lp ca. tulang

Upload: ayyu-rabiatul-syam

Post on 13-Jan-2016

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

iy

TRANSCRIPT

PENDAHULUANA. Latar BelakangBenjolan pada seseorang tidak selalu berkonotasi jelek. Bagi wanita, benjolan di bagian dada boleh jadi bisa menambah seksi, tetapi jika benjolan itu terdapat pada bagian tubuh yang tak semestinya, tentu harus diwaspadai

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Benjolan pada seseorang tidak selalu berkonotasi jelek. Bagi wanita, benjolan di bagian dada boleh jadi bisa menambah seksi, tetapi jika benjolan itu terdapat pada bagian tubuh yang tak semestinya, tentu harus diwaspadai, jangan-jangan itu merupakan pertanda awal terjadinya tumor tulang. Ada tiga macam tumor tulang yaitu yang bersifat lunak, ganas dan yang memiliki lesi di tulang (berlubangnya struktur karena jaringan akibat cedera atau penyakit). Selain itu ada yang bersifat primer dan skunder. Pada tumor tulang sekunder misalnya, seseorang terkena tumor payudara, kemudian menjalar ke tulang dan selanjutnya menggerogoti tulang tersebut. Kanker tulang ini merupakan kelompok tumor tulang yang ganas.Keganasan tulang dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu tumor benigna dan maligna. Klasifikasi yang banyak digunakan untuk kedua jenis tumor ini adalah sebagai berikut :

1. Tumor Tulang Benigna

Kondrogenik: Osteokondroma, Kondroma

Osteogenik : Osteoid osteoma, Osteobalstoma, Tumor sel Giant

2. Tumor Tulang Maligna

a)Kondrogenik : Kondrosarkoma

b)Osteogenik : Osteosarkoma

c)Fibrogenik : Fibrosarkoma

d)jelas asalnya : Sarcoma Ewing

Menurut Errol untung hutagalung, seorang guru besar dalam Ilmu Bedah Orthopedy Universitas Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun (1995-2004) tercatat 455 kasus tumor tulang yang terdiri dari 327 kasus tumor tulang ganas (72%) dan 128 kasus tumor tulang jinak (28%). Di RSCM jenis tumor tulang osteosarkoma merupakan tumor ganas yang sering didapati yakni 22% dari seluruh jenis tumor tulang dan 31 % dari seluruh tumor tulang ganas. Dari jumlah seluruh kasus tumor tulang 90% kasus datang dalam stadium lanjut. Angka harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum terjadi penyebaran ke paru-paru. Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5 tahun setelah penyakitnya terdiagnosis. Sayangnya penderita kanker tulang kerap datang dalam keadaan sudah lanjut sehingga penanganannya menjadi lebih sulit. Jika tidak segera ditangani maka tumor dapat menyebar ke organ lain, sementara penyembuhannya sangat menyakitkan karena terkadang memerlukan pembedahan radikal diikuti kemotherapy.

B. Tujuan Penulisan1. Tujuan Umum

Mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat secara nyata dalam memberikan asuhan keperawatan dengan tumor tulang secara komprehensif di ruang Seruni RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo.

2. Tujuan khususa. Mampu melaksanakan pengkajian menyeluruh pada pasien tumor tulangb. Mampu menganalisa dan menentukan masalah keperawatan pada pasien tumor tulangc. Mampu melakukan intervensi dan implementasi untuk mengatasi masalah keperawatan yang timbul pada pasien tumor tulangd. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan pada pasien dengan tumor tulang

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI

Tumor adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif dimana sel-selnya tidak pernah menjadi dewasa. Tumor tulang primer merupakan tumor tulang dimana sel tumornya berasal dari sel-sel yang membentuk jaringan tulang, sedangkan tumor tulang sekunder adalah anak sebar tumor ganas organ non tulang yang bermetastasis ke tulang.Tumor tulang adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel-sel tersebut tidak pernah menjadi dewasa. Dengan istilah lain yang sering digunakan Tumor Tulang, yaitu pertumbuhan abnormal pada tulang yang bisa jinak atau ganas.

B. ETIOLOGI

Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir ini, penelitian menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu C-Fos dapat meningkatkan kejadian tumor tulang.Radiasi sinar radio aktif dosis tinggiKeturunanBeberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget (akibat pajanan radiasi ), (Smeltzer. 2001).

C. KLASIFIKASIKlasifikasi neoplasma tulang berdasarkan asal sel :1. Primera. Tumor yang membentuk tulang (Osteogenik)

Jinak : - Osteoid Osteoma Ganas: - Osteosarkoma

- Osteoblastoma

- Parosteal Osteosarkoma, Osteomab. Tumor yang membentuk tulang rawan (Kondrogenik)

Jinak : - Kondroblastoma Ganas : - Kondrosarkoma

- Kondromiksoid Fibroma

- Enkondroma

- Osteokondromac. Tumor jaringan ikat (Fibrogenik)

Jinak : - Non Ossifying Fibroma

Ganas : - Fibrosarkomad. Tumor sumsum tulang (Myelogenik)

Ganas : - Multiple Myeloma

Sarkoma Ewing

Sarkoma Sel Retikulume. Tumor lain-lain

Jinak : - Giant cell tumor

Ganas : - Adamantinoma

- Kordoma

2. Sekunder/Metastatik3. Neoplasma Simulating Lesions

- Simple bone cyst

- Fibrous dysplasia

- Eosinophilic granuloma

- Brown tumor/hyperparathyroidism

Klasifikasi menurut TNM :

T. Tumor induk

TX tumor tidak dapat dicapai

T0 tidak ditemukan tumor primer

T1 tumor terbatas dalam periost

T2 tumor menembus periost

T3 tumor masuk dalam organ atau struktur sekitar tulang

N Kelenjar limf regional

N0 tidak ditemukan tumor di kelenjar limf

N1 tumor di kelenjar limf regional

M. Metastasis jauh

M1 tidak ditemukan metastasis jauh

M2 ditemukan metastasis jauh

D. FAKTOR RESIKO

Faktor pencetus tumor tulang yaitu factor genetika. Hal ini berdasarkan data dari sejumlah penelitian.

E. PATHOFISIOLOGI

Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal.. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan periosteum tulang yang baru dekat tempat lesi terjadi, sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.

F. TANDA DAN GEJALA1. Nyeri dan/ atau pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi semakin parah pada malam hari dan meningkat sesuai dengan progresivitas penyakit)2. Fraktur patologik3. Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas(Gale, 1999)4. Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena5. Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan menurun dan malaise.(Smeltzer., 2001)

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Diagnosis didasarkan pada riwayat, pemeriksaan fisik, dan penunjang diagnosis seperti CT, mielogram, asteriografi, MRI, biopsi, dan pemeriksaan biokimia darah dan urine. Pemeriksaan foto toraks dilakukan sebagai prosedur rutin serta untuk follow-up adanya stasis pada paru-paru. Fosfatase alkali biasanya meningkat pada sarkoma osteogenik. Hiperkalsemia terjadi pada kanker tulang metastasis dari payudara, paru, dan ginjal. Gejala hiperkalsemia meliputi kelemahan otot, keletihan, anoreksia, mual, muntah, poliuria, kejang dan koma. Hiperkalsemia harus diidentifikasi dan ditangani segera. Biopsi bedah dilakukan untuk identifikasi histologik. Biopsi harus dilakukan untuk mencegah terjadinya penyebaran dan kekambuhan yang terjadi setelah eksesi tumor., (Rasjad, 2003).

H. PATHWAY

Faktor resiko, keturunan, radiasi, tidak diketahui pasti

Etologi

Tumor tulang

Osteolitik Osteoblastik

Osteoporosis Pembedahan Penambahan massa tulang

Fraktur Nyeri Resiko infeksi Gangguan harga diri

Kerusakan mobilitas fisik Kurang pengetahuan

Sindrom deficit perawatan diri

I. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan medis

Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat didiagnosis. Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan tumor, pencegahan amputasi jika memungkinkan dan pemeliharaan fungsi secara maksimal dari anggota tubuh atau ekstremitas yang sakit. Penatalaksanaan meliputi pembedahan, kemoterapi, radioterapi, atau terapi kombinasi.

Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan / atau radiasi dan kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi adriamycin (doksorubisin) cytoksan dosis tinggi (siklofosfamid) atau metrotexate dosis tinggi (MTX) dengan leukovorin. Agen ini mungkin digunakan secara tersendiri atau dalam kombinasi.Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan pemberian cairan normal intravena, diurelika, mobilisasi dan obat-obatan seperti fosfat, mitramisin, kalsitonin atau kortikosteroid, (Gale, 1999).

2. Tindakan keperawatana. Manajemen nyeriTeknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi ) dan farmakologi ( pemberian analgetika ).b. Mengajarkan mekanisme koping yang efektifMotivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan berikan dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohaniawan.c. Memberikan nutrisi yang adekuatBerkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek samping kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat. Antiemetika dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi gastrointestinal. Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai dengan indikasi dokter.d. Pendidikan kesehatanPasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik perawatan luka di rumah.(Smeltzer. 2001)

J. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajiana. WawancaraDapatkan riwayat kesehatan, proses penyakit, bagaimana keluarga dan pasien mengatasi masalahnya dan bagaimana pasien mengatasi nyeri yang dideritanya. Berikan perhatian khusus pada keluhan misalnya : keletihan, nyeri pada ekstremitas, berkeringat pada malam hari, kurang nafsu makan, sakit kepala, dan malaise.

b. Pemeriksaan fisikTeraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran venaPembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatasNyeri tekan / nyeri lokal pada sisi yang sakitmungkin hebat atau dangkalsering hilang dengan posisi flexianak berjalan pincang, keterbatasan dalam melakukan aktifitas, tidak mampu menahan objek beratKaji status fungsional pada area yang sakit, tanda-tanda inflamasi, nodus limfe regional

c. Pemeriksaan DiagnostikRadiografi, tomografi, pemindaian tulang, radisotop, atau biopsi tulang bedah, tomografi paru, tes lain untuk diagnosis banding, aspirasi sumsum tulang (sarkoma ewing).(Wong, 2003)

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi2. Koping tidak efektif berhubungan dengan rasa takut tentang ketidak tahuan, persepsi tentang proses penyakit, dan sistem pendukung tidak adekuat3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan dengan kanker.4. Gangguan harga diri karena hilangnya bagian tubuh atau perubahan kinerja peran(Doengesm 1999)Berduka berhubungan dengan kemungkinan kehilangan alat gerak(Wong, 2003)

L. RENCANA INTERVENSIDx 1Tujuan: klien mengalami pengurangan nyeriKH :Mengikuti aturan farmakologi yang ditentukanMendemontrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktifitas hiburan sesuai indikasi situasi individu.

Intervensi :Kaji status nyeri ( lokasi, frekuensi, durasi, dan intensitas nyeri )R/ memberikan data dasar untuk menentukan dan mengevaluasi intervensi yang diberikan.Berikan lingkungan yang nyaman, dan aktivitas hiburan ( misalnya : musik, televisi )R/ meningkatkan relaksasi klien.Ajarkan teknik manajemen nyeri seperti teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi.R/ meningkatkan relaksasi yang dapat menurunkan rasa nyeri klienKolaborasi :Berikan analgesik sesuai kebutuhan untuk nyeri.R/ mengurangi nyeri dan spasme otot(Doenges, 1999)Dx 2Tujuan : Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif dan partisipasi aktif dalam aturan pengobatanKH :Pasien tampak rileksMelaporkan berkurangnya ansietasMengungkapkan perasaan mengenai perubahan yang terjadi pada diri klienIntervensi :Motivasi pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan.R/ memberikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa takut serta kesalahan konsep tentang diagnosisBerikan lingkungan yang nyaman dimana pasien dan keluarga merasa aman untuk mendiskusikan perasaan atau menolak untuk berbicara.R/ membina hubungan saling percaya dan membantu pasien untuk merasa diterima dengan kondisi apa adanyaPertahankan kontak sering dengan pasien dan bicara dengan menyentuh pasien.R/ memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri atau ditolak.Berikan informasi akurat, konsisten mengenai prognosis.R/ dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat keputusan atau pilihan sesuai realita.(Doenges, 1999)Dx 3Tujuan : mengalami peningkatan asupan nutrisi yang adekuatKH : penambahan berat badan, bebas tanda malnutrisi, nilai albumin dalam batas normal ( 3,5 5,5 g% )Intervensi :Catat asupan makanan setiap hariR/ mengidentifikasi kekuatan atau defisiensi nutrisi.Ukur tinggi, berat badan, ketebalan kulit trisep setiap hari.R/ mengidentifikasi keadaan malnutrisi protein kalori khususnya bila berat badan dan pengukuran antropometrik kurang dari normalBerikan diet TKTP dan asupan cairan adekuat.R/ memenuhi kebutuhan metabolik jaringan. Asupan cairan adekuat untuk menghilangkan produk sisa.Kolaborasi :Pantau hasil pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi.R/ membantu mengidentifikasi derajat malnutrisi(Doenges, 1999)Dx 4Tujuan : mengungkapan perubahan pemahaman dalam gaya hidup tentang tubuh, perasaan tidak berdaya, putus asa dan tidak mampu.KH :Mulai mengembangkan mekanisme koping untuk menghadapi masalah secara efektif.Intervensi :Diskusikan dengan orang terdekat pengaruh diagnosis dan pengobatan terhadap kehidupan pribadi pasien dan keluarga.R/ membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan masalah.Motivasi pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan tentang efek kanker atau pengobatan.R/ membantu dalam pemecahan masalahPertahankan kontak mata selama interaksi dengan pasien dan keluarga dan bicara dengan menyentuh pasienR/ menunjukkan rasa empati dan menjaga hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga. (Doenges, 1999)Dx. 5Tujuan : Keluarga dan klien siap menghadapi kemungkinan kehilangan anggota gerak.KH : Pasien menyesuaikan diri terhadap kehilangan anggota gerakMengalami peninggkatan mobilitasIntervensi :Lakukan pendekatan langsung dengan klien.R/ meningkatkan rasa percaya dengan klien.Diskusikan kurangnya alternatif pengobatan.R/ memberikan dukungan moril kepada klien untuk menerima pembedahan.Ajarkan penggunaan alat bantu seperti kursi roda atau kruk sesegera mungkin sesuai dengan kemampuan pasien.R/ membantu dalam melakukan mobilitas dan meningkatkan kemandirian pasien.Motivasi dan libatkan pasien dalam aktifitas bermainR/ secara tidak langgsung memberikan latihan mobilisasi(Wong, 2003)

M. EVALUASI1. Pasien mampu mengontrol nyeria. Melakukan teknik manajemen nyeri,b. Patuh dalam pemakaian obat yang diresepkan.c. Tidak mengalami nyeri atau mengalami pengurangan nyeri saat istirahat, selama menjalankan aktifitas hidup sehari-hari2. Memperlihatkan pola penyelesaian masalah yang efektif.a. Mengemukakan perasaanya dengan kata-katab. Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasienc. Keluarga mampu membuat keputusan tentang pengobatan pasien3. Masukan nutrisi yang adekuata. Mengalami peningkatan berat badanb. Menghabiskan makanan satu porsi setiap makanc. Tidak ada tanda tanda kekurangan nutrisi4. Memperlihatkan konsep diri yang positifa. Memperlihatkan kepercayaan diri pada kemampuan yang dimiliki pasienb. Memperlihatkan penerimaan perubahan citra diri5. Klien dan keluarga siap intuk menghadapi kemungkinan amputasi

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda juall. 2001. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC.Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.Doenges, E, Marilyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan keperawatan pasien. Edisi 3 . Jakarta : EGC.Gole, Danielle & Jane Chorette. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. Jakarta : EGC.Otto, Shirley E. 2003. Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta : EGC.Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. 1998. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC.Rasjad, Choiruddin. 2003. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makasar : Bintang Lamimpatue.Sjamjuhidayat & Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC.Smeltzer & Brenda G. bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol III. Edisi 8. Jakarta : EGC.Wong, Donna. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC