lp dpd
DESCRIPTION
kTRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI
1. Masalah UtamaDefisit Perawatan Diri
2. Proses Terjadinya Masalaha. Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu
keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas
perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004). Sedangkan
pada defisit perawatan diri pada pasien dengan gagguan jiwa merupakan defisit
perawatan diri yang terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga
kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun (Keliat dan akemat
2007).
Defisit perawatan diri merupakan Keadaan individu mengalami kerusakan
fungsi motorik atau fungsi kognitif, yang menyebabkan penurunan kemampuan
untuk melakukan masing-masing dari kelima aktivitas perawatan diri (makan, mandi
atau higiene, berpakaian atau berhias, toileting, instrumental) (Carpenito, 2007).
b. Jenis-Jenis Defisit Perawatan Diri1. Mandi/higiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,
memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi,
mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan
keluar kamar mandi (Fitria, 2009).
2. Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil
potongan pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar
pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian
dalam, memilih pakaian, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing
tarik, melepaskan pakaian, menggunakan kaos kaki, mempertahankan
penampilan pada tingkat yang memuaskan, mengambil pakaian, dan
mengenakan sepatu (Fitria, 2009).
3. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,
mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan,
menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, membuka kontainer,
memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah lalu
memasukkannya ke mulut, melengkapi makanan, mencerna makanan menurut
cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta menerima
cukup makanan dengan aman (Fitria, 2009).
4. BAB/BAK
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan
jamban atau kamar mandi kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi
pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAK/BAB dengan tepat, dan
menyiram toilet atau kamar mandi (Fitria, 2009).
c. Penyebab
Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan
diri adalah sebagai berikut :
1. Kelelahan fisik
2. Penurunan kesadaran
Menurut Dep Kes (2000: 20), penyebab kurang perawatan diri adalah :
1. Faktor prediposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas
yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi defisit perawatan diri adalah
kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas,
lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang
mampu melakukan perawatan diri. Menurut Depkes (2000: 59). Faktor –
faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:
a. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu
tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun,
pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya
memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya
pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan
kakinya.
e. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu
dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain-
lain.
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
Menurut Keliat dan akemat 2007 Penyebab kurang perawatan diri pada
pasien dengan gangguan jiwa adalah penurunan proses pikir.
Tanda gejala :
Tidak konsetrasi
Interaksi kurang
Kegiatan kurang
Malas, tidak ada inisiatif.
Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
d. Akibat Dampak yang ditimbulkan dengan keadaan defisit perawatan diri seperti
pasien dikucilkan di dalam keluarga atau masyarkat sehingga terjadi isolasi sosial
dan bahkan kehilangan kemampuan dan motivasi dalam melakukan perawatan
terhadap tubuhnya.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene.
1. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering
terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut,
infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
2. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene
adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan
mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi
sosial.
e. Tanda dan GejalaDepkes (2006) menjelaskan bahwa tanda dan gejala defisit perawatan diri antara
lain:
1. Defisit perawatan diri: Makan
Tidak mampu menyiapkan/mengambil makan sendiri
Tidak mampu menggunakan/memegang alat makan
Tidak mampu membawa makanan masuk ke dalam mulut, makan
berceceran atau tidak pada tempatnya
Tidak mampu mengunyah/menelan makanan
Makan hanya beberapa suap dari piring / porsi tidak habis
2. Defisit perawatan diri: Kebersihan diri/mandi
Rambut kotor
Gigi kotor
Kulit berdaki dan bau keringat
Kuku panjang dan kotor
Tidak mampu/ tidak ada keinginan untuk membersihkan/ mengeringkan
badan
Tidak ada keinginan/ kebutuhan untuk mandi secara teratur
3. Defisit perawatan diri: Berhias
Rambut acak-acakan
Penampilan tidak rapi (pakaian kotor)
Tidak mau/ tidak mampu menyisir rambut
Tidak mampu/ tidak mau berpakaian secara benar (pakaian tidak sesuai), tidak
mampu memilih/ mengambil/ mengenakan/ melepas pakaian termasuk
mengancingkan dan menutup /membuka resleting
Tidak mampu/ tidak mau memakai alas kaki
Tidak ada minat mempertahankan penampilan pada tingkat yang memuaskan
atau harus dimotivasi untuk melakukan perawatan diri
Laki-laki tidak bercukur atau perempuan tidak berdandan
4. Defisit perawatan diri: Toileting (BAB/BAK)
BAB/BAK tidak pada tempatnya/sembarang tempat
Tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK
Tidak mampu menggunakan kloset/pispot
Tidak mampu menyiram/menjaga kebersihan toilet
Tidak mampu/tidak mau mengenakan pakaian setelah BAK/BAB
Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri
adalah:
1. Fisik
Badan bau, pakaian kotor.
Rambut dan kulit kotor.
Kuku panjang dan kotor
Gigi kotor disertai mulut bau
Penampilan tidak rapi
2. Psikologis
Malas, tidak ada inisiatif.
Menarik diri, isolasi diri.
Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Sosial
Interaksi kurang.
Kegiatan kurang
Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan
mandi tidak mampu mandiri.
Data yang biasa ditemukan dalam defisit perawatan diri adalah :
a. Data subyektif
1. Pasien merasa lemah
2. Malas untuk beraktivitas
3. Merasa tidak berdaya
b. Data obyektif
1. Rambut kotor, acak – acakan
2. Badan dan pakaian kotor dan bau
3. Mulut dan gigi bau.
4. Kulit kusam dan kotor
5. Kuku panjang dan tidak terawat
f. Rentang Respon
Menurut Stuart (2006) menjelaskan bahwa rentang respon defisit perawatan
diri antara lain:
Regresi yaitu kemunduran akibat stres terhadap perilaku dan merupakan ciri
khas dari suatu taraf perkembangan yang lebih dini.
Penyangkalan yaitu menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan
mengingkari realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini adalah paling
sederhana dan primitif.
Isolasi diri: suatu kondisi menarik diri.
Intelektualisasi yaitu pengguna logika dan alasan yang berlebihan untuk
menghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya.
g. Mekanisme Koping1. Regresi
2. Penyangkalan
3. Isolasi diri, menarik diri
4. Intelektualisasi
h. Rentang Respon Kognitif
Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat
merawat diri sendiri adalah :
a. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
Bina hubungan saling percaya
Bicarakan tentang pentingnya kebersihan
Kuatkan kemampuan klien merawat diri
b. Membimbing dan menolong klien merawat diri
Bantu klien merawat diri
Ajarkan ketrampilan secara bertahap
Buatkan jadwal kegiatan setiap hari
c. Ciptakan lingkungan yang mendukung
Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi
Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien
Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien misalnya,
kamar mandi yang dekat dan tertutup
3. Pohon masalah
4. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji a) Isolasi Sosial
Data subyektifa. Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data obyektifa. Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,
ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup, Apatis, Ekspresi sedih, Komunikasi
verbal kurang, Aktivitas menurun, Posisi janin pada saat tidur, Menolak
berhubungan, Kurang memperhatikan kebersihan
b) Defisit Perawatan Diri
Data subyektifa. Pasien merasa lemah
Faktor predisposisi dan faktor presipitasi
Koping individu tidak efektif
Harga diri rendah
Menarik diri
Defisit perawatan diri
b. Malas untuk beraktivitas
c. Merasa tidak berdaya.
Data obyektifa. Rambut kotor, acak – acakan
b. Badan dan pakaian kotor dan bau
c. Mulut dan gigi bau.
d. Kulit kusam dan kotor
e. Kuku panjang dan tidak terawat
5. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul a. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
b. Isolasi Sosial
c. Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK
6. Tindakan keperawatana. Tindakan Keperawatan pada pasien
1) Tujuan keperawatan: Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri, Isolasi
social, Defisit perawatan diri : mandi, toileting, makan, berhias.
Pasien mampu melakukan keberishan diri secara mandiri
Pasien mampu melakukan berhias secara baik
Pasien mampu melakukan makan dengan baik
Pasien mampu melakukan eliminasi secara mandiri
2) Tindakan keperawatan pada pasien
a) Melatih pasien cara perawatan kebersihan diri dengan cara :
Menjelaskan pentingnya menjaga akebersihan diri
Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
Melatih pasien mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri
b) Membantu pasien latihan berhias
Latihan berhias pada pria harus dibedakan dengan wanita.
Pada pasien laki-laki, latihan meliputi latihan berpakaian, menyisir
rambut dan bercukur, sedangkan pada psien perempuan latihan
meliputi latihan berpakaian, menyisir rambut dan berhias atau
berdandan.
c) Melatih pasien makan secara mandiri dengan cara:
Menjelaskan cara mempersiapkan makan
Menjelaskan cara makan yang tertib
Menjelaskan cara merapikan peralatan makan setelah makan
Mempraktikkan cara makan yang baik
d) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri dengan cara:
Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
Menjelaskan cara membersihan diri setelah BAB/BAK
Menjelaskan cara membersikan tempat BAB/BAK
b. Tindakan keperawatan pada keluarga1) Tujuan Keperawatan: Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang
mengalami defisit perawatan diri.
2) Tindakan keperawatan
Untuk memantau pasien dalam melakukan cara perawatan diri yang
baik, perawat harus melakukan tindakan agar keluarga dapat meneruskan
melatih dan mendukung pasien sehingga kemampuan pasien perawatan diri
meningkat . Tindakan yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain :
a) Diskusikan dengan keluarga tentang masalah yang dihadapi oleh keluarga
dalam merawat pasien
b) Jelaskan pentingnya perawatan diri untuk mengurasi stigma
c) Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas perawatan diri yang dibutuhkan
oleh pasien untuk menjaga perawat diri pasien
d) Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam melakukan perawatan diri pasien dan
membantu mengingatkan pasien untuk perawatan diri.
e) Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian atas keberhasilan pasiendalam
merawat diri
f) Bantu keluarga dalam melatih merawat pasien drefisit perawatan diri.
7. Rencana Tindakan Keperawatan Diagnosa 1 : Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri.
Tujuan Umum : Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya
untuk memperhatikan kebersihan diri.
Tujuan Khusus
TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
Intervensi a. Berikan salam setiap berinteraksi.
b. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan.
c. Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.
d. Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.
e. Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.
f. Buat kontrak interaksi yang jelas.
g. Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.
h. Penuhi kebutuhan dasar klien.
TUK II : klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri
Intervensi a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik.
b. Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara
menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda- tanda bersih.
c. Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri.
d. Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien
terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan diri.
e. Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara
kebersihan diri.
f. Beri reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan arti
kebersihan diri.
g. Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi 2 kali pagi dan
sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan sebelum tidur),
keramas dan menyisir rambut, gunting kuku jika panjang.
TUK III: Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat
Intervensi a. Motivasi klien untuk mandi.
b. Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk
mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar.
c. Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.
d. Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut.
e. Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas perawatan
kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar mandi.
f. Bekerja sama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan diri
seperti odol, sikat gigi, shampo, pakaian ganti, handuk dan sandal.
TUK IV : Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara mandiri
Intervensi Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan
untuk mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai sandal.
TUK V : Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri.
Intervensi Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri.
TUK VI: Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri
Intervensi a. Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga
kebersihan diri.
b. Diskusikan bersama keluarga tentang tindakan yang telah dilakukan klien
selama di RS dalam
c. menjaga kebersihan dan kemajuan yang telah dialami di RS.
d. Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi terhadap kemajuan
yang telah dialami di RS.
e. Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap dalam
menjaga kebersihan diri klien.
f. Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga kebersihan diri.
g. Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam menjaga
kebersihan diri.
h. Diskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan misalnya:
mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi, keramas, dan lain-lain.
Diagnosa 2 : Isolasi sosial
Tujuan Umum : klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi
Tujuan KhususTUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya
Intervensi a. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kesepakatan dengan jelas tentang topik, tempat dan waktu.
b. Beri perhatian dan penghaargaan: temani klien walau tidak menjawab.
c. Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan terburu-
buru, tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.
TUK II : Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Intervensi a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-
tandanya
b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri atau mau bergaul
c. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda
serta penyebab yang muncul
d. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya
TUK III : Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain
dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Intervensi A. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan
dengan orang lain
a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan prang lain
b. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan
orang lain
c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
B. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan
dengan orang lain
a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
dengan orang lain
b. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain
c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
TUK IV : Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
Intervensi a. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
b. Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain
c. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai
d. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
e. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam
mengisi waktu
f. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
g. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan
TUK V : Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan
dengan orang lain
Intervensi a. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan
dengan orang lain
b. Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan
dengan orang lain
c. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan
perasaan manfaat berhubungan dengan oranglain
Diagnosa 3 : Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan,
dan BAB/BAK
Tujuan Umum : Pasien tidak mengalami defisit perawatan diri
Tujuan Khusus :
Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
Pasien mampu melakukan makan dengan baik
Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
Intervensi1) Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri
a) Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.
b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
d) Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
2) Melatih pasien berdandan/berhias
Untuk pasien laki-laki latihan meliputi :
a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Bercukur
Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :
a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Berhias
3) Melatih pasien makan secara mandiri
a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan
b) Menjelaskan cara makan yang tertib
c) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
4) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta :
EGC.
Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis
Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC
Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) Untuk 7
Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat Bagi Program S1 Keperawatan. Jakarta.
Salemba Medika.
Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa.
Yogyakarta : Momedia
Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah
Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006. Jakarta
: Prima Medika.
Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC
Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.
Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan
Psikiatri. Edisi 3. Jakarta. EGC