lp resusitasi jantung paru
TRANSCRIPT
Laporan Praktikum
Resusitasi Jantung Paru (RJP)
Asma Muthmainah, 0906629252
1. Pengertian tindakan
Resusitasi jantung paru (RJP) adalah suatu tindakan darurat, sebagai suatu usaha untuk
mengembalikan keadaan henti napas dan/atau henti jantung (yang dikenal dengan
kematian klinis) ke fungsi optimal guna mencegah kematian biologis
2. Tujuan tindakan
Untuk membentuk jalan napas yang lancar
Mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi pada henti nafas dan atau henti
jantung
Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi (nafas)
Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi (fungsi jantung) dan ventilasi (fungsi
pernafasan/paru) pada pasien/korban yang mengalami henti jantung atau henti nafas
Mengalirkan darah yang mengandung oksigen ke otak dalam upaya mencegah
kerusakan jaringan yang permanen
3. Kompetensi dasar yang harus dimiliki
Terampil dan cekatan dalam melakukan tindakan
4. Indikasi, kontraindikasi, dan komplikasi dari tindakan
Indikasi
Henti jantung
Henti napas (obstruksi jalan napas akibat benda asing, tersedak, tersengat listrik, syok
hipovolemik karena pendarahan, reaksi anafilaktik, tenggelam, overdosis obat,
ketidakseimbangan elektrolit)
Kontraindikasi
Fraktur Kosta
T rauma thorax
Pneumothorax
Emphysema berat
Cardiac tamponade
Cardiac arrest lebih dari 5-6 menit
Komplikasi
Tertutupnya saluran pernapasan akibat kepala terlalu dihiperekstensikan
Patah tulang dada dan tulang iga
Bocornya paru-paru (Pnemotoraks)
Perdarahan dalam paru-paru/rongga dada (Hemotoraks)
Luka dan memar pada paru-paru
Robekan pada hati
5. Alat dan bahan
Barier
Kantung ambu
Masker wajah
6. Anatomi daerah target tindakan
Anatomi thorax
Dinding dada
Tersusun dari tulang dan jaringan lunak. Tulang yang membentuk dinding dada adalah
tulang iga, columna vertebralis torakalis, sternum, tulang clavicula dan scapula. Jaringan
lunak yang membentuk dinding dada adalah otot serta pembuluh darah terutama pembuluh
darah intrerkostalis dan torakalis interna.
Dasar torak
Dibentuk oleh otot diafragma yang dipersyarafi nervus frenikus. Diafragma mempunyai
lubang untuk jalan aorta, vena cava inferior serta esofagus
Isi rongga torak
Rongga pleura kiri dan kanan berisi paru-paru. Rongga ini dibatasi oleh pleura
visceralis dan parietalis.
Rongga mediastinum dan isinya terletak di tengah dada. Mediastinum dibagi menjadi
bagian anterior, medius, posterior dan superior.
Rongga dada dibagi menjadi 3 rongga utama yaitu:
Rongga dada kanan (cavum pleura kanan )
Rongga dada kiri (cavum pleura kiri)
Rongga dada tengah (mediastinum).
Rongga Mediastinum
a) Mediastinum superior, batasnya :
Atas : bidang yang dibentuk oleh vertebra torakalis 1, kosta 1, dan jugular notch.
Bawah : bidang yang dibentuk dari angulus sternal ke vertebra torakalis 4
Lateral : pleura mediastinalis
Anterior : manubrium sterni.
Posterior : Corpus vertebra torakalis 1-4
b) Mediastinum inferior terdiri dari mediastinum anterior, mediastinum medius,
mediastinum posterior
c) Mediastinum anterior batasnya :
Anterior : sternum ( tulang dada )
Posterior : pericardium ( selaput jantung )
Lateral : pleura mediastinalis
Superior : plane of sternal angle
Inferior : diafragma.
d) Mediastinum medium batasnya :
Anterior : perikardium
Posterior : perikardium
Lateral : pleura mediastinalis
Superior : plane of sternal angle
Inferior : diafragma
e) Mediastinum posterior, batasnya :
Anterior : pericardium
Posterior : corpus vertebra torakalis 5 - 12
Lateral : pleura mediastinalis
Superior : plane of sternal angle
Inferior : diafragma.
Batas-batas Thorax
Thorax adalah daerah antara sekat rongga badan (diafragma) dan leher.
Batas bawah thorax: arcus costarum
Processus xhiphoideus
Garis penghubung antara puncak-puncak ketiga iga terakhir dan processus
spinalis thoracal XII
Batas atas thorax: incisura jugularis sterni
Clavicula
Garis penghubung antara articulus acromioclavicularis dan processus spinalis
cervical VII
Bentuk thorax ditentukan oleh:
o rangka dada bagian tulang
o letak scapula
o otot-otot yang terletak dari thorax ke anggota gerak atas: M. pectoralis major dan
minor, M. latissimus dorsi
Dinding Thorax
Costae
Rangka toraks terluas adalah iga-iga (costae) yang merupakan tulang jenis
osseokartilaginosa. Memiliki penampang berbentuk konus, dengan diameter
penampang yang lebih kecil pada iga teratas dan makin melebar di iga sebelah bawah.
Di bagian posterior lebih petak dan makin ke anterior penampang lebih memipih.
Terdapat 12 pasang iga yaitu 7 iga pertama merupakan iga sejati (costae vera) yang
melekat pada vertebra yang bersesuaian, dan terletak di sebelah anterior ke sternum. Iga
8-10 merupakan iga palsu (false rib/costae spuria) yang melekat di anterior ke
rawan kartilago iga diatasnya, dan 2 iga terakhir merupakan iga yang melayang (costae
fluctuantes) karena tidak berartikulasi di sebelah anterior. Setiap iga terdiri dari caput
(head), collum (neck), dan corpus (shaft). Iga memiliki 2 ujung, yaitu permukaan
artikulasi vertebral dan sternal. Bagian posterior iga berstekstur kasar dan terdapat
foramen-foramen kecil. Sedangkan bagian anterior lebih rata dan halus. Tepi superior
iga terdapat krista kasar tempat melekatnya ligamentum costotransversus anterior,
sedangkan tepi inferior lebih bulat dan halus.
7. Aspek keamanan dan keselamatan yang harus diperhatikan
Pastikan kondisi tempat memberi pertolongan tidak akan membahayakan penolong dan
pasien
Minimalisasi kontak langsung dengan pasien, itulah mengapa dalam memberikan napas
bantuan sedapat mungkin digunakan sapu tangan atau kain lainnya untuk melindungi
penolong dari penyakit yang mungkin dapat ditularkan oleh korban
Selalu perhatikan kesehatan diri penolong, sebab pemberian pertolongan pertama
adalah tindakan yang sangat memakan energi. Jika dilakukan dengan kondisi tidak fit,
justru akan membahayakan penolong sendiri.
8. Prosedur tindakan
1) Kaji ketidakadaan respon,observasi adanya pernapasan, palpasi nadi karotis, tanyakan
“Apa Anda baik-baik saja?”
2) Segera minta bantuan
3) Tempatkan korban pada posisi telentang pada permukaan datar dan keras
4) Berlutut pada sisi korban
5) Lakukan teknik circulation
Teknik compression
Orang dewasa (mulai dari anak usia 8 tahun ke atas)
6) Posisikan tangan yang benar
a) Tangan penyelamat diletakkan di batas rangka iga korban
b) Jari-jari digerakkan ke arah atas rangka iga untuk menandai tempat pertemuan iga
dengan sternum bagian bawah di tengah dada bagian bawah
c) Letakkan tumit telapak tangan di atas sternum dan letakkan tangan lain pada
bagian atas tangan yang berada di atas sternum sehingga kedua tangan menjadi
paralel
d) Jari-jari dapat diekstensikan atau paralel, tetapi jangan sampai menyentuh dada
7) Tegangkan siku, pertahankan lengan lurus dan bahu tepat di atas kedua tangan di atas
sternum korban
a) Lakukan kompresi dada 3,8 – 5 cm
b) Lakukan kompresi dada 80 – 100 kali per menit
c) Ventilasi paru- paru dengan dua kali napas lambat
d) Kaji korban setelah empat siklus (15 kali kompresi, dua kali ventilasi pada satu
siklusnya)
Bayi (1-12 bulan)
8) Posisikan tangan dengan benar
a) Bayangkan garis imajiner antara puting susu di atas tulang payudara (sternum)
b) Gunakan dua atau tiga jari (jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis/ibu jari kanan
dan kiri dengan jari yang lainnya melingkari dada dan punggung bayi)
9) Lakukan kompresi 1,3 – 2,5 cm minimal 100 kali/menit
10) Pada akhir setiap kompresi kelima lakukan ventilasi selama 1,5 detik
11) Kaji korban setelah 10 siklus (setiap siklus 5 kompresi, 1 ventilasi)
Anak (1 – 7 tahun)
12) Posisikan tangan yang benar
a) Letakkan tangan di batas bawah rangka iga korban dengan jari telunjuk dan jari
tengah
b) Ikuti batas rangka iga dengan jari tengah sampai titik tempat pertemuan iga dengan
sternum
c) Letakkan jari telunjuk di sebelah jari tengah
d) Letakkan tumit tangan di depan titik tempat jari telunjuk berada dengan aksis
panjang tumit sejajar dengan sternum
e) Tangan lain dari penyelamat mempertahankan posisi kepala anak
13) Kompresi sternum dengan satu tangan 2,5 – 3,8 cm dengan kecepatan 100 kali/menit
14) Lakukan ventilasi (1-1,5 detik) pada akhir setiap kompresi kelima
15) Kaji kembali korban setelah 10 kali siklus (tiap siklus 5 kompresi 1 ventilasi)
Teknik airway
16) Buka jalan napas korban
a) Tengadahkan kepala dan topang dagu korban (head tilt and chinlift) bila tidak
terdapat cedera kepala atau leher dengan cara satu tangan pada dahi, tekan ke
belakang
Tempatkan satu tangan pada dahi korban dan berikan tekanan yang kuat ke arah
belakang dengan menggunakan telapak tangan untuk memiringkan kepala ke
arah belakang
Letakkan jari-jari tangan yang lain (selain ibu jari) di bagian tulang rahang
sebelah bawah dekat dagu dan angkat untuk membawa dagu ke depan dan gigi
hampir menutupi
Hal ini efektif untuk membuka jalan napas karena berfungsi untuk memindahkan
lidah atau epiglotis yang mengobstruksi jalan napas.
b) Pegang sudut bagian bawah rahang korban dan angkat dengan kedua tangan, satu
tangan pada setiap sisi, menggerakkan mandibula ke depan (jaw thrust) sambil
memiringkan kepala ke arah belakang. Cara ini juga dapat digunakan untuk
membuka jalan napas pada cedera leher atau kepala.
Teknik breathing
17) Persiapkan pernapasan buatan
a) Untuk resusitasi mulut ke mulut pada orang dewasa, jepit hidung dan mulut
korban. Pada bayi, tempatkan di hidung dan mulut bayi
b) Untuk resusitasi kantung ambu, gunakan masker wajah dengan ukuran tepat dan
pasang pada mulut dan hidung korban
18) Berikan pernapasan buatan
Resusitasi orang dewasa
a) Untuk resusitasi mulut ke barier pada orang dewasa, tarik napas dalam dan sekat
bibir di sekeliling mulut korban, menghasilkan sekat kedap udara.
b) Berikan dua klai aliran napas secara perlahan, 1,5 – 2 detik setiap kali, diikuti
dengan 10 – 20 kali napas per menit
c) Untuk pernapasan buatan dengan kantung ambu pada orang dewasa, tekan kantung
dengan maksimal setiap dua kali napas
Resusitasi bayi/anak
a) Berikan dua klai aliran napas secara perlahan, 1 – 1,5 detik per napas dengan
istirahat diantaranya sehingga penyelamat bisa mengambil napas, diikuti 20 kali
napas per menit
b) Untuk resusitasi dengan kantung ambu pada anak, gunakan dua kompresi kantung
yang berukuran kecil
19) Observasi naik turunnya dinding dada setiap klien bernapas. Apabila paru-paru tidak
mengembang, atur kembali posisi kepala dan leher dan periksa adanya obstruksi jalan
napas yang terlihat.
20) Isap setiap sekresi jalan napas. Apabila tidak tersedia alat isap, tolehkan kepala klien
ke salah satu sisi
21) Kaji adanya denyut arteri karotis. Pemeriksaan nadi dilakukan selama 5 – 10 detik.
Jika arteri karotis tidak teraba, disarankan mengkaji arteri barkialis
9. Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam tindakan
Korban harus dalam posisi telentang
Tindakan dilakukan di atas permukaan yang datar dan keras
Pada saat dilakukan kompresi jantung, jari-jari tangan jangan sampai menyentuh dada
korban
Posisi lengan harus lurus
RJP dihentikan bila jantung sudah berdetak ditandai adanya nadi dan nafas sudah
spontan, saat mengecek nadi dan pernafasan, penolong sudah kelelahan, dan pasien
dinyatakan tidak mempunyai harapan lagi/meninggal