lkk terapi inhalasi

Upload: vinthia-yuriza

Post on 04-Nov-2015

226 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

lkk

TRANSCRIPT

MODUL TERAPI INHALASI

A. SASARAN PEMBELAJARANSetelah kegiatan ini diharapkan mahasiswa mampu :1. Mengetahui dasar dilakukannya terapi inhalasi2. Mempersiapkan alat dan bahan untuk terapi inhalasi3. Melakukan terapi inhalasi

B. PELAKSANAANI. PANDUAN BELAJAR TERAPI INHALASI1.1 Landasan TeoriTerapi inhalasi adalah pemberian obat secara inhalasi ke dalam saluran respiratori. Pada awalnya, prinsip dasar terapi inhalasi adalah mengubah obat cair menjadi bentuk aerosol agar dapat langsung melalui sistem respiratori. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, terapi inhalasi tidak hanya dalam bentuk aerosol, tetapi dapat juga dalam bentuk powder (bubuk) yang dihisap. Prinsip farmakologis terapi inhalasi yang tepat untuk penyakit sistem respiratori adalah obat dapat mencapai organ target dengan menghasilkan partikel aerosol berukuran optimal agar terdeposisi di paru-paru, awitan kerja cepat, dosis kecil, efek samping minimal karena konsentrasi obat di dalam darah sedikit atau rendah, mudah digunakan, dan efek terapeutik segera tercapai yang ditunjukan dengan adanya perbaikan klinis. Sistem respiratori memiliki beberapa mekanisme pertahanan yang akan melindungi dari masuk dan mengendapnya partikel obat. Mekanisme pertahanan tersebut antara lain refleks batuk, bersin, serta klirens mukosilier. Dengan adanya mekanisme tersebut, harus dibuat suatu metode agar partikel aerosol yang dihasilkan tidak tereliminasi, yaitu dengan memperhatikan besar atau ukuran partikel. Ukuran partikel akan mempengaruhi sampai sejauh mana partikel melakukan penetrasi kedalam sistem respiratori. Obat yang digunakan adalah bentuk aerosol, yaitu suspensi partikel di dalam gas, dengan ukuran partikel berkisar 2-10 m atau 1-7 m. Pemberian aerosol yang ideal adalah dengan alat yang sederhana, mudah dibawa, tidak mahal, secara selektif mencapai saluran respiratori bawah, hanya sedikit yang tertinggal di saluran respiratori atas, dan dapat digunakan oleh anak, orang cacat ataupun orang tua.

Tiga sistem inhalasi yang digunakan dalam klinik sehari-hari yakni : 1. NebulizerAlat nebulizer dapat mengubah obat berbentuk larutan menjadi aerosol secara terus menerus, dengan tenaga yang berasal dari udara yang dipadatkan atau gelombang ultrasonik, sehingga pada prakteknya dikenal dua jenis alat nebulizer, yaitu ultrasonic nebulizer dan jet nebulizer. Kelebihan terapi inhalasi menggunakan nebulizer adalah tidak atau sedikit memerlukan koordinasi pasien, hanya memerlukan pernafasan tidal, dan dapat berupa campuran beberapa jenis obat (misalnya salbutamol dan ipratropium bromida). Kekurangannya adalah alat ini cukup besar sehingga kurang praktis, memerlukan sumber tenaga listrik, dan relatif mahal. Ultrasonic nebulizer menghasilkan aerosol melalui osilasi frekuensi tinggi dari piezo-electric crystal yang berada dekat larutan, sehingga cairan memecah menjadi aerosol. Kelebihan jenis nebulizer ini adalah tidak menimbulkan suara bising dan dapat mengubah larutan menjadi aerosol secara terus menerus. Kekurangannya adalah mahal dan memerlukan biaya perawatan yang lebih besar. Jet nebulizer paling banyak digunakan di banyak negara karena relatif lebih murah dibandingkan ultrasonic nebulizer. Gas jet berkecepatan tinggi yang berasal dari udara yang dipadatkan dalam silinder, ditiupkan melalui lubang kecil, dan akan menghasilkan tekanan negatif, yang selanjutnya akan memecah larutan menjadi bentuk aerosol.2. Metered dose inhaler (dengan atau tanpa spacer/alat penyambung) Metered dose inhaler (MDI) merupakan cara inhalasi yang memerlukan teknik inhalasi yang memerlukan teknik inhalasi tertentu agar sejumlah dosis obat mencapai saluran respiratori. Dengan teknik inhalasi yang benar, maka 80% aerosol akan mengendap di mulut dan orofaring karena kecepatan yang tinggi dan ukurannya besar, 10% tetap berada di dalam akuator, dan hanya sekitar 10% dari aerosol yang disemprotkan akan sampai ke paru. 3. Dry powder inhaler Inhaler jenis ini tidak mengandung propelan, sehingga mempunyai kelebihan dibandingkan dengan MDI. Penggunaan obat serbuk kering pada Dry powder inhaler (DPI) memerlukan inspirasi yang cukup kuat. Pada anak kecil hal ini sulit dilakukan mengingat inspirasi kuat belum dapat dilakukan, sehingga deposisi obat pada sistem respiratori berkurang. Pada anak yang lebih besar, penggunaan obat serbuk ini lebih mudah, karena kurang memerlukan koordinasi dibandingkan MDI. Dengan cara ini, deposisi obat di dalam paru lebih besar dan lebih konstan dibandingkan dengan MDI tanpa spacer, sehingga dianjurkan untuk diberikan pada anak berusia >5 tahun.

Parameter klinis peran terapi inhalasi pada asma anak dapat diterangkan sebagai berikut:1. Saat seranganObat yang digunakan pada saat serangan adalah obat golongan bronkodilator, yang tersering adalah 2 agonis yang dapat diberikan tersendiri atau bersamaan dengan ipratropium bromida. Pedoman Nasional Asma Anak (PNAA) menganjurkan pemberian 2 agonis saja pada serangan asma ringan, sedangkan pada serangan asma berat diberikan bersamaan dengan ipratropium bromida. 2. Diluar serangan Penggunaan obat inhalasi diluar serangan asma hanya diberikan bila memelukan obat pengendali, yaitu pada asma episodik sering dan asma persisten. Obat pengendali yang biasa digunakan adalah natrium kromoglikat dan golongan steroid. Menurut PNAA, kromoglikat tidak digunakan lagi karena berdasarkan penelitian efektivitasnya rendah, selain itu obat ini juga sulit didapat.

1.2 Media Pembelajaran1. Penuntun LKK 4 Blok XI FK UMP2. Ruang periksa dokter3. Pasien simulasi4. Stetoskop 5. Pulse oximeter6. Alat Nebulizer7. MDI dan DPI8. Obat-obatan: - 2 agonis- 2 agonis + antikolinergik- Cairan NaCl 0,9%

1.3. Langkah Kerja1. Mahasiswa mengucapkan salam kepada pasien dan memperkenalkan diri sebagai dokter2. Mahasiswa menanyakan identitas pasien3. Mahasiswa menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan4. Mahasiswa meminta izin kepada keluarga pasien untuk melakukan tindakan 5. Menilai derajat serangan sesuai dengan PNAA6. Mempersiapkan alat dan obat-obatan yang dibutuhkan:- Memasang alat nebulizer- Memasukkan obat- Memasang sungkup6. Melakukan nebulisasi dengan: obat 2 agonis 1-2x selang 20 menit. nebulisasi ketiga ditambah antikolinergik. Jika serangan berat, nebulisasi 1x + antikolinergik. 7. Menilai perbaikan dengan cara menghitung frekuensi pernafasan, menilai effort pernafasan, melakukan auskultasi pada regio toraks pasien dan atau menghitung saturasi oksigen dengan pulse oximeter.

Daftar Pustaka1. Supriyatno B, Nastiti K. Terapi Inhalasi pada Penyakit Respiratorik. Buku Ajar Respirologi Anak 2008. IDAI2. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. 2009