literatur proposal punya kjkjkjkjkjkjkjkjkjkj jkjkj
DESCRIPTION
preview proposalTRANSCRIPT
47
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Reformasi manajemen keuangan daerah di era otonomi daerah ini, ditandai dengan perubahan yang sangat mendasar, mulai dari sistem penganggarannya, perbendaharaan sampai kepada pertanggungjawaban laporan keuangannya. Sebelum bergulirnya otonomi daerah, pertanggungjawaban laporan keuangan daerah yang harus disiapkan oleh Pemerintah Daerah hanya berupa Laporan Perhitungan Anggaran dan Nota Perhitungan dan sistem yang digunakan untuk menghasilkan laporan tersebut adalah MAKUDA (Manual Administrasi Keuangan Daerah) yang diberlakukan sejak tahun 1981.Otonomi daerah mempunyai konsekuensi bahwa peran pemerintah pusat akan semakin kecil, sebaliknya peran pemerintah daerah semakin besar dalam pembangunan daerah/wilayahnya. Pemerintah daerah dituntut memiliki kemandirian dalam membiayai sebagian besar anggaran pembangunannya. Oleh karena itu pemerintah daerah harus dapat melakukan optimalisasi sumber-sumber penerimaan daerahnya. Salah satu sektor yang dapat diharapkan menjadi pendapatan daerah terutama di perkotaan adalah melalui sektor properti. Dalam perkembangannya untuk menghadapi otonomi daerah, pemerintah daerah tidak hanya mengoptimalkan pada potensi pajak dari sektor properti saja, tetapi juga harus mengetahui jumlah dan sejauh mana pemanfaatan aset properti yang dimiliki pemerintah daerah saat ini. Manajemen aset properti ini sangat penting diketahui karena di samping sebagai penentuan aktiva tetap dalam faktor penambah dalam total aset daerah juga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber pendapatan yang menopang pendapatan asli daerah.
Pengelolaan aset daerah bukan merupakan pekerjaan yang mudah. Hal ini terbukti dari masih banyaknya pengecualian kewajaran atas nilai aset pemerintah daerah dalam opini BPK-RI atas laporan keuangan pemerintah daerah. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa pemerintah daerah mengalami kesulitan dalam pengelolaan aset sehingga menyajikan aset daerah dengan kurang atau tidak wajar. Hal ini tentunya menjadi salah satu kelemahan pemerintah daerah dalam mengoptimalkan pembangunan daerahnya.Penatausahaan keuangan Pemerintah Daerah yang diselenggarakan selama ini sangat sederhana, implementasi akuntansi keuangan Pemerintah Daerah menggunakan akuntansi anggaran (budgetary accounting) dengan sistem pencatatan tunggal (single entry), dan berbasis kas (cash basis). Sistem ini tidak mengenal istilah penjurnalan Debit-Kredit. Akibatnya, pelaporan keuangan hanya ditujukan untuk menunjukkan penerimaan dan pengeluaran, tanpa mampu menyusun satu set laporan yang lengkap. Selain itu, penggunaan basis kas tidak memungkinkan dilakukannya penilaian kinerja secara memadai.
Pemerintah telah melakukan tahapan-tahapan dan reformasi pengelolaan keuangan daerah sehingga pemerintah Republik Indonesia menetapkan Peraturan Pemerintah N0. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), pada SAP tersebut menyatakan bahwa laporan keuangan pokok terdiri dari : a). Neraca. b). Laporan Realisasi Anggaran. c). Laporan Arus Kas. d). Catatan Atas Laporan Keuangan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Negara/Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah menyatakan bahwa,Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) selaku pengguna barang daerah, berwenang dan bertanggungjawab melakukan pencatatan dan inventarisasi barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya.. Pencatatan barang daerah pada SKPD sangat penting dikarenakan catatan tersebut dijadikan obyek audit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dalam meyakini penyajian laporan keuangan SKPD dan Pemerintah Daerah. Pencatatan dan administrasi aset yang tidak sesuai dengan prosedur pencatatan dan pelaporan asset akan memberikan konsekuensi atas opini Badan Pemeriksa Keuangan terhadap laporan keuangan Pemerintah Daerah.
Aset yang sangat mendukung jalannya sebuah operasi perusahaan adalah aset tetap. Aset tetap adalah aset yang digunakan dalam operasi perusahaan dan tidak dimaksudkan untuk di jual dalam rangka kegiatan normal perusahaan. Aset Tetap Pemda sebagai salah satu pos dalam neraca, yang mempengaruhi Laporan Realisasi Anggaran melalui pos beban penyusutan atau beban lain merupakan pos yang memerlukan suatu pengelolaan dan kebijakan yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Peemerintah baik pengakuan, pengukuran, maupun ketelitian dalam pencatatan akuntansinya.
Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Propinsi Sulawesi Tenggara adalah salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang diwajibkan melaksanakan penatausahaan keuangan daerah termasuk di dalamnya aset-aset yang dimlikinya untuk menciptakan pengelolaan pemerintah yang baik dan bersih (good governance dan clean governance). Salah satu media atau wadah untuk memenuhi hal tersebut adalah dengan penyajian aset daerah dalam laporan keuangan yang transparan, akuntabel, handal, tepat waktu dan dipublikasikan kepada masyarakat. Sebab, aset barang daerah merupakan bagian penting dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat yang efisien. Karena itu, perlu pemantapan administrasi dan pengelolaannya.Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Propinsi Sulawesi Tenggara memiliki berbagai macam aset tetap diantaranya tanah, peralatan dan mesin,gedung dan bangunan dan aktiva tetap lainnya yang berupa buku dan perpustakaan. Adapun nilai dari masing-masing aset tersebut dapat dilihat dalam tabel 1.1 berikut :Tabel 1.1 Daftar Aset Tetap Tahun 2010 dan 2011Nama RekeningJumlah Aset TetapAset Tahun 2011 (Rp)
Tahun 2010 (Rp)Kenaikan/Penurunan (Rp)
Aset Tetap
Tanah
Gedung dan Bangunan
Jalan, Irigasi & Jaringan
Peralatan dan Mesin
Konstruksi Dalam Pengerjaan
Aset Tetap Lainnya22.368.026.750,00 10.139.489.946,00
260.924.000,001.382.446.400,00
- 7.000.000,00- 35.000.000,00-692.702.000,00
- 572.000.000,0022.368.026.750,00
10.174.489.946,00 260.924.000,002.075.148.400,00- 579.000.000,00
Jumlah Aset Tetap34.157.887.096,001.299.702.000,0035.457.589.096,00
Sumber : Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Propinsi Sulawesi TenggaraBerdasarkan tabel 1.1 di atas, jumlah aktiva tetap Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Propinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2010 berjumlah Rp 34.157.887.096,00 dan tahun 2011 berjumlah Rp 35.457.589.096,00. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penambahan nilai Aset tetap dari tahun 2010 sampai tahun 2011 yaitu sejumlah Rp 1.299.702.000,00. Dengan adanya penambahan nilai asset tetap ini diperlukan pencatatan yang lebih teliti agar kesalahan dalam pencatatan dapat dihindari. Tetapi hal ini tidak dilakukan dengan baik oleh instansi staf bendahara barang, hal ini dapat dilihat dari hasil penyusunan yang diketahui bahwa ternyata ada beberapa asset yang belum dicatat.Ketidakakuratan pencatatan aset pada Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Propinsi Sulawesi Tenggara menyebabkan kesalahan dalam pelaporan asset pemerintah daerah. Hal ini antara lain disebabkan oleh format yang dipakai dalam mencatat asset sudah tidak sesuai dan adanya pergantian bendahara barang sehingga data-data asset tahun-tahun sebelumnya sudah tidak tercatat lagi, sehingga banyak asset-aset yang tidak diakui lagi oleh bendahara yang baru. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti ingin melakukan suatu penelitian dengan judul Evaluasi Metode Pencatatan Dan Pelaporan Aset Pemerintah Daerah Berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan Pada Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Propinsi Sulawesi Tenggara .1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka permasalahan pokok yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah Apakah metode pencatatan dan pelaporan asset yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Propinsi Sulawesi Tenggara sudah sesuai dengan PP No. 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) ?1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui metode pencatatan dan pelaporan asset yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Propinsi Sulawesi Tenggara apakah sudah sesuai dengan PP No. 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).1.4 Manfaat PenelitianManfaat penelitian ini adalah :
a. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai metode pencatatan asset yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Propinsi Sulawesi Tenggara.
b. Bagi Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Propinsi Sulawesi Tenggara, dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan mengenai metode pencatatan asetnya. c. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang memiliki objek kajian yang relevan dengan penelitian ini.1.5 Ruang Lingkup
Untuk lebih terarahnya penelitian ini, ruang lingkup dibatasi pada metode pencatatan asset yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata baik yang berupa tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan serta asset tetap lainnya pada tahun 2010 dan 2011.BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai perbandingan dalam penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Randy Pratama Makmur (2010) dengan judul Evaluasi Pencatatan, Pengklasifikasian, Pengakuan, Pengukuran, Penilaian Dan Pelaporan Aset Tetap Pemerintah Daerah Pada Badan Pendidikan Dan Pelatihan Provinsi Sulawesi Tenggara.
Kesimpulan dalam penelitian terdahulu adalah penerapan akuntansi (perhitungan dan pencatatan) aset tetap yang dilakukan oleh Badan Pendidikan Dan Pelatihan Provinsi Sulawesi Tenggara belum sesuai dengan PP. No. 24 Tahun 2005 Standar Akuntansi Pemerintahan.
Penelitian lainnya juga yang dijadikan bahan perbandingan dalam penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Laode Mufassir (2005) dengan judul Evaluasi Akuntansi Aset Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset daerah Kota Kendari .
Kesimpulan dalam penelitian terdahulu adalah pencatatan dan pelaporan atas perolehan, pemeliharaan, rehabilitasi dan perubahan klasifikasi aset tetap Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah kota Kendari sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan kecuali pencatatan dan pelaporan atas penyusutan aset tetap.
Adapun persamaan dan perbedaan dua penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan ini yaitu sama-sama meneliti mengenai akuntansi aset tetap, sedangkan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan ini adalah pada objek dan lokasi penelitian. Objek penelitian terdahulu pada pelaporan aset atas perubahan klasifikasi, dan penyusutan aset instansi pemerintah, sedangkan objek pada penelitian yang dilakukan ini pada pencatatan dan pelaporan dalam penambahan aset tetap termasuk perolehan, pemeliharaan, dan rehabilitasi asset tetap instansi pemerintah.2.2 Pengertian Akuntansi Pemerintah Daerah
2.2.1 Pengertian Akuntansi
Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa yang fungsinya menyediakan informasi keuangan suatu badan usaha, suatu organisasi. Informasi ini disajikan melalui laporan keuangan yang digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan meliputi : neraca, perhitungan rugi-laba, laporan perubahan modal, dan catatan atas laporan keuangan.
Menurut American Insitute of Certificated Public Accounting dalam Sofyan Syafri Harahap (2003 : 4) mendefinisikan akuntansi sebagai berikut :
Akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dan dalam ukuran moneter, transaksi dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan dan termasuk menafsirkan hasil-hasilnya.Sedangkan Acconunting Principle Board Statement nomor 4 dalam Sofyan Syafri Harahap (2003 : 4) mendefinisikan akuntansi sebagai berikut :
Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa, fungsinya adalah memberikan informasi kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang, mengenai suatu badan ekonomi yang dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan keputan ekonomi dasar memilih diantara beberapa alternnatif.
Thomas H. Dkk (2001 : 3) mendefinisikan akuntansi adalah sebagai berikut :
Akuntansi adalah suatu sistem yang mengukur aktivitas-aktivitas, memproses informasi tersebut kedalam bentik laporan-laporan, dan mengkomunikasikan kepada para pengambil keputusan.
Definisi akuntansi dapat juga dirumuskan dari beberapa sudut pandang yaitu dari sudut pemakai dan dari sudut proses kegiatannya. Ditinjau dari sudut pemakainya, akuntansi dapat disefinisikan sebagai suatu Disiplin yag menyediakan informasi yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efisien dan engevaluasi kegiatan-kegiatan suatu organisasi (Al Haryono Jusup, 1997:4).
Dari definisi ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Akuntansi diselenggarakan dalam suatu organisasi (biasanya berupa organisasi perusahaan). Informasi akuntansi yang dihasilkan adalah informasi tentang organisasi.
2. Informasi akuntansi sangat penting dalam menyelenggarakan kegiatan perusahaan. Informasi digunakan dalam pengambilan keputusan intern organisasi (oleh manajemen yaitu orang diberi tugas untuk memimpin perusahaan), dan juga untuk pengambilan keputusan oleh pihak ekstern perusahaan (oleh investor yaitu orang yang menanamkan uangnya dalam perusahaan untuk mendapatkan laba oleh kreditor yaitu orang-orang yang memberikan pinjaman kepada perusaaan dan pihak lainnya).
Jika ditinjau dari sudut kegiatannya, akuntansi dapat didefinisikan proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan, dan penganalisaan data keuangan suatu organisasi (Al Haryono Jusup, 1997:5). Dari definisi ini menunjukkan bahwa kegiatan akuntansi merupakan tugas yang kompleks dan menyangkut bermacam-macam kegiatan. Pada dasarnya akuntansi harus :
1. Mengidentifikasi data mana ysng berkaitan atau rrelevan dengan keputusan yang diambil
2. Memperoleh atau menganalisa data yang relevan.
3. Mengubah data menjadikan informasi yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan
Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa akuntansi adalah merupakan suatu proses pengolahan transaksi keuangan menjadi suatu informasi dalam bentuk laporan keuangan yang kemudian dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan baik bagi pihak intern maupun pihak ekstern seperti investor, kreditur, lembaga pemerintahan dan pemakai lainnya. 2.2.2 Pengertian Akuntansi Pemerintah Daerah
Berpijak pada PP Nomor 105 tahun 2000 pasal 5 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah, yang menyebutkan bahwa:
"Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka menyelenggarakan Pemerintah Daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut, dalam kerangka anggaran dan belanja daerah."
Abdul Halim (2004 :35) mendefinisikan akuntansi keuangan daerah adalah :
proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas pemerintah daerah-pemda (kabupaten, kota, atau provinsi) yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka pengambilan keputusan yang diperlukan oleh pihak-pihak ekternal entitas pemda (kabupaten, kota atau provinsi).
Indra Bastian mendefinisikan Akuntansi Pemerintah Daerah (Sektor Publik) adalah sebagai berikut :
Akuntansi Pemerintah Daerah (Sektor Publik) adalah mekanisme teknik dan analisis akuntansi yang diterapkan pada pengelolaan dana masyarakat di lembaga tinggi negara dan departemen-departemen dibawahnya pemerintah daerah, BUMN, BUMD, LSM, dan yayasan sosial, maupun pada proyek kerjasama publik dan swasta
Definisi dari pemerintah daerah yang dikutip dari peraturan pemerintah nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Pemerintah Daerah adalah penyelenggaraan urusan peerintah menurut asa otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip ekonomi seluas-luasnya dalam Sistem dan Prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sehingga Akuntansi Pemerintah Daerah dapat didefinisikan sebagai proses pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dalam ukuran moneter, transaksi dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan dan termasuk pelaporan hasil-hasilnya dalam penyelenggaraan urusan pemerintah menurut asa otonomi dan tugas pembantuan yang seluas-luasnya dalam Sistem dan Prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.2.3 Sistem Pencatatan Akuntansi Keuangan Daerah
Terdapat tiga (3) Sistem pencatatan akuntansi yang telah digunakan selama ini terdiri atas :
1. Single EntrySistem akuntansi keuangan Pemerintah Daerah dengan sistem akuntansi tunggal (single entry) hanya melakukan pencatatan dari satu sisi saja yakni transaksi yang berakibat bertambahnya kas akan dicatat pada sisi penerimaan (pendapatan), dan transaksi yang berakibat berkurangnya kas akan dicatat pada sisi pengeluaran (belanja).
Proses atau siklus akuntansi bertambahnya kas karena adanya transaksi penerimaan (pendapatan) atau berkurangnya kas karena transaksi pengeluaran (belanja rutin, gaji, dan proyek) akan dicatat dalam Buku Kas Umum (BKU) yang diselenggarakan oleh Bendaharawan di Dinas, Kantor, Badan ataupun Bagian Keuangan. Buku Kas Umum (BKU) penerimaan maupun pengeluaran kas pada awal bulan berikutnya harus dipertanggungjawaban kepada bagian keuangan untuk mendapatkan verifikasi (Bagian Verifikasi) apakah penerimaan atau pengeluaran sudah sesuai dengan ayat/ pasal anggaran yang telah ditentukan.
Single entry memiliki kelebihan yaitu mudah dipahami dan sederhana. Akan tetapi sistem ini mempunyai kelemahan yaitu : tidak mengakomodasi adanya perubahan aset non kas, jika terjadi penambahan atau pengurangan non kas misalnya pembelian inventaris kantor tidak dicatat sebagai aset, tetapi dicatat sebagai belanja barang/belanja pembangunan, demikian juga jika terjadi kewajiban kepada pihak ketiga atas pembelian aset, maka transaksi tersebut tidak dicatat sebagai kewajiban, tetapi hanya sebagai pengeluaran (belanja barang/pembangunan).Transparansi aset, kewajiban dan ekuitas entitas pada saat tertentu tidak terakomodasi dalam sistem ini. Oleh karena sistem ini tidak mampu untuk menghasilkan satu set laporan keuangan yang memadai.
Output laporan keuangan yang dihasilkan dalam sistem ini yaitu: Laporan Realisasi Anggaran, dan Nota Perhitungan Keuangan. Sistem administrasi keuangan dengan pasal/ayat anggaran tidak memberi keleluasan daerah untuk mengembangkan potensi yang ada terutama dalam memanfaatkan sumber-sumber pembiayaan lain (misalnya: kerjasama dengan swasta atau pinjaman jangka panjang) seandainya telah dilakukan, transparansi laporan belum terakomodasi oleh sistem ini.
2. Double EntryDouble entry banyak memiliki kelebihan dibandingkan dengan single entry, karena setiap kejadian atau transaksi keuangan akan dicatat pada dua sisi (berpasangan/ganda). Dalam pencatatan akuntansinya ada sisi debit dan kredit. Perubahan terhadap aset, kewajiban dan ekuitas entitas Pemerintahan Daerah akan terakomodasi dan dapat dipertanggungjawabkan. Transaksi yang berakibat bertambahnya aset dan belanja akan dicatat pada sisi debet, sedangkan yang berakibat berkurangnya aset dan belanja akan dicatat pada sisi kredit. Sebaliknya kewajiban dan ekuitas serta pendapatan apabila transaksi bertambah mengakibatkan bertambahnya kewajiban, ekuitas dan pendapatan akan dicatat pada sisi kredit, dan jika berkurang akan dicatat pada sisi debit.
Persamaan dasar akuntansi berbentuk sebagai berikut:
ASET + BELANJA = KEWAJIBAN + EKUITAS + PENDAPATANTransaksi keuangan atas perubahan aset, kewajiban, dan ekuitas baik penambahan maupun pengurangan dalam double entry selalu dicatat bukan hanya penerimaan dan pengeluaran kas saja. Akibatnya, produk dari sistem ini tidak hanya menampilkan Laporan Realisasi Anggaran. Akan tetapi dapat menyajikan satu set laporan keuangan yang memadai yaitu: Neraca, Laporan Relasasi Anggaran, Laporan Aliran Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan juga dapat dapat ditampilkan.
3. Triple Entry
Sistem pencatatan triple entry adalah pelaksanaan pencatatan dengan menggunakan sistem pencatatan double entry, ditambah dengan pencatatan pada buku anggaran. Oleh karena itu, sementara sistem pencatatan double entry dijalankan, sub bagian pembukuan (bagian keuangan) pemerintah daerah juga mencatat transaksi tersebut pada buku anggaran, sehingga pencatat tersebut akan berefek pada sistem anggaran.
2.4 Konsep Aset Tetap
2.4.1 Definisi Aset Tetap
PP No.24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan mendefinisikan aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.16 menyatakan bahwa aset tetap aset berwujud yang
a. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang dan jasa untuk direntalkan kepada pihak-pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan
b. Diharapkan untuk digunakan selama satu periode
Theodorus M. Tuanakotta (2000: 234) menyatakan bahwa aktiva tetap merupakan aktiva perusahaan yang tidak dimaksudkan untuk diperjualbelikan melainkan untuk digunakan dalam kegiatan pemeriksaan, yang umumnya lebih dari satu tahun dan merupakan pengeluaran dalam jumlah yang besar
Menurut Zaki Baridwan (2004:271) yang dimaksud dengan aktiva tetap berwujud adalah aktiva-aktiva yang berwujud yang sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal
Soemarso SR (2005:247) memberikan pengertian aktiva tetap yaitu : Aktiva tetap yaitu aktiva bernilai besar yang digunakan untuk kegiatan perusahaan, bersifat tetap atau permanen dan tidak untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan.
Aset tetap dalam PSAP 07 paragraf 5 didefinisikan adalah asset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk dugunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.
Aset tetap sering merupakan suatu bagian utama aset pemerintah, dan karenanya signifikan dalam penyajian neraca . Termasuk dalam aset tetap pemerintah adalah :
a) Aset tetap yang dimiliki oleh entitas pelaporan namun dimanfaatkan oleh entitas lainnya , misalnya instansi pemerintah lainnya, universitas, dan kontraktor;
b) Hak atas tanah.
Tidak termasuk dalam definisi aset tetap aset yang dikuasai untuk dikonsumsi dalam operasi pemerintah, seperti bahan (materials) dan perlengkapan (supplies).
2.4.2 Klasifikasi Aset Tetap
Aset tetap menurut PP No.24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dikasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat dan fungsinya dalam aktivitas operasi entitas. Berikut adalah klasifikasi aset tetap yang digunakan:
(a) Tanah;
(b) Peralatan dan mesin;
(c) Gedung dan Bangunan;
(d) Jalan, Irigasi, dan Jaringan
(e) Aset Tetap lainnya; dan
(f) Kontruksi dalam Pengerjaan.
Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap ialah tanah yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat elektonik, dan seluruh inventaris kantor, dan peralatan lainnya yang nilainya signifikan dan masa manfaatnya lebih lebih dari 12 (dua belas) bulan dalam kondisi siap pakai. Jalan, irigasi dan jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun oleh pemerintah serta dimiliki dan/atau dikuasai oleh pemerintah dan dalam kondisi siap pakaiAset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan kedalam kelompok aset tetap diatas, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap pakai. Kontruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang dalam prosese pembangunan namun dalam pada tanggal laporan keuangan belum selesai semuanya. Aset tetap yang tidak digunakan untuk keperluan operasional pemerintah tidak memenuhi definisi aset tetap harus disajikan dipos aset lainnya sesuai dengan nilai tercatatnya.
Menurut Permendagri No.17 Tahun 2007 Barang milik daerah meliputi :
a. Barang yang dibeli atau yang diperoleh atas beban APBD dan
b. Barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah meliputi hibah/sumbangan atau yang sejenis, barang yang diperoleh sebagai pelakssanaan perjanjian/kontrak, barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang atau barang yang diperoleh bedasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Pengelolaan barang milik daerah meliputi :
a. Perencanaan kebutuhan dan penganggaran
b. Pengadaan
c. Penerimaan, penyimpanan, dan penyaluran
d. Penggunaan
e. Penatausahaan
f. Pemanfaatan,
g. Pengamanan dan pemanfaatan
h. Pengamanan dan pemeliharaan
i. Penilaian
j. Pengapusan
k. Pemindahtanganan
l. Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian
m. Pembiayaan
n. Tuntutan ganti rugi
2.4.3 Pengakuan Aset Tetap
Pengakuan (recognition) adalah penentuan kapan suatu transaksi akan dicatat di neraca sebagai aset, kewajiban, dan ekuitas entitas pada suatu saat tertentu, dan di Laporan Realisasi Anggaran sebagai pendapatan, belanja, dan pembiayaan pada periode tertentu, sehingga dibutuhkan suatu sistem/basis/dasar akuntansi.
Kriteria pengakuan menurut IAI ada dua, yaitu:
1. Manfaat ekonomi yang berkaitan dengan pos (bagian dari elemen) tersebut akan mengalir dari atau ke dalam entitas.
2. Mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
Menurut PP No.24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan bahwa untuk dapat diakui sebagai aset tetap, suatu aset harus berwujud dan mempunyai kriteria :
(a) Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;
(b) Biaya perolehan asset dapat diukur secara andal;
(c) Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas; dan
(d) Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakanDalam menentukan apakah suatu pos mempunyai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan, suatu entitas harus menilai manfaat ekonomik masa depan yang dapat diberikan oleh pos tersebut, baik langsung maupun tidak langsung , bagi kegiatan operasional pemerintah. Manfaat tersebut dapat berupa aliran pendapatan atau penghematan belanja bagi pemerintah. Masa manfaat ekonomi masa yang akan datang akan mengalir ke suatu entitas dapat dipastikan bila entitas tersebut akan menerima manfaat dan menerima risiko terkait. Kepastian ini biasanya hanya tersedia jika manfaat dan risiko telah diterima entitas tersebut. Sebelum hal ini terjadi, perolehan aset tidak dapat diakui.
Pengukuran dapat dipertimbangkan andal biasanya dipenuhi bila terdapat transaksi pertukaran dengan bukti pembelian aset tetap yang mengidentifikasikan biayanya. Dalam keadaan suatu aset yang dikonstruksi/ dibangun sendiri, suatu pengukuran yang dapat diandalkan atas biaya dapat diperoleh dari transaksi pihak eksternal dengan entitas tersebut untuk perolehan bahan baku, tenaga kerja, dan biaya lain yang digunakan dalam proses konstruksi. Tujuan utama dari perolehan aset tetap adalah untuk digunakan untuk pemerintah dalam mendukung kegiatan operasionalnya dan bukan dimaksudkan untuk dijual.
Pengakuan aset tetap akan sangat andal bila aset tetap telah diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan atau pada saat penguasaannya berpindah. Saat pengakuan aset akan lebih dapat diandalkan apabila terdapat bukti bahwa telah terjadi perpindahan hak kepemilikan dan/atau penguasaan secara hukum, misalnya sertifikat tanah dan bukti atau bukti kendaraan bermotor. Apabila perolehan aset tetap belum didukung dengan bukti secara hukum dikarenakan masih adanya satu proses administrasi yang diharuskan, seperti pembelian tanah yang masih aharus diselesaikan proses jual beli (akta) dan sertfikat kepemilikannya pada instansi berwenang, maka aset tetap tesebut harus diakui pada saat terdapat bukti bahwa penguasaan atas aset tetap tersebut telah berpindah, misanya telah terjadi pembayaran dan penguasaan atas sertifikat tanah atas nama pemilik sebelumnya.
2.4.4 Pengukuran aset tetap
Pengukuran Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memung-kinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan.
Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aset tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dipergunakan. Masa manfaat adalah periode suatu aset diharapkan digunakan untuk aktivitas pemerintahan dan/atau pelayanan publik; atau Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aset untuk aktivitas pemerintahan dan/atau pelayanan publik.
Biaya perolehan aset tetap yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut.
2.4.5 Penilaian Awal Aset Tetap
Penilaian Awal Aset Tetap Barang berwujud yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai suatu aset dan dikelompokkan sebagai aset tetap, pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya perolehan. Bila aset tetap diperoleh dengan tanpa nilai, biaya aset tersebut adalah sebesar nilai wajar pada saat aset tersebut diperoleh. Untuk keperluan penyusunan neraca awal suatu entitas, biaya perolehan aset tetap yang digunakan adalah nilai wajar pada saat neraca awal tersebut disusun. Untuk periode selanjutnya setelah tanggal neraca awal, atas perolehan aset tetap baru, suatu entitas menggunakan biaya perolehan atau harga wajar bila biaya perolehan tidak ada.2.4.6 Penyusutan Aset Tetap
Penyesuaian nilai aset tetap dilakukan dengan berbagai metode yang sistematis sesuai dengan masa manfaat. Metode penyusutan yang digunakan harus dapat menggambarkan manfaat ekonomik atau kemungkinan jasa (service potential) yang akan mengalir ke pemerintah. Nilai penyusutan untuk masing-masing periode diakui sebagai pengurang nilai tercatat aset dan Diinvestasikan dalam Aset Tetap. Masa manfaat aset tetap dapat disusutkan harus ditinjau secara periodik dan jika terdapat perbedaan besar dari estimasi sebelumnya, penyusutan periode sekarang dan yang akan datang harus dilakukan penyesuaian.
Menurut PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan metode penyusutan dapat dipergunakan antara lain :
(a) Metode garis lurus (straight line method); atau
(b) Metode saldo menurun ganda (double declining balanced method)
(c) Metode unit produksi (unit of production method)2.5 Akuntansi Aset Tetap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Berdasarkan PP No. 24 Tahun 2005 Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 Tahun 2006 (2006 : 96-97) prosedur akuntansi aset tetap pada SKPD meliputi pencatatan dan pelaporan akuntansi atas perolehan, pemeliharaan, rehabilitasi, perubahan klasifikasi, dan penyusutan terhadap aset tetap yang dikuasai/digunakan SKPD. Pemeliharaan aset tetap yang bersifat rutin dan berkala tidak dikapitalisasi. Rehabilitasi yang bersifat sedang dan berat dikapitalisasi apabila memenuhi kriteria : menambah volume, menambah kapasitas, meningkatkan fungsi, meningkatan efisiensi dan/atau menambah masa manfaat. Perubahan klasifikasi aset tetap berupa perubahan aset tetap ke klasifikasi selain aset tetap atau sebaliknya. Transaksi-transaksi tesebut secara garis besar digolongkan dalam 2 kelompok besar transaksi yaitu :
a) Penambahan nilai aset
b) Pengurangan nilai aset
Adapun langkah-langkah didalam pencatatan transaksi akuntansi aset SKPD yaitu :
a. Berdasarkan transaksi yang berupa :
1. Berita acara penirimaan barang, dan atau
2. Berita acara serah terima barang, dan atau
3. Berita acara penyelesaiaan barang.
PPK-SKPD membuat bukti memorial. Bukti memorial tersebut dapat dikembangkan dalam format yang sesuai dengan kebutuhan yang sekurang-kurangnya memuat informasi mengenai :
1. Jenis/nama aset tetap.
2. Kode rekening terkait.
3. Klasifikasi aset tetap.
4. Nilai aset tetap.
5. Tanggal transaksi
b. Dalam kasus penambahan aset, berdasarkan bukti memorial tersebut, PPK-SKPD mengakui penambahan aset dengan menjurnal aset sesuai jenisnya didebit dan Diinvestasikan dalam Aset Tetap di kredit.
Aset
XXX
Dinvestasikan Dalam Aset Tetap
XXX
Dalam kasus pengurangan aset, berdsarkan bukti memorial PPK-SKPD mengakui pengurangan aset dengan menjurnal Dinvestasikan Dalam Aset Tetap di debit dan Aset sesuai jenisnya di kredit
Dinvestasikan Dalam Aset Tetap
XXX
Aset Tetap
XXX
c. Secara periodik, buku jurnal atas transaksi aset tetap tersebut diposting kedalam buku besar rekening berkenaan
d. Setiap akhir periode semua buku besar ditutup sebagai dasar penyusunan laporan keuangan SKPD
Ilustrasi jurnal
Pencatatan aset tetap dalam buku jurnal merupakan proses lanjutan dari pencatatan belanja daerah yang menghasilkan aset tetap. Oleh karena itu , jurnal untuk mencatat saat perolehan aset tetap sebagai jurnal collolary. Pencatatan aset tetap dapat dilakukan baik oleh SKPD maupun SKPKD, bergantung pada siapa yang melakukan belanja atas aset tersebut. Berikut adalah beberapa contoh jurnal terkait dengan aset tetap. Dinas Kesehatan akan digunakan sebagai ilustrasi SKPD.a. Perolehan Aset Tetap
1. Pembelian
Dinas Kesehatan membeli papan tulis elektronik untuk ruang meeting dengan harga jual 3 juta rupiah. Agar papan tulis elektronik ini siap digunakan, ada biaya-biaya tambahan yang harus dibayar meliputi biaya pengangkutan dan biaya instalasi masing-masing sebesar 100 ribu rupiah. Oleh karena itu dinas Kesehatan akan mencatat nilai papan tulis elektronik tersebut sebesar 3.2 juta rupiah.
Belanja Modal- Papan Tulis Elektronik Rp. 3.200.000,00 Kas di Bendahara Pengeluaran Rp. 3.200.000,00Peralatan Kantor-Papan Tulis Elektronik Rp. 3.200.000,00
Diinvestasikan Dalam Aset Tetap Rp. 3.200.000,00( Pembelian papan tulis elektronik)
2. Hibah/Donasi
Pemda memperoleh donasi dari Bank Dunia berupa lima buah mobil Kijang dengan tipe dan kriteria yang sama tersebut mempunyai nilai wajar masing-masing sebesar 120 juta rupiah. Aset tersebut kemudian diserahkan kepada SKPD. Maka jurnal yang harus dinuat diakuntansi di SKPKD adalah :
Kendaraan Rp. 600.000.000,00
Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp. 600.000.000,00(penerimaan hibah berupa mobil Kijang dari Bank Dunia)
b. Penyusutan
Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset tetap dapat disusutkan dengan sifat dan karakteristik aset tersebut. Jurnal penyusutan aset tetap ini dibuat diakhir tahun.
Diinvestasikan Pada Aset Tetap
6.000.000,00Akumulasi Depr. Aset Tetap 6.000.000,00(Penyusutan papan tulis elektronik oleh Dinas Kesehatan dengan metode garis lurus dan estimasi masa manfaat AC selama 5 tahun)
c. Kontruksi Dalam Pengerjaan
Pemda sedang mendirikan bangunan puskesmas. Gedung puskesmas ini akan dibangun Dinas Kesehatan pada tahun 2006. Tanggal 31 Desember 2006 puskesmas tersebut belum selesai dibangun. Maka Dinas Kesehatan akan mencatat jurnal sebagai berikut ;
Kontruksi Dalam Pengerjaan 100.000.000,00Diinvestasikan dalam Aset Tetap 100.000.000,00(Mencatat biaya yang telah dikeluarkan selama pembangunan sampai 31 Desember 2006).
Pada 31 Mei 2007, puskesmas telah selesai dibangun. Maka Dinas Kesehatan menjurnal sebagai berikut :
Diinvestasikan dalam Aset Tetap 100.000.000,00
Kontruksi dalam Pengerjaan 100.000.000,00(Jurnal balik atas pencatatan terdahulu yang telah dicatat)
Gedung 100.000.000,00Diinvestasikan dalam Aset Tetap 100.000.000,00(Mencatat pada pos aset yang bersangkutan)
d. Pelepasan Aset Tetap
Di kantor Dinas Kesehatan, terdapat lima buah komputer lama yang rusak dan tidak terpakai. Atas persetujuan Kepala Daerah dilakukan penhapusan atas komputer tersebut, Kepala Dinas melakukan pelelangan ke masyarakat. Uang hasil penjualan komputer tersebut akan dicatat sebagai Lain-lain PAD yang Sah.
Diinvestasikan dalam Aset Tetap 5.000.000,00Peralatan Komputer 5.000.000,00Kas di Bendahara Penerimaan 5.000.000,00Lain-lain PAD yang Sah 5.000.000,00(jurnal untuk mencatat pengurangan aset tetap dan penerimaan pendapatan dari hasil pelepasan aset)
2.6 Konsep Belanja Barang dan Belanja Modal
2.6.1 Pengertian Belanja Barang Dan Belanja Modal
Belanja Barang adalah pembelian barang dan jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun yang tidak dipasarkan. Belanja Barang antara lain dapat dikelompokkan kedalam 3 kategori belanja yaitu:
1. Belanja pengadaan barang dan jasa.
Belanja pengadaan barang yang tidak memenuhi nilai kapitalisai dalam laporan keuangan dikategorikan kedalam belanja barang operasional dan belanja barang non operasional. Belanja pengadaan jasa konsultan tidak termasuk dalam kategori kelompok belanja jasa.
2. Belanja pemeliharaan.
Belanja Pemeliharaan yang dikeluarkan dan tidak menambah dan memperpanjang masa manfaat dan atau kemungkinan besar tidak memberi manfaat ekonomik di masa yang akan datang dalam bentuk kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja tetap dikategorikan sebagai belanja pemeliharaan dalam laporan keuangan.
3. Belanja perjalanan.
Belanja Perjalanan yang dikeluarkan tidak untuk tujuan perolehan aset tetap dikategorikan sebagai belanja perjalanan dalam laporan keuangan.
Belanja Modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetap/inventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk didalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan kualitas aset.
Belanja Modal dapat dikategorikan dalam 5 (lima) kategori utama:
1. Belanja Modal Tanah
Belanja Modal Tanah adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/pembeliaan/pembebasan penyelesaian, balik nama dan sewa tanah, pengosongan, pengurugan, perataan, pematangan tanah, pembuatan sertipikat, dan pengeluaran lainnya sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan sampai tanah dimaksud dalam kondisi siap pakai.
2. Belanja Modal Peralatan dan Mesin
Belanja Modal Peralatan dan Mesin adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian, dan peningkatan kapasitas peralatan dan mesin serta inventaris kantor yang memberikan manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan dan sampai peralatan dan mesin dimaksud dalam kondisi siap pakai.
3. Belanja Modal Gedung dan Bangunan
Belanja Modal Gedung dan Bangunan adalah pengeluaran/ biaya yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan pembangunan gedung dan bangunan yang menambah kapasitas sampai gedung dan bangunan dimaksud dalam kondisi siap pakai.
4. Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan
Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian/peningkatan pembangunan/pembuatan serta perawatan, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan jalan irigasi dan jaringan yang menambah kapasitas sampai jalan irigasi dan jaringan dimaksud dalam kondisi siap pakai.
5. Belanja Modal Fisik Lainnya
Belanja Modal Fisik Lainnya adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian/peningkatanpembangunan/ -pembuatan serta perawatan terhadap Fisik lainnya yang tidak dapat dikategorikan kedalam kriteria belanja modal tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, dan jalan irigasi dan jaringan, termasuk dalam belanja ini adalah belanja modal kontrak sewa beli, pembelianbarang-barang kesenian, barang purbakala dan barang untuk museum, hewan ternak dan tanaman, buku-buku, dan jurnal ilmiah.
2.6.2 Perlakuan Akuntansi Atas Belanja Barang Dan Belanja Modal
Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah, khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan. Belanja dalam tatanan akuntansi pemerintah dikalsifikasikan menurut klasifikasi ekonomi, organisasi dan fungsi. Pembahasan selanjutnya hany akan kita fokuskan pada klasifikasi ekonomi.
Klasifikasi Ekonomi adalah pengelompokkan belanja yang didasarkan pada jenis belanja untuk melaksanakan suatu aktivitas yang dapat kita kategorikan menjadi:
a) Belanja Pegawai
b) Belanja Barang
c) Belanja Modal
d) Belanja Bunga
e) Belanja Subsidi
f) Belanja Hibah
g) Belanja Bantuan Sosial
h) Belanja Lain-lainBelanja Barang
Perlakuan Akuntansi terhadap belanja barang sebagaimana tersebut diatas dapat dikelompokkan menjadi:
1. Belanja Pemeliharaan yang dikeluarkan setelah perolehan aset tetap yang menambah dan memperpanjang masa manfaat dan atau kemungkinan besar memberi manfaat ekonomik di masa yang akan datang dalam bentuk kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja harus dikapitalisasi ke dalam belanja modal dan masuk ke dalam laporan keuangan sebagai penambahan nilai aset tetap dan diberikan penjelasan di dalam Catatan Atas Laporan Keuangan.
2. Belanja Perjalanan yang dikeluarkan untuk tujuan perolehan aset tetap harus dikapitalisasi ke dalam belanja modal dan masuk ke dalam laporan keuangan sebagai penambahan nilai aset tetap dan diberikan penjelasan di dalam Catatan Atas Laporan Keuangan.
3. Belanja Pengadaan Barang yang memenuhi nilai kapitalisasi aset tetap (KMK.01/2001)dimasukkan kedalam kategori belanja modal yang masuk ke dalam laporan keuangan sebagai penambahan nilai aset tetap dan tidak dapat dikelompokkan kedalam belanja barang.
Belanja Modal.
Komponen Biaya
Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri dari harga belinya atau konstruksinya, termasuk bea impor dan setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung dalam membawa aset tersebut ke kondisi yang membuat aset tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan.
Tabel 2.1 Klasifikasi Belanja Modal dan Komponen Biaya
Jenis Belanja Modal
Komponen Biaya yang dimungkinkan di dalam Belanja Modal
Belanja Modal Tanah
Belanja Modal Pembebasan Tanah
Belanja Modal Pembayaran Honor Tim Tanah
Belanja Modal Pembuatan Sertifikat Tanah
Belanja Modal Pengurugan dan Pematangan Tanah
Belanja Modal Biaya Pengukuran Tanah
Belanja Modal Perjalanan Pengadaan Tanah
Jenis Belanja Modal
Komponen Biaya yang dimungkinkan di dalam Belanja Modal
Belanja Modal Gedung dan
Bangunan
Belanja Modal Peralatan dan Mesin
Belanja Modal Bahan Baku Gedung dan Bangunan
Belanja Modal Upah Tenaga Kerja dan Honor Pengelola Teknis Gedung dan Bangunan
Belanja Modal Sewa Peralatan Gedung dan Bangunan
Belanja Modal Perencanaan dan Pengawasan Gedung dan Bangunan
Belanja Modal Perizinan Gedung dan Bangunan
Belanja Modal Pengosongan dan Pembongkaran Bangunan Lama Gedung dan Bangunan
Belanja Modal Honor Perjalanan Gedung dan Bangunan
Belanja Modal Bahan Baku Peralatan dan Mesin
Belanja Modal Upah Tenaga Kerja dan Honor Pengelola Teknis Peralatan dan Mesin
Belanja Modal Sewa Peralatan, Peralatan dan Mesin
Belanja Modal Perencanaan dan Pengawasan
Peralatan dan Mesin
Belanja Modal Perizinan Peralatan dan Mesin
Belanja Modal Pemasangan Peralatan dan Mesin
Belanja Modal Perjalanan Peralatan dan Mesin.
Jenis Belanja Modal
Komponen Biaya yang dimungkinkan di dalam Belanja Modal
Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan
Belanja Modal Bahan Baku Jalan dan Jembatan
Belanja Modal Upah Tenaga Kerja dan Honor Pengelola Tekhnis Jalan dan Jembatan
Belanja Modal Sewa Peralatan Jalan dan Jembatan
Belanja Modal Perencanaan dan Pengawasan Jalan dan Jembatan
Belanja Modal Perizinan Jalan dan Jembatan
Belanja Modal Pengosongan dan Pembongkaran Bangunan Lama Jalan dan Jembatan
Belanja Modal Perjalanan Jalan dan Jembatan
Belanja Modal Bahan Baku Irigasi dan Jaringan
Belanja Modal Upah Tenaga Kerja dan Honor Pengelola Teknis Irigasi dan Jaringan
Belanja Modal Sewa Peralatan Irigasi dan Jaringan
Belanja Modal Perencanaan dan Pengawasan Irigasi dan Jaringan
Belanja Modal Perizinan Irigasi dan Jaringan
Belanja Modal Pengosongan dan Pembongkaran Bangunan Lama Irigasi dan Jaringan.
Jenis Belanja ModalKomponen Biaya yang dimungkinkan di dalam Belanja Modal
Belanja Modal Fisik LainnyaBelanja Modal Bahan Baku Fisik Lainnya
Belanja Modal Upah Tenaga Kerja dan Pengelola Teknis Fisik Lainnya
Belanja Modal Sewa Peralatan Fisik Lainnya
Belanja Modal Perencanaan dan Pengawasan Fisik Lainnya
Belanja Modal Perizinan Fisik Lainnya
Belanja Modal Jasa Konsultan Fisik Lainnya
Sumber : http://www.ksap.org/RisetBelanja Modal SwakelolaBelanja Modal yang dilaksanakan secara swakelola dan memiliki output berupa aset tetap, seluruh pengeluaran termasuk upah, perjalanan dinas, dan bahan-bahan/asistensi dan komponen biaya tersebut diatas diakui sebagai nilai perolehan aset tetap.
2.6.3 Ilustrasi Jurnal Atas Belanja Modal
Belanja Modal Tanah
Contoh : Penerimaan SP2D dan cek berdasarkan SPM LS atas pembebasan tanah untuk kantor Rp 725.000.000
Maka jurnalnya adalah :
Belanja Modal Pengadaan Tanah Rp 725.000.000,00
Hubungan rekening Belanja dengan BUD Rp 725.000.000,00Jurnal korolari
Tanah Kantor Rp 725.000.000,00Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp 725.000.000,00Belanja Modal Gedung dan Bangunan
Contoh : Penerimaan SP2D & cek berdasarkan SPM LS atas pembebasan Gedung dan bangunan untuk kantor Rp 3.650.000.000
jurnalnya adalah :
Belanja Modal Pengadaan Gedung dan Bangunan Rp 3.650.000.000
Hubungan rekening Belanja dengan BUD Rp 3.650.000.000
Jurnal korolari
Gedung dan Bangunan Rp 3.650.000.000
Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp 3.650.000.000
Belanja Modal Peralatan dan Mesin
Contoh : Penerimaan SP2D dan cek berdasarkan SPM LS atas pembayaran Peralatan dan Mesin untuk kantor Rp 9.900.000.000
jurnalnya adalah :
Belanja Modal Pengadaan Peralatan dan Mesin Rp 9.900.000.000
Hubungan rekening Belanja dengan BUD Rp 9.900.000.000
Jurnal korolari
Peralatan dan Mesin Rp 9.900.000.000
Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp 9.900.000.000
Kontruksi Dalam Pengerjaan
Disamping itu jika pembagunan dan perolehan terhadap aset tidak bersifat final dan berkelanjutan dimana harus ada kesimbangan antara arus uang dan arus barang, maka menurut standar perlu ada perkiraan untuk melakukan pencatatan tersebut Perkiraan yang dimaksud adalah Kontruksi Dalam Pengerjaan yang terjadi karena Belanja Modal yang dikeluarkan untuk tujuan pembentukan barang modal yang masa pembangunannya belum selesai sampai pada saat tanggal laporan keuangan. Penyajian perkiraan dimaksud diikuti dengan memberikan penjelasan didalam Catatan Atas Laporan Keuangan. Penyajian perkiraan Kontruksi Dalam Pengerjaan ini dilakukan pada saat penyusunan laporan keuangan Semester dan Tahunan.
Contoh : Penerimaan SP2D dan cek atas penerbitan SPM LS untuk angusaran (termin) pembayaran pekerjaan Rp 38.500.000.000
jurnalnya adalah :
Belanja Modal Kontruksi jalan Rp 38.500.000.000
Hubungan rekening Belanja dengan BUD Rp 38.500.000.000
Jurnal korolari
Kontruksi dalam pengerjaan Rp 38.500.000.000
Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp 38.500.000.000
Jika pada akhir periode telah dilakukan penyelesaian dan telah diserahterimakan, maka jurnal tersebut diatas akan dibalik dan diikuti dengan nilai aset sesungguhnya yang dihasilkan. Jurnal dimaksud adalah:
Contoh : Penerbitan SP2D dan cek atas penerbitan SPM LS untuk Pelunasan (termin terakhir) pembayaran pekerjaan peningkatan jalan sebesar Rp 19.200.000.000. Karena pekerja telah selesai maka dibuat berita acara penyerahan dari rekanan kepada kepala dinas prasarana wilayah. Nilai pekerjaan yang telah selesai dikerjakan Rp 57.700.000.000 (Rp 38.500.000.000 + Rp 19.200.000.000)
Jurnalnya adalah :
Belanja Modal Pengadaan kontruksi jalan Rp 19.200.000.000
Hubungan rekening Belanja dengan BUD Rp 19.200.000.000
Jurnal korolari
Kontruksi dalam pengerjaan Rp 19.200.000.000
Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp 19.200.000.000
Jurnal penyelesaian dan Penyerahan Pekerjaan
Jalan Rp 57.700.000.000
Kontruksi dalam pengerjaan Rp 57.700.000.000
2.7 Penyajian Aset Dalam Neraca
Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) 01 paragraf 38 dinyatakan bahwa neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, ekuitas dana pada tanggal tertentu.
Neraca mencantumkan sekurang-kurangnya pos-pos berikut :
a) kas dan setara kas;
b) investasi jangka pendek;
c) piutang pajak dan bukan pajak;
d) persediaan;
e) investasi jangka panjang;
f) aset tetap;
g) kewajiban jangka pendek;
h) kewajiban jangka panjang;
i) ekuitas dana.
Pos-pos selain yang disebutkan diatas disajikan dan Neraca jika Standar Akuntansi Pemerintahan mensyaratkan, atau jika penyajian demikian perlu untuk menyajikan secara wajar posisi keuangan suatu entitas pelaporan. Contoh format neraca yang disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan sebagai berikut :Tabel 2.2 Format Neraca Sesuai Standar Akuntansi PemerintahanN E R A C A
PEMERINTAH/PROVINSI/KABUPATEN/KOTA
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
(DALAM RUPIAH)
NoUraian20X120X0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1011
12
13
14
15
16
17
18
19ASET
ASET LANCAR
Kas di Kas Daerah
Kas di Bendahara Pengeluaran
Kas di Bendahara Penerimaan
Investasi Jangka Panjang
Piutang Pajak
Piutang Retribusi
Bagian lancar pijaman kepada perusahaan Negara
Bagian lancar pinjaman kepada perusahaan DaerahBagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Pusat
Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya
Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran
Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan
Bagian Gaji Tuntutan Ganti Rugi
Piutang Lainnya
Persediaan
Jumlah Aset Lancar (3 s/d 17)
INVESTASI JANGKA PANJANG
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx xxx
No Uraian 20X1 20X0
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
Investasi Nonpermanen
Pinjaman kepada Perusahaan Negara
Pinjaman kepada Perusahaan Daerah
Pinjaman kepada Pemerintah Daerah lainnya
Investasi dalam Surat Utang Negara
Investasi dalam Proyek Pembangunan
Investasi Nonpermanen Lainnya
Jumlah Investasi Nonpermanen (21 s/d 26)
Investasi Permanen
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
Investasi Permanen Lainnya
Jumlah Investasi Permanen ( 29 s/d 30)
Jumlah Investasi Jangka Panjang
(27 s/d 31)
ASET TETAP
Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan
Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Aset Tetap Lainnya
Kontruksi dalam Pengerjaan
Akumulasi Penyusutan
Jumlah Aset Tetap (34 s/d 40)
DANA CADANGAN
Dana Cadangan
Jumlah Dana Cadangan (43)
ASET LAINNYA
Tagihan Penjualan Angsuran
Tuntutan Perbendaharaan
Tuntutan Ganti Rugi
Kemitraan dengan Pihak Ketiga
Aset Tak Berwujud
Aset Lain-lain
Jumlah Aset Lainnya (46 s/d 51)
JUMLAH ASET (18+32+41+44+52)KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
Utang Bunga
Bagian Lancar Utang Dalam Negeri Pemerintah Pusat
Bagian Lancar Utang Dalam Negeri Pemerintah Daerah Lainnya
Bagian Lancar Utang Dalam Negeri Lembaga Keuangan Bankxxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxxxxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxxxxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxxxxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxxxxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxxxxx
xxx
xxx
xxx
No Uraian 20X1 20X0
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
Bagian Lancar Utang Dalam Negeri LembagaKeuangan Bukan Bank
Bagian Lancar Utang Dalam Negeri Obligasi
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Lainnya
Utang Jangka Pendek Lainnya
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (56 s/d 64)
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Utang Dalam Negeri Pemerintah Pusat
Utang Dalam Negeri Pemerintah Daerah Lainnya
Utang Dalam Negeri Lembaga Keuangan Bank
Utang Dalam Negeri Lembaga Keuangan Bukan Bank
Utang Dalam Negeri Obligasi
Utang Jangka Panjang Lainnya
Jumlah Kewajiban Jangka Panjang
(67 s/d 72)
JUMLAH KEWAJIBAN (65+73)
EKUITAS DANA
EKUITAS DANA LANCAR
Sisa Lebih Pembayaran Anggaran (SiLPA)
Pendapatan yang Ditangguhkan
Cadangan Piutang
Cadangan Persediaan
Dana yang Harus Disediakan Untuk
Pembayaran Utang Jangka Pendek
Jumlah Ekuitas Dana Lancar (77 s/d 81)EKUITAS DANA INVESTASI
Diinvestasikan dalam investasi Jangka Panjang
Diinvestasikan Dalam Aset Tetap
Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya
Dana yang Harus Disediakan untuk
Pembayaran Utang Jangka Panjang
Jumlah Ekuitas Dana Investasi (84 s/d 87)
EKUITAS DANA CADANGAN
Diinvestasikan dalam Dana Cadangan xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxxxxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxxxxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
Xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxxxxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxxxxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
No Uraian20X120X0
91
92Jumlah Ekuitas Dana Cadangan (90)
JUMLAH EKUITAS DANA
(82+88+91)
XxxXxx
JUMLAH KEWAJIBAN DAN
EKUITAS DANA (74+92)XxxXxx
Sumber : PP No. 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan 2.8 Kerangka Pemikiran
Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Propinsi Sulawesi Tenggara adalah salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang diwajibkan melaksanakan penatausahaan keuangan daerah untuk menciptakan pengelolaan pemerintah yang baik dan bersih (good governance dan clean governance).
Aset Tetap sebagai salah satu pos dalam neraca, yang mempengaruhi laporan rugi laba melalui pos beban penyusutan atau beban lain merupakan pos yang memerlukan suatu pengelolaan dan kebijakan yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Peemerintah baik pengakuan, pengukuran, maupun ketelitian dalam pencatatan akuntansinya.
Berkaitan dengan penelitian ini penulis ingin mengetahui apakah pencatatan dan pelaporan atas perolehan, pemeliharaan, rehabilitasi, perubahan klasifikasi, dan penyusutan terhadap aset tetap Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Propinsi Sulawesi Tenggara sesuai dengan Pereturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).Untuk mengetahui hal tersebut maka dalam penelitian ini penulis menggunakan alat analisis deskiptif . Untuk lebih jelasnya maka dapat dilihat pada skema berikut ini :Gambar 2.1 : Skema Kerangka Pikir
BAB III
METODE PENELITIAN3.1 Objek Penelitian
Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah pencatatan dan pelaporan aset Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Propinsi Sulawesi Tenggara yang beralamat di Jalan Tebau Nunggu No. 2, Kendari, Sulawesi Tenggara.
3.2 Jenis Data dan Sumber Data
3.2.1 Jenis Data
a. Data kuantitatif yaitu data yang disajikan dalam bentuk angka-angka yang mempunyai relevansi dengan penelitian ini.
b. Data kualitatif yaitu data yang berupa informasi dan keterangan sekitar pembahasan baik secara lisan maupun tulisan dan sebagainya.
3.2.2 Sumber Data
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data primer dan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Propinsi Sulawesi Tenggara berupa, wawancara, jurnal transaksi, laporan keuangan (Neraca, LRA,Catatan Atas Laporan Keuangan) dan data dari Biro Umum Bagian Perlengkapan Propinsi Sulawesi Tenggara dan Data dari Tim Inventarisasi Aset Provinsi.3.3 Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data-data yang diperlukan, penulis menggunakan pengumpulan data dengan sebagai berikut :
1. Interview, yaitu melakukan wawancara langsung dengan pihak-pihak yang diberi wewenang untuk memberikan pernyataan atau menjawab pernyataan sesuai dengan masalah penelitian yang diajukan.
2. Dokumentasi, yaitu melakukan telaah dokumentasi atas dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini.
3.4 Metode Analisis Data
Untuk menjawab permasalahan yang ada digunakan metode analisis deskriptif (Descriptive Analisys Method) yaitu mendeskripsikan pencatatan dan pelaporan aset tetap menurut Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Propinsi Sulawesi Tenggara yang disesuaikan dengan PP No.24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
3.5 Definisi Operasional
Untuk dapat menghindari adanya penafsiran yang berbeda-beda dari penelitian ini, maka dapat diuraikan defenisi operasional sebagai berikut :
1. Evaluasi adalah aktivitas atau kegiatan untuk menilai pencatatan dan pelaporan akuntansi atas perolehan, pemeliharaan, rehabilitasi, perubahan klasifikasi, dan penyusutan terhadap aset tetap berwujud sesuai dengan PP . No. 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).2. Pencatatan adalah pencatatan atas perolehan aset, terjadi pada saat realisasi belanja modal dengan dibuatnya jurnal korolari.3. Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum yaitu tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan, kontruksi dalam pengerjaan dan aset tetap lainnya.DAFTAR PUSTAKAAbdul Hafiz Tanjung, 2006 Akuntasi Keuangan Daerah. Bandung : AlfabetaAbdul Hafiz Tanjung,2007.Penatausahaan Dan Akuntansi Keuangan Daerah.Konsep dan Aplikasi. Bandung : Alfabeta
Abdul Halim, 2007. Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah.Jakarta : Salemba Empat
Al Haryono Jusup, 1997, Dasar-Dasar Akuntasi. Jilid Dua Edisi Keenam.Yogyakarta : STIE YKPN
Dedi Nordian. 2007. Akuntansi Pemerintah. Jakarta : Salemba Empat.
Ihyaul Ulum Md. 2008. Akuntansi Sektor Publik. Malang : UMMPRES
Murni Sumandat. 2008. Akuntasi Aset Tetap Pada PT. Arohan Indah Bau-Bau. Fakultas Ekonomi Universitas Haluoleo.
Nurlan Darise. 2006. Pengelolaan Keuangan Daerah. Jakarta : PT. Indeks
Nurlan Darise. 2006. Pengelolaan Keuangan Daerah Untuk SKPD. Jakarta :
PT Indeks.
Peraturan Pemerintah NO. 24 Tahun 2005. Standar Akuntansi Pemerintah. Bandung : Fokusmedia
Peraturan Menteri Dalam Negeri NO. 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah.Peraturan Menteri Dalam Negeri NO. 13 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah.
Sofyan Syafri Harahap,2003.Teori Akuntasi.Edisi Revisi. Jakarta :
Salemba Empat.
Soemarso SR. 2005. Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi Keempat. Terjemahan Nugroho W. Jakarta : PT Erlangga.
Sukrisno Agoes. 2004. Auditing Pemeriksaan Akuntan Oleh Akuntan Publik. Edisi ke 3. Jilid 1. Jakarta : Lembaga Penerbit Fekon UI.
Rekomendasi
Metode Analisis Deskriptif
Pencatatan dan pelaporan aset tetap berdasarkan PP No. 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
Pencatatan dan pelaporan aset tetap pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Sulawesi Tenggara