lp bph
TRANSCRIPT
5/17/2018 Lp BPH - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-bph-55b07dac84e60 1/36
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Hiperplasia Prostat Benigna (BPH) adalah kondisi patologis yang
paling umum pada pria lansia dan penyebab kedua yang paling sering
untuk intervensi medis pada pria di atas usia 60 tahun (Brunner &
Suddarth, 1999).
BPH adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat yang
menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran
urinarius (Doenges, 2000).
Dahulu disebut juga sebagai hipertrofi prostat jinak ( Benign Prostat
Hipertropy = BPH), istilah hipertrofi karena yang terjadi adalah
hiperplasia kelenjar periuretral yang mendesak jaringan prostat yang asli
ke periper dan menjadi simpai bedah (Mansjoer, Arief, 2000).
2. Anatomi dan fisiologi
a. Anatomi Prostat
Merupakan kelenjar yang berada dibawah vesika urinaria melekat
pada dinding bawah vesika urinaria disekitar uretra bagian atas.
Kelenjar prostat kira-kira sebesar buah kenari, berat prostat pada orang
dewasa normal kira-kira 20 gram, yang letaknya retroperitonial,
6
5/17/2018 Lp BPH - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-bph-55b07dac84e60 2/36
melingkari leher kandung kemih dan uretral dan terdiri dari kelenjar
majemuk, saluran-saluran dan otot polos.
Kelenjar prostat, merupakan suatu kelenjar yang terdiri dari 30 – 50
kelenjar, yang terbagi atas lima lobus, yaitu lobus posterior, medius,
anterior dan dua lobus lateral, tetapi selama perkembangan selanjutnya
ketiga lobus posterior bersatu dan disebut lobus medius saja. Pada
penampang, lobus medius kadang-kadang tidak tampak karena terlalu
kecil dan lobus-lobus lain tampak homogen berwarna keabu-abuan,
dengan kista kecil-kecil berisi cairan seperti susu. Kista-kista ini ialah
kelenjar-kelenjar postat.
b. Fisiologi
Prostat ialah suatu alat tubuh yang bergantung pengaruh endokrin dan
dapat dianggap imbangan (counterpart ) dari pada payudara pada
wanita. Fungsi kelenjar prostat, menambah cairan alkalis pada cairan
seminalis, yang berguna melindungi spermatozoa terhadap tekanan
yang terdapat pada uretra.
3. Etiologi
Penyebab BPH belum jelas, namun terdapat faktor risiko umur dan
hormon androgen. Perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi pada
pria usia 30 – 40 tahun. Bila perubahan mikroskopik ini berkembang, akan
terjadi perubahan patologik anatomi yang ada pada pria usia 50 tahun
keatas (Mansjoer Arief, 2000).
7
5/17/2018 Lp BPH - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-bph-55b07dac84e60 3/36
4. Patogenesis
Menurut Mansjoer Arif (2000), ialah :
a. Teori Dehidrostetosteron (DHT)
Telah disepakati bahwa aksis hipofisis testis dan reduksi testosteron
menjadi dehidrotestosteron dalam sel prostat menjadi faktor terjadinya
penetrasi DHT kedalam inti sel yang dapat menyebabkan inskripsi
pada RNA sehingga menyebabkan terjadinya sintesis protein. Proses
reduksi ini difasilitasi oleh enzim 5-a-reduktase.
b. Teori Hormon
Estrogen berperan pada inisiasi dan maintenance pada prostat
manusia.
c. Faktor interaksi stroma dan epitel
Hal ini banyak dipengaruhi oleh growth factor. Basic Fibroblast
Growth Factor (b-FGF) dapat menstimulasi sel stroma dan ditemukan
dengan konsentrasi yang lebih besar pada klien dengan pembesaran
prostat jinak. b-FGF dapat dicetuskan oleh mikrotrauma karena miksi,
ejakulasi atau infeksi.
d. Teori kebangkitan kembali (reawakening)
atau reinduksi dari kemampuan mesenkim sinus urogenital untuk
berproliferasi dan membentuk jaringan prostat.
. Patofisiologi
Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga
perubahan pada saluran kemih juga terjadi secara perlahan-lahan. Pada
8
5/17/2018 Lp BPH - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-bph-55b07dac84e60 4/36
tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat, resistensi pada leher buli-
buli dan daerah prostat meningkat, serta otot destrusor menebal dan
merenggang sehingga timbul sakulasi atau divertikel. Fase penebalan
destrusor ini disebut fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka
destrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak
mampu lagi untuk berkontraksi lagi sehingga terjadi retensio urine, yang
selanjutnya dapat menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih
atas.
Adapun patofisiologi dari masing–masing gejala awal BPH adalah:
a. Penurunan kekuatan dan kaliber aliran yang disebabkan resistensi
uretra adalah gambaran awal dan menetap dari BPH.
b. Hesitancy terjadi karena destrusor membutuhkan waktu yang lama
untuk dapat melawan resistensi uretra.
c. Intermittency terjadi karena destrusor tidak dapat mengatasi resistensi
uretra sampai akhir miksi. Terminal dribbling dan rasa belum puas
sehabis miksi terjadi karena jumlah residu urine yang banyak dalam
buli-buli.
d. Nokturia dan frekuensi terjadi karena pengosongan yang tidak lengkap
pada tiap miksi sehingga interval pada tiap miksi lebih pendek.
e. Frekuensi terutama terjadi pada malam hari (nokturia) karena
hambatan normal dari korteks berkurang dan tonus sfingter dan uretra
berkurang selama tidur.
9
5/17/2018 Lp BPH - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-bph-55b07dac84e60 5/36
f. Urgensi dan disuria jarang terjadi, jika ada disebabkan oleh
ketidakstabilan destrusor sehingga terjadi kontraksi involunter.
g. Inkontinensia bukan gejala yang khas, walaupun dengan
berkembangnya penyakit urine keluar sedikit-sedikit secara berkala
karena setelah buli-buli mencapai compliance maksimum, tekanan
dalam buli-buli akan cepat naik melebihi tekanan sfingter.
Skema Patofisiologi (Mansjoer, Arief (2000)
Bertambahnya Usia
Reaksi enzim 5-a-reduktase Produksi testosteron Reaksi enzim
Menuurun aromatase
DHT Konversi testosteron menjadi estrogen
DHT reseptor kompleks Tidak seimbang
dalam sitoplasma sel prostat
Inti sel Testosteron menurun Estrogen meningkat
RNA
Sintesis protein
Proliferasi sel
Pembesaran prostat
Perubahan pada Traktus urinarius Rangsangan pada vesika
akibat resistensi
Uretra Tonus trigonum kekuatan kontraksi
dan leher vesika destrusor
10
5/17/2018 Lp BPH - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-bph-55b07dac84e60 6/36
Fase kompensasi (penebalan destrusor ) Kontraksi vesika meningkat
walaupun belum penuh
Dekompensasi otot destrusor
Iritasi mukosa
Nyeri akut
Kekuatan kontraksi destrusor menurun
Dekompensasi otot destrusor menurun/gagal
Dengan gejala obstruksi :
1) Hesitency
2) Intermittency
3) Terminal dribbling
4) Pancaran lemah
5) Rasa belum puas sehabis miksi
Urine sisa
Prostatektomi
Post operasi
Terpasang kateter irigasi bladder luka operasi konsumsi minum
Tekanan dan Kurang 2500 ml/24 jam 2500-3000 ml/24 jam
iritasi kateter urine sedikit banyak terbentuk urine
/ balon terbentuk aliran urine lancar
Nyeri akut aliran urine tidak lancar bekuan darah tidak
bekuan darah terbentuk terbentuk
11
1) Nokturia, Urgency, Disuria
2) Frekuensi meningkat
5/17/2018 Lp BPH - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-bph-55b07dac84e60 7/36
Retensi urine
Distensi bladder perdarahan nyeri bladder perembesan urine
6. Manifestasi klinis
Biasanya pembesaran prostat jinak, dikenal sebagai Lower Urineary
Tract Symptoms (LUTS) dibedakan menjadi gejala iritatif dan obstruktif
(Mansjoer Arief, 2000).
a. Gejala iritatif :
1) Sering miksi (frekuensi).
2) Terbangun untuk miksi pada malam hari (nocturia).
3) Perasaan ingin miksi yang sangat mendesak (urgency).
4) Nyeri pada saat miksi (disuria).
b. Gejala obstruktif :
1) Pancaran melemah.
2) Rasa tidak lampias sehabis miksi.
3) Kalau mau miksi harus menunggu lama (hesitency).
4) Harus mengedan ( straining ).
5) Miksi terputus-putus (intermittency).
6) Waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensio urine
dan inkontinensia urine karena overflow.
Selain gejala diatas, gejala generalisata mungkin juga tampak
termasuk keletihan, anoreksia, mual dan muntah, dan rasa tidak nyaman
pada epigastrik.
12
5/17/2018 Lp BPH - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-bph-55b07dac84e60 8/36
Gejala dan tanda pada klien yang telah lanjut penyakitnya, misalnya
gagal ginjal, yang dapat ditemukan uremia, peningkatan tekanan darah,
denyut nadi, respirasi, foetor uremik, perikarditis, ujung kuku yang pucat,
tanda-tanda penurunan mental serta neuropati perifer. Bila sudah terjadi
hidronefrosis atau pionefrosis, ginjal teraba dan ada nyeri di Costo
Vertebrae Angularis (CVA). Buli-buli yang distensi dapat dideteksi
dengan palpasi dan perkusi.
Pemeriksaan penis dan uretra penting untuk mencari etiologi dan
menyingkirkan diagnosis banding seperti sriktur, karsinoma, stenosis
meatus atau fimosis.
Derajat berat obstruksi dapat diukur dengan menentukan jumlah sisa
urine setelah miksi spontan, sisa urine diukur dengan cara mengukur sisa
urine yang masih dapat dikeluarkan dengan kateterisasi. Sisa urine lebih
dari 100 cc biasanya dianggap sebagai batas indikasi untuk melakukan
inter vensi pada hipertropi prostat (Mansjoer Arief, 2000 : 332).
7. Pemeriksaan penunjang
Menurut Mansjoer Arief, (2000) pemeriksaan penunjang pada penyakit
BPH, meliputi :
a. Pemeriksaan laboratorium
Analisis urine dan pemeriksaan mikroskopik urine penting untuk
melihat adanya sel leukosit, bakteri dan infeksi. Bila terdapat hematuri
harus diperhitungkan etiologi lain seperti keganasan pada saluran
kemih, batu, infeksi saluran kemih.
13
5/17/2018 Lp BPH - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-bph-55b07dac84e60 9/36
Elektrolit, kadar ureum, dan kreatinin darah merupakan informasi
dasar dari fungsi ginjal dan status metabolik.
Pemeriksaan Prostat Spesifik Antigen (PSA) dilakukan sebagai dasar
penentuan perlunya biopsi atau sebagai deteksi dini keganasan.
b. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan yang biasanya dilakukan adalah foto polos abdomen,
pielografi intravena, USG dan sistoskopi, tujuannya adalah untuk
memperkirakan volume BPH.
8. Diagnosis Banding
Kelemahan otot destrusor dapat disebabkan oleh kelainan saraf
(kandung kemih neurologik), misalnya pada lesi medula spinalis,
neuropati diabetes, bedah radikal yang mengorbankan persarafan didaerah
pelvis, dan penggunaan obat-obatan (penenang, penghambat reseptor
ganglion dan parasimpatik).
Kekakuan leher buli-buli dapat disebabkan oleh proses fibrosis.
Resistensi uretra dapat disebabkan oleh pembesaran prostat (jinak atau
ganas), tumor dileher buli-buli, batu uretra dan striktur uretra.
9. Penatalaksanaan
Rencana pengobatan bergantung pada penyebab, keparahan
obstruksi, dan kondisi klien (Mansjoer Arief, 2000).
a.Observasi
14
5/17/2018 Lp BPH - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-bph-55b07dac84e60 10/36
Dilakukan pada klien dengan keluhan ringan, nasehat yang
diberikan ialah mengurangi minum setelah makan malam untuk
mengurangi nokturia, menghindari obat-obat dekongestan
(parasimpatolitik), dan mengurangi minum kopi dan tidak
diperbolehkan minum alkohol.
b.Terapi Medikamentosa
1) Penghambat adrenergik a
Obat yang biasa dipakai ialah prazosin, yang berfungsi untuk
mengurangi obstruksi pada buli-buli tanpa merusak kontraktilitas
destrusor.
2) Penghambat 5-a-reduktase
Obat yang dipakai adalah finasteride. Golongan obat ini dapat
menghambat pembentukan DHT sehingga prostat yang membesar
akan mengecil.
3) Fitoterapi
Terapi Bedah
Waktu penanganan untuk tiap klien bervariasi tergantung berat
ringannya gejala dan komplikasi. Indikasi absolut untuk terapi bedah,
yaitu :
1) Retensio urine berulang.
2) Hematuri.
3) Tanda penurunan fungsi ginjal.
4) Infeksi saluran kemih berulang.
15
5/17/2018 Lp BPH - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-bph-55b07dac84e60 11/36
5) Tanda-tanda obstruksi berat, yaitu
divertikel, hidroureter, dan hidronefrosis.
6) Ada batu saluran kemih.
Engram, Barbara (1999) menyebutkan ada empat cara pembedahan
prostatektomi, masing-masing dengan hasil yang berbeda, yaitu:
1). Transurethral Resection of the Prostate (TURP)
a). Jaringan abnormal diangkat melalui rektoskop yang
dimasukan melalui uretra.
b). Tidak dibutuhkan balutan setelah operasi.
c). Dibutuhkan kateter foley setelah operasi.
2). Prostatektomi suprapubik
a) Penyayatan perut bagian bawah dibuat melalui leher
kandung kemih.
b) Diperlukan verban luka drainase, kateter foley dan
kateter suprapubik setelah operasi.
3). Prostatektomi retropubis
a). Penyayatan dilakukan pada perut bagian bawah.
b). Tidak ada penyayatan pada kandung kemih.
c). Diperlukan balutan luka, foley kateter, dan drainase.
4). Prostatektomi perineal
a). Penyayatan dilakukan diantara skrotum dan anus.
b). Digunakan jika diperlukan prostatektomi radikal.
c). Vasektomi dilakukan sebagai pencegahan epididimistis.
16
5/17/2018 Lp BPH - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-bph-55b07dac84e60 12/36
d). Persiapan buang hajat diperlukan sebelum operasi
(pembersihan perut, enema, diet rendah sisa dan antibiotik).
e). Setelah operasi balutan perineal dan pengeringan luka
(drainase) dilekatkan pada tempatnya kemudian dibutuhkan
rendam duduk.
d. Terapi Invasif Minimal
1) Transurethral Microwave
Thermotherapy (TUMT).
2) Dilatasi Balon Transurethral
(TUBD).
3) High-instensity Focused
Ultrasound.
4) Ablasi jarum Transuretra.
5) Stent Prostat.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Proses Keperawatan adalah proses yang terdiri dari lima tahap, yaitu
pengkaji, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi
(Doenges, 2000).
1. Pengkajian
Menurut Doenges, (2000), pengkajian pada klien dengan Hiperplasia
Prostat Benigna, meliputi :
a. Sirkulasi darah
Tanda : Peninggian tekanan darah (efek pembesaran ginjal).
17
5/17/2018 Lp BPH - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-bph-55b07dac84e60 13/36
b. Eliminasi
Gejala : Penurunan kekuatan / dorongan aliran urine; tetesan, keragu-
raguan pada berkemih awal, ketidakmampuan untuk
mengosongkan kandung kemih dengan lengkap; dorongan
dan frekuensi berkemih, nokturia, disuria, hematuri, duduk
untuk berkemih, inpeksi saluran kemih berulang, riwayat batu
(stasis urinaria), konstipasi (protrusi prostat kedalam rektum).
c. Makanan / cairan
Gejala : Anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan.
d. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri Suprapubis, panggul, atau punggung; tajam, kuat, nyeri
punggung bawah.
e. Keamanan
Gejala : Demam.
f. Seksualitas
Gejala : Masalah tentang efek kondisi/terapi pada kemampuan
seksual, takut inkontinensia/menetes selama hubungan intim,
penurunan kekuatan kontraksi ejakulasi.
g. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga kanker, hipertensi, penyakit ginjal,
penggunaan antihipertensi atau antidepresan, antibiotik
urinarius atau agen antibiotik, obat yang diual bebas untuk
flu/alergi obat mengandung simpatomimetik.
18
5/17/2018 Lp BPH - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-bph-55b07dac84e60 14/36
Pertimbangan pemulangan :
Memerlukan bantuan dengan manajemen terapi, contoh
cateter.
h. Pemeriksaan Diagnostik
1) Urinalisa : Warna kuning, coklat gelap, atau terang (berdarah);
penampilan keruh; pH 7 atau lebih besar (menunjukkan infeksi);
bakteri.
2) Kultur urine : Dapat menunjukkan Staphylococcus aureus,
Proteus, Klebsiella, Pseudomonas atau Escherchia coli.
3) Sitologi urine : Untuk mengesampingkan kanker kandung
kemih.
4) BUN / Kreatinin : Meningkat bila fungsi ginjal dipengaruhi.
5) Asam fosfat serum / antigen khusus prostatik : Peningkatan
karena pertumbuhan selular dan pengaruh hormonal pada kanker
prostat (dapat mengidentifikasikan metastase tulang).
6) Sel Darah Putih (SDP) : Mungkin lebih besar dari 11.000 mm3,
mengidentifikasikan infeksi bila klien tidak imunosupresi.
7) Penentuan kecepatan aliran Urine : Mengkaji derajat obstruksi
kandung kemih.
8) IVP dengan film pasca berkemih : Menunjukkan perlambatan
pengosongan kandung kemih dan penebalan abnormal otot
kandung kemih.
19
5/17/2018 Lp BPH - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-bph-55b07dac84e60 15/36
9) Sistouretrografi berkemih : Digunakan sebagai ganti IVP untuk
memvisualisasi kandung kemih dan uretra karena ini
menggunakan bahan kontras lokal.
10) Sistogram : Mengukur tekanan dan volume dalam kandung
kemih untuk mengidentifikasi disfungsi yang tak berhubungan
dengan BPH.
11) Sistouretroskopi : Untuk menggambarkan derajat pembesaran
prostat dan dan perubahan dinding kandung kemih (kontra
indikasi pada adanya infeksi saluran kemih (ISK) akut
sehubungan dengan risiko sepsis gram negatif).
12) Sistometri : Mengevaluasi fungsi otot destrusor dan tonusnya.
13) Ultrasound transrektal : Mengukur ukuran prostat, jumlah residu
urine; melokalisasi lessi yang tak berhubungan dengan BPH.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinik mengenai respon
individu, keluarga, dan komunitas terhadap masalah kesehatan/proses
kehidupan yang aktual dan potensial (Doenges, 2000).
Menurut Doenges (1999), diagnosa keperawatan yang muncul pada
klien dengan BPH, yaitu:
a. Diagnosa keperawatan Pra operasi
1) Retensi urine (akut/kronik) berhubungan dengan obstruksi
mekanik; pembesaran prostat, dekompensasi otot destrusor,
20
5/17/2018 Lp BPH - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-bph-55b07dac84e60 16/36
ketidak mampuan kandung kemih untuk berkontraksi dengan
adekuat.
2) Nyeri (akut) berhubungan dengan iritasi mukosa, distensi
kandung kemih, kolik ginjal; infeksi urinaria; terapi radiasi.
3) Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan
berhubungan dengan pasca obstruksi urine dari drainase cepat
kandung kemih yang terlalu distensi secara kronis, Endokrin:
ketidak seimbangan elektrolit (disfungsi ginjal).
4) Ketakutan/ansietas berhubungan dengan perubahan status
kesehatan; kemungkinan prosedur bedah, malu / hilang martabat
sehubungan dengan pemajanan genital sebelum, selama dan
sesudah tindakkan; masalah tentang kemampuan seksualitas.
5) Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi,
prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang
terpajan/mengingat; salah interpretasi informasi, tidak mengenal
sumber informasi, masalah tentang area sensitive.
b. Diagnosa keperawatan Pasca operasi
1) Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi
mekanikal : bekuan darah, edema, trauma, prosedur bedah,
tekanan dan iritasi kateter/balon.
2) Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan
dengan area bedah vascular, kesulitan mengontrol perdarahan,
pembatasan pemasukkan praoperatif.
21
5/17/2018 Lp BPH - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-bph-55b07dac84e60 17/36
3) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur
invasive: alat selama pembedahan, kateter, irigasi kandung kemih
sering, trauma jaringan, insisi bedah (contoh perineal).
4) Nyeri (akut) berhubungan dengan iritasi mukosa kandung kemih,
refleks spasme otot sehubungan dengan prosedur bedah dan/atau
tekanan dari balon kandung kemih (traksi).
5) Risiko disfungsi seksual sehubungan dengan situasi krisis
(inkontinensia, kebocoran urine setelah pengangkatan kateter,
keterlibatan area genital).
6) Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi,
prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang
terpajan/mengingat; salah interpretasi informasi, tidak mengenal
sumber informasi.
3. Perencanaan keperawatan
Perencanaan merupakan petunjuk untuk penanganan, aktivitas dan
tindakan yang membantu pasien dalam mencapai hasil yang diharapkan
(Doenges, 2000).
Menurut Doenges, (2000), rencana tindakan keperawatan pada klien
dengan Benigna Prostat Hiperplasia, adalah :
a. Pra operasi
1) Retensi urine (akut/kronik) berhubungan dengan obstruksi
mekanik; pembesaran prostate, dekompensasi otot destrusor,
22
5/17/2018 Lp BPH - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-bph-55b07dac84e60 18/36
ketidak mampuan kandung kemih untuk berkontraksi dengan
adekuat.
Hasil yang diharapkan : Tidak teraba distensi kandung kemih
(bladder ), tidak ada retensi urine, menunjukkan residu paska
berkemih kurang dari 50 ml, dan tidak adanya tetesan/kelebihan
cairan.
Rencana Tindakan :
a) Dorong klien untuk berkemih tiap 2 – 4 jam dan bila tiba-
tiba dirasakan.
b) Tanyakan klien tentang inkontinensia stress.
c) Observasi aliran urine, perhatikan ukuran dan kekuatan.
d) Awasi dan catat waktu dan jumlah tiap berkemih.
e) Perkusi dan palpasi daerah suprapubik.
f) Dorong pemasukan cairan sampai 3000 ml sehari, dalam
toleransi jantung bila di indikasikan.
g) Awasi tanda vital dengan ketat.
h) Berikan / dorong kateter lain dan perawatan perineal.
i) Berikan rendam duduk sesuai indikasi.
j) Kolaborasi : berikan obat sesuai indikasi (antispasmodic).
Rasionalisasi :
a) Meminimalkan retensi urine distensi berlebihan pada kandung kemih.
23
5/17/2018 Lp BPH - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-bph-55b07dac84e60 19/36
b) Tekanan uretral tinggi menghambat pengosongan kandung kemih atau dapat
menghambat berkemih sampai tekanan abdominal meningkat cukup untuk
mengeluarkan urine secara tidak sadar.
c) Berguna untuk mengevaluasi obstruksi dan pilihan intervensi.
d) Retensi urine meningkatkan tekanan dalam saluran perkemihan atas, yang dapat
mempengaruhi fungsi ginjal.
e) Distensi kandung kemih dapat dirasakan didaerah suprapubik.
f) Peningkatan aliran cairan, mempertahankan perfusi ginjal
dan membersihkan ginjal dan kandung kemih dari pertumbuhan bakteri.
g) Kehilangan fungsi ginjal mengakibatkan penurunan eliminasi cairan dan akumulasi
sisa toksik.
h) Menurunkan risiko infeksi asenden.
i) Meningkatkan relaksasi otot, penurunan edema, dan dapat
meningkatkan upaya berkemih.
j) Menghilangkan spasme kandung kemih sehubungan dengan
iritasi oleh kateter.
2) Nyeri (akut) berhubungan dengan iritasi mukosa, distensi kandung
kemih, kolik ginjal; infeksi urinaria; terapi radiasi.
Hasil yang diharapkan : Klien tampak rileks, mampu untuk
istirahat / tidur dengan tepat, klien mengatakan sakitnya berkurang
atau hilang.
Rencana Tindakan :
24
5/17/2018 Lp BPH - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-bph-55b07dac84e60 20/36
a) Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0 – 10)
lamanya.
b) Plester selang drainase pada paha dan kateter pada abdomen
(bila traksi tidak diperlukan).
c) Pertahankan tirah baring bila diindikasikan.
d) Berikan tindakan kenyamanan, contoh: pijatan punggung,
membantu klien melakukan posisi yang nyaman dan dorong penggunaan relaksasi /
latihan napas dalam.
e) Dorong menggunakan rendam duduk dengan menggunakan
air hangat.
Kolaborasi :
f) Masukkan kateter dan dekatkan untuk kelancaran drainase.
g) Berikan obat sesuai indikasi: antispasmodic dan sedative
kandung kemih, serta narkotik sesuai indikasi.
Rasionalisasi :
a) Memberikan informasi untuk membantu dalam menentukan
pilihan / keefektifan intervensi.
b) Mencegah penarikan kandung kemih dan erosi pertemuan
penis-skrotal.
c) Tirah baring mungkin diperlukan pada awal fase retensi
akut. Namun ambulasi dini dapat memperbaiki pola berkemih normal dan
menghilangkan nyeri kolik.
25
5/17/2018 Lp BPH - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-bph-55b07dac84e60 21/36
d) Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian,
dan dapat meningkatkan kemampuan koping.
e) Meningkatkan relaksasi otot.
f) Pengaliran kandung kemih menurunkan tegangan dan
kepekaan kelenjar.
g) Menghilangkan kepekaan kandung kemih, diberikan untuk
menghilangkan nyeri berat, memberikan relaksasi mental dan fisik.
3) Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan
dengan pasca obstruksi diuresis dari drainase cepat kandung kemih
yang terlalu distensi secara kronis, Endokrin : ketidak seimbangan
elektrolit (disfungsi ginjal).
Hasil yang diharapkan : Mempertahankan hidrasi adekuat
dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer teraba, pengisian
kapiler baik, dan membrane mukosa lembab.
Rencana Keperawatan :
a) Awasi keluaran dengan hati-hati, tiap jam bila diindikasikan.
Perhatikan keluaran urine 100-200 ml/jam.
b) Dorong peningkatan pemasukan oral berdasarkan kebutuhan
individu.
c) Awasi tekanan darah, nadi dengan sering serta evaluasi
pengisisan kapiler dan membrane mukosa.
d) Kolaborasi tentang pemberian cairan infus sesuai kebutuhan.
26
5/17/2018 Lp BPH - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-bph-55b07dac84e60 22/36
4) Ketakutan/ansietas berhubungan dengan perubahan status
kesehatan; kemungkinan prosedur bedah, malu / hilang martabat
sehubungan dengan pemajanan genital sebelum, selama dan
sesudah tindakkan; masalah tentang kemampuan seksualitas.
Hasil yang diharapkan : Menyatakan pengetahuan yang akurat
tentang situasi, menunjukkan rentang tepat perasaan dan
penurunan cemas.
Rencana Tindakan :
a) Selalu ada untuk klien
b) Buat hubungan saling percaya dengan klien / orang terdekat.
c) Berikan informasi tentang prosedur dan tes khusus dan apa
yang terjadi, contoh; kateter, urine berdarah, iritasi kandung kemih, ketahui
sebelum banyak informasi yang diinginkan klien.
d) Pertahankan prilaku nyata dalam melakukan prosedur /
menerima klien, lindungi privacy klien.
e) Dorong klien / orang terdekat untuk menyatakan masalah /
perasaan.
f) Beri penguatan informasi klien yang telah diberikan
sebelumnya.
Rasionalisasi :
a) Menunjukkan perhatian dan keinginan untuk membantu.
b) Membantu dalam diskusi tentang subyek sensitive.
27
5/17/2018 Lp BPH - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-bph-55b07dac84e60 23/36
c) Membantu klien memahami tujuan dari apa yang dilakukan
dan mengurangi masalah karena ketidaktahuan.
d) Menyatakan penerimaan dan menghilangkan rasa malu
klien.
e) Mendefinisikan masalah, memberikan kesempatan untuk
menjawab pertanyaan, memperjelas kesalahan konsep dan solusi pemecahan
masalah.
f) Memungkinkan klien untuk menerima kenyataan dan
menguatkan kepercayaan kepada pemberi perawatan dan pemberi informasi.
5) Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi,
prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang
terpajan/mengingat; salah interpretasi informasi, tidak mengenal
sumber informasi, masalah tentang area sensitive.
Hasil yang diharapkan : menyatakan pemahaman proses penyakit,
mengidentifikasi hubungan tanda dan gejala proses penyakit,
berpartisifasi dalam program pengobatan.
Rencana Tindakan :
a) Kaji ulang proses penyakit, pengalaman klien.
b) Dorong menyatakan rasa takut/perasaan dan perhatian.
c) Berikan informasi bahwa kondisi tidak ditularkan secara
seksual.
d) Anjurkan untuk menghindari makanan berbumbu, kopi,
alkohol, mengemudi mobil lama, pemasukan cairan cepat (terutama alkohol).
28
5/17/2018 Lp BPH - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-bph-55b07dac84e60 24/36
e) Bicarakan masalah seksual, contoh bahwa selama episode
akut, koitus dihindari tetapi mungkin membantu dalam pengobatan kondisi kronis.
f) Berikan informasi tentang anatomi dasar seksual, dorong
pertanyaan dan tingkatkan dialog tentang masalah.
g) Kaji ulang tanda / gejala yang memerlukan evaluasi medik,
contoh urine keruh, berbau; penurunan haluaran urine, ketidakmampuan untuk
berkemih; adanya demam/menggiggil.
h) Diskusikan perlunya pemberitahuan pada perawat kesehatan
lain tentang diagnosa.
i) Beri penguatan pentingnya evaluasi medik untuk sedikitnya
6 bulan sampai 1 tahun, termasuk pemeriksaan rectal, urinalisa.
Rasionalisasi :
a) Memberikan dasar pengetahuan dimana klien dapat
membuat pilihan informasi terapi.
b) Membantu klien mengalami perasaan dapat merupakan
rehabilitasi vital.
c) Mungkin merupakan ketakutan yang tidak dibicarakan.
d) Dapat menyebabkan iritasi prostate dengan masalah
kongesti. Peningkatan tiba-tiba pada aliran urine dapat menyebabkan distensi
kandung kemih dan hilang tonus kandung kemih, mengakibatkan episode retensi
urinaria akut.
29
5/17/2018 Lp BPH - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-bph-55b07dac84e60 25/36
e) Aktivitas seksual dapat meningkatkan nyeri selama episode
akut tetapi dapat memberikan suatu masase pada adanya penyakit kronis.
f) Memiliki informasi tentang anatomi membantu klien
memahami implikasi tindakan lanjut, sesuai dengan afek penampilan seksual.
g) Intervensi cepat dapat mencegah komplikasi lebih serius.
h) Menurunkan resiko terapi tidak tepat, contoh : penggunaan
dekongestan, antikolinergik, dan antidepresan meningkatkan retensi urine dan dapat
mencetuskan episode akut.
i) Hipertropi kadang berulang dan/atau infeksi (disebabkan
oleh organisme yang sama atau berbeda) tidak umum dan akan memerlukan
perubahan terapi untuk mencegah komplikasi serius.
b. Pasca Operasi
1) Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi
mekanikal: bekuan darah, edema, trauma, prosedur bedah, tekanan
dan iritasi kateter/balon.
Hasil yang diharapkan : Klien menunjukkan prilaku yang
meningkatkan kontrol kandung kemih / urinaria, tidak ada retensi
urine, menunjukan residu paska berkemih kurang dari 50 ml, dapat
berkemih dengan posisi normal.
Rencana Tindakan :
a) Kaji keluaran urine dan sistem kateter / drainase, khususnya selama irigasi kandung
kemih.
30
5/17/2018 Lp BPH - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-bph-55b07dac84e60 26/36
b) Bantu klien memilih posisi normal untuk berkemih, contoh; berdiri, berjalan
kekamar mandi dengan frekuensi sering setelah kateter dilepas.
c) Perhatikan waktu, jumlah berkemih dan aliran-aliran setelah kateter dilepas.
Perhatikan keluhan rasa penuh kandung kemih, ketidakmampuan berkemih,
urgency.
d) Anjurkan klien untuk berkemih bila terasa dorongan tetapi tidak lebih dari 2 – 4 jam
/ protocol.
e) Ukur volume residu bila ada kateter suprapubik.
f) Upayakan pemasukan cairan 3000 ml sesuai toleransi.
g) Anjurkan klien untuk latihan perineal, contoh : mengencangkan bokong,
menghentikan dan memulai aliran urine.
h) Beri informasi pada klien bahwa penetesan setelah kateter dilepas masih ada dan
akan teratasi sesuai indikasi.
Kolaborasi :
i) Pertahankan irigasi kandung kemih continue (continuous bladder irrigation) sesuai
indikasi periode paska operasi dini.
Rasionalisasi :
a) Retensi dapat terjadi karena edema area bekuan darah, dan spasme kandung kemih.
b) Mendorong pasase urine dan meningkatkan rasa normalitas.
c) Kateter biasanya dilepas 2 – 5 hari setelah bedah, tetapi berkemih dapat berlanjut
menjadi masalah untuk beberapa waktu karena edema uretral dan kehilangan tonus.
d) Berkemih dengan dorongan mencegah retensi urine.
31
5/17/2018 Lp BPH - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-bph-55b07dac84e60 27/36
e) Mengawasi keefektifan pengosongan kandung kemih. Residu lebih dari 50 ml
menunjukkan perlunya kontinuitas kateter sampai tonus kandung kemih membaik.
f) Mempertahankan hidrasi adekuat dan perfusi ginjal untuk aliran urine.
g) Membantu meningkatkan kontrol kandung kemih spingter, meminimalkan
inkontinensia.
h) Informasi membantu klien untuk menerima masalah. Fungsi normal dapat kembali
dalam waktu 2 – 3 minggu tetapi memerlukan sampai 8 bulan setelah pendekatan
perineal.
i) Mencuci kandung kemih dari bekuan darah dan debris untuk mempertahankan
patensi kateter / aliran urine.
2) Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan
dengan area bedah vascular, kesulitan mengontrol perdarahan,
pembatasan pemasukkan praoperatif.
Hasil yang diharapkan : Mempertahankan hidrasi adekuat
dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer teraba, pengisian
kapiler baik, membrane mukosa lembab, dan keluaran urine tepat,
serta menunjukkan tak ada perdarahan aktif.
Rencana Tindakan :
a) Hindari manipulasi kateter berlebihan.
b) Awasi pemasukkan dan pengeluaran.
c) Evaluasi warna dan konsistensi urine.
32
5/17/2018 Lp BPH - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-bph-55b07dac84e60 28/36
d) Awasi tanda vital, perhatikan peningkatan nadi dan pernapasan, penurunan tekanan
darah, diaforesis, pucat, perlambatan pengisian kapiler, dan membrane mukosa
kering.
e) Selidiki kegelisahan, kacau mental, perubahan perilaku.
f) Dorong pemasukkan cairan 3000 ml/hari kecuali kontraindikasi.
g) Hindari pengukuran suhu rectal dan menggunakan selang rectal / enema.
Kolaborasi :
h) Awasi pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, contoh Hb / Ht, jumlah sel darah
merah.
i) Pertahankan traksi kateter menetap; plester kateter di bagian dalam paha.
j) Kendorkan traksi dalam 4 – 5 jam.
k) Berikan pelunak feses, laksatif sesuai indikasi.
Rasionalisasi :
a) Gerakan/penarikan kateter dapat menyebabkan perdarahan.
b) Indicator keseimbangan cairan dan kebutuhan penggantian.
c) Dapat mengidentifikasikan diskrasia darah atau masalah pembekuan darah.
d) Dehidrasi / hipovolemik memerlukan intervensi cepat untuk mencegah berlanjut ke
syock.
e) Dapat menunjukkan penurunan perfusi cerebral atau indikasi edema cerebral
karena kelebihan cairan selama prosedur TURP.
f) Membilas ginjal/kandung kemih dari bakteri dan debris tetapi dapat menyebabkan
intoksikasi cairan / kelebihan cairan bila tidak diawasi dengan ketat.
33
5/17/2018 Lp BPH - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-bph-55b07dac84e60 29/36
g) Dapat mengakibatkan penyebaran iritasi terhadap dasar prostate dan peningkatan
tekanan kapsul prostat dengan resiko perdarahan.
h) Berguna dalam evaluasi kehilangan darah/kebutuhan penggantian.
i) Traksi terisi balon 30 ml diposisikan pada fosa uretral prostate akan membuat
tekanan pada aliran darah pada kapsul prostat untuk membantu
mencegah/mengontrol perdarahan.
j) Traksi lama dapat menyebabkan trauma/masalah permanen dalam mengontrol
urine.
k) Pencegahan konstipasi/mengejan untuk defekasi menurunkan resiko perdarahan
rectal-perineal.
3) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur
invasif : alat selama pembedahan, kateter, irigasi kandung kemih
sering, trauma jaringan, insisi bedah (contoh perineal).
Hasil yang diharapkan : Mencapai waktu penyembuhan, dan tidak
mengalami tanda infeksi.
Rencana Tindakan :
a) Pertahankan sistem kateter steril; berikan perawatan kateter regular dengan sabun
dan air, berikan salep antibiotik disekitar sisi kateter.
b) Awasi tanda vital, perhatikan demam ringan, menggiggil, nadi dan pernapasan
cepat, gelisah, peka dan disorientasi.
c) Observasi drainase dari luka, sekitar kateter suprapubik.
d) Ganti balutan dengan sering (insisi supra/retropubik dan perineal), pembersihan dan
pengeringan kulit sepanjang waktu.
34
5/17/2018 Lp BPH - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-bph-55b07dac84e60 30/36
Kolaborasi :
e) Berikan antibiotik sesuai indikasi.
Rasionalisasi :
a) Mencegah pemasukan bakteri dan infeksi/sepsis lanjut.
b) Klien yang mengalami sistoskopi dan / atau TURP prostat berisiko untuk syock
bedah/septik sehubungan dengan manipulasi/instrumentasi.
c) Adanya drainase, insisi suprapubik meningkatkan risiko untuk infeksi, yang
diindikasikan dengan eritema, drainase purulen.
d) Balutan basah menyebabkan kulit iritasi dan memberikan media pertumbuhan
bakteri, peningkatan risiko infeksi luka.
e) Mungkin diberikan secara profilaktik sehubungan dengan peningkatan risiko infeksi
pada Prostatektomy.
4) Nyeri (akut) berhubungan dengan iritasi mukosa kandung
kemih, refleks spasme otot sehubungan dengan prosedur bedah
dan/atau tekanan dari balon kandung kemih (traksi).
Hasil yang diharapkan : Melaporkan nyeri hilang / terkontrol,
menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas
terapeutik sesuai indikasi untuk situasi individu dan klien tampak
rileks, tidur / istirahat dengan tepat.
Rencana Tindakan :
a) Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0 – 10).
b) Pertahankan patensi kateter dan sistem drainase. Pertahankan selang bebas dari
lekukan dan bekuan.
35
5/17/2018 Lp BPH - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-bph-55b07dac84e60 31/36
c) Tingkatkan pemasukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi.
d) Berikan informasi akurat tentang kateter, drainase dan spasme kandung kemih.
e) Berikan tindakan kenyamanan (pengubahan posisi, pijatan punggung) dan aktivitas
aktivitas terapeutik. Dorong penggunaan teknik relaksasi, termasuk latihan napas
dalam, visualisasi, pedoman imajinasi.
f) Berikan rendam duduk atau lampu penghangat bila diindikasikan.
Kolaborasi :
g) Berikan antispasmodik.
Rasionalisasi :
a) Nyeri tajam, intermiten dengan dorongan berkemih / pasase urine sekitar kateter
menunjukan spasme kandung kemih.
b) Mempertahankan fungsi kateter dan drainase sistem, merurunkan risiko distensi /
spasme kandung kemih.
c) Menurunkan iritasi dengan mempertahankan aliran cairan konstan ke mukosa
kandung kemih.
d) Menghilangkan ansietas dan meningkatkan kerja sama dengan prosedur tertentu.
e) Menurunkan ketegangan otot, memfokuskan kembali perhatian, dan dapat
meningkatkan kemampuan kooping.
f) Merilekskan otot polos, untuk memberikan penurunan
spasme dan nyeri.
5) Risiko disfungsi seksual sehubungan dengan situasi krisis
(inkontinensia, kebocoran urine setelah pengangkatan kateter,
36
5/17/2018 Lp BPH - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-bph-55b07dac84e60 32/36
keterlibatan area genital), ancaman konsep diri/perubahan status
kesehatan.
Hasil yang diharapkan : Klien tampak rileks dan melaporkan
ansietas menurun sampai tingkat dapat diatasi, menyatakan
pemahaman situasi individual, menunjukan keterampilan
pemecahan masalah.
Rencana Tindakan :
a) Berikan keterbukaan pada klien / orang terdekat untuk
membicarakan tentang masalah inkontinensia dan fungsi
seksual.
b) Berikan informasi akurat tentang harapan kembalinya fungsi seksual.
c) Diskusikan dasar anatomi. Jujur dalam menjawab pertanyaan klien.
d) Diskusikan ejakulasi retrograd bila pendekatan Transuretral/suprapubik digunakan.
e) Intruksikan latihan perineal dan interupsi/kontinue aliran urine.
Kolaborasi :
f) Rujuk ke penasehat seksual sesuai indikasi.
Rasionalisasi :
a) Dapat mengalami ansietas tentang efek bedah dan dapat menyembunyikan
pertanyaan yang diperlukan. Ansietas dapat mempengaruhi kemampuan untuk
menerima informasi yang diberikan sebelumnya.
b) Impotensi fisiologis terjadi bila sarap perineal dipotong selama prosedur radikal;
pada pendekatan lain, aktivitas seksual dapat dilakukan seperti biasa dalam 6 – 8
minggu.
37
5/17/2018 Lp BPH - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-bph-55b07dac84e60 33/36
c) Sarap pleksus mengontrol aliran secara posterior ke prostat melalui kapsul. Pada
prosedur yang tidak melibatkan kapsul prostat, impoten dan sterilitas biasanya tidak
menjadi konsekuensi. Prosedur bedah mungkin tidak memberikan pengobatan
permanen, dan hipertropi dapat berulang.
d) Cairan seminal mengalir kedalam kandung kemih dan disekresikan melalui urine.
Ini tidak mempengaruhi fungsi seksual tetapi akan menurunkan kesuburan dan
menyebabkan urine keruh.
e) Meningkatkan peningkatan pengontrolan otot kontinensia
urinaria dan fungsi seksual.
f) Masalah menetap/tidak teratasi memerlukan intervensi
profesional.
6) Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi,
prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang
terpajan/mengingat ; salah interpretasi informasi, tidak mengenal
sumber informasi.
Hasil yang diharapkan : Menyatakan pemahaman prosedur bedah
dan pengobatan.
Rencana Tindakan :
a) Kaji implikasi prosedur dan harapan masa depan.
b) Tekankan perlunya nutrisi yang baik; dorong konsumsi buah,
meningkatkan diet tinggi serat.
38
5/17/2018 Lp BPH - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-bph-55b07dac84e60 34/36
c) Diskusikan pembatasan aktivitas awal, contoh; menghindari
mengangkat berat latihan keras, duduk / mengendarai kendaraan terlalu lama,
memanjat lebih dari dua dari tingkat tangga sekaligus.
d) Dorong kesinambungan latihan perineal.
e) Instruksikan perawatan kateter urine bila ada. Identifikasi
sumber alat/dukungan.
f) Kaji ulang tanda / gejala yang memerlukan evaluasi medik,
contoh; eritema, drainase purulen dari luka, perubahan dari karakter / jumlah urine,
adanya dorongan / frekuensi; perdarahan berat, demam / menggiggil.
Rasionalisasi :
a) Memberikan dasar pengetahuan dimana klien dapat
membuat pilihan informasi.
b) Meningkatkan penyembuhan dan mencegah komplikasi,
menurunkan risiko perdarahan pascaoperasi.
c) Peningkatan tekanan abdominal / meregangkan yang
menempatkan stress pada kandung kemih dan prostat, menimbulkan risiko
perdarahan.
d) Membantu kontrol urinaria dan menghilangkan
inkontinensia.
e) Meningkatkan kemandirian dan kompetensi dalam
perawatan diri.
f) Intervensi cepat dapat mencegah komplikasi serius.
4. Pelaksanaan
39
5/17/2018 Lp BPH - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-bph-55b07dac84e60 35/36
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien post operasi prostat
mengacu pada rencana keperawatan yang sesuai dengan teori Doenges,
M.E. (2000), meliputi: mempertahankan homeostasis/stabilitas
hemodinamik, meningkatkan kenyamanan, mencegah komplikasi dan
memberikan informasi tentang prosedur bedah/prognosis, pengobatan dan
kebutuhan rehabilitasi.
Pada tahap pelaksanaan yang dilakukan adalah melaksanakan
tindakan-tindakan keperawatan yang telah direncanakan dan melakukan
pendokumentasian semua tindakan yang telah dilakukan.
5. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan merupakan tahap akhir dari proses
keperawatan dalam rangkah mengevaluasi respon klien terhadap
perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan
telah tercapai (Doenges, 2000).
Hasil akhir yang diharapkan dari perawatan klien post operasi
prostat, adalah aliran urine baik/meningkat, nyeri hilang / terkontrol,
komplikasi tercegah / minimal, prosedur / prognosis, program terapi, dan
kebutuhan rehabilitasi dipahami (Doenges, 2000).
40
5/17/2018 Lp BPH - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lp-bph-55b07dac84e60 36/36
41