lp dpd

22
LAPORAN PENDAHULUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI 1. Masalah Utama Defisit Perawatan Diri 2. Proses Terjadinya Masalah a. Pengertian Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000). Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004). Sedangkan pada defisit perawatan diri pada pasien dengan gagguan jiwa merupakan defisit perawatan diri yang terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun (Keliat dan akemat 2007). Defisit perawatan diri merupakan Keadaan individu mengalami kerusakan fungsi motorik atau fungsi kognitif, yang menyebabkan penurunan kemampuan untuk melakukan masing-masing dari kelima aktivitas perawatan diri (makan, mandi atau higiene, berpakaian atau berhias, toileting, instrumental) (Carpenito, 2007). b. Jenis-Jenis Defisit Perawatan Diri 1. Mandi/higiene

Upload: uzzy-lintang-savitri

Post on 14-Feb-2016

291 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

k

TRANSCRIPT

Page 1: LP DPD

LAPORAN PENDAHULUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

1. Masalah UtamaDefisit Perawatan Diri

2. Proses Terjadinya Masalaha. Pengertian

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam

memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan

kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu

keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000).

Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas

perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004). Sedangkan

pada defisit perawatan diri pada pasien dengan gagguan jiwa merupakan defisit

perawatan diri yang terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga

kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun (Keliat dan akemat

2007).

Defisit perawatan diri merupakan Keadaan individu mengalami kerusakan

fungsi motorik atau fungsi kognitif, yang menyebabkan penurunan kemampuan

untuk melakukan masing-masing dari kelima aktivitas perawatan diri (makan, mandi

atau higiene, berpakaian atau berhias, toileting, instrumental) (Carpenito, 2007).

b. Jenis-Jenis Defisit Perawatan Diri1. Mandi/higiene

Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,

memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi,

mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan

keluar kamar mandi (Fitria, 2009).

2. Berpakaian/berhias

Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil

potongan pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar

pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian

dalam, memilih pakaian, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing

Page 2: LP DPD

tarik, melepaskan pakaian, menggunakan kaos kaki, mempertahankan

penampilan pada tingkat yang memuaskan, mengambil pakaian, dan

mengenakan sepatu (Fitria, 2009).

3. Makan

Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,

mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan,

menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, membuka kontainer,

memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah lalu

memasukkannya ke mulut, melengkapi makanan, mencerna makanan menurut

cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta menerima

cukup makanan dengan aman (Fitria, 2009).

4. BAB/BAK

Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan

jamban atau kamar mandi kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi

pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAK/BAB dengan tepat, dan

menyiram toilet atau kamar mandi (Fitria, 2009).

c. Penyebab

Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan

diri adalah sebagai berikut :

1. Kelelahan fisik

2. Penurunan kesadaran

Menurut Dep Kes (2000: 20), penyebab kurang perawatan diri adalah :

1. Faktor prediposisi

a. Perkembangan

Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga

perkembangan inisiatif terganggu.

b. Biologis

Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu

melakukan perawatan diri.

c. Kemampuan realitas turun

Page 3: LP DPD

Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas

yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan

termasuk perawatan diri.

d. Sosial

Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri

lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan

kemampuan dalam perawatan diri.

2. Faktor presipitasi

Yang merupakan faktor presiptasi defisit perawatan diri adalah

kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas,

lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang

mampu melakukan perawatan diri. Menurut Depkes (2000: 59). Faktor –

faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:

a. Body Image

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi

kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu

tidak peduli dengan kebersihan dirinya.

b. Praktik Sosial

Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka

kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.

c. Status Sosial Ekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun,

pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya

memerlukan uang untuk menyediakannya.

d. Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena

pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya

pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan

kakinya.

e. Budaya

Page 4: LP DPD

Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh

dimandikan.

f. Kebiasaan seseorang

Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu

dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain-

lain.

g. Kondisi fisik atau psikis

Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri

berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

Menurut Keliat dan akemat 2007 Penyebab kurang perawatan diri pada

pasien dengan gangguan jiwa adalah penurunan proses pikir.

Tanda gejala :

Tidak konsetrasi

Interaksi kurang

Kegiatan kurang

Malas, tidak ada inisiatif.

Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.

d. Akibat Dampak yang ditimbulkan dengan keadaan defisit perawatan diri seperti

pasien dikucilkan di dalam keluarga atau masyarkat sehingga terjadi isolasi sosial

dan bahkan kehilangan kemampuan dan motivasi dalam melakukan perawatan

terhadap tubuhnya.

Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene.

1. Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak

terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering

terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut,

infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.

2. Dampak psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene

adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan

Page 5: LP DPD

mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi

sosial.

e. Tanda dan GejalaDepkes (2006) menjelaskan bahwa tanda dan gejala defisit perawatan diri antara

lain:

1. Defisit perawatan diri: Makan

Tidak mampu menyiapkan/mengambil makan sendiri

Tidak mampu menggunakan/memegang alat makan

Tidak mampu membawa makanan masuk ke dalam mulut, makan

berceceran atau tidak pada tempatnya

Tidak mampu mengunyah/menelan makanan

Makan hanya beberapa suap dari piring / porsi tidak habis

2. Defisit perawatan diri: Kebersihan diri/mandi

Rambut kotor

Gigi kotor

Kulit berdaki dan bau keringat

Kuku panjang dan kotor

Tidak mampu/ tidak ada keinginan untuk membersihkan/ mengeringkan

badan

Tidak ada keinginan/ kebutuhan untuk mandi secara teratur

3. Defisit perawatan diri: Berhias

Rambut acak-acakan

Penampilan tidak rapi (pakaian kotor)

Tidak mau/ tidak mampu menyisir rambut

Tidak mampu/ tidak mau berpakaian secara benar (pakaian tidak sesuai), tidak

mampu memilih/ mengambil/ mengenakan/ melepas pakaian termasuk

mengancingkan dan menutup /membuka resleting

Tidak mampu/ tidak mau memakai alas kaki

Tidak ada minat mempertahankan penampilan pada tingkat yang memuaskan

atau harus dimotivasi untuk melakukan perawatan diri

Laki-laki tidak bercukur atau perempuan tidak berdandan

4. Defisit perawatan diri: Toileting (BAB/BAK)

BAB/BAK tidak pada tempatnya/sembarang tempat

Tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK

Tidak mampu menggunakan kloset/pispot

Page 6: LP DPD

Tidak mampu menyiram/menjaga kebersihan toilet

Tidak mampu/tidak mau mengenakan pakaian setelah BAK/BAB

Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri

adalah:

1. Fisik

Badan bau, pakaian kotor.

Rambut dan kulit kotor.

Kuku panjang dan kotor

Gigi kotor disertai mulut bau

Penampilan tidak rapi

2. Psikologis

Malas, tidak ada inisiatif.

Menarik diri, isolasi diri.

Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.

3. Sosial

Interaksi kurang.

Kegiatan kurang

Tidak mampu berperilaku sesuai norma.

Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan

mandi tidak mampu mandiri.

Data yang biasa ditemukan dalam defisit perawatan diri adalah :

a. Data subyektif

1. Pasien merasa lemah

2. Malas untuk beraktivitas

3. Merasa tidak berdaya

b. Data obyektif

1. Rambut kotor, acak – acakan

2. Badan dan pakaian kotor dan bau

3. Mulut dan gigi bau.

4. Kulit kusam dan kotor

5. Kuku panjang dan tidak terawat

f. Rentang Respon

Page 7: LP DPD

Menurut Stuart (2006) menjelaskan bahwa rentang respon defisit perawatan

diri antara lain:

Regresi yaitu kemunduran akibat stres terhadap perilaku dan merupakan ciri

khas dari suatu taraf perkembangan yang lebih dini.

Penyangkalan yaitu menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan

mengingkari realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini adalah paling

sederhana dan primitif.

Isolasi diri: suatu kondisi menarik diri.

Intelektualisasi yaitu pengguna logika dan alasan yang berlebihan untuk

menghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya.

g. Mekanisme Koping1. Regresi

2. Penyangkalan

3. Isolasi diri, menarik diri

4. Intelektualisasi

h. Rentang Respon Kognitif

Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat

merawat diri sendiri adalah :

a. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri

Bina hubungan saling percaya

Bicarakan tentang pentingnya kebersihan

Kuatkan kemampuan klien merawat diri

b. Membimbing dan menolong klien merawat diri

Bantu klien merawat diri

Ajarkan ketrampilan secara bertahap

Buatkan jadwal kegiatan setiap hari

c. Ciptakan lingkungan yang mendukung

Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi

Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien

Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien misalnya,

kamar mandi yang dekat dan tertutup

Page 8: LP DPD

3. Pohon masalah

4. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji a) Isolasi Sosial

Data subyektifa. Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,

mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.

Data obyektifa. Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,

ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup, Apatis, Ekspresi sedih, Komunikasi

verbal kurang, Aktivitas menurun, Posisi janin pada saat tidur, Menolak

berhubungan, Kurang memperhatikan kebersihan

b) Defisit Perawatan Diri

Data subyektifa. Pasien merasa lemah

Faktor predisposisi dan faktor presipitasi

Koping individu tidak efektif

Harga diri rendah

Menarik diri

Defisit perawatan diri

Page 9: LP DPD

b. Malas untuk beraktivitas

c. Merasa tidak berdaya.

Data obyektifa. Rambut kotor, acak – acakan

b. Badan dan pakaian kotor dan bau

c. Mulut dan gigi bau.

d. Kulit kusam dan kotor

e. Kuku panjang dan tidak terawat

5. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul a. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

b. Isolasi Sosial

c. Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK

6. Tindakan keperawatana. Tindakan Keperawatan pada pasien

1) Tujuan keperawatan: Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri, Isolasi

social, Defisit perawatan diri : mandi, toileting, makan, berhias.

Pasien mampu melakukan keberishan diri secara mandiri

Pasien mampu melakukan berhias secara baik

Pasien mampu melakukan makan dengan baik

Pasien mampu melakukan eliminasi secara mandiri

2) Tindakan keperawatan pada pasien

a) Melatih pasien cara perawatan kebersihan diri dengan cara :

Menjelaskan pentingnya menjaga akebersihan diri

Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri

Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri

Melatih pasien mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri

b) Membantu pasien latihan berhias

Latihan berhias pada pria harus dibedakan dengan wanita.

Pada pasien laki-laki, latihan meliputi latihan berpakaian, menyisir

rambut dan bercukur, sedangkan pada psien perempuan latihan

Page 10: LP DPD

meliputi latihan berpakaian, menyisir rambut dan berhias atau

berdandan.

c) Melatih pasien makan secara mandiri dengan cara:

Menjelaskan cara mempersiapkan makan

Menjelaskan cara makan yang tertib

Menjelaskan cara merapikan peralatan makan setelah makan

Mempraktikkan cara makan yang baik

d) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri dengan cara:

Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai

Menjelaskan cara membersihan diri setelah BAB/BAK

Menjelaskan cara membersikan tempat BAB/BAK

b. Tindakan keperawatan pada keluarga1) Tujuan Keperawatan: Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang

mengalami defisit perawatan diri.

2) Tindakan keperawatan

Untuk memantau pasien dalam melakukan cara perawatan diri yang

baik, perawat harus melakukan tindakan agar keluarga dapat meneruskan

melatih dan mendukung pasien sehingga kemampuan pasien perawatan diri

meningkat . Tindakan yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain :

a) Diskusikan dengan keluarga tentang masalah yang dihadapi oleh keluarga

dalam merawat pasien

b) Jelaskan pentingnya perawatan diri untuk mengurasi stigma

c) Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas perawatan diri yang dibutuhkan

oleh pasien untuk menjaga perawat diri pasien

d) Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam melakukan perawatan diri pasien dan

membantu mengingatkan pasien untuk perawatan diri.

e) Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian atas keberhasilan pasiendalam

merawat diri

f) Bantu keluarga dalam melatih merawat pasien drefisit perawatan diri.

7. Rencana Tindakan Keperawatan Diagnosa 1 : Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri.

Tujuan Umum : Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya

untuk memperhatikan kebersihan diri.

Tujuan Khusus

Page 11: LP DPD

TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.

Intervensi a. Berikan salam setiap berinteraksi.

b. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan.

c. Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.

d. Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.

e. Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.

f. Buat kontrak interaksi yang jelas.

g. Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.

h. Penuhi kebutuhan dasar klien.

TUK II : klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri

Intervensi a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi

terapeutik.

b. Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara

menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda- tanda bersih.

c. Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri.

d. Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien

terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan diri.

e. Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara

kebersihan diri.

f. Beri reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan arti

kebersihan diri.

g. Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi 2 kali pagi dan

sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan sebelum tidur),

keramas dan menyisir rambut, gunting kuku jika panjang.

TUK III: Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat

Intervensi a. Motivasi klien untuk mandi.

b. Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk

mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar.

c. Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.

d. Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut.

Page 12: LP DPD

e. Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas perawatan

kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar mandi.

f. Bekerja sama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan diri

seperti odol, sikat gigi, shampo, pakaian ganti, handuk dan sandal.

TUK IV : Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara mandiri

Intervensi Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan

untuk mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai sandal.

TUK V : Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri.

Intervensi Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri.

TUK VI: Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri

Intervensi a. Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga

kebersihan diri.

b. Diskusikan bersama keluarga tentang tindakan yang telah dilakukan klien

selama di RS dalam

c. menjaga kebersihan dan kemajuan yang telah dialami di RS.

d. Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi terhadap kemajuan

yang telah dialami di RS.

e. Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap dalam

menjaga kebersihan diri klien.

f. Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga kebersihan diri.

g. Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam menjaga

kebersihan diri.

h. Diskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan misalnya:

mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi, keramas, dan lain-lain.

Diagnosa 2 : Isolasi sosial

Tujuan Umum : klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi

Tujuan KhususTUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya

Page 13: LP DPD

Intervensi a. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri,

jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat

kesepakatan dengan jelas tentang topik, tempat dan waktu.

b. Beri perhatian dan penghaargaan: temani klien walau tidak menjawab.

c. Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan terburu-

buru, tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.

TUK II : Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri

Intervensi a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-

tandanya

b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan

penyebab menarik diri atau mau bergaul

c. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda

serta penyebab yang muncul

d. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan

perasaannya

TUK III : Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain

dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

Intervensi A. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan

dengan orang lain

a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan

tentang keuntungan berhubungan dengan prang lain

b. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan

orang lain

c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan

perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain

B. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan

dengan orang lain

Page 14: LP DPD

a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan

dengan orang lain

b. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan

dengan orang lain

c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan

perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

TUK IV : Klien dapat melaksanakan hubungan sosial

Intervensi a. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain

b. Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain

c. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai

d. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan

e. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam

mengisi waktu

f. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan

g. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan

TUK V : Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan

dengan orang lain

Intervensi a. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan

dengan orang lain

b. Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan

dengan orang lain

c. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan

perasaan manfaat berhubungan dengan oranglain

Diagnosa 3 : Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan,

dan BAB/BAK

Tujuan Umum : Pasien tidak mengalami defisit perawatan diri

Tujuan Khusus :

Page 15: LP DPD

Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri

Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik

Pasien mampu melakukan makan dengan baik

Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri

Intervensi1) Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri

a) Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.

b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri

c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri

d) Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri

2) Melatih pasien berdandan/berhias

Untuk pasien laki-laki latihan meliputi :

a) Berpakaian

b) Menyisir rambut

c) Bercukur

Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :

a) Berpakaian

b) Menyisir rambut

c) Berhias

3) Melatih pasien makan secara mandiri

a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan

b) Menjelaskan cara makan yang tertib

c) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan

d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik

4) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri

a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai

b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK

c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta :

EGC.

Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis

Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC

Page 16: LP DPD

Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) Untuk 7

Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat Bagi Program S1 Keperawatan. Jakarta.

Salemba Medika.

Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC

Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa.

Yogyakarta : Momedia

Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah

Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto

Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006. Jakarta

: Prima Medika.

Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.

Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC

Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.

Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan

Psikiatri. Edisi 3. Jakarta. EGC