lkti (lomba karya tulis ilmiah) situs sangiran

29
MAKALAH SITUS SANGIRAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan pemerintah untuk memperoleh devisa dari penghasilan non migas. Peranan pariwisata dalam pembangunan nasional, disamping sebagai sumber perolehan devisa juga banyak memberikan sumbangan terhadap bidang-bidang lainnya, diantaranya menciptakan dan memperluas lapangan usaha, meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah, mendorong pelestarian lingkungan hidup dan budaya bangsa, memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Indonesia mempunyai potensi besar untuk menjadi kawasan tujuan wisata dunia, karena mempunyai tiga unsur pokok yang membedakan Indonesia dengan negara lain. Hal tersebut merupakan daya tarik wisatawan untuk mengunjungi Indonesia, karena rasa keingintahuannya, potensi pertama adalah masyarakat (people), masyarakat Indonesia terkenal dengan keramahannya dan bisa bersahabat dengan bangsa manapun, potensi kedua adalah alam (nature heritage), Indonesia mempunyai alam yang indah, yang tidak dipunyai negara-negara lain, misalnya pegunungan yang ada di setiap pulau, pantai yang indah, goa, serta hamparan sawah yang luas dan enak untuk dinikmati,

Upload: vivi-serila

Post on 21-May-2015

8.177 views

Category:

Education


8 download

DESCRIPTION

ini waktu lomba GW (Glady Widya) pramuka tahun 2013 di bumi perkemahan ki ageng srenggi Sragen, Jawa Tengah.

TRANSCRIPT

Page 1: LKTI (Lomba Karya Tulis Ilmiah) Situs Sangiran

MAKALAH SITUS SANGIRAN

BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan pemerintah  untuk memperoleh 

devisa  dari  penghasilan non migas. Peranan  pariwisata  dalam pembangunan nasional,

disamping sebagai sumber perolehan devisa  juga  banyak  memberikan  sumbangan  terhadap 

bidang-bidang  lainnya,  diantaranya menciptakan  dan memperluas  lapangan  usaha,

meningkatkan  pendapatan masyarakat dan pemerintah, mendorong pelestarian lingkungan 

hidup dan budaya bangsa, memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Indonesia mempunyai 

potensi  besar  untuk menjadi  kawasan  tujuan  wisata  dunia,  karena  mempunyai  tiga  unsur 

pokok  yang  membedakan  Indonesia dengan negara lain. Hal tersebut merupakan daya tarik

wisatawan  untuk  mengunjungi  Indonesia,  karena  rasa  keingintahuannya,  potensi  pertama

adalah masyarakat (people), masyarakat Indonesia terkenal dengan  keramahannya  dan  bisa 

bersahabat  dengan  bangsa  manapun,  potensi  kedua  adalah  alam  (nature  heritage), 

Indonesia  mempunyai  alam  yang  indah,  yang  tidak  dipunyai  negara-negara  lain, misalnya 

pegunungan  yang  ada  di  setiap  pulau,  pantai  yang  indah,  goa,  serta  hamparan  sawah 

yang  luas  dan  enak  untuk  dinikmati,  potensi  ketiga  adalah  budaya  (cultural  heritage), 

Indonesia merupakan negara yang mempunyai kekayaan budaya yang beragam. Setiap suku,

Kota, dan pulau mempunyai ciri khas, baik dari  segi logat, baju, bangunan rumah, musik,

maupun upacara-upacara adat dan  transportasi  tradisionalnya,  semuanya  menjadi  ciri  khas 

bangsa  Indonesia  sebagai  bangsa  yang  kaya  budaya,  ketiga  unsur  tersebut  yang  akan 

mendukung pesatnya kemajuan pariwisata Indonesia. Indonesia  dikenal  mempunyai  sejarah 

dan  budaya  yang  beraneka  ragam,  budaya  juga meliputi  sistem  pengetahuan  dan  sistem 

ide  gagasan  yang  diciptakan  oleh  manusia  sebagai  makhluk  yang  berbudaya,  berupa 

perilaku  dan  benda-benda  yang  bersifat  nyata,  seperti  pola-pola  perilaku,  bahasa, 

peralatan  hidup,  organisasi  sosial,  religi,  seni  dan  lain-lain,  yang semuanya  ditujukan 

untuk  membantu  manusia  dalam  melangsungkan  kehidupan  bermasyarakat. 

B.     RUMUSAN MASALAH

Page 2: LKTI (Lomba Karya Tulis Ilmiah) Situs Sangiran

1.      Bagaimana sejarah terbentuknya Museum Purbakala Sangiran?

2.      Bagaimana keadaan geo-stratigrafi dan pertanggalan manusia purba Homo erectusyang ada

di Sangiran?

3.      Bagaimana pemeliharaan dan pelestarian benda-benda yang terdapat  di museum sangiran

4.      Bagaimana pengembangan situs sangiran?

C.    TUJUAN PENULISAN

1.      Mengetahui sejarah terbentuknya Museum Purbakala Sangiran

2.      Mengetahui keadaan geo-stratigrafi dan pertanggalan manusia purba Homo erectusyang ada

di Sangiran

3.      Mengetahui pemeliharaan dan pelestarian benda-benda yang terdapat di Museum Purbakala

Sangiran

4.      menegetahui pengembangan Museum Purbakala Sangiran

D.   Metode dan Teknik PenelitianUntuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, penulis menggunakan metode observasi dan kepustakaan. Adapun teknik-teknik yang dipergunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Teknik Pengamatan Langsung, Pada teknik ini penulis terjun langsung meneliti ke lapangan untuk mengetahui bagaimana keadaan museum Purbakala Sangiran

2. Teknik Wawancara, Tujuan dari teknik wawancara ini adalah agar diperoleh gambaran yang lebih mengenai kasus yang dibahas. Responden meliputi para Pelancong, Pengurus masyarakat sekitar, dan ahli kebersihan lingkungan hidup sebagai sumber informasi mengenai keadaan museum

3. Studi Pustaka, Pada metode ini, penulis membaca buku-buku dan tulisan yang berhubungan dengan penulisan karya ilmiah serta yang berkaitan dengan masalah lingkungan hidup dan perilaku rem aja.

E.   Sistematika PenulisanPada karya ilmiah ini, penulis akan menjelaskan hasil penelitian di lapangan dimulai dengan bab

pendahuluan. Bab ini meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian

serta sistematika penulisan. Bab selanjutnya, penulis melakukan penelitian lapangan.

D.    MANFAAT PENULISAN

1.      Mengenali keadaan geologi umum daerah Sangiran dan membandingkannya dengan data

literatur.

Page 3: LKTI (Lomba Karya Tulis Ilmiah) Situs Sangiran

2.      Menambah pengetahuan tentang Museum Purbakala Sangiran

3.      Menambah referensi tentang Museum Purbakala Sangiran

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Sejarah terbentuknya Museum Purbakala Sangiran

Sangiran adalah sebuah situs arkeologi (Situs Manusia Purba) di Jawa,

Indonesia.Sangiran terletak di sebelah utara Kota Solo dan berjarak sekitar 15 km (tepatnya di

desa krikilan, kec. Kalijambe, Kab.Sragen).  Gapura Situs Sangiran berada di jalur jalan raya

Solo–Purwodadi dekat perbatasan antara Gemolong dan Kalioso (Kabupaten

Karanganyar).Gapura ini dapat dijadikan penanda untuk menuju Situs Sangiran, Desa

Krikilan.Jarak dari gapura situs Sangiran menuju Desa Krikilan ± 5 km.

Page 4: LKTI (Lomba Karya Tulis Ilmiah) Situs Sangiran

Gambar. Peta lokasi Sangiran

Situs Sangiran memunyai luas sekitar 59, 2 km² (SK Mendikbud 070/1997) secara

administratif termasuk kedalam dua wilayah pemerintahan, yaitu: Kabupaten Sragen (Kecamatan

Kalijambe, Kecamatan Gemolong, dan Kecamatan Plupuh) dan Kabupaten Karanganyar

(Kecamatan Gondangrejo), Provinsi Jawa Tengah (Widianto & Simanjuntak, 1995). Pada tahun

1977 Sangiran ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia sebagai cagar

budaya. Oleh Karenanya Dalam sidangnya yang ke 20 Komisi Warisan Budaya Dunia di Kota

Marida, Mexico tanggal 5 Desember 1996, menetapkan Sangiran sebagai salah satu Warisan

Budaya Dunia “World Heritage List” Nomor : 593. Dengan demikian pada tahun tersebut situs

ini terdaftar dalam Situs Warisan Dunia UNESCO.

Pada awalnya Sangiran adalah sebuah kubah yang dinamakan Kubah Sangiran. Puncak

kubah ini kemudian melalui proses erosi sehingga membentuk depresi. Pada depresi itulah dapat

ditemukan lapisan tanah yang mengandung informasi tentang kehidupan di masa

lampau.Museum Sangiran beserta situs arkeologinya, selain menjadi obyek wisata yang menarik

juga merupakan arena penelitian tentang kehidupan pra sejarah terpenting dan terlengkap di

Asia, bahkan dunia.

 

Gambar. Lokasi Museum Purbakala Sangiran

Di museum dan situs Sangiran dapat diperoleh informasi lengkap tentang pola kehidupan

manusia purba di Jawa yang menyumbang perkembangan ilmu pengetahuan seperti Antropologi,

Arkeologi, Geologi, Paleoanthropologi.Di lokasi situs Sangiran ini pula, untuk pertama kalinya

ditemukan fosil rahang bawah Pithecantropus erectus (salah satu spesies dalam taxon Homo

Page 5: LKTI (Lomba Karya Tulis Ilmiah) Situs Sangiran

erectus) oleh arkeolog Jerman, Profesor Von Koenigswald.Di area situs Sangiran ini pula jejak

tinggalan berumur 2 juta tahun hingga 200.000 tahun masih dapat ditemukan hingga kini.Relatif

utuh pula.Sehingga para ahli dapat merangkai sebuah benang merah sebuah sejarah yang pernah

terjadi di Sangiran secara berurutan.

Bentang lahan situs tersebut meliputi areal seluas ± 48 km2 yang berbentuk seolah seperti

kubah (dome), sehingga situs tersebut dinamakan dengan Sangiran Dome.Situs Sangiran

merupakan salah satu situs manusia purba yang sangat berperan penting dalam perkembangan

penelitian di bidang palaeoanthropology di Indonesia.Pada tahun 1934 penelitian yang dilakukan

oleh G.H.R. von Koenigswald yang menemukan beberapa alat sepih yang terbuat dari batu

kalsedon di atas bukit Ngebung, arah Baratlaut Sangiran Dome.

Berdasarkan penelitian geologis, situs Sangiran merupakan kawasan yang tersingkap

lapisan tanahnya akibat proses orogenesa (pengangkatan dan penurunan permukaan tanah) dan

kekuatan getaran di bawah permukaan bumi (endogen) maupun di atas permukaan bumi

(eksogen). Aliran Sungai Cemoro yang melintasi wilayah tersebut juga mengakibatkan

terkikisnya kubah Sangiran menjadi lembah yang besar yang dikelilingi oleh tebing-tebing terjal

dan pinggiran-pinggiran yang landai.Beberapa aktifitas alam di atas mengakibatkan

tersingkapnya lapisan tanah/formasi periode pleistocen yang susunannya terbentuk pada tingkat-

tingkat pleistocen bawah (lapisan Pucangan), pleistocen tengah (lapisan Kabuh), dan pleistocen

atas (lapisan Notopuro).Fosil-fosil manusia purba yang ditemukan di laipsan-lapisan tersebut

berasosiasi dengan fosil-fosil fauna yang setara dengan lapisan Jetis, lapisan Trinil, dan lapisan

Ngandong.

Diperkirakan situs Sangiran pada masa lampu merupakan kawasan subur tempat sumber

makanan bagi ekosistem kehidupan.Keberadaanya di wilayah katulistiwa, pada jaman fluktuasi

jaman glassial-interglassial menjadi tempat tujuan migrasi manusia purba untuk mendapatkan

sumber penghidupan.Dengan demikian kawasan sangiran pada kala pleistocen menjadi tempat

hunian dan ruang subsistensi bagi manusia pada masa itu.

Tempat-tempat terbuka seperti padang rumput, semak belukar, hutan kecil dekat sungai

atau danau menjadi pilihan sebagai tempat hunian manusia pada kala pleistocen. Mereka

membuat pangkalan (station) dalam aktifitas perburuan untuk m,endapatkan sumber kebutuhan

hidupnya. Pilihan situs Sangiran dome sebagai pangkalan aktifitas perburuan mengingatkan kita

dengan living floor (lantai hidup) atau old camp site di lembah Olduvai, Tanzania (Afrika).

Page 6: LKTI (Lomba Karya Tulis Ilmiah) Situs Sangiran

Indikasi suatu situs sebagai tempat hunian dan ruang subsistensi adalah temuan fosil manusia

purba, fauna, dan artefak perkakas yang ditemukan saling berasosiasi.

Secara geo-stratigrafis, Situs Sangiran yang posisinya berada pada depresi Solo di kaki

Gunung Lawu ini dahulu merupakan suatu kubah (dome) yang tererosi di bagian puncaknya

sehingga menyebabkan terjadinya reverse (kenampakan terbalik). Kondisi deformasi geologis

seperti ini kemudian semakin diperjelas oleh aliran Kali Brangkal, Cemoro dan Pohjajar (anak-

anak cabang Bengawan Solo) yang mengikis situs ini mulai di bagian utara, tengah dan selatan.

Akibat dari kikisan aliran sungai tersebut maka menyebabkan lapisan-lapisan tanah tersingkap

secara alamiah dan memperlihatkan berbagai jejak fosil (manusia purba dan hewan vertebrata)

(Widianto & Simanjuntak 1995).

Sejarah atau riwayat penelitian di Situs Sangiran bermula dari laporan GHR.Von

Koenigswald yang menemukan sejumlah alat serpih dari bahan batuan jaspis dan kalsedon di

sekitar bukit Ngebung pada tahun 1934 (Koenigswald, 1936).Temuan alat-alat serpih yang

kemudian terkenal dengan istilah ‘Sangiran Flakes-industry’ tersebut diperkirakan berasal dari

lapisan (seri) Kabuh Atas yang berusia Plestosen Tengah. Namun hasil pertanggalan tersebut

banyak dikritik oleh para ahli (de Terra, 1943; Heekeren, 1972) karena temuan tersebut

dihubungkan dengan konteks Fauna Trinil yang tidak autochton (Bartstra dan Basoeki, 1984:

1989) atau bukan dari hasil pengendapan primer (Bemellen, 1949).

Penelitian di situs ini menjadi semakin menarik dan berkelanjutan ketika pada tahun 1936

ditemukan fragmen fosil rahang bawah (mandibula) manusia purba Homo erectus yang

kemudian disusul oleh temuan fosil-fosil lainnya.Setelah masa pasca Koenigswald atau pada

sekitar tahun 1960-an, penelitian terhadap fosil-fosil hominid dan paleotologis di situs ini

kemudian diambil alih oleh para peneliti dari Indonesia (antara lain T. Jacob dan S. Sartono)

serta terus berkelanjutan sampai sekarang. Penelitian yang sangat ‘spektakuler’ terjadi ketika

Puslit Arkenas melakukan kerjasama penelitian dengan Museum National d’Histoire Naturelle

(MNHN), Perancis melalui ekskavasi besar-besaran selama 5 tahap (tahun 1989 – 1993) di bukit

Ngebung yang menghasilkan sejumlah temuan secara ‘insitu’ dan pertanggalan absolut yang

sangat menarik. Penelitian Situs Sangiran semakin berkembang pesat dalam dekade lima tahun

belakangan ini setelah Balar Yogya ikut berpartisipasi langsung dan melakukan program-

program penelitian secara intensif dan terpadu (Widianto 1997; Jatmiko 2001).

Page 7: LKTI (Lomba Karya Tulis Ilmiah) Situs Sangiran

B.     Keadaan geo-stratigrafi dan pertanggalan manusia purba Homo erectus

Sangiran adalah sebuah situs paleontologis yang terlengkap di Indonesia dan cukup

terkemuka di dunia.Keberadaan situs ini secara resmi telah diakui oleh UNESCO sebagai salah

satu situs warisan budaya dunia sejak bulan Desember 1996 (Widianto 2000). Dari sekitar 100

individu temuan fragmen fosil manusia purba yang didapatkan di Indonesia, hampir 65% -nya

berasal dari Situs Sangiran dan mencakup sekitar 50 % dari populasi taxon Homo erectus di

dunia. Pada umumnya fosil-fosil tersebut ditemukan secara kebetulan (temuan penduduk) dan

dalam bentuk fragmenter; yaitu antara lain berupa tulang-tulang tengkorak, mandibula dan

femur. Fosil-fosil tersebut ditemukan pada beberapa tempat atau lokasi utama di Pulau Jawa;

yaitu antara lain di Pati Ayam, Sangiran, Ngandong dan Sambungmacan (Jawa Tengah) serta di

daerah Trinil dan Perning (Jawa Timur). Berdasarkan bentuk fisik dan lingkungan endapan

asalnya, secara umum temuan fosil-fosil manusia purba di Indonesia dikategorikan menjadi 3

kelompok utama (Widianto, 1996); yaitu kelompok Pithecanthropus arkaik yang berasal dari

Formasi Pucangan (Plestosen Bawah) yang ditaksir mempunyai usia antara 1,7 – 0,7 tahun.

Termasuk dalam kelompok ini adalah Meganthropus palaeojavanicus dan Pithecanthropus

mojokertensis. Kelompok kedua adalah jenis Pithecanthropus klasik yang berasal dari Formasi

Kabuh (Plestosen Tengah) yang mempunyai usia sekitar 800.000 – 400.000 tahun. Jenis

kelompok ini (Homo erectus) yang paling banyak ditemukan di Sangiran.Kelompok yang ketiga

adalah Pithecanthropus progresif yang berasal dari Formasi Notopuro (Plestosen Atas) dan

mempunyai umur antara 400.000 – 100.000 tahun.Termasuk dalam kelompok ini adalah temuan

Homo soloensis dari Ngandong dan Trinil (Widianto 1996, Semah et.al. 1990).

Page 8: LKTI (Lomba Karya Tulis Ilmiah) Situs Sangiran

           

Gambar. Formasi Stratigrafi

Dome Sangiran merupakan daerah yang tersingkap. Berdasarkan hasil penelitian

terbentuknya Dome Sangiran merupakan peristiwa geologis yaitu diawali pada 2,4 juta tahun

yang lalu terjadi pengangkatan,gerakan lempeng bumi,letusan gunung berapi dan adanya masa

glasial sehingga terjadi penyusutan air laut yang akhirnya membuat wilayah Sangiran terangkat

keatas, hal ini dibuktikan dengan endapan yang bisa kita jumpai di sepanjang Sungai Puren yang

tersingkap lapisan lempeng biru dari Formasi Kalibeng yang merupakan endapan daerah

lingkungan lautan dan hingga sekarang ini banyak sekali dijumpai fosil-fosil moluska laut.

Dari pengamatan stratigrafi batuannya, ada beberapa formasi, diantaranya :

1.      Formasi Kalibeng

Lempung biru yang membentuk apa yang disebut kalangan arkeolog sebagai Formasi

Kalibeng di bagian paling bawah adalah endapan paling tua. Endapan itu tercipta sejak 2,4 juta

tahun lalu ketika daerah ini masih merupakan lingkungan laut dalam. Di dalam lapisan lempung

Page 9: LKTI (Lomba Karya Tulis Ilmiah) Situs Sangiran

biru, selain mengandung foraminifera dan jenis mollusca laut (turitella, arca, nasarius, dan lain-

lain) juga ditemukan fosil ikan, kepiting, dan gigi ikan hiu. Berumur 2,4 juta s/d 1.8 juta tahun

lalu.Dengan lapisan:

         Lapisan napal (Marl)

         Lapisan lempung abu-abu (biru) dari endapan laut dalam

         Lapisan foraminifera dari endapan laut dangkal

         Lapisan balanus batu gamping

         Lapisan lahar bawah dari endapan air payau

Gambar. Formasi Kalibeng

2.      Formasi Pucangan

Formasi ini berada diatas lapisan atau formasi kalibeng. Sekitar 1.800.000 – 700.000 tahun

yang lalu formasi ini merupakan rawa pantai dan di dalam lapisan ini terbentuk endapan diatomit

yang mengandung cangkang diatomea laut. Formasi ini berupa lempung hitam dan mulai

terbentuk dari endapan lahar Gunung Merapi purba dan Gunung Lawu purba. Formasi Pucangan

banyak mengandung fosil manusia purba dan hewan mamalia, antara lain reptil (buaya dan kura-

kura), mamalia, rusa, bovidae, gajah, babi, monyet, domba, dan fosil kayu. Berumur 1.8 juta s/d

700  ribu tahun lalu. Dengan lapisan:

         Lapisan lempung hitam (kuning) dari endapan air tawar

         Lapisan batuan kongkresi

         Lapisan lempung volkanik (Tuff) (ada 14 tuff)

         Lapisan batuan nodul

         Lapisan batuan diatome warna kehijauan

Page 10: LKTI (Lomba Karya Tulis Ilmiah) Situs Sangiran

Gambar. Formasi Pucangan

3.      Formasi Grenzbank

Pada 700.000 tahun yang lalu formasi grenzbank terletak diatas formasi

Pucangan.Terbentuknya formasi ini terjadi erosi pecahan gamping pisoid dari pegunungan

selatan yang terletak di selatan Sangiran dan kerikil-kerikal vulkanik dari Pegunungan Kendeng

di utaranya. Material erosi tersebut menyatu di Sangiran sehingga membentuk suatu lapisan

keras setebal 1-4 meter, yang disebut grenzbank alias lapisan pembatas.Lapisan ini dipakai

sebagai tanda batas antara Formasi pucangan dan Formasi Kabuh.Pengendapan grenzbank

menandai perubahan lingkungan rawa menjadi lingkungan darat secara permanen di Sangiran.

Pada Grenzbank banyak ditemukan hewan mamalia, ditemukan pula fosil Homo Erectus.

4.      Formasi Kabuh

Pada periode berikutnya terjadi letusan gunung yang hebat di sekitar Sangiran, berasal dari

Gunung Lawu, Merapi dan Merbabu purba.Letusan hebat telah memuntahkan jutaan kubik

endapan pasir vulkanik, kemudian diendapkan oleh aliran sungai yang ada di sekitarnya saat

itu. Aktivitas vulkanik tersebut tidak hanya terjadi dalam waktu yang singkat, tetapi susul-

menyusul dalam periode lebih dari 500.000 tahun.Aktivitas alam ini meninggalkan endapan pasir

fluvio-volkanik setebal tidak kurang dari 40 meter, dikenal sebagai Formasi Kabuh. Lapisan ini

mengindikasikan daerah Sangiran sebagai lingkungan sungai yang luas saat itu: ada sungai

utama dan ada pula cabang-cabangnya dalam suatu lingkungan vegetasi terbuka. Salah satu

sungai purba yang masih bertahan adalah Kali Cemoro. 

Berbagai manusia purba yang hidup di daerah Sangiran mulai 700.000 hingga 300.000 tahun

kemudian terpintal oleh aliran pasir ini."Mereka" diendapkan pada sejumlah tempat di

Page 11: LKTI (Lomba Karya Tulis Ilmiah) Situs Sangiran

Sangiran.Badak, antilop dan rusa yang ada di grenzbank masih tetap ada pada Formasi

Kabuh.Stegodon sp ditemani jenis lain, Elephas hysudrindicus dan Epileptobos groeneveldtii

(banteng).

Saat itu mereka masih meneruskan tradisi pembuatan alat serpih bilah. Pada Kala Plestosen

Tengah inilah Sangiran menunjukkan lingkungan yang paling indah: hutan terbuka dengan

berbagai sungai yang mengalir, puncak dari kehidupan Homo erectus beserta lingkungan fauna

dan budayanya. Lapisan ini merupakan lapisan yang paling banyak menghasilkan fosil manusia

dan binatang.Berumur 700 ribu s/d 250 ribu tahun lalu. Dengan Lapisan:

         Lapisan konglomerat

         Lapisan batuan grenzbank sebagai pembatas

         Lapisan lempeng vulkanik (tuff) (ada 3 tuff)

         Lapisan pasir halus silang siur

         Lapisan pasir gravel.

5.      Formasi Notopuro

Formasi Notopuro yang berada pada lapisan teratas di situs Sangiran ini sekitar 500.000 –

250.000 tahun yang lalu dengan litologi breksi laharik dan batu gamping tufaan yang diakibatkan

oleh banyaknya aktivitas vulkanik. Lahar vulkanik diendapkan kembali di daerah Sangiran, yang

juga mengangkut material batuan andesit berukuran kerikil hingga bongkah.Di dalam lapisan ini

banyak ditemukan artefak batu hasil budaya manusia yang berupa serpih-bilah (sehingga

Sangiran dijuluki industri serpih-bilah Sangiran), kapak perimbas, bola batu, kapak penetak, dan

kapak persegi. Selain itu, lapisan ini juga ditandai oleh endapan lahar, breksi, pasir dan juga

banyak ditemukan alat serpih, fosil kerbau dan kijang.

Setelah pembentukan Formasi Notopuro, terjadilah pelipatan morfologi secara umum di

Sangiran, yang mengakibatkan pengangkatan Sangiran ke dalam bentuk kubah raksasa.Erosi K.

Cemoro berlangsung terus-menerus di bagian puncak kubah sehingga menghasilkan cekungan

besar yang saat ini menjadi ciri khas dari morfologi situs Sangiran. Berumur 250 ribu s/d 15 ribu

tahun lalu. Dengan lapisan:

         Lapisan lahar atas

         Lapisan teras

         Lapisan batu pumice

6.      Formasi Teras Solo (Kali Pasir)

Page 12: LKTI (Lomba Karya Tulis Ilmiah) Situs Sangiran

Berumur 15 ribu s/d 1.5 ribu tahun lalu.Dimana hanya memiliki lapisan endapan sungai batu

kerikil dan kerakal.

C.    Pemeliharaan dan pelestarian benda-benda yang terdapat di  Museum Sangiran

Sebanyak 50 (lima puluh) individu fosil manusia Homo erectus telah ditemukan. Jumlah

ini mewakili 65 %  dari fosil Homo erectus yang ditemukan di seluruh Indonesia atau sekitar 50

% dari populasi Homo erectus  di dunia .Keseluruhan fosil yang telah ditemukan sampai saat ini

adalah sebanyak 13.809 buah. Sebanyak 2.934 fosil disimpan di Ruang Pameran Museum

Sangiran dan 10.875 fosil lainnya disimpan di dalam gudang penyimpanan. Dilihat dari hasil

temuannya, Situs Sangiran merupakan situs pra sejarah yang memiliki peran yang sangat penting

dalam memahami proses evolusi manusia dan merupakan situs purbakala yang paling lengkap di

Asia bahkan di dunia. Berdasarkan hal tersebut, Situs Sangiran ditetapkan sebagai Warisan

Dunia nomor 593 oleh Komite World Heritage pada saat peringatan ke-20 tahun di Merida,

Meksiko.

Koleksi Museum Sangiran

1.      Fosil manusia, antara lain Australopithecus africanus ,Pithecanthropus mojokertensis

(Pithecantropus robustus ), Meganthropus palaeojavanicus , Pithecanthropus erectus, Homo

soloensis , Homo neanderthal Eropa, Homo neanderthal Asia, dan Homo sapiens .

2.      Fosil binatang bertulang belakang, antara lain Elephas namadicus (gajah), Stegodon

trigonocephalus (gajah), Mastodon sp (gajah), Bubalus palaeokarabau (kerbau), Felis

palaeojavanica (harimau), Sus sp (babi), Rhinocerus sondaicus (badak), Bovidae (sapi, banteng),

dan Cervus sp (rusa dan domba).

3.      Fosil binatang air, antara lain Crocodillus sp (buaya), ikan dan kepiting, gigi ikan hiu,

Hippopotamus sp (kuda nil), Mollusca (kelas Pelecypoda dan Gastropoda ), Chelonia sp (kura-

kura), dan foraminifera .

4.      Batu-batuan , antara lain Meteorit/Taktit, Kalesdon, Diatome, Agate, Ametis

5.      Alat-alat batu, antara lain serpih dan bilah, serut dan gurdi, kapak persegi, bola batu dan kapak

perimbas-penetak

6.      Koleksi lainnya

Page 13: LKTI (Lomba Karya Tulis Ilmiah) Situs Sangiran

a.       Fosil kayu yang terdiri dari:

         Fosil kayu

Temuan dari Dukuh Jambu, Desa Dayu, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar.

Ditemukan pada tahun 1995 pada lapisan tanah lempung warna abu-abu ditemukan pada formasi

pucangan

         Fosil batang pohon

Temuan dari Desa krikilan , Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen. Fosil ini ditemukan pada

tahun 1977 pada lapisan tanah lempung Warna abu-abu dari endapan ditemukan pada Formasi

pucangan

b.      Tulang hasta (Ulna) Stegodon Trigonocephalus

Ditemukan di kawasan cagar sangiran pada tanggal 23 november 1975 di tanah lapisan

lempung warna abu –abu Formasi kabuh bawah.

c.       Tulang paha

Ditemukan dari Desa Ngebung, Kecamatan kalijambe, Kabupaten Sragen pada tanggal 4

Februari 1989 pada lapisan tanah lempung warna abu – abu dari endapan ditemukan pada

formasi pucangan atas.

d.      Tengkorak kerbau

Ditemukan oleh Tardi Pada tanggal 20 November 1992 di Dukuh Tanjung, Desa Dayu

Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar pada lapisan tanah Warna coklat kekuning-

kunginan yang bercampur pasir ditemukan formasi kabuh berdasarkan penanggalan geologi

berumur 700.000-500 tahun

e.       Gigi Elephas Namadicus

Ditemukan di situs cagar budaya sangiran Pada tanggal 12 Desember 1975, Pada lapisan

tanah pasir bercampur kerikil berwarna cokelat ditemukan pada Formasi kabuh

  Fragmen gajah purba

Hidup di daerah cagar budaya sangiran. Jenisnya adalah:

  Mastodon

  Stegodon

Page 14: LKTI (Lomba Karya Tulis Ilmiah) Situs Sangiran

  Elephas

f.       Tulang rusuk (Casta) Stegodon Trigonocephalus

Ditemukan oleh Supardi pada tanggal 3 Desember 1991 di Dukuh Bukuran, Desa Bukuran

Kecamatan kalijambe Kabupaten Sragen pada lapisan lempung warna abu – abu dari endapan

pucangan atas.

g.      Ruas tulang belakang (Vertebrae)

Ditemukan di situs cagar budaya sangiran pada tanggal 15 Desember 1975 di lapisan tanah

pasir berwarna abu – abu pada formasi kabuh bawah.

h.      Tulang jari (Phalanx)

Ditemukan di situs sangiran pada tanggal 28 oktober 1975 pada lapisan tanah pasir kasar

warna cokelat kekuning-kuningan pada formasi kabuh.

i.        Rahang atas Elephas Namadicus

Rahang ini dilengkapi sebagian gading ditemukan oleh Atmo di Dukuh Ngrejo, Desa

Samomorubuh Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen pada tanggal 24 April 1980 pada lapisan

Grenz bank antara formasi pucangan dan kabuh.

j.        Tulang kaki depan bagian atas (Humerus)

Bagian fosil ditemukan oleh Warsito Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten

Sragen pada tanggal 28 Desember 1998 pada lapisan tanah lempung warna abu – abu dari

formasi pucangan atas kala pleistosen bawah

k.      Tulang kering

Ditemukan oleh Warsito di Dukuh Bubak Desa Ngebung, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten

Sragen pada tanggal 4 januari 1993 lapisan tanah lempung warna abu – abu dari formasi

pucangan atas.

l.        Fosil Molusca

a.       Klas Pelecypoda

b.      Klas Gastropoda

m.    Binatang air

Page 15: LKTI (Lomba Karya Tulis Ilmiah) Situs Sangiran

  Tengkorak buaya (Crocodilus Sp.) ditemukan pada tanggal 17 Desember 1994 oleh Sunardi di

Dukuh Blimbing, Desa Ngebung, Kecamatan kalijambe kabupaten Sragen pada formasi

pucangan

  Kura – kura (Chlonia Sp.) ditemukan pada tanggal 1 Februari 1990 oleh hari Purnomo Dukuh

Pablengan, Desa krikilan , Kecamatan Kalijambe, kabupaten Sragen pada Formasi pucangan

  Ruas tulang belakang ikan ditemukan pada tanggal 20 November 1975 oleh Suwarno di Desa

Bukuran, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen pada formasi pucangan

Selain mendirikan museum situs prasejarah sangiran untuk menjaga kawasan sangiran,

pemerintah juga mengeluarkan Undang-undang tentang perlindungan cagar budaya sangiran,

yaitu:

1)      Mengeluarkan SK. Mendikbud No. 70 / 111 / 1977 dan menetapkan sangiran sebagai cagar

budaya. Semua fosil-fosil di wilayah sangiran dilindungi dan setiap temuan harus diserahkan

kepada pemerintah.

2)      UU No. 5 Tahun 1992 tentang benda cagar budaya yang lebih keras yaitu, menetapkan sangiran

sebagai cagar budaya ( UNESCO )

Meskipun pemerintah telah membuat peraturan perundang-undangan tentang perlindungan

cagar budaya, tetapi pada kenyataannya masih mengalami beberapa masalah yaitu;

a.       Daerah yang seluas 32 km² hanya diawasi oleh tenaga yang sangat terbatas. Daerah itu hanya

dijaga oleh 27 personil, termasuk 8 orang bertugas sebagai satpam.

b.      Adanya tradisi memberi hadiah terhadap penemu fosil yang telah berlangsung sejak jaman

pendudukan Belanda.

c.       Para pembeli asing menawarkan harga yang lebih tinggi dibandingkan dari pemerintah, sehingga

banyak penduduk setempat yang menjual fosil temuannya kepada pembeli asing.

D.    Pengembangan Museum Purbakala Sangiran

Sejak dibangun pada 2005 silam, museum sangiran yang terletak di Kecamatan

Kalijambe, akhirnya diresmikan penggunaannya  oleh Wakil Menteri pendidikan dan

Kebudayaan Bidang Kebudayaan yang juga sebagai pembuat Desain Engginering Plan Sangiran,

Prof Dr. Windu Nuryati, PHD. Dua puluh tahun silam tempat tersebut masih berupa joglo

sederhana yang dijadikan tempat pengumpulan fosil-fosil purba oleh kepala desa Krikilan, Toto

Marsono. Kini, ditanah yang berusia 1,8 juta tahun itu telah berdiri megah sebuah bangunan

Page 16: LKTI (Lomba Karya Tulis Ilmiah) Situs Sangiran

museum bertaraf internasional. Berbagai rangkaian acara digelar mengiringi peresmian museum,

mulai dari seminar internasional yang mendatangkan 100 pakar arkelologi di dunia hingga

pelaksanaan penggailian di Sangiran bersama ilmuwan dari Uni Eropa. Selain itu, pada acara

tesebut diserahkan rekonstruksi rangka kuda air berusia 1,2 juta tahun yang ditemukan di

Bukuran oleh tim gabungan Indonesia – Perancis. Museum Sangiran berdiri di

dalam Cluster Krikilan yang merupakan Cluster pertama yang telah selesai dibangun. Masih ada

tiga Cluster lainnya yang akan mulai dibangun tahun depan, yaitu Cluster Ngebung, Cluster

Bukuran, keduanya terletak di wilayah Kab. Sragen, dan Cluster Ndayu yang terletak di wilayah

Kab.Karanganyar.

Tiap Cluster tersebut akan menjadi pusat-pusat penelitian zaman purba sesuai masing-

masing bagiannya. Misalnya Cluster Ndayu akan dijadikan pusat penelitian arkeologi mutakhir

dan Cluster Ngebung akan menjadi pusat sejarah temuan fosil. Pembangunan Cluster akan

melibatkan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten Sragen serta Kabupaten

Karanganyar. Selain itu ada beberapa upaya pemerintah yang dicanangkan untuk

mengembangkan situs Manusia Purba Sangiran antara lain :

         Melengkapi kompleks Museum Manusia Purba Sangiran dengan bangunan audio visual di sisi

timur museum. Dan Bupati Sragen mengubah interior ruang kantor dan ruang pertemuan

menjadi ruang pameran tambahan.

         Pemerintah merencanakan membuat museum yang lebih representative menggantikan museum

yang ada secara bertahap.Didirikan bangunan perkantoran tiga lantai yang terdiri dari ruang

basemen untuk gudang, lantai I untuk Laboratorium, dan lantai II untuk perkantoran. Program

selanjutnya adalah membuat ruang audio visual, ruang transit untuk penerimaan pengunjung,

ruang pameran bawah tanah, ruang pertemuan, perpustakaan, taman purbakala, dan lain-lain.

         Menghadirkan investor – investor guna memaksimalkan pengadaan pembangunan yang lebih

lanjut dengan didukung fasilitas – fasilitas yang memadai.

         Melakukan beberapa pengenalan – pengenalan mengenai Situs Purbakala Sangiran kepada

publik nasional.

Museum Sangiran yang mempunyai 14.000 an koleksi fosil ini menawarkan tiga titik

wisata purba yang menakjubkan. Di museum I, pengunjung dapat menyaksikan pameran fosil-

fosil asli dan peralatan manusia purbakala. Kemudian dimuseum II dihadirkan 12 langkah

kemanusiaan, mulai dari terciptanya alam, terbentuknya kepulauan Indonesia dan Jawa,

Page 17: LKTI (Lomba Karya Tulis Ilmiah) Situs Sangiran

kedatangan manusia pertama, proses evolusi sekitar 1,5 juta tahun lalu dan perkembangannya

hingga menjadi manusia modern. Sedang museum III dipertunjukkan tentang zaman

keemasan Homo Erectus Sangiran yang bterjadi sekitar 500.000 tahun .

Pengumpulan fosil – fosil Sangiran tidak terlepas dari peran serta Masyarakat Krikilan.

Peresmian pada tanggal 15 Desember 2011 bertepatan dengan peristiwa lima tahun silam 15

Desember 2006, waktu itu terjadi peristiwa penting di Meridian Mexico, dimana Pemerintah

Indonesia menerima tanda pengesahan Situs Sangiran ditetapkan sebagai warisan dunia. Bupati

Sragen mengharapkan Situs Sangiran yang sangat membanggakan namun kadang kurang dikenal

oleh masyarakat Sragen sendiri mengharapkan agar bisa dinikmati oleh  semua kalangan tidak

hanya kalangan peneliti. Sragen telah menjadi City of Java Man yang memiliki situs yang

mengungkap rahasia sejarah manusia purba.Di situs kebanggaan ini memuat cerita tak terputus

sejarah perjalanan manusia purba hingga menjadi manusia modern. Dan di tanah yang telah

berusia lebih dari 1,8 juta tahun ini ternyata masih banyak menyimpan fosil-fosil purba yang bisa

digali, peran serta masyarakat sangat diperlukan untuk menemukan fosil-fosil ini dan

menyerahkannya kepada pemerintah Indonesia.

Page 18: LKTI (Lomba Karya Tulis Ilmiah) Situs Sangiran

BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

1.      Sangiran adalah sebuah situs arkeologi (Situs Manusia Purba) di Jawa, Indonesia. Sangiran

terletak di sebelah utara Kota Solo dan berjarak sekitar 15 km (tepatnya di desa krikilan, kec.

Kalijambe, Kab.Sragen).  Gapura Situs Sangiran berada di jalur jalan raya Solo–Purwodadi dekat

perbatasan antara Gemolong dan Kalioso (Kabupaten Karanganyar).Gapura ini dapat dijadikan

penanda untuk menuju Situs Sangiran, Desa Krikilan.Jarak dari gapura situs Sangiran menuju

Desa Krikilan ± 5 km.

2.      Ditemukan lebih dari 13.685 fosil 2.931 fosil ada di Museum, sisanya disimpan di gudang

penyimpanan. Sebagai World Heritage List (Warisan Budaya Dunia). Museum ini memiliki

fasilitas-fasilitas diantaranya: ruang pameran (fosil manusia, binatang purba), laboratorium,

gudang fosil, ruang slide, menara pandang, wisma Sangiran dan kios-kios souvenir khas

Sangiran.

3.      Keadaan geo-stratigrafi Dari pengamatan stratigrafi batuannya, ada beberapa formasi,

diantaranya :

         Formasi Kalibeng

         Formasi Pucangan

         Formasi Grenzbank

         Formasi Kabuh

         Formasi Notopuro

         Formasi Teras Solo (Kali Pasir)

4.      Upaya pemerintah yang dicanangkan untuk mengembangkan situs Manusia Purba Sangiran

antara lain :

         Melengkapi kompleks Museum Manusia Purba Sangiran dengan bangunan audio visual di sisi

timur museum. Dan Bupati Sragen mengubah interior ruang kantor dan ruang pertemuan

menjadi ruang pameran tambahan.

Page 19: LKTI (Lomba Karya Tulis Ilmiah) Situs Sangiran

         Pemerintah merencanakan membuat museum yang lebih representative menggantikan museum

yang ada secara bertahap.Didirikan bangunan perkantoran tiga lantai yang terdiri dari ruang

basemen untuk gudang, lantai I untuk Laboratorium, dan lantai II untuk perkantoran. Program

selanjutnya adalah membuat ruang audio visual, ruang transit untuk penerimaan pengunjung,

ruang pameran bawah tanah, ruang pertemuan, perpustakaan, taman purbakala, dan lain-lain.

         Menghadirkan investor – investor guna memaksimalkan pengadaan pembangunan yang lebih

lanjut dengan didukung fasilitas – fasilitas yang memadai.

         Melakukan beberapa pengenalan – pengenalan mengenai Situs Purbakala Sangiran kepada

publik nasional.

B.     SARAN

Sebagai warga negara yang baik dan khususnya kita sebagai mahasiswa harus bisa

melestarikan kekayaan budaya baik itu wisata maupun sejarah bangsa.Agar tidak punah oleh

waktu.Selain itu kita juga harus bisa menjaganya agar tetap lestari dan berkembang.

DAFTAR PUSTAKA

Page 20: LKTI (Lomba Karya Tulis Ilmiah) Situs Sangiran

Santosa, Hery.2000. Sejarah Kebudayaan Indonesia. Yogyakarta: Universitas SanataDharma.

Tjiptadi, Rusmulia. et al. 2004. Museum Situs Sangiran Sejarah Evolusi Manusia Purba

http://wisatadanbudaya.blogspot.com/ Sangiran- SItus- Manusia- Purba- di- Indonesia.html

http://history1978.wordpress.com/author/history1978/html

http://h-argio-no.blogspot.com/2012/12/makalah-situs-sangiran.html