lp bph gejala & tanda klinik grade komplikasi penatalaksanaan

7
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN BPH GEJALA & TANDA KLINIK | GRADE | KOMPLIKASI | PENATALAKSANAAN D. GEJALA DAN TANDA KLINIK 1. Gejala dan tanda subyektif Gejala-gejala pembesaran prostat jinak dikenal sebagai Lower Urinar Tract Symtoms (LUTS) yang dibedakan menjadi gejala iritasi dan obstruktif a. Gejala iritasi : yaitu sering miksi (frekuensi), terbangun untuk miksi di malam hari (nokturia), perasaan sering miksi yang sangat mendesak (urgensi) dan nyeri pada saat miksi. b. Gejala Obstruksi adalah pancaran melemah, rasa tidak lampias sehabis miksi, jika ingin miksi harus tunggu menunggu (hesistansi), harus mengedan (straining), kencing terputus-putus (intermittency) dan waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadu retensio urine dan inkontinen karena overflow. 2. Gejala dan tanda obyektif Macam-macam pembesaran prostat a. Derajat Rectal 1) Derajat 0 0 – 1 cm 2) Derajat I 1 – 2 cm 3) Derajat II 2 – 3 cm 4) Derajat III 3 – 4 cm 5) Derajat IV > 4 cm

Upload: yan-ghayut

Post on 25-Oct-2015

58 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Gejala & Tanda Klinik Grade Komplikasi Penatalaksanaan BPH

TRANSCRIPT

Page 1: Lp Bph Gejala & Tanda Klinik Grade Komplikasi Penatalaksanaan

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN BPH

GEJALA & TANDA KLINIK | GRADE | KOMPLIKASI | PENATALAKSANAAN

D. GEJALA DAN TANDA KLINIK

1. Gejala dan tanda subyektif

Gejala-gejala pembesaran prostat jinak dikenal sebagai Lower Urinar Tract

Symtoms (LUTS) yang dibedakan menjadi gejala iritasi dan obstruktif

a. Gejala iritasi : yaitu sering miksi (frekuensi), terbangun untuk miksi di malam

hari (nokturia), perasaan sering miksi yang sangat mendesak (urgensi) dan

nyeri pada saat miksi.

b. Gejala Obstruksi adalah pancaran melemah, rasa tidak lampias sehabis miksi,

jika ingin miksi harus tunggu menunggu (hesistansi), harus mengedan

(straining), kencing terputus-putus (intermittency) dan waktu miksi

memanjang yang akhirnya menjadu retensio urine dan inkontinen karena

overflow.

2. Gejala dan tanda obyektif

Macam-macam pembesaran prostat

a. Derajat Rectal

1) Derajat 0 0 – 1 cm

2) Derajat I 1 – 2 cm

3) Derajat II 2 – 3 cm

4) Derajat III 3 – 4 cm

5) Derajat IV > 4 cm

b. Derajat Klinik residual urine kateterisasi

1) Derajat 0 0 ml

2) Derajat I 0 – 50 ml

3) Derajat II 50 – 150 ml

4) Derajat III > 150 ml

5) Derajat IV Retensio Urine Total

c. Derajat Intra Vesical Ro (cystogram) bila lobus medialis melewati uretra

III derajat vesical.

d. Derajat uretral

Page 2: Lp Bph Gejala & Tanda Klinik Grade Komplikasi Penatalaksanaan

Panendoscopy Lobus Lateralis menonjol keluar lumen uretra

E. GRADE BPH

1. Stadium I

a. Keluar urine tidak lampias.

b. Pancaran urine lemah.

c. Harus mengedan.

d. Nochturia.

e. Sisa urine 0 - < 50 ml

2. Stadium II

a. Ada sisi urine : 50 – 150 ml.

b. Cystitis.

c. Nochturia bertambah.

d. Hematuria (kadang-kadang).

e. Cystoscopy dinding kandung kemih tebal otot hipertrofi

3. Stadium III

a. Sisa urine : > 150 ml.

b. Infeksi semakin hebat.

c. Panas meningkat, menggigil.

d. Nyeri di daerah pinggang pylitis.

e. Trabekulasi bertambah banyak.

4. Stadium IV

a. Air Kencing keluar menetes periodik.

b. Bila overflow inkofinensia dibiarkan dengan adanya infeksi dapat terjadi

urosepsi hebat

c. Menggigil, panas tinggi (40-41oC).

d. Kesadaran menurun.

E. KOMPLIKASI

Apabila buli-buli menjadi dekompensasi akan terjadi retensio urine. Karena

produksi urine terus berlanjut maka akan pada suatu saat buli-buli tidak mampu lagi

menampung urine sehingga tekanan intravaskuler meningkat sehingga menimbulkan

Page 3: Lp Bph Gejala & Tanda Klinik Grade Komplikasi Penatalaksanaan

hirdoureter, hidronefrosis, dan gagal ginjal. Proses perusakan ginjal dipercepat jika

terjadi infeksi. Karena selalu terdapat sisa urine dapat terbentuk batu endapan dalam

buli-buli. Batu tersebut dapat pula menimbulkan hematuri. Batu tersebut dapat pula

menimbulkan sistisis dan bila terbentuk refluk dapat terjadi pielonefritis pada waktu

miksi pasien harus mengedan sehingga lama kelamaan dapat menyebabkan hernia

atau hemoroid.

F. PENATALAKSANAAN

1. Observasi

Biasanya dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan (skor modsen

inversi 9). Nasihat yang diberikan yaitu mengurangi minum setelah makan

malam untuk mengurangi nokturia, menghindari obat-obatan dekongestan (para

simatolik), mengurangi minum kopi dan tidak diperbolehkan minum alkohol agar

tidak terlalu sering miksi. Setiap 3 bulan lakukan kontrol keluhan (system skor),

sisa kencing, dan periksa colok dubur.

2. Terapi Medikamentosa

a. Penghambat andrenergik alpha.

Obat-obatan sering dipakai adalah prazan, tetrazan, tetrasoin, afluzan atau

yang lebih selektif -1 adrenergik karena secara selektif mengurangi

obstruksi pada buli-buli tanpa merusak kontraktilitas detrusor. Obat ini

menghambat reseptor-reseptor yang banyak ditemukan pada otot polos di

trigonum, leher vesika, prostat, dan kapsul prostat sehingga terjadi relaksasi

didaerah prostat. Hal ini akan menurunkan tekanan pada uretra parsprotatika

sehingga gangguan aliran seni dan gejala-gejala berkurang. Biasanya pasien

mulai merasakan berkurangnya keluhan dalam waktu 1-2 minggu setelah

mulai memakai obat. Efek samping yang mungkin timbul adalah pusing-

pusing, capek, sumbatan hidung, dan rasa lemah.

b. Penghambat enzim 5-reduktase

Obat yang dipakai adalah finanstride (proskar) dengan dosis 1x5 mg/hr. Obat

golongan ini dpat menghambat pembentukan DHT sehingga prostat yang

membesar akan mengecil. Efektifitas dari pengobatan ini 6-7 bulan baru

menunjukan perbaikan sedikit dari keluhan pasien. Salah satu efek ini adalah

melemahnya libido, ginekomastia dan menurunkan nilai PSA.

Page 4: Lp Bph Gejala & Tanda Klinik Grade Komplikasi Penatalaksanaan

3. Terapi Bedah

Waktu penanganan untuk tiap pasien bervariasi tergantung berat

ringannya masalah (gejala) dan komplikasi. Indikasi absolut untuk terapi bedah

adalah salah satu dari gejala dibawah ini, yaitu :

a. Retensio urine

b. Hematuria

c. Tanda penurunan fungsi ginjal.

d. Infeksi saluran kemih berulang.

e. Tanda-tanda obstruksi berat diventrikel, hidroureter, hidrinefrosis.

f. Ada batu saluran kemih.

Jenis pengobatan ini paling tinggi efektifitasnya, intervensi bedah yang

dapat dilakukan meliputi Trans Uretral Resection of the Prostat ( TUR-P ).

Prostatektomi terbuka dan prostatektomi dengan laser Nd-YAG/Ho-YAG.

TURP adalah singkatan dari transurethral resection of the prostate.

Adalah suatu tindakan endoskopis pengurangan masa prostat (prostatektomi)

dengan tujuan agar kencing dapat mengalir lancar. Pada operasi ini dilakukan

dengan alat endoskopi yang dimasukkan kedalam urretra (penis). Pengerokan

jaringan prostat dengan bantuan elektrokauter. Adapun jalannya operasi tersebut

adalah:

a. pasien dalam kondisi terbius (umum ataupun regional) posisi terlentang

dan kedua kaki di tekuk 90 derajad di lutut dan pinggul.

b. dilakukan penilaian kandung kencing dan prostat.

c. dilakukan pengerokan prostat hingga seluruh lobus yang menyumbat

dikerok.

d. pembuangan sisa kerokan prostat.

e. kontrol perdarahan.

Adapun hal yang perlu diperhatikan bahwa setiap operasi endoskopis

harus dipersiapkan operasi terbuka (open). Tindakan operasi terbuka dilakukan

jika terjadi penyulit selama operasi yang tak dapat ditangani secara endoskopis.

Indikator TUR-P ialah gejala-gejala sedang sampai berat, volume prostat

kurang dari 90 garam dan pasien cukup sehat untuk menjalani operasi.

Komplikasi TUR-P jangka pendek ada perdarahan, infeksi, hiponatremia (TUR-

Page 5: Lp Bph Gejala & Tanda Klinik Grade Komplikasi Penatalaksanaan

P) atau retensi karena bekuan darah. Sedangkan jangka panjang struktur uretra,

ejakulasi retrograde (50-90%) atau impotensi (4-40%). Bila volume prostat tidak

terlalu besar atau ditemukan kontraktur leher vesika atau prostat vibrotik dapat

dilakukan TUI-P. Indikasi TUI-P ialah keluhan sedang atau berat dengan volume

retrograde (0-37%).

4. Terapi Insosif Minimal.

a. Trasurethral Microwave Thermotheraphy (TIUMT).

b. Dilatasi Balon Transurethral. (TBUD).

c. High Intensity Focussed Ultrasound.

d. Ablasi Jarum Transurethra (TUNA).

e. Stend Prostat.