lp struma nodusa non toksik

19
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DISFUNGSI KELENJAR TIROID SNNT (STRUMA NODUSA NON TOKSIK) NAMA ANGGOTA : Ni Made Ari Desyanti (P07120013056) A.A. Pradmi Asmara Putri (P07120013058) Luh Gede Putri Antini (P07120013059) I Gusti Putu Angga Hutama Saputra (P07120013060) POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR

Upload: yully-bay-larva

Post on 27-Jan-2016

140 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

bedah

TRANSCRIPT

Page 1: LP Struma Nodusa Non Toksik

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

DISFUNGSI KELENJAR TIROID

SNNT (STRUMA NODUSA NON TOKSIK)

NAMA ANGGOTA :

Ni Made Ari Desyanti (P07120013056)

A.A. Pradmi Asmara Putri (P07120013058)

Luh Gede Putri Antini (P07120013059)

I Gusti Putu Angga Hutama Saputra (P07120013060)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

DENPASAR

2015

Page 2: LP Struma Nodusa Non Toksik

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DISFUNGSI

KELENJAR TIROID

SNNT (STRUMA NODUSA NON TOKSIK)

A. Pengertian

Struma adalah pembesaran pada kenlenjar tiroid  yang biasanya terjadi karena folikel

folikel terisi koloid secara berlebihan. Setelah bertahun tahun folikel tumbuh semkin membesar

dengan membentuk kista dan kelenjar tersebut menjadi noduler.

Struma nodosa non toksik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang secara klinik teraba

nodul satu atau lebih tanpa disertai tanda-tanda hypertiroidisme. (Sri Hartini, Ilmu Penyakit

Dalam,jilid I, hal. 461, FKUI, 1987).

B. Etiologi

Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid merupakan faktor

penyebab pembesaran kelenjar tyroid antara lain :

a. Defisiensi iodium

Pada umumnya, penderita penyakit struma sering terdapat di daerah yang kondisi air minum

dan tanahnya kurang mengandung iodium, misalnya daerah pegunungan.

b. Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tyroid.

1) Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (seperti substansi dalam kol, lobak,     

kacang kedelai).

2) Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (misalnya : thiocarbamide, sulfonylurea

dan litium).

c. Hiperplasi dan involusi kelenjar tiroid.

Pada umumnya ditemui pada masa pertumbuan, puberitas, menstruasi, kehamilan, laktasi,

menopause, infeksi dan stress lainnya. Dimana menimbulkan nodularitas kelenjar tiroid serta

kelainan arseitektur yang dapat bekelanjutan dengan berkurangnya aliran darah didaerah

tersebut.

Page 3: LP Struma Nodusa Non Toksik

C.  Patofisiologi

Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan hormon

tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk ke dalam sirkulasi darah dan

ditangkap paling banyak oleh kelenjar tyroid..

Dalam kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang distimuler oleh Tiroid

Stimulating Hormon kemudian disatukan menjadi molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel

koloid. Senyawa yang terbentuk dalam molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4) dan

molekul yoditironin (T3).

Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpan balik negatif dari sekresi Tiroid Stimulating

Hormon dan bekerja langsung pada tirotropihypofisis, sedang tyrodotironin (T3) merupakan

hormon metabolik tidak aktif.

Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan metabolisme

tyroid sekaligus menghambat sintesis tiroksin (T4) dan melalui rangsangan umpan balik negatif

meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar hypofisis. Keadaan ini menyebabkan pembesaran

kelenjar tyroid.

Page 4: LP Struma Nodusa Non Toksik

PATHWAY

Defisiensi Yodium, Hiperekskresi TSH, glikosit gaiostrogenik

Hipotalamus

TSH

Hifofisis anterior

TSH

Kelenjar tiroid

Sekresi hormon tiroksin

Mekanisme umpan balik negatif

Aktivitas kelenjar tiroid

Hipertrofi kelenjar tiroid

Tumbuh ke dalam Tumbuh ke luar

Pembesaran pada leher Menekan pita suara Menekan trakea

Tindakan pembedahan Suara serak/parau Kesulitan bernafas

Resiko tinggi terjadi

ketidakefektivan bersihan jalan

nafasResiko tinggi

terhadap cedera/tetani

Gangguan rasa nyaman nyeri

Gangguan komunikasi verbal

Potensial terjadinya

perdarahan

Kurangnya pengetahuan

Page 5: LP Struma Nodusa Non Toksik

D. Manifestasi Klinis

Pada penyakit struma nodosa nontoksik tyroid membesar dengan lambat. Awalnya kelenjar

ini membesar secara difus dan permukaan licin. Jika struma cukup besar, akan menekan area

trakea yang dapat mengakibatkan gangguan pada respirasi dan juga esofhagus tertekan sehingga

terjadi gangguan menelan. Klien tidak mempunyai keluhan karena tidak ada hipo atau

hipertirodisme. Benjolan di leher. Peningkatan metabolisme karena klien hiperaktif dengan

meningkatnya denyut nadi. Peningkatan simpatis seperti ; jantung menjadi berdebar-debar,

gelisah, berkeringat, tidak tahan cuaca dingin, diare, gemetar, dan kelelahan.

Pada pemeriksaan status lokalis struma nodosa, dibedakan dalam hal :

1.      Jumlah nodul; satu (soliter) atau lebih dari satu (multipel)

2.      Konsistensi; lunak, kistik, keras atau sangat keras.

3.      Nyeri pada penekanan; ada atau tidak ada

4.      Perlekatan dengan sekitarnya; ada atau tidak ada.

5.      Pembesaran kelenjar getah bening di sekitar tiroid : ada atau tidak ada.

E. Pemeriksaan Penunjang

1. Pada palpasi teraba batas yang jelas, bernodul satu atau lebih, konsistensinya kenyal.

2. Human thyrologlobulin( untuk keganasan thyroid)

3. Pada pemeriksaan laboratorium, ditemukan serum T4 (troksin) dan T3 (triyodotironin) dalam

batas normal. Nilai normal T3=0,6-2,0 , T4= 4,6-11

4. Pada pemeriksaan USG (ultrasonografi) dapat dibedakan padat atau tidaknya nodul.

5. Kepastian histologi dapat ditegakkan melalui biopsy aspirasi jarum halus yang hanya dapat

dilakukan oleh seorang tenaga ahli yang berpengalaman

6. Pemeriksaan sidik tiroid. Hasil dapat dibedakan 3 bentuk yaitu :

a. Nodul dingin bila penangkapan yodium nihil atau kurang dibandingkan sekitarnya. Hal ini

menunjukkan fungsi yang rendah.

b. Nodul panas bila penangkapan yodium lebih banyak dari pada sekitarnya. Keadaan ini

memperlihatkan aktivitas yang berlebih.

c. Nodul hangat bila penangkapan yodium sama dengan sekitarnya. Ini berarti fungsi nodul

sama dengan bagian tiroid yang lain.

Page 6: LP Struma Nodusa Non Toksik

F. Penatalaksanaan

1. Dengan pemberian kapsul minyak beriodium terutama bagi penduduk di daerah endemik

sedang dan berat.

2. Edukasi

Program ini bertujuan merubah prilaku masyarakat, dalam hal pola makan dan

memasyarakatkan pemakaian garam beriodium.

3. Penyuntikan lipidol

Sasaran penyuntikan lipidol adalah penduduk yang tinggal di daerah endemik diberi suntikan

40 % tiga tahun sekali dengan dosis untuk orang dewasa dan anak di atas enam tahun 1 cc,

sedang kurang dari enam tahun diberi 0,2 cc – 0,8 cc.

4. Tindakan operasi (strumektomi)

Pada struma nodosa non toksik yang besar dapat dilakukan tindakan operasi bila pengobatan

tidak berhasil, terjadi gangguan misalnya : penekanan pada organ sekitarnya, indikasi,

kosmetik, indikasi keganasan yang pasti akan dicurigai.

5. L-tiroksin selama 4-5 bulan

Preparat ini diberikan apabila terdapat nodul hangat, lalu dilakukan pemeriksaan sidik tiroid

ulng. Apabila nodul mengecil, terapi dianjutkan apabila tidak mengecil bahkan membesar

dilakukan biopsy atau operasi.

6. Biopsy aspirasi jarum halus

Dilakukan pada kista tiroid hingga nodul kurang dari 10mm.

G. Konsep Asuhan Keperawatan

1.    Pengakajian Keperawatan

1. Pengumpulan Data

a. Identifikasi klien.

b. Keluhan utama klien.

Page 7: LP Struma Nodusa Non Toksik

Pada klien pre operasi mengeluh terdapat pembesaran pada leher. Kesulitan menelan dan

bernapas. Pada post operasi thyroidectomy keluhan yang dirasakan pada umumnya adalah

nyeri akibat luka operasi.

c. Riwayat penyakit sekarang

Biasanya didahului oleh adanya pembesaran nodul pada leher yang semakin membesar

sehingga mengakibatkan terganggunya pernafasan karena penekanan trakhea eusofagus

sehingga perlu dilakukan operasi.

d. Riwayat penyakit dahulu

Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit gondok,

sebelumnya pernah menderita penyakit gondok.

e.  Riwayat kesehatan keluarga

Ada anggota keluarga yang menderita sama dengan klien saat ini.

f. Riwayat psikososial

Akibat dari bekas luka operasi akan meninggalkan bekas atau sikatrik sehingga ada

kemungkinan klien merasa malu dengan orang lain.

2. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum

Pada umumnya keadaan penderita lemah dan kesadarannya composmentis dengan tanda-tanda

vital yang meliputi tensi, nadi, pernafasan dan suhu yang berubah.

b. Kepala dan leher

Pada klien dengan pre operasi terdapat pembesaran kelenjar tiroid. Pada post operasi

thyroidectomy biasanya didapatkan adanya luka operasi yang sudah ditutup dengan kasa steril

yang direkatkan dengan hypafik serta terpasang drain. Drain perlu diobservasi dalam dua

sampai tiga hari.

c. Sistem pernafasan

Biasanya pernafasan lebih sesak akibat dari penumpukan sekret efek dari anestesi, atau karena

adanya darah dalam jalan nafas.

d. Sistem Neurologi

Pada pemeriksaan reflek hasilnya positif tetapi dari nyeri akan didapatkan ekspresi wajah

yang tegang dan gelisah karena menahan sakit.

e. Sistem gastrointestinal

Page 8: LP Struma Nodusa Non Toksik

Komplikasi yang paling sering adalah mual akibat peningkatan asam lambung akibat anestesi

umum, dan pada akhirnya akan hilang sejalan dengan efek anestesi yang hilang.

f. Aktivitas/istirahat

Insomnia, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat, atrofi otot.

g. Eliminasi

Urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam faeces, diare.

h. Integritas ego

Mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik, emosi labil, depresi.

i. Makanan/cairan

Kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan banyak, makannya

sering, kehausan, mual dan muntah, pembesaran tyroid.

j. Rasa nyeri/kenyamanan

Nyeri orbital, fotofobia.

k. Keamanan

Tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi terhadap iodium (mungkin

digunakan pada pemeriksaan), suhu meningkat di atas 37,40C, diaforesis, kulit halus, hangat

dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan lurus, eksoptamus : retraksi, iritasi pada

konjungtiva dan berair, pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada pretibial) yang menjadi sangat

parah.

2. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko tinggi terjadi ketidakefektivan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi

trakea, pembengkakan, perdarahan dan spasme laryngeal.

2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan cedera pita suara/kerusakan laring,

edema jaringan, nyeri, ketidaknyamanan.

3. Resiko tinggi terhadap cedera/tetani berhubungan dengan proses pembedahan,

rangsangan pada sistem saraf pusat.

4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan dengan tindakan bedah terhadap

jaringan/otot dan edema pasca operasi.

5. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan salah interprestasi yang ditandai

dengan sering bertanya tentang penyakitnya.

Page 9: LP Struma Nodusa Non Toksik

6. Potensial terjadinya perdarahan berhubungan dengan terputusnya pembuluh darah

sekunder terhadap pembedahan.

3. Intervensi Keperawatan

1. Resiko tinggi terjadi ketidakefektivan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi

trakea, pembengkakan, perdarahan dan spasme laryngeal.

a. Tujuan : Jalan nafas klien efektif

b. Kriteria hasil : Tidak ada sumbatan pada trakhea

c. Rencana tindakan:

1) Monitor pernafasan dan kedalaman dan kecepatan nafas.

2) Dengarkan suara nafas, barangkali ada ronchi.

3) Observasi kemungkinan adanya stridor, sianosis.

4) Atur posisi semifowler

5) Bantu klien dengan teknik nafas dan batuk efektif.

6) Melakukan suction pada trakhea dan mulut.

7) Perhatikan klien dalam hal menelan apakah ada kesulitan.

d. Rasional

1) Mengetahui perkembangan dari gangguan pernafasan.

2) Ronchi bisa sebagai indikasi adanya sumbatan jalan nafas.

3) Indikasi adanya sumbatan pada trakhea atau laring.

4) Memberikan suasana yang lebih nyaman.

5) Memudahkan pengeluaran sekret, memelihara bersihan jalan nafas.dan ventilsassi

6) Sekresi yang menumpuk mengurangi lancarnya jalan nafas.

7) Mungkin ada indikasi perdarahan sebagai efek samping opersi.

2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan cedera pita suara/kerusakan laring, edema

jaringan, nyeri, ketidaknyamanan.

a. Tujuan : Klien dapat komunikasi secara verbal

b. Kriteria hasil : Klien dapat mengungkapkan keluhan dengan kata-kata.

c. Rencana tindakan:

1) Kaji pembicaraan klien secara periodik

2) Lakukan komunikasi dengan singkat dengan jawaban ya/tidak.

Page 10: LP Struma Nodusa Non Toksik

3) Kunjungi klien sesering mungkin

4) Ciptakan lingkungan yang tenang.

d. Rasional :

1) Suara parau dan sakit pada tenggorokan merupakan faktor kedua dari odema jaringan /

sebagai efek pembedahan.

2) Mengurangi respon bicara yang terlalu banyak.

3) Mengurangi kecemasan klien

4) Klien dapat mendengar dengan jelas komunikasi antara perawat dan klien

3. Resiko tinggi terhadap cedera/tetani berhubungan dengan proses pembedahan, rangsangan

pada sistem saraf pusat.

a. Tujuan : Menunjukkan tidak ada cedera dengan komplikasi terpenuhi/terkontrol.

b. Kriteria hasil : Tidak terdapat cedera

c. Rencana tindakan

1) Pantau tanda-tanda vital dan catat adanya peningkatan suhu tubuh, takikardi (140 –

200/menit), disrtrimia, syanosis, sakit waktu bernafas (pembengkakan paru).

2) Evaluasi reflesi secara periodik. Observasi adanya peka rangsang, misalnya gerakan

tersentak, adanya kejang, prestesia.

3) Pertahankan penghalang tempat tidur/diberi bantalan, tmpat tidur pada posisi yang

rendah.

4) Memantau kadar kalsium dalam serum.

5) Kolaborasi

Berikan pengobatan sesuai indikasi (kalsium/glukonat, laktat).

d. Rasional

1) Manipulasi kelenjar selama pembedahan dapat mengakibatkan peningkatan

pengeluaran hormon yang menyebabkan krisis tyroid.

2)      Hypolkasemia dengan tetani (biasanya sementara) dapat terjadi 1 – 7 hari pasca

operasi dan merupakan indikasi hypoparatiroid yang dapat terjadi sebagai akibat dari

trauma yang tidak disengaja pada pengangkatan parsial atau total kelenjar paratiroid

selama pembedahan.

3)      Menurunkan kemungkinan adanya trauma jika terjadi kejang.

4)      Kalsium kurang dari 7,5/100 ml secara umum membutuhkan terapi pengganti.

Page 11: LP Struma Nodusa Non Toksik

5)      Memperbaiki kekurangan kalsium yang biasanya sementara tetapi mungkin juga

menjadi permanen

4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan dengan tindakan bedah terhadap

jaringan/otot dan edema pasca operasi.

a. Tujuan: Rasa nyeri berkurang

b. Kriteria hasil: Dapat menyatakan nyeri berkurang, tidak adanya perilaku yg menunjukkan

adanya nyeri.

c. Rencana tindakan

1)  Atur posisi semi fowler, ganjal kepala /leher dengan bantal keci.

2)  Kaji respon verbal /non verbal lokasi, intensitas dan lamanya nyeri.

3)  Intruksikan pada klien agar menggunakan tangan untuk menahan leher pada saat alih

posisi .

4) Beri makanan /cairan yang halus seperti es krim.

5) Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.

d. Rasional

1) Mencegah hyperekstensi leher dan melindungi integritas pada jahitan pada luka.

2) Mengevaluasi nyeri, menentukan rencana tindakan keefektifan terapi.

3) Mengurangi ketegangan otot.

4) Makanan yang halus lebih baik bagi klien yang menjalani kesulitan menelan.

5) Memutuskan transfusi SSP pada rasa nyeri

5. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan salah interprestasi yang ditandai dengan

sering bertanya tentang penyakitnya.

a. Tujuan : Pengetahuan klien bertambah.

b. Kriteria hasil : Klien berpartisipasi dalam program keperawatan

c. Rencana tindakan:

1) Diskusikan tentang keseimbangan nutrisi.

2) Hindari makanan yang banyak mengandung zat goitrogenik misalnya makanan laut,

kedelai, lobak cina dll.

3) Konsumsikan makanan tinggi kalsium dan vitamin D.

d. Rasionalisasi

Page 12: LP Struma Nodusa Non Toksik

1)  Mempertahankan daya tahan tubuh klien.

2) Kontraindikasi pembedahan kelenjar thyroid.

3) Memaksimalkan suplai dan absorbsi kalsium.

6. Potensial terjadinya perdarahan berhubungan dengan terputusnya pembuluh darah sekunder

terhadap pembedahan.

a. Tujuan : Perdarahan tidak terjadi.

b. Kriteria hasil : Tidak terdapat adanya tanda-tanda perdarahan.

c. Rencana tindakan

1) Observasi tanda-tanda vital.

2) Pada balutan tidak didapatkan tanda-tanda basah karena darah.

3) Dari drain tidak terdapat cairan yang berlebih.(> 50 cc).

d. Rasional

1) Dengan mengetahui perubahan tanda-tanda vital dapat digunakan untuk mengetahui

perdarahan secara dini.

2) Dengan adanya balutan yang basah berarti adanya perdarahan pada luka operasi.

3) Cairan pada drain dapat untuk mengetahui perdarahan luka operasi.

Page 13: LP Struma Nodusa Non Toksik

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito L Y, 2001, Hand Book of Nursing Diagnosis, Edisi 8, EGC : Jakarta

Doengoes, dkk, 2000, Nursing Care Plans : Guideline For Planning And Dokumentating

            Care. EGC : Jakarta.

Hidayat, Syamat, dkk, 1997. Edisi Revisi Buku Ilmu Ajar Bedah,EGC : Jakarta.

Manjoer, Arief, dkk, 2000.Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Media Aesculapius

Page 14: LP Struma Nodusa Non Toksik