projec lp ca nasofaring

33
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CARSINOMA NOSOFARING Oleh : I Gusti Ayu Intan Widiasih P07120013001 2.1 Reguler POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN

Upload: kira-freedom

Post on 06-Nov-2015

93 views

Category:

Documents


22 download

DESCRIPTION

NKNKKN

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CARSINOMA NOSOFARING

Oleh :

I Gusti Ayu Intan Widiasih

P07120013001

2.1 Reguler

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

DENPASAR

2014

A. PENGERTIAN

Kanker merupakan massa jaringan abnormal tumbuh terus menerus, tidak pernah mati, tumbuh dan tidak terkoordinasi dengan jaringan lain, akibatnya merugikan tubuh dimana ia tumbuh. (Brunner and Suddarth, 2001)Nasofaring sendiri merupakan bagian nasal dari faring yang mempunyai struktur berbentuk kuboid. Pada nasofaring banyak terdapat limfatik dan suplai darah. Struktur anatomis ini mempengaruhi diagnosis, stadium, dan terapi dari kanker tersebut.Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan predileksi di fossa Rossenmuller dan atap nasofaring. Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang terbanyak ditemukan di Indonesia. (Efiaty & Nurbaiti, 2001).B. PENYEBAB

Insidens karsinoma nasofaring yang tinggi ini dihubungkan dengan kebiasaan makan, lingkungan dan virus Epstein-Barr (Sjamsuhidajat, 1997). Tetapi sudah hampir dapat dipastikan bahwa penyebab karsinoma nasofaring adalah virus Epstein-barr, karena pada semua pasien nasofaring didapatkan titer anti-virus EEB yang cukup tinggi (Efiaty & Nurbaiti, 2001).

Menurut Sjamsuhidajat (1998), Mansjoer (1999), dan Iskandar (1989) yang menyebabkan terjadinya carsinoma nasofaring yaitu Virus Epstein Barr yang masuk pada mediator-mediator dibawah ini :

1. Kebiasaan makan yaitu mengkonsumsi ikan asin secara terus menerus, karena adanya zat nitrosamine sebagai mediator.

2. Keadaan sosial-ekonomi yang rendah, lingkungan dan kebiasaan hidup. Dikatakan bahwa udara yang penuh dengan asap dirumah-rumah yang kurang baik ventilasinya di Cina, Indonesia, dan Kenya, dan juga pembakaran dupa dirumah-rumah di Hongkong

3. Adanya kontak dengan zat karsinogen seperti benzopyrenen, benzoanthracene, gas kimia, asap industri, dan asap kayu.

4. Adanya radang kronis daerah nasofaring yang dapat menjadikan rentan terhadap karsinogen lingkungan.

C. EPIDEMIOLOGI/INSIDEN KASUSUrutan tertinggi penderita karsinoma nasofaring adalah suku mongoloid yaitu 2500 kasus baru pertahun. Diduga disebabkan karena mereka memakan makanan yang diawetkan dalam musim dingin dengan menggunakan bahan pengawet nitrosamin. (Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 146).

Kanker nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang paling banyak ditemukan di Indonesia (hampir 60%), sisanya tumor ganas hidung dan sinus paranasal (18%), laring (16%), dan tumor ganas rongga mulut, tonsil, hipofaring (cukup rendah). Prevalensi KNF di Indonesia cukup tinggi yaitu 4,7 per 100.000 penduduk. Sebagian besar datang berobat dalam stadium lanjut, sehingga hasil pengobatan dan prognosis menjadi buruk.

Catatan dari berbagai rumah sakit di Indonesia menunjukkan bahwa KNF menduduki urutan keempat setelah kanker leher rahim, payudara, dan kulit. Distribusi KNF di Indonesia hampir merata di setiap daerah. Di RSCM Jakarta ditemukan lebih dari 100 kasus setahun, RS. Hasan Sadikin Bandung 60 kasus, Makassar 25 kasus, Palembang 25 kasus, Denpasar 15 kasus dan 11 kasus di Padang dan Bukittinggi. Demikian pula di Medan, Semarang, Surabaya dan kota-kota lainnya.

KNF paling banyak dijumpai pada ras mongoloid (cukup tinggi pada penduduk Cina bagian selatan, Hongkong, Vietnam, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Indonesia).

KNF jarang dijumpai pada anak-anak.1 Insiden meningkat setelah usia 30 tahun dan mencapai puncaknya pada usia 40-60 tahun. Semua bentuk KNF banyak dijumpai pada laki-laki dibandingkan perempuan (2,5:1 dan 3:1) dan apa sebabnya belum dapat dijelaskan secara pasti mungkin terdapat kaitan dengan genetik, kebiasan hidup, pekerjaan, dll.D. PHATHOFISIOLOGI Virus Epsteinn-barr adalah virus yang berperan penting dalam timbulnya kanker nasofaring. Virus yang hidup bebas di udara ini bisa masuk ke dalam tubuh dan tetap tinggal di nasofaring tanpa menimbulkan gejala, kanker nasofaring sebenarnya dipicu oleh zat nitrosamine yang ada dalam daging ikan asin. Zat ini mampu mengaktifkan virus Epsteinn-barr yang masuk ke dalam tubuh ikan asin, tetapi juga terdapat dalam makanan yang diawetkan seperti daging, sayuran dan difermentasi (asinan) serta tauco.Infeksi EBV terjadi pada dua tempat utama yaitu sel epitel kelenjar saliva dan sel limfosit. Virus Epstein-Barr bereplikasi dalam sel-sel epitel dan menjadi laten dalam limfosit B. Mula-mula, glikoprotein (gp350/220) pada kapsul EBV berikatan dengan protein CD21 (reseptor virus) di permukaan limfosit B. Masuknya EBV ke dalam DNA limfosit B menyebabkan limfosit B menjadi imortal. Namun, mekanisme masuknya EBV ke dalam sel epitel nasofaring belum dapat dijelaskan dengan pasti. Namun demikian, terdapat dua reseptor yang diduga berperan dalam masuknya EBV ke dalam sel epitel nasofaring yaitu CR2 dan PIGR (Polimeris Imunoglobin Receptor).

Sel yang terinfeksi oleh EBV dapat menimbulkan beberapa kemungkinan yaitu :

a. Sel yang terinfeksi EBV akan mati dan virus akan bereplikasi

b. EBV yang menginfeksi sel akan mati sehingga sel menjadi normal kembali

c. Terjadi reaksi antara sel dan virus yang mengakibatkan transformasi/perubahan sifat sel menjadi ganas sehingga terbentutlah sel kanker.

Gen EBV yang diekspresikan pada penderita KNF adalah gen laten yaitu : EBERs, EBNA1, LMP1, LMP2A dan LMP2B

a. Protein EBNA1 berperan dalam mempertahankan virus pada infeksi laten.

b. Protein transmembran LMP2A dan LMP2B menghambat sinyal tyrosine kinase yang dipercaya dapat menghambat siklus litik virus.

c. Protein transmembran LMP1 (gen yang paling berperan dalam transformasi sel) menjadi perantara sinyal TNF (Tumor Necrosi Factor) dan meningkatkan regulasi sitokin IL-10 yang meningkatkan proliferasi sel B dan menghambat respon imun lokal.

E. GEJALA KLINIS

Gejala karsinoma nasofaring dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu antara lain:1. Gejala nasofaring

Adanya epistaksis ringan atau sumbatan hidung.Terkadang gejala belum ada tapi tumor sudah tumbuh karena tumor masih terdapat dibawah mukosa (creeping tumor)Gejala pada hidung yaitu :

a. Pilek dari satu atau kedua lubang hidung yang terus-menerus atau kronikb. Lendir dapat bercampur darah atau nanah yang berbauc. Epistaksis dapat sedikit atau banyak dan berulangd. Dapat juga hanya berupa riak campur darahe. Obstruksio nasi unilateral atau bilateral bila tumor tumbuh secara eksofilik2. Gangguan pada telingaMerupakan gejala dini karena tempat asal tumor dekat muara tuba Eustachius (fosa Rosenmuller). Gangguan yang timbul akibat sumbatan pada tuba eustachius seperti tinitus, tuli, rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri di telinga (otalgia)3. Gangguan mata dan syarafKarena dekat dengan rongga tengkorak maka terjadi penjalaran melalui foramen laserum yang akan mengenai saraf otak ke III, IV, VI sehingga dijumpai diplopia, juling, eksoftalmus dan saraf ke V berupa gangguan motorik dan sensorik.

Karsinoma yang lanjut akan mengenai saraf otak ke IX, X, XI dan XII jika penjalaran melalui foramen jugulare yang sering disebut sindrom Jackson. Jika seluruh saraf otak terkena disebut sindrom unialteral.Prognosis jelek bila sudah disertai destruksi tulang tengkorak.4. Metastasis ke kelenjar leherYaitu dalam bentuk benjolan medial terhadap muskulus sternokleidomastoid yang akhirnya membentuk massa besar hingga kulit mengkilat. Hal inilah yang mendorong pasien untuk berobat.Suatu kelainan nasofaring yang disebut lesi hiperplastik nasofaring atau LHN telah diteliti dicina yaitu 3 bentuk yang mencurigakan pada nasofaring seperti pembesaran adenoid pada orang dewasa, pembesaran nodul dan mukositis berat pada daerah nasofaring. Kelainan ini bila diikuti bertahun tahun akan menjadi karsinoma nasofaring.

Gejala di atas dapat dibedakan antara :

1. Gejala DiniMerupakan gejala yang dapat timbul waktu tumor masih tumbuh dalam batas-batas nasofaring, jadi berupa gejala setempat yang disebabkan oleh tumor primer (gejala-gejala hidung dan gejala-gejala telinga seperti di atas).

2. Gejala LanjutMerupakan gejala yang dapat timbul oleh karena tumor telah tumbuh melewati batas nasofaring, baik berupa metastasis ataupun infiltrasi dari tumor.F. PEMERIKSAAN PENUNJANGDapat dilakukan pemeriksaan diantaranya yaitu :

1. Pemeriksaan NasofaringPemeriksaan tumor primer di nasofaring dapat dilakukan dengan cara rinoskopi posterior (tidak langsung) dan nasofaringoskop (langsung) serta fibernasofaringoskopi.Pemeriksaan Patologi

Diagnosis pasti KNF ditentukan dengan diagnosis klinik ditunjang dengan diagnosis histopatologik. Diagnosis histopatologik dapat ditegakan bila dikirim suatu material hasil biopsi cucian, hisapan (aspirasi), atau sikatan (brush).

a. Biopsi aspirasi jarum halus pada kelenjar getah bening servikalisSejumlah kasus karsinoma nasofaring diketahui berdasarkan pemeriksaan sitologi biopsi aspirasi kelenjar getah bening servikalis.b. Biopsi

Biopsi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dari hidung dan dari mulut. Biopsi melalui hidung dilakukan tanpa melihat jelas tumornya (blind biopsy). Cunam biopsi dimasukkan melalui rongga hidung menyusuri konka media ke nasofaring kemudian cunam diarahkan ke lateral dan dilakukan biopsi. Biopsi melalui mulut dengan memakai bantuan kateter nelaton yang dimasukkan melalui hidung dan ujung kateter yang berada di dalam mulut ditarik keluar dan diklem bersama-sama dengan ujung kateter yang di hidung. Demikian juga dengan kateter disebelahnya sehingga palatum mole tertarik ke atas. Kemudian dengan kaca laring dilihat daerah nasofaring. Biopsi dilakukan dengan melihat tumor melalui kaca tersebut atau memakai nasofaringoskop yang dimasukkan melalui mulut, massa tumor akan terlihat lebih jelas. Biopsi tumor nasofaring umunya dilakukan dengan anestesi topikal dengan xylocain 10%.

2. Pemeriksaan radiologi Pemeriksaan radiologi bertujuan untuk melihat massa tumor nasofaring dan massa tumor yang menginvasi jaringan sekitarnya yaitu dengan menggunakan :

a. Foto polosFoto bagian atau potongan anteriposterior, lateral, dan waters menunjukkan massa jaringan lunak didaerah nasofaring. Foto dasar tengkorak dapat terlihat destruksi atau erosi tulang didaerah fosa serebri media.

b. Computed Tomografi (CT), dapat memperlihatkan penyebaran ke jaringan ikat lunak pada nasofaring dan penyebaran ke ruang paranasofaring. Sensitif mendeteksi erosi tulang, terutama pada dasar tengkorak. CT scan daerah kepala dan leher terlihat adanya massa dengan terlihat adanya kesuraman. CT scan dengan kontras menunjukkan massa yang besar mengisi sisi posterior dari rongga hidung dan nasofaring dengan perluasan ke sisi kiri dalam daerah nasofaring

c. Magnetic Resonance Imaging (MRI), lebih baik dibandingkan CT dalam membedakan tumor dari peradangan. MRI lebih sensitif dalam mengevaluasi metastasis pada retrofaringeal dan kelenjar limfe yang dalam. MRI dapat mendeteksi infiltrasi tumor ke sumsum tulang, dimana CT tidak dapat mendeteksinya3. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan darah tepi, fungsi hati, ginjal untuk melihat atau mendeteksi metastasis.4. SerologiPemeriksaan serologi IgA anti-EA (early antigen) dan IgA anti-VCA (Viral Capsid Antigen) untuk infeksi EBV telah menunjukkan kemajuan dalam mendeteksi karsinoma nasofaring. Pemeriksaan IgA anti-EA biasanya hanya digunakan untuk menentukan prognosis pengobatan. Virus juga dapat dideteksi dengan pemeriksaan imunohistokimia dantekhnik PCR.5. Pengerokan dengan kuret daerah lateral nasofaring dalam narkosis.G. PENATALAKSANAAN

1. Radioterapi

Sebelumnya persiapan pasien dengan oral hygiene, dan apabila infeksi atau kerusakan gigi harus diobati terlebih dahulu. Dosis yang diberikan 200 rad/hari sampai 6000-6600 rad untuk tumor primer, sedangkan kelenjar leher yang membesar diberi 6000 rad. Jika tidak ada pembesaran kelenjar diberikan juga radiasi efektif sebesar 4000 rad. Ini dapat diberikan pada keadaan kambuh atau pada metastasis tulang yang belum menimbulkan keadaan fraktur patologik. Radiasi dapat menyembuhkan lesi, dan mengurangi rasa nyeri.

2. Pengobatan tambahan

Pengobatan yang diberikan dapat berupa diseksi leher (benjolan di leher yang tidak menghilang pada penyinaran atau timbul kembali setelah penyinaran dan tumor induknya sudah hilang yang terlebih dulu diperiksa dengan radiologik dan serologik), pemberian tetrasiklin, faktor transfer, interferon, kemoterapi, seroterapi, vaksin dan antivirus.

4. Kemoterapi

Sebagai terapi tambahan dan diberikan pada stadium lanjut. Biasanya dapat digabungkan dengan radiasi dengan urutan kemoterapi-radiasi-kemoterapi. Kemoterapi yang dipakai yaitu Methotrexate (50 mg IV hari 1 dan 8) ; Vincristin (2 mg IV hari1) ; Platamin (100 mg IV hari 1) ; Cyclophosphamide (2 x 50 mg oral, hari 1 s/d 10) ; Bleomycin (15 mg IV hari 8). Pada kemoterapi harus dilakukan kontrol terhadap efek samping fingsi hemopoitik, fungsi ginjal dan lain-lain.

5. Operasi

Tindakan operasi berupa diseksi leher radikal, dilakukan jika masih ada sisa kelenjar pasca radiasi atau adanya kekambuhan kelenjar, dengan syarat bahwa tumor primer sudah dinyatakan bersih.

H. ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIANa. Identitas KlienKaji identitas klien, nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis tentang penyakit yang diderita serta alamat klien.b. Riwayat Kesehatan Keluhan Utama

Terdapatnya benjolan berupa tumor ganas daerah kepala dan leher.

Riwayat Kesehatan SekarangKlien sering mengalami pembengkakan atau benjolan pada leher berupa tumor ganas yang terasa nyeri dan sulit untuk digerakkan.

Riwayat Kesehatan DahuluKaji riwayat kesehatan yang dapat memperparah penyakit seperti lingkungan yang berpengaruh seperti iritasi bahan kimia, asap sejenis kayu tertentu. Kebiasaan memasak dengan bahan atau bumbu masak tertentu dan kebiasaan makan makanan yang terlalu panas serta makanan yang diawetkan ( daging dan ikan). Penyakit yang pernah di derita klien pada masa lalu.

Riwayat Kesehatan KeluargaKaji riwayat penyakit keturunan, seperti faktor herediter atau riwayat kanker pada keluarga misal ibu atau nenek dengan riwayat kanker.c. Dasar data pengkajian klien1) Aktivitas/istirahat Gejala : kelemahan dan atau keletihan, perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada malam hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur missal : nyeri, ansietas, berkeringat malam.2) Sirkulasi

Akibat metastase tumor terdapat palpitasi, nyeri dada, penurunan tekanan

3) Integritas ego

Faktor stres, masalah tentang perubahan penampilan, menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, kehilangan kontrol, depresi, menarik diri, marah.

4) Eliminasi

Perubahan pola defekasi konstipasi atau diare, perubahan eliminasi urin, perubahan bising usus, distensi abdomen.

5) Neurosensori Gejala : gangguan pendengaran dan penghidu, adanya pusing, sinkope.6) Nyeri atau kenyamananRasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri telinga (otalgia), rasa kaku di daerah leher karena fibrosis jaringan akibat penyinaran. Gejala : nyeri terjadi pada bagian nasofaring, terasa panas.7) Pernapasan Gejala: adanya asap pabrik atau industryTanda : pada pemeriksaan penunjang dapat terlihat adanya sumbatan seperti massa.

8) Keamanan

Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama atau berlebihan, demam, ruam kulit.

9) Makanan atau CairanGejala: anoreksia, mual atau muntah, intoleransi makananTanda : mulut rasa kering, perubahan berat badan, perubahan pada kelembaban atau turgor kulit.10) Interaksi sosial

Ketidakadekuatan atau kelemahan sistem pendukungd. Pemeriksaan Fisik Inspeksi : Wajah, mata, rongga mulut dan leher. Bagian leher terdapat benjolan, terlihat pada benjolan warna kulit mengkilat. Palpasi : saat dipalpasi adanya massa yang besar, selain itu terasa nyeri apabila ditekan. Pemeriksaan THT

i) Otoskopi : Liang telinga, membran timpani.

ii) Rinoskopia anterior, yaitu :

Pada tumor endofilik tak jelas kelainan di rongga hidung, mungkin hanya banyak sekret.

Pada tumor eksofilik, tampak tumor di bagian belakang rongga hidung, tertutup sekret mukopurulen, fenomena palatum mole negatif.iii) Rinoskopia posterior, yaitu :

Pada tumor indofilik tak terlihat masa, mukosa nasofaring tampak agak menonjol, tak rata dan paskularisasi meningkat. Pada tumor eksofilik tampak masa kemerahan.iv) Faringoskopi dan laringoskopi, yaitu : Kadang faring menyempit karena penebalan jaringan retrofaring; reflek muntah dapat menghilang.

v) X foto : tengkorak lateral, dasar tengkorak, CT Scan 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi berlebihan

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (pembedahan)3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutisi in adekuat, anoreksia, mual muntah sekunder akibat kemoterapi radiasi4. Gangguan sensori persepsi berhubungan dengan gangguan status organ sekunder metastase tumor5. Resti kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan imunologi, dan efek radiasi kemoterapi6. Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan infasive, imunitas tubuh menurun

7. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya berhubungan dengan misintepretasi informasi, ketidak familiernya sumber informasi.

8. Resiko aspirasi berhubungan dengan inefektif reflek menelan

9. Defisit self care berhubungan dengan kelemahan10. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan efek samping radioterapi (kehilangan rambut) dan perubahan gaya hidup3. RENCANA KEPERAWATAN

NODIAGNOSATUJUANINTERVENSI

1Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi berlebihanSetelah dilakukan asuhan keperawatanjam diharapkan terjadi kepatenan jalan nafas pada status respirasi pasien dengan kriteria hasil :

1. Tidak ada panas

2. Cemas tidak ada

3. Obstruksi tidak ada

4. Respirasi dalam batas normal 16-20x/mnt

5. Pengeluaran sputum dari jalan nafas

6. Paru bersihAirway (Manajemen Jalan Nafas)

a. Bebaskan jalan nafasb. Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi

c. Identifikasi apakah klien membutuhkan insertion airwayd. Jika perlu, lakukan terapi fisik (dada)

e. Auskultasi suara nafas, catat daerah yang terjadi penurunan atau tidak adanya ventilasi

f. Berikan bronkhodilator, jika perlu

g. Atur pemberian O2, jika perlu

h. Atur intake cairan agar seimbang

i. Atur posisi untuk mengurangi dyspnea

j. Monitor status pernafasan dan oksigenasi

Airway Suctioning (Suction Jalan Nafas)

a. Keluarkan sekret dengan dorongan batuk atau suctioningb. Lakukan suction pada endotrakhel atau nasotrakhel, jika perlu

2Nyeri akut b/d agen injuri fisikSetelah dilakukan asuhan keperawatanjam diharapkan klien menunjukkan tingkat kenyamanan dan level nyeri klien terkontrol dengan kriteria hasil :1. Klien melaporkan nyeri berkurang (skala nyeri 2-3)

2. Ekspresi wajah tenang, klien mampu istirahat dan tidur3. Tanda Vital normal (TD : 120/80 mmHg, N : 60-100 x/mnt, RR : 16-20x/mnt, S : 36C)

Manajemen Nyeria. Kaji tingkat nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasib. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamananc. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien sebelumnyad. Kontrol faktor lingkungan yang mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, kebisingane. Kurangi faktor presipitasi nyeri

f. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologis atau non farmakologis)

g. Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk mengetasi nyerih. Berikan analgetik untuk mengurangi nyerii. Evaluasi tindakan pengurang nyeri atau kontrol nyerij. Kolaborasi dengan dokter bila ada komplain tentang pemberian analgetik tidak berhasilk. Monitor penerimaan klien tentang manajemen nyeriAdministrasi Analgetika. Cek riwayat alergi

b. Cek program pemberian analgetik (jenis, dosis, dan frekuensi)

c. Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian analgetik.d. Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri muncule. Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala efek samping

3

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake nutisi in adekuat, anoreksia, mual muntah sekunder akibat kemoterapi radiasi

Setelah dilakukan asuhan keperawatanjam diharapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi dengan criteria hasil :

1. BB stabil tidak terjadi mal nutrisi

2. Melaporkan penurunan mual dan insiden muntah3. Tingkat energi adekuat

4. Masukan nutrisi adekuat

5. Menunjukkan turgor kulit normal dan membran mukosa yang lembabManajemen Nutrisia. Kaji pola makan klienb. Kaji adanya alergi makananc. Kaji makanan yang disukai oleh klien

d. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penyediaan nutrisi terpilih sesuai dengan kebutuhan klien

e. Berikan dorongan higiene oral yang seringf. Anjurkan klien untuk meningkatkan asupan nutrisinya

g. Yakinkan diet yang dikonsumsi mengandung cukup serat untuk mencegah konstipasi

h. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi dan pentingnya bagi tubuh klien.

Monitor Nutrisia. Monitor BB setiap hari jika memungkinkan

b. Monitor respon klien terhadap situasi yang mengharuskan klien makan

c. Monitor lingkungan selama makan dengan kontrol faktor bau dan panadangan yang tidak sedap, dlld. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak bersamaan dengan waktu klien makan

e. Monitor adanya mual muntah

f. Monitor adanya gangguan dalam proses mastikasi/input makanan misalnya perdarahan, bengkak dsb

g. Monitor intake nutrisi dan kalorih. Ukur TB, BB dan ketebalan kulit trisep (pengukuran antropometri)

4

Gangguan sensori persepsi b/d gangguan status organ sekunder metastase tumorSetelah dilakukan asuhan keperawatanjam diharapkan klien mampu beradaptasi terhadap perubahan sensori pesepsidengan kriteria hasil :

1. Mengenal gangguan dan berkompensasi terhadap perubahanSensori

a. Tentukan ketajaman penglihatan, apakah satu atau dua mata terlibatb. Orientasikan pasien terhadap lingkunganc. Observasi tanda-tanda dan gejala disorientasid. Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabure. Bicara dengan gerak mulut yang jelasf. Bicara pada sisi telinga yang sehat

5Resti kerusakan integritas kulit b/d penurunan imunologi, dan efek radiasi kemoterapi.Setelah dilakukan asuhan keperawatanjam diharapkan integritas kulit klien tetap terjaga dengan kriteria hasil :

1. Menunjukkan perubahan yang minimal pada kulit dan menghindari trauma pada area kulit yang sakitIntegritas Kulit

a. Kaji kulit dengan sering terhadap efek samping kankerb. Mandikan dengan menggunakan air hangat dan sabun ringanc. Hindari menggosok atau menggaruk aread. Anjurkan pasien untuk menghindari krim kulit apapun, bedak, salep apapun kecuali diijinkan doktere. Oleskan vitamin A dan D pada area tersebutf. Tinjau ulang efek samping dermatologis yang dicurigai pada kemoterapi

6Risiko infeksi b/d imunitas tubuh primer menurun, prosedur invasiveSetelah dilakukan asuhan keperawatanjam diharapkan tidak terdapat faktor risiko infeksi pada klien dibuktikan dengan status imune klien adekuat ; bebas dari gejala infeksi ; angka lekosit normal (4-11.000)Kontrol Infeksia. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain

b. Batasi pengunjung bila perlu

c. Intruksikan kepada keluarga untuk mencuci tangan saat kontak dan sesudahnya

d. Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatane. Gunakan baju dan sarung tangan sebagai alat pelindung

f. Pertahankan lingkungan yang aseptik selama pemasangan alat

g. Lakukan perawatan luka dan dresing infus setiap hari

h. Tingkatkan intake nutrisi dan cairani. Berikan antibiotik sesuai programProteksi terhadap infeksia. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local

b. Monitor hitung granulosit dan WBC

c. Monitor kerentanan terhadap infeksi

d. Pertahankan teknik aseptik untuk setiap tindakan

e. Inspeksi kulit dan mebran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase

f. Inspeksi kondisi luka, insisi bedahg. Ambil kultur jika perluh. Dorong istirahat yang cukup

i. Monitor perubahan tingkat energy

j. Dorong peningkatan mobilitas dan latihan

k. Instruksikan klien untuk minum antibiotik sesuai program

l. Ajarkan keluarga/klien tentang tanda dan gejala infeksi

m. Laporkan kecurigaan infeksin. Laporkan jika kultur positif.

7Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya b/d miss intepretasi informasi, ketidak familiernya sumber informasiSetelah dilakukan asuhan keperawatan................jam diharapkan pengetahuan klien meningkat, dengan criteria hasil :

1. Klien atau keluarga mampu menjelaskan kembali penjelasan yang telah dijelaskan2. Klien atau keluarga kooperatif saat dilakukan tindakan.

Dissease Process

a. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang proses penyakitb. Jelaskan tentang patofisiologi penyakit, tanda dan gejala serta penyebab

c. Sediakan informasi tentang kondisi kliend. Siapkan keluarga atau orang-orang yang berarti dengan informasi tentang perkembangan klien

e. Sediakan informasi tentang diagnosa klienf. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau kontrol proses penyakit

g. Diskusikan tentang pilihan tentang terapi atau pengobatanh. Jelaskan alasan dilaksanakannya tindakan atau terapii. Dorong klien untuk menggali pilihan-pilihan atau memperoleh alternatif pilihanj. Gambarkan komplikasi yang mungkin terjadik. Anjurkan klien untuk mencegah efek samping dari penyakitl. Gali sumber-sumber atau dukungan yang adam. Anjurkan klien untuk melaporkan tanda dan gejala yang muncul pada petugas kesehatan

8Risiko aspirasi b/d inefektifnya reflek menelanSetelah dilakukan asuhan keperawatanjam diharapkan tidak terjadi aspirasi dengan criteria hasil :

1. Dapat bernafas dengan mudah dan frekuensi normal (16-20x/mnt).2. Pasien mampu menelan, mengunyah tanpa terjadi aspirasi, dan mampu melakukan oral hygien, serta posisi tegak selama makan atau minum

3. Jalan nafas paten, mudah bernafas, tidak merasa tercekik dan tidak ada suara nafas abnormalAspiration Precautiona. Monitor tingkat kesadaran, reflek batuk dan kemampuan menelanb. Monitor status paruc. Pelihara jalan nafasd. Monitor tanda vital

e. Lakukan suction jika diperlukanf. Cek nasogastrik sebelum makang. Hindari makan kalau residu masih banyakh. Potong makanan kecil kecili. Haluskan obat sebelum pemberianj. Naikkan kepala 30-45 derajat pada saat dan setelah makank. Jika pasien menunjukkan gejala mual muntah, posisikan klien miring

l. Jika perlu suapi klien perlahan dan berikan waktu cukup untuk mengunyah atau menelan

9Defisit self care b/d kelemahanSetelah dilakukan asuhan keperawatanjam diharapkan klien mampu melakukan Perawatan diri

Self care : Activity Daily Living (ADL) dengan criteria hasil :1. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari (makan, berpakaian, kebersihan, toileting, ambulasi)2. Kebersihan diri pasien terpenuhi

Bantuan Perawatan Diria. Monitor kemampuan pasien terhadap perawatan diri

b. Monitor kebutuhan akan personal hygiene, berpakaian, toileting dan makanc. Beri bantuan sampai klien mempunyai kemapuan untuk merawat dirid. Bantu klien dalam memenuhi kebutuhannya

e. Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuannyaf. Pertahankan aktivitas perawatan diri secara ruting. Evaluasi kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari

h. Berikan reinforcement atas usaha yang dilakukan dalam melakukan perawatan diri sehari hari.

10Gangguan harga diri rendah b/d efek samping radioterapi (kehilangan rambut) dan perubahan gaya hidup

Setelah dilakukan asuhan keperawatanjam diharapkan klien menerima keadaan dirinya dengan criteria hasil :1. Mengatakan penerimaan diri dan keterbatasan diri2. Menjaga kontak mata3. Komunikasi terbuka4. Secara seimbang dapat berpartisipasi dan mendengarkan dalam kelompok5. Menerima kritik yang konstruktif6. Menggambarkan kebanggaan terhadap diriPeningkatan Harga Diria. Dorong diskusi tentang atau pecahkan masalah tentang efek kankerb. Monitor pernyataan pasien tentang harga diric. Gunakan sentuhan selama interaksid. Anjurkan kontak mata jika berkomunikasi dengan orang laine. Berikan pengalaman yang meningkatkan otonomi pasienf. Fasilitasi lingkungan dan aktivitas meningkatkan harga diri.g. Monitor frekuensi pasien mengucapkan negatif pada diri sendiri.h. Anjurkan pasien untuk tidak mengkritik negatif terhadap dirinyai. Sampaikan percaya diri terhadap kemampuan pasien mengatasi situasi

j. Bantu pasien menetapkan tujuan yang realistik dalam mencapai peningkatan harga dirik. Bantu pasien menilai kembali persepsi negatif terhadap dirinyal. Gali alasan pasien mengkritik diri sendiri

m. Berikan reward kepada pasien terhadap perkembangan dalam pencapaian tujuann. Beri dukungan emosi untuk pasien atau orang terdekat selama tes diagnostik dan fase pengobatan

DAFTAR PUSTAKASmeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Volume 1. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.Efiaty Arsyad Soepardi & Nurbaiti Iskandar. 2001. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : Buku Kdokteran EGC.Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosa keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014 oleh NANDA International. Jakarta : EGC.Hartanto. 2009. Laporan Pendahuluan Carsinoma Nasofaring. (Online) available : http://asuhan-keperawatan-yuli.blogspot.com/2009/11/laporan-pendahuluan-carsinoma.html. (8 November 2014)Arya, Fandy. 2013. Laporan Pendahuluan Askep Pada Klien Dengan CA Nasofaring. (Online) available : http://fandyarya2.blogspot.com/2013/05/laporan-pendahuluan-askep-pada-klien.html. (8 November 2014)Cicilia. 2011. Asuhan Keperawatan Ca Nasofaring. (Online) Available : Http://Bangeud.Blogspot.Com/2011/11/Asuhan-Keperawatan-Ca-Nasofaring.Html. (8 November 2014)