llaappoorraann ttaahhuunn 22001144 - bandungkab.go.id tahun 2014.pdf · dan kehutanan telah...

161
Dinas pertanian, perkebunan dan kehutanan Kabupaten Bandung L L a a p p o o r r a a n n T T a a h h u u n n 2 2 0 0 1 1 4 4

Upload: trinhdat

Post on 06-Jun-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

DDiinnaass ppeerrttaanniiaann,, ppeerrkkeebbuunnaann ddaann

kkeehhuuttaannaann

KKaabbuuppaatteenn BBaanndduunngg

LLaappoorraann TTaahhuunn

22001144

Laporan Tahun 2014

1

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Dengan berakhirnya tahun anggaran 2014 Dinas Pertanian, Perkebunan,

dan Kehutanan telah menyusun Laporan Tahunan tahun 2014 yang isinya

merupakan salah satu bentuk laporan tentang berbagai program/kegiatan/

proyek pembangunan khususnya pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung

selama tahun 2014.

Laporan Tahun 2014 Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan

Kabupaten Bandung merupakan potret dari Performance sector pertanian di

Kabupaten Bandung yang merupakan resultante atau hasil dampak dari berbagai

upaya, program/kegiatan yang dilaksanakan oleh jajaran Dinas Pertanian,

Perkebunan dan Kehutanan mulai dari Kepala Dinas sampai dengan para petugas

tingkat lapangan (kecamatan dan desa) yang secara bersama-sama dengan para

petani/kelompok tani Kabupaten Bandung serta berbagai pihak terkait terus

berupaya tiada henti untuk mewujudkan ataupun melangkah menuju ke arah

tercapainya sasaran serta gambaran ideal sektor pertanian/agribisnis yang telah

dicita-citakan bersama dan dinyatakan dalam Visi Dinas Pertanian, Perkebunan

dan Kehutanan Kabupaten Bandung, yaitu “Meningkatkan kesejahteraan

masyarakat melalui pengembangan agribisnis berkelanjutan berbasis

sumberdaya lokal menuju keunggulan bersaing global, maju, mandiri

dan berwawasan lingkungan”

Kami yakin bahwa apa yang telah dilaksanakan oleh Dinas Pertanian,

Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung sampai dengan saat ini masih

jauh dari sempurna tentang arah/tercapainya Visi tersebut serta belum

sepenuhnya mampu mewujudkan seluruh aspirasi berbagai pihak yang terkait

(stakeholder) dengan pembangunan pertanian, khususnya masyarakat tani di

Kabupaten Bandung. Hal ini disebabkan oleh masih adanya beberapa faktor

pembatas yang dihadapi dan tentunya terus kami upayakan untuk dilakukan

penanganan dan pemecahan masalahnya guna perbaikan dan penyempurnaan di

tahun-tahun yang akan datang.

Laporan Tahun 2014

2

Semoga Laporan Tahun 2014 ini dapat bermanfaat bagi kita semua serta

pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan referensi, penilaian dan

informasi mengenai kegiatan pada sub sektor pertanian di Kabupaten Bandung.

Soreang, Januari 2015 Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan

dan Kehutanan Kabupaten Bandung

Ir. H. A. Tisna Umaran, MP Pembina Utama Muda

NIP. 19640923 199203 1 005

Laporan Tahun 2014

3

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………… i DAFTAR ISI ……………………………………………..…………………………… iii DAFTAR TABEL .…………………………………………………………………….. iii DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………………. iv DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………………….. v

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………… 1 1.2 Dasar-dasar Penyusunan Laporan ……………………………………. 2 1.3 Gambaran Umum SKPD 1.3.1 Susunan Organisasi …………………………………….......... 5 1.3.2 Bidang Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi …………… 9 1.4 Sumberdaya Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan …… 12 1.5 Permasalahan Utama (Strategic Issue) yang Dihadapi 1.5.1 Identifikasi Masalah ……………………………………………. 13 1.5.2 Isu-isu Strategis …………………………………………......... 21

BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA 2.1 Rencana Strategis 2.1.1 Visi dan Misi Dinas Pertanian Perkebunan dan

Kehutanan ………………………………………………………….

21 2.1.2 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah ………………… 22 2.1.3 Strategi, Kebijakan dan Penetapan Rencana Kinerja

Lima Tahunan Pembangunan Pertanian dan Kehutanan Tahun 2010–2015 ……………………...........

23 2.1.4 Kerangka Kebijakan, Strategi dan Penentapan

Kinerja Tahunan Pembangunan Pertanian dan Kehutanan Tahun 2013 ……………………………………....

31

BAB III TARGET PENDAPATAN DAN REALISASI ANGGARAN 3.1 Gambaran Umum Target Pendapatan dan Realisasi Anggaran 3.1.1 Anggaran Pendapatan ………………………………………... 56 3.1.2 Anggaran Belanja ………..…………………………………….. 57

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN 4.1 Analisis Pengukuran Kinerja 4.1.1 Analisa Pencapaian Kinerja Sasaran Tahun 2014...... 62 4.2.2

4.2 Analisa Pencapaian Kinerja Kegiatan ………………....... Analisa Pencapaian Struktur Ekonomi......................

101 123

BAB V PERMASALAHAN DAN UPAYA PEMECAHAN MASALAH

5.1 Permasalahan dan Upaya Pemecahannya ………………………….. 133

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan............................................………………………….. 135 6.2 Saran.....................................................………………………….. 129

Laporan Tahun 2014

4

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Sumber daya Aparatur Dinas Pertanian, Perkebunan dan

Kehutanan Kabupaten Bandung…….........................................

6

Tabel 2.1 Sasaran Strategis, Indikator dan Target Kinerja sampai dengan

Periode 2015..................................................…………………….

24

Tabel 2.2 Prioritas Komoditas Unggulan …………………………………………….. 31

Tabel 2.3 Penetapan Rencana Kerja Tahunan Dinas Pertanian, Perkebunan

dan Kehutanan Tahun 2014................………..…….......................

37

Tabel 2.4 Sasaran Kegiatan pada Program Peningkatan Ketahanan Pangan

Tahun 2014..…………………………………………………………................

43

Tabel 2.5 Sasaran Kegiatan pada Program Peningkatan Pemasaran Hasil

Pertanian/Perkebunan…………………………………………………………...

49

Tabel 2.6 Sasaran Kegiatan pada Program Penerapan Teknologi

Pertanian/Perkebunan…………………………………………………………...

50

Tabel 2.7 Sasaran Kegiatan pada Program Peningkatan Produksi

Pertanian/Perkebunan…………………………………………………………….

54

Tabel 2.8 Sasaran Kegiatan pada Program Pemanfaatan Potensi Sumber

Daya Hutan ………………………………………………………………………....

55

Tabel 2.9 Sasaran Kegiatan pada Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan.... 57

Tabel 2.10 Sasaran Kegiatan pada Program Peningkatan Kesejahteraan

Petani....................................................................................

60

Tabel 3.1 Target dan Realisasi Anggaran Pendapatan Dinas Pertanian,

Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung Tahun 2014.….

56

Tabel 3.2 Target dan Realisasi Anggaran Belanja Tidak Langsung Tahun

2014.......................................................................................

57

Tabel 3.3 Target dan Realisasi Anggaran Belanja Langsung SKPD Tahun

2014.......................................................................................

58

Tabel 3.4 Target dan Realisasi Belanja Langsung Program Dinas Pertanian,

Perkebunan dan Kehutanan Tahun 2014....................................

60

Laporan Tahun 2014

5

Tabel 4.1 Pengukuran Sasaran Kinerja Tahunan 2014 .…………………........... 64

Tabel 4.2 Target dan Realisasi Jumlah Produksi Padi Palawija di Kabupaten

Bandung Tahun 2014........................................................……..

66

Tabel 4.3 Realisasi Penyaluran Pupuk Thn 2012-2013 .………………………...... 69

Tabel 4.4 Fasilitasi Pengembangan Unit Pengolahan Pupuk Organik Tahun

2013-2014...................................................................………….

71

Tabel 4.5 Perbandingan Jumlah Alat Mesin Pertanian di tingkat petani

Kabupaten Bandung Tahun 2013 dan Tahun 2014 ..............……..

75

Tabel 4.6 Rencana dan Realisasi Stimulan Pengendalian OPT Tahun 2014... 77

Tabel 4.7 Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) yang sudah mempunyai

SK Bupati dan Berbadan Hukum.....................................….……..

78

Tabel 4.8 Potensi Air Permukaan Bendungan Desa di Kabupaten Bandung.. 81

Tabel 4.9 Penerapan Teknologi di Tingkat Petani Tahun 2012-2014 ……..... 83

Tabel 4.10 Realisasi Tingkat Kehilangan Hasil Komoditas Padi dan Jagung

Tahun 2011 s.d 2014................................................................

85

Tabel Pengukuiran sasaran Strategis 2 Tahun 2014 ...………………………. 87

Tabel 4.12 Realisasi Luas Tanam, Panen, Produksi dan Produktivitas

Komoditas Sayuran di Kabupaten Bandung Tahun 2014..………….

89

Tabel 4.13 Realisasi Produksi Tanaman Buah-buahan di Kabupaten Bandung

Tahun 2014 ………………………………………………………………………….

92

Tabel 4.14 Realisasi Produksi Tanaman Hias di Kabupaten Bandung Tahun

2014 .......................................................................................

94

Tabel 4.14a Realisasi Tanaman Hias di Kabupaten Bandung Tahun 2014 ….... 94

Tabel 4.15 Realisasi Produksi Tanaman Obat Tahun 2014 …………........……... 95

Tabel 4.16 Realisasi produksi komoditi perkebunan………………………………….. 96

Tabel 4.17

Tabel 4.18

Rumah Kemasan Hortikultura Kabupaten Bandung ………………....

Unit Pengolahan Hasil Perkebunan Kabupaten Bandung..............

97

97

Tabel 4.19 Pengukuran Sasaran Strategis 3 Tahun 2014 ………………………..... 98

Tabel 4.20 Luas Penanaman Hutan dan Lahan Kritis .....................…………… 99

Tabel 4.21 PDRB Kabupaten Bandung Berdasarkan Harga Berlaku ……………. 124

Tabel 4.22

Tabel 4.22

PDRB Kabupaten Bandung Berdasarkan Harga Konstan ..………….

PDRB berdasarkan harga konstan.............................................

124

125

Tabel 4.23 Dristribusi Persentase PDRB Kabupaten Bandung ……………………. 125

Laporan Tahun 2014

6

Tabel 4.24 Persentase Lapangan Pekerjaan Penduduk berumur 15 Tahun

keatas Kabupaten Bandung Tahun 2008-2011 ……......................

128

Tabel 4.25 Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kab. Bandung Thn 2010-2014. 129

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1 Struktur organisasi Dinas Pertanian Perkebunan dan

Kehutanan ……………………………………………………………………. 6

Gambar 1.2 Struktur organisasi UPTD Dinas Pertanian Perkebunan dan

Kehutanan ……………………………………………………………........

8 Gambar 2.1 Kerangka migrasi strategi pembangunan sub-sektor

tanaman pangan dan perkebunan Kabupaten Bandung …....

25 Gambar 2.2 Kerangka migrasi strategi pembangunan sub-sektor

kehutanan Kabupaten Bandung ……………………………………...

28 Gambar 4.1 Perkembangan Produktivitas Padi Kabupaten

Bandung......... 68

Gambar 4.2 Perkembangan Indeks Pertanaman Padi Kabupaten

Bandung...........................................................................

69 Gambar 4.3 Unit Pengolahan Pupuk Organik KUEP Taruna

Mukti............. 72

Gambar 4.4 Gambar 4.5

Pengembangan Pertanian Organik Kelompok tani Sarinah.... Struktur Ekonomi Rumah Tangga Pertanian.........................

84

127

Laporan Tahun 2014

7

Laporan Tahun 2014

Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan

Kabupaten Bandung

BAB I PENDAHULUAN

Laporan Tahun 2014

8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pelaksanaan kegiatan tahun 2014 diarahkan menjaring kerjasama dan

kemitraan di antara para pelaku yang terlibat dalam pembangunan pertanian

perkebunan, dan kehutanan. Bahwa sebagai salah satu upaya mengevaluasi

kinerja pelaksanaan pembangunan dan dalam rangka meningkatkan pelaksanaan

pemerintahan yang lebih berdayaguna, berhasil guna, bersih dan bertanggung

jawab serta untuk memantapkan pelaksanaan akuntabilitas kinerja instansi

pemerintah sebagai wujud pertanggungjawaban dalam mencapai misi dan tujuan

instansi pemerintah, serta dalam rangka perwujudan good governance yang

merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi

masyarakat dan untuk mencapai tujuan serta cita-cita berbangsa dan bernegara.

Disamping itu, sesuai yang diamanatkan dalam Instruksi Presiden

Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah,

Peraturan menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 29

Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan

Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Surat Edaran

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik

Indonesia Nomor 11 Tahun 2013 tentang Penyampaian Laporan

Akuntabilitas Kinerja dan Laporan Tahun, bahwa Laporan akuntabilitas

kinerja dan Laporan Tahun merupakan kewajiban dari setiap instansi

pemerintahan pada akhir tahun berlaku sebagai laporan

pertanggungjawaban secara sistematik dan melembaga. Laporan tersebut

untuk mengukur seberapa jauh tingkat kinerja dan keberhasilan

pencapaian sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dan tertuang dalam

Rencana Kerja Tahunan Instansi Pemerintahan.

Untuk menindaklanjuti hal tersebut, Dinas Pertanian, Perkebunan dan

Kehutanan Kabupaten Bandung menyusun laporan akuntabilitas kinerja (LAKIP)

Laporan Tahun 2014

9

dan juga laporan Tahun (LAPTAH) 2014, sebagai upaya pertanggungjawaban

keuangan dan kinerja dinas untuk menilai tingkat keberhasilan dan kegagalan

pelaksanaan organisasi yang terkait dengan pembangunan pertanian,

perkebunan, dan kehutanan yang tertuang dalam Rencana Strategis Tahun

2010-2015 dan Renja tahun 2014. Diharapkan Laporan Akuntabilitas Kinerja

tersebut dapat digunakan sebagai barometer Dinas Pertanian, Perkebunan, dan

Kehutanan dalam memprediksi, memproyeksi, dan conjectures program/kegiatan

di tahun-tahun berikutnya, secara efektif, efisien dan responsif.

1.2. Dasar-dasar Penyusunan Laporan

Penyusunan Laporan Akuntabilitasi Kinerja Instansi Pemerintah

(LAKIP) dan Laporan Tahun 2013 mempertimbangkan landasan hukum,

sebagai berikut:

a. Landasan Idiil Pancasila

b. Landasan Konstitusional Undang-Undang Dasar (UUD) 1945

c. Landasan Operasional :

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286).

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara.

3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan

Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400).

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional;

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor

Laporan Tahun 2014

10

125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4437).

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438).

7. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan

dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

8. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2001 tentang Pelaporan

Penylenggaraan Pemerintahan Daerah, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4124

9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2004

tentang Rencana Kerja Pemerintah;

10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2004

tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian

Negara/Lembaga;

11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah.

12. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2005 Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004 – 2009.

13. Peraturan Presiden RI Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014.

14. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah;

15. Kepmendagri Nomor 050-188/Kep/Bangda/2007 tentang Pedoman

Penilaian Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah (Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah/RPJMD).

Laporan Tahun 2014

11

16. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Perencanaan

Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan

Nomor 28 Tahun 2010; Nomor 0199/M PPN/04/2010; Nomor PMK

95/PMK 07/2010, tentang Penyelarasan Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014.

17. Peraturan menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor

29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja

dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;

18. Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2011

tentang Penyampaian Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2011;

19. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 6 Tahun 2004

tentang Transparansi dan Partisipasi dalam Penyelenggaraan

Pemerintah di Kabupaten Bandung.

20. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung No. 8 Tahun 2005 tentang

Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunaan Daerah.

21. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 2 Tahun 2006

tentang Alokasi Dana Perimbangan Desa di Kabupaten Bandung

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten

Bandung Nomor 24 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan

Daerah Kabupaten Bandung Nomor 2 Tahun 2006 tentang Alokasi

Dana Perimbangan Desa di Kabupaten Bandung.

22. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 3 Tahun 2006

tentang Pedoman Kerjasama Pemerintah Daerah Kabupaten

Bandung.

23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 2 Tahun 2007

tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah.

Laporan Tahun 2014

12

24. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 17 Tahun 2007

tentang Urusan Pemerintahan Kabupaten Bandung.

25. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 11 tahun 2011

tentang Rancangan awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah (RPJMD) Kabupaten Bandung Tahun 2011-2015.

26. Peraturan Bupati Bandung Nomor 41 Tahun 2011 tentang Rencana

Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Bandung Tahun

2012 beserta perubahannya Nomor 26 Tahun 2012.

27. Surat Edaran Bupati Bandung Nomor 130.04/22/Org tentang

Penetapan Kinerja dan Penyusunan LAKIP SKPD.

1.3. Gambaran Umum SKPD

1.3.1. Susunan Organisasi

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor

20 tahun 2007 tanggal 17 Desember 2007 tentang “Pembentukan

Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Bandung” dibentuk Dinas Pertanian,

Perkebunan dan Kehutanan yang dipimpin oleh pejabat setingkat eselon

II dengan susunan unit kerja eselon III terdiri dari : Sekretaris Dinas,

Bidang Pertanian Tanaman Pangan, Bidang Hortikultura, Bidang

Perkebunan dan Bidang Kehutanan. Selain itu terdapat 3 UPTD eselon IV

yaitu UPTD Alat Mesin Pertanian dan Proteksi Tanaman, UPTD Benih

Tanaman dan UPTD Pengembangan Usaha Tani, seperti terlihat pada

Gambar 1.1 dan Gambar 1.2.

Laporan Tahun 2014

13

KEPALA

DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN, DAN

KEHUTANAN

SEKRETARIS DINAS

SUB BAGIAN

PENYUSUNAN PROGRAM

SUB BAGIAN

UMUM DAN KEPEGAWAIAN

SUB BAGIAN

KEUANGAN

BIDANG TANAMAN PANGAN

PERTANIAN

BIDANG

HORTIKULTURA

BIDANG

PERKEBUNAN

BIDANG

KEHUTANAN

SEKSI

SARANA DAN PRASARANA

SEKSI

PENGEMBANGAN PRODUKSI

SERELIA, KACANG-KACANGAN,

DAN UMBI-UMBIAN

SEKSI

PASCA PANEN, PENGOLAHAN,

DAN PEMASARAN HASIL

SEKSI

PENGEMBANGAN PRODUKSI

SAYURAN

SEKSI

PENGEMBANGAN PRODUKSI

TAN. HIAS, TAN. BUAH, DAN

TAN. OBAT

SEKSI

PASCA PANEN, PENGOLAHAN,

DAN PEMASARAN HASIL

SEKSI

PENGEMBANGAN PRODUKSI

PERKEBUNAN

SEKSI

PASCA PANEN, PENGOLAHAN,

DAN PEMASARAN HASIL

SEKSI

PENGENDALIAN

SEKSI

PENGEMBANGAN DAN

PEMANFAATAN SD HUTAN

SEKSI

REHABILITASI LAHAN DAN

KONSERVASI TANAH

SEKSI

PERLINDUNGAN DAN

PENGENDALIAN HUTAN

UPTD

JAFUNG

Gambar 1.1 struktur organisasi Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan

Laporan Tahun 2014

14

KEPALA

DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN, DAN

KEHUTANAN

KEPALA UPTD

ALSINTAN DAN PENGENDALIAN OPT

KEPALA UPTD

PENGEMBANGAN BENIH

KEPALA UPTD

PENGEMBANGAN USAHA

KEPALA SUB BAGIAN

TATA USAHA

KEPALA SUB BAGIAN

TATA USAHA

KEPALA SUB BAGIAN

TATA USAHA

JAFUNG

Gambar 1.2 struktur organisasi UPTD Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan

Laporan Tahun 2014

15

1.3.2. Bidang Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi

Tugas pokok Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan berdasarkan

Perda Kab. Bandung No. 20 tahun 2007 adalah merumuskan kebijakan

teknis operasional di bidang pertanian, perkebunan dan kehutanan yang

meliputi pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan kehutanan

serta melaksanakan ketatausahaan Dinas.

Menindaklanjuti Perda tersebut, maka pada tanggal 26 Februari 2008

terbentuk Peraturan Bupati Bandung tahun 5 tahun 2008 tentang

“Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Daerah kabupaten Bandung”.

Berdasarkan Peraturan Bupati tersebut, tugas pokok kepala dinas pertanian,

perkebunan dan kehutanan adalah memimpin, merumuskan, mengatur,

membina, mengendalikan, mengkoordinasikan dan mempertanggung-

jawabkan kebijakan teknis pelaksanaan urusan pemerintahan daerah

berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan sebagian bidang pertanian

dan ketahanan pangan serta bidang kehutanan.

Adapun tugas pokok dan Fungsi Kesekretariatan: memimpin,

mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas di bidang pengelolaan

pelayanan kesekretariatan yang meliputi pengkoordinasian penyusunan

program, pengelolaan umum dan kepegawaian serta pengelolaan keuangan:

a. penetapan penyusunan rencana dan program kerja pengelolaan pelayanan

kesekretariatan;

b. penetapan rumusan kebijakan koordinasi penyusunan program dan

penyelenggaraan tugas-tugas Bidang secara terpadu;

c. penetapan rumusan kebijakan pelayanan administratif Dinas;

d. penetapan rumusan kebijakan pengelolaan administrasi umum dan

kerumahtanggaan;

e. penetapan rumusan kebijakan pengelolaan kelembagaan dan

ketatalaksanaan serta hubungan masyarakat;

f. penetapan rumusan kebijakan pengelolaan administrasi kepegawaian;

g. penetapan rumusan kebijakan administrasi pengelolaan keuangan;

h. penetapan rumusan kebijakan pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan

pelaporan pelaksanaan tugas Dinas;

Laporan Tahun 2014

21

i. penetapan rumusan kebijakan pengkoordinasian publikasi pelaksanaan tugas

Dinas;

j. penetapan rumusan kebijakan pengkoordinasian penyusunan dan

penyampaian bahan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas Dinas;

k. pelaporan pelaksanaan tugas pengelolaan pelayanan kesekretariatan;

l. evaluasi pelaksanaan tugas pengelolaan pelayanan kesekretariatan;

m. pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya;

n. pelaksanaan koordinasi/kerja sama dan kemitraan dengan unit kerja/instansi/

lembaga atau pihak ketiga di bidang pengelolaan pelayanan kesekretariatan.

Sedangkan, tugas pokok dan fungsi Bidang-bidang dalam Dinas

Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan adalah diantaranya:

1. Bidang Pertanian Tanaman Pangan

Tugas pokok Kepala Bidang Pertanian Tanaman Pangan adalah memimpin,

mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas di bidang pengelolaan

pertanian tanaman pangan yang meliputi sarana dan prasarana,

pengembangan produksi serealia, kacang-kacangan dan umbi-umbian serta

pasca panen, pengolahan dan pemasaran hasil.

Fungsi Bidang Pertanian Tanaman Pangan adalah :

a) menetapkan penyusunan dan program kerja pengelolaan pertanian

tanaman pangan,

b) menyelenggarakan pelamkasanaan tugas di bidang pengelolaan

pertanian tanaman pangan,

c) mengkoordinasikan perencanaan teknis di bidang pengelolaan tanaman

pangan,

d) merumuskan sasaran pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan

pertanian tanaman pangan,

e) membina dan mengarahkan pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan

pertanian tanaman pangan,

f) melaporkan pelaksanaan tugas pengelolaan pertanian tanaman pangan,

g) mengevaluasi pelaksanaan tugas pengelolaan pertanian tanaman

Laporan Tahun 2014

22

pangan, melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas

da fungsinya serta

h) melaksanakan koordinasi/kerjasama dan kemitraan dengan unit

kerja/instansi/lembaga atau pihak ketiga di bidang pengelolaan pertanian

tanaman pangan.

2. Bidang Hortikultura

Tugas pokok Kepala Bidang Hortikultura adalah memimpin,

mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas di bidang pengelolaan

hortikultura yang meliputi pengemangan produksi sayuran, tanaman hias,

buah-buahan dan obat-obatan serta pasca panen, pengolahan dan

pemasaran hasil.

Fungsi Bidang Hortikultura adalah :

a) menetapkan penyusunan dan program kerja pengelolaan hortikultura

b) menyelenggarakan pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan hortikultura

c) mengkoordinasikan perencanaan teknis di bidang pengelolaan

hortikultura

d) merumuskan sasaran pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan

hortikultura

e) melaporkan pelaksanaan tugas pengelolaan hortikultura

f) mengevaluasi pelaksanaan tugas pengelolaan hortikultura

g) melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas da

fungsinya serta

i) melaksanakan koordinasi/kerjasama dan kemitraan dengan unit

kerja/instansi/lembaga atau pihak ketiga di bidang pengelolaan

hortikultura

3. Bidang Perkebunan

Tugas pokok Kepala Bidang Perkebunan adalah memimpin,

mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas di bidang pengelolaan

perkebunan yang meliputi pengembangan produksi perkebunan, pasca

panen, pengolahan dan pemasaran hasil serta pengendalian.

Laporan Tahun 2014

23

Fungsi Bidang Perkebunan adalah :

a) menetapkan penyusunan dan program kerja pengelolaan perkebunan

b) menyelenggarakan pelamkasanaan tugas di bidang pengelolaan

perkebunan

c) mengkoordinasikan perencanaan teknis di bidang pengelolaan

perkebunan

d) merumuskan sasaran pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan

perkebunan

e) membina dan mengarahkan pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan

perkebunan

f) melaporkan pelaksanaan tugas pengelolaan perkebunan

g) mengevaluasi pelaksanaan tugas pengelolaan perkebunan

h) melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas da

fungsinya serta

j) melaksanakan koordinasi/kerjasama dan kemitraan dengan unit

kerja/instansi/lembaga atau pihak ketiga di bidang pengelolaan

perkebunan

4. Bidang Kehutanan

Tugas pokok Kepala Bidang Kehutanan adalah memimpin,

mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas di bidang pengelolaan

kehutanan yang meliputi pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya

kehutanan, rehabilitasi lahan dan konservasi tanah serta perlindungan dan

pengendalian hutan.

Fungsi Bidang Kehutanan adalah :

a) menetapkan penyusunan dan program kerja pengelolaan kehutanan

b) menyelenggarakan pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan kehutanan

c) mengkoordinasikan perencanaan teknis di bidang pengelolaan kehutanan

d) merumuskan sasaran pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan

kehutanan

e) membina dan mengarahkan pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan

kehutanan

Laporan Tahun 2014

24

f) melaporkan pelaksanaan tugas pengelolaan kehutanan

g) mengevaluasi pelaksanaan tugas pengelolaan kehutanan

h) melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas da

fungsinya serta

i) melaksanakan koordinasi/kerjasama dan kemitraan dengan unit

kerja/instansi/lembaga atau pihak ketiga di bidang kehutanan.

1.4. Sumberdaya Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan

Sumberdaya manusia setiap instansi harus cakap dan memiliki sikap

mental dan moral yang baik. Tahun 2014 jumlah personil di Dinas Pertanian,

perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung berjumlah 65 orang dengan

perincian pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Sumber daya Aparatur Dinas Pertanian perkebunan dan kehutanan

Kabupaten Bandung

No

Klasifikasi berdasarkan

Uraian Jumla

h Keterangan

1 2 3 4 5

1 Tingkat Pendidikan Formal Yang Ditamatkan

S2 7 S1 29

D3 5 SLTA 23

SLTP 1

2 Pangkat/Jabatan IV.c IV.b

1 1

IV.a 5

III.d 11

III.c 9

III.b 14

III.a 6 II.d 4

II.c 0

II.b II.a I.d

12 1 1

I.c I.b I.a

0 0 0

3 Berdasarkan Jabatan Eselon II.b 1

eselon III.a 1

Laporan Tahun 2014

25

No

Klasifikasi berdasarkan

Uraian Jumla

h Keterangan

1 2 3 4 5

Eselon III.b 4

Eselon IV.a 17

Eselon IV.b 4

1.5. Permasalahan Utama (Strategic Issued) yang Dihadapi

1.5.1. Identifikasi Masalah

a. Keterbatasan dan Penurunan Kapasitas Sumberdaya Pertanian

Pembangunan pertanian dihadapkan kepada permasalahan permintaan

produk pertanian terutama pangan yang semakin meningkat sejalan dengan

meningkatnya pertambahan penduduk, sementara kapasitas sumberdaya alam

pertanian terutama lahan dan air terbatas dan bahkan semakin menurun. Luas baku

lahan pertanian semakin menurun karena pembukaan lahan pertanian baru sangat

lambat sementara konversi lahan pertanian terus meningkat. Masalah konversi lahan

cukup berat.

Sumber air untuk pertanian semakin langka akibat kerusakan alam, terutama

di daerah aliran sungai (DAS). Sementara itu, kompetisi pemanfaatan air juga

semakin ketat dengan meningkatnya penggunaan air untuk rumah tangga dan

industri. Besarnya tekanan penambahan penduduk terhadap lahan berakibat

pemilikan dan penggarapan semakin terfragmentasi, sehingga jumlah petani gurem

meningkat dengan rataan pemilikan lahan yang semakin kecil.

Tingkat urbanisasi yang tinggi menyebabkan masyarakat yang terlibat

pertanian menurun drastis, yang juga berarti bahwa pangsa penduduk yang tinggal

di wilayah pedesaan akan cenderung semakin kecil. Implikasinya adalah masyarakat

yang membutuhkan pangan akan berjumlah lebih banyak dibandingkan dengan

masyarakat yang memproduksi pangan. Hasilnya adalah tuntutan terhadap

ketersediaan dan kontinuitas produksi pangan. Hal ini dapat menjustifikasi lebih

cepatnya laju pertumbuhan industri agro dibandingkan dengan sektor pertanian.

Selain itu, pergeseran pola demografis menyebabkan munculnya sektor-sektor

ekonomi baru dalam rantai pasok pangan; seperti pada lembaga-lembaga dalam

rantai tersebut.

Laporan Tahun 2014

26

b. Sistem Alih Teknologi Masih Lemah dan Kurang Tepat Sasaran

Sistem adopsi atau alih teknlogi dinilai masih lemah karena lambatnya

diseminasi teknologi baru (invention) dan pengembangan teknologi yang sudah ada

(innovation) di tingkat petani. Rendahnya diseminasi teknologi disebabkan oleh

beberapa hal. Sebelum diberlakukannya kebijakan otonomi daerah, sistem

penyampaian hasil teknologi dilakukan oleh penyuluh melalui proses aplikasi

teknologi di area percontohan. Pada era desentralisasi, kegiatan penyuluhan menjadi

kewenangan pemerintah daerah dan permasalahan pada sistem penyampaian

teknologi menjadi lebih kompleks akibat dorongan fungsi penyuluhan di tingkat

lapangan masih kurang

c. Kualitas, Mentalitas, dan Keterampilan Sumberdaya Petani Rendah

Rendahnya kualitas sumberdaya manusia merupakan kendala yang serius

dalam pembangunan pertanian. Tingkat pendidikan dan keterampilan rendah.

Selama 10 tahun terakhir kemajuan pendidikan berjalan lambat. Tahun 1992, 50

persen tenaga kerja di sektor pertanian tidak tamat SD, 39 persen tamat SD,

sedangkan yang tamat SLTP hanya 8 persen (BPS, 1993). Tahun 2002, yang tidak

tamat SD menjadi 35 persen tamat SD 46 persen dan tamat SLTP 13 persen (BPS,

2003). Rendahnya mentalitas petani antara lain dicirikan oleh usaha pertanian yang

berorientasi jangka pendek, mengejar keuntungan sesaat, serta belum memiliki

wawasan bisnis luas. Selain itu banyak petani menjadi sangat tergantung pada

bantuan/pemberian pemerintah. Keterampilan petani yang rendah terkait dengan

rendahnya pendidikan dan kurang dikembangkannya kearifan lokal (indigenous

knowledge).

Selama ini masalah di atas diatasi melalui peningkatkan kemampuan SDM

petani dan aparat melalui kegiatan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan. Untuk

mendukung kegiatan tersebut sarana yang digunakan adalah Unit Pelaksana Teknis

(UPT) yang berada di Daerah seperti Balai Diklat, Sekolah Tinggi Penyuluhan

Pertanian, dan Sekolah Pembangunan Pertanian.

Ketertinggalan petani dalam hal pendidikan diatasi dengan pendekatan

penyetaraan pendidikan yang selanjutnya dikaitkan dengan pelatihan keterampilan

berusahatani. Disamping itu, berbagai upaya penguatan kapasitas petani juga perlu

dilakukan terutama dalam hal pengembangan sikap kewirausahaan, kemampuan

Laporan Tahun 2014

27

dalam pemasaran dan manajemen usaha. Hal ini juga menimbulkan ketergantungan

yang sangat besar dari petani terhadap lembaga-lembaga donor, termasuk institusi

pemerintahan.

d. Lemahnya Koordinasi Antar Lembaga Terkait Dan Birokrasi

Kinerja pembangunan pertanian sangat ditentukan oleh keterpaduan diantara

subsistem pendukungnya, yaitu mulai dari subsistem hulu (industri agro-input, agro-

kimia, agro-otomotif), subsistem budidaya usahatani (onfarm), subsistem hilir

(pengolahan dan pemasaran) dan subsistem pendukung (keuangan, pendidikan, dan

transportasi). Keterkaitan antar subsistem sangat erat namun penanganannya terkait

dengan kebijakan berbagai sektor. Sementara itu, Departemen Pertanian hanya

memiliki kewenangan dalam aspek budidaya/usahatani. Berbagai kebijakan yang

terkait dengan produk pertanian sering tidak harmonis dari hulu hingga ke hilir,

seperti kasus penanganan impor produk pertanian (paha ayam, daging illegal, benih

kapas transgenik).

Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan adanya kesamaan persepsi dan

komitmen tentang peranan sektor pertanian dalam pembangunan nasional. Apabila

disepakati bahwa sektor pertanian merupakan penggerak utama ekonomi nasioanal

maka koordinasi antar instansi menjadi hal yang sangat penting dalam menyusun

kebijakan maupun implementasinya. Untuk itu perlu perbaikan menejemen

pembangunan pertanian dengan mengacu pada UU dan Peraturan Pemerintah.

e. Kebijakan Makro Ekonomi Yang Belum Berpihak Kepada Petani

Salah satu faktor penting yang menentukan kelanjutan dan kemampuan

dayasaing usaha pertanian adalah adanya kebijakan makro yang kondusif. Saat ini

kebijakan makro ekonomi baik fiskal, moneter, perdagangan, maupun prioritas

dalam pengembangan ekonomi nasional dinilai belum kondusif bagi keberlanjutan

dan kemampuan dayasaing usaha pertanian.

Kebijakan pemerintah yang belum memihak sektor petanian antara lain: (1)

penerapan pajak ekspor komoditas pertanian yang bertujuan untuk mendorong

industri pengolahan produk pertanian dalam negeri; (2) kredit perbankan yang

disediakan pemerintah, porsi terbesar diserap oleh pengusaha konglomerat, sisanya

adalah untuk koperasi, usaha kecil menengah termasuk petani; (3) alokasi dana

Laporan Tahun 2014

28

APBD untuk pembangunan sektor pertanian kurang memadai; (4) beberapa daerah

menarik biaya retribusi yang tinggi termasuk pada komoditas pertanian sehingga

mengurangi dayasaing dan menjadi penghambat dalam investasi di sektor pertanian;

(5) pembangunan sarana dan prasarana lebih besar di perkotaan dibanding dengan

perdesaan; dan (6) liberalisasi perdagangan telah menyebabkan membanjirnya

produk pertanian yang disubsidi berlebih oleh negara maju membuat petani kita

tidak mampu bersaing. Untuk itu diperlukan: (a) advokasi kebijakan dengan instansi

terkait, dan (b) dukungan legislatif dan stakeholders lainnya.

f. Pesatnya Pertumbuhan Industri Ritel Modern

Laju pertumbuhan industri ritel modern tidak terlepas dari pola

perubahan struktur demografis; terutama di negara berkembang. Beberapa

alasan yang mendasari pertumbuhan tersebut adalah; (1) Urbanisasi, yang

merupakan stimulan utama pertumbuhan; (2) pergeseran pola konsumsi

masyarakat pada pangan olahan dan (3) lebih rendahnya harga komoditas

pertanian di ritel modern dibandingkan dengan pasar tradisonal (harga riil).

Pada masa 10 tahun mendatang, supermarket diprediksi dapat menguasai

lebih dari 75 persen pangsa pasar komoditas ritel; terutama di negara-negara

berkembang. Proyeksi ini dilakukan berdasarkan kecenderungan yang terjadi

di negara-negara Amerika Latin dan Asia yang memiliki angka pertumbuhan

sampai dengan 30 persen per tahun. Faktor utama lainnya sebagai

pendorong pertumbuhan industri ritel modern tersebut adalah integrasi

perdagangan dunia; terutama flow keuangan dunia (FDI). Semakin terbuka

pasar sebuah negara maka semakin besar peluang pertumbuhan ritel modern

ini.

Beberapa tren perubahan fundamental pada sektor pertanian yang

disebabkan oleh pertumbuhan supermarket ini adalah; (1) sistem rantai pasok

untuk komoditas pertanian yang tersentralisasi ditandai dengan meningkatnya

peran teknologi informasi dan manajemen rantai pasok; (2) hilangnya

ketergantungan dan keberadaan spot market ditandai dengan semakin

terspesialisasinya pelaku-pelaku dalam sistim rantai pasok pertanian; (3)

inovasi bersifat institusional yang bersumber dari top leader firm di dalam

Laporan Tahun 2014

29

industri tersebut; dan (4) standarisasi kualitas dan keamanan produk

pertanian yang selalu dinamis.

g. Pergeseran Pola Permintaan Pangan

Pada konteks global, tren perubahan pada pola konsumsi pangan

diindikasikan akan dan sedang membawa perubahan di dalam pasar produk-

produk pertanian yang memberikan peluang kepada Indonesia beserta

wilayah sentra pertaniannya. Salah satu perubahan yang dapat diamati secara

empiris ditunjukkan oleh fakta bahwa sektor agro-industri memiliki laju

pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sektor pertanian; sektor

pertanian menghasilkan bahan baku pangan (unprocessed food) sementara

industri agro menghasilkan pangan olahan (processed food). Kondisi ini dapat

dijustifikasi dengan melihat bahwa selalu terdapat kecenderungan laju

peningkatan pendapatan per kapita masyarakat. Implikasinya adalah belanja

pangan masyarakat juga mengalami peningkatan. Namun, proporsi laju

peningkatan per kapita diindikasikan lebih cepat dibandingkan dengan

proporsi belanja pangan sehingga terjadi pergeseran pola belanja pangan;

dari staple food yang merupakan sumber kalori paling murah ke arah pangan

yang harganya lebih mahal per unit kalori; seperti pada pangan sumber

protein serta buah-buahan dan sayuran.

Sebagai bagian dari pergeseran ini, masyarakat akan mengkonsumsi

lebih banyak pangan olahan dengan beberapa alasan: (1) rasio pendapatan

masyarakat dan biaya pangan menjadi lebih besar karena pangan yang

unprocessed dapat diderivasi menjadi beragam jenis pangan sehingga secara

riil menjadi lebih murah; (2) pangan olahan cenderung memiliki kualitas yang

seragam dan lebih tahan lama sehingga dapat menghasilkan opportunity cost

yang lebih rendah.

h. Tuntutan Keamanan Pangan

Sejalan dengan pergeseran produk pertanian segar kepada produk

olahan maka fakta menunjukkan bahwa sisi konsumsi telah memberikan

perhatian lebih terhadap proses industrialisasi pertanian terutama di negara

Laporan Tahun 2014

30

berkembang. Konsumen pangan cenderung lebih memprioritaskan kualitas

dan keamanan pangan. Hal ini berkaitan dengan semakin tingginya kesadaran

konsumen terhadap potensi gangguan kesehatan yang ditimbulkan oleh

pangan yang dikonsumsi dan kandungan pestisida dalam pangan; dimana

proses produksi komoditas olahan berkaitan erat dengan tuntutan efisiensi

pada industri yang berimplikasi pada penggunaan input-input modern,

teknologi dan rekayasa biologis; yang diindikasikan akan menimbulkan resiko

teknis dalam penggunaanya (technological risks). Tuntutan konsumen atas

keamanan pangan sangat jelas terlihat dari fenomena semakin tingginya

permintaan pangan yang bersifat organik dan ”bersih”. Selain itu, lembaga-

lembaga pemberi sertifikasi tingkat dunia semakin banyak terberntuk dan

keikutsertaan suatu negara dalam perdagangan internasional komoditas

pertanian ditentukan oleh lembaga-lembaga tersebut.

i. Prioritas terhadap Lingkungan dan Hutan

(a). Sampah dan Limbah Pertanian

Salah satu komponen yang sangat terkait dengan sektor pertanian di

masa depan adalah sampah (organik). Selain menghasilkan manfaat ekonomi,

sektor pertanian diindikasikan merupakan sektor yang memiliki kontribusi

yang tidak sedikit dalam konteks permasalahan persampahan yang dihadapi

oleh banyak wilayah terutama kota besar.

(b). Pengelolaan dan Pemanfaatan Hutan

Hutan menjadi salah isu yang paling penting dalam konteks

permasalahan lingkungan global. Kecenderungan terjadinya bencana alam;

terutama banjir dan kekeringan, memberikan indikasi tidak lagi berfungsinya

hutan sebagai penyangga ekosistem. Paradigma hutan sebagai penghasil

devisa tampaknya tidak lagi menjadi kerangka utama negara-negara

Laporan Tahun 2014

31

penghasil produk hutan mengingat nilai kerusakan infrastruktur dan tingginya

biaya mitigasi bencana akibat tidak berfungsinya hutan. Adanya pembagian

kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah sebagai daerah otonom

dalam pelaksanaan pengelolaan hutan menyebabkan terjadinya distorsi

kebijakan di tingkat daerah.

j. Kemunculan Industri Biofarmaka

Peran komoditas tanaman obat cenderung semakin meningkat dalam

perdagangan local dan internasional. WHO telah secara eksplisit memberikan

berbagai advokasi mengenai pemanfaatan tanaman obat dalam program-

program kesehatan di Negara-negara berkembang. Fakta menunjukkan

bahwa terdapat lebih dari 50 ribu spesies tanaman yang diindikasikan

bermanfaat sebagai tanaman penghasil obat-obatan namun baru sekitar 1000

spesies yang dapat dimanfaatkan secara penuh. Kondisi ini berimplikasi pada

sangat besarnya potensi pasar komoditas tanaman obat. Karakteristik produk

dan nilai transaksi industri tanaman obat dipaparkan berikut ini.

Pertama (1) adalah fitofarmaka; berupa isolat aktif yang berasal dari

tanaman obat. Nilai transaksi jenis produk ini diestimasi mencapai 13.5 milyar

dolar dengan pertumbuhan sebesar 6.3 persen per tahun. (2) Ekstrak botani

atau herbal; merupakan jenis produk tanaman obat non ekstrak. Beberapa

negara tujuan ekspor utama adalah AS, Jerman, Perancis dan negara-negara

Eropa lainnya. Nilai transaksi produk tersebut diestimasi sebesar 35 milyar

dolar dengan laju pertumbuhan sebesar 20 persen per tahun. (3)

Nutrasetikal; berupa produk suplemen pada pangan dengan nilai transaksi

sebesar 5.5 milyar dolar. (4) Bahan mentah (raw) tanaman obat dengan nilai

transaksi mendekati 30 milyar dolar per tahunnya.

Berkaitan dengan karakter industri tanaman obat tersebut,

pertumbuhan diciptakan melalui berbagai bentuk bio-partnerships antara

industri dan petani. Hubungan ini lebih bersifat sebagai suatu perpaduan yang

strategis antara ilmu farmasi modern dan tradisional (indigenous knowledge);

Laporan Tahun 2014

32

yang merupakan domain dari masyarakat tradisional. Kondisi ini menunjukkan

bahwa pembangunan dan pengembangan komoditas tanaman obat

dititikberatkan pada eksplorasi lebih jauh pada tanaman obat yang belum

termanfaatkan dengan dukungan kesinergian dari indutri-industri farmasi.

k. Label Perdagangan Etis dan Adil (Ethics and Fair Trade)

Semakin terbukanya pasar dunia dan semakin luasnya pergerakan

komoditas pertanian berimplikasi kepada konvergensi tuntutan konsumen

terhadap komoditas tersebut. Selain tuntutan konsumen yang mengarah pada

aspek keamanan pangan, standarisasi sosial dari sebuah komoditas pertanian

yang diperdagangkan semakin keras disuarakan. Beberapa standar sosial

yang harus dipenuhi oleh sebuah produk pertanian sebagai syarat untuk

diterima oleh konsumen global berkaitan dengan aspek perdagangan yang

etis dan adil.

Salah satu opsi strategis masa depan yang harus diambil industri

pertanan adalah memperluas pangsa pasar. Industri pertanian di India dan

Cina telah menginisiasi penggunaan label ethical trade (ETI) dan fair trade

(FTI) dengan tujuan merebut pangsa pasar produk pertanian di pasar Eropa.

ETI dan FTI merupakan badan sertifikasi yang memberikan jaminan terhadap

suatu produk agar dapat diterima konsumen. Sertifikat dari ETI akan

menjamin produsen (pengolah) suatu komoditas telah memenuhi syarat-

syarat dalam menggunakan tenaga kerja sesuai dengan standar yang telah

diratifikasi bersama ILO, sementara FT memberikan jaminan bahwa manfaat

ekonomi yang terdapat dalam transaksi suatu komoditas (pertanian)

terdistribusi merata pada setiap komponen pasok rantai komoditas tersebut.

1.5.2. Isu-isu Strategis

Laporan Tahun 2014

33

Berdasarkan permasalahan utama di sektor pertanian tersebut, isu-isu

strategis dan mendasar yang harus tertangani dalam periode 2011-2015 dan esensial

untuk menunjang terciptanya pembangunan pertanian, perkebunan, dan kehutanan

yang berkelanjutan dan memiliki competitiveness dan comparativeness adalah (1)

identifikasi dan penguatan potensi sumberdaya lokal; (2) menicptakan kemitraan dan

konsolidasi yang solid di antara para pelaku usaha, stakeholders, dan pemerintahan;

(3) peningkatan kualitas dan kuantitas yang konsisten dan berkelanjutan melalui

penerapan teknologi dan SOP; dan (4) membangun infrastruktur dasar

pembangunan pertanian, perkebunan dan kehutanan. Selain itu, penguatan

kelembagaan dinas, aparatur dan institusi, menjadi isu strategis yang harus secara

konsisten ditingkatkan, sehingga cepat tanggap, informatif, regulatori, dan

fasilitatori.

BAB II RENCANA STRATEGIS

Laporan Tahun 2014

34

Laporan Tahun 2014

Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan

Kabupaten Bandung

DAN PENETAPAN KINERJA

Laporan Tahun 2014

35

BAB II

RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA

2.1. Rencana Strategis

2.1.1. Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan

Visi pembangunan dari Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Bandung periode 2012-2015 adalah “Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan agribisnis berkelanjutan berbasis sumberdaya lokal menuju keunggulan bersaing global, maju, mandiri, dan berwawasan lingkungan”

Elemen-elemen yang menjadi jiwa dari visi tersebut adalah;

(a) Mensejahterakan masyarakat yang berarti bahwa prioritas pembangunan pertanian ditempatkan pada kesejahteraan masyarakat pada umumnya; dan khususnya pada masyarakat pertanian; dimana kemampuan tukar output pertanian yang dihasilkan petani diharapkan selalu meningkat antar waktu.

(b) Pengembangan agribisnis berkelanjutan yang mengandung pengertian bahwa agribisnis merupakan suatu bentuk usahatani yang harus dikembangkan dengan meningkatkan kapasitas sumberdaya pertanian dari waktu ke waktu dengan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai dasar pengambilan keputusannya; yang pada gilirannya memiliki dampak positif terhadap status kesejahteraan masyarakat pertanian dalam terminologi kondisi ekonomi, sosial dan lingkungan hidup.

(c) Berbasis sumberdaya lokal yang artinya memanfaatkan semaksimal mungkin segenap potensi yang dimiliki wilayah yang meliputi beragam sumberdaya alam, manusia dan kapital serta derajat keterkaitan wilayah yang dimiliki.

(d) Memiliki keunggulan bersaing global yang berarti bahwa output sektor pertanian dihasilkan melalui pola-pola yang terstandarisasi sehingga dapat menjamin keamanan dan kesehatan konsumen sebagai dasar dari keunggulan komparatif dan kompetitif di pasar lokal, nasional dan internasional.

Untuk mencapai visi Pembangunan Pertanian tersebut, Dinas Pertanian

Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Bandung mengemban misi yang harus

dilaksanakan, yaitu:

1. Mendorong peningkatan peran sektor pertanian Kabupaten Bandung dalam

perekonomian regional dan nasional.

2. Meningkatkan akses dan ketersediaan sumberdaya pertanian yang bersifat lokal

Laporan Tahun 2014

36

dengan memanfaatkan teknologi untuk menjamin keberlanjutan usaha

pertanian.

3. Meningkatkan peran dan keterkaitan antar pelaku usaha melalui integrasi

wilayah produksi dan konsumsi komoditas serta produk pertanian.

4. Meningkatkan partisipasi setiap usaha pertanian terhadap pasar bebas melalui

pembenahan pola produksi, kelembagaan dan pasar.

5. Membangun agribisnis berwawasan lingkungan

2.1.2. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah

Tujuan:

1. Menumbuhkembangkan sistem manajemen terpadu antar komoditas pertanian

dan wilayah sentra produksi

2. Menciptakan sistem produksi pertanian yang menghasilkan nilai tambah dan

memiliki keunggulan kompetitif.

3. Menjaga kualitas lingkungan dalam pembangunan pertanian, perkebunan, dan

kehutanan yang berkelanjutan

Secara lebih spesifik, tujuan dari implementasi Rencana Strategis Pembangunan Pertanian jangka lima tahun di Kabupaten Bandung memiliki sasaran sebagai berikut:

1. Meningkatkan kesejahteraan kelompok masyarakat yang mata

pencahariannya berkaitan langsung dengan sumberdaya pertanian

terutama sub-sistem hulu dan produksi yang pada gilirannya juga pada

sub-sistem hilir.

2. Meningkatkan swasembada pangan lokal melalui peningkatan

produktivitas lahan dan komoditas pangan unggulan lokal

3. Meningkatkan posisi tawar petani melalui penguatan kelembagaan petani

serta meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani sehingga

mampu meningkatkan partisipasi dan aksesibilitas terhadap inovasi

teknologi, perkreditan, informasi pasar, dan kelestarian sumberdaya

pertanian

4. Meningkatkan keunggulan komparatif dan kompetitif produk pertanian

baik produk primer maupun olahan, sehingga mampu berdaya saing di

pasar, khususnya pasar ekspor melalui pengembangan agribisnis dalam

aglomerasi ekonomi pertanian.

5. Mengembangkan teknologi informasi dan komunikasi pada pembangunan

pertanian, pengembangan agribisnis, dan informasi pasar

6. Mengembangkan usaha ekonomi produktif dalam upaya stabilitas kualitas

lingkungan hutan dan lahan

Rencana Strategis ini setelah disepakati oleh semua stakeholder harus

merupakan pedoman dasar bagi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di

Laporan Tahun 2014

37

sektor pertanian selama sepuluh tahun kedepan. Setiap lima tahun dokumen rencana

strategis harus ditinjau kembali dan kemudian direvisi apabila diperlukan. Pedoman

ini setelah disahkan akan menjadi dokumen arahan bagi penyusunan rencana

pembangunan tahunan dengan target dan sasaran pembangunan yang lebih terarah,

efektif, dan efisien. Selanjutnya, Rencana Strategis juga harus dijadikan sebagai

bahan evaluasi setiap tahun, merupakan masukan bagi perbaikan program tahun

berikutnya.

2.1.3. Strategi, Kebijakan dan Penetapan Rencana Kinerja Lima Tahunan

Pembangunan Pertanian dan Kehutanan Tahun 2010-2015

Kerangka migrasi strategi pembangunan pertanian menunjukkan proses penetapan dan perubahan strategi pembangunan antar waktu. Dalam hal ini, migrasi strategi pembangunan pertanian ditetapkan dalam jangka waktu 5 tahun dengan harapan bahwa strategi-strategi yang terpilih pada setiap jangka waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan migrasi tersebut. Kelebihan dari arsitektur strategi ini adalah sifatnya yang sensitif dalam menghadapi perubahan-perubahan yang dinamis pada sektor pertanian dan perkebunan.

Berdasarkan strategic foresight dan identifikasi kesenjangan sektor pertanian di Kabupaten Bandung, proses pembangunan pertanian dapat dibagi menjadi tiga jangka waktu dalam tiga dimensi pembangunan; yaitu dimensi produk, pasar dan institusional. Secara umum, pengembangan subsektor tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan diarahkan pada terciptanya komoditas dan produk yang memiliki standar global. Pencapaian standar tersebut ditujukan untuk memperbesar peluang pasar produk tersebut; meskipun mungkin pada faktanya produk tersebut belum dapat menembus pasar global tetapi barriers to entry terhadap pasar internasional telah dapat dieliminasi. Pencapaian standar tersebut dapat dicapai dengan mengikuti pola produksi komoditas dan proses pembentukan produk yang juga terstandarisasi internasional; beberapa diantaranya adalah good agricultural practices dan good manufacturing practices yang telah diratifikasi pada tingkat internasional. Sementara untuk subsektor kehutanan, strategi-strategi yang disusun diarahkan untuk menciptakan kawasan hutan yang berkelanjutan; dimana implikasinya adalah harus adanya perubahan pola produksi, dari produksi fisik (kayu dan non-kayu) menjadi produksi barang dan jasa lingkungan (dalam hal ini adalah ekowisata). Di samping itu, hutan dapat memberikan nilai perlindungan exsitu dan insitu.

Dalam jangka pendek, strategi-strategi yang disusun untuk setiap dimensi bersifat penentuan dan identifikasi komponen pengembangan untuk masing-masing subsektor. Strategi identifikasi sangat dibutuhkan sebagai dasar untuk strategi berikutnya; atau untuk perubahan (dan migrasi) strategi pada jangka waktu berikutnya. Pada subsektor tanaman pangan, penentuan komoditas pertanian yang akan menjadi fokus pengembangan dan pemetaan pelaku usaha dalam komoditas tersebut (beserta stakeholders-nya) dirasakan sangat relevan sebagai dasar pengembangan selanjutnya. Selain dari komoditas, wilayah dimana komoditas tersebut dapat dikembangkan juga

Laporan Tahun 2014

38

menjadi dasar dari pengembangan komoditas. Sebagai justifikasi, pengembangan suatu komoditas memerlukan keterkaitan antara aspek spasial dengan jaringan usahatani komoditas tersebut. Keunggulan komoditas dapat dicapai dengan memanfaatkan dampak tumpahan (spillover effect) yang cenderung terjadi pada wilayah-wilayah sentra produksi pertanian yang berkelompok membentuk cluster. Cluster sentra produksi berbagai komoditas pertanian yang terbentuk secara alami di Kabupaten Bandung.

Pada subsektor perkebunan, inventarisasi teknologi produksi dan upaya penerapannya menjadi komponen yang cukup penting mengingat permasalahan yang dihadapi bermuara pada sisi produksi dan pengolahan hasil. Sementara pada subsektor kehutanan, komponen-komponen kelembagaan merupakan komponen penting karena permasalahan yang dihadapi adalah mengenai konflik pemanfaatan sumberdaya alam dan penanganan lahan dan air.

Strategi identifikasi tersebut selanjutnya dilengkapi dengan upaya-upaya mengembangkan pola produksi yang konvergen pada konsep good agricultural practices (GAP). GAP harus dijadikan dasar pada proses pembangunan pertanian karena konsep ini memuat pola produksi yang bersifat holistik dan dapat diterapkan secara spesifik pada setiap jenis sistem agroekologis. Pengadopsian konsep ini dapat dilakukan setelah wilayah dan komoditas utama telah teridentifikasi. Selanjutnya diperlukan proses penerjemahan prinsip-prinsip GAP tersebut sesuai dengan karakteristik wilayah dan komoditas yang bersangkutan.

Strategi jangka pendek juga akan diwarnai dengan upaya-upaya mengembangkan mekanisme supply chain (SCM) pada setiap komoditas. SCM merujuk pada kegiatan manajerial (koordinasi) antar pelaku dan lembaga yang terlibat dalam sektor pertanian (produksi, distribusi dan pemasaran) dengan tujuan mengahasilkan produk yang diminta oleh konsumen. Yang menjadi penekanan pada mekanisme ini adalah proses kolaborasi perencanaan dan keterkaitan antar pelaku usahatani tersebut. Strategi ini sangat relevan dengan Dinas Pertanian Kabupaten Bandung yang berfungsi sebagai fasilitator pembangunan pertanian.

Di dalam dimensi pasar, competitive intelligence (CI) menjadi kunci dari strategi-strategi jangka pendek. Strategi CI mencakup proses-proses yang berkaitan dengan mengumpulkan, menganalis, dan mengaplikasikan informasi yang diperoleh berkaitan dengan komoditas dan produk. Dalam operasionalisasinya, CI dapat dilakukan dengan membentuk jaringan formal dengan stakeholders yang terlibat dalam sektor pertanian. Dalam konteks ini, CI lebih ditekankan kepada penggalian informasi mengenai pasar komoditas dan produk pertanian. Pada gilirannya, informasi-informasi yang diperoleh akan diterjemahkan sebagai input dalam melakukan penyesuaian rencana strategis ketika pasar pertanian mengalami dinamika. Informasi-informasi yang dibutuhkan oleh Kabupaten Bandung terntunya berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan sektor pertanian serta peluang-peluang yang dapat dieksploitasi. Kerangka keterkaitan strategi dan migrasi stretegi disajikan

Laporan Tahun 2014

39

pada Gambar 10.

Sebagai hasil dari jangka pendek, terdapat beberapa komponen dasar strategi yang harus diterapkan. Pada jangka menengah diharapkan telah terciptanya arah menuju pola produksi komoditas dan pasar yang bersifat kontrak (contract based). Sebagai justifikasi, pasar yang bersifat kontrak akan memberikan peluang yang lebih besar terhadap usahatani berskala kecil untuk dapat berpartisipasi dalam pasar. Meskipun begitu, pola ini memerlukan jaringan usaha yang relatif telah terbangun; dimana usaha-usaha untuk membangun jaringan tersebut telah diinisiasi pada strategi jangka pendek. Selanjutnya, lingkungan yang dapat mendorong usahatani kecil untuk dapat memenuhi standar dalam pola kontrak harus dikembangkan.

Laporan Tahun 2014

40

Gambar 2.1. Kerangka Migrasi Strategi Pembangunan Sub-Sektor Tanaman Pangan dan Perkebunan Kab. Bandung

Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang

PA

SA

RK

ELE

MB

AG

AA

NP

RO

DU

K

5 Penerapan Integral Chain Care selanjutnya

(penekanan pada good manufacturing

practices, HACCP dan sistim traceability).

6 Adopsi teknologi yang tersedia untuk

pengembangan komoditas menjadi produk

derivatif;.

1 Pemetaan komoditas aktual dan potensi.

2 Penentuan fokus pengembangan komoditas.

3 Inventarisasi dan inisisasi pemanfaatan teknologi yang

tersedia pada tingkat nasional dan internasional.

4 Penyesuaian dan penerapan standar komoditas dan

terdiferensiasi. Sosialisasi dan inisiasi penerapan Integral

Chain Care tahap awal (penekanan pada sektor budidaya;

good agricultural practices, good pesticide practices).

6 Penetrasi pasar nasional untuk

komoditas terfokus beserta

produk dan produk derivatifnya.

Pemanfaatan peluang pasar

global (extenderization).

12 Pemanfaatan kekuatan

kolaborasi dan SCNM untuk

menciptakan co-innovation pada

produk. Pengembangan sistem

inovasi agribisnis.

13 Proses regenerasi dan suksesi

pada generasi muda

agripreneur.

7 Pengembangan industri

pertanian di sektor hilir.

7 Pemetaan cluster komoditas dan produk.

8 Pengembangan sistem informasi cluster.

9 Pengarahan dan pemanfaatan dana corporate

social responsibility untuk pembentukan

cluster.

10 Menciptakan iklim kondusif untuk merangsang

pembentukan aliansi strategis antar pelaku

usaha dan stakeholders. Pengembangan

biopartnership pada industri agrofarmaka.

11 Pengembangan collaborative decision making.

4 Transformasi perilaku pasar yang informal

(open negotiation based) menjadi formal

(contract based).

5 Penetrasi pasar (penekanan pada niche

market dan pasar industri).

1 Competitive intelligent. Pemetaan karakteristik dan

perilaku pasar.

2 Inventarisasi kendala barriers to entry pada pasar.

3 Pengembangan promosi generik. Inisiasi penetrasi pasar

(penekanan pada pasar ritel moderen).

1 Inisiasi untuk mentransformasi kelembagaan petani

berbasis produksi menjadi berbasis pasar (nilai).

2 Pengembangan aglomerasi di sektor pertanian.

3 Pemetaan dan identifikasi keterkaitan di antara jaringan

pelaku usaha dan stakeholders di sektor pertanian.

4 Menginisiasi pembentukan forum pada (3.) dan

merancang proses kolaborasi di dalam rantai pasokan.

5 Pemetaan industri penunjang komoditas dan produk.

6 Inisiasi pembentukan klaster agribisnis pangan dan

perkebunan. Pengembangan supply chain and network

management (SCNM).

Laporan Tahun 2014

41

Salah satu prasyarat bagi terciptanya pasar kontrak adalah adanya standarisasi komoditas atau produk pertanian. Pada jangka pendek, upaya-upaya standarisasi telah diinisiasi salah satunya melalui strategi adopsi konsep GAP dan pada jangka menengah dikembangkan lebih lanjut dengan mengadopsi konsep traceability. Konsep ini merujuk pada kelengkapan informasi pada setiap tahap produksi komoditas pertanian. Konsep ini sangat perlu diadopsi mengingat bahwa preferensi konsumen telah berubah ke arah makanan yang aman dan sehat dimana perhatian konsumen terhadap proses produksi akan semakin besar pada masa mendatang. Isu-isu mengenai penggunaan komoditas pertanian transgenik dan bahan kimia akan memperbesar tekanan konsumen terhadap produsen. Sejalan dengan konsep traceability, secara paralel konsep HACCP (hazard analysis and critical control points)harus dapat diterapkan. HACCP merupakan suatu pendekatan yang sistematik terhadap keamanan pangan yang dilakukan pada setiap tahap produksi pangan tersebut. Pendekatan ini dianggap sangat perlu mengingat bahwa selama ini inspeksi pangan lebih sering dilakukan pada tahap akhir produksi.

Pada sisi kelembagaan, pembangunan jangka menengah harus diwarnai dengan pengembangan kolaborasi pengambilan keputusan usaha (collaborative decision making) diantara pelaku pada sektor pertanian untuk menjamin efektivitias dari serangkaian strategi-strategi yang telah dilakukan sebelumnya. Pengambilan keputusan usahatani secara kolaboratif merupakan strategi lanjutan dari strategi SCM; dimana kolaborasi menunjukkan bentuk hubungan antar pelaku dan lembaga dalam sektor pertanian yang bersifat partnership. Konsekuensi dari bentuk hubungan tersebut adalah adanya kontrak formal mengenai distribusi profit dan loss yang dialami dalam rantai produksi tersebut.

Dalam jangka panjang merupakan pengembangan dari strategi-strategi yang telah disusun pada jangka pendek. Dalam jangka menengah, strategi-strategi akan mengalami perubahan (penyesuaian) terhadap tujuan yang akan dicapai pada jangka panjang. Dari sekian banyak opsi strategi, pembentukan integral chain care (ICC) pada subsektor tanaman pangan dan perkebunan perlu mendapatkan prioritas karena ICC merupakan koridor utama dalam pencapaian target pengembangan. Pada subsektor perkebunan, pembentukan aliansi strategis dengan asosiasi-asosiasi perlu dilakukan untuk dapat meningkatkan posisi tawar dari produk yang dihasilkan. Di antara beberapa dimensi pembangunan dalam kerangka migrasi strategi, dimensi kelembagaan tampaknya belum menjadi perhatian utama. Paradigma baru dalam pembangunan pertanian menyaratkan keseluruhan dimensi mendapatkan proporsi pengembangan yang seimbang. Pembangunan pertanian di dalam dimensi kelembagaan melalui aktivitas-aktivitas yang bersifat co-innovation, collaborative decision making dan beragam skema yang mengambil bentuk biopartnerships diharapkan akan menjamin tercapainya target pembangunan pertanian yang berkelanjutan.

Berkaitan dengan subsektor kehutanan, perencanaan dapat diterjemahkan sebagai sebuah

Laporan Tahun 2014

42

proses pengambilan keputusan dan kegiatan yang berkesinambungan dalam menentukan alternatif pemanfaatan dan konservasi sumberdaya hutan dengan tujuan tertentu pada jangka menengah dan jangka panjang. Dalam konteks perencanaan strategis ini, pengembangan subsektor kehutanan diarahkan pada pemanfaatan hutan yang tidak bersifat eksploitatif sebagai altenatif dari pemanfaatan yang konvensional. Pada jangka pendek, strategi-strategi pengembangan kehutanan diarahkan pada upaya-upaya mengidentifikasi manfaat lain dari hutan dalam menghasilkan barang dan jasa lingkungan. Sebelumnya, telah dikemukakan bahwa dari sekian alternatif pemanfaatan hutan maka ekowisata (ecotourism) menawarkan peluang yang sangat besar untuk dikembangkan. Dalam konteks ini, peran utama dari Dinas adalah sebagai koordinator dan negoisator mengingat bahwa hutan adalah sebuah barang publik yang hingga saat ini selalu menghadapi masalah-masalah hak properti dan hak pemanfaatannya. Sebagai konsekuensi dari barang publik, terdapat banyak pelaku ekonomi yang sangat berkepentingan dalam memanfaatkan hutan; dan tidak jarang menimbulkan konflik sumberdaya. Fungsi negoisator menjadi sangat relevan dengan banyaknya pelaku ekonomi yang terlibat tersebut.

Pada jangka menengah, strategi pengembangan beralih pada aspek penyediaan infrastruktur yang berkaitan dengan ekowisata. Selain dari anggaran belanja pemerintah, penyediaan infrastruktur tersebut dapat dilakukan melalui pihak swasata yang distimulasi dengan pemberian insentif fiskal. Dalam pengembangannya, peranan masing-masing stakeholder dalam subsektor kehutanan menjadi sangat krusial. Keberhasilan pengelolaan hutan tentunya sangat bergantung pada komitmen dan partisipasi stakeholder. Selain itu, pendidikan informal yang berkaitan dengan konservasi sumberdaya alam harus telah disosialisikan; terutama ditujukan pada masyarakat yang berhubungan langsung dengan hutan. Pada jangka panjang, strategi-strategi diarahkan kepada pengintegrasian ekowisata di Kabupaten Bandung pada jaringan keparawisataan nasional dan internasional. Kegiatan-kegiatan promosi menjadi kunci bagi terlaksananya strategi ini. Selain itu, objek ekowisata tersebut telah terhubung dengan upaya-upaya konservasi lainnya yang mengarah pada proteksi wilayah yang bersangkutan.

Laporan Tahun 2014

43

Gambar 2.2. Kerangka Migrasi Strategi Pembangunan Sub-Sektor Kehutanan Kab. Bandung Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang

PA

SA

RK

ELE

MB

AG

AA

NP

RO

DU

K

1 Identifikasi pasar barang dan

jasa lingkungan; menyusun

target pasar. Penyusunan paket-

paket produksi barang dan jasa

lingkungan.

2 Pemenuhan kebutuhan

infrastruktur minimal dengan

memanfaatkan jaringan dengan

swasta.

3 Inisiasi pengintegrasian objek

hutan ke dalam jaringan

kepariwisataan nasional dan

internasional.

1 Pemetaan stakeholders

kehutanan; terutama masyarakat

sekitar hutan. Pembentukan

komunitas hutan. Inisiasi

pembentukan jaringan bisnis

dan pendidikan.

2 Pembakuan mekanisme sharing

manfaat dan tanggung jawab

dengan stakeholders.

Pengembangan sistim

pendidikan lingkungan.

3 Pemberlakuan audit sosial

terhadap stakeholders.

Pemanfaatan kekuatan

kolaborasi untuk

menciptakan co-innovation

pada produk lingkungan.

1 Inventarisasi detil mengenai

interaksi antara hutan dengan

objek lainnya (aspek tekno-

sosio-ekonomi).

2 Adopsi dan pembakuan standar

mengenai pengelolaan hutan

sesuai konvensi internasional.

3 Konvergensi sistim pertanian

dengan produk dan jasa

lingkungan.

Laporan Tahun 2014

44

Tabel 2.1 Sasaran Strategis, Indikator dan Target Kinerja sampai dengan Periode 2015

SASARAN

STRATEGIS INDIKATOR KINERJA

TARGET KINERJA

TAHUN 2015

Meningkatkan

swasembada pangan

lokal melalui

peningkatan

produktivitas lahan

dan komoditas

pangan unggulan

lokal

1. Jumlah produksi komoditas

tanaman pangan unggulan:

- Padi (ton) 536.347 - Jagung (Ton) 53.386 - Ubi Kayu (Ton) 57.580

2. Jumlah produktivitas komoditas

tanaman pangan:

- Padi (kui/ha) 63,01 - Jagung (kui/ha) 64,15 - Ubi Kayu (kui/ha) 113,00

3. Prosentase kehilangan/kerusakan

hasil tanaman pangan 0,2 – 5%

4. Proporsi serangan OPT terhadap

luas tanam:

- Padi

- Jagung

11%

7%

1. Jumlah perluasan tanam yang telah

menerapkan teknologi

a. Padi

- SL-PTT

- SRI

b. SL-PTT Jagung

12.000 ha

5.000 ha

6.250 ha

2. Prosentase luas tanam yang telah

menerapkan teknologi:

a. Penggunaan Pupuk Berimbang

b. Penggunaan Benih Berlabel

- Padi

- Jagung

70%

65%

60%

Meningkatkan

keunggulan komparatif

dan kompetitif produk

pertanian melalui

pengembangan

agribisnis dalam

aglomerasi ekonomi

pertanian

1. Jumlah produksi komoditas

unggulan:

- Sayuran (ton)

- Buah-buahan (ton)

- Biofarmaka (ton)

- Tan. Hias (tangkai)

- Kopi (ton)

- Teh (ton)

- Cengkeh (ton)

1.091.180

594.473

894.960

397.543

4.407

3.495

124

Laporan Tahun 2014

45

SASARAN

STRATEGIS INDIKATOR KINERJA

TARGET KINERJA

TAHUN 2015

2. Jumlah kelompok tani yang telah

memiliki registrasi kebun

a. Hortikultura

b. Perkebunan

55 kelompok

10 kelompok

3. Jumlah kelompok usaha rumah

kemasan dan UPH:

a. Hortikultura

b. Perkebunan

5 kelompok

7 kelompok

Mengembangkan

usaha ekonomi

produktif dalam upaya

stabilitas kualitas

lingkungan hutan dan

lahan

1. Jumlah usaha agribisnis hasil non-

kayu:

- Jamur

- Lebah Madu

- Ulat Sutera

5 unit

5 kel

4 kel

2. Jumlah usaha agribisnis hasil kayu 1 kelompok

3. Penanaman lahan kritis 22.906 ha

2.1.4. Kerangka Kebijakan, Strategis dan Penetapan Kinerja Tahunan

Pembangunan Pertanian dan Kehutanan Tahun 2014

Sejalan dengan visi dan misi Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan

Kabupaten Bandung yang telah ditentukan sebelumnya, diperlukan beragam

kebijakan strategis untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran dari

pembangunan sektor pertanian. Secara garis besar, strategi, kebijakan dan program

yang disusun untuk meningkatkan kesejahteraan petani pada tahun 2014 bertujuan

untuk memfasilitasi peningkatan pendapatan petani melalui pemberdayaan,

peningkatan akses terhadap sumberdaya usaha pertanian, pengembangan

kelembagaan, dan perlindungan terhadap petani. Sedangkan sasaran yang ingin

Laporan Tahun 2014

46

dicapai adalah: (1) meningkatnya kapasitas dan kapabilitas petani, (2) semakin

kokohnya kelembagaan petani, (3) meningkatnya akses petani terhadap sumberdaya

produktif; dan (4) meningkatnya kualitas infrastruktur pertanian.

(a). Kebijakan yang berdasarkan strategi Produksi

Kerangka kebijakan yang termasuk di dalam dimensi produk dibentuk berdasarkan target pencapaian kinerja pertanian yang berkaitan dengan sisi produksi pertanian. Dalam rangka memperoleh keunggulan kompetitif komoditas dan produk pertanian, maka secara spesifik target jangka panjang yang akan dicapai adalah memperoleh komoditas yang telah mendapatkan standarisasi internasional dan bersifat terdiferensiasi. Tabel 2.2 Prioritas Komoditas Unggulan

Komoditas Kabupaten Bandung

Pangan Non Pangan

Tanaman Pangan Padi, Jagung, dan Ubi kayu

Hortikultura Cabe, Bawang merah, Kentang, Kubis, Tomat, Stroberi, Alpukat, Jambu, Biofarmaka

Tanaman hias

Perkebunan Kopi, Teh Cengkeh, Tembakau

Diantara berbagai opsi kebijakan di dalam dimensi pengembangan produk, kebijakan penetapan standar mutu produksi tampaknya belum mendapatkan prioritas. Sesuai dengan target yang akan dicapai, penetapan standar mutu produksi berfungsi sebagai benchmark dan indikator kinerja produksi komoditas dan produk pertanian. Penetapan standar mutu ini merupakan akumulasi dari beberapa komponen yang dapat dijadikan acuan dalam merencanakan program pengembangan yang lebih spesifik.

Di dalam subsektor kehutanan, kebijakan pengadopsian dan penetapan kerangka pengolahan dan pemanfaatan berdasarkan prinsip-prinsip konservasi hutan ditujukan untuk menciptakan produk dan jasa lingkungan yang dapat digunakan sebagai patokan dalam setiap jangka waktu pembangunan. Kebijakan ini mencakup beberapa komponen pengembangan; (1) pengkajian mengenai berbagai manfaat hutan yang kemudian dapat disosialisasikan kepada setiap stakeholders; (2) pengadopsian standar internasional mengenai kegiatan pemanfaatan hutan; dan (3) penetapan regulasi sebagai koridor terlaksananya kebijakan tersebut.

(b). Kebijakan yang berdasarkan strategi Pasar

Pencapaian utama pembangunan dalam dimensi pasar adalah menciptakan peluang dan keikutsertaan komoditas dan produk pertanian di pasar global. Kebijakan-kebijakan yang dapat memayungi proses pencapaian tersebut disajikan berikut ini.

Kebijakan Rencana Tindakan

Laporan Tahun 2014

47

Penetapan mekanisme yang berkaitan dengan riset pasar (identifikasi peluang pasar)

Pengembangan market-competitive

intelligence

Pengembangan inovasi pertanian

spesifik lokasi

Pengembangan alternatif sistim transaksi (pembiayaan, pengalihan resiko dan penjaminan)

Pengembangan pola contract farming.

Peningkatan fungsi fasilitasi dan advokasi antara pelaku pasar

Advokasi dan pendampingan dengan

tujuan meperkuat aspek legal usaha

pertanian

Beberapa dari kebijakan di atas yang belum mendapatkan prioritas adalah kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan riset pasar dan peningkatan fungsi fasilitasi dan advokasi. Riset pasar sangat dibutuhkan untuk tetap menjamin kedinamisan strategi dan keberlanjutan keunggulan komoditas dan produksi pertanian yang dihasilkan. Mengingat perilaku pasar (sisi permintaan) yang selalu berubah, maka dibutuhkan strategi yang juga dituntut untuk selalu dapat beradaptasi dengan perubahan. Dalam hal ini, riset pasar merupakan bahan bakar utama bagi upaya-upaya adaptasi yang harus dilakukan.

Kebijakan peningkatan fungsi fasilitasi dan advokasi antara pelaku pasar juga sangat penting untuk diprioritaskan. Kebijakan ini ditujukan untuk mengantisipasi kecenderungan terjadinya kegagalan pasar yang kerap terjadi pada sektor pertanian. Selain itu, fungsi fasilitasi tentunya sangat dibutuhkan untuk mengintegrasikan usahatani berskala kecil (tradisional) kepada alternatif-alternatif sistim transaksi moderen yang sedang mengalami pertumbuhan pesat pada saat ini.

Selain itu, sudah waktunya untuk juga dipikirkan mengenai: pengembangan manajemen resiko usahatani dan penciptaan iklim investasi usaha yang kondusif. Untuk itu, pemerintah daerah perlu menunjukan political will yang kuat dalam menunjang para pelaku agribisnis dengan dibuatnya program-program yang spesifik. Kebijakan dan program yang berkaitan dengan pengembangan pemasaran dilaksanakan melalui program pemasaran hasil produk pertanian/perkebunan.

(c). Kebijakan yang berdasarkan strategi kelembagaan

Pada jangka panjang, pembangunan pertanian dalam dimensi institusional ditujukan pada terciptanya sistem cluster pada sektor pertanian. Selanjutnya cluster akan berperan sebagai media dasar dalam mengembangkan kolaborasi antar stakeholders dalam rantai produksi komoditas. Kerangka

Laporan Tahun 2014

48

kebijakan pendukung pencapaian tersebut disajikan pada matriks kebijakan selanjutnya.

Kebijakan pertama yang harus dilakukan adalah menata kembali fungsi pemerintah sebagai kelembagaan penunjang yang didasari oleh kebutuhan sektoral, dengan demikian akan jelas struktur dan hirarki kelembagaan pemerintah dalam sektor pertanian. Langkah tersebut diharapkan akan berdampak pada koordinasi yang baik diantara para pengambil dan pelaksana kebijakan pengembangan pertanian. Selain itu, peningkatan profesionalisme aparatur Dinas Pertanian diharapkan menjadi akselerator terbentuknya proses kolaborasi tersebut.

Selanjutnya, kebijakan harus didukung pula dengan kebijakan pengembangan sistem koordinasi usahatani. Keragaan usahatani memerlukan dukungan yang bersifat lintas fungsional, administrasi dan disiplin disertai dengan penggunaan teknologi (teknik) di bidang manajemen yang akan memberikan dampak signifikan terhadap kinerja sektor pertanian di Kabupaten Bandung.

Kebijakan Rencana Tindakan

Penataan fungsi tugas pemerintah yang didasari oleh kebutuhan spesifik

Pendidikan dan pelatihan teknis SDM

Dinas Pertanian, Perkebunan, dan

Kehutanan

Peningkatan profesionalisme SDM

Dinas Pertanian, Perkebunan, dan

Kehutanan

Penetapan mekanisme keterkaitan lembaga peneltian dengan pelaku sektor pertanian dan pasar

Peningkatan koordinasi dengan

lembaga penelitian (nasional dan

internasional) dan perguruan tinggi

(perencanaan kolaboratif)

Pengembangan sistem koordinasi dan komunikasi pertanian (E-Government)

Pengembangan lembaga pertanian di

pedesaan

Penyebaran informasi mengenai

program pembangunan pertanian

(partisipatif)

Peningkatan peran pengawasan

partisipatif program pembangunan

pertanian

Penciptaan proses pengambilan

keputusan yang bersifat kolaboratif

Mendorong berfungsinya cluster-cluster

komoditas pertanian

Pemberdayaan masyarakat kehutanan

Peningkatan partisipasi masyarakat

Laporan Tahun 2014

49

Kebijakan Rencana Tindakan

dalam perumusan kebijakan dan

program pemanfaatan hutan

Peningkatan kewirausahaan

masyarakat kehutanan melalui

pendidikan informal

Masih berkaitan dengan dimensi institusional, permberdayaan masyarakat dalam rangka pembangunan sektor perkebunan dan kehutanan merupakan komponen yang paling relevan mengingat konflik sumberdaya yang sering timbul di kedua subsektor ini. Pada subsektor perkebunan, peningkatan kapasitas pekebun-pekebun berskala kecil dan buruh perkebunan dapat dilakukan melalui optimasi penggunaan isu corporate social responsibility pada perusahaan perkebunan berskala besar; termasuk di dalamnya perusahaan perkebunan milik pemerintah.

Di dalam sub sektor kehutanan, optimasi pemanfaatan hutan dapat dilakukan dengan meningkatkan keterlibatan masyarakat, terutama masyarakat pinggiran hutan. Dengan rekayasa kelembagaan, diharapkan masyarakat menjadi aktif dalam melakukan kegiatan konservasi serta mengalihkan ekstraksi sumberdaya hutan menjadi bentuk-bentuk jasa lingkungan. Rekayasa kelembagaan tersebut dapat diinisiasi dengan mengidentifikasi hukum adat atau norma yang berlaku lokal. Selanjutnya, penentuan pengelolaan hutan dapat diformulasikan bersama-sama seluruh stakeholders primer; sementara peningkatan kapasitas kelembagaan dapat dilakukan melalui beragam bentuk pendampingan dan advokasi.

(d) Kebijakan yang berdasarkan Pengelolaan Lingkungan

Target pencapaian pembangunan pertanian dan kehutanan berkelanjutan sebagaimana diuraikan di atas akan sangat dipengaruhi oleh fenomena perubahan iklim yang telah menjadi isu global dan sangat berdampak terhadap kelangsungan pembangunan di masa yang akan datang. Perlu upaya mengurangi dampak negatif perubahan iklim terhadap sumberdaya dan sistem produksi pertanian serta terhadap sosial ekonomi petani dan juga peningkatan kualitas lingkungan, terutama kualitas lahan dan hutan. Oleh karena itu, untuk menyiapkan antisipasinya diperlukan analisis tentang kerentanan dampak perubahan iklim, inventarisasi dan delineasi wilayah yang terkena dampak, serta penyusunan road map rencana aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dan lingkungan. Kebijakan ini tahun 2014, dilaksanakan melalui program Rehabilitasi Hutan dan Lahan

Pembangunan pertanian didesain dengan mencermati perkembangan lingkungan global sebagai respon terhadap pembangunan yang menyeluruh di bidang lain di dalam ekonomi nasional. Kenaikan standar hidup, perkembangan teknologi termasuk di dalamnya bioteknologi, serta perkembangan pasar domestik dan pasar dunia merupakan faktor yang

Laporan Tahun 2014

50

mendorong tumbuh kembangnya pertanian modern sebagai bagian dari pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan pertanian modern yang dimaksud adalah pembangunan pertanian melalui pembangunan agribisnis dan agroindustri dengan penguatan pola kemitraan usaha tani dari industri hulu sampai industri hilir.

Di dalam memandang perencanaan pembangunan pertanian sebagai upaya peningkatan kesejahteraan petani, pembangunan harus diarahkan agar penduduk desa yang relatif miskin dapat menikmati buah dari kemajuan pembangunan nasional dan dapat memberdayakan dirinya sendiri untuk berpartisipasi secara penuh di dalam proses pembangunan. Pemberdayaan itu juga diarhakan ke dalam suatu proses di mana rakyat dapat bergerak untuk memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang tersedia yang disiapkan untuk memperbaiki kualitas hidup secara bertahap.

Saat ini terdapat kecenderungan dan perubahan paradigma untuk mendesain pembangunan pertanian atas dasar perubahan dan perkembangan teknologi dan mekanisme pasar. Perubahan ini mendorong keseluruhan sektor ikut harus mampu mengubah arah dan strategi pembangunan termasuk di sektor pertanian.

Berdasarkan pertimbangan kondisi, potensi sumberdaya domestik, serta

peluang yang dimiliki, maka dapat dibuat arah pembangunan pertanian pada masa

datang di Kabupaten Bandung dengan tetap memperhatikan pola perubahan yang

terjadi di sepanjang proses kegiatan agribisnis melalui program kerja Dinas

Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan.

Setiap program/kegiatan yang direncanakan ditujukan untuk mencapai

Rencana Kerja Lima Tahunan yang dievaluasi setiap tahun. Lebih lanjut, untuk

mencapai sasaran lima tahunan tersebut, perlu ditetapkan Rencana Kerja Tahunan.

Rencana Kinerja Tahunan merupakan penjabaran dari Rencana Kinerja Lima

Tahunan. Strategis pencapaian sasaran dan tujuan tahunan dirancang ke dalam

program/kegiatan tahunan. Pada tahun 2012, Dinas Pertanian Perkebunan dan

Kehutanan menyusun Rencana Tindak ke dalam 8 program dan 22 kegiatan. Berikut

Rencana Kerja Tahunan (RKT) Tahun 2014, antaralain (tabel 2.3):

Laporan Tahun 2014

51

Tabel 2.3. Penetapan Rencana Kinerja Tahunan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Tahun 2014

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET KINERJA

PROGRAM/KEGIATAN

Meningkatkan swasembada pangan lokal

melalui peningkatan

produktivitas lahan dan komoditas pangan

unggulan lokal

1. Jumlah Pencapaian Produktivitas Komoditas:

- Padi (kuintal/ha)

64,14

1. Pengembangan Intensifikasi Padi Palawija 2. Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil

3. Pengembangan Diversifikasi Pangan

4. Pengembangan Perbenihan/Pembibitan 5. Penyusunan Database Produk Pangan

6. Pengadaan Sarana dan Prasarana Teknologi Tepat Guna Pertanian/Perkebunan

7. Pemeliharaan Rutin/Berkala Teknologi Pertanian/Perkebunan Tepat Guna

- Palawija (kuintal/ha) 108,67

2. Jumlah Kelompok yang telah memiliki

sertifikat organik (Kel) 3

3. Tingkat kehilangan/kerusakan hasil tanaman pangan (%)

10,35

4. Prosentase luas tanam yang telah

menerapkan teknologi: a. Penggunaan Pupuk Berimbang (%)

b. Penggunaan Benih Berlabel (%)

70

68

5. Proporsi serangan OPT terhadap luas tanam

a. Padi b. Jagung

12 10

6. Pencapaian Indeks Pertanaman (IP) 2,29

7. Proporsi luas areal tanam yang terkena

puso (%)

1,12

8. Jumlah unit UPJA yang berkembang 17

Meningkatkan keunggulan komparatif dan kompetitif

produk pertanian melalui

pengembangan agribisnis dalam aglomerasi

ekonomi pertanian

1. Jumlah rata-rata pencapaian produktivitas komoditas unggulan:

- Sayuran (kuintal/ha)

- Buah-buahan (kuintal/ha) - Biofarmaka (kg/m2)

- Tan. Hias (tangkai/ha) - Kopi (kuintal/ha)

- Teh (kuintal/ha)

210,19

102,00 3,19

17,14 11,90

23,50

1. Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Pertanian

2. Peningkatan Mutu, Produksi dan Produktivitas

Produk Pertanian/Perkebunan 3. Penelitian dan Pengembangan Pemasaran Atas Hasil

Produk Pertanian/Perkebunan 4. Promosi Atas Hasil Produk Pertanian/ Perkebunan

5. Pembangunan Pusat-pusat penampungan hasil

Laporan Tahun 2014

52

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET KINERJA

PROGRAM/KEGIATAN

- Cengkeh (kuintal/ha) - Tembakau (kuintal/ha)

2,15 9,50

produk Pertanian/Perkebunan 6. Penyusunan database produk pangan

7. Pengembangan Pertanian pada Lahan Kering

8. Penyediaan sarana dan Prasarana Produksi Pertanian/Perkebunan

9. Pengembangan bibit unggul pertanian/ perkebunan

2. Jumlah kelompok tani yang

menerapkan SOP GAP a. Sayuran

b. Buah-buahan

c. Tanaman Hias d. Biofarmaka

35

13

5 4

3. Jumlah komoditas yang dikembangkan: a. Sayuran (komoditas)

b. Buah-buahan (komoditas)

c. Tanaman Hias (komoditas) d. Biofarmaka (komoditas)

11

4 3

1

4. Jumlah kelompok yang telah memiliki registrasi kebun (kelompok)

30

Mengembangkan usaha ekonomi produktif dalam

upaya stabilitas kualitas

lingkungan hutan dan lahan

1. Prosentase luas lahan kritis yang tertanami (%)

47,58 1. Pengembangan hasil hutan non kayu 2. Pembuatan benih/bibit kehutanan

3. Pembinaan Pengendalian dan Pengawasan Gerakan

Rehabilitasi Hutan dan Lahan 4. Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dalam

Rehabilitasi Hutan dan Lahan

2. Jumlah luas areal hutan rakyat/

Agroforestry (ha)

7.910

3. Jumlah komoditas yang mengembangkan aneka usaha

kehutanan

4

4. Jumlah kelompok tani berbasis aneka usaha kehutanan dan AUK (kelompok)

118

1. Program Peningkatan Ketahanan Pangan

Salah satu tujuan dari pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung adalah meningkatkan produktivitas usahatani tanaman pangan melalui pola kemitraan dan meningkatkan ketahanan pangan di pedesaan. Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya produktivitas tanaman komoditas pertanian unggulan per hektar dalam satu kali tanam, berkembangnya usahatani padi dan palawija dengan pola kemitraan, dan tersedianya pangan yang cukup dengan harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat, serta terwujudnya diversifikasi konsumsi pangan yang tercermin dari tersedianya berbagai komoditas pangan dan pangan olahan. Untuk mewujudkan tujuan pembangunan pertanian ini, Dinas Pertanian Kabupaten Bandung mengajukan beberapa strategi perencanaan pembangunan melalui kegiatan:

1. Penyusunan Database Potensi Produk Pangan;

2. Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Pertanian;

3. Pengembangan Intensifikasi Tanaman, Padi Palawija;

4. Pengembangan Diversifikasi Pangan

5. Pengembangan Pertanian pada Lahan Kering;

6. Pengembangan Perbenihan dan Pembibitan;

7. Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Pertanian/Perkebunan;

8. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Pertanian /

Perkebunan;

Dengan upaya ini diharapkan mampu mencapai ketahanan pangan di tingkat rumah tangga petani dan gizi masyarakat yang seimbang sebagai prasyarat dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, juga meningkatkan usahatani pertanian dengan pola kemitraan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan indeks daya beli dan indeks kesehatan masyarakat, terutama masyarakat tani di pedesaan. Adapun teknis pelaksanaan, sebagai berikut:

a. Pengidentifikasian Kelompok Sasaran

Kegiatan dilaksanakan oleh petugas lapangan untuk mengetahui potensi

sumber daya pangan, spesifikasi teknis teknologi pengembangan, kemampuan

SDM dan pengembangan bisnis pertanian. Selain itu, juga dikumpulkan data

dan informasi mengenai kelembagaan dan budaya lokal.

1) Seleksi peserta dan jenis usaha

Berdasarkan hasil identifikasi, dilakukan seleksi dan penentuan jenis

usaha pangan lokal kepada calon peserta. Penetapan jenis usaha dilakukan

dengan studi kelayakan usaha untuk mengetahui keuntungan dan

keberlanjutan usaha. Kegiatan ini harus dilakukan dengan hati - hati

karena hasilnya menentukan kegiatan selanjutnya.

2) Pelatihan Teknis Agribisnis

Setelah seleksi peserta, dilaksanakan pelatihan tentang

pengembangan pangan lokal yang disesuaikan dengan hasil seleksi dan

Laporan Tahun 2014

57

potensi wilayahnya.Mata pelajaran diberikan secara teori dan praktek baik

berupa teknis maupun manajemen usaha. Kegiatan ini akan berhasil baik

jika dilaksanakan dengan metode belajar sambil bekerja. Pelatihan teknis

agribisnis ditujukan untuk peningkatan kesiapan penerima manfaat dalam

manajerial usaha.

b. Pemberian bantuan

Bantuan dapat diberikan berupa uang, peralatan, sarana produksi atau

kombinasi keduanya.Sebaiknya bantuan tersebut diberikan secara bertahap

sesuai dengan kebutuhannya dalam kegiatan produksi/pengolahan

pangan/pertanian.

c. Pendampingan/pembinaan

Kelompok dalam mengelola usahanya, perlu diberikan

pendamping/pembina dengan keahlian sesuai dengan kebutuhan teknis dan

manajemen dari usahanya. Pendampingan dilaksanakan selama satu tahun

atau satu kali proses produksi/pengolahan pangan/pertanian sampai dengan

pemasarannya. Apabila dalam proses pendampingan menghadapi

permasalahan yang sulit dipecahkan ditingkat lapangan, maka dapat meminta

bantuan kepada dinas/instansi teknis terkait.

d. Pembinaan pasca proyek dan pengembangannya

Walaupun pendampingan sudah selesai, pembinaan tetap diberikan

selama beberapa bulan dengan frekwensi kunjungan sesuai dengan kondisi

dan kebutuhan kelompok. Pembinaan akan terus dilanjutkan sampai kelompok

dapat mengembangkan usahanya menjadi kokoh dan mandiri termasuk

mengupayakan kemitraan dengan perusahaan mitra. Pembinaan pasca proyek

ini merupakan pembinaan rutin yang diberikan oleh petugas lapangan dari

dinas sesuai dengan bidangnya.

Adapun sasaran dari program peningkatan ketahanan pangan direncanakan tersebar di 31 kecamatan yang merupakan daerah sentra komoditas padi, palawija, dan hortikultura.

Sedangkan dampak yang diharapkan dari kegiatan tersebut, adalah: 1. Meningkatnya keragaman produksi dan konsumsi pangan.

2. Berkembangnya kegiatan perbenihan tanaman Pangan, hortikultura

dan perkebunan.

3. Berkembangnya daerah sentra produksi tanaman pangan, hortikultura

dan perkebunan.

4. Terbinanya kelompok tani dalam penerapan teknologi pertanian

Laporan Tahun 2014

58

organik.

5. Berkembangnya usahatani organik di pedesaan.

Kegiatan agribisnis mencakup empat subsistem, yaitu: subsistem agribisnis hulu (up-stream agribusiness), yakni kegiatan ekonomi yang menghasilkan (agroindustri hulu) dan perdagangan sarana produksi pertanian primer (seperti industri pupuk, obat-obatan, bibit/benih, alat mesin pertanian, dan lain-lain); subsistem usahatani (on-farm agribusiness); subsistem agribisnis hilir (down-streamagribusiness). Keberhasilan pembangunan pertanian melalui pendekatan sistem agribisnis sangat tergantung pada tingkat kehandalan dari setiap komponen yang menjadi subsistemnya. Untuk mencapai kehandalan yang simultan dari setiap subsistem dalam sistem agribisnis dibutuhkan uluran dan campur tangan pemerintah melalui regulasi, koordinasi, perlindungan, stimulasi, pelayanan dan penilaian terhadap seluruh subsistem dalam sistem agribisnis beserta lingkungan yang mempengaruhinya. Selain itu, kondisi sumberdaya lingkungan serta sarana dan prasarana juga merupakan faktor yang menentukan kehidupan dan pengembangan sistem agribisnis tersebut, yang direncanakan tersebar di Kabupaten Bandung (31 kecamatan).

Sedangkan sasaran dan dampak yang diharapkan dari kegiatan ini, antara lain adalah :

1. Mendorong terbentuknya usaha agribisnis baru sebagai usaha

diversifikasi pangan;

2. Terbinanya kelompok tani dalam penerapan standar-standar mutu

produk dan teknologi pengolahan hasil; dan

3. Terfasilitasi alat mesin pengolahan pasca panen hasil pertanian dan

sarana prasarana agribisnis.

Kegiatan Pengembangan sistem informasi manajemen pertanian diarahkan untuk mencapai sasaran:

- Terkumpul, terolah, dan teranalisanya data primer komoditas

Pertanian serta peramalan produksi pertanian

- Teridentifikasinya data potensi wilayah dan agroekosistem

- Berkembangnya manajemen database pertanian

- Terlaksananya perencanaan pembangunan pertanian yang tepat

sasaran.

Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan di atas merupakan rincian tahapan kegiatan, sehingga dapat dicapai impact yang bermanfaat bagi masyarakat tani pada khususnya. Adapun sasaran kegiatan yang ingin dicapai pada tahun 2014, sebagai berikut:

Laporan Tahun 2014

59

Tabel 2.4. Sasaran Kegiatan pada Program Peningkatan Ketahanan Pangan Tahun 2014

Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Kinerja

Penyusunan Database produksi pangan

Pengembangan Websites 1 Paket Terlaksananya Advokasi Pengelolaan

Data Statistik Peranian Tanaman pangan dan Hortikultura

1 Kali

Terlaksananya Penetapan Sasaran Intensifikasi Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan

1 kali

Terlaksananya kegiatan sinkronisasi data statistik pertanian

2 Kegiatan

Terlaksananya Forum Komunikasi Pengelolaan Statistik Perkebunan

1 Paket

Terlaksananya ubinan produktivitas tanaman pangan utama

1 paket

Terlaksananya Pengembangan STA dan UPH Kabupaten Bandung

1 paket

Terlaksananya Identifikasi Penyebaran Lahan Sawah di Kabupaten Bandung

1 paket

Terlaksananya Penentuan Angka Ramalan/Prognosa Statistik Tanaman Pangan dan Hortikultura

1 Paket

Monitoring, evaluasi dan pelaporan kebijakan subsidi pertanian

Terlaksananya penyusunan RDKK 1 kegiatan

Rekapitulasi RDKK tk kecamatan 62 OH Rekapitulasi RDKK tk kabupaten 18 OH Pelaporan pupuk bersubsidi tk

kabupaten 12 bulan

Terlaksannya analisa pupuk dan pestisida

1 kegiatan

penguatan komisi pengawasan pupuk dan pestisida

1 paket

terlaksananya verifikasi dan validasi pupuk bersubsidi

1 paket

Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil

Terlaksananya fasilitasi pengembangan padi organik fasilitasi sertifikat organik

2 paket

Terlaksananya fasilitasi pengembangan padi organik fasilitasi rumah kemasan padi organik

1 paket

Laporan Tahun 2014

60

Terlaksananya pengadaan stimulan alat pasca panen padi

1 paket

Terpal Power thresser polisher

100 lembar 4 unit 1 unit

Terlaksananya fasilitasi pasca panen dan pengolahan jagung Bintek pasca panen

1 paket

Terlaksananya fasilitas pasca panen dan pengolahan jagung stimulan alat pasca panen jagung (corn Sheller)

1 paket

Terlaksananya fasilitasi pasca panen dan pengolahan ubi kayu stimulan alat pengolahan ubi kayu

1 paket

stimulan alat pengolahan ubi kayu 1 paket Terlaksananya bimbingan teknis pasca

panen 1 paket

Terlaksananya fasilitasi Gudang Alsintan Pasca panen

1 paket

Pengembangan Intensifikasi Padi dan Palawija

Terlaksananya Workshop SLPTT 2 kali

Terlaksananya pengadaan benih padi 1.125 Kg Terlaksananya Bimbingan teknis

penerapan teknologi produksi Serelia dan Kabi

1 kali

Terlaksananya pengadaan jagung 3.000 kg Terlaksananya Bintek pengembangan

dan pemanfaatan Pupuk Organik 1 kali

Terlaksananya Mapping pencapaian dan pemanfaatan pupuk organik

1 kali

Terlaksananya Rakor P2BN 2 kali Pengembangan Diversifikasi Pangan

Terlaksananya Diversifikasi pola tanam dengan komoditas kedelai

8,000 Kg

Terlaksananya Diversifikasi pola tanam komoditas kedelai

1 Paket

Benih kedelai (150 Ha x 40 Kg) 6000 kg Pupuk ZPt (Rhizobium) 450 lt Terlaksananya Rapat Koordinasi 4 kali Terselenggaranya

Monitoring,Koordinasi, dan Evaluasi 4 Kecamatan

Laporan Tahun 2014

61

Pengembangan Pertanian pada Lahan Kering

Terfasilitasinya kegiatan pengembangan buah-buahan di dataran rendah

2 lokasi

Mangga 500 pohon Durian 500 pohon Terfasilitasinya kebutuhan bibit buah-

buahan dalam mendukung pengembangan hortikultura ramah lingkungan

fasilitasi sarana jaringan pengairan budidaya hortikultura

1 paket

pipanisasi pengairan green house 2 unit pompa air 1 paket Adopsi teknologi budidaya

hortikultura 1000 pohon

bibit jambu Kristal 155 L sarana pengembangan pertanian

ramah lingkungan (pupuk organik cair)

534 L

Stimulan penerapan teknologi ramah lingkungan (bibit bakteri/ agensi hayati/isolate)

1 paket

Fasilitasi mesin pencacah sampah organik

1 Paket

pengembangan sarana pengairan di lahan kering

Pembagunan embung 1 unit Pengembangan produk olahan

kemasan

Fasilitasi pengemasan 1 paket Pengembangan pertanian pada lahan

kering

Terfasilitasinya sarana penyimpanan benih kentang

1 kelompok

Tersedianya kontainer plastik 200 buah Terfasilitasinya kegiatan

pengembangan kawasan strawberry 3 lokasi

Perbaikan produktivitas strawberry ( bibit)

1500 polybag

Pembangunan green house permanen 200m2 Penangkaran benih strawberry (bibit) 1500 polybag Demplot pengembangan strawberry

organik

- bibit strawberry 796 polybag

Laporan Tahun 2014

62

- pestisida organik 150 botol - pupuk organik cair 100 L Terfasilitasinya kegiatan

pengembangan kawasan jeruk 3 lokasi

Penangkaran bibit jeruk 1000 pohon Pengembangan budidaya jeruk 1000 pohon Terfasilitasinya kegiatan

pengembangan kawasan alpukat 2 lokasi

Pengembangan budidaya alpukat 1500 pohon Terfasilitasinya kegiatan

pengembangan budidaya tanaman hias 2 lokasi

Pemeliharaan kebun percobaan tanaman hias (pupuk organik cair)

180 L

Bibit Krisan 50.000 stek Bibit anggrek remaja 260 pot Operasional lainnya

Pengembangan Perbenihan/Pembibitan

Terlaksananya pengadaan benih padi VUB kelas SS (Label ungu) dan Benih Padi VUB ES (Label Biru)

6000 kg

Terlaksananya pengadaan benih padi VUB kelas SS (label ungu) dan benih padi VUB kelas ES (label biru)

1200 Kg

- Benih padi VUB kelas SS 7000 Kg - Benih padi VUB kelas ES 1 unit Terlaksananya pengadaan traktor 1 paket Tasilitasi pelepasan benih padi lokal 1 paket Terlaksananya pengadaan sarana

produksi 3500 kg

Pengadaan NPK 210 kg Pengadaan fungisida 10.295 kg Pengadaan pupuk organik / kompos 100 botol Pengadaan PPC Terlaksananya demplot padi gogo 1 paket Terfasilitasinya kegiatan

pengembangan klinik tanaman 2 lokasi

Fasilitasi perlengkapan klinik tanaman - Pipet tetes (50 buahx 2 kel) 100 buah/kel - Preparat (100 box x 2 kel) 200 box/kel - Gelas Kimia 250 ml 50 buah - Gelas Kimia 50 ml 50 buah - Gelas Ukur Plastik 30 buah - Cawan Petri Kaca 50 buah

Laporan Tahun 2014

63

- Jarigen 200 buah - Corong Plastik 20 buah - Gunting 20 buah - Kapas 200 Pcs - Toren Air 10 unit - Alat Gelembung Udara 10 unit - Platisin 100 buah - Mikroskop Binokuler 4 unit/kel - PH Meter 6 unit - Lemari Laboratorium 2 unit - Meja Laboratorium 2 unit - Kursi Laboratorium 20 unit Pengembangan klinik tanaman 2 lokasi Penyelenggaraan kerjasama Swakelola 1 paket Pengembangan klinik tanaman sayuran 1 unit Perencanaan 1 paket Pengawasan 1 paket Terfasilitasinya pelayanan klinik

tanaman keliling 8 kecamatan

Fasilitasi alat pendeteksi Geotaging 3 unit Kendaraan operasional klinik tanaman 1 unit Kendaraan operasional lapangan roda

dua 1 unit

Mikroskop Digital 3 unit PH Meter 3 unit Fasilitasi sarana pendukung dudidaya

tanaman hias dan buah-buahan (hand sprayer stainless/metal)

5 unit

Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Pertanian/Perkebunan

Terlaksananya pengembangan usaha tani konservasi lahan terpadu

1 Paket

Terlaksananya kegiatan pendampingan 1 Paket Terlaksananya kegiatan forum

gangguan usaha perkebunan 1 Paket

Terlaksananya kegiatan IBK (Indikator Blok Kerja)

1 Paket

Terlaksananya kegiatan pengendalian hama dan penyakit

1 Paket

Laporan Tahun 2014

64

2. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/

Perkebunan

Peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/ perkebunan menjadi keharusan dalam mempertahankan kontinuitas usaha agribisnis pada berbagai komoditas unggulan di sektor pertanian. Menurut Abdul Adjid, D (2001), pasar adalah suatu tempat yang terbentuk dari usaha dua pihak yang akan berinteraksi, yaitu pembelian dan penjualan. Dengan kata lain, pasar menjadi sentra aktivitas ekonomi di dalam lingkungan dunia usaha termasuk di sektor pertanian. Stabilitas dan mekanisme pasar termasuk ke dalam sasaran utama dalam menciptakan masyarakat ekonomi yang berswasembada. Maka dari itu, program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/ perkebunan merupakan hal mutlak yang harus dilaksanakan dalam pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung.

Salah satu sub sistem dalam sistem agribisnis adalah penataan jaringan pemasaran guna meningkatkan posisi tawar petani dan Program peningkatan pemasaran bertujuan untuk mengembangkan dan menata jaringan pemasaran komoditas pertanian. Hal ini dirasakan perlu karena salah satu penyebab rendahnya nilai jual produk pertanian di tingkat petani di Kabupaten Bandung disebabkan oleh ketidakteraturan dan panjangnya jalur pemasaran komoditas pertanian.

Kegiatan-kegiatan ini direncanakan tersebar di 31 kecamatan di Kabupaten Bandung. Sedangkan sasaran dan dampak yang diharapkan dari kegiatan tersebut, adalah sebagai berikut:

1. Mendorong terbentuknya rumah kemasan hasil pertanian serta

mendorong meningkat nya permintaan konsumen;

2. Mengembangkan pusat-pusat penampungan Komoditas Pertanian

skala kecil di pedesaan;

3. Terlaksananya promosi produk hasil pertanian; dan

4. Tertatanya/teraturnya jalur pemasaran komoditas pertanian.

5. Meningkatnya kesadaran serta pengetahuan petani akan produk

bermutu/unggulan pertanian serta teknologi terbaru beserta

penerapannya dalam bidang pertanian.

Pada tahun 2014, program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan diarahkan untuk menyusun, mendeteksi dan

Laporan Tahun 2014

65

merestrukturisasi mekanisme dan stabilitas jaringan pasar komoditas hortikultura dan tanaman pangan di Kabupaten Bandung. Adapun sasaran kegiatan yang ingin dicapai, sebagai berikut:

Tabel 2.5. Sasaran Kegiatan pada Program Peningkatan Pemasaran Hasil

Produksi Pertanian/ Perkebunan

Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Kinerja

Pelatihan petani dan pelaku agribisnis

Terlaksananya Fasilitasi kemitraan dan pendampingan usaha kelompok tani

1 Paket

Terlaksananya sekolah lapang tanaman hias 1 Paket - Handsprayer stainles/metal 2 Buah - Gunting tanaman 10 Buah - Ember 5 Buah - Pupuk hayati 40 Pcs - Bibit krisan 7300 Stek

Forum kemitraan tanaman hias kerjasama swakelola

1 Paket

Terlaksananya adopsi penangkaran benih hortikultura

2 Paket

Terlaksananya penyusunan SOP GAP Tanaman Hias 1 Paket Terlaksananya pelatihan budidaya Strawberry

organik 1 Paket

Terlaksananya penyusunan SOP Budidaya Hortikultura

4 Kelompok

Evaluasi dan monitoring kegiatan, CPCL 1 Paket

3. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/ Perkebunan

Beberapa tantangan yang dihadapi dalam pemberdayan sumberdaya pertanian dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan adalah:

a. Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan petani dan

kelompok tani tentang inovasi teknologi pertanian.

b. Mencukupi kebutuhan air yang terus meningkat dalam waktu, ruang,

jumlah serta mutu yang tepat sebagai akibat dari meningkatnya

jumlah penduduk dan pembangunan di segala bidang (industri,

pertanian, pariwisata dan lain-lain). Sedangkan ketersediaan air relatif

tetap dan bahkan pada daerah-daerah tertentu sumber daya airnya

cenderung menurun.

Laporan Tahun 2014

66

c. Meningkatkan efisiensi penggunaan air melalui penerapan teknologi

hemat air.

d. Kelangkaan air yang selalu terjadi pada setiap musim kemarau yang

telah menyebabkan beberapa areal pertanian (terutama lahan sawah)

di Kabupaten Bandung mengalami kekeringan.

e. Mencukupi kebutuhan alat mesin pertanian untuk kegiatan produksi

dan pengolahan hasil.

f. Mencukupi ketersediaan sarana produksi berupa pupuk, obat-obatan

dan pestisida.

Adapun kegiatan yang diwadahi dalam program ini, adalah Pengadaan

Sarana dan Prasarana Teknologi Pertanian/ Perkebunan. Kegiatan Pengembangan Ketersediaan sarana prasarana pertanian dalam rangka peningkatan produktivitas pertanian diarahkan untuk mencapai sasaran:

- Terfasilitasinya dan terpeliharanya alat mesin pertanian pengolahan

produksi;

- Terbinanya dan berkembangnya pelayanan jasa alat mesin pertanian;

- Terencananya kebutuhan pupuk, obat-obatan, dan pestisida;

Terbinanya kelompok tani dalam penerapan teknologi pengairan hemat;

Program peningkatan penerapan teknologi pertanian/ perkebunan ditujukan sebagai usaha pendukungan dalam peningkatan produksi tanaman unggulan pertanian, seperti padi, jagung, kentang, cabe, tomat, bawang merah, kubis, alpukat, kopi, dan teh. Adapun sasaran kegiatan yang ingin dicapai pada tahun 2014, sebagai berikut:

Tabel 2.6. Sasaran Kegiatan pada ProgramPenerapan Teknologi Pertanian/

Perkebunan

Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Kinerja

Penelitian dan pengembangan teknologi pertanian/perkebunan tepat guna

Pembangunan Jalan Usaha Tani 27 Paket Pembangunan cek dam/dam parit 27 paket Pengembangan irigasi air permukaan 6 paket Rehabilitasi balai benih pertanian

kabupaten bandung 17 paket

Terbangunnya peningkatan produksi tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan

1 paket

Laporan Tahun 2014

67

Pengadaan Sarana dan Prasarana Teknologi Pertanian/Perkebunan Tepat Guna

Terlaksananya Bimbingan Teknis Teknologi Agen Hayati

25 Orang

Terlaksananya pengembangan Desa PHT

25 Orang

Terlaksananya bintek perlindungan tanaman dalam rangka pengamanan produksi hasil pertanian

100 Orang

Terlaksananya Bintek penerapan teknologi tepat guna

50 Orang

Terlaksananya Bintek penerapan teknologi pertanian

30 Orang

Tersedianya bahan obat-obatan 1 PAket - Rodentisida anti koagulan 150 Kg - Insektisida 150 Lt - Fungisida 100 Kg - Rodentisida/pengasapan 40 Dus Tersedianya alat penunjang alat-alat

pengolahan pertanian (Brigade proteksi pertanian)

2 Paket

- Hand Sprayer 15 L 50 Unit - Alat pencacah organik 2 Unit - Traktor besar 40 Unit - Traktor kecil 3 Unit - Mesin pompa air 3" (bensin) 25 Unit - Mesin Pompa 4" (Diesel) 2 Unit - Mesin giling padi 2 Unit - Mesin pemipil jagung 1 Unit - Mesin penepung 2 Unit - Mesin potong rumput 50 Unit - Alat udidaya jamur/auti claf 1 Unit - Mesin roda tiga 1 Unit - Hand Stacker 1 Unit

Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana teknologi pertanian/perkebunan tepat guna

Terlaksananya Diseminasi LP2B 1 Kegiatan Terlaksananya Tindak lanjut

Diseminasi 1 Kegiatan

Terlaksananya Bimbingan Teknis Pengelolaan air

1 Kegiatan

Terlaksananya Identifikasi Kelembagaan P3A dan GP3A Mitra Cai

1 Paket

Terlaksananya Revitalisasi P3A Mitra Cai

2 Paket

Laporan Tahun 2014

68

Terlaksananya Revitalisasi GP3A Mitra Cai

2 Paket

Terlaksananya penguatan P3A dan GP3A mitra cai

1 Paket

Terlaksananya Rancangan perda tentang perlindungan lahan berkelanjutan

1 Paket

Terlaksananya pelatihan Dana Investasi Agribisnis (DIA)

1 Paket

Terlaksananya pelatihan GP3A dalam kegiatan pasca panen

1 Paket

Terlaksananya Pelatihan GP3A dalam berbagai kegiatan pasca panen dan pemasaran produk pertanian

1 Paket

Terlaksanannya pengesahan /legalisasi badan hukum P3A dan PG3A

14 Paket

Terlaksanananya kegiatan dem area 1 Paket Terlaksananya kegiatan sekolah

lapangan iklim 1 Paket

Terlaksananya rehabilitasi jaringan irigasi

248 Ha

4. Program Peningkatan Produksi Pertanian/ Perkebunan

Program peningkatan produksi pertanian/ perkebunan ditujukan untuk meningkatkan produktivitas dan nilai tambah komoditas hortikultura dan perkebunan spsesifik lokalita. Adapun teknis pelaksanaan kegiatan diarahkan dalam pemenuhan:

a. Pengidentifikasian Kelompok Sasaran

Kegiatan dilaksanakan oleh petugas lapangan untuk mengetahui potensi

sumber daya pangan, spesifikasi teknis teknologi pengembangan, kemampuan

SDM dan pengembangan bisnis pertanian. Selain itu, juga dikumpulkan data

dan informasi mengenai kelembagaan dan budaya lokal.

1) Seleksi peserta dan jenis usaha

Berdasarkan hasil identifikasi, dilakukan seleksi dan penentuan jenis

usaha pangan lokal kepada calon peserta. Penetapan jenis usaha dilakukan

dengan studi kelayakan usaha untuk mengetahui keuntungan dan

keberlanjutan usaha. Kegiatan ini harus dilakukan dengan hati - hati

karena hasilnya menentukan kegiatan selanjutnya.

2) Pelatihan Teknis Agribisnis

Setelah seleksi peserta, dilaksanakan pelatihan tentang

pengembangan pangan lokal yang disesuaikan dengan hasil seleksi dan

Laporan Tahun 2014

69

potensi wilayahnya.Mata pelajaran diberikan secara teori dan praktek baik

berupa teknis maupun manajemen usaha. Kegiatan ini akan berhasil baik

jika dilaksanakan dengan metode belajar sambil bekerja. Pelatihan teknis

agribisnis ditujukan untuk peningkatan kesiapan penerima manfaat dalam

manajerial usaha.

b. Pemberian bantuan

Bantuan dapat diberikan berupa uang, peralatan, sarana produksi atau

kombinasi keduanya.Sebaiknya bantuan tersebut diberikan secara bertahap

sesuai dengan kebutuhannya dalam kegiatan produksi/pengolahan.

c. Pendampingan/pembinaan

Kelompok dalam mengelola usahanya, perlu diberikan

pendamping/pembina dengan keahlian sesuai dengan kebutuhan teknis dan

manajemen dari usahanya. Pendampingan dilaksanakan selama satu tahun

atau satu kali proses produksi/pengolahan hortikultura dan perkebunan

sampai dengan pemasarannya. Apabila dalam proses pendampingan

menghadapi permasalahan yang sulit dipecahkan ditingkat lapangan, maka

dapat meminta bantuan kepada dinas/instansi teknis terkait.

d. Pembinaan pasca proyek dan pengembangannya

Walaupun pendampingan sudah selesai, pembinaan tetap diberikan

selama beberapa bulan dengan frekuensi kunjungan sesuai dengan kondisi

dan kebutuhan kelompok. Pembinaan akan terus dilanjutkan sampai kelompok

dapat mengembangkan usahanya menjadi kokoh dan mandiri termasuk

mengupayakan kemitraan dengan perusahaan mitra. Pembinaan pasca proyek

ini merupakan pembinaan rutin yang diberikan oleh petugas lapangan dari

dinas sesuai dengan bidangnya.

Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan digulirkan untuk meningkatkan optimalisasi produktivitas komoditas unggulan dan indeks pertanaman lahan sawah dan lahan kering Kabupaten Bandung.

Adapun kegiatan yang diwadahi dalam program ini, sebagai berikut: 1. Penyuluhan peningkatan produksi pertanian/perkebunan; 2. Penyediaan sarana produksi pertanian dan perkebunan; dan 3. Peningkatan/Rehabilitasi saluran Irigasi.

Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan diarahkan untuk mencapai sasaran:

- Meningkatkan hasil produksi komoditas pertanian/perkebunan

unggulan Kabupaten Bandung yaitu dari tanaman hortikultura;

Laporan Tahun 2014

70

sayuran 1.060.004 ton; buah-buahan 574.281 ton; tanaman hias

388.369 tangkai; obat-obatan 859.830 ton; tanaman perkebunan; teh

3.277 ton, kopi 4.087 ton, dan cengkeh 117 ton.

- (1) berkembangnya kelompok usaha agribisnis berbasis hortikultura 4

kelompok (2) berkembangnya kelompok usaha agribisnis berbasis

komoditas kopi 3 kelompok; teh 2 kelompok; dan cengkeh 1

kelompok;

Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan di atas merupakan rincian tahapan kegiatan, sehingga dapat dicapai impact yang bermanfaat bagi masyarakat tani pada khususnya. Adapun sasaran kegiatan yang ingin dicapai pada tahun 2014, sebagai berikut:

Tabel 2.7. Sasaran Kegiatan pada Program Peningkatan Produksi Pertanian/

Perkebunan

Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Kinerja

Penyediaan sarana produksi pertanian/perkebunan

Terlaksananya Pengadaan Bibit Kopi dan Cengkeh

- Bibit kopi 5.400 Phn - Bibit Cengkeh 176.000 bnh

Terlaksananya pengadaan benih kopi 1 Paket Terlaksananya sarana dan prasarana

pasca panen 3 Paket

Terlaksananya pembuatan SOP kopi dan cengkeh

2 Dokumen

Tersedianya SOP kopi, Cengkeh 1 paket Tercapainya luas pertanaman Kopi 10.000 Ha

Pengembangan bibit unggul pertanian/perkebunan

Terlaksananya penyediaan benih kentang bermutu

- Bantuan benih kentang G0 20.000 Knol - Bantuan benih kentang G3 3.500 Kg - Bantuan benih kentang G4 4.000 Kg

Terlaksananya pengadaan bibit jamur tiram

Bag log

Terlaksananya pengadaan bibit cabe 80 Pcs Terlaksananya pengembangan benih

Bawang Merah 800 Kg

Terlaksananya pengembangan sayuran dataran rendah

14 Kec

Laporan Tahun 2014

71

- Bantuan benih kangkung 700 Kg Terfasilitasinya pembangunan screen

house penangkar kentang 2 Unit

Terfasilitasinya pembangunan screen house penangkar cabe

1 Unit

Terfasilitasinya pembangunan kubung jamur

2 Unit

Terlaksananya pengembangan pemanfaatan pekarangan

Terlaksananya sarana pengairan irigasi springkle

1 Unit

Peningkatan kualitas dan pasca panen tanaman tembakau

Terlaksananya sosialisasi DBHCT 1 Kali Terlaksananya peningkatan kualitas

dan pasca panen tanaman tembakau

1 Kali

Terlaksananya kegiatan Bimtek budidaya tanaman tembakau

1 Kali

Terlaksananya kegiatan Bimtek pengendalian OPT tanaman tembakau

1 Kali

Terlaksananya bimtek pasca panen dan pengolahan tembakau

1 Kali

Terlaksananya sistem kebersamaan ekonomi (SKE)

1 Kali

Terlaksananya pemurnian benih tembakau tahap 1

1 Kelompok

Terlaksananya pembuatan dokumentasi pengolahan tembakau

1 Kali

Terlaksananya inventarisasi dan validasi data tembakau

1 Kali

Terlaksananya kegiatan workshop pemasaran tembakau

1 Kali

Terlaksananya peningkatan kualitas tembakau melalui sistem GAP

1 Kali

Terlaksananya peningkatan kualitas tembakau melalui sistem GAP

1 Kali

5. Program Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Hutan

Program pemanfaatan potensi sumberdaya hutan merupakan salah satu kebijakan pembangunan kehutanan yang diarahkan untuk memberikan alternatif usaha bagi masyarakat di sekitar hutan, sekaligus dalam upaya rehabilitasi hutan dan lahan, selain langkah tindak vegetatif. Pada tahun

Laporan Tahun 2014

72

2014, program ini ditujukan untuk: (1) pengembangan agribisnis jamur dan (2) pengembangan agribisnis lebah madu.

Tabel 2.8. Sasaran Kegiatan pada Program Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Hutan

Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Kinerja

Pengembangan Hasil Hutan Non-Kayu

Terlaksanya budidaya aneka usaha kehutanan non kayu

100 %

Terlaksanannya Budidaya Lebah Madu

- Stuf Lengkap dan Bibit Koloni (Lebah + Ratu) 60 Buah

- Pengasap (Smoker) 6 Buah

- Saringan madu 6 Buah

- Pisau Madu 6 Buah

- Sikat lebah 6 Buah

- Masker 6 Buah

- Sarung tangan karet 6 Buah

Terlaksananya Pengembangan ulat sutera

- Murbei 15000 Stek

- Pupuk kandang 1962 Kg

- Furadan/sejenisnya 3 Botol

- Pupuk NPK 50 Kg

- Rumah ulat kecil 15 M2

- Rak ulat dan inkubasi 2 Paket

- Rumah ulat besar 45 M2

- Rak ulat 30 M2

Terlaksananya Pemberdayaan Masyarakat Hutan 1 Paket

- Jamur tiram 45462 Log

- Jamur kuping 5000 Log

Laporan Tahun 2014

73

- Pestisida cair organik 15 Botol

Terlaksananya Pengembangan Buah-buahan Hutan 540 Polibag

- Konyal/markisa 600 Polibag

- Pupuk kandang 200 Kg

- Pupuk cair organik 2 Botol

- Pestisida organik 2 Botol

- Tali kaos/ majun 8 KG

Terlaksananya kontak bisnis 100 %

Jumlah kegiatan monitoring, evaluasi, dan sosialisasi perlindungan, pengendalian, dan konservasi hutan (pkt)

47,58 %

6. Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan

Program rehabilitasi hutan dan lahan merupakan kebijakan yang ditujukan dalam pelestarian dan konservasi lingkungan, bertujuan untuk:

a. Meningkatkan akselerasi penanggulangan lahan kritis;

b. Mendukung dan mengembangkan program perbaikan lingkungan

melalui Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GRLK) melalui

pemberdayaan masyarakat tani di sekitar hutan dalam peningkatan

peran aktif masyarakat;

c. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.

Adapun sasaran yang diharapkan, adalah:

a. Terpenuhinya masalah kekurangan bibit tanaman untuk penanaman

pada lahan kritis seluas 4.415 hektar;

b. Tercapainya sasaran percepatan penanganan lahan kritis;

c. Mendorong tercapainya Kabupaten Bandung Hijau dan Lestari.

Tabel 2.9. Sasaran Kegiatan pada Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan

Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Kinerja

Laporan Tahun 2014

74

Fasilitasi Implementasi Green Province

Tersusunnya Dokume RTPKL dan RSPKL

40 Buku

Pembuatan bibit/benih tanaman kehutanan

Tersedianya benih tanaman kehutanan 20 Kg - Benih tanaman albazia 4 Kg - Benih tanaman gmelina 1 Kg - Benih jabon 5.800 Tunas - Bibit ecaliptus 500 Batang - Benih ecaliptus 2 Kg - Benih suren 5 KG - Indukan buah-buahan 60 Pohon - Benih mahoni 4 Kg - Bibit mahoni 600 Batang - Bibit alba 1.000 Batang

Pembuatan demplot UPSA Bibit rumput untuk terasering 500 Pengembangan budidaya tanaman jadi Polis Bibit tanaman jati 1.500 Batang Pengembangan budidaya tanaman bambu Bibit bambu 1.000 Tunas Pengembangan budidaya aren Bibit aren 1.000 Polibag Tersedianya sarana pembuatan pembibitan

tanaman kehutanan 1 Paket

Paranet 225 M Bambu gombong 16 Btg Bambu tiang 50 Buah Polybag besar 9 KG Selang plastik 100 M Embrat 2 Buah Cangkul 2 Buah Singkup 2 Buah Parang 2 Buah Drum plastik 2 Buah Papan nama persemaian 1 Buah Polybag kecil 22.000 Lembar Terfasilitasinya pupuk kandang 19.394 Kg Kegiatan pembibitatan 100 Kg pembuatan demplot UPSA 4.000 Kg Pengembangan budidaya tanaman jati (asli) 500 Kg

Laporan Tahun 2014

75

Pengembangan budidaya bambu 500 Kg Pengembangan budidaya aren 1.500 Kg Terfasilitasinya pupuk NPK 950 Kg Kegiatan pembibitan 20 Kg pembuatan demplot UPSA 1.500 Kg Pengembangan budidaya tanaman jati 1.500 Kg Sp 36 2 Paket Pestisida 10 Kg Pengembangan budidaya bambu 50 Kg Pengembangan budidaya aren 19.394 Kg Operasional lainnya

100 Kg

Peningkatan peran serta masyarakat dalam rehabilitasi hutan dan lahan

Mendukung terlaksananya lomba-lomba RTH 10 Lomba

Kegiatan lomba-lomba P2WKSS, sekolah sehat, Posyandu,TMMD

Kayu-kayuan 10.000 Pohon Mpts 6.000 Pohon Terlaksananya pemberdayaan

masyarakat/kelompok tani penghijauan 50 KTP

pengadaan benih/biji tanaman Albazia (sertifikat)

26 Kg

Pengadaan benih/biji tanaman Gmelina 100 Kg Pengadaan benih/biji tanaman Ecalyptus

(SKMB) 8 Kg

Pengadaan polybag 1.750 Kg Terlaksananya RHL melalui Kemah Kerja

Bupati 1 Desa

Bibit Penanaman Simbolis 100 Pohon bibit kayu-kayuan 10.000 Pohon Pengadaan pupuk kandang 200 Kg pengadaan peralatan lapangan Cangkul 20 Buah Ember Plastik 30 Buah Sepatu boot 30 Buah Payung 30 Buah Lap tangan 30 Buah Ajir 10.000 Buah Terlaksananya Bintek RHL 1 Lokasi bintek RHL 1 Paket

Laporan Tahun 2014

76

penyususnan RP -RHL dan RTn- RHL 1 Paket Terlaksananya FGD RHL 1 Lokasi Jumlah kegiatan monitoring, evaluasi, dan

sosialisasi perlindungan, pengendalian, dan konservasi hutan (pkt)

konservasi Lahan dan air (embung, Jalan tani, dam penahan, sapras pendukung) Bangub

Terbangunnya sarana pengairan (embung) 6 Unita

Terlaksananya pembangunan Gully Plug 23 Unit Terlaksananya pembuatan sumur resapan 25 Paket Terbangunnya dam penahan 7 paket Terfasilitasinya bibit tanaman keras dan

MPTS 163.000 Pohon

Pembuatan hutan rakyat 300 Ha Bibit tanaman keras 110.000 Pohon Pupuk organik 143000 Kg Bibit MPTS 33.000 Pohon Peningkatan usaha kehutanan Bibit kemiri 20.000 Pohon Pupuk Organik 20.000 kg

Pengadaan lahan leuweung sabilulungan (bangub)

Pengadaan lahan untuk hutan rakyat 550 Ha

Pengembangan "leuweung sabilulungan" (lahan)

1 paket

7. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani

Tabel 2.10 Sasaran Kegiatan Pada program Peningkatan Kesejahteraan Petani

Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Kinerja

Laporan Tahun 2014

77

Pelatihan petani

dan pelaku

agribisnis

Terlaksananya Fasilitasi Kemitraan dan Pendampingan Usaha Kelompok

1 Paket

Terlaksananya sekolah lapang tanaman hias

1 Paket

handsprayer stainles/metal 2 Buah

gunting tanaman 10 Buah

ember 5 Buah

pupuk hayati 40 Pcs

bibit krisan 7.300 Stek

forum kemitraan tanaman hias kerjasama swakelola

1 Paket

Terlaksananya adopsi penangkaran benih hortikultura

2 Paket

Terlaksananya penyusunan SOP GAP Tanaman Hias

1 Paket

Terlaksananya pelatihan budidaya Strawberry organik

1 Paket

Terlaksananya penyusunan SOP Budidaya Hortikultura

4 Kelompok

Evaluasi dan monitoring kegiatan, CPCL 1 Paket

8. Program Perlindungan dan Konservasi Sumberdaya Hutan 9.

Tabel 2.10 Sasaran Kegiatan Pada program Perlindungan dan Konservasi Sumberdaya Hutan

Kegiatan Sasaran Kegiatan Target

Kinerja

Pencegahan

dan

pengendalian

kebakaran

hutan dan

Terlaksananya upaya pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan serta mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan yg disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, daya-daya alam, hama dan penyakit

1 Paket

Laporan Tahun 2014

78

lahan

ATK penunjang 1 Paket

banner sarana dan cetak foto 20/230

Buah/Eksemplar

pengadaan kompas/navigasi 4 Unit

Altimeter barometer 4 Unit

Alat ukur laser 4 Unti

Terlaksananya upaya perlindungan dan pengamanan hutan

1 Paket

Jaket Raincoat 10 Buah

Pakaian lapangan 10 Buah

Celana lapangan 10 Buah

Tas Pinggang 10 Buah

Rompi 10 Buah

pengadaan alat masak 3 Unit

Terlaksananya upaya penyuluhan tentang undang-undang pencegahan dan pemberantasan perusakan hutan

1 Paket

kegiatan sosialisasi 1 Paket

Terlaksananya informasi kebakaran hutan

yang akan digunakan sebagai sumber air dalam pelaksanaan pemadaman

1 Paket

pembinaan masyarakat desa sekita hutan 1 Paket

Laporan Tahun 2014

79

BAB III TARGET PENDAPATAN DAN REALISASI

ANGGARAN

Laporan Tahun 2014

80

Laporan Tahun 2014

Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan

Kabupaten Bandung

BAB III TARGET PENDAPATAN DAN REALISASI ANGGARAN

3.1. Gambaran Umum Target Pendapatan dan Realisasi Anggaran

3.1.1. Anggaran Pendapatan

Pada Tahun 2014 Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten

Bandung ditargetkan untuk menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 150.930.450,-

(Seratus lima puluh juta sembilan ratus tiga puluh ribu empat ratus lima puluh

Rupiah) dari hasil pengelolaan balai benih pada; Lahan sawah di Jelekong

Kecamatan Baleendah dan Lahan sawah di Buah Batu Kecamatan Bojongsoang.

Tahun 2014, realisasi pendapatan dari balai benih tersebut mencapai Rp.

152.473.200,- (Seratus lima puluh dua juta empat ratus tujuh puluh tiga ribu dua

ratus Rupiah) atau 101,02% dari target pendapatan yang ditetapkan atau

peningkatan 1% serta bila dibandingkan dengan tahun 2013 terdapat penurunan

sebanyak Rp. 26.389.550.- (dua puluh enam juta tiga ratus delapan puluh Sembilan

Laporan Tahun 2014

81

ribu lima ratus lima puluh rupiah) dikarenakan ada pengurangan luas lahan sawah

untuk percobaan seluas 1,5 hektar di Kecamatan Solokanjeruk.

Adapun perincian anggaran pendapatan Dinas Pertanian, Perkebunan dan

Kehutanan Kabupaten bandung dan realisasinya Tahun 2014 dapat dilihat pada

Tabel 3.1. di bawah ini

Tabel 3.1. Target dan Realisasi Anggaran Pendapatan Dinas Pertanian,

Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung Tahun 2014

No SUMBER PENDAPATAN Target (Rp) Realisasi (Rp) (%)

1 Balai Benih Padi Jelekong dan Buah Batu

156.420.000 161.422.800 100,00

J u m l a h 156.420.000 161.422.800 100,00

3.1.2. Anggaran Belanja

Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Tahun 2014 mendapatkan

alokasi anggaran Belanja sebesar Rp. 35.238.892.184,- (Tiga puluh lima milyar du

ratus tiga puluh delapan juta delapan ratus sembilan puluh dua ribu seratus delapan

puluh empat rupiah), yang terdiri dari belanja tidak langsung (BTL) Rp.

4.514.614.404,- dan belanja langsung Rp. 25.821.805.013.- (BL).

1. Belanja Tidak Langsung

Belanja tidak langsung merupakan alokasi belanja untuk membiayai gaji

pegawai beserta tunjangannya. Pada tahun 2014, Dinas Pertanian mendapatkan

alokasi BTL sebesar Rp. 4.706.102.375,- atau 13,35% dari total anggaran belanja.

Dari target tersebut, terealisasi sebesar Rp. 4.514.614.404,- (empat miliar lima

ratus empat belas juta enam ratus empat belas ribu empat ratus empat rupiah) atau

95,93 persen.

Laporan Tahun 2014

82

Tabel 3.2 Target dan realisasi belanja tidak langsung tahun 2014

No Uraian Belanja Target

(Rp)

Realisasi

(Rp) %

1. Gaji dan Tunjangan 3.679.347.000 3.520.856.615 95,69

2. Tambahan Penghasilan PNS 1.026.755.375 993.757.789 96,78

T o t a l 4.706.102.375 4.514.614.404 95,93

2. Belanja Langsung

Belanja langsung dialokasikan untuk membiayai belanja langsung peningkatan

kinerja aparatur dinas dan belanja langsung masyarakat. Pada tahun 2014, target

anggaran Belanja Langsung sebesar Rp 30.532.789.809,- dan terealisasi sebesar

Rp. 25.821.805.013,- atau 84.57% dari target yang telah ditetapkan, yang terdiri

dari belanja langsung SKPD Rp. 1.255.404.193,- dan belanja langsung urusan

pilihan Rp. 24.566.400.820,-. Berikut Rincian target dan realisasi pada belanja SKPD

Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Tahun Anggaran 2014.

Tabel 3.3. Target dan Realisasi Anggaran Belanja Langsung SKPD Tahun 2014

No. URAIAN TARGET

TA.2014 (Rp)

REALISASI TA.2014 (Rp)

% SISA ANGGARAN

I. BELANJA SKPD

1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

417.157.000

405.265.609

97.15 11.891.391

2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

847.272.743

771.686.584

91.08 75.586.159

3. Program Peningkatan Disiplin Aparatur

27.650.000

27.650.000

100.00

0

4. Program 53.775.00 50.802.00 94.47 2.973.000

Laporan Tahun 2014

83

Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan keuangan

0 0

Belanja Langsung Pilihan

Anggaran belanja langsung pilihan Dinas Pertanian, Perkebunan dan

Kehutanan Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2014 adalah sebesar

Rp.30.532.789.809,- yang dialokasikan untuk membiayai sebanyak 9 program dan

26 kegiatan. Anggaran tersebut bersumber dari APBD Kabupaten Bandung Tahun

2014, Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang Kehutanan, bidang perkebunan/pertanian,

bantuan gubernur dan Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau APBN 2014. Total realisasi

anggaran Belanja Langsung Pilihan sebesar Rp. 29.186.935.066,- dan terdapat sisa

anggaran sebesar Rp. 4.607.148.846,-. Rincian belanja dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Kegiatan Pengadaan Lahan Leuweung Sabilulungan dengan Anggaran berasal

dari Dana Bantuan Gubernur sebesar Rp. 2.500.000.000,- tidak dapat terlaksana di

Tahun 2014, Hal tersebut disebabkan oleh rangkaian waktu proses pengadaan tanah

dengan luas lebih dari 5 Ha tidak mencukupi, proses tersebut mulai penetapan

angggaran, persiapan pelaksanaan pengadaan tanah, proses penentuan harga oleh tim

apraisal, negosiasi, proses pembayaran dan sertifikasi tanah. Solusi atas hal tersebut

adalah Anggaran akan diluncurkan di Tahun 2015, hal tersebut sudah dikoordinasikan

dengan Kepala DPPK, BAPPEDA, serta telah disampaikan surat permohonan dan lampiran

berupa SP2D yang telah terbit dengan nilai Rp. 1.387.915.500,- kepada Bupati Bandung

dalam rangka peluncuran anggaran tersebut.

Terdapat sisa anggaran yang sangat besar pada kegiatan Penelitian dan

pengembanan teknologi pertanian/perkebunan tepat guna sebesar Rp. 933.980.500,-,

Laporan Tahun 2014

84

hal ini disebabkan karena beberapa hal, yaitu:

1. Dibatalkannya kegiatan Pembuatan Jalan Usaha Tani Hortikultura

2. Dibatalkannya kegiatan Pembuatan Jalan Usaha Tani Perkebunan.

3. Hasil negosiasi pengadaan peralatan dalam kegiatan irigasi permukaan,

terutama dalam pengadaan pompa

Laporan Tahun 2014

85

Tabel 3.4 Target dan Realisasi Anggaran Belanja Langsung Program Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Tahun 2014

PROGRAM /KEGIATAN ANGGARAN (RP) REALISASI (RP) PERSENTASE SISA (RP)

Program Peningkatan Kesejahteraan Petani 300.000.000 294.220.000 98% 5.780.000

(a) Pelatihan petani dan pelaku agribisnis 300.000.000 294.220.000 98% 5.780.000

Program Peningkatan Ketahan Pangan (pertanian/perkebunan) 5.243.144.066 5.061.375.440 97% 181.768.626

(a) Penyusunan data base potensi produksi pangan 507.294.066 492.058.050 97% 15.236.016

(b) Monitoring, evaluasi dan pelaporan kebijakan subsidi

pertanian

321.350.000 317.480.000 99% 3.870.000

(c) Penanganan pasca panen dan pengolahan hasil pertanian 598.000.000 577.992.680 97% 20.007.320

(d) Pengembangan intensifikasi tanaman padi, palawija 824.000.000 792.353.760 96% 31.646.240

(e) Pengembangan diversifikasi tanaman 150.000.000 141.740.000 94% 8.260.000

(f) Pengembangan pertanian pada lahan kering 1.914.500.000 1.820.919.550 95% 93.580.450

(g) Pengembangan perbenihan/perbibitan 313.000.000 311.654.800 100% 1.345.200

(h) Penelitian dan pengembangan sumberdaya pertanian 615.000.000 607.176.600 99% 7.823.400

Program peningkatan pemasaran hasil produksi

pertanian/perkebunan

1.034.550.000 1.020.299.250 99% 14.250.750

(a) Promosi atas hasil produksi pertanian/perkebunan unggulan 541.250.000 535.113.250 99% 6.136.750

(b) Pembangunan pusat-pusat penampungan produksi hasil

pertanian/perkebunan masyarakat yang akan dipasarkan

493.300.000 485.186.000 98% 8.114.000

Program peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan 10.407.479.400 9.222.096.730 89% 1.185.382.670

(a) Penelitian dan pengembanan teknologi pertanian/perkebunan

tepat guna

5.922.753.400 4.988.772.900 84% 933.980.500

86

PROGRAM /KEGIATAN ANGGARAN (RP) REALISASI (RP) PERSENTASE SISA (RP)

(b) Pengadaan sarana dan prasarana teknologi pertanian/

perkebunan tepat guna

3.020.750.000 2.904.070.930 96% 116.679.070

(c) Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana teknologi

pertanian/perkebunan tepat guna

1.463.976.000 1.329.252.900 91% 134.723.100

Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan 5.087.871.600 4.663.539.620 92% 424.331.980

(a) Penyediaan sarana produksi pertanian/perkebunan 2.079.292.000 1.737.271.150 84% 342.020.850

(b) Pengembangan bibit unggul pertanian/perkebunan 1.430.360.000 1.400.775.155 98% 29.584.845

(c) Peningkatan Kualitas dan Pasca Panen Tanaman Tembakau 1.578.219.600 1.525.493.315 97% 52.726.285

Program pemanfaatan potensi sumber daya hutan 378.260.000 364.874.600 96% 13.385.400

(a) Pengembangan hasil hutan non kayu 378.260.000 364.874.600 96% 13.385.400

Program rehabilitasi hutan dan lahan 6.491.099.000 3.750.213.620 58% 2.740.885.380

(a) Pembuatan bibit/benih tanaman kehutanan 489.481.000 468.518.660 96% 20.962.340

(b) Peningkatan peran serta masyarakat dalam rehabilitasi hutan

dan lahan

801.618.000 769.409.460 96% 32.208.540

(c) Konservasi Lahan dan Air (Embung, Jalan Tani, Dam

Penahan, Sapras Pendukung) (Bantuan Gubernur)

2.500.000.000 2.332.267.500 93% 167.732.500

(d) Pengadaan Lahan Leuweung Sabilulungan (Bantuan Gubernur) 2.500.000.000 - 0% 2.500.000.000

(e) Fasilitasi Implementasi Green Province ( Bantuan Gubernur ) 200.000.000 180.018.000 90% 19.982.000

(f) Perlindungan dan konservasi sumber daya hutan 144.531.000 143.681.560 99% 849.440

(g) Pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan 144.531.000 143.681.560 99% 849.440

Program perencanaan dan pengembangan hutan 100.000.000 46.100.000 46% 53.900.000

(a) Pendampingan kelompok usaha perhutanan rakyat 100.000.000 46.100.000 46% 53.900.000

Laporan Tahun 2014

Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan

Kabupaten Bandung

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN

4.1. Analisis Pengukuran Kinerja

Untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai

dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan

misi Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung maka perlu

dilakukan pengukuran kinerja. Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan

Kabupaten dilakukan terhadap:

(a) Tingkat pencapaian sasaran, yang merupakan tingkat pencapaian target

(rencana tingkat capaian) dari masing-masing indikator sasaran yang telah

ditetapkanberdasarkan Rencana kerja tahunan dan rencana strategis lima

tahunan.

(b) Kinerja kegiatan, yang merupakan tingkat pencapaian target (rencana tingkat

capaian) dari setiap kelompok indikator kinerja kegiatan, dan langkah-langkah

kegiatan.

Pengukuran kinerja ini merupakan hasil dari suatu penilaian yang sistematik

didasarkan pada kelompok indikator kinerja kegiatan berupa masukan, keluaran, hasil,

manfaat, dan dampak. Penilaian tersebut tidak terlepas dari proses yang merupakan

kegiatan mengolah masukan menjadi keluaran dan hasil.

4.1.1 Analisa Pencapaian Kinerja Sasaran Tahun 2014

Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran pembangunan pertanian di

Kabupaten Bandungtahun 2014, yang telah ditetapkan dalam Indikator kinerja

utama, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan menetapkan beberapa

langkah rencana tindak lanjut tahun 2014 ke dalam 9 program dan 26 kegiatan.

Untuk mengevaluasi tingkat efektivitas program/kegiatan tersebut, indikator

kinerja menjadi acuan penilaian sasaran strategis.

Sasaran Strategis 1

Meningkatkan swasembada pangan lokal melalui peningkatan

produktivitas lahan dan komoditas pangan unggulan lokal

Salah satu sasaran strategis pembangunan pertanian adalah

meningkatnya swasembada pangan lokal melalui peningkatan lahan dan

komoditas pangan unggulan lokal. Hal ini merupakan salah satu langkah

perwujudan tercapainya ketahanan pangan sampai tingkat rumah tangga,

terutama dalam keberlanjutan ketersediaan pangan.Keadaan ini dicirikan antara

lain dengan tersedianya pangan yang cukup serta harga yang terjangkau oleh

daya beli masyarakat dan terwujudnya diversifikasi konsumsi pangan yang

tercermindari tersedianya berbagai komoditas pangan, baik produk segar

maupun produk olahan.

Untuk mewujudkan ketersediaan pangan sampai tingkat rumah tangga

tersebut, pemerintah mengupayakan strategi antara lain berbagai usaha

peningkatan produksi dan produktivitas lahan dan pangan. Selain itu,

peningkatan kapasitas dan kapabilitas masyarakat tani dalam desiminasi

teknologi mulai dari budidaya tanaman pangan pada sisi on-farm juga teknologi

pasca panen dan pengolahan hasil pada sisi off-farm.

Berdasarkan hasil pengukuran terhadap pencapaian sasaran seperti yang

telah dilakukan dan dapat dilihat pula dari berbagai fakta yang ada, baik berupa

keberhasilan maupun kekurangberhasilan pelaksanaan pembangunan pertanian

di Kabupaten Bandung,apabila dibandingkan dengan tahun 2014 maupun

terhadap sasaran/target yang telah ditentukan, ataupun juga terhadap realisasi

pencapaian dalam pelaksanaan kegiatan pada tahun 2014 ini.

Tabel 4.1 pengukuran sasaran kinerja tahunan 2014

SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA TARGET KINERJA

REALISASI

Meningkatkan swasembada pangan lokal melalui

5. Jumlah produksi komoditas tanaman pangan unggulan: - Padi (ton)

509.667

543.078

SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA TARGET KINERJA

REALISASI

peningkatan produktivitas lahan dan komoditas pangan unggulan lokal

- Jagung (Ton) 77.514 81.078

- Ubi Kayu (Ton) 121.579

127.846

6. Jumlah produktivitas komoditas tanaman pangan: - Padi (kui/ha) 64,14

62.87

- Jagung (kui/ha) 65,54 66.41

- Ubi Kayu (kui/ha) 197,40 185.47

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa ketersediaan pangan yang diindikasikan

oleh jumlah produksi tanaman pangan mengalami pertumbuhan positif dan

melebihi target kinerja yang telah ditetapkan. Pencapaian jumlah hasil produksi

padi sampai Desember 2014 ini mencapai 543.078 ton GKG atau dengan hasil

Produksi sebesar 91,62 % dari target produksi dengan produktivitas sebesar

62.87 kuintal/hektar. Pencapaian produksi berhasil melampaui target/sasaran

namun dalam hal produktivitas ternyata tidak mampu mencapai target hal ini

dimungkinkan karena gabah yang dihasilkan perhektarnya terkena dampak iklim

yang cukup ektrem serta adanya dampak serangan organisme pengganggu

tanaman walau tidak signifikan berpengaruh.

Sedangkanrealisasi produksi jagung mencapai 81.078 ton (Jagung pipilan

kering atau sebesar 94.00 % dari total target. Hasil panen jagung terbagi ke

dalam dua bentuk produk yaitu jagung dipanen muda dan jagung kering (bentuk

pipilan kering). Pada tahun 2014 ini hasil dari kerja keras para ketua kelompok

tani serta para stakeholder, berhasil panen kering seluas 12.029 ha melebihi

target sebesar 93,37 % atau dari luasan 11.828 hektar, walaupun dilapangan

masih sangat banyak petani yang lebih menginginkan panen muda karena kalau

dilihat dari sisi ekonomi lebih cepat dan mudah dalm pemeliharaan serta

pergulirannya sehingga lebih menguntungkan.

Dalam Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa peningkatan padi di Kabupaten

Bandung tahun 2014 ini terjadi dalam peningkatan produksi per satuan luas bila

dibandingkan dengan realisasi MT tahun tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan

kondisi iklim terutaman curah hujan ketersediaan air kurang mendukung

terutama untuk pertanaman padi serta tanaman pangan/palawija lainnya, yaitu

menyebabkan terjadinya pematangan biji padi menjadi sedikit terganggu karena

intensitas cahaya/panas matahari serta kelembabab udara cukup tinggi sehingga

sedikit mempengaruhi proses evavotraspirasi dan fotosintesis sehingga biji/bulir

padi berat massanya menjadi sedikit berkurang sehingga produktivitas per

hektarnya menjadi berkurang dari sasaran yang ditetapkan, kemudian pada

beberapa titik sentra produksi mengalami serangan hama penyakit tanaman

walaupun dalm intensitas rendah tapi cukup mempengaruhi hasil berat per

satuan luas tanam.

Lebih lanjut, peningkatan produksi tersebut juga didukung oleh

peningkatan luas tanam melalui peningkatan indeks pertanaman padi serta

penurunan persentase kehilangan hasil akibat proses pasca panen dan

pengolahan hasil. Peningkatan IP tersebut dilaksanakan melalui

perbaikan/rehabilitasi jaringan irigasi dan/atau pembangunan jaringan irigasi

baru, serta pembinaan yang dilakukan terhadap kelompok pengguna air melalui

berbagai program dan kegiatan baik yang bersumber dari APBD Kabupaten

Bandung, Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pertanian serta Program WISMP

(Water Resources and Irrigation sector Management Project), sehingga luas

tanam padi dapat meningkat dan menggenjot Indeks Pertanaman (IP) dari 2.27

pada tahun 2013 menjadi 2.507 pada tahun 2014 atau melebihi target sebesar

9.48% dari target sebesar 2.29, dan semua itu dinilai cukup efektif. Dengan

demikian, dampak negatif dari alih fungsi lahan terhadap pencapaian jumlah

produksi tanaman pangan, khususnya padi masih bisa diminimalisasi melalui

peningkatan IP dan produktivitas komoditas, disamping pengendalian OPT secara

sabilulungan (Brigade Proteksi Tanaman).

Tabel 4.2 Target dan Realisasi Jumlah Produksi Padi Palawija di Kabupaten Bandung Tahun 2014

No

Uraian Komoditi Realisasi

2013 (Ha)

Target 2014 (Ha)

Realisasi 2014 (Ha)

Realisasi Thdp

Target 2014

% thdp 2013

A PADI

1 Padi Sawah

Luas Tanam (ha) 89,069 76,604 86,651 113.11 97.29

Luas panen (ha) 86,499 73,656 81,759 111.00 94.52

Produksi (ton) 570,703 486,127 524,355 107.86 91.88

Produktivitas (kwt/ha)

65.98 66.00 64.13 97.17 97.21

2 Padi Gogo

Luas Tanam (ha) 5,093 6,077 2,810 46.24 55.17

Luas panen (ha) 5,646 5,808 4,622 79.58 81.86

Produksi (ton) 22,079 23,540 18,723 79.54 84.80

Produktivitas (kwt/ha)

39.11 40.53 40.51 99.94 103.59

No

Uraian Komoditi Realisasi

2013 (Ha)

Target 2014 (Ha)

Realisasi 2014 (Ha)

Realisasi Thdp

Target 2014

% thdp 2013

JUMLAH PADI

Luas Tanam (ha)

94,162 82,681 89,461 108.20 95.01

Luas panen (ha) 92,145 79,464 86,381 108.70 93.74

Produksi (ton)

592,782

509,667

543,078

106.56 91.62

Produktivitas (kwt/ha)

64.33 64.14 62.87 98.02 97.73

B PALAWIJA

1 Jagung

Luas Tanam (ha) 13,589 13,143 12,319 93.73 90.65

Luas panen (ha) 13,076 11,828 12,209 103.22 93.37

Produksi (ton) 86,256 77,515 81,078 104.60 94.00

Produktivitas (kwt/ha)

65.97 65.54 66.41 101.33 100.67

2 Kedelai

Luas Tanam (ha) 364 250 295 118.00 81.04

Luas panen (ha) 159 150 275 183.33 172.96

Produksi (ton) 246 212 387 182.38 157.38

Produktivitas (kwt/ha)

15.46 14.14 14.07 99.48 90.99

3 Kacang Tanah

Luas Tanam (ha) 1,722 2,145 2,069 96.46 120.15

Luas panen (ha) 1,691 2,038 2,258 110.79 133.53

Produksi (ton) 2,437 3,018 3,198 105.95 131.20

Produktivitas (kwt/ha)

14.41 14.81 14.16 95.63 98.25

4 Ubi Kayu

Luas Tanam (ha) 6,886 6,483 5,952 91.81 86.44

Luas panen (ha) 6,506 6,159 6,893 111.92 105.95

Produksi (ton) 124,960 121,578 127,846 105.16 102.31

Produktivitas (kwt/ha)

192.07 197.40 185.47 93.96 96.57

5 Ubi Jalar

Luas Tanam (ha) 1,777 2,140 2,494 116.54 140.35

Luas panen (ha) 1,686 2,033 2,545 125.18 150.95

Produksi (ton) 22,267 27,527 29,009 105.38 130.28

Produktivitas (kwt/ha)

132.07 135.40 117.58 86.84 89.03

JUMLAH PALAWIJA

Luas Tanam (ha)

24,338 24,161 23,129 95.73 95.03

Luas panen (ha) 23,118 22,208 24,180 108.88

104.59

Produksi (ton)

236,166

229,850

241,517

105.08 102.2

7

Produktivitas (kwt/ha)

102.16 103.50 99.88 96.51 97.77

Sumber: Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung, 2014

Indikator kinerja lain yang dapat digunakan untuk mengevaluasi

pencapaian sasaran strategis 1: “Meningkatkan swasembada pangan lokal

melalui peningkatan produktivitas lahan dan komoditas pangan unggulan lokal”

untuk mendorong tercapainya pengamanan produksi pangan diantaranya adalah

:

1. Sub sistem pengelolaan sarana dipengaruhi oleh ketersediaan sarana

produksi pada saat dibutuhkan petani terutama pupuk, pestisida, benih

serta sarana dan prasarana lainnya.

2. Sub sistem pengelolaan infrastruktur dasar pertanian.

3. Peningkatan kapasitas dan kapabilitas petani melalui desiminasi teknologi

budidaya tanaman: (1) Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu;

(2) System Rice of Intesification; (3) penggunaan pupuk berimbang.

4. Peningkatan sarana prasarana pasca panen.

5. Pemberdayaan kelembagaan pertanian tanaman pangan.

Melalui peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana tersebut

di atas secara langsung dapat berdampak pada peningkatan luas pertanaman

pertanian tanaman pangan yang merupakan upaya dalam pencapaian

peningkatan produksi 5% terutama komoditas padi di Kabupaten Bandung.

Grafik Indeks Pertanaman (IP) dibawah menunjukkan adanya peningkatan nilai

dari 1,92 di tahun 2009, 1,98 di tahun 2011, 2.01 pada tahun 2012, 2,27 pada

Tahun 2013 dan 2.52 pada tahun 2014 serta produktivitas padi meningkat dari

55,63 kuintal/ha di tahun 2005 menjadi 61,20 kuintal/ha di tahun 2011, dan

menjadi 64,33 kuintal/ha pada Tahun 2013 tetapi mengalami penurunan menjadi

62.87 kuintal/ha pada tahun 2014.

Gambar 4.1 perkembangan produktivitas padi Kabupaten Bandung

Gambar 4.2 perkembangan indeks pertanaman padi Kabupaten Bandung

Pada tahun 2014 sekarang ini, selain meningkatkan

produksi/produktivitas padi, program/kegiatan ditujukan pula untuk

mengidentifikasi komoditi-komoditi lain selain dari komoditas padi sebagai

pangan alternatif. Ubi kayu dan Ubi jalar memang sudah dikembangkan

sebelumnya serta merupakan komoditas lokal penduduk yang diusahakan

menjadi komoditi alternatif dan komoditi yang khusus dikembangkan adalah

kedelai. Ubi kayu sentra pengembanganya di daerah cileunyi, cilengkrang,

Cikancung, Nagreg dan Cicalengka. Lebih lanjut, pengembangan kedelai ini

dilaksanakan di Kecamatan Cimaung, Cikancung, Cicalengka, Baleendah,

Margaasih dan Kutawaringin dengan total luas tanam pada tahun 2014 ini seluas

295 Ha dan luas panenmencapai 275 ha dengan provitas yang lumayan masih

relative kecil yaitu sebesar 13,90 Kuintal/Ha.

Secara garis besar, pengembangan komoditi tersebut dievaluasi cukup

memberikan hasil yang positif terutama untuk komoditi ubi kayu, dan ubi jalar

karena sudah biasa petani melakukan penanaman, Namun, untuk komoditas

kedelai ternyata masih belum cukup menggembirakan karena ternyata para

petani lebih suka memanen kedelai dalam keadaan muda (dijadikan

makanan/kacang bulu). Selain itu, hasil dari kegiatan tahun 2013 yang

mengujicobakan talas jepang ternyata tidak berhasil seperti yang diharapkan

yang disebabkan oleh beberapa kendala diantaranya dari segi suhu/iklim kursng

mendukung, pemasaran serta ketertarikan petani ternyata minim sekali, akan

tetapi pada komoditas sorgum terdapat kelompok usaha pengolahan sorgum dan

ganyong dan telah memiliki spesifik pasar, walaupun masih dalam skala rumah

tangga. Ubi kayu di Kecamatan Cimenyan menjadi produk olahan populer yaitu

tape singkong.

Sayuran dataran rendah dialokasikan untuk mengganti tanaman padi

pada periode kering tahun 2014 sebagai upaya untuk mengurangi dampak

negatif kekeringan pada petani. Sehingga dapat memberikan multifier effects

bagi petani itu sendiri. Komoditi yang dikembangkan terutama kangkung,

mentimun, cabe dan bawang merah.

Sub sistem pengelolaan sarana dipengaruhi oleh ketersediaan

sarana produksi pada saat dibutuhkan petani terutama pupuk,

pestisida, benih serta sarana dan prasarana lainnya

1. Pupuk

Keberadaan pupuk sangat penting artinya bagi keberhasilan kegiatan

pengembangan agribisnis. Secara teknis kebutuhan pupuk setiap tahun

meningkat sejalan dengan peningkatan kebutuhan pangan masyarakat, akan

tetapi seperti halnya pada tahun sebelumnya, Tahun 2014 merupakan periode

mengurangi penggunaan pupuk kimia mulai dengan tujuan untuk mengurangi

tingkat degradasi lahan/mengembalikan tingkat kesuburan tanah, karena pupuk

organic mampu memperbaiki tekstur serta struktur tanah agar sifat-sifat fisik,

biologi maupun kimia tanah nya menjadi lebih baik lagi dan otomatis

ketersediaan unsur hara serta penyerapannya oleh tanaman menjadi maksimal,

juga bisa membentuk iklim mikro yang sesuai dengan perakaran tanaman,

namun ternyata penggunan pupuk organik (tabel) mengalami penurunan, ini

tidak serta merta menandakan bahwa pemakaian pupuk organik tidaklah

berhasil, melainkan menunjukan suatu indikasi keberhasilan dari program yang

ada yaitu diantaranya berarti di lapangan ternyata para petani banyak yang

menggunakan pupuk organik hasil buatan sendiri petani/kelompok tani. Cara

yang ditempuh diantaranya yaitu dengan cara mensosialisasikan kembali

penggunaan pupuk organik terutama pupuk organik buatan sendiri/kompos

maupun buatan pabrik yang lebih ramah terhadap lingkungan ataupun dengan

cara melakukan pemupukan yang berimbang antara pupuk an organik dan pupuk

organik. Realisasi penyaluran pupuk tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 4.3

berikut.

Tabel 4.3 Realisasi penyaluran pupuk tahun 2013 – 2014 (Ton)

No

Jenis Sarana Produksi

Realisasi

Tahun 2013

Sasaran

Tahun 2014

Realisasi

Tahun 2014

% Tase Realisasi- Target

2014

Sisa Aloka

si 2014

1 Urea 24,701 24,406 24,864 101.87

1,543

2 SP- 36 5,929 5,080 4,113 80.95

968

3 ZA 6,534 4,608 3,859 83.74

749

4 NPK 18,239 18,256 16,751 91.76

1,505

5 Organik 1,300 1,345 787 58.51

558

Sumber : Bidang Tanaman Pangan DISTANBUNHUT 2014

Lebih lanjut, sebagaimana sebagian diatas dipaparkan upaya penerapan

pupuk organic itu diantaranya adalah tetap diadakanya pengembangan unit-unit

pengolahan pupuk organik dalam bentuk rumah kompos, disamping

mensosialisasikan penggunaan kembali pupuk organik dan menjaga kualitas

lingkungan melalui pemanfaatan kembali limbah peternakan dan pertanian, juga

memberikan alternatif usaha bagi kelompok masyarakat tani di luar agribisnis.

Langkah strategis yang telah dilakukan sampai dengan Tahun 2014, adalah:

1. Memfasilitasi pembangunan rumah kompos dan Memfasilitasi alat-alat

pengolahan pupuk organik.

2. Memfasilitasi peningkatan pengetahuan, keterampilan dan teknologi

pengolahan pupuk organik bagi kelompok usaha.

3. Revitalisasi komisi Pengawasan Penyaluran Pupuk Kabupaten Bandung

(KP3)

Tabel 4.4 Fasilitasi Pengembangan Unit Pengolahan Pupuk Organik Tahun

2013-2014

No Jenis Sarana Volume Lokasi 1. Alat Pengolahan Pupuk Organik 8 unit Cicalengka, Cimenyan, Pasirjambu,

Pameungpeuk, Kertasari, Ibun

Sumber: Bidang Teknis Distanbunhut, 2014

Melalui upaya pengembangan Unit Pengolahan Pupuk Organik, Kelompok

Usaha Ekonomi Pedesaan (KUEP) “Taruna Mukti” Kampung Papakmanggu Desa

Cibodas Kecamatan Pasirjambu telah berhasil menyalurkan pupuk organik kurang

lebih 7.000 Ton/tahun. Penyaluran produk pupuk organik tersebut tersebar dari

Kabupaten Bandung, Kabupaten Karawang dan Kabupaten Subang, juga telah

bekerjasama dengan PT. PN VIII dan PT. Agrimas sebagai pasar/pengguna

produk.

Gambar 4.3 Unit Pengolahan Pupuk Organik KUEP

Taruna Mukti

2. Pengelolaan Benih

Kegiatan pada tahun 2013/2014 ini Dinas Pertanian Perkebunan dan

Kehutanan membantu/memfasilitasi BKPPP dan BPSB dalam melakukan

pengawasan dan sertifikasi benih terhadap para penangkar benih. Selanjutnya,

Balai benih Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan di Solokan Jerukdan

Jelekong sebagai UPTD dari Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan terus

mengembangkan dan memantau penggunaan benih bermutu/berlabel di

lapangan. Pada musom tanam 2013/2014, telah dapat menyalurkan benih padi

sebanyak 525 Ton untuk kegiatan SLPTT dan 20,20 Ton benih jagung.

Disamping itu,13,5 Ton benih kedelai disalurkan sebagai upaya uji coba budidaya

kedelai di Kabupaten Bandung guna mendukung tercapainya swasembada

kedelai nasional.Cadangan Benih Daerah dan Bantuan Penggantian Bencana

sebanyak 11,5 Ton dari APBD Kabupaten Bandung.

Pada Tahun 2014, dalam upaya mengejar penyerapan teknologi

pertanian, UPTD Benih menampung serta menyediakan benih berlabel/bermutu

untuk disebar/ditanam oleh para petani di wilayah kabupaten bandung, dan

menurut data dari UPTD benih bermutu/berlabel yang banyak

ditanam/digunakan oleh para petani di Kabupaten Bandung ini adalah Varietas

Ciherang (67%), Sintanur (3%), Mekongga (10%), IR-64 (10%) dan benih Lokal

sebanyak 10%.

Lebih lanjut, pengelolaan benih/bibit tanaman lainnya seperti hortikultura,

perkebunan dan kehutanan sebelum disebar ke lapangan dikontrol dan

dikendalikan kualitasnya melalui upaya penyertaan sertifikasi benih/bibit

tersebut. Penyaluran benih harus melalui uji lapangan dan adaptasi sehingga

tidak berdampak negative terhadap pertanaman lainnya di lapangan.

Upaya menciptakan benih/bibit baru khas lokal mulai menempati prioritas

target kinerja, dari tahun 2013 beberapa komoditi unggulan kabupaten

dikembangkan sistem penangkarannya melalui kerjasama dengan balai

penelitian. Jeruk besar cikoneng di Desa Cibiru Wetan Kecamatan Cileunyi

menjadi sasaran pertama dikarenakan komoditi ini memiliki spesifik unik. Krisan

dan tanaman hias lainnya dilaksanakan melalui pengembangan kebun percobaan

seluas 1,5 hektar dengan berbagai sarana prasarana yang telah dibangun untuk

menunjang pengembangan penangkaran dan uji adaptasi khusus tanaman hias

di Kecamatan Pasirjambu. Penangkaran kentang dan stroberi juga mulai dikelola

secara intensif dan tersebar di Kecamatan Pangalengan, Kertasari, Rancabali dan

Pasirjambu.

3. Pengelolaan Alat Mesin Pertanian

Alat Mesin Pertanian sangat mempengaruhi tingkat pencapaian

ketersediaan pangan di Kabupaten Bandung. Melalui hal tersebut, akan

mempercepat waktu tanam, waktu olah, dan waktu simpan dengan kuantitas

dan kualitas yang relatif lebih bila dibandingkan dengan secara manual.

Perkembangan Alat Mesin Pertanian dari tahun ke tahun terus mengalami

peningkatan baik dari jumlah alat maupun ketrampilan operator. Peningkatan

tersebut disebabkan adanya swadaya masyarakat maupun dukungan dari

pemerintah Pusat, Propinsi ataupun Kabupaten. Meskipun demikian, program

mekanisasi pertanian secara bertahap perlu terus dikembangkan karena semakin

terbatasnya tenaga kerja di pedesaan terutama buruh tani, meningkatnya

efisiensi dan efektivitas pemanfaatan alat itu sendiri, meningkatnya tuntutan

konsumen terhadap mutu dan kualitas produk pertanian. Pada tahun 2014 ini

jumlah alat mesin pertanian yang diberikan ke tingkat petani mengalami

kenaikan dari tahun 2013, hal ini dikarenakan alat mesin lebih spesifik dalam

penggunaan dari tahun-tahun sebelumnya seperti traktor atau alt penanaman

padi.

Pengembangan kegiatan mekanisasi pertanian diharapkan dapat

berdampak positif terhadap kualitas penerapan teknologi usaha tani, pendapatan

usaha tani, peningkatan minat generasi muda untuk terus bekerja di sektor

pertanian, sehingga diharapkan usaha tani dan bisnis pertanian dapat terus

berkembang serta dapat meningkatkan minat para generasi muda agar tidak

merasa minder dalam bergumul dengan lumpur dan bercinta dengan tanah dan

terus bekerja pada sektor pertanian dalam merajut masa depan keluarga.

Pada tahun 2014 ini, sebagai langkah strategis dalam mengelola alat

mesin pertanian di Kabupaten Bandung, Dinas Pertanian Perkebunan dan

Kehutanan terus mengembangkan dan meningkatkan Unit Pelayanan Jasa

Alsintan yang bertujuan untuk mengelola dan memelihara alat dan mesin

pertanian yang telah ada di lapangan. Dengan UPJA ini, kelompok-kelompok

masyarakat mendapatkan alternatif usaha dalam bidang penyewaan alat mesin

pertanian tersebut. Hal tersebut dapat memberikan efek positif pada kedua belah

pihak. Di sisi petani, akan mempermudah pekerjaan dan mempercepat waktu

usahanya dengan pembayaran sewa setelah panen, di sisi lain, UPJA akan

mendapatkan keuntungan sebagai penghasilan dan pemeliharaan aset UPJA.

Kehadiran UPJA di perdesaan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan petani,

kelompok tani dan gabungan kelompok tani dalam rangka penyediaan pelayanan

jasa alsintan guna mendukung tercapainya pemenuhan produksi pertanian yang

terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, menurunnya

daya dukung lahan, rendahnya intensitas pertanaman, dan kepemilikan alsintan

secara individu yang kurang menguntungkan.

Tabel 4.5 Perbandingan Jumlah Alat Mesin Pertanian di tingkat petani

Kabupaten Bandung Tahun 2013 dan Tahun 2014

No

Jenis Alsintan

Tahun 2013 (Unit) Tahun 2014 (Unit)

Total

Yang dapat diguna

kan

Rusak

Total

Yang dapat diguna

kan

Rusak

1 Alat Pengolahan Lahan

456 402 54 833 746 87

2 Alat Pemupukan 243 135 108 243 135 108

3 Alat Pemberantasan OPT

46.472

45.669 803 46.55

6 45.753 803

4 Pompa Air 425 411 14 571 533 38

5 Sabit Bergerigi 219 194 25 998 987 11

6 Alat Pengolah Padi

1.726 1.519 207 1.750 1.543 207

7 Alat Pengolah Jagung

18 18 0 18 18 0

8 Alat Pengolah Non Jagung

154 135 19 154 135 19

9 Perajang 3 3 0 3 3 0

10

Grader 409 363 46 409 363 46

Sumber: UPTD Alat mesin Pertanian dan Pengendalian OPT; Statistik DISTANBUNHUT Kab. Bandung 2014.

Pada Tahun 2014, pemerintah Kabupaten Bandung melalui Dinas

Pertanian Perkebunan dan Kehutanan telah merencanakan memberikan stimulan

berupa alat mesin pertanian kepada kelompok tani sebagai langkah dalam

pengembangan UPJA, berupa alat dan mesin baik pada sub sistem on-farm

maupun sub sistem pasca panen dan pengolahan hasil. Hal tersebut dilakukan

dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas usaha kelompok tani. Stimulan

alat tersebut berupa:

1. Traktor besarsebanyak 40 unit.

2. Pompa Air 3” sebanyak 25 Unit

3. Pompa Air 4” sebanyak 2 Unit

4. Mesin giling padi sebanyak 2 unit

5. Mesin Pemipil Jagung sebanyak 1 Unit

6. Mesin Penepung sebanyak 2 unit

7. Mesin Potong Rumput sebanyak 50 unit

8. Alat Budidaya Jamur sebanyak 1 unit

9. Motor Roda Tiga sebanyak 1 unit

Lebih lanjut, pengembangan UPJA di Kabupaten telah dilaksanakan di

Kecamatan Kutawaringin dan Ciparay. Kedua UPJA center tersebut diharapkan

dapat memberikan efek positif untuk menjawab kebutuhan masyarakat tani akan

alat dan mesin pertanian, dan sampai dengan tahun 2014 ini UPJA yang

berkembang di Kabupaten Bandung ini telah terbentuk sebanyak 17 unit.

Strategi

lainnya, yaitu

melalui kegiatan dari

tahun 2013 sampai

sekarang yaitu

pengembangan

bengkel keliling

kabupaten dan

sekarang telah

terealisasi namun

belum 100 %

terealisasi dalam hal pelayanan dan kelengkapan alatnya, Tujuan dari bengkel

keliling ini adalah untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat tani dalam

merenovasi/memperbaiki alat mesin pertanian yang mengalami kerusakan.

Operasionalisasi bengkel keliling akan dibangun kerjasama antara Distanbunhut,

BKPPP, dan swasta sebagai supplier spare part.

4. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

Salah satu upaya pengamanan produksi beras daerah adalah

pengendalian OPT. Pemerintah Kabupaten Bandung berupaya seefektif dan

seefisien mungkin dalam mengendalikan serangan OPT maupun menangani

bencana alam. Hal ini memberikan efek positif dalam meminimalisasi

kemungkinan terjadinya puso yang diakibatkan oleh serangan OPT dan bencana

alam kekeringan/banjir. Melalui pembentukan Brigade Proteksi Tanaman di

tingkat kecamatan dan desa se-Kabupaten Bandung pengendalian dan

penanganan tersebut dapat segera dilakukan secara cepat, tepat, dan akurat.

Brigade proteksi tanaman merupakan agen pemerintah yang bertugas

sebagai pemantau, pengendali, dan pelaksana pengamanan produksi pangan di

Kabupaten Bandung, terutama yang diakibatkan oleh serangan OPT dan bencana

alam. Agen tersebut terdiri dari Petugas Pengendali OPT (POPT) dinas dan para

petani di desa dan kecamatan se-Kabupaten Bandung. Setiap kejadian di

lapangan akan segera ditangani secara cepat dan tepat dengan memotong jalur

koordinasi/birokrasi. Teknologi pengendalian OPT yang telah dilaksanakan

adalah: (1) Spot Stop; (2) Trips Barrier System; (3) Agen hayati.

Selain itu, pengembangan desa-desa PHT yang bekerjsama dengan

BPTPH Provinsi Jawa Barat menjadi salah satu prioritas langkah untuk

mengendalikan serangan OPT. Melalui kombinasi Desa PHT dan brigade proteksi

tanaman diharapkan akan mengurangi dampak negatif dari serangan OPT dan

bencana alam terhadap jumlah produksi dan keadaan puso. Berikut rencana

stimulan yang telah disalurkan untuk pengendalian OPT, yang berasal dari APBD

Kabupaten Bandung dan APBN, adalah:

Tabel 4.6. Rencana dan Realisasi Stimulan Pengendalian OPT Tahun 2014

No Sarana Rencana Realisasi

1. Sarana pengendali agen hayati

a. Trichogaamma sp

b. metharizium sp

c. Beauveria sp

952 pias

800 bungkus

800 bungkus

952 pias

800 bungkus

800 bungkus

2. Teknologi trip barrier system 10 paket 10 paket

3. Obat-obatan pengendalian OPT

a. Rodentisida anti oagulan

b. Insektisida

c. Fungisida

d. Rodentisida/pengasapan

150 kg

150L

100 kg

40 dus

150 kg

150L

100 kg

40 dus

4. Masker 100 buah 100 buah Sumber: UPTD Alat mesin Pertanian dan Pengendalian OPT

Sub sistem pengelolaan infrastruktur dasar pertanian

1. Pengelolaan Infrastruktur Pengairan

Pada sisi pengelolaan infrastruktur pengairan, Pelaksanaannya ditentukan

oleh beberapa peraturan termasuk pengaturan kewenangan

diantaranya.Undang-undang No. 7 tahun 2004 tentang SDA dan Peraturan

Pemerintah No. 20 tahun 2006 tentang Irigasi mengamanatkan bahwa tanggung

jawab pengelolaan jaringan irigasi tersier sampai ke tingkat usahatani (JITUT)

dan jaringan irigasi desa (JIDES) menjadi hak dan tanggung jawab petani

pemakai air (P3A) sesuai dengan kemampuannya. Berdasarkan Peraturan

Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintahan antara

Pemerintah, Pemerintah daerah Provinsi dan Pemerintah daerah Kabupaten/Kota

disebutkan bahwa kewenangan pengembangan dan rehabilitasi jaringan irigasi

tingkat usahatani dan jaringan irigasi desa menjadi kewenangan dan tanggung

jawab instansi tingkat kabupaten/kota yang menangani urusan pertanian.

Tabel 4.7 Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) yang sudah mempunyai SK Bupati dan Berbadan Hukum

Kecamatan

Desa Daerah

Irigasi (DI)

Nama Kelompok

P3A

S.K Bupati Bandung

Berbadan Hukum

Ket

B / SB / BB

Sudah

Belum

Sudah

Belum

Arjasari Wargaluyu Gunung Karung

Wargi Mukti - - SB

Baleendah Warga Mekar Cisarea Banyu Wangi - - SB Jelekong Cisarea Suka Jadi 2 - - SB Manggahang Cisarea Sari Mukti - - SB Bojong Malaka Andir Ciherang Wargi Saluyu - - SB Ciherang Tani Mulya - - SB Ciherang Jati Mekar - - SB Rancamanyar Ciherang Madia Mulya - - SB Ciherang Madia Mulya - - SB Banjaran Kiangroke Ciherang Cibolerang - - SB Ciherang Lemah Duhur - - SB Cangkuang Cangkuang Ciherang Pa Sarwan 1 - - SB Ciherang Kubang - - SB

Kecamatan

Desa Daerah

Irigasi (DI)

Nama Kelompok

P3A

S.K Bupati Bandung

Berbadan Hukum

Ket

Sudah

Belum

Sudah

Belum

B / SB / BB

Ciluncat Ciherang Pa Sarwan 2 - - SB Ciherang Bebera - - SB Ciherang Gulaweng - - SB Tanjungsari Ciherang Tirta Karya - - SB

Ciherang Tirta Abadi - - SB Nagrak Ciherang Plantap - - SB Cicalengka Bbkn. Peuteuy Loa Jogo Mekar Harapan - - SB Dampit Loa Jogo Tunas Harapan - - SB Cikancung Cikasungka Cikasungka Mutiara Bumi - - SB Mandalasari Cikasungka Biru - - SB Hegarmanah Cikasungka Endek Yusuf - - SB Cimaung Cikalong Cikalong Banyumukti - - SB Ciparay Ciparay Cirasea Sumber Rejeki - - SB Sumbersari Cirasea Sumber Jaya - - SB Cirasea Sumber Tangan - - SB Cirasea Sumber rahayu - - SB Cirasea Sumber bakti - - SB Cirasea Tani Mukti - - SB Cirasea Sumber Hurip - - SB Sarimukti Cirasea Sri Mahi - - SB Ciheulang Cirasea Sariwangi 1 - - SB Cirasea Sariwangi 2 - - SB Cirasea Sariwangi 3 - - SB Serang Mekar Cirasea Galih Mukti - - SB Cikoneng Wanir Suka Galih 1 - - SB Wanir Suka Galih 2 - - SB Sagara Cipta Wanir Tirta Gara - - SB Pakutandang Wanir Rarandang - - SB Manggu Harja Wanir Cinta Jamri 1 - - SB Gunung Leutik Wanir Bukit Culah - - SB Katapang Banyusari Kiaraeunyeuh Dewi Suci - - SB Sangkanhurip Juntihilir Tirta Rahayu - - SB Pacet Mekarjaya Pamunggaran Cipta Mekar - - SB Toblolera Tirta Jaya - - SB Jamla Mekar Jaya - - SB

Kecamatan

Desa Daerah

Irigasi (DI)

Nama Kelompok

P3A

S.K Bupati Bandung

Berbadan Hukum

Ket

Sudah

Belum

Sudah

Belum

B / SB / BB

Mekarsari Cikatulampa Sugih Mukti - - SB Cijambe Sumber Asri - - SB Sawah Asem Mekar Hasil - - SB Maruyung Bj. Cipatat Tirta Sejati - - SB Sukarame Cijagra Tunas Harapan - - SB Cijamburaya Cigura - - SB Rumbia Rumbia - - SB Mandala Haji Sawah Jeruk Tirta arum - - SB Nagrak Cidodol Gerak 1 - - SB Cipanbanteng Gerak 2 - - SB Cikawao Tasulampa Gumati - - SB Girimulya Pasanggrahan Giri mukti 1 - - SB Cipeujeuh Wanir Saluyu - - SB Wanir Barokah - - SB Tanjung Wangi Wanir Mekar Wangi - - SB Giri Mulya Cihejo 1 Sayuran - - SB Cikitu Cihejo 2 Marga Laksana - - SB

Pangauban Geudeum Pangauban - - SB Cipamekar Mekar Mukti - - SB

Cinangela Ciharupat Sumber Harapan - - SB

Rancabali Alamendah Cibodas Alenda - - SB Rancaekek Sukamanah Citarik Mekarwangi - - SB

Sumber: Bidang Pangan DISTANBUNHUT Kabupaten Bandung, 2013

Keterangan : SB; Sudah Berkembang, SDB; Sedang Berkembang, BB; Belum Berkembang

Potensi sumber daya air permukaan di wilayah Kabupaten Bandung dari

sisi kuantitas dapat dikatakan cukup baik apabila hanya dilihat secara jumlah

volume keseluruhan dalam setahun. Namun apabila ditinjau dari periode waktu

dan lokasi setiap Satuan Wilayah Sungai (SWS), kondisi ketersediaan sumber air

ini diperkirakan mempunyai 3 macam fluktuasi yaitu fluktuasi tinggi, Sedang dan

Rendah. Potensi sumber daya air yang dimiliki oleh Kabupaten Bandung berupa

mata air dan situ-situ serta curah hujan. Untuk pemanfaatan sumber air

tersebut telah dibangun bangunan pengambilan utama berupabendungan,

embung dan bangunan irigasi-irigasi, bendungan-bendungan yang ada ini

dimanfaatkan selain untuk mengairi lahan pertanian juga untu pembangkit

tenaga listrik.

Potensi air permukaan sungai dan air permukaan bendungan yang ada di

Kabupaten Bandung dapat dilihat pada dibawah ini.

Tabel 4.8 Potensi Air Permukaan Bendungan Desa di Kabupaten Bandung

No Lokasi Nama Sungai/

DAM

Volume

(Juta m3) Kecamatan Desa

1 Soreang - Sadu - Cibeureum 20,0947

- Buninagara - Leuwikuya 97,4462

2 Pasirjambu - Buninagara - Leuwikuya -

3 Ciwidey - Panyocokan - Cigadog 30,2745

4 Margaasih - Lagadar - Malang 20,1326

5 Katapang - Parungserab - Leuwikuya 18,6567

- Banyusari - Kiarawuyeuh 8,7039

- Juntigirang - Juntihilir 6,5847

- Banyusari - Baros 2,1192

6 Majalaya - Wangisagara - Wangisagara 63,8793

7 Ciparay - Pakutandang - Cirasea 93,5105

8 Pacet - Maruyung - Wanir 71,1452

9 Rancaekek - Rancaekek kulon - Ciajasana 46,1848

10 Ibun - Lampegan - Cikaro 125

11 Cangkuang - Jatisari - Ciherang 95,7811

Pengelolaan sumberdaya air ini, dilaksanakan program pengontrolan dan

pemeliharan juga rehabilitasi saluran-saluran irigasi tersier yang ada melalui

pengembangan jaringan irigasi dan pembuatan cek dam/dam parit, agar supaya

tidak terjadi kekeringan pada musim kemarau dan banjir pada musim penghujan

dan juga pembuatan sumur pantek serta embung. Tujuan utama

pengelolaan/pemeliharaan air irigasi ini adalah untuk (1) meningkatkan indeks

pertanaman (IP) dan (2) mengurangi dampak bencana alam kekeringan dan

banjir.Upaya pemeliharaan saluran irigasi tersebut, dianggarkan baik berasal dari

APBD Kabupaten Bandung, APBD Provinsi Jawa Barat, maupun APBN.

Pada Tahun 2014, telah direalisasikan beberapa kegiatan pengelolaan air

irigasi tersier di beberapa wilayah kecamatan di Kabupaten Bandung, baik itu

kegiatan rehabilitasi Jaringan Irigasi Desa (JIDES) maupun Jaringan Tingkat

Usaha Tani (JITUT) sebagai usaha rehabilitasi jaringan air. Tahun 2014 ini

terealisasi dibeberapa wilayah yaitu : (1) Kecamatan Rancaekek sebanyak 4

paket, (2) Kecamatan Bojongsoang sebanyak 4 paket, (3) Kecamatan Ciparay

sebanyak 1 Paket, (4) Kecamatan Solokanjeruk sebanyak 5 Paket, (5) Kecamatan

Kutawaringin 1 paket, dan (6) Kecamatan Cicalengka 1 paket. Sedangkan untuk

mendukung kestabilan supply air, maka dibangun juga 6 paket cekdam, masing-

masing lokasi 1 paket yaitu di Kecamatan : (1) Rancabali, (2) Cimaung, (3)

Arjasari, (4) Kutawaringin, (5) Cangkuang, dan (6) Cicalengka.

Pengelolaan Lahan

Pengelolaan lahan ditujukan untuk mengoptimal penggunaan lahan bagi

pengusahaan agribisnis tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan, sehingga

dapat meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) dan berproduktif. Lebih lanjut,

pengotimalisasi lahan tersebut termasuk pembangunan infrastruktur dasar/jalan,

optimalisasi dan konservasi.

Pengelolaan lahan tersebut juga merupakan langkah strategis yang

dilakukan oleh Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan untuk menjaga dan

mengamankan ketersediaan pangan lokal. Langkah strategis yang dilakukan

bersumber dari APBD Kabupaten Bandung dan APBN Kementerian Pertanian,

yang meliputi:

1 Irigasi Air Permukaan

a. - Pembangunan Rumah Pompa 25 unit

- Pengadaan Pompa 6" 25 Unit

b. Pipanisasi

- Pengadaan Paralon + Pemasangan Paket

2 Pembangunan Dam Parit

- Cek Dam 20 unit

Peningkatan kapasitas dan kapabilitas petani melalui desiminasi teknologi budidaya tanaman

Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa pada tahun 2014

penerapan teknologi budidaya pertanian terutama padi dan palawija melalui

metode PTT/SLPTT (Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu)

mengalami kenaikan dalam skala presentase di tingkat petani terutama dalam hal

pemupukan berimbang, begitupun dalam hal penggunaan benih bermutu, namun

demikian ternyata penggunaan benih bermutu pun terkadang hasilnya tidak

semua menunjukan penigkatan hasil signifikan ini dimungkinkan karena benih

tersebut tidak sesuai dengan iklim mikro di tempat/lahan para petani itu berada.

Penerapan teknologi pertanian tanaman pangan melalui metode PTT

(Pengelolaan Tanaman Terpadu) di tingkat petani dapat dilihat pada Tabel 4.9

Tabel 4.9 Penerapan Teknologi di Tingkat Petani thn 2012-2014

No Metode Teknologi

Penerapan

Tahun

2013 (Ha)

Penerapan

Tahun

2014 (Ha)

Perkembangan

Tahun 2014

thdp 2013

1 Pupuk Berimbang 22.637 25.000 110,44

2 Benih Bermutu/Berlabel 24.477 25.000 102,14

3 Penerapan SRI 2.500 1.000 40,00

4 S L P T T 16.600 27.000 162,65 Sumber: Bidang Pangan DISTANBUNHUT Kabupaten Bandung, 2014

Berdasarkan data Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa desiminasi teknologi

khususnya pada peningkatan produktivitas tanaman pangan dapat dikatakan

telah menyebar hampir ke seluruh kawasan/lahan pertanian terutama lahan

sawah di Kabupaten Bandung. Hal ini terbukti penggunaan pupuk berimbang dan

benih bermutu/berlabel meningkat menjadi 25.000 hektar dari luas lahan sawah

yang telah menerapkan teknologi pupuk berimbang dan benih berlabel atau

70,06% dari total luas lahan sawah di Kabupaten Bandung.

Lebih lanjut, 27.000 hektar atau 75,67% dari total luas lahan sawah telah

mengikuti dan menerapkan teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). SL-

PTT tersebut termasuk didalamnya SL-PTT padi sawah non/inbrida seluas 25.000

Ha, padi sawah hibrida seluas 1.000 Ha, padi lading seluas 1.000 Ha dan SL-PTT

jagung juga seluas 1.000 hektar. Kemudian 1.000 hektar lahan juga telah

menerapkan teknologi System Rice of Intensification (SRI) yang merupakan

bakal pengembangan padi organik di Kabupaten Bandung.

Pada Tahun 2013 dan 2014, Penerapan SRI fokus pengembangan

pertaniannya tetap dilaksanakan di Kecamatan Bojongsoang, Ciparay, Baleendah,

Banjaran, dan Solokanjeruk, yang memberikan dampak positif bagi petani. Petani

secara antusias mengembangkan pertanian padi organik.Jumlah kelompok tani

yang telah mendapat sertifikasi organik dari Inofice sebanyak 2 kelompok di

Kecamatan Ciparay dan Bojongsoang. Salah satu diantaranya telah mendapatkan

kerjasama dengan eksportir PT. Amazing Farm dan PT. Sarinah Agro Mandiri

dalam hal pemasaran, yaitu Kelompok Tani “Organik Sarinah” Kecamatan Ciparay

dengan produksi rata-rata 11,44 kuintal/ha GKP.

Lebih lanjut, untuk meningkatkan keberdayaan kelembagaan pertanian

organik di Kabupaten Bandung berkembang ke wilayah Kecamatan Bojongsoang

melalui gabungan kelompok tani (Gapoktan) harapan jaya. Berbagai fasilitasi

telah diberikan seperti, SL-Iklim, SLPTT, SLPHT, SRI dan pengamatan rutin oleh

Brigade Proteksi “sabilulungan”. Rata-rata produksi mencapai 10 ton/ha dan

serta saat ini telah memproduksi beras sehat dan bermitra dengan koperasi R.S.

Hasan Sadikin Bandung dalam sistem pemasaran.

Gambar 4.4 pengembangan pertanian organik Kelompok tani Sarinah

Peningkatan Sarana Prasarana Pasca Panen dan Pengolahan Hasil

Penanganan panen dan pasca panen di Kabupaten Bandung pada tahun

2014 untuk komoditas padi dan jagung menunjukkan penurunan tingkat

kehilangan/kerusakan hasil tanaman pangan sebesar 3,82%, hal ini salah

satunya dapat dilihat dari tingkat penurunan angka kehilangan hasil dalam hal

pemanenan serta pengolahan pasca panennya. Berdasarkan data yang ada,

tingkat kehilangan hasil komoditas padi pada tahun 2013 dalam penanganan

pasca panen mencapai 10,47% dan pada tahun 2014 ini menurun 3,82%

menjadi 10,07%. Sedangkan pada komoditas jagung angka kehilangan hasil

tahun 2013 sebesar 4,14%, pada tahun 2014 masih tetap sebesar 4.14%

ditunjukkan pada Tabel 3.11. Nilai-nilai penurunan kehilangan hasil tersebut

diukur pada kelompok tani yang mendapatkan intervensi bantuan.

Penurunan tingkat kehilangan hasil tersebut didukung adanya penggunaan

alat mesin pertanian yang semakin modern, tingkat kesadaran petani dan

ketrampilan petani yang semakin meningkat sejalan dengan upaya pembinaan

yang cukup intensif dari Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten

Bandung.

Tabel 4.10. Realisasi Tingkat Kehilangan Hasil Komoditas Padi dan Jagung Tahun 2011 s.d 2014

No Komponen Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014

Padi Jagung Padi Jagung Padi Jagung Padi Jagung

1 Panen 2,35 0,29 0,58 0,27 0,51 0,27 0,50 0,27

2 Perontokan 3,35 2,76 3,33 2,76 3,28 2,76 3,15 2,75

3 Pengeringan 3,03 0,71 3,83 0,70 3,82 0,70 3,75 0,70

4 Pengilingan 2,42 0,41 3,01 0,41 2,86 0,41 2,67 0,40

JUMLAH 11,52 4,17 10,75 4,14 10,47 4,14 10,07 4,12

Sumber : Bidang Tanaman Pangan DISTANBUNHUT Kabupaten Bandung, 2014

Pada tahun 2014, Pemerintah Kabupaten Bandung yang didukung oleh

anggaran yang bersumber dari APBN Kementerian Pertanian dan APBD Provinsi

Jawa Barat telah memberikan stimulan barang dan peningkatan keterampilan

dan pengetahuan teknologi pasca panen dan pengolahan hasil tanaman pangan

sebagai upaya dalam pengembangan dan pemberdayaan kelompok-kelompok

pengolahan hasil berbasis komoditas tanaman pangan, berupa:

Penggilingan padi/power thresher/peda thresher sebanyak 4 unit

Terpal sebanyak 100 lembar

Pemipil Jagung sebanyak 1 Unit

Combine harvester sebanyak 1 unit di Kecamatan Solokanjeruk;

Mesin pengolahan tanaman pangan hasil 1 paket

Fasilitasi rumah kemasan Padi Organik 1 Paket

Revitalisasi penggilingan padi 1 paket.

Sasaran Strategis 2

Meningkatkan keunggulan komparatif dan kompetitif produk pertanian

melalui pengembangan agribisnis dalam aglomerasi ekonomi pertanian

Sasaran strategis ini diarahkan untuk mengembangkan kelompok-

kelompok usaha agribisnis yang berbasis komoditas hortikultura dan perkebunan

unggul lokal Kabupaten Bandung. Agribisnis hortikultura dan perkebunan

dikembangkan berdasarkan pada potensi satu kawasan tertentu.Pengembangan

Kawasan Pertanian menekankan transformasi desa-desa dengan

memperkenalkan unsur-unsur urbanisme ke dalam lingkungan pedesaan yang

spesifik yang didalamnya menekankan kekuatan lokal untuk berkembang aktif

dalam struktur ekonomi wilayah.

Selain itu, pertimbangan kaidah-kaidah konservasi air dan tanah menjadi

prioritas dalam pengembangan kawasan hortikultura dan perkebunan di

Kabupaten Bandung. Penentuan kawasan-kawasan didasarkan pada: (1) potensi

yang dimiliki; (2) sumberdaya pertanian yang memadai; (3) sesuai kaidah

konservasi dan tercantum dalam RTRW Kabupaten Bandung; dan (4) memiliki

peluang komparatif dan kompetitif.

Berdasarkan hasil pengukuran terhadap pencapaian sasaran strategis 2

seperti yang telah dilakukan dan dapat dilihat pula dari berbagai fakta yang ada,

baik berupa keberhasilan maupun kekurangberhasilan pelaksanaan

pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung,apabila dibandingkan dengan

tahun 2014 maupun terhadap sasaran/target yang telah ditentukan,ataupun juga

terhadap realisasi pencapaian dalam pelaksanaan kegiatan pada tahun 2014 ini.

Tabel 4.11 pengukuran sasaran strategis 2 Tahun 2014

Sasaran Strategis

Indikator Kinerja Target Kinerja

Realisasi

Meningkatkan

keunggulan

komparatif dan

kompetitif produk

pertanian melalui

pengembangan

agribisnis dalam

aglomerasi

ekonomi pertanian

2. Jumlah produksifitas

komoditas unggulan:

- Sayuran (kui/ha)

- Buah-buahan (kui/ha)

- Biofarmaka (kg/m2)

- Tan. Hias (tangkai/ha)

- Kopi (Ton/ha)

- Teh (Ton/ha)

- Cengkeh (Ton/ha)

- Tembakau

210,19

102,00

3,19

17,14

1,19

2,35

0,22

178.61

117.74

5.612

22.60

1.017

2,282

0.209

0.4

Sasaran Strategis

Indikator Kinerja Target Kinerja

Realisasi

0,95

3. Jumlah kelompok tani

yang telah memiliki

registrasi kebun

a. Hortikultura (kel)

45

65

4. Jumlah kelompok usaha

rumah kemasan dan UPH:

a. Hortikultura (kel)

b. Perkebunan (kel)

10

8

13

9

Pencapaian Jumlah Produksi Komoditas Hortikultura dan

Perkebunan

Produksi serta produktivitas komoditas pertanian khususnya komoditas

hortikultura dan perkebunan yang diunggulkan di Kabupaten Bandung tahun

2014 ini mengalami peningkatan yang cukup baik walaupun tidak signifikan

seperti tahun sebelumnya karena di tahun 2014 menghadapi kendala-kendala

yang cukup sulit seperti keadaan alam yang cukup ekstreem khususnya iklim

yang kering, namun disisi lain iklim tersebut membantu dalam pertumbuhan

serta perkembangan bunga dan pembuahan komoditas hortikultura dan

perkebunan sehingga umumnya mampu menaikan produksi dan produktivitasnya

asalkan kondisi air nya tetap terjaga dan terpenuhi. Selain itu, muncul pula

tantangan internal diantaranya adalah peralihan komoditas karena alasan-alasan

tertentu, pengurangan lahan produktif karena digunakan untuk keperluan lainnya

serta terkadang penanaman/pertanian komoditas hortikultura berbenturan

dengan isu-isu lingkungan tentang kaidah-kaidah konservasi.

Berikut diantaranya peningkatan produksi dari komoditas hortikultura dan

perkebunan antara lain; Bawang merah dari 31.699 ton menjadi 32.770 ton,

Kubis dari 100.150 ton menjadi 107.192 ton, cabe rawit dari 8.142 ton menjadi

12.363 ton, tetapi pada komoditas unggulan yang lain ternyata mengalami

penurunan dari tahun sebelumnya yaitu kentang menurun lebih kurang 14%,

cabe besar sekitar 0.11%, tomat menurun sekitar 25,7% dan stroberi juga

mengalami penurunan sekitar 54% an ini dimungkinkan karena tahun

sebelumnya stroberi terus digenjot sehingga produksi sekarang menjadi titik

jenuh dari tanaman itu sendiri ataupun juga dikarenakan tanaman/bibit mungkin

kualitas nya sudah menurun. Kemudian produksi tanaman perkebunan rakyat

yaitu; hasil olahan teh 3.612 ton naik 1,03% dari tahun 2013, kopi mencapai

6.803 ton naik 1,02%, cengkeh naik 1,08% menjadi 118 ton serta tembakau naik

sebesar 0,36% dari tahun 2013.

Lima komoditas utama sayuran di kabupaten Bandung adalah kentang,

tomat, cabe, bawang merah, dan kubis. Kelima komoditas tersebut kecuali

kentang, tomat dan cabe seperti dibahas diatas mengalami peningkatan dalam

hal produksi dan produktivitas. Disamping itu, terdapat komoditas-komoditas

spesifikasi lokal dan eksklusif yang dikembangkan atas kerjasama antara petani

dengan pelaku pasar (ritel, industri, dan eksportir), seperti wortel, brokoli,

paprika, dan sayuran eksklusif lainnya. Komoditas tersebut tersebar di

Kecamatan Pangalengan, Ciwidey, Pasirjambu, Rancabali, Cimenyan, dan

Kertasari.

Penetapan Kabupaten Bandung sebagai kabupaten stroberi pada Tahun

2012 membawa perubahan terhadap fokus strategis pembanganun hortikultura.

Pada Tahun 2013, stroberi menjadi prioritas pengembangan yang

diimplementasikan ke dalam beberapa program/kegiatan, yaitu (1)

pengembangan penangkaran stroberi yang tersebar di Kecamatan Rancabali dan

Pasirjambu.Identifikasi benih/bibit unggul stroberi merupakan salah satu langkah

aksi untuk menghasilkan benih/bibit spesifik lokal Kabupaten Bandung, namun

pada tahun 2014 ini ternyata produksi stroberi mengalami penurunan tetapi dari

segi penanaman dan panen ternyata mengalami kenaikan ini disebabkan karena

pada awal dan akhir tahun 2014 terjadi kenaikan curah hujan sehingga buah

banyak yang busuk kemudian menjelang akhir tahun terjadi kemarau yang cukup

panjang sehingga kelembapan dan evapotranspirasi tinggi kemudian

menyebabkan busuk buah atau buah menjadi belah (luka) kemudian membusuk,

selain itu dari kualitas bibit juga ternyata sudah lama sehingga buah yang ada

menjadi rendah produksinya. Mudah-mudahan tahun 2015 yang akan datang,

melalui melalui kerjasama sister city pada 2013 dengan pemerintah Korea

Selatan yang berupaya untuk mengadopsi benih stroberi yang berasal dari Korea

ke Kabupaten Bandung, bisa berhasil dan kembali menaikan produksi.

Tabel 4.12 Realisasi Luas Tanam, Panen, Produksi dan Produktivitas Komoditas Sayuran di Kabupaten Bandung Tahun 2014

No

Uraian Komoditi Realisasi 2012

(Ton)

Realisasi 2013

(Ton)

Realisasi 2014

(Ton)

% Th.2014

thdp Th.2013

1 2 3 4 5 6

1 Bawang Merah

Luas Tanam (ha) 3,116 2,911 3,086 106.01

Luas panen (ha) 3,265 2,915 3,027 103.84

Produksi (ton) 39,222 31,699 32,770 103.38

Produktivitas (kwt/ha)

120.13 108.74 108.26 99.55

2 Kentang

Luas Tanam (ha) 6,711 4,814 4,380 90.98

Luas panen (ha) 7,036 5,372 4,676 87.04

Produksi (ton) 131,007 108,832 93,968 86.34

Produktivitas (kwt/ha)

186.19 202.59 200.96 99.19

3 Kubis

Luas Tanam (ha) 5,266 4,004 4,457 111.31

Luas panen (ha) 5,242 4,331 4,683 108.13

Produksi (ton) 125,606 100,150 107,192 107.03

Produktivitas (kwt/ha)

239.61 231.24 228.90 98.99

4* Cabe

Luas Tanam (ha) 226 718 753 104.87

Luas panen (ha) 691 596 702 117.79

Produksi (ton) 20,376 17,598 17,579 99.89

Produktivitas (kwt/ha)

29.49 295.26 250.41 84.81

No

Uraian Komoditi Realisasi 2012

(Ton)

Realisasi 2013

(Ton)

Realisasi 2014

(Ton)

% Th.2014

thdp Th.2013

1 2 3 4 5 6

5* Tomat

Luas Tanam (ha) 1,174 1,189 1,125 94.62

Luas panen (ha) 1,097 1,215 1,105 90.95

Produksi (ton) 94,486 67,900 49,749 73.27

Produktivitas (kwt/ha)

861.31 229.15 450.22 196.47

6 Bawang Daun

Luas Tanam (ha) 3,549 1,189 4,117 346.26

Luas panen (ha) 3,512 1,215 4,112 338.44

Produksi (ton) 54,115 67,900 68,401 100.74

Produktivitas (kwt/ha)

154.086 229.15 166.34 72.59

7 Kembang Kol

Luas Tanam (ha) 512 575 592 102.96

Luas panen (ha) 511 602 573 95.18

Produksi (ton) 9,958 9,777 11,258 115.15

Produktivitas (kwt/ha)

194.88 162.40 196.48 120.98

8 Petsai/Sawi/Sosin

Luas Tanam (ha) 3,176 3,635 2,938 80.83

Luas panen (ha) 3,218 3,476 3,145 90.48

Produksi (ton) 67,581 71,079 66,486 93.54

Produktivitas (kwt/ha)

210.01 204.48 211.40 103.38

9 Wortel

Luas Tanam (ha) 1,745 2,212 1,914 86.53

Luas panen (ha) 1,796 2,003 1,924 96.06

Produksi (ton) 40,316 42,507 40,950 96.34

Produktivitas (kwt/ha)

224.48 212.22 212.84 100.29

10 Lobak

Luas Tanam (ha) 306 643 504 78.38

Luas panen (ha) 313 512 493 96.29

Produksi (ton) 7,228 10,977 10,798 98.37

Produktivitas (kwt/ha)

230.91 214.39 219.03 102.17

11 Kacang Merah

Luas Tanam (ha) 1,690 1,421 1,837 129.28

Luas panen (ha) 1,538 1,684 1,795 106.59

Produksi (ton) 9,833 16,150 18,663 115.56

Produktivitas (kwt/ha)

63.93 95.90 103.97 108.41

12*

Kacang Panjang

Luas Tanam (ha) 119 116 142 122.41

Luas panen (ha) 156 145 127 87.59

Produksi (ton) 3,620 3,538 3,050 86.20

Produktivitas (kwt/ha)

232.03 243.97 240.12 98.42

13*

Jamur

Luas Tanam (m2) 11,413 12,715 48,979 385.21

Luas panen (m2) 20,205 12,749 41,565 326.03

Produksi (ku) 29,530 232,460 44,113 18.98

Produktivitas (kg/m2)

14.62 18.23 10.61 58.21

No

Uraian Komoditi Realisasi 2012

(Ton)

Realisasi 2013

(Ton)

Realisasi 2014

(Ton)

% Th.2014

thdp Th.2013

1 2 3 4 5 6

14*

Terung

Luas Tanam (ha) 160 176 214 121.59

Luas panen (ha) 186 157 202 128.66

Produksi (ton) 4,964 4,475 6,801 151.97

Produktivitas (kwt/ha)

266.89 285.04 336.68 118.11

15*

Buncis

Luas Tanam (ha) 850 749 654 87.32

Luas panen (ha) 789 786 660 83.97

Produksi (ton) 18,279 18,230 16,572 90.90

Produktivitas (kwt/ha)

231.68 231.94 251.09 108.26

16*

Ketimun

Luas Tanam (ha) 460 471 554 117.62

Luas panen (ha) 538 460 525 114.13

Produksi (ton) 18,164 17,340 19,039 109.80

Produktivitas (kwt/ha)

337.62 213.96 362.64 169.49

17*

Labu Siam

Luas Tanam (ha) 87 73 37 50.68

Luas panen (ha) 69 78 42 53.85

Produksi (ton) 60,089 59,990 61,666 102.79

Produktivitas (kwt/ha)

8,708.49 830.59 14,682.3

6 1,767.70

18*

Kangkung

Luas Tanam (ha) 260 457 408 89.28

Luas panen (ha) 255 473 384 81.18

Produksi (ton) 9,495 9,326 6,856 73.52

Produktivitas (kwt/ha)

372.37 126.50 178.53 141.13

19*

Bayam

Luas Tanam (ha) 259 206 156 75.73

Luas panen (ha) 267 212 159 75.00

Produksi (ton) 2,953 2,124 1,645 77.43

Produktivitas (kwt/ha)

110.61 92.90 103.45 111.36

20*

Seledri

Luas Tanam (ha) 1,516 1,692 1,902 112.41

Luas panen (ha) 1,441 1,565 1,842 117.70

Produksi (ton) 28,516 30,099 39,191 130.21

Produktivitas (kwt/ha)

197.89 191.82 212.76 110.92

21*

Cabe Rawit

Luas Tanam (ha) 282 398 530 133.17

Luas panen (ha) 324 331 452 136.56

Produksi (ton) 8,150 8,142 12,363 151.85

Produktivitas (kwt/ha)

251.54 75.37 273.51 362.88

Jumlah Sayuran

Luas Tanam (ha) 42,877 43,170 30,430 70.49

Luas panen (ha) 52,449 43,523 30,773 70.71

Produksi (ton) 783,488 927,418

6,821,105

735.49

Produktivitas (kwt/ha)

14.94 213.09 2,216.59 1,040.23

No

Uraian Komoditi Realisasi 2012

(Ton)

Realisasi 2013

(Ton)

Realisasi 2014

(Ton)

% Th.2014

thdp Th.2013

1 2 3 4 5 6

22*

Strowberry**)

Luas Tanam (ha) 148 94 214 227.66

Luas panen (ha) 141 91 108 118.68

Produksi (ton) 151,959 154,316 71,443 46.30

Produktivitas (kwt/ha)

10,777.21

1,918.16 6,615.10 344.87

Sumber : Bidang hortikultura Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung 2014

Ket **) Termasuk dalam komoditas tanaman buah-buahan semusim

Produksi komoditas buah-buahan unggulan seperti alpukat, durian, pisang

di Kabupaten Bandung pada tahun 2014 umumnya dapat melampaui target serta

memperlihatkan realisasi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2013,

tetapi ada juga yang tidak bisa melampaui realisasi tahun 2013, ini disebabkan

oleh kondisi alam yang cukup kering sehingga dalam proses pembungaan dan

pembuahan tanaman banyak yang gugur karena evavotranspirasi dari tanaman

itu sendiri cukup tinggi, disamping itu pula sudah banyak tanaman yang tua dan

tidak produktif lagi, serta tanaman muda sebagai penggatinya belum produktif

menghasilkan buah. Untuk selengkapnya mengenai realisasi produksi, dapat

dilihat pada Tabel 4.13 di bawah ini.

Tabel 4.13 Realisasi Produksi Tanaman Buah-buahan di Kabupaten Bandung Tahun 2014

N

O

KOMODIT

AS

Produksi

Thn 2012

(Ton)

Produksi

Thn 2013

(Ton)

Tanam

Baru Thn

2014

(Pohon)

Tan. yg

Menghsilkan

Thn 2014

(Pohon)

Produksi

Thn 2014

(Ton)

1 Alpukat 32,982 46,997 18,158 108,350 63,848

2 Belimbing 1,533 6,183 253 9,571 1,806

3 Duku 321 384 140 24,228 37

4 Jambu Air 3,217 12,441 1,151 29,773 5,817

5 Jambu Biji 11,016 30,848 16,301 57,734 20,253

6 Jeruk Siam 0 0 18,835 18,725 3,246

7 Jeruk Besar 4,991 7,850 1,832 55,585 999

8 Mangga 10,674 43,626 2,426 44,782 9,578

9 Manggis 316 112 269 77,428 99

10 Nangka 22,605 36,922 1,332 50,386 42,231

11 Nenas 3 30 20 53,841 9

12 Pepaya 4,107 8,257 9,865 16,822 2,972

13 Pisang 63,028 122,958 63,778 386,185 210,884

14 Rambutan 4,598 3,272 620 13,136 10,920

15 Salak 147 156 25 5,174 113

16 Sawo 2,080 5,021 246 17,133 2,831

17 Markisa 0 0 1,000 33,332 20

N

O

KOMODIT

AS

Produksi

Thn 2012

(Ton)

Produksi

Thn 2013

(Ton)

Tanam

Baru Thn

2014

(Pohon)

Tan. yg

Menghsilkan

Thn 2014

(Pohon)

Produksi

Thn 2014

(Ton)

18 Sirsak 2,260 2,963 57 159,880 575

19 Sukun 8,688 15,537 658 35,386 9,988

21 Durian 5,647 8,556 1,772 18,839 6,165

22

Jumlah 178,213 352,113 138,738 1,216,290 392,391

Sumber : Bidang Hortikultura,DISTANBUNHUT Kabupaten Bandung, 2014

Tahun 2014 menjadi ajang untuk menciptakan kawasan buah-buahan

lokal di Kabupaten Bandung. Alpukat, jambu kristal, dan jeruk menjadi komoditi

unggulan yang dikembangkan. Kertasari dipusatkan dalam pengembangan

alpukat. Mulai dari penangkaran bibit alpukat hingga pengembangan kawasan.

Cileunyi merupakan salah satu produsen jeruk besar di Kabupaten Bandung

diarahkan untuk menghasil bibit spesifik lokal melalui jeruk besar cikoneng.

Stimulan green house, bibit, dan sarana prasarana pendukung lainnya. Cimaung

dan Banjaran dikembangkan sebagai sentra jambu kristal/jambu biji.

Bila dilihat dari potensi tanaman hias. Kabupaten Bandung merupakan

salah satu sentra produksi tanaman hias di tingkat Provinsi Jawa Barat dan

Nasional. Produksi komoditas tanaman hias dan obat-obatan unggulan seperti

Anggrek, Krisan, Mawar dan Gerbera. Krisan menjadi primadona pengembangan

tanaman hias. Kawasan 3.000 m2 diperuntukan bagi pengembangan krisan.

Penangkaran benih, intensifikasi, dan ekstensifikasi merupakan langkah strategis.

Pada Tahun 2013, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan mengembangkan

kebun percobaan yang diperuntukan khusus sebagai laboratorium lapangan

tanaman hias.Adopsi teknologi dan adaptasi benih/bibit tanaman hias baru di

Kabupaten Bandung diujicobakan di kebun percobaan tersebut. Dengan luas

kurang lebih 1 hektar yang berlokasi di Kecamatan Pasirjambu, berbagai

tanaman hias dikembangkan, dan dari usaha tersebut dapat terlihat pada tahun

2014 ini komoditas yang dikembangkan tersebut diatas mengalami kenaikan

yang cukup besar baik dilihat dari luas tanam baru, panen serta produksinya.

Komoditas tanaman obat di Kabupaten Bandung tahun 2014 yaitu

diantaranya jahe, lengkuas dan yang lainnya kecuali kencur memperlihatkan

realisasi produksi yang meningkat dibanding target dan realisasi tahun 2013, ini

disebabkan karena selain bantuan program/kegiatan dari dinas untuk

mendukung produksi tanaman obat dan juga dikarenakan tanaman/tambah

tanam baru yang ditanam baru tahun 2013 sebagian baru menghasilkan

produksi di tahun 2014. Realisasi produksi tanaman hias tersaji pada tabel 4.14

Tabel 4.14 Realisasi Produksi Tanaman Hias di Kabupaten Bandung Tahun 2014

Sumber : Bid. Hortikultura, DISTANBUNHUT Kabupaten Bandung, 2013

Tabel 4.14.a Realisasi Tanaman Hias di Kabupaten Bandung Tahun 2014

No Komoditas Luas Tanam

Baru

Luas Panen ( m² ) Produksi (Kilogram)

Habis

dibongkar

Belum habis

dibongkar

Habis

dibongkar

Belum habis

dibongkar

1 Anggrek 10,543 13,242

5,100 98,938 23,916

2 Anthurium 16

161

90 850 559

3 Anyelir 55

75

42 641 717

4 Gerbera 63

642

851 3,326 5,084

5 Gladiol -

64

40 320 258

6 Heliconia 101

822

1,850 2,425 8,426

7 Krisan 10,130 14,175 748,174 1,578,460

No Komoditas Luas Tanam

Baru (m2)

Realisasi Produksi

2013 (Tangkai)

1 Anggrek 2,335 58,538

2 Anthurium Bunga 119 3,082

3 Gladiul 219 3,710

4 Helicania 396 5,303

5 Krisan 12,490 431,558

6 Mawar 1,142 32,661

7 Melati 140 2,274

8 Palem 375 1,771

9 Sedap Malem 9,234 62,519

10 Gerbera 1,435 11,893

11 Anyelir 267 11,192

12 Dracaena - 34

Jumlah 28,152 624,535

24,590

8 Mawar 97

721

2,832 11,299 20,346

9 Sedap Malam 7,545

8,518

14,589 107,248 64,666

10 Dracaena 30

-

- - -

11 Melati -

117

185 116 248

12 Palem 65

49

342 114 4,077

13 Aglanome -

63

166 83 2,012

14 Adenium 30

63

170 602 1,925

15 Euphorbia 138

214

290 1,300 3,219

16 Phylodendron -

-

- - -

17 Pakis -

26

- 269 -

18 Monstera -

12

55 48 55

19 Ixora/Soka -

61

- 60 53

20 Cordyline -

-

- - -

21 Diffenbachia 50

4

700 4 17,500

22 Sansieviera 164

997

1,355 4,902 28,732

23 Anthurium

daun 12

12

12 116 194

24 Caladium -

-

- - -

Total 29,039

40,038

53,259

980,835

1,760,447 Sumber : Bid. Hortikultura, DISTANBUNHUT Kabupaten Bandung, 2014 Total Provitas 2,741,282

Tabel 4.15 Realisasi Produksi Tanaman Obat Tahun 2014

N

o KOMODITAS

Tahun 2013 Tahun 2014

Luas

Tanam

Baru

Produks

i habis

dibongk

ar

Tanam

Baru

(m²)

Panen (m2) Produksi (Kg)

Habis/

dibongka

r

Belum

Habis

Habis/

dibongkar

Belum

Habis

1 JAHE 103,71

0

269,910 479,58

4

222,482 - 828,002 -

2 LAOS 97,950 101,729 66,124 109,193 - 489,199 -

3 KENCUR 18,126 38,892 14,861 20,760 - 35,276 -

4 KUNYIT 24,300 104,213 92,338 67,000 - 157,556 -

5 LEMPUYANG 1,656 8,756 21,151 3,400 - 8,029 -

6 TEMULAWAK 3,952 11,963 24,450 6,620 - 19,857 -

7 TEMUIRENG 930 1,628 - 12,700 - 3,495 -

8 TEMUKUNCI 0 0 475 20 - 35 -

9 DLINGGO 0 0 - - - - -

10 KAPULAGA 12,835 11,691 197,83

5

31,015 80,874 41,439 67,609

11 MENGKUDU 323 25,891 14,552 235 1,647 763 5,189

12 MAHKOTA

DEWA

0 0 2,203 292 1,392 729 5,768

13 KEJIBELING 360 2,462 7,225 310 2,979 242 1,882

14 SAMBILOTO 78 725 5,027 3,357 470 3,689 338

15 LIDAH BUAYA 0 0 30,893 427 173,836 745 1,011,618

JUMLAH 264,22

0

577,860 956,71

8

477,811 261,198 1,589,056 1,092,404

Produktivitas (Kg/M²) 5.612

Sumber : Bid. Hortikultura, DISTANBUNHUT Kabupaten Bandung, 2014

Tanaman Perkebunan

Upaya peningkatan fungsi lahan serta penanaman baru komoditas

(Replanting) perkebunan di Kabupaten Bandung dilaksanakan dalam rangka

optimalisasi penggunaan lahan perkebunan yang telah ada, supaya terjadi

peningkatan produksi komoditas perkebunan, terutama produksi tanaman

perkebunan unggulan Kabupaten Bandung, yaitu Teh, Kopi, cengkeh dan Tembakau.

Dikarenakan kondisi iklim yang sedikit kurang mendukung untuk terjadinya

proses pembuahan serta adanya serangan OPT komoditi perkebunan seperti karat

daun, hama Pbko, embun jelaga dan kutu dompolan mengakibatkan produktivitas

kopo tidak signifikan meningkat walaupun sebenarnya mencapai target dan naik dari

tahun sebelumnya. Pencapaian produksi tanaman Perkebunan unggulan

(Perkebunan Rakyat) tahun 2014 di Kabupaten Bandung adalah diantaranya

terlihat pada tabel berikut:

Tabel 4.16 Realisasi produksi komoditi perkebunan

Komoditi

Produksi 2012

(berdasar Ton Hasil)

Produksi 2013

(berdasar Ton Hasil)

Produksi 2014

(berdasar Ton Hasil)

%

Olahan

2014/

2013

Provitas

2014 Hasil

Olahan

Bahan

Mentah

Hasil

Olahan

Bahan

Mentah

Hasil

Olahan

Bahan

Mentah

Cengkeh 62 248 110 440 118 474 1.08 0.21

Kopi 6,362 25,450 6,638 26,550 6,803 27,212 1.02 1.02

Teh 3,142 15,708 3,518 17,592 3,612 18,060 1.03 2.28

Tembakau 1,321 6,603 1,678 8,393 610 3,048 0.36 0.40

Jumlah 10,887 48,010 11,944 52,975 11,143 48,793 0.93 0.98

Sumber. Bid. Perkebunan DISTANBUNHUT 2014

Pengembangan Agribisnis Berbasis Komoditas Hortikultura dan

Perkebunan

Sejalan dengan pemenuhan dalam pencapaian jumlah produksi,

pengembangan agribisnis berbasis komoditas hortikultura juga menjadi sasaran

dalam pembangunan pertanian, perkebunan dan kehutanan. Pengembangan

agribisnis ditujukan untuk meningkatkan keberdayaan kelembagaan petani.

Manajemen kelembagaan petani dikelola, sehingga terjalin kerjasama/kemitraan

bisnis di antara para pelaku usaha dalam satu kesatuan system agribisnis, di

mulai dari sistem off-farm hulu, on-farm, on-farm hilir dan pasar.

Seperti halnya komoditas tanaman pangan, pengembangan agribisnis

hortikultura dan perkebunan tidak lepas dari pengelolaan faktor-faktor yang

mempengaruhi pada sisi pencapaian produksi. Pengembangan pupuk organik,

pembangunan/rehabilitasi jaringan irigasi dan pengembangan dan penyediaan

sarana produksi benih menjadi fokus utama pada sub sistem off-farm hulu.

Melalui pengembangan agribisnis berbasis hortikultura dan perkebunan

tersebut, beberapa kelompok usaha telah berhasil mengembangkan unit-unit

pasca panen dan pengolahan hasil dalam bentuk rumah kemasan (packing

house) pada komoditas hortikultura dan UPH pada komoditas perkebunan.

Kelompok-kelompok tersebut telah bekerjasama/berkemitraan dengan

perusahaan, ekportir, dan industry pengolahan lainnya. Lebih lanjut, kelompok

usaha Jaya Alam Lestari Kecamatan Pasirjambu telah mendapatkan sertifikat

organik untuk produk hortikulturan – sayuran – organik.

Pengembangan unit-unit pengolahan hasil dan rumah kemasan diarahkan

untuk meningkatkan nilai tambah produk. Berbagai fasilitasi telah digulirkan pada

kelompok-kelompok usaha hortikultura dan perkebunan. Peningkatan kapasitas

pelaku usaha, stimulan mesin dan alat pasca panen dan pengolahan hasil dan

pengembangan jaringan kerjasama kemitraan. Berikut unit rumah kemasan di

Kabupaten Bandung.

Tabel 4.17 Rumah Kemasan Hortikultura Kabupaten Bandung

No Unit Rumah Kemasan Lokasi Komoditi Tujuan Pasar/

Kemitraan

1. Jaya Alam Lestari Pasirjambu Sayuran Supermarket

2. Madani Pasirjambu Sayuran Lyco Farm

3. Lyco Farm Pasirjambu Sayuran Supermarket

4. Adi Farm Pangalengan Sayuran Alamandah

5. Barokah Tani Agro Pasirjambu Sayuran, Stroberi

Luar Bandung

6. Hataki Pasirjambu Sayuran

7. Abo Farm Ciwidey Sayuran Lyco Farm

8. Katata Pangalengan Sayuran

9. Al-ittifaq Rancabali Sayuran

10. Taruna Mulya Pangalengan Sayuran

11. Bongkor Cimenyan Sayuran

12. Patarema Pangalengan Kentang PT. MOU

13. Putra Sari Bumi Kertasari Sayuran

14. Mekartani Cikancung Sayuran MTJ

15. Mandalawangi Cikancung Sayuran

16. Muttaqin Cileunyi Sayuran

Keterangan: profil kelompok rumah kemasan bidang hortikultura, 2014

Tabel 4.18 Unit Pengolahan Hasil Perkebunan Kabupaten Bandung

No UPH Lokasi Produksi Tujuan Pasar/

Kemitraan

1. Rahayu Pangalengan 612 Ton Luar Negeri

2. Trikarya Mandiri Ciwidey 360 Ton Luar negeri

3. Pancawargi Ibun 100 Ton Lokal

4. Mekar Saluyu Ciparay 612 Ton Lokal

5. Mekar Tani Kertasari 200 Ton Regional

6. Giri Senang Cilengkrang 84 Ton Regional

7. Margamulya Pangalengan 300 Ton Luar Negeri

Keterangan: profil unit pengolahan hasil kopi bidang perkebunan, 2014

Pada tahun 2013, kegiatan gebyar promosi kopi java preanger Kabupaten

Bandung memberikan dampak positif terhadap pengembangan kemitraan

pemasaran hasil kopi, kemudian pada tahun 2014 ini Dinas Pertanian Perkebunan

da Kehutanan kembali mengadakan festival kopi yang bertajuk “Bandung Coffe

Festival II 2014” yang bertaraf Internasional. Melalui unit pemasaran Provinsi

Jawa Barat, telah dilaksanakan kerjasama pemasaran kopi dengan Negara

Maroko, kemudian 2014 ini dengan Korea sebanyak 18 ton untuk komoditi kopi

java preanger Kabupaten Bandung.

Sasaran Strategis 3

Mengembangkan usaha ekonomi produktif dalam upaya stabilitas

kualitas lingkungan hutan dan lahan

Rehabilitasi hutan dan lahan di Kabupaten Bandung dilaksanakan melalui

2 mekanisme pendekatan: (1) pendekatan vegetatif dan (2) pendekatan ekonomi

dengan mengembangkan agribisnis di sekitar hutan. Kedua mekanisme tersebut

saling berkesinambungan dan ketergantungan satu dengan yang lainnya.

Tabel 4.19 Pengukuran sasaran strategis 3 Tahun 2014

Indikator Kinerja Uraian Tahun 2014 Realisasi

Target Realisasi % 2013 2012 Prosentase luas lahan kritis yang ditanami

47,58 66,37 139,49 63,72 32,86

Luas hutan rakyat/agroforesty

7.910 6.251 79,027 4.659 2,335

Rata-Rata 65,74

Pengelolaan Lahan Kritis

Adanya praktek-praktek budidaya pertanian yang tidak memperhatikan

kaidah-kaidah konservasi tanah dan air serta banyaknya penelantaran lahan-lahan

kering yang berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama telah meningkatkan

rusaknya keseimbangan, daya dukung wilayah penyangga serta daya tampung

lingkungan terutama pada lahan-lahan yang terdapat di daerah-daerah hulu dengan

fungsi sebagai daerah resapan air. Kondisi yang sama,dan dengan ditambah

banyaknya pemukiman pendudukpun terjadi di daerah sepanjang aliran sungai (DAS),

keadaan ini pada akhirnya turut berpengaruh sebagai faktor penyebab atau faktor

yang mempercepat terjadinya bencana alam di Kabupaten Bandungseperti banjir,

longsor, kekeringan serta makin tingginya kualitas pencemaran yang terjadi di

beberapa badan sungai di Kabupaten Bandung, baik pencemaran dari rumah tangga

maupun industri.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, Dinas Pertanian Perkebunan dan

Kehutanan pada tahun 2012 dan tahun 2014 ini telah melakukan upaya-upaya

untuk mengurangi luas lahan kritis di Kabupaten Bandung melalui penanaman

komoditas tanaman tahunan produktif seperti buah-buahan dan kayu-kayuan,

baik melalui kegiatan yang dibiayai APBD Kabupaten, Propinsi maupun APBN TA.

2014. Upaya-upaya tersebut telah dilakukan Dinas Pertanian Perkebunan dan

Kehutanan dan berhasil menanami lahan kritis serta tegalan sampai dengan

tahun 2014 seluas 39.804,57 Ha.

Tabel 4.20 Luas Penanaman Hutan dan Lahan Kritis

NO LUAS PENANAMAN HUTAN DAN LAHAN

KRITIS (KECAMATAN) 2011 (Ha) 2012 (Ha) 2013 (Ha) 2014 (Ha)

1 Soreang 160.00 200.91 245.50 93

2 Pasirjambu 113.00 547.25 223.86 5

3 Ciwidey 50.00 356.82 72.50 2

4 Nagreg 125.00 97.15 198.86 43

5 Rancabali 160.00 230.00 121.61 44

6 Margaasih - - 115.45 -

7 Bojongsoang - 77.27 - -

8 Dayeuhkolot - 11.81 - -

9 Banjaran 285.00 - 40.45 112

10 Pameungpeuk - - 1.27 5

11 Pangalengan 505.00 306.82 493.05 330

12 Katapang - 38.35 - -

13 Majalaya - 2.27 0.90 1

14 Ciparay 55.00 256.82 177.91 -

15 Pacet 445.00 716.77 287.04 61

16 Kertasari 25.00 212.50 154.76 56

17 Cicalengka 200.00 203.41 470.67 295

18 Cikancung 100.00 305.19 333.40 77

19 Rancaekek 1.00 - - 1

NO LUAS PENANAMAN HUTAN DAN LAHAN

KRITIS (KECAMATAN) 2011 (Ha) 2012 (Ha) 2013 (Ha)

2014 (Ha)

NO

20 Paseh 125.00 160.23 414.32 240

21 Ibun 135.00 2.27 237.04 45

22 Cileunyi 225.00 484.30 115.45 43

23 Cimenyan 185.00 297.05 21.60 1

24 Cilengkrang 235.00 169.32 239.32 43

25 Margahayu 1.00 - - 4

26 Baleendah 70.00 198.56 82.49 2

27 Arjasari 470.00 446.89 276.14 40

28 Cimaung 285.00 207.73 174.78 46

29 Solokan Jeruk - - 48.87 4

30 Cangkuang 131.00 422.50 76.36 -

31 Kutawaringin 81.00 108.64 35.91 1

32 Tersebar di Kab.

Bandung**

- 147.73 11,098.22

JUMLAH 4,167.00 6,208.56 15,757.73 1.592

Sumber; Bidang Kehutanan Distanbunhut Kab. Bandung 2014.

Saat ini upaya mempertahankan dan melestarikan hutan rakyat diakui

cukup berat dan masih mengalami banyak kendala. Hasil kajian LPM ITB (2001)

menunjukkan gambaran kondisi kerusakan lahan yang diakibatkan oleh

penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah konservasi tanah dan

air serta terjadinya penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya

di Kabupaten Bandung cukup memprihatinkan sehingga menyebabkan tingkat

erosi yang terjadi di Kabupaten Bandung berkisar mulai dari kategori sedang

sampai dengan berat.

Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar Hutan dan Kebun

Pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan dan kebun salah satunya

diarahkan untuk menambah penghasilan/pendapatan masyarakat/petani dan

juga diharapkan dapat mengurangi jumlah perambah dan penjarah hutan serta

mencegah terjadinya kembali aktivitas perambahan hutan. Upaya ini dilakukan

melalui program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Kontribusi

Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung dalam

mendukung PHBM di antaranya dilaksanakan melalui:

- Penyediaan bibit Kopi;

- Pemberian bantuan peralatan pengolahan Kopi;

- Penyediaan bibit kayu-kayuan; Kicangkudu, Kikancing, Jabon, Kihoe,

Manglid, Maesopsi, Campoleh, Petai, Sukun, Nangka, Gamelina, Mangga

dan Mahoni Uganda.

- Terfasilitasinya budidaya jamur tiram

- Memfasilitasi perkembangan Usaha AUK masyarakat disekitar hutan untuk

usaha budidaya Ulat Sutra dan Jamur Kayu tani diantaranya 2 kelompok

tani dari petani ulat sutra dan 7 kelompok tani jamur kayu.

Pemberdayaan masyarakat disekitar hutan dan kebun ini secara tidak

langsung mampu menurunkan jumlah perambah hutan dimana para perambah

itu umumnya merusak/mengganggu keseimbangan ekosistem hutan, kemudian

dampak lainnya adalah semakin terkendalinya berbagai gangguan terhadap

sumber daya hutan sehingga kerusakan lingkungan dapat diminimalisir dan yang

paling utama adalah mampu meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan

petani/masyarakat disekitar hutan.

4.1.2 Analisis Pencapaian Kinerja Kegiatan

Program/kegiatan Tahun 2014 lebih kurang sama dengan tahun 2013

diarahkan pada penataan kelembagaan pelaku usaha pertanian tanaman pangan,

hortikultura, perkebunan dan kehutanan termasuk didalamnya penguatan

kemitraan atau kerjasama dengan pihak-pihak lain yang dapat mendukung

pembangunan sektor pertanian di Kabupaten Bandung. Berikut analisi

pencapaian kinerja kegiatan Tahun 2014.

Program Peningkatan Kesejahteraan Petani

1. Pelatihan Petani dan Pelaku Agribisnis

Pada Tahun Anggaran 2014 kegiatan ini dianggarkan sebesar Rp.

300.000.000,- (Tiga ratus juta rupiah) dan terealisasi sebesar Rp. 294.220.000,- atau

sebesar 98,07% dari target anggaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan.

Adapun langkah/proses kegiatannya adalah sebagai berikut:

a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;

- Pelaksanaan rapat koordinasi;

- Identifikasi CP/CL;

b. Pelaksanaan kegiatan, meliputi:

1. Terlaksananya fasilitasi kemitraan dan pendampingan usaha kelompok

2. Terlaksananya sekolah lapang tanaman hias

3. Pelatihan penangkaran stroberi

4. Terlaksananya adopsi penangkaran benih hortikultura

5. Terlaksananya penyusunan SOP/GAP tanaman hias

6. Terlaksananya penyusunan SOP budidaya Hortikultura

c. Pelaksanaan monitoring kegiatan;

d. Evaluasi dan pelaporan.

Keluaran dari pelaksanaan kegiatan ini diantaranya adalah:

(1) Meningkatnya kemampuan petani terhadap teknik budidaya tanaman

hias, sayuran biofarmaka umumnya tanaman hortikultura

Adapun hasil dari pelaksanaan kegiatan Pelatihan Petani dan Pelaku

Agribisnis adalah meningkatnya pemahaman masyarakat petani Hortikultura

tentang agribisnis serta Meningkatnya produksi dan produktivitas tanaman

Hortikultura, sehingga memiliki motivasi untuk melaksanakan penyusunan SOP

GAP dan SOP hortikultura dalam rangka memperoleh sertifikasi registrasi kebun,

dan samapai 204 ini terdapat beberapa komoditas yang telah memiliki registrasi

kebun, yaitu buah naga, lidah buaya, stroberi, berbagai jenis sayuran, jambu biji

dan tanaman obat.

Program Peningkatan Ketahanan Pangan

1. Penyusunan Database Potensi Produk Pangan

Pada Tahun Anggaran 2014 kegiatan ini dianggarkan sebesar Rp.

507.294.066,- (Lima ratus tujuh juta dua ratus Sembilan puluh empat ribu enampuluh

enam rupiah) dan terealisasi sebesar Rp. 492.058.050.- atau sebesar 96,99 % dari

target anggaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan. Adapun langkah/proses

kegiatannya adalah sebagai berikut:

a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;

- Pelaksanaan rapat koordinasi;

- Identifikasi CP/CL;

- Petunjuk Teknis;

b. Pelaksanaan kegiatan, meliputi:

1. Berkembangnya teknologi pengelolaan data dan informasi Pertanian,

Perkebunan dan Kehutanan seperti:

a. Pengembangan dan pemeliharaan jaringan (network) computer

2. Tersusunnya laporan perkembangan dan sasaran pelaksanaan rapat

koordinasi Perstatistikan dan peningkatan seperti :

a. Apresiasi Statistik Pertanian

b. Sinkronisasi data Statistik Pertanian

3. Terciptanya rapat koordinasi perencanaan pembangunan

4. Tersusunnya rencana kerja Dinas tahunan

5. Terlaksananya pengembangan kajian STA dan UPH Kabupaten Bandung

c. Pelaksanaan monitoring kegiatan;

d. Evaluasi dan pelaporan.

Keluaran dari pelaksanaan kegiatan ini diantaranya adalah:

(1) Tersajinya Data Laporan Tahunan, Semesteran, Triwulanan dan Bulanan,

Perkembangan/peningkatan indeks pertanaman, Panen, Produksi dan

Produktivitas komoditas padi palawija

(2) Meningkatnya pemahaman petugas pengumpul data dalam penyusunan statistik

pertanian

(3) Tersajinya Data Pokok realisasi produksi pertanian

Adapun hasil dari pelaksanaan kegiatan penyusunan database potensi produk

pangan daerah, adalah sebagai berikut:

(1) Lebih lancarnya kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

pelaksanaan kegiatan pembangunan pertanian

(2) Meningkatnya pemahaman petugas statistik tingkat kecamatan (terutama

yang baru) mengenai pengumpulan dan pengolahan data statistik

pertanian seperti pengisian format data statistik pertanian SP Padi, SP

Palawija, SP Benih Tanaman Pangan dan SP Alat mesin pertanian

tanaman pangan secara rutin serta SP hortikultura dalam periode

tertentu.

(3) Menetapkan angka sasaran luas tanam, luas panen, produksi, dan

produktivitas kecamatan setiap bulan untuk masing-masing kecamatan.

(4) Menyeragamkan komitmen prosedur pengumpulan antara petugas

dilapangan dengan petugas tingkat kabupaten.

(5) Meningkatkan kualitas dan kuantitas produktivitas kinerja petugas pengumpul

data statistik pertanian tingkatkecamatan.

(6) Tersusunnya laporan kegiatan pembangunan pertanian, yaitu laporan bulanan,

laporan triwulanan, laporan tahunan dan rencana kinerja.

Pelaksanaan kegiatan ini dapat bermanfaat dalam mendukung penyediaan

data dan informasi pembangunan pertanian secara akurat dan tepat waktu.

2. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Kebijakan Subsidi Pertanian

Pada Tahun Anggaran 2014 kegiatan ini dianggarkan sebesar Rp.

321.350.000.-(Tiga ratus duapuluh satu juta tiga ratus lima puluh ribu rupiah), dan

terealisasi sebesar Rp. 317.480.000,- atau sebesar 96,65% dari target anggaran, yang

digunakan untuk membiayai kegiatan. Langkah/proses kegiatannya adalah, sebagai

berikut:

a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;

- Pelaksanaan rapat koordinasi;

- Identifikasi CP/CL;

- Penyusunan juklak dan juknis.

b. Pelaksanaan kegiatan, yang meliputi:

1. Terlaksananya penyusunan RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok)

2. Terlaksananya analisa pupuk dan pestisida

3. Terlaksananya penguatan Komisi pengawasan pupuk dan pestisida.

4. Terlaksannya pelatihan pengolahan hasil

5. Terlaksananya verifikasi dan validasi pupuk bersubsidi

c. Pelaksanaan monitoring kegiatan;

d. Evaluasi dan pelaporan.

Pelaksanaan kegiatan ini dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas tentang

penyaluran pupuk bersubsidi, serta terkumpulnya RDKK tiap kecamatan.

3. Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Pertanian

Pada Tahun Anggaran 2014 kegiatan ini dianggarkan sebesar Rp.

598.000.000., dan terealisasi sebesar Rp. 577.992.680,- atau sebesar 96,66% dari

target anggaran, yang digunakan untuk membiayai kegiatan. Langkah/proses

kegiatannya adalah, sebagai berikut:

a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;

- Pelaksanaan rapat koordinasi;

- Identifikasi CP/CL;

- Penyusunan juklak dan juknis.

b. Pelaksanaan kegiatan, yang meliputi:

1. Terlaksananya pengadaan stimulant alat mesin pasca panen pengolahan

jagung (Corn Sheller)

2. Terlaksananya fasilitasi gudang alsin pasca panen tanmanam pangan

3. Terlaksananya revitalisasi penggilingan padi kecil

c. Pelaksanaan monitoring kegiatan;

d. Evaluasi dan pelaporan.

Keluaran dari pelaksanaan kegiatan penanganan pasca panen dan pengolahan

hasil pertanian, adalah sebagai berikut:

(1) Meningkatnya pengetahuan petani dalam pengolahan hasil terutama

komoditas tanaman pangan

(2) Tersedianya data lossiss padi

(3) Capaian penurunan hasil dari produksi padi dan jagung

(4) Meningkatnya daya saing petani/pelaku usaha dalam memasarkan

produk-produk hasil olahannya.

(5) Meningkatnya kualitas produk pertanian segardan olahan komoditi padi,

palawija dan tanaman hortikultura.

Pelaksanaan kegiatan ini dapat meningkatkan kualitas dan jenis olahan hasil

tanaman pangan, yang pada akhirnya dapat mencapai target prsentase kehilangan

hasil padi pada saat panen dan pasca panen sebesar 10,07%.

3. Pengembangan Intensifikasi Tanaman Padi Palawija

Pada Tahun Anggaran 2014 kegiatan ini dianggarkan sebesar Rp.

824.000.000.- dan terealisasi sebesar Rp. 792.353.760.- atau sebesar 96,16% dari

target. Anggaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan. Adapun langkah/proses

kegiatan, sebagai berikut:

a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;

- Pelaksanaan rapat koordinasi;

- Identifikasi CP/CL;

- Penyusunan juklak dan juknis.

b. Pelaksanaan kegiatan, yang meliputi:

1. Terlaksananya bimbingan teknis penerapan teknologi produksi serealia dan

kabi

2. Terlaksananya bimbingan teknis pengembangan dan pemanfaatan pupuk

organik

3. Terlaksananya rapat koordinasi P2BN

4. Terlaksananya workshop SLPTT

5. Terlaksananya rakor P2BN di tingkat Kabupaten

6. Terlaksananya mapping pencapaian dan pemanfaatan pupuk organik

7. Stimulan lahan pertanian abadi berupa traktor dan hand sprayer

8. Terlaksananya pengadaan benih padi dan jagung

c. Pelaksanaan monitoring kegiatan;

d. Evaluasi dan pelaporan.

Keluaran dari pelaksanaan kegiatan pengembangan intensifikasi tanaman padi

palawija, adalah:

(1) Penerapan pupuk organik

(2) Peningtkatan dan penerapan benih bermutu

(3) Terlaksananya Sosialisasi SLPTT

(4) Tercapainya peningkatan produksi padi dan palawija

Adapun hasil yang didapat dari pelaksanaan kegiatan pengembangan

intensifikasi tanaman padi dan palawija, adalah:

Pelaksanaan kegiatan ini dapat bermanfaat dalam peningkatan aktivitas

ekonomi masyarakat terutama kelompok tani padi dan palawija antara lain:

- Penerapan Teknologi pertanian di tingkat Petani mendorong peningkatan

Produksi padi mencapai 2 - 5%.

4. Pengembangan Diversifikasi Tanaman

Pada Tahun Anggaran 2014 kegiatan ini dianggarkan sebesar Rp.

150.000.000,- dan terealisasi sebesar Rp. 141.740.000,- atau sebesar 95,11% dari

target anggaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan. Adapun langkah/proses

kegiatan, sebagai berikut:

a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;

- Pelaksanaan rapat koordinasi;

- Identifikasi CP/CL;

- Penyusunan juklak dan juknis.

a. Pelaksanaan kegiatan, yang meliputi:

1. Terlaksananya diversifikasi pola tanam tanaman pangan dengan komoditas

kedelai

2. Terlaksananya rapat koordinasi mapping akabi lainnya

Keluaran dari pelaksanaan kegiatan Pengembangan Diversifikasi Tanaman,

adalah Terlaksananya pengembangan alternative pangan selain beras

Pelaksanaan kegiatan tersebut dapat bermanfaat dalam peningkatan aktivitas

ekonomi masyarakat terutama kelompok tani dan sebagai dasar untuk

pengembangan komoditi alternatif pangan pengganti beras.

5. Pengembangan Pertanian pada Lahan Kering

Pada Tahun Anggaran 2014 kegiatan ini dianggarkan sebesar Rp.

1.914.500.000,-, dan terealisasi sebesar Rp. 1.820.919.550.- atau sebesar 95,11%

dari target anggaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan. Adapun

langkah/proses kegiatan, sebagai berikut:

a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;

- Pelaksanaan rapat koordinasi;

- Identifikasi CP/CL;

- Penyusunan juklak dan juknis.

b. Pelaksanaan dan monitoring kegiatan;

d. Evaluasi dan pelaporan.

Keluaran dari pelaksanaan kegiatan pengembangan pertanian pada lahan

kering, adalah ;

1) Terfasilitasinya sarana penyimpanbenih kentang

2) Terfasilitasinya kegiatan pengembangan kawasan stroberi

3) Terfasilitasi pengembangan kawasan jeruk

4) Terfasilitasinya kegiatan pengembangan alpukat

5) Terfasilitasinya kebutuhan bibit buah-buahan dalam mendukung

pengembangan hortikultura ramah lingkungan.

6) Terfasilitasinya budidaya pengembangan tanaman hias

7) Terfasilitasinya kegiatan pengembangan dan pelayanan klinik tanaman

8) Aterlaksananya pengembangan buah-buahan di lahan kering

6. Pengembangan Perbenihan dan Pembibitan

Pada Tahun Anggaran 2014 kegiatan ini dianggarkan sebesar Rp.

313.000.000,- dan terealisasi sebesar Rp. 311.654.800.- atau sebesar 99,57% dari

target anggaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan. Adapun langkah/proses

kegiatannya, sebagai berikut:

a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;

- Pelaksanaan rapat koordinasi;

- Identifikasi CP/CL;

- Penyusunan juklak dan juknis.

a. Pelaksanaan kegiatan, berlokasi di Kecamatan Baleendah dan Bojongsoang, yang

meliputi:

1. Terlaksananya pengadaan Benih Padi VUB Kelas SS (Label Ungu) dan kelas ES

(label biru)

2. Terlaksananya demplot padi gogo

3. Terlaksananya sebagian dari proses sertifikasi benih unggul lokal dan

bersertifikat

4. Terfasilitasinya alat pengolah tanah dan benih untuk komoditas tanaman

pangan.

c. Pelaksanaan monitoring kegiatan.

d. Evalusi dan Pelaporan.

Keluaran dari pelaksanaan kegiatan Pengembangan Perbenihan dan

Pembibitan pertanian/perkebunan, adalah terlaksananya pengembangan benih/bibit

pertanian/ perkebunan dan hasil yang didapat dari kegiatan Pengembangan

Perbenihan dan Pembibitan pertanian/perkebunan tersebut, diantaranya adalah

sebagai berikut:

1) Terlaksananya revitalisasi balai benih padi jelekong;

2) Tercapainya pendapatan dinas sebesar Rp. 161.422.800,-.

7. Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Pertanian/Perkebunan.

Pada Tahun Anggaran 2014 kegiatan ini dianggarkan sebesar Rp.

615.000.000,- dan terealisasi sebesar Rp. 607.176.600,- atau sebesar 98,73%dari

target anggaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan.Adapun langkah/proses

kegiatannya, sebagai berikut:

a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;

- Pelaksanaan rapat koordinasi;

- Penyusunan juklak dan juknis.

b. Pelaksanaan kegiatan meliputi:

1. Terlaksananya musyawarah perencanaan pembangunan perkebunan dan

rapat evaluasi;

2. Terlaksananya pengembangan usaha tani konservasi lahan terpadu

3. Terfasilitasinya sosialisasi kegiatan simakit;

4. Terfasilitasinya koordinasi gangguan usaha perkebunan;

5. Terlaksananya kegiatan IBK (Indikator Blok Kerja)

6. Terlaksananya kegiatan pengendalian hama dan penyakit tanaman

perkebunan.

c. Monitoring, Evalusi dan Pelaporan.

d. Evalusi dan Pelaporan

Keluaran dari pelaksanaan kegiatan Penelitian dan Pengembangan

Sumberdaya Pertanian / Perkebunan adalah:

Tercapainya produktivitas komoditi perkebunan unggulan: kopi (1,02

kuintal/ha), teh (2,28 kuintal/ha), cengkeh (0,21 kuintal/ha) dan tembakau

(0,40 kuintal/ha);

Berkembangnya 8 unit usaha kelompok tani.

Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/

Perkebunan

1. Penelitian dan Pengembangan Pemasaran Hasil Produksi

Pertanian/ Perkebunan

Pada Tahun Anggaran 2014 kegiatan ini dianggarkan sebesar Rp.

541.250.000,, dan terealisasi sebesar Rp.535.113.250.- atau sebesar 98,87% dari

target anggaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan. Adapun langkah/proses

kegiatan, sebagai berikut:

a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;

- Pelaksanaan rapat koordinasi;

- Identifikasi CP/CL;

- Penyusunan juklak dan juknis.

a. Pelaksanaan kegiatan, yang meliputi:

1. Terlaksananya workshop asosiasi pasar tani Kabupaten Bandung

2. Terlaksananya workshop asosiasi petani dan pengolah jamur

3. Terlaksananya workshop asosiasi pengolah hasil produk pertanian

Keluaran dari pelaksanaan kegiatan Penelitian dan Pengembangan

Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan, adalah:

(1) Terlaksananya penguatan kelembagaan pasar tani

(2) Terjalinnya kerjasama usaha

Adapun hasil dari pelaksanaan kegiatan Penelitian dan Pengembangan

Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan, adalah pedoman dan acuan arah

kebijakan dalam pengembangan dan pembangunan komoditas unggulan pertanian di

Kabupaten Bandung dan penguatan lembaga perbenihan komoditas pertanian unggul,

Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam penguasaan teknologi

pasca panen yaitu dalam pengolahan serta pemasaran hasilnya.

Pelaksanaan kegiatan ini dapat bermanfaat dalam pendukungan dan

penyediaan informasi pembangunan pertanian, sehingga segala data tentang

pertanian dapat tersediasecara cepat, akurat dan tepat, yang pada akhirnya dapat

meningkatkan keakuratan dalam pencapaian tujuan dan sasaran program serta

kegiatan pembangunan pertanian yang akuntabel. Selain itu kegiatan ini juga dapat

bermanfaat dalam peningkatan kapasitas produksi dan pemasaransebesar

±2%,dalam perkembangan kegiatan usaha agribisnis serta terciptanya masyarakat

tani yang mampu bersinergi, berintergrasi dan berkemitraan dalam meningkatkan

pendapatan masyarakat tani, yang pada akhirnya dapat meningkatkan

pengembangan ekonomi kerakyatan berbasis usaha agribisnis lokal unggulan.

2. Promosi Atas Hasil Produksi Pertanian/perkebunan Unggulan

Daerah

Pada Tahun Anggaran 2014 kegiatan ini dianggarkan sebesar Rp.

541.250.000,- dan terealisasi sebesar Rp. 535.113.250,- atau sebesar 98,87% dari

target anggaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan. Adapun langkah/proses

kegiatan, sebagai berikut:

b. Pelaksanaan persiapan kegiatan;

- Pelaksanaan rapat koordinasi;

- Identifikasi CP/CL;

- Penyusunan juklak dan juknis.

c. Pelaksanaan kegiatan, serta keluaran dari kegiatan tersebut diantaranya meliputi:

1. Terfasilitasinya pameran/gelar pasar tani tingkat lokal kabupaten, propinsi dan

nasional;

2. Terfasilitasinya gelar pasar tani/pameran/festival komoditas unggulan

pertanian produk unggulan lokal (Jamur dan Stroberi) tingkat kabupaten

3. Terfasilitasinya agro expo tingkat kabupaten

4. Terfasilitasinya sarana kelembagaan promosi.

Keluaran dari pelaksanaan kegiatan Penelitian dan Pengembangan Pemasaran

Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan, adalah: Terpromosikannya produk komoditas

unggulan lokal kabupaten ketingkat nasional serta mendapatkan rekor muri dari

produksi dodol stroberi terpanjang yang diselenggarakan di TMII DKI Jakarta.

3. Pembangunan Pusat-pusat Penampungan Produksi Hasil

Pertanian/ Perkebunan

Pada Tahun Anggaran 2014 kegiatan ini dianggarkan sebesar Rp.

493.300.000,- dan terealisasi di sebesar Rp. 485.186.000.- atau sebesar 98,35% dari

target anggaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan. Adapun langkah/proses

kegiatan, sebagai berikut:

a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;

- Pelaksanaan rapat koordinasi;

- Identifikasi CP/CL;

- Penyusunan juklak dan juknis.

b. Pelaksanaan kegiatan meliputi:

1. Terlaksananya bimbingan penggunaan teknologi digital marketing

2. Terfasilitasinya penyusunan database/profil kelompok PUA hortikultura

3. Terfasilitasinya pengembangan legalitas asosiasi pengolahan hasil

hortikultura dan asosiasi petani sayuran

4. Terlaksananya adopsi teknologi pengolahan hasil hortikultura

5. Terfasilitasinya pendampingan dan sarana kelompok rumah kemasan

6. Terfasilitasinya bangunan gudang penyimpanan bawang

7. Terfasilitasinya alat pengolahan produk segar

c. Pelaksanaan monitoring kegiatan.

Keluaran dari pelaksanaan kegiatan Pembangunan Pusat-pusat

Penampungan Produksi Hasil Pertanian/Perkebunan, adalah:

(1) Meningkatnya nilai jual dan mutu produk hortikultura

(2) Meningkatnya nilai tambah dan berkurangnya resiko kerusakan produk

hortikultura

(3) Terfasilitasinya lebih kurang 16 unit kelompok usaha rumah kemasan di

Kabupaten Bandung

Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/ Perkebunan

1. Pengadaan Sarana dan Prasarana Teknologi Pertanian/Perkebunan

Tepat Guna

Pada Tahun Anggaran 2014 kegiatan ini dianggarkan sebesar Rp.

3.020.750.000.-, dan terealisasi sebesar Rp. 2.904.070.930,- atau sebesar 96,14%

dari target anggaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan.

Adapun langkah/proses kegiatan, sebagai berikut:

a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;

- Pelaksanaan rapat koordinasi;

- Identifikasi CP/CL;

- Penyusunan juklak dan juknis.

b. Pelaksanaan sertankeluaran dari kegiatan ini, meliputi:

1. Terlaksanany bimbingan Desa PHT (Pengendalian Hama Terpadu)

2. Terlaksananya bintek perlindungan tanaman dalam rangka pengamanan

produksi hasil pertanian

3. Terfasilitasinya kelengkapan mobil bengkel keliling

4. Terfasilitasinya bintek penerapan teknologi tepatguna pertanian

5. Terfasailitasinya penguatan brigade proteksi tanaman perkebunan dan

kehutanan melalui penyediaan/ pengadaan Bahan obat-obatan pertanian yaitu

:

- Rodentisida 150 kg;

- Insektisida 150 liter;

- Fungisida 100 kg;

- Rodentisida / pengasapan 40 dus;

d. Pelaksanaan monitoring kegiatan;

e. Evaluasi dan pelaporan.

Adapun hasil dari pelaksanaan kegiatan pengadaan sarana dan prasarana

teknologi pertanian/perkebunan tepat guna, adalah meningkatnya pengetahuan

dan keterampilan kelompok tani serta terpenuhinya kebutuhan alat dan mesin

pertanian bagi petani sehingga diharapkan mampu mempermudah dan meningkatkan

hasil produksi dan produktivitas pertanian.

2. Pemeliharaan Rutin Berkala Sarana dan Prasarana Teknologi

Pertanian/ Perkebunan

Pada Tahun Anggaran 2014 kegiatan ini dianggarkan Rp. 1.463.976.000,- dan

terealisasi sebesar Rp. 1.329.252.000 atau sebesar 90,80% dari target anggaran yang

digunakan untuk membiayai kegiatan. Adapun langkah/proses kegiatannya, sebagai

berikut:

a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;

- Pelaksanaan rapat koordinasi;

- Identifikasi CP/CL;

- Penyusunan juklak dan juknis.

b. Pelaksanaan kegiatan, yang meliputi:

1. Terlaksananya bintek teknis pengelolaan air

2. Terlaksananya identifikasi kelembagaan P3A dan GP3A mitra cai

3. Terlasananya revitalisasi P3A dan GP3A mitra cai

4. Terlaksananya penguatan kelembagaan P3A dan GP3A mitra cai

5. Terfasilitasinya pelatihan GP3A dalam kegiatan pasca panen dan

pemasaran produksi pertanian

6. Terlaksananya rancangan perda tentang perlindungan lahan berkelanjutan

7. Terlaksananya pelatihan Dana Investasi Agribisnis (DIA)

8. Terlaksananya Pengesahan/legalisasi P3A dan GP3A mitra cai

9. Terlaksananya kegiatan sekolah lapangan iklim

10. Terlaksananya rehabilitasi jaringan irigasi

c. Evaluasi dan pelaporan.

Manfaat dari pelaksanaan kegiatan Pemeliharaan rutin/berkala sarana

prasarana teknologi pertanian/perkebunan, diantaranya adalah sebagai berikut:

- Tercapainya Indeks Pertanaman (IP) sebesar 2,52.

- Tercapainya produksi komoditas pangan utama lebih kurang 2 s.d 5 %.

3. Kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi pertanian dan

perkebunan tepat guna

Pada tahun anggaran 2014 kegiatan ini dianggarkan Rp. 5.922.753.400,-

untuk membiayai kegiatan di bidang Tanaman pangan dan terealisasi sebersar Rp.

4.988.772.900,- atau sebesar 84,23% dari target anggaran yang digunakan untuk

membiayai kegiatan. Adapun langkah/ proses kegiatan nya adalah :

a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;

- Pelaksanaan rapat koordinasi;

- Identifikasi CP/CL;

- Penyusunan juklak dan juknis.

b. Pelaksanaan kegiatan, yang meliputi:

1. Pembangunan Jalan Usaha Tani sebanyak 27 paket

2. Pembangunan cekdam/dam parit sebanyak 27 paket;

3. Pengembangan irigasi air permukaan sebanyak 6 paket;

4. Rehabilitasi bangunan balai benih pertanian Kab. Bandung.

c. Evaluasi dan pelaporan,

Hasil dari penelitian dan pengembangan teknologi pertanian dan perkebunan

tepat guna adalah diantaranya meningkatnya kualitas infrastruktur dasar pertanian.

Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan

(1) Penyediaan Sarana Produksi Pertanian/Perkebunan

Pada Tahun Anggaran 2014 kegiatan ini dianggarkan Rp. 2.079.292.000,- dan

untuk membiayai kegiatan pembangunan perkebunan dan terealisasi sebesar Rp.

1.737.271.150 atau sebesar 83,55% dari target anggaran yang digunakan untuk

membiayai kegiatan. Adapun langkah/proses kegiatan, sebagai berikut:

a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;

1. Pelaksanaan rapat koordinasi;

2. Identifikasi CP/CL;

3. Penyusunan juklak dan juknis.

Pelaksanaan kegiatan, meliputi:

1. Terfasilitasinya rehabilitasi areal pengembangan perkebunan

2. Terlaksananya pengadaan bibit kopi, benih kopi, bibit cengkeh

3. Terfasilitasi dan terlaksananya sarana prasarana pasca panen perkebunan

4. Terlaksananya pembuatan SOP kopi dan Cengkeh

d. Evaluasi dan pelaporan.

Pelaksanaan kegiatan ini dapat bermanfaat dalam peningkatan aktivitas

ekonomi masyarakat kelompok tani:

- Tercapainya produksi komoditas utama kopi, teh, cengkeh, tembakau

- Tersdianya SOP kopi dan cengkeh

(2) Pengembangan Bibit Unggul Pertanian/ Perkebunan

Pada Tahun Anggaran 2014 kegiatan ini dianggarkan Rp. 1.430.360.000,- dan

terealisasi sebesar Rp. 1.400.775.155,- atau sebesar 97,93% dari target anggaran

yang digunakan untuk membiayai kegiatan terutama di bidang hortikultura.

Adapun langkah/proses kegiatan, sebagai berikut:

a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;

(1) Pelaksanaan rapat koordinasi;

(2) Identifikasi CP/CL;

(3) Penyusunan juklak dan juknis.

b. Pelaksanaan kegiatan, yang meliputi:

1. Terlaksananya penyediaan benih kentang bermutu

2. Terlaksananya pengadaan bibit jamur tiram dan cabe

3. Terlaksananya pengembangan benih bawang merah

4. Terlaksanaya pengembangan sayuran dataran rendah

5. Terfasilitasinya screen house penangkaran bibit kentang dan cabe

6. Terfasiltasinya pengembangan jamur dan pembangunan kubung jamur

7. Terfasilitasinya relokasi dan renovasi green house pembibitan tanaman

hortikultura

8. Terfasilitasinya gerakan pemanfaatan lahan pekarangan sekolah dengan

dengan tanaman sayuran khususnya tanaman cabe

9. Terlaksananya sarana pengairan irigasi sprinkle

c. Evaluasi dan pelaporan.

Keluaran dari pelaksanaan kegiatan Pengembangan Bibit Unggul Pertanian

/Perkebunan diantaranya, adalah:

(1) Tercapainya kawasan sayuran khas local

(2) Berkembangnya benih local kentang

(3) Bertambahnya kapasitas dari green house pembibitan hortikultura

(3) Kegiatan peningkatan kualitas dan pasca panen tanaman tembakau

Pada anggaran Tahun 2014 kegiatan ini dianggarkan dari pembiayaan dana

bagi hasil sebesar Rp. 1. 578.219.600.- dan terealisasi sebesar Rp. 1.525.493.315,-

atau sebesar 96,66% dari target anggaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan

terutama di bidang Perkebunan. Adapun langkah/ proses kegiatan, sebagai berikut:

- Terlaksananya kegiatan sosialisasi, monitoring serta evaluasi DBHCT.

- Terlaksananya pengembangan kualitas tanaman pasca panen tembakau

- Terlaksananya bintek dan aplikasi pengendalian OPT tembakau

- Pengembangan pasca panen dan pengolahan hasil tembakau

- Peningkatan kualitas dan kuantitas sumberdaya petani tembakau

- Terlaksananya system kebersamaan ekonomi

- Terlaksananya pemurnian benih tembakau tahap I

- Terlaksananya inventarisasi dan validasi data tembakau

- Terlaksananya workshop serta peningkatan hasil tembakau melalui system

GAP

Evaluasi dan pelaporan

Keluaran dari peningkatan kualitas dan pasca panen tembakau adalah:

Meningkatnya pemahaman petani tembakau dalam melaksanakan kegiatan

DBHCT di lapangan

Meningkatnya PSK (pengetahuan, sikap dan keterampilan) petani dalam

menangani/mengendalikan OPT dilapangan

Meningkatkan kualitas serta produksi tanaman tembakau

Berkembangnya kelompok usaha berbasis perkebunan

Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan -

Pengembangan Hasil Hutan Non Kayu

Pada Tahun Anggaran 2014 kegiatan ini dianggarkan sebesar Rp.

378.260.000,- dan terealisasi sebesar Rp. 364.874.600,- atau sebesar 96,46 % dari

target anggaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan terutama di bidang

Kehutanan. Adapun langkah/proses kegiatan, sebagai berikut:

a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;

(1) Pelaksanaan rapat koordinasi;

(2) Identifikasi CP/CL;

(3) Penyusunan juklak dan juknis.

b. Pelaksanaan kegiatan, yang meliputi:

1. Terlaksananya Budidaya Aneka Usaha Kehutanan Non Kayu meliputi

usaha budidaya jamur dan lebah madu

2. Terlaksananya kontrak bisnis

Keluaran dari pelaksanaan kegiatan Pengembangan Hasil Hutan Non Kayu

adalah; Meningkatnya pendapatan masyarakat pedesaan di sekitar hutan serta

terlaksananya pembibitan tanaman kehutanan.

Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan

1. Pembuatan Benih / Bibit Tanaman Hutan

Pada Tahun Anggaran 2014 kegiatan ini dianggarkan sebesar Rp.

489.481.000,- dan terealisasi sebesar Rp. 468.518.660-. atau sebesar 95,72% dari

target anggaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan. Adapun langkah/proses

kegiatan, sebagai berikut:

a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;

- Pelaksanaan rapat koordinasi;

- Identifikasi CP/CL;

- Penyusunan juklak dan juknis.

b. Pelaksanaan kegiatan, yang meliputi;

1. Tersedianya benih tanaman kehutanan

2. Tersedianya sarana pembuatan pembibitan tanamn kehutanan

3. Terfasilitasinya pupuk kandang, NPK dan pengadaan bibit jeruk

c. Pelaksanaan monitoring kegiatan;

d. Evaluasi dan pelaporan

Keluaran dari pelaksanaan kegiatan Pembuatan Benih/Bibit Tanaman Hutan,

adalah:

(1) Terlaksananya pembibitan tanaman kehutanan

2. Peningkatan Peran serta Masyarakat dalam Rehabilitasi Hutan dan

Lahan

Pada Tahun Anggaran 2014 kegiatan ini dianggarkan Rp. 801.618.000,- dan

terealisasi sebesar Rp. 769.409.460.- atau sebesar 95,98 % dari target anggaran yang

digunakan. Adapun langkah/proses kegiatan, sebagai berikut:

a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;

(1) Pelaksanaan rapat koordinasi;

(2) Identifikasi CPCL;

(3) Penyusunan juklak dan juknis

b. Pelaksanaan kegiatan, yang meliputi:

1) Memfasilitasi/mendukung terlaksananya lomba-lomba RTH

2) Terlaksananya pemberdayaan masyarakat/kelompok tani penghijauan

3) Terlaksananya RHL (rehabilitai lahan) melalui kegiatan kemah kerja bupati

4) Terlaksanaya bintek RHL serta FGD RHL

5) Terlaksananya pembuatan Gully Plug

c. Pelaksanaan pengawasan, pembinaan dan monitor kegiatan;

d. Evaluasi dan pelaporan.

Keluaran dari pelaksanaan kegiatan Peran Serta Masyarakat dalam

Rehabilitasi Hutan dan Lahan adalah:

(1) Meninhkatnya kesejahteraan masyarakat/kelompok tani penghijauan

(2) Berkurangnya lahan kritis

(3) Meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan

(4) Tertanaminya lahan kritis seluas 1.592 hektar.

3. Konservasi Lahan dan Air

Pada tahun anggaran 2014 kegiatan ini dianggarkan dari pembiayaan Ban

gub Rp. 2.500.000.000.- dan terealisasi sebesar Rp. 2.332.267.500,- atau sebesar

93,29% dari target anggaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan. Adapun

langkah/proses kegiatan, sebagai berikut:

a. Pelaksanaan kegiatan yang meliputi:

1) Terlaksananya pembangunan sarana pengairan embung

2) Terbangunnya gully-plug

3) Terlaksananya pembangunan sumur resapan

4) Terbangunnya dam penahan

5) Terfasilitasinya bibit tanaman keras dan MPTS

4. Pengadaan leuweung sabilulungan

Pada Tahun Anggaran 2014 kegiatan ini berasal dari Ban Gub dianggarkan Rp.

2.500.000.000,- dan terealisasi sebesar Rp. 000.000.000.- atau sebesar 0 % dari

target anggaran yang digunakan. Adapun langkah/proses kegiatan, sebagai berikut:

a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;

(1) Pelaksanaan rapat koordinasi;

(2) Identifikasi CPCL;

(3) Penyusunan juklak dan juknis

c. Pelaksanaan kegiatan, yang meliputi:

c. Pelaksanaan pengawasan, pembinaan dan monitor kegiatan;

d. Evaluasi dan pelaporan.

Keluaran dari pelaksanaan kegiatan ini tidak ada karena kegiatan ini tidak jadi

direalisasikan karena Kegiatan Pengadaan Lahan Leuweung Sabilulungan pada

rekening 2.02.16.10 dengan total anggaran berasal dari Dana Bantuan Gubernur

sebesar Rp. 2.500.000.000,- tersebut tidak dapat terlaksana di Tahun 2014, Hal

tersebut disebabkan oleh rangkaian waktu proses pengadaan tanah dengan luas lebih

dari 5 Ha tidak mencukupi, proses tersebut mulai penetapan angggaran, persiapan

pelaksanaan pengadaan tanah, proses penentuan harga oleh tim apraisal, negosiasi,

proses pembayaran dan sertifikasi tanah. Solusi atas hal tersebut adalah Anggaran

akan diluncurkan di Tahun 2015, hal tersebut sudah dikoordinasikan dengan Kepala

DPPK, BAPPEDA, serta telah disampaikan surat permohonan dan lampiran berupa

SP2D yang telah terbit dengan nilai Rp. 1.387.915.500,- kepada Bupati Bandung

dengan tembusan ke DPPK dan BAPPEDA dalam rangka peluncuran anggaran

tersebut untuk dilaksanakan pada tahun 2015.

5. Fasilitasi Implementasi Green Province

Pada Tahun Anggaran 2014 kegiatan ini berasal dari Ban Gub dianggarkan Rp.

200.000.000,- dan terealisasi sebesar Rp. 180.018.000.- atau sebesar 90,01 % dari

target anggaran yang digunakan. Adapun langkah/proses kegiatan, sebagai berikut:

a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;

(1) Pelaksanaan rapat koordinasi;

(2) Identifikasi CPCL;

(3) Penyusunan juklak dan juknis

b. Pelaksanaan kegiatan,

c. Pelaksanaan pengawasan, pembinaan dan monitor kegiatan;

d. Evaluasi dan pelaporan.

Keluaran dari kegiatan ini adalah tersedianya Dokumen Rencana Strategis

Pengelolaan Kawasan Lindung (RSPKL) dan Rencana Tindak Pengelolaan Kawasan

Lindung (RTPKL) untuk jangka waktu 2015 – 2019 wilayah kabupaten.

Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan

Pencegahan Dan Dampak Kebakaran Hutan Dan Lahan

Pada Tahun Anggaran 2014 kegiatan ini dianggarkan dari pembiayaan APBD

sebesar Rp. 100.000.000,- dan terealisasi sebesar Rp. 46.100.000,- atau sebesar

46,10% dari target anggaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan. Adapun

langkah/proses kegiatanya adalah sebagai berikut:

a. Pelaksanaan persiapan kegiatan;

Identifikasi CP/CL;

Penyusunan juklak dan juknis.

b. Pelaksanaan kegiatan, yang meliputi:

- Terlaksananya Sosialisasi Pencegahan Dan pengendalian Kebakaran Hutan

Dan Lahan serta mencegah bertambahnya kerusakan hutan akibat

perbuatan manusia dan hewan

- Terlaksananya informasi kebakaran hutan yang akan digunakan sebagai

sumber air untuk pelaksanaan pemadaman

c. Sosialisasi, koordinasi dan konsultasi

d. Pelaksanaan pengawasan, pembinaan dan monitoring kegiatan;

e. Evaluasi dan pelaporan.

Hasil dari pelaksanaan kegiatan sosialisasi Pencegahan dan Dampak

Kebakaran Hutan dan Lahan adalah tersedianya peralatan monitoring kegiatan

dan pengendalian kebakaran hutan dn lahan, tersosialisasikanya undang-undang

tentang pencegahan dan pemberantasan perusakan hutan melalui himbauan dan

penyuluhan, mengetahui tipe aktifitas masyarakat yang memungkinkan menjadi

sumber api dalam kebakaran hutan dan lahan.

Program Perencanaan dan Pengembangan Hutan

Pendampingan kelompok usaha perhutanan rakyat

Pada Tahun Anggaran 2014 kegiatan ini dianggarkan sebesar Rp.

100.000.000,- dan terealisasi sebesar Rp. 46.100.000,- atau sebesar 46,10% dari

target anggaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan. Adapun langkah/proses

kegiatanya adalah sebagai berikut:

f. Pelaksanaan persiapan kegiatan;

Identifikasi CP/CL;

Penyusunan juklak dan juknis.

g. Pelaksanaan kegiatan, yang meliputi:

- Terlaksananya pengembangan kelembagaan petani

- Terbentuknya kelompok masyarakat pecinta lingkungan

- Terlaksananya workshop PLKSDA – BM

Hasil dari pelaksanaan kegiatan sosialisasi pendampingan kelompok usaha

perhutanan rakyat adalah diantaranya terbentuknya kelompok masyarakat

pecinta lingkungan yang produktif.

4.2. Analisa Pencapaian Struktur Ekonomi

Perkembangan sektor pertanian (tanaman pangan, hortikultura)

perkebunan dan kehutanan dalam pembangunan daerah Kabupaten Bandung

khususnya di bidang perekonomian diantaranya dapat dilihat melalui

perkembangan indikator-indikator yang mengusungnya, seperti kontribusinya

dalam pembentukan PDRB, LPE, kesempatan kerja dan perdagangan, disamping

itu perkembangan sektor pertanian juga dapat dilihat dari kontribusinya dalam

pembangunan ekonomi, ketahanan pangan dan pelestarian lingkungan hidup di

Kabupaten Bandung.

Hasil pelaksanaan Program Pembangunan Pertanian pada Tahun 2012

dan 2013, secara nyata memberikan konstribusi terhadap Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) pada tahun 2013 mencapai Rp. 4.550.897,00 juta bila

dibandingkan dengan realisasi pencapaian PDRB sektor pertanian pada tahun

2012 sebesar Rp. 3.939.399,23 juta (berdasarkan harga berlaku), namun ditahun

2014 ini sector pertanian mengalami perlambatan nilai LPE. Sektor pertanian

yang merupakan salah satu penggerak ekonomi Kabupaten Bandung mengalami

perlambatan pertumbuhan dari 4.93 % di tahun 2013 menjadi 2.24%, di tahun

2014, melemahnya sektor pertanian di tahun 2014 ini dipengaruhi oleh

menurunnya pertumbuhan dari sub sector tanaman bahan makanan dan sub

sector kehutanan, tapi ditunjang juga oleh pelemahan sub sector listrik bahkan

mengalami pertumbuhan yang negative (PDRB/Analisis Pembangunan Ekonomi

BPS Kab. Bandung 2014)

Tabel 4.21 PDRB Kabupaten Bandung Berdasarkan Harga Berlaku

N

o Lapangan Usaha

Tahun

2010 2011 2012 2013 2014**

A1

Pertanian (Tan Bahan Makanan, Perkebunan dan

Kehutanan)

3,007,028.13 3,452,210.59 3,939,399.23 4,550,897.00 4,907,635.29

1 Pertanian 3,471,661.92 3,978,936.25 4,518,784.28 5,171,870.00 5,672,739.51

2 Pertambangan dan Penggalian 580,783.81 642,359.10 686,014.49 673,133.71 657,379.05

3 Industri pengolahan 27,471,535.02 30,116,379.01 32,915,231.13 36,721,871.46 40,595,513.08

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 741,188.33 824,630.98 954,918.90 1,166,432.32 1,282,638.54

5 Bangunan/Kontruksi 764,990.68 852,508.61 947,236.94 1,143,674.37 1,294,611.80

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran

7,796,200.55 8,920,233.69 10,436,027.24 11,795,595.18 14,326,868.98

7 Pengangkutan dan Komunikasi 1,933,148.22 2,159,485.64 2,374,097.92 2,659,942.03 3,046,424.06

8 Keuangan, Persewaan dan

Jasa Perusahaan 898,354.49 990,504.14 1,123,606.62 1,217,604.86 1,337,369.83

9 Jasa-jasa 2,434,375.72 2,806,725.22 3,115,489.15 3,783,648.37 4,731,802.73

PDRB Tanpa Migas 45,586,296.79 50,735,042.57 56,484,180.32 63,759,934.76 72,384,593.19

PDRB dengan Migas 46,092,238.72 51,291,762.65 57,071,406.68 64,333,772.50 72,945,347.59

Tabel 4.22 PDRB berdasarkan harga konstan

No Lapangan Usaha Tahun

2010 2011 2012 2013 2014**

A1

Pertanian (Tan Bahan

Makanan, Perkebunan dan Kehutanan)

1,379,154.21 1,445,611.39 1,536,322.36 1,618,127.00 1,627,319.21

1 Pertanian 1,602,050.01 1,688,263.14 1,787,255.22 1,875,353.00 1,917,297.12

2 Pertambangan dan Penggalian 282,922.47 291,397.20 286,309.40 274,200.00 267,532.18

3 Industri pengolahan 13,173,587.93 13,857,488.88 14,605,911.06 15,340,747.00 16,115,189.76

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 396,026.30 428,521.96 482,230.40 521,716.00 450,910.38

5 Bangunan/Kontruksi 381,103.63 411,973.98 432,749.38 471,553.00 515,076.89

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran

3,474,795.78 3,748,625.24 4,073,645.70 4,444,168.00 4,897,376.79

7 Pengangkutan dan Komunikasi

892,448.05 960,418.42 1,036,304.54 1,103,080.00 1,192,305.82

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

474,864.56 508,799.47 550,913.19 572,224.00 608,133.47

9 Jasa-jasa 1,056,862.46 1,130,748.84 1,187,903.28 1,298,130.00 1,471,892.96

PDRB Tanpa Migas 21,495,196.73 22,782,763.18 24,208,462.46 25,676,876.00 27,215,195.03

PDRB dengan Migas 21,734,661.19 23,026,237.14 24,443,222.17 25,901,172.00 27,435,715.37

Tabel 4.23 Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Bandung

No Lapangan Usaha

Tahun - Atas Dasar Harga Berlaku

Tahun - Atas Dasar Harga Konstan

2013 2014 2013 2014**

A1 Pertanian (Tan Bahan Makanan, Perkebunan dan Kehutanan)

7.07 6.73 7.07 5.94

1 Pertanian 8.00 7.78 7.24 6.99

2 Pertambangan dan Penggalian 1.04 0.90 1.06 0.98

3 Industri pengolahan 56.79 55.65 59.23 58.74

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1.80 1.76 2.01 1.64

5 Bangunan/Kontruksi 1.77 1.77 1.82 1.88

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 18.75 19.64 17.16 17.85

7 Pengangkutan dan Komunikasi 4.11 4.18 4.26 4.35

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

1.88 1.83 2.21 2.22

9 Jasa-jasa 5.85 6.49 5.01 5.36

PDRB Tanpa Migas 99.11 99.23 99.13 99.20

PDRB dengan Migas 100.00 100.00 100.00 100.00

Sumber : Produk Domestik regional Bruto Kabupaten bandung 2014, BPS Kabupaten Bandung (**Angka

Sementara).

PDRB sektor pertanian Kabupaten Bandung tahun 2014 mengalami

peningkatan dari tahun 2012 dan 2013, namun dari segi kontribusi PDRB seperti

dibahas sebelumnya diatas Pertanian terhadap PDRB Kabupaten Bandung

mengalami penurunan sebesar 0,25 (Bhn Makanan, Perkebunan dan Kehutanan)

bila dibandingkan dengan Tahun 2013. Sampai saat ini, penyumbang terbesar

terhadap PDRB tahun 2014 (harga berlaku) sektor pertanian di Kabupaten

Bandung adalah produksi pertanian tanaman pangan, disusul oleh produksi

perkebunan, peternakan, perikanan dan terakhir produksi kehutanan, dan PDRB

Kabupaten Bandung juga dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan dan

Sektor Pertanian masih tetap menempati posisi ketiga terbesar dibawah Sektor

Industri Pengolahan serta Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran.

Sektor Pertanian dalam Struktur Ekonomi Kabupaten

Bandung Tahun 2014

Hasil Sensus Pertanian 2003 (2012 belum keluar. BPS Kabupaten

Bandung) menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan sumber

matapencaharian dari 535.120 Rumah Tangga atau 52,2 % dari total jumlah

Rumah Tangga di Kabupaten Bandung sebesar 1.024.871, sisanya 47,8 %

didominasi oleh kegiatan industri, buruh dan perdagangan.Informasi ini

menunjukkan peran dominan kegiatan pertanian dalam struktur ekonomi rumah

tangga pedesaan dan pertumbuhan perkonomian daerah.

Pertanian 52,2%

Non-Pertanian 47,8%

Pengguna Lahan 285.916

Bukan Pengguna Lahan 3.793

Petani Pemilik Lahan 245.411

Pertanian Non-Pertanian

Sejalan dengan meningkatkan peran sektor pertanian terhadap PDRB

Kabupaten Bandung serta meningkatnya kinerja sektor pertanian pada tahun

2014, yang ditandai dengan adanya akserelasi ertumbuhan PDRB terutama ADH

Berlaku, penting pula dilihat struktur mata pencaharian penduduk berdasarkan

lapangan usaha, dan berdasarkan data dari BPS (suseda 2008), sektor pertanian

mampu menyerap/menyediakan lapangan kerja bagi 20,66 % penduduk

Kabupaten Bandung. Selain berperan dalam memberikan lapangan pekerjaan

bagi masyarakat, sektor pertanian pun terbukti relatif paling tahan terhadap

krisis dibandingkan dengan sektor lainnya.

Dengan berdasarkan pada hal-hal tersebut diatas maka sektor pertanian

masih sangatlah layak untuk lebih dikembangkan lagi menjadi core bisnis di

Kabupaten Bandung. Selain itu Sektor pertanian pun merupakan sektor yang

cukup stategis yang harus didukung keberlangsungannya sebagai faktor

pendorong paling utama dalam percepatan pembangunan perdesaan.

Tabel 4.24 Persentase Lapangan Pekerjaan Penduduk berumur 15 Tahun keatas

Kabupaten Bandung Tahun 2008 – 2011.

Lapangan Pekerjaan 2008 2009 2010 2011

Angkatan Kerja yang Bekerja

Pertanian 20.66 21.87 18.91 22.2

Industri 27.08 29.87 29.23 32.47

Perdagangan 19.51 18.75 20.5 19.29

Jasa 10.21 12.49 14.14 10.79

Lainnya 22.54 17.02 17.22 15.24

Angkatan Kerja yang Menganggur 13.19 12.51 10.2 10.69

489.751 535.120

Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Suseda 2008-2011

Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE)

Dalam mengukur upaya kemajuan pembangunan di bidang pertanian

adalah dengan mengamati konstribusi PDRB sub sektor pertanian terhadap PDRB

Kabupaten Bandung yang ditandai dengan meningkat, menurun atau tetap

sebagai hubungan timbal balik antara nilai PDRB dengan konstribusi kinerja

Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan. Pada Tahun 2014 terjadi kondisi

iklim yang ekstreem sehingga curah hujan menjadi sangat sedikit juga masih

terjadinya fluktuasi harga minyak mentah dunia dan munculnya gejolak ekonomi

global bencana alam yang tak diduga-duga sehingga secara tidak langsung

mempengaruhi pencapaian Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) dan ternyata LPE

sektor pertanian mengalami penurunan, ini dikarenakan selain oleh kendala

diatas juga dikarenakan tinginya inflasi di Kabupaten Bandung yang mencapai

6,38 %, lebih tinggi dari tahun 2012 (4,82 %) (PDRB BPS, BAPPEDA) yang salah

satu diantaranya adalah dipicu oleh naiknya TDL Listrik, BBM dan Gas, oleh

karena itu hanya sektor perdagangan, hotel dan restoran serta jasa-jasa lah

yang mengalami kenaikan. Namun LPE Kabupaten Bandung secara keseluruhan

pada tahun 2010 sampai tahun 2014 terus mengalami peningkatan walapun

masih mengalami akserelasi perlambatan dalam laju pertumbuhannya.

Tabel 4.25 Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kab. Bandung Tahun 2010-2014

o Lapangan Usaha Tahun (Persen) Atas Dasar Harga Konstan

2010 2011 2012 2013* 2014**

1 Pertanian 6.66 5.38 5.23 4.93 2.24

2 Pertambangan dan Penggalian 4.87 3.00 - - 0.00

3 Industri pengolahan 5.24 5.19 5.40 5.03 5.05

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 5.32 8.21 12.53 8.19 0.00

5 Bangunan/Kontruksi 7.17 8.10 5.04 8.97 9.23

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 8.21 7.88 8.86 9.10 10.20

7 Pengangkutan dan Komunikasi 5.78 7.62 7.90 6.44 8.09

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 5.26 7.15 9.09 3.87 6.28

9 Jasa-jasa 5.60 6.99 5.05 9.28 13.39

PDRB Tanpa Migas 5.88 5.94 6.15 6.07 5.99

No Lapangan Usaha Tahun (Persen) Atas Dasar Harga Berlaku

2010 2011 2012 2013* 2014**

1 Pertanian 7.53 7.76 7.92 8.00 7.78

2 Pertambangan dan Penggalian 1.26 1.25 1.20 1.04 0.90

3 Industri pengolahan 59.60 58.72 57.67 56.79 55.65

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1.61 1.61 1.67 1.80 1.76

5 Bangunan/Kontruksi 1.66 1.66 1.66 1.77 1.77

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 16.91 17.39 18.29 18.75 19.64

7 Pengangkutan dan Komunikasi 4.19 4.21 4.16 4.11 4.18

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 1.95 1.93 1.97 1.88 1.83

9 Jasa-jasa 5.28 5.47 5.46 5.85 6.49

PDRB Tanpa Migas 98.90 98.91 98.97 99.11 99.23

Dalam perdagangan, baik lokal (regional/nasional) maupun ekspor, sektor

pertanian Kabupaten Bandung merupakan salah satu pemasok utama komoditi

beras dan sayuran dataran tinggi maupun dataran rendah bagi daerah

perkotaan/konsumen potensial seperti : Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi,

serta pasar lokal baik di Kota Bandung, Kota Cimahi ataupun di Kabupaten

Bandung Barat serta pasar-pasar di Kabupaten Bandung sendiri.

Untuk komoditas beras, sampai saat ini Kabupaten Bandung memasok

kurang lebih 50-70 ton per hari ke Pasar Induk Beras Cipinang Jakarta.

Sedangkan pada komoditas sayuran, 50% produksi sayuran Kabupaten Bandung

dijual ke pasar Jakarta dan sekitarnya, 25% dijual ke pasar Kota Bandung dan

sisanya dijual ke pasar lokal di Kabupaten Bandung dan Bandung Barat, khusus

untuk komoditas kentang, Kabupaten bandung merupakan penghasil produksi

tertinggi di Jawa Barat, yaitu mencapai 70% dan sisanya sebesar 30% untuk

tingkat Nasional. Sedangkan sebagian dari komoditas Perkebunan (sepert teh,

kopi, cengkeh) dan Hortikultura (sayuran dan buah-buahan) baik yang berasal

dari perkebunan Negara, perkebunan besar swasta dan perkebunan rakyat

merupakan komoditas yang sebagian di ekspor.

Petani

Rumah Tangga Petani (RTP)

Petani dankeluarga tani perlu mengetahui dan meyakini adanya

kemungkinan-kemungkinan untuk memperbaiki penghidupan dan kehidupan,

serta berkeinginan untuk itu, maka mereka perlu menerapkan teknologi baru

untuk hasil produksi yang tinggi dan bermutu, mengorganisasikan dan mengelola

serta memanfaatkan perkembangan dari permintaan usaha taninya secara lebih

efektif juga efisien, dan memanfaatkan perkembangan dari permintaan dan

harga pasar untuk keuntungan yang lebih besar. Secara umum pembinaan

penyuluh pertanian diarahkan untuk memantapkan kemampuan, peranan dan

peran serta petani beserta keluarganya sebagai upaya mencapai pertanian yang

tangguh.

Kelompok Tani dan Gapoktan

Kelompok tani merupakan kumpulan orang-orang yang bergerak dalam

bidang pertanian yang terikat secara informal dalam satu wilayah kelompok yang

bekerja samaatas dasar saling percaya, saling asah dan saling asuh untuk

keberhasilan usaha taninya yang diketuai oleh seorang kontak tani dan berperan

sebagai uit produksi, wahana kerjasama dan kelas belajar. Peranan Kelompok

tani dalam pelaksanaan prongam pembangunan pertanian semakin penting dan

strategis, sehingga pembinaannya perlu lebih diarahkan dan diintensifkan.

Berdasarkan jenisnya, kelompok tani di Kab. Bandung tahun2013 dibagi

menjadi tiga yaitu Tani Dewasa (terbagi dalam kelas pemula, lanjut, madya dan

utama), Wanita Tani dan Pemuda Tani.

Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas yang lebih tinggi dalam

mengelola usaha taninya, kelompok tani bergabung menjadi Gabungan

Kelompok Tani (GAPOKTAN). Selain itu, beberapa petani atau Kelompok Tani

juga saling bergabung membentuk Asosiasi atau Paguyuban dengan tujuan

meningkatkan kesejahteraan, meningkat kuantitas dan kualitas produk serta

meningkatkan pemasaran baik di tingkat lokal, regional ataupun eksport ke

mancanegara. Asosiasi tersebut dapat dikelompokkan menjadi Asosiasi Industri

Kecil Menengah Agro (AIKMA) dan Asosiasi Pedagang Komoditi Agro (APKA).

Pada tahun 2013, telah dibentuk asosiasi petani sayuran Kabupaten

Bandung. Asosiasi tersebut merupakan wadah komunkasi dan transfer

sumberdaya diantara para pelaku usaha sayuran.

Kelompok Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)

Dalam rangka meningkatkan efesiensi dan efektivitas pengunaan air di

tingkat Kelompok Tani maka diharapkan adanya peran serta aktif dari organisasi

Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) dalam kegiatan pengaturan air ditingkat

usahatani, yaitu dalam pengelolaan air irigasi dan pemeliharaan jaringan irigasi

tersier dan pedesaan yang sasarannya adalah terlaksananya pemberian air yang

optimal untuk setiap jenis tanaman guna menunjang peningkatan produksi

pangan. Selain tujuan tersebut P3A Mitra Cai juga diharapkan dapat menunjang

pelaksanaan Iuran Pelayanan Air Irigasi (IPAIR) dalam rangka menggerakan

partisipasi mesyarakat petani pemakai air dalam pembiayaan Operasi dan

Pemeliharaan jaringan irigasi.

Kelompok Usaha Pelayanan Jasa Alsin (UPJA)

Pengembangan Usaha Pelayanan Jasa Alsin dimulai Tahun 2013 Yang

dilaksanakan di 3 Kecamatan, sampai Tahun 2014 telah berkembang hingga 9

Kecamatan. Pengembangan sentra penumbuhan Usaha Pelayanan Jasa Alsin

merupakan salah satu alternative dalam rangka meningkatkan efektivitas dan

evisiensi usahatani dan memasyarakatkan penggunaan alat panen dan pasca

panen. Kondisi saat ini di Kabupaten Bandung telah terbentuk sebanyak 13

Kelompok UPJA.

BAB V PERMASALAHAN DAN UPAYA PEMECAHANNYA

Laporan Tahun 2014

Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan

Kabupaten Bandung

BAB V PERMASALAHAN

DAN UPAYA PEMECAHANNYA

5.1. Permasalahan dan Upaya Pemecahannya

Dalam pelaksanaan berbagai program kerja pembangunan pertanian di

Kabupaten Bandung tahun 2014 dihadapi berbagai hambatan dan permasalahan

yang pada dasarnya masih banyak kesamaan dengan tahun sebelumnya, di

antaranya yaitu :

a. Fluktuasinya iklim di Kabupaten Bandung seperti terjadinya kemarau yang

cukup panjang sehingga menimbulkan kekeringan pada lahan pertanian,

ataupun pada musim hujan yang cukup deras serta panjang sehingga

menimbulkan banjir dan menggenangi sawah. Hal ini coba diatasi dengan

mendirikan/membangun embung-embung yang jika musim hujan dengan air

berlimpah bisa dijadikan tempat penampungan air sehingga banjir bisa

diminimalisasi dan jika kemarau tiba air dalam embung tersebut bisa

digunakan untuk mengairi/menyiram tanaman pertanian, pembangunan

sumur pantek serta membangun/memperbaiki saluran-saluran air/irigasi baik

itu dengan kirmir ataupun JITUT dan JIDES sehingga tingkat kehilangan air

pada musim kemarau bisa diminimalisasi, penyedian pompa-pompa air untuk

antisipasi kekeringan, dan juga dilakukannya pergeseran/pergantian pola

tanam.

b. Penerapan Teknologi belum Optimal. Penerapan teknologi terutama teknologi

unggul tepat guna, spesifik lokasi, efisien dan ramah lingkungan, baik pada

tahapan pra produksi, produksi, pengamanan hasil, maupun pasca panen masih

belum optimal dan merata diterapkan di berbagai lokasi. Paket teknologi yang

diterapkan sebagian besar masih bersifat rekomendasi umum. Rendahnya

penggunaan teknologi ini disebabkan berbagai keterbatasan seperti permodalan,

aksesibilitas terhadap sumber informasi, teknologi spesifik lokasi, keterampilan

petani, dan insentif harga yang diterima. Selain itu, teknologi yang

dikembangkan selama ini masih terfokus pada tipologi lahan sawah, sedangkan

pada lahan kering yang cukup potensial belum banyak berkembang. Untuk

menanggulanginya, terus melakukan penyuluhan, sosialisasi serta bimbingan

teknis dan terus pula meningkatkan kerjasama dengan lembaga-lembaga

pendidikan dan latihan/perguruan tinggi.

c. Belum optimalnya distribusi bahan pangan terutama antar daerah di

kabupaten bandung. Upaya penanggulangan ini dilakukan melalui

peningkatan sarana dan prasarana distribusi.

d. Belum tercapainya kontinuitas serta kualitas produksi yang maksimal

sehingga dipasaran bebas kita masih kalah bersaing dengan yang lain dan

mengakibatkan harga jual pun menjadi minimal, Hal ini coba diatasi dengan

pembentukan forum/kemitraan dengan para pelaku pasar serta

pembangunan rumah kemasan diantaranya melalui penerapan SOP

(Standard Operasional Prosedur) GAP (Good Agriculture Practise), GHP

(Good Handling Practise), dan GMP (Good Manufacturing Practise).

e. Masih terjadinya fluktasi harga akibat dari cara serta pola tanam para petani,

untuk mengatasi hal tersebut dilakukan kerjasama/kemitraan dengan pihak

lain serta secara intensif malakuan penyuluhan akan pentingnya cara, jadwal

serta pola tanam yang dilakukan, dan juga dilakukannya perbaikan dan

peningkatan insfrastruktur pengairan pertanian.

f. Belum optimalnya diversifikasi konsumsi pangan penduduk yang masih

didomonasi oleh kelompok bahan pangan padi-padian. Untuk mengatasi hal

tersebut ditempuh melalui peningkatan diversifikasi baik produksi bahan

pangan maupun diversifikasi konsumsi melalui penyuluhan yaitu pentingnya

diversifikasi pangan yang berasal dari kelompok pangan hewani.

g. Masih terjadinya peralihan fungsi dari lahan pertanian ke non pertanian.

Untuk mengatasi hal tersebut dilakukan kegiatan program peningkatan

intensifikasi pertanian (SL-PTT, SL-PHT dll), penaikan indeks pertanaman

(IP) dan diversifikasi usaha tani, antara lain dengan pemupukan yang

berimbang, pembuatan embung, sumur resapan dan pompanisasi.

BAB VI PENUTUP

Laporan Tahun 2014

Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Dari uraian yang telah disajikan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa secara

keseluruhan baik kinerja kegiatan maupun kinerja pencapaian sasaran dalam

pelaksanaan APBD, APBD I, APBD II maupun APBN di Kabupaten Bandung yang

dilaksanakan oleh Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan pada tahun 2014 dapat

dikatakan telah memperlihatkan kinerja / hasil yang cukup baik dan maksimal sesuai

dengan rencana tingkat capaian (target) yang telah ditetapkan, baik pada indikator

input, output, outcome, benefit maupun impact. Demikian pula halnya dengan kinerja

pencapaian sasaran pembangunan pertanian yang umumnya telah mampu memenuhi

bahkan melebihi sasaran yang telah ditetapkan sesuai dengan rencana strategis dan

arah kebijakan umum.

Pada tahun 2014, ketersediaan pangan yang diindikasikan oleh jumlah

produksi tanaman pangan mengalami pertumbuhan positif dan melebihi target

kinerja yang telah ditetapkan. Pencapaian jumlah hasil produksi padi sampai

Desember 2014 ini mencapai 543.078 ton dari sasaran yang ditetapkan yaitu

509.667 ton GKG dengan produktivitas sebesar 62,87 kuintal/hektar. Pencapaian

ini melebihi target yang telah ditetapkan yang disebabkan oleh adanya perlakuan

dan langkah strategis dalam peningkatan produktivitas lahan dan komoditas padi

serta penurunan persentase kehilangan hasil akibat proses pasca panen dan

pengolahan hasil.

Sedangkan realisasi produksi jagung mencapai 81.078 ton pipilan kering.

Hasil panen jagung terbagi ke dalam dua bentuk produk yang jagung dipanen

muda dan jagung dalam bentuk pipilan kering. Pada tahun 2014 ini panen

jagung pipilan kering ternyata menurun bila dibandingkan dengan tahun 2013,

karena panen jagung mudanya untuk pakan tenak serta dijadikan sayuran cukup

besar karena budidaya jagung muda ternya dianggap petani dari segi ekonomi

lebih menguntungkan daripada pipilan kering apalagi dari segi waktu budidaya

yang cukup singkat serta sedikit/minimalnya perlakuan terhadap jagung yang

dipanen muda.

Lebih lanjut, Penanganan panen dan pasca panen di Kabupaten Bandung

pada tahun 2014 untuk komoditas padi dan jagung memperlihatkan

perkembangan yang cukup mengembirakan, hal ini salah satunya dapat dilihat

dari tingkat penurunan angka kehilangan hasil dalam hal pemanenan serta

pengolahan pasca panennya.

Disamping itu, pengembangan hortikultura memperlihatkan geliat laju

pertumbuhan. Buah-buahan lokal telah menjadi primadona pengembangan di

Kabupaten Bandung. Berbagai kegiatan telah dilaksanakan seperti pengembangan

intensifikasi dan ekstensifikasi termasuk pengembangan penangkaran benih/bibit.

Pengembangan intensifikasi dan ekstensifikasi stroberi melalui fasilitas green

house, benih/bibit, dan sarana pengairan menuju stroberi organik; dan fasilitasi

pengembangan pasca panen dan pengolahan hasil stroberi termasuk rumah

kemasan stroberi..

Tahun 2014 juga menjadi ajang untuk menciptakan kawasan buah-

buahan lokal di Kabupaten Bandung. Alpukat, jambu kristal, dan jeruk menjadi

komoditi unggulan yang dikembangkan. Kertasari dipusatkan dalam

pengembangan alpukat. Mulai dari penangkaran bibit alpukat hingga

pengembangan kawasan. Cileunyi merupakan salah satu produsen jeruk besar di

Kabupaten Bandung diarahkan untuk menghasil bibit spesifik lokal melalui jeruk

besar cikoneng. Stimulan green house, bibit, dan sarana prasarana pendukung

lainnya. Cimaung dan Banjaran dikembangkan sebagai sentra jambu

kristal/jambu biji.

Pengembangan unit-unit pengolahan hasil dan rumah kemasan diarahkan

untuk meningkatkan nilai tambah produk. Berbagai fasilitasi telah digulirkan pada

kelompok-kelompok usaha hortikultura dan perkebunan. Peningkatan kapasitas

pelaku usaha, stimulan mesin dan alat pasca panen dan pengolahan hasil, dan

pengembangan jaringan kerjasama kemitraan. Berikut unit rumah kemasan di

Kabupaten Bandung.

Pada sektor kehutanan, luas lahan kritis yang mampu tertanami seluas

1.592 hektar. Pola kemitraan antara pemerintah, stakeholder, dan masyarakat

diterapkan untuk mempercepatkan proses penanaman lahan kritis tersebut.

Disamping itu, pendekatan vegetatif dan ekonomi dipilih sebagai upaya langkah

aksi untuk merehabilitasi hutan dan lahan di Kabupaten Bandung.

Namun demikian, tercatat juga beberapa kekurang berhasilan dalam

pelaksanaan kegiatan pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung tahun 2014 ini,

di antaranya adalah masih adanya beberapa komoditas pertanian yang belum mampu

mencapai produksi sesuai dengan target yang ditentukan. Kondisi tersebut sebagian

besar diakibatkan oleh keadaan alam yang berfluktuasi sacara ekstreem dan belum

mampu kita tangani serta memanipulasinya secara baik.

kondisi iklim pada MT. 2014 cukup bersahabat walau cuaca terkadang

ekstreem untuk membudidayakan padi/tanaman pangan lainnya, walaupun pada

beberapa titik sentra produksi mengalami puso akibat kekeringan. Lebih lanjut,

upaya yang dilakukan untuk meningkatkan luas tanam melalui peningkatan

indeks pertanaman padi. Peningkatan IP tersebut dilaksanakan melalui

perbaikan/rehabilitasi jaringan irigasi dan atau pembangunan jaringan irigasi

baru, dinilai efektif. Dengan demikian, dampak negatif dari alih fungsi lahan

terhadap pencapaian jumlah produksi tanaman pangan, khususnya padi masih

bisa diminimalisasi melalui peningkatan IP dan peningkatan produktivitas

komoditas, disamping pengendalian OPT secara bersama-sama/sabilulungan

(Brigade Proteksi Tanaman).

Selain itu kondisi petani yang umumnya memiliki lahan usahatani yang

sempit dan permodalan yang minim, mengakibatkan produktivitas, efisiensi dan

pendapatannya sulit untuk dtingkatkan secara maksimal. Kondisi ini diperkirakan akan

menjadi masalah serius di masa yang akan datang mengingat alih fungsi lahan

pertanian menjadi non-pertanian terutama oleh pemukiman penduduk sampai saat ini

terus berlangsung dan sulit dihindarkan. Penerapan Teknologi pertanianpun belum

Optimal terutama teknologi unggul tepat guna, spesifik lokasi, efisien dan ramah

lingkungan, baik pada tahapan pra produksi, produksi, pengamanan hasil, maupun

pasca panen.

6.2 Saran

Sehubungan dengan hal tersebut, maka pelaksanaan kegiatan pembangunan

pertanian di Kabupaten Bandung di tahun-tahun mendatang masih perlu difokuskan

pada upaya-upaya untuk:

a. Lebih meningkatkan akses para petani ataupun Kelompok Tani dalam

kepemilikan sarana produksi.

b. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan SDM pertanian, baik

petugas maupun petani melalui upaya-upaya pembinaan dan bimbingan teknis,

penyuluhan pertanian, serta pengembangan sarana dan prasarana yang

dibutuhkan.

c. Memperkuat kelembagaan tani dan usahatani melalui upaya-upaya fasilitasi,

baik pada subsistem hilir, produksi maupun off-farm.

d. Adanya dukungan dari semua pihak terkait terutama pemerintahan dalam

memfasilitasi serta menjalankan kebijakan-kebijakan yang berhubungan dan

mendukung keberhasilan program-program yang dilakukan dan dilaksanakan

agar mendapatkan hasil yang maksimal dan dapat diteruskan secara

berkesinambungan ditahun-tahun selanjutnya.