literature searchig (vancouver)

13
TUBERCULOSIS (TBC) Tuberkulosis masih merupakan masalah kesehatan baik di Indonesia maupun di dunia dan merupakan penyebab utama kematian. Tuberkulosis didefinisikan sebagai penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, yaitu disebut dengan tuberkulosis paru (TB-Paru). (1) Umumnya Mycobacterium tuberculosis menyerang paru dan sebagian kecil organ tubuh lain. Kuman ini mempunyai sifat khusus, yakni tahan terhadap asam pada pewarnaan, hal ini dipakai untuk identifikasi dahak secara mikroskopis. Sehingga disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Mycobacterium tuberkulosis cepat mati dengan matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup pada tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh, kuman dapat dormant (tertidur sampai beberapa tahun). TB timbul berdasarkan kemampuannya untuk memperbanyak diri di dalam sel-sel fagosit.(2) In more than 90% of persons infected with M. tuberculosis, the pathogen is contained as asymptomatic latent infection. Recent studies raise the possibility that some persons acquire and eliminate acute infection with M. tuberculosis. The risk of active disease is estimated to be approximately 5% in the 18 months after

Upload: alivafawzia

Post on 16-Dec-2015

10 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

ls

TRANSCRIPT

TUBERCULOSIS (TBC)Tuberkulosis masih merupakan masalah kesehatan baik di Indonesia maupun di dunia dan merupakan penyebab utama kematian. Tuberkulosis didefinisikan sebagai penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, yaitu disebut dengan tuberkulosis paru (TB-Paru). (1)Umumnya Mycobacterium tuberculosis menyerang paru dan sebagian kecil organ tubuh lain. Kuman ini mempunyai sifat khusus, yakni tahan terhadap asam pada pewarnaan, hal ini dipakai untuk identifikasi dahak secara mikroskopis. Sehingga disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Mycobacterium tuberkulosis cepat mati dengan matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup pada tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh, kuman dapat dormant (tertidur sampai beberapa tahun). TB timbul berdasarkan kemampuannya untuk memperbanyak diri di dalam sel-sel fagosit.(2)In more than 90% of persons infected with M. tuberculosis, the pathogen is contained as asymptomatic latent infection. Recent studies raise the possibility that some persons acquire and eliminate acute infection with M. tuberculosis. The risk of active disease is estimated to be approximately 5% in the 18 months after initial Inspection and Then approximately 5% for the remaining lifetime. An estimated 2 billion person worldwide have laten Inspection and are at risk for reactivation. Contained latent infection reduces the risk of reinfection on repeated exposure, where as active tuberculosis is associated with an increased risk of a second episode of tuberculosis on reexposure. (3)TB termasuk penyakit yang diperburuk dengan kemiskinan dan umumnya menyerang penduduk yang termasuk dalam rentang usia produktif (15-59 tahun). (4) The history of tuberculosis (TB) mixtures with the history of humanity since TB is one of the oldest infectious diseases aecting mankind. Bone TB was identied in 4000 years old skeletons, from Europe and Middle East, as the cause of death, showing that this disease was already a widespread health problem back then. In recorded history, Hippocrates writes about patients with wasting away associated with chest pain and coughing, frequently with blood in sputum. These symptoms allowed Hippocrates to diagnose TB, which at that time was called consumption. The frequency of descriptions of patients with these symptoms indicated that the disease was already well entrenched in ancient times.(5)Cara penularan TBC: Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. (6)Upaya penanggulangan penyakit TB sudah dilakukan melalui berbagai program kesehatan di tingkat Puskesmas, berupa pengembangan strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai strategi DOTS (directly observed treatment, Short course = pengawasan langsung menelan obat jangka pendek), yang telah terbukti dapat menekan penularan, juga mencegah perkembangannya MDR (multi Drug resistance = kekebalan ganda terhadap obat )-TB, tetapi hasilnya masih dirasakan belum sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu diharapkan adanya perhatian dari pihak-pihak terkait dalam upaya meningkatkan keterlibatan peran pelayanan penanganan TB paru selanjutnya.(7)Multi Drug Resistant (MDR-TB) merupakan masalah terbesar dalam pencegahan dan pemberantasan TB dunia. Indonesia berada di peringkat 8 dari 27 negara dengan MDRTB terbanyak di dunia. MDR-TB adalah penyakit yang disebabkan Mycobacterium tuberkulosis yang resisten minimal terhadap rifampisin dan isoniazid.(8)Indonesia mengalami kasus TB yang lebih rumit dan lebih kompleks dengan adanya MDR TB. Kasus TB resistensi OAT merupakan kasus yang sulit ditangani karena pengobatannya lebih sulit, lebih mahal, efek samping besar dengan hasil pengobatan yang kurang memuaskan. (9).Faktor-faktor risiko resistensi obat antituberkulosis adalah sebagai berikut :i Ketidaktaatan penderita menggunakan paket OATii Kegagalan menggunakan paket OATiii Pemberian tunggal OATiv Penggunaan tunggal OAT yang tidak tepatv Penggunaan paket OAT yang tidak tepatvi Jumlah kuman yang besarvii Penderita dengan infeksi HIVviii Absorbsi obat yang kurang baik.(10)Faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian tuberkulosis resisten obat anti tuberkulosis adalah riwayat pengobatan sebelumnya dan ketidakpatuhan penderita pada pengobatan TB sebelumnya. Sedangkan faktor yang tidak berpengaruh pada kejadian. (11)TB MDR adalah kebiasaan merokok dan status perkawinan.Adapun penatalaksanaan TB Resisten Obat: Pasien tuberkulosis yang disebabkan kuman resisten obat (khususnya MDR) seharusnya diobati dengan paduan obat khusus yang mengandung obat anti tuberkulosis lini kedua. Paling tidak harus digunakan empat obat yang masih efektif dan pengobatan harus diberikan paling sedikit 18 bulan. Cara-cara yang berpihak kepada pasien disyaratkan untuk memastikan kepatuhan pasien terhadap pengobatan. Konsultasi dengan penyelenggara pelayanan yang berpengalaman dalam pengobatan pasien dengan MDR-TB harus dilakukan.(12)For tuberculosis treatment, policies have been introduced to encourage adherence to treatment regimens. One such policy is directly observed therapy (DOT), which involves people directly observing patients taking their antituberculous drugs. The results of randomized controlled trials conducted in low-, middle-, and high-income countries provide no assurance that DOT compared with self administration of treatment has any quantitatively important effect on cure or treatment completion in people receiving treatment for tuberculosis.(13)Since TB is a common problem in Nepal and drug induced hepatotoxicity is one of the common problems associated with ATT therapy, this issue gains importance. Patients on ATT therapy should be counselled thoroughly for the early detection of hepatotoxicity and on occurrence of hepatotoxicity the patients should be managed appropriately.(14)Selain itu kita juga harus memberikan dukungan sosial terhadap penderita TBC. Penderita penyakit kronis seperti TB paru perlu mendapat dukungan sosial lebih, karena dengan dukungan dari orang- orang tersebut secara tidak langsung dapat menurunkan beban psikologis sehubungan dengan penyakit yang dideritanya yang pada akhirnya akan meningkatkan ketahanan tubuh sehingga kondisi fisik tidak semakin menurun. Dukungan sosial penting untuk menderita penyakit kronik sebab dukungan sosial dapat mempengaruhi tingkah laku individu, seperti penurunan rasa cemas, tidak berdaya dan putus asa, yang pada akhirnya dapat meningkatkan status kesehatan. (15)Salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya penyakit ini adalah merokok. Mekanisme pasti yang menghubungkan merokok dengan TB tidak sepenuhnya dipahami, namun ada banyak bukti menurunnya pertahanan saluran napas berpengaruh pada kerentanan terhadap infeksi TB pada perokok. Merokok terbukti dapat mengganggu kebersihan mukosilier. merokok telah ditemukan berhubungan dengan penurunan tingkat Sitokinin proinflamasi yang dikeluarkan. Sitokin-sitokin ini sangat penting untuk respons awal pertahanan lokal untuk infeksi kuman termasuk TB. Dalam berbagai studi menunjukkan bahwa jumlah dan durasi merokok aktif berpengaruh terhadap risiko infeksi TB sedangkan pada perokok pasif berhubungan dengan peningkatan kejadian TB pada anak dan usia muda. (16)Smoking unfortunately has been received as social acceptance, despite it being a major health hazard. The socio-economic conditions, including poverty, overcrowding, poor ventilation and rooms with no natural light, poor nutrition and alcohol abuse have been associated with smoking and are also known risk factors for tuberculosis infection. (17)Selain merokok, penyakit TB-paru juga disebabkan oleh HIV AIDS. TB-paru juga menjadi penyebab kematian utama pada pengidap penyakit HIV AIDS. (18) Contact history, home humidity, cooking fuel and ineligible Home illumination were the most risk factors of the incidence of TB children. (19)Pada tahun 2004, Indonesia melakukan survei prevalensi secara nasional berdasarkan pemeriksaan sputum dengan mikroskopik dan biakan pada responden dengan suspek TB berumur > 15 tahun. Survei ini menemukan prevalensi TB nasional berdasarkan pemeriksaan sputum BTA positif adalah 104 per 100,000 (95% CI: 66-142 per 100,000). Survei ini juga melaporkan 1,9 persen responden umur > 15 tahun yang pernah didiagnosis TB oleh enaga kesehatan. Survei ini khusus dirancang untuk dewasa, sehingga responden anak berumur kurang dari 15 tahun tidak digali mengenai pernah didiagnosis TB dan tidak dilakukan pemeriksaan sputum. (20)Salah satu faktor yang mempengaruhi tuberkulosis yaitu status gizi. Anak balita merupakan kelompok paling rawan terhadap terjadinya kekurangan gizi. Anak yang sering terkena infeksi dan gizi kurang akan mengalami gangguan tumbuh kembang yang akan mempengaruhi tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas di masa depan. (21)Saat ini kriteria terpenting untuk menetapkan dugaan diagnosis TB adalah berdasarkan pewarnaan tahan asam. Walau demikian, metode ini kurang sensitif, karena baru memberikan hasil positif bila terdapat >103 organisme/ml sputum. Kultur memiliki peran penting untuk menegakkan diagnosis TB karena mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang lebih baik daripada pewarnaan tahan asam.(22)One of many important steps to control TBC effectively and efficiently is by increasing case finding using right method and accurate diagnostic. One of them is to detect Mycobacterium Tuberculosis inside sputum. Conventional detection of Mycobacterium Tuberculosis inside sputum can need a lot of time, so digitally detection method of Mycobacterium Tuberculosis was designed as an effort to get better result of detection. This method was designed by using combination between digital image processing method and Neural Network method. From testing report that was done, Mycobacterium can be detected with successful value reach 77.5% and training error less than 5%.(23)Pengobatan TB Paru dilakukan secara bertahap dan teratur, tahapan pengobatan TB Paru di antaranya tahap intensif dan tahap lanjutan. Untuk itu para penderita harus mengenal, memahami, bagaimana cara pencegahan, tanda gejala dan penatalaksanaan dari TB Paru.(24) Penyuluhan mengenai TB pada masyarakat pun penting dilakukan. Penyuluhan TB adalah menyampaikan pesan mengenai penyakit TB kepada satu atau sekelompok orang. Penyuluhan dapat dilakukan di puskesmas, posyandu, rumah, kumpulan arisan, pengajian, kelompok dasawisma, dan kegiatan masyarakat lainnya. Penyuluhan dapat diberikan kepada semua lapisan masyarakat, pasien, keluarga pasien, masyarakat umum, anak sekolah dan lainnya. Tujuan penyuluhan yaitu agar suspek memeriksakan dirinya di Unit Pelayanan Kesehatan (UPK), serta agar penderita dan keluarganya mengerti pentingnya berobat secara teratur sampai sembuh. (25)

1.FAHRUN NUR ROSYID SKNMK. FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN PASIEN TB PARU KE PUSKESMAS BANYUATES. Jurnal Ilmiah Media. 2010;50.2.Drs. Abdul Muchid A. PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PENYAKIT TUBERKULOSIS. Jakarta: DIREKTORAT BINA FARMASI KOMUNITAS DAN KLINIKDIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN RI; 2009 2009. 110 p.3.Alimuddin Zumla MD, Ph.D., Mario Raviglione, M.D., Richard Hafner, M.D., C. Fordham von Reyn, M.D. Tuberculosis. The new england journal o f medicine. 2013;368(8).4.HERNI REJEKI NAY, PERMATASARI HENNY. Pengalaman Menjalani Pengobatan TB Kategori II di Wilayah Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 2012;IV(1):1-7.5.Luisa Jordao VVO. Tuberculosis:New Aspects of an Old Disease. International Journal of Cell Biology. 2011;2011:1-13.6.Prof. Dr.Tjandra Yoga Aditama SK. PEDOMAN NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS. 1 ed. Dr.Asik Surya M, editor. Bandung: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN2011. 99 p.7.Manalu HSP. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN TB PARU DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA. Jurnal Ekologi Kesehatan. 2010;9(4):1340-6.8.Dwi Sarwani SR NS, A Zahrotul Isnani. FAKTOR RISIKO MULTIDRUG RESISTANT TUBERCULOSIS (MDR-TB). Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2012;8(1):60-6.9.Bertin Tanggap Tirtana M. FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PENGOBATAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DENGAN RESISTENSI OBAT TUBERKULOSIS DI WILAYAH JAWA TENGAH. Artikel Ilmiah. 2011.10.Boekitwetan P. RESISTENSI MULTIPEL OBAT ANTITUBERKULOSIS. Jurnal Kedokteran Trisakti. 2009;18(1):41-51.11.Andriyanti AS. FAKTOR RISIKO KEJADIAN TUBERKULOSIS RESISTEN OBAT GANDA (TB ROG). 2013.12.Nawas A. PENATALAKSANAAN TB MDR DAN STRATEGI DOTS Plus. JURNAL TUBERKULOSIS INDONESIA. 2010;7:1-7.13.Volmink J PG. Directly observed therapy for treating tuberculosis (Review). CochraneDatabase of Systematic Reviews 2007. 2009(4).14.PV K. Drug induced hepatitis with anti-tubercular chemotherapy:Challenges and difficulties in treatment. Kathmandu University Medical Journal. 2009;5(18):256-60.15.Ratnasari NY. HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU (TB PARU) DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU (BP4) YOGYAKARTA UNIT MINGGIRAN. JURNAL TUBERKULOSIS INDONESIA. 2012;8:7-11.16.Wijaya AA. MEROKOK DAN TUBERKULOSIS. JURNAL TUBERKULOSIS INDONESIA. 2012;8:18-23.17.Prasad J. SMOKING AND TUBERCULOSIS. Indian Journal of Tuberculosis. 2012;59:125-9.18.Riadi A. Tuberkulosis dan HIV-AIDS. JURNAL TUBERKULOSIS INDONESIA. 2012;8:24-9.19.Halim NR, Satrio Dwi Budi RISK FACTORS FOR INCIDENCE OF TUBERCULOSIS IN CHILDREN AGED 1-5 YEARS OLD IN KEBUMEN DISTRICT. 2011.20.Sarmawar Djaja SO, Lolong Dina Bisara. DETERMINAN UPAYA PENGOBATAN TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BAWAH UMUR 15 TAHUN. Jurnal Ekologi Kesehatan. 2009;8(3):1004-14.21.Septia Putri Prayitami DL, Rohmani Afiyana. Hubungan Fase Pengobatan dan Status Gizi Tuberkulosis Anak Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Soewondo Kendal Periode Januari 2011 September 2011. Jurnal Kedokteran Muhammadiyah. 2011;1(1):20-4.22.Leli Saptawati M, Kurniawati Anis, Rumende Cleopas Martin. EVALUASI METODE FASTPlaqueTBTM UNTUK MENDETEKSI Mycobacterium tuberculosis PADA SPUTUM DI BEBERAPA UNIT PELAYANAN KESEHATAN DI JAKARTA-INDONESIA. JURNAL TUBERKULOSIS INDONESIA. 2012;8:1-6.23.Franky Chandra Satria Arisgraha WP, Apsari Retna DIGITAL DETECTION SYSTEM DESIGN OF MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS THROUGH EXTRACTION OF SPUTUM IMAGE USING NEURAL NETWORK METHOD. Indonesia Journal of Tropical and Infectious Disease. 2012;3(1):35-8.24.Simanullang P. GAMBARAN PENGETAHUAN PENDERITA TB PARU TENTANG REGIMEN TERAPEUTIK TB PARU DI RUMAH SAKIT UMUM HERNA MEDAN. Jurnal Darma Agung. 2012.25.Wenny Widiastuti DD, Damiri Dhami Johar. APLIKASI SISTEM PAKAR DETEKSI DINI PADA PENYAKIT TUBERKULOSIS. Jurnal Algoritma. 2012;9(6):2302-7339.