lp bph gejala & tanda klinik grade komplikasi penatalaksanaan
DESCRIPTION
Gejala & Tanda Klinik Grade Komplikasi Penatalaksanaan BPHTRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN BPH
GEJALA & TANDA KLINIK | GRADE | KOMPLIKASI | PENATALAKSANAAN
D. GEJALA DAN TANDA KLINIK
1. Gejala dan tanda subyektif
Gejala-gejala pembesaran prostat jinak dikenal sebagai Lower Urinar Tract
Symtoms (LUTS) yang dibedakan menjadi gejala iritasi dan obstruktif
a. Gejala iritasi : yaitu sering miksi (frekuensi), terbangun untuk miksi di malam
hari (nokturia), perasaan sering miksi yang sangat mendesak (urgensi) dan
nyeri pada saat miksi.
b. Gejala Obstruksi adalah pancaran melemah, rasa tidak lampias sehabis miksi,
jika ingin miksi harus tunggu menunggu (hesistansi), harus mengedan
(straining), kencing terputus-putus (intermittency) dan waktu miksi
memanjang yang akhirnya menjadu retensio urine dan inkontinen karena
overflow.
2. Gejala dan tanda obyektif
Macam-macam pembesaran prostat
a. Derajat Rectal
1) Derajat 0 0 – 1 cm
2) Derajat I 1 – 2 cm
3) Derajat II 2 – 3 cm
4) Derajat III 3 – 4 cm
5) Derajat IV > 4 cm
b. Derajat Klinik residual urine kateterisasi
1) Derajat 0 0 ml
2) Derajat I 0 – 50 ml
3) Derajat II 50 – 150 ml
4) Derajat III > 150 ml
5) Derajat IV Retensio Urine Total
c. Derajat Intra Vesical Ro (cystogram) bila lobus medialis melewati uretra
III derajat vesical.
d. Derajat uretral
Panendoscopy Lobus Lateralis menonjol keluar lumen uretra
E. GRADE BPH
1. Stadium I
a. Keluar urine tidak lampias.
b. Pancaran urine lemah.
c. Harus mengedan.
d. Nochturia.
e. Sisa urine 0 - < 50 ml
2. Stadium II
a. Ada sisi urine : 50 – 150 ml.
b. Cystitis.
c. Nochturia bertambah.
d. Hematuria (kadang-kadang).
e. Cystoscopy dinding kandung kemih tebal otot hipertrofi
3. Stadium III
a. Sisa urine : > 150 ml.
b. Infeksi semakin hebat.
c. Panas meningkat, menggigil.
d. Nyeri di daerah pinggang pylitis.
e. Trabekulasi bertambah banyak.
4. Stadium IV
a. Air Kencing keluar menetes periodik.
b. Bila overflow inkofinensia dibiarkan dengan adanya infeksi dapat terjadi
urosepsi hebat
c. Menggigil, panas tinggi (40-41oC).
d. Kesadaran menurun.
E. KOMPLIKASI
Apabila buli-buli menjadi dekompensasi akan terjadi retensio urine. Karena
produksi urine terus berlanjut maka akan pada suatu saat buli-buli tidak mampu lagi
menampung urine sehingga tekanan intravaskuler meningkat sehingga menimbulkan
hirdoureter, hidronefrosis, dan gagal ginjal. Proses perusakan ginjal dipercepat jika
terjadi infeksi. Karena selalu terdapat sisa urine dapat terbentuk batu endapan dalam
buli-buli. Batu tersebut dapat pula menimbulkan hematuri. Batu tersebut dapat pula
menimbulkan sistisis dan bila terbentuk refluk dapat terjadi pielonefritis pada waktu
miksi pasien harus mengedan sehingga lama kelamaan dapat menyebabkan hernia
atau hemoroid.
F. PENATALAKSANAAN
1. Observasi
Biasanya dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan (skor modsen
inversi 9). Nasihat yang diberikan yaitu mengurangi minum setelah makan
malam untuk mengurangi nokturia, menghindari obat-obatan dekongestan (para
simatolik), mengurangi minum kopi dan tidak diperbolehkan minum alkohol agar
tidak terlalu sering miksi. Setiap 3 bulan lakukan kontrol keluhan (system skor),
sisa kencing, dan periksa colok dubur.
2. Terapi Medikamentosa
a. Penghambat andrenergik alpha.
Obat-obatan sering dipakai adalah prazan, tetrazan, tetrasoin, afluzan atau
yang lebih selektif -1 adrenergik karena secara selektif mengurangi
obstruksi pada buli-buli tanpa merusak kontraktilitas detrusor. Obat ini
menghambat reseptor-reseptor yang banyak ditemukan pada otot polos di
trigonum, leher vesika, prostat, dan kapsul prostat sehingga terjadi relaksasi
didaerah prostat. Hal ini akan menurunkan tekanan pada uretra parsprotatika
sehingga gangguan aliran seni dan gejala-gejala berkurang. Biasanya pasien
mulai merasakan berkurangnya keluhan dalam waktu 1-2 minggu setelah
mulai memakai obat. Efek samping yang mungkin timbul adalah pusing-
pusing, capek, sumbatan hidung, dan rasa lemah.
b. Penghambat enzim 5-reduktase
Obat yang dipakai adalah finanstride (proskar) dengan dosis 1x5 mg/hr. Obat
golongan ini dpat menghambat pembentukan DHT sehingga prostat yang
membesar akan mengecil. Efektifitas dari pengobatan ini 6-7 bulan baru
menunjukan perbaikan sedikit dari keluhan pasien. Salah satu efek ini adalah
melemahnya libido, ginekomastia dan menurunkan nilai PSA.
3. Terapi Bedah
Waktu penanganan untuk tiap pasien bervariasi tergantung berat
ringannya masalah (gejala) dan komplikasi. Indikasi absolut untuk terapi bedah
adalah salah satu dari gejala dibawah ini, yaitu :
a. Retensio urine
b. Hematuria
c. Tanda penurunan fungsi ginjal.
d. Infeksi saluran kemih berulang.
e. Tanda-tanda obstruksi berat diventrikel, hidroureter, hidrinefrosis.
f. Ada batu saluran kemih.
Jenis pengobatan ini paling tinggi efektifitasnya, intervensi bedah yang
dapat dilakukan meliputi Trans Uretral Resection of the Prostat ( TUR-P ).
Prostatektomi terbuka dan prostatektomi dengan laser Nd-YAG/Ho-YAG.
TURP adalah singkatan dari transurethral resection of the prostate.
Adalah suatu tindakan endoskopis pengurangan masa prostat (prostatektomi)
dengan tujuan agar kencing dapat mengalir lancar. Pada operasi ini dilakukan
dengan alat endoskopi yang dimasukkan kedalam urretra (penis). Pengerokan
jaringan prostat dengan bantuan elektrokauter. Adapun jalannya operasi tersebut
adalah:
a. pasien dalam kondisi terbius (umum ataupun regional) posisi terlentang
dan kedua kaki di tekuk 90 derajad di lutut dan pinggul.
b. dilakukan penilaian kandung kencing dan prostat.
c. dilakukan pengerokan prostat hingga seluruh lobus yang menyumbat
dikerok.
d. pembuangan sisa kerokan prostat.
e. kontrol perdarahan.
Adapun hal yang perlu diperhatikan bahwa setiap operasi endoskopis
harus dipersiapkan operasi terbuka (open). Tindakan operasi terbuka dilakukan
jika terjadi penyulit selama operasi yang tak dapat ditangani secara endoskopis.
Indikator TUR-P ialah gejala-gejala sedang sampai berat, volume prostat
kurang dari 90 garam dan pasien cukup sehat untuk menjalani operasi.
Komplikasi TUR-P jangka pendek ada perdarahan, infeksi, hiponatremia (TUR-
P) atau retensi karena bekuan darah. Sedangkan jangka panjang struktur uretra,
ejakulasi retrograde (50-90%) atau impotensi (4-40%). Bila volume prostat tidak
terlalu besar atau ditemukan kontraktur leher vesika atau prostat vibrotik dapat
dilakukan TUI-P. Indikasi TUI-P ialah keluhan sedang atau berat dengan volume
retrograde (0-37%).
4. Terapi Insosif Minimal.
a. Trasurethral Microwave Thermotheraphy (TIUMT).
b. Dilatasi Balon Transurethral. (TBUD).
c. High Intensity Focussed Ultrasound.
d. Ablasi Jarum Transurethra (TUNA).
e. Stend Prostat.