial Budaya

Masyarakat tradisional sebagian besar berada di sekitar daerah pengumpulan bahan

makan, baik sagu, hasil kebun/pekarangan, hasil buruan maupun hasil perikanan.

Lokasi pengumpulan bahan makanan ini bagi masyarakat peramu dikenal dengan

Page 5: LPK Inventarisasi Sosial Budaya Kampung Kondo 2011

5  

istilah dusun. Di dusun masyarakat tradisional membuat bevak (pondok) yang

didiami oleh suatu marga dan daerah ini merupakan teritorial penting untuk hidup.

Pertumbuhan suatu dusun, biasanya berdasarkan kepemilikan tanah adat yang

memiliki potensi sumber bahan makan seperti sagu, kelapa, kemiri, pinang dan

bambu serta lokasi dusun biasanya cukup jauh dari pemukiman.

E. Anthropologi

Antropologi masyarakat tradisional di dalam kawasan TNW secara umum

tercermin dengan adanya tempat-tempat sakral yang terdapat di dalam kawasan,

pengetahuan metafisik masyarakat dan adanya dusun yang memiliki keterikatan

adat yang cukup kuat. Di dalam kawasan TNW terdapat cukup banyak lokasi yang

memiliki fungsi spiritual dan dianggap sakral oleh masyarakat tradisional. Lokasi-

lokasi ini secara historis mungkin memiliki kenampakan yang berarti bagi

masyarakat tradisional, atau berhubungan dengan cerita atau mitos terhadap

adat/suku, kejadian luar biasa atau sesuatu yang tidak dapat dijelaskan pada masa

lalu, atau lokasi khusus untuk nenek moyang. Lokasi sakral ini merupakan rahasia,

terlarang (pamali) dan berbahaya bagi masyarakat tradisional maupun non

tradisional.

Page 6: LPK Inventarisasi Sosial Budaya Kampung Kondo 2011

6  

III. METODOLOGI

A. Pelaksana Kegiatan

Pelaksana kegiatan Inventarisasi Sosial Budaya di kawasan Taman Nasional Wasur

adalah tim pelaksana kegiatan Inventarisasi Sosial Budaya di kawasan Taman

Nasional Wasur.

B. Waktu dan Lokasi

Pelaksanaan kegiatan identifikasi kampung perbatasan di kawasan Taman Nasional

Wasur dilaksanakan di Kampung Kondo. Kegiatan akan dilaksanakan pada tanggal 14

s/d 17 Maret 2011

C. Teknik Pelaksanaan

1. Penentuan Lokasi

Adapun lokasi-lokasi yang akan menjadi lokasi pengambilan data adalah kampung

Kondo.

2. Pengumpulan Data

Pelaksanaan pengumpulan data kampung yang terdapat di kawasan Taman

Nasional Wasur dilakukan untuk memperoleh data primer dan sekunder.

• Data Sekunder; data sekunder diperoleh dengan melakukan studi literatur

berhubungan dengan lokasi yang akan dilakukan kegiatan Identifikasi. Jenis data

yang dikumpulkan adalah berkaitan dengan data kampung di kawasan Taman

Nasional Wasur Taman Nasional Wasur dan kebijakan pengembangan kampung

di kawasan Taman Nasional Wasur oleh pemerintah daerah kabupaten dan

propinsi.

• Data Primer; data primer diperoleh dengan menggunakan beberapa teknik

pengumpulan data yaitu :

a. Teknik Observasi

Pelaksanaan observasi dilakukan dengan mendata kampung dalam kawasan

TNW melalui pengamatan secara langsung dengan menggunakan tally sheet

identifikasi kampung di kawasan Taman Nasional Wasur yang sudah

Page 7: LPK Inventarisasi Sosial Budaya Kampung Kondo 2011

7  

disiapkan. Observasi ini dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi

kampung perbatasan yang terdapat di dalam kawasan TNW dan sekaligus

untuk mengetahui potensi kampung yang terdapat di dalam kawasan TNW.

Beberapa variabel yang diperlukan dalam kegiatan ini, adalah:

1) Identitas Desa

2) Luas Wilayah Desa

3) Jumlah Penduduk Desa

4) Jumlah Keluarga

5) Lokasi Desa

6) Sumber Penghasilan Utama Sebagian Besar Penduduk Desa

b. Teknik Wawancara

Wawancara adalah salah satu teknik pengambilan data primer yang baik

dalam penelitian kualitatif. Data primer dikumpulkan melalui wawancara

tidak berstruktur yang berfokus, artinya suatu wawancara tidak berstruktur

dengan suatu daftar pertanyaan dengan tata urut tetap yang harus dipatuhi

secara ketat, tetapi tetap selalu terpusat pada pokok permasalahan.

Wawancara dilakukan dengan tatap muka untuk memperoleh reaksi spontan

dan wajar terhadap informan yang dianggap mengetahui permasalahan dan

dalam hal ini adalah kepala kampung, tokoh masyarakat ataupun tokoh adat.

Jenis data yang dikumpulkan adalah yang berkaitan dengan karakteristik

sosial budaya masyarakat dan kehidupan perekonomian masyarakat.

Page 8: LPK Inventarisasi Sosial Budaya Kampung Kondo 2011

8  

D. Analisis Data

Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif yang disajikan secara jumlah dan

persentase. Ulasan disertai dengan analisis data pendukung yang tersedia, seperti luas

wilayah, persentase jumlah penduduk dan lain sebagainya. .

E. Alat dan Bahan

Alat dan Bahan yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan Identifikasi kampung

perbatasan di kawasan TNW adalah alat transportasi berupa kendaraan roda 2 (dua)

dan 4 (empat), GPS, thally sheet, daftar pertanyaan, alat-alat tulis dan Peta Kerja.

F. Target Kegiatan

Target dari kegiatan identifikasi kampung perbatasan di kawasan Taman Nasional

Wasur adalah terdatanya informasi mengenai data kampung perbatasan di kawasan

Taman Nasional Wasur.

G. Tata Waktu

Tabel 1. Tata Waktu Pelaksanaan inventarisasi sosial budaya di kawasan Taman

Nasional Wasur 2011

No Pelaksanaan Kegiatan Maret 2011

12 13 14 15 16 17 18 19 20

1 Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan

2 Persiapan

3 Pelaksanaan Kegiatan

4 Analisis Data

5 Presentasi Hasil dan Penyusunan Laporan Pelaksanaan Kegiatan

6 Pelaporan

Page 9: LPK Inventarisasi Sosial Budaya Kampung Kondo 2011

9  

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kampung Kondo berdiri sejak tahun 1970, berasal dari kampung lama yaitu Kampung

Kurkari yang terletak di muara Kali Torasi. Perpindahan dari kampung lama Kurkari ke

daerah Kondo adalah agar masyarakat mudah dijangkau oleh pemerintah daerah. Jumlah

penduduk yang terdapat di wilayah kampung ini adalah 89 KK dengan jumlah jiwa

sebanyak 300 orang. Mata pencaharian utama penduduk yang tinggal di kampung ini

adalah mencari ikan (nelayan), berburu dan berkebun di dusun.

Gambar 1. Gapura dan Kondisi Kampung Kondo

Hasil bumi dari kampung ini adalah kumbili, petatas, pisang, keladi, kemiri, ikan, daging.

Permasalahannya adalah semua hasil bumi ini sangat susah untuk dipasarkan karena

kampung ini hanya dapat diakses melalui jalan darat ketika memasuki bulan Agustus

sampai musim kemarau berakhir (biasanya musim kemarau berakhir pada bulan

Nopember). Dapat dikatakan Kampung Kondo adalah kampung yang terisolasi selama

musim hujan dan hanya dapat diakses melalui jalan laut. Saat ini pemerintah daerah

Kabupaten Merauke sudah memberikan perhatian dengan membangun fasilitas perumahan

sebanyak 80 unit bagi masyarakat, dimana sebelumnya rumah masyarakat hanya berbentuk

bevak tanpa ada dinding.

Masyarakat asli di Kampung ini terdiri atas 2 suku yaitu Suku Kanume dan Marind Mbuti

dan terdiri dari 4 marga yaitu Ndimar, Sangra, Mbanggu dan Maywa. Kampung Kondo

bagi Suku Marind merupakan kampung sakral, dimana masyarakat asli percaya bahwa

Page 10: LPK Inventarisasi Sosial Budaya Kampung Kondo 2011

10  

orang yang telah mati rohnya akan kembali ke Kampung Kondo. Adapun adat istiadat yang

masih dipertahankan adalah pesta adat yang terdiri atas pesta babi dan cabut misar (sasi).

Masyarakat yang tinggal di kampung ini dapat membuat kerajinan tradisional seperti

tempat pinang yang terbuat dari daun tikar dan tempat gendong anak kecil. Namun yang

jadi permasahan adalah kerajinan tradisional ini tidak tersedia setiap saat. Untuk

memperoleh kerajinan tradisional tersebut kita harus memesannya terlebih dahulu.

Umumnya kerajinan tradisional ini dibuat oleh mama-mama (kaum ibu).

Page 11: LPK Inventarisasi Sosial Budaya Kampung Kondo 2011

11  

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil inventarisasi sosial budaya yang dikukan di kampung Kondo

diperoleh beberapa informasi:

1. Kampung Kondo secara administrasi berada pada wilayah Distrik Naukenjerai.

2. Jumlah Penduduk yang ada di Kampung Kondo adalah 89 KK dengan jumlah jiwa

sebanyak 300 orang.

3. Masyarakat asli di Kampung Kondo terdiri dari dua suku yaitu Suku Kanume dan

Marind Mbuti yang terdiri dari 4 Marga yaitu Ndimar, Sangra, Mbanggu dan

Mayua.

4. Adat istiadat yang masih dipertahankan adalah pesta adat yang terdiri atas pesta

babi dan cabut misar (sasi).

Hambatan yang dihadapi adalah rendahnya tingkat aksesibilitas ke kawasan ini, baik

dari segi transportasi maupun dari segi jalan umum yang belum baik.

B. Saran

Sebagai tindak lanjut dari kegiatan ini maka perlu disusun suatu Rencana Pengelolaan

Kampung yang ada di dalam Kawasan Taman Nasional Wasur.