lp sol

14
SPACE OCCUPYING LESION (SOL) A. PENGERTIAN SOL (Space Occupying Lesion) merupakan generalisasi masalah tentang adanya lesi pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. Banyak penyebab yang dapat menimbulkan lesi pada otak seperti kontusio serebri, hematoma, infark, abses otak dan tumor intracranial (Long C , 1996 : 130). Tumor otak adalah sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang menempati ruang di dalam tengkorak. (http://www.tumor_otak/2008.com). Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak / ganas yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak (Lombardo, Mary caster 2005 : 1183). Karena cranium merupakan tempat yang kaku dengan volume yang terfiksasi maka lesi-lesi ini akan meningkatkan tekanan intracranial. Suatu lesi yang meluas pertama kali diakomodasi dengan cara mengeluarkan cairan serebrospinal dari rongga cranium. Akhirnya vena mengalami kompresi, dan gangguan sirkulasi darah otak dan cairan serebrospinal mulai timbul dan tekanan intracranial mulai naik. Kongesti venosa menimbulkan peningkatan produksi dan penurunan absorpsi cairan serebrospinal dan meningkatkan volume dan terjadi kembali hal-hal seperti diatas.

Upload: anonymous-fnanpwatip

Post on 02-Feb-2016

112 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sol

TRANSCRIPT

Page 1: LP SOL

SPACE OCCUPYING LESION (SOL)

A. PENGERTIAN

SOL (Space Occupying Lesion) merupakan generalisasi masalah tentang

adanya lesi pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. Banyak penyebab

yang dapat menimbulkan lesi pada otak seperti kontusio serebri, hematoma, infark, abses

otak dan tumor intracranial (Long C , 1996 : 130).

Tumor otak adalah sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang menempati

ruang di dalam tengkorak. (http://www.tumor_otak/2008.com).

Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak / ganas yang

tumbuh di otak, meningen dan tengkorak (Lombardo, Mary caster 2005 : 1183).

Karena cranium merupakan tempat yang kaku dengan volume yang terfiksasi

maka lesi-lesi ini akan meningkatkan tekanan intracranial. Suatu lesi yang meluas pertama

kali diakomodasi dengan cara mengeluarkan cairan serebrospinal dari rongga cranium.

Akhirnya vena mengalami kompresi, dan gangguan sirkulasi darah otak dan cairan

serebrospinal mulai timbul dan tekanan intracranial mulai naik. Kongesti venosa

menimbulkan peningkatan produksi dan penurunan absorpsi cairan serebrospinal dan

meningkatkan volume dan terjadi kembali hal-hal seperti diatas.

Posisi tumor dalam otak dapat mempunyai pengaruh yang dramatis pada tanda-

tanda dan gejala. Misalnya suatu tumor dapat menyumbat aliran keluar dari cairan

serebrospinal atau yang langsung menekan pada vena-vena besar, meyebabkan terjadinya

peningkatan tekanan intracranial dengan cepat. Tanda-tanda dan gejala memungkinkan

dokter untuk melokalisirlesi akan tergantung pada terjadinya gangguan dalam otak serta

derajat kerusakan jaringan saraf yang ditimbulkan oleh lesi. Nyeri kepala hebat,

kemungkinan akibat peregangan durameter dan muntah-muntah akibat tekanan pada

batang otak merupakan keluhan yang umum.Suatu pungsi lumbal tidak boleh dilakukan

pada pasien yang diduga tumor intracranial. Pengeluaran cairan serebrospinal akan

mengarah pada timbulnya pergeseran mendadak hemispherium cerebri melalui takik

tentorium kedalam fossa cranii posterior atau herniasi medulla oblongata dan serebellum

melalui foramen magnum. Pada saat ini CT-scan dan MRI digunakan untuk menegakkan

diagnose.

Page 2: LP SOL

B. ETIOLOGI

1. Riwayat trauma kepala

2. Faktor genetik

3. Paparan zat kimia yang bersifat karsinogenik

4. Virus tertentu

5. Defisiensi imunologi

6. Congenital

C. PATOFISIOLOGI

1. Peningkatan tekanan intrakranial (TIK) dan edema serebral

2. Aktivitas kejang dan tanda – tanda neurologis fokal

3. Hidrosefalus

4. Gangguan fungsi hipofisis

Pada fase awal, abses otak ditandai dengan edema local, hyperemia, infiltrasi leukosit /

melunaknya parenkim trombosis sepsis dan edema, beberapa hari atau minggu dari fase

awal terjadi proses uque fraction atau dinding kista berisi pus. Kemudian rupture maka

infeksi akan meluas keseluruh otak dan bisa timbul meningitis (long, 1996 : 193).

Terjadi proliferasi atau pertumbuhan sel abnormal secara sangat cepat pada daerah central

nervus ( CNS ). Sel ini akan terus berkembang mendesak jaringan otak yang sehat

disekitarnya mengakibatkan terjadi gangguan neurologis (Gangguan Fokal Akibat Tumor

Dan Peningkatan TIK).

Tumor – tumor otak primer menunjukkan kira – kira 20 % dari penyebab semua kematian

kanker. Tumor – tumor otak jarang bermetastase ke otak, biasanya dari paru – paru,

payudara, cairan glastrointestinal bagian bawah, pankreas, ginjal, dan kulit ( melanoma ).

Insiden tertinggi pada tumor otak dewasa terjadi pada dekade ke 5, 6, 7 dengan tingginya

insiden pada pria usia dewasa tumor otak banyak dimulai dari sel gelia ( sel untuk mebuat

struktur dan mendukung sistem otak dan medula spinalis ) dan merupakan supratentorial

( Terletak Diatas Penutup Cerebellum ) jelasnya neoplastik dalam palastik menyebabkan

kematian yang mengganggu fungsi vital, seperti pernafasan atau adanya peningkatan TIK.

Page 3: LP SOL

D. MANIFESTASI KLINIS

Peningkatan tekanan intracranial

a. Nyeri kepala

Nyeri bersifat dalam, terus – menerus, tumpul dan kadang – kadang bersifat hebat

sekali, biasanya paling hebat pada pagi hari dan diperberat saat beraktivitas yang

menyebabkan peningkatan TIK, yaitu batuk, membungkuk dan mengejan.

b. Nausea dan muntah

Akibat rangsangan pada meduala oblongata

c. Papil edema

Statis vena menimbulkan pembengkakan papila saraf optikus.

E. KLASIFIKASI

1. Berdasarkan jenis tumor dapat dibagi menjadi :

a. Jinak

Acoustic neuroma

Meningioma

Pituitary adenoma

Astrocytoma (grade 1)

b. Malignant

Astrocytoma ( grade 2,3,4 )

Oligodendroglioma

Apendymoma

2. Berdasarkan lokasi tumor dapat dibagi menjadi :

a. Tumor intradural

Ekstramedular

Cleurofibroma

Meningioma intramedural

Apendimoma

Astrocytoma

Oligodendroglioma

Hemangioblastoma

b. Tumor ekstradural

Merupakan metastase dari lesi primer.

Page 4: LP SOL

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. CT Scan : Memberi informasi spesifik mengenal jumlah, ukuran, kepadatan, jejas

tumor, dan meluasnya edema serebralsekunder serta member informasi tentang sistem

vaskuler

2. MRI :Membantu dalam mendeteksi jejas yang kecil dan tumor didalam batang otak

dan daerah hiposisis, dimana tulang menggangudalam gambaran yang menggunakan

CT Scan

3. Biopsi stereotaktik : Dapat mendiagnosa kedudukan tumor yang dalam dan untuk

memberi dasar pengobatan seta informasi prognosisi

4. Angiografi : Memberi gambaran pembuluh darah serebal dan letak tumor

5. Elektroensefalografi ( EEG )

Mendeteksi gelombang otak abnormal.

G. KOMPLIKASI

1. Gangguan fungsi neurologis

2. Gangguan kognitif

3. Gangguan tidur dan mood

4. Disfungsi seksual

Page 5: LP SOL

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SOL

A. Pengkajian

1. Anamnesis

a. Identitas klien : usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku

bangsa, tgl MRS, askes, dst.

b. Keluhan utama : nyeri kepala disertai penurunan kesadaran.

c. Riwayat penyakit sekarang : demam, anoreksi dan malaise peninggian tekanan

intrakranial serta gejala nerologik fokal.

d. Riwayat penyakit dahulu : pernah, atau tidak menderita infeksi telinga (otitis

media, mastoiditis) atau infeksi paru – paru (bronkiektaksis, abses paru, empiema),

jantung (endokarditis), organ pelvis, gigi dan kulit).

2. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum

Pola fungsi kesehatan

1. Aktivitas / istirahat

Gejala : malaise

Tanda : Ataksia, masalah berjalan, kelumpuhan, gerakan involunter.

2. Sirkulasi

Gejala : adanya riwayat kardiopatologi, seperti endokarditis

Tanda :

TD : meningkat

N : menurun (berhubungan dengan peningkatan TIK dan pengaruh pada

vasomotor).

3. Eliminasi

Gejala : -

Tanda : adanya inkonteninsia dan atau retensi.

4. Nutrisi

Gejala : kehilangan nafsu makan, disfagia (pada periode akut)

Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membran mukosa kering.

5. Hygiene

Gejala : -

Page 6: LP SOL

Tanda : ketergantungan terhadap semua kebutuhan, perawatan diri (pada periode

akut).

6. Neurosensori

Gejala : sakit kepala, parestesia, timbul kejang, gangguan penglihatan.

Tanda : penurunan status mental dan kesadaran. Kehilangan memori, sulit dalam

keputusan, afasia, mata : pupil unisokor (peningkatan TIK), nistagmus, kejang

umum lokal.

7. Nyeri / kenyamanan

Gejala : sakit kepala mungkin akan diperburuk oleh ketegangan, leher / pungung

kaku.

Tanda : tampak terus terjaga, menangis / mengeluh.

8. Pernapasan

Gejala : adanya riwayat infeksi sinus atau paru

Tanda : peningkatan kerja pernapasan (episode awal). Perubahan mental (letargi

sampai koma) dan gelisah

9. Keamanan

Gejala : adanya riwayat ISPA / infeksi lain meliputi : mastoiditis, telinga tengah,

sinus abses gigi, infeksi pelvis, abdomen atau kulit, fungsi lumbal, pembedahan,

fraktur pada tengkorak / cedera kepala.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan perfusi jaringan berhubungn dengan obstruksi ventrikel

2. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK

3. Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan kurang nutrisi

4. Gangguan imobilitas fisik berhubungan dengan tekanan pada serebelum (otak kecil)

5. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penglihatan

C. INTERVENSI

1. Gangguan perfusi jaringan berhubungn dengan obstruksi ventrikel

Tujuan :

Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam diharapkan perfusi jaringan kembali

normal dengan KH :

Page 7: LP SOL

TTV normal

Kesadaran pasien kembali seperti sebelum sakit

Gelisah hilang

Ingatanya kembali seperti sebelum sakit

Intervensi :

1. Pantau status neurologis dengan teratur dan bandingkan dengan keadaan

normalnya seperti GCS

2. Pantau frekuensi dan irama jantung

3. Pantau suhu juga atur suhu lingkungan sesuai kebutuhan. Batasi penggunaan

selimut dan lakukan kompres hangat jika terjadi demam

4. Pantau masukan dan pengeluaran, catat karakteristik urin, tugor kulit dan keadaan

membrane mukosa

5. Gunakan selimut hipotermia

6. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi seperti steroid, klorpomasin,

asetaminofen

2. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK

Tujuan :

Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam nyeri hilang dengan KH :

Nyeri hilang

Pasien tenang

Tidak terjadi mual muntah

Pasien dapat beristirahat dengan tenang

Intervensi :

1. Berikan lingkungan yang tenang

2. Tingkatkan tirah baring, bantu perawatan diri pasien

3. Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin diatas mata

4. Dukung pasien untuk menemukan posisi yang nyaman

5. Berikan ROM aktif/pasif

6. Gunakan pelembab yang agak hangat pada nyeri leher/punggung yang tidak ada

demam

7. Kolaborasi pemberian obat analgetik seperti asetaminofen, kodein sesuai indikasi

Page 8: LP SOL

3. Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan kurang nutrisi

Tujuan :

Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam diharapkan kebutuhan pasien menjadi

adekuat dengan KH :

Mual muntah hilang

Napsu makan meningkat

BB kembali seperti sebelum sakit

Intervensi :

1. Kaji kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan

2. Beri makanan dalam jumlah kecil dan sering

3. Timbang berat badan

4. Kolaborasi dengan ahli gizi

4. Gangguan imobilitas fisik berhubungan dengan tekanan pada serebelum (otak kecil)

Tujuan :

klien dapat menunjukkan cara mobilisasi secara optimal dengan KH :

Klien dapat mempertahankan meningkatkan kekuatan dan fungsi tubuh yang sakit,

mempertahankan integritas kulit dan kandung kemih dan fungsi usus.

Intervensi :

1. Periksa kembali kemampuan dan keadaan secara fungsional pada kerusakan yang

terjadi.

2. Kaji derajat imobilitas pasien dengan menggunakan skala ketergantungan (0 – 4)

3. Letakkan pasien pada posisi tertentu, ubah posisi pasien secara teratur dan buat

sedikit perubahan posisi antara waktu

5. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penglihatan

Tujuan :

Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam diharapkan penglihatan pasien

kembali normal dengan KH :

Pasien dapat melihat dengan jelas

Page 9: LP SOL

Intervensi :

1. Pastikan atau validasi persepsi pasien dan berikan umpan balik, orientasikan

kembali pasien secara teratur pada lingkungan, dan tindakan yang akan dilakukan

terutama jika penglihatannya terganggu

2. Buat jadwal istirahat yang adekuat/periode tidur tanpa ada gangguan

3. Berikan kesempatan yang lebih banyak untuk berkomunikasi dam melakikan

aktivitas

4. Rujuk pada ahli fisioterapi

Page 10: LP SOL

DAFTAR PUSTAKA

Doenges.EM.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta : EGC.

http://astrosit.blogspot.com/2010/06/01/lesi-desak-ruang-(space-occupying-lesion).html

http://perfecttonarcissmo.blogspot.com/2010/07/asuhan-keperawatan-pada-klien-space.html

http://supersuga.wordpress.com/2008/03/06/anatomi-otak.html

Price, Sylvia A.2005.Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit Edisi 6 Vol.2.

Jakarta:EGC