literatur 2

55
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam yang melimpah. Hampir segala jenis tumbuhan dapat tumbuh di wilayah negara ini. Sebagian besar sudah dimanfaatkan sejak nenek moyang kita untuk mengobati berbagai penyakit. Tumbuhan-tumbuhan tersebut dalam penggunaannya dikenal dengan obat tradisional (Anonim, 2011). Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan, yaitu tentang struktur kimia, biosintetis, perubahan dan metabolism, penyebaran secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic. Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan , termasuk sayuran dan buah-buahan . Dalam penggunaan umum, fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit (Anonim, 2011). Salah satu bahan alam yang dapat digunakan untuk pengobatan tradisional adalah benalu hutan. Di Indonesia sendiri tanaman ini masih sangat sulit untuk ditemukan dan juga belum dikenal oleh masyarakat luas. Berdasarkan informasi tersebut, sangat perlu untuk melakukan ekstraksi dan

Upload: rika-ersalia-purbasari

Post on 03-Oct-2015

15 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ok

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANI.1 Latar BelakangIndonesia merupakan negara dengan kekayaan alam yang melimpah. Hampir segala jenis tumbuhan dapat tumbuh di wilayah negara ini. Sebagian besar sudah dimanfaatkan sejak nenek moyang kita untuk mengobati berbagai penyakit. Tumbuhan-tumbuhan tersebut dalam penggunaannya dikenal dengan obat tradisional (Anonim, 2011).Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan, yaitu tentang struktur kimia, biosintetis, perubahan dan metabolism, penyebaran secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic. Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan. Dalam penggunaan umum, fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit (Anonim, 2011).Salah satu bahan alam yang dapat digunakan untuk pengobatan tradisional adalah benalu hutan. Di Indonesia sendiri tanaman ini masih sangat sulit untuk ditemukan dan juga belum dikenal oleh masyarakat luas. Berdasarkan informasi tersebut, sangat perlu untuk melakukan ekstraksi dan identifikasi kandungan kimia dari benalu hutan. Dari proses ekstraksi akan didapatkan isolat-isolat suatu senyawa atau kumpulan senyawa sehingga dapat mempermudah untuk melakukan identifikasi senyawa-senyawa yang terdapat dalam simplisia. Sedangkan identifikasi diperlukan untuk mengetahui jenis senyawa kimia yang berada dalam simplisia (Anonim, 2011).

I.2 Rumusan MasalahDalam uraian diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :1. Bagaimana cara mengekstraksi sampel benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) ?2. Bagaimana cara mengidentifikasi ekstrak sampel benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) ?3. Apa saja kandungan kimia dari tanaman benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) ?

I.3 Maksud PercobaanMaksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami cara mengekstraksi sampel benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) dengan menggunakan metode ekstraksi sokletasi.

I.4 Tujuan Percobaan1. Mengetahui cara mengekstraksi daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) dengan metode sokletasi.2. Mengetahui cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ).3. Mengetahui kandungan kimia daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ).I.5 Prinsip PercobaanI.5.1 Metode Ekstraksi SokletasiPenarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi dengan kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola-bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan siphon, seluruh cairan akan turun kembali ke dalam labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan disifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.

I.5.2 Ekstraksi Cair-CairEkstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan komponen kimia di antara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur di mana sebagian komponen larut pada fase pertama dan sebagian larut pada fase kedua, lalu kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok, lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan fase cair, dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tetap.

I.5.3 Penguapan RotavaporProses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya dengan pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu alas bulat, cairan penyari dapat menguap 5-10 C di bawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh karena adanya penurunan tekanan. Dengan bantuan pompa vakum, uap larutan penyari akan menguap naik ke kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung.

I.5.4 Identifikasi Kromatografi Lapis TipisPemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip absorpsi dan partisi, yang ditentukan oleh fase dalam (adsorben) dan fase gerak (eluen). Komponen kimia bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben terhadap komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen kimia dapat bergerak dengan kecepatan yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya, hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan.Pada UV 254 nm, lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap. Penampakan noda pada lampu UV 254 nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator fluoresensi yang terdapat pada lempeng. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi.Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna gelap. Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh auksokrom yang ada pada noda tersebut. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi. Sehingga noda yang tampak pada lampu UV 366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak berfluororesensi pada sinar UV 366 nm.Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10% adalah berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

II.1 Uraian Bahan AlamII.1.1 Tumbuhan Benalu Hutan (Henslowia frutescens Champ)II.1.1.1 KlasifikasiKingdom : PlantaeDivisi: Spermatophyta Subdivisi: AngiospermaeKelas: DicotyledonaeOrdo: SantalalesFamilia : SantalaceaeGenus : HenslowiaSpecies :Henslowia frutescens Champ(Anonim, 2012)II.1.1.2 MorfologiBenalu (Henslowia frutescens Champ) merupakan perdu yang bercabang banyak. Ranting dengan ruas yang membesar. Daun bertangkai pendek, eliptis sampai bentuk lanset, kadang-kadang bulat telur, gundul 3,5-17 kali 1,5-7 dengan ujung yang agak meruncing, serupa kulit, mengkilat. Benalu merupakan tumbuhan parasit yang menempel pada pohon sebagai inang. Tumbuh di dataran menengah sampai pegunungan dari ketinggian 800-2300 meter di atas permukaan laut. Berbunga pada bulan Juni-September. Waktu panen pada bulan April-Mei. Bagian yang digunakan adalah daun atau seluruh bagian tumbuhan dalam keadaan segar atau setelah dikeringkan.II.1.1.3 Nama DaerahSumatra: Dalu-dalu, Mendalu, Benalu (Melayu)Jawa: Akar api-api (Sunda) Kemladehan (Jawa Tengah)

II.1.1.4 Kandungan KimiaDaun dan batang benalu mengandung alkaloida, saponin, flavonoid dan tannin (Hutapea, 1999)II.1.1.5 KegunaanHerba benalu secara umum berkhasiat antiradang, antibakteri dan antibengkak. Penelitian lain menyebutkan bahwa benalu digunakan sebagai obat batuk, diuretik, pemeliharaan kesehatan ibu pasca persalinan, penghilang rasa nyeri, luka atau infeksi kapang (Hargono, 1995 cit Sasmito et al., 2001). Pemakaian benalu bersama beberapa bahan lain juga berkhasiat dalam pengobatan kanker, amandel dan penyakit campak (Thomas, 1999).II.2 Metode Ekstraksi Bahan AlamII.2.1 Tujuan EkstraksiTujuan dari ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstrak ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat kedalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut (Anonim, 2011).II.2.2 Jenis-Jenis EkstraksiII.2.2.1 Ekstraksi Cara DinginJenis ekstraksi secara dingin misalnya maserasi, perkolasi, dan soxhletasi. Dimana untuk maserasi dilakukan dengan cara merendam simplisia, sedangkan soxhlet dengan cara cairan penyari naik ke kondensor kemudian terjadi kondensasi dan turun menyari simplisia.Ekstraksi secara dingin digunakan untuk sampel yang lunak, tidak tahan panas, tidak mudah mengembang dalam cairan penyari (Ditjen POM, 1986).

II.2.2.2 Ekstraksi Cara PanasEkstraksi secara panas seperti refluks dan destilasi uap karena sampel langsung dipanaskan dengan pelarut, dimana umumnya bentuk dan dinding sel yang tebal.Metode ekstraksi secara panas di gunakan untuk sampel yang tahan panas dan mempunyai tekstur yang keras seperti batang, akar dan biji (Ditjen POM, 1986).II.2.3 Cara-Cara EkstraksiII.2.3.1 Maserasi (Anonim, 2011)Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan.Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya.Metode ini dilakukan untuk menyari simplisa yang mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin. Pelarut akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena ada perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan di laur sel maka larutan yang lebih pekat akan didesak keluar, terjadi secara berulang-ulang sampai tercapai kesetimbangan konsentrasi antara di dalam dan di luar sel.II.2.3.2 Perkolasi (Anonim, 2011)Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia dimaserasi selama 3 jam, kemudian simplisia dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui simplisia tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampai keadan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh karena gravitasi, kohesi, dan berat cairan di atas dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah. Perkolat yang diperoleh dikumpulkan, lalu dipekatkan.Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Perkolasi dilakukan dengan mengalirkan pelarut melalui simplisia yang telah dibasahi. Simplisia dalam bejana silinder dengan bagian bawah mempunyai sekat berpori. Pelarut dialirkan dari atas melalui simplisia, pelarut akan melarutkan zat aktif yang telah dilaluinya sampai larutan jenuh. Gerak ke bawah disebabkan oleh kekuatan gaya berat larutan dan pelarut di atasnya dikurangi dengan gaya kapiler yang cenderung menahannya.II.2.3.3 Sokletasi (Tobo F., 2001)Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klonsong dan selanjutnya masuk kembali kedalam labu alas bulat setelah melewati pipa siphon. Proses ini berlangsung hingga penyarian zat aktif sempurna yang ditandai dengan beningnya cairan penyari yang melalui pipa sifon atau jika diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis (KLT) tidak memberikan noda lagi.Metode soxhletasi bila dilihat secara keseluruhan termaksud cara panas, namun proses ekstraksinya secara dingin, sehingga metode soxhlet digolongkan dalam cara dingin.Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.Keuntungan metode ini adalah : Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung. Digunakan pelarut yang lebih sedikit Pemanasannya dapat diaturKerugian dari metode ini : Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas. Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya. Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena seluruh alat yang berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif.II.2.3.4 Refluks (Ditjen POM, 1986)Refluks dilakukan dengan cara merendam bahan yang akan di ekstraksi direndam dalam cairan penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan pendingin tegak kemudian dipanaskan sampai mendidih cairan penyari akan menguap, uap tersebut diembunkan oleh pendingin tegak dan turun kembali menyari zat aktif dalam simplisia demikian seterusnya. Ekstraksi secara refluks biasanya dilakukan selama 3-4 jam.Simplisia yang biasanya diekstraksi adalah simplisia yang mempunyai komponen kimia yang tahan terhadap pemanasan dan mempunyai tekstur yang keras seperti akar, batang, biji dan herba.Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.II.3 Ekstraksi Cair-Cair (Anonim, 2011)Ekstraksi cair-cair sangat berguna untuk memisahkan analit yang dituju dari penganggu dengan cara melakukan partisi sampel antar 2 pelarut yang tidak saling campur. Salah satu fasenya seringkali berupa air dan fase yang lain adalah pelarut organik. Senyawa-senyawa yang bersifat polar akan ditemukan di dalam fase air, sementara senyawa-senyawa yang bersifat hidrofobik akan masuk pada pelarut organik. Analit yang terekstraksi ke dalam pelarut organik akan mudah diperoleh kembali dengan cara penguapan pelarut, sementara analit yang masuk ke dalam fase air seringkali diinjeksikan secara langsung ke dalam kolom. Disamping itu, ekstraksi pelarut juga digunakan untuk memekatkan analit yang ada dalam sampel dengan jumlah kecil sehingga tidak memungkinkan atau menyulitkan untuk deteksi atau kuantifikasinya. Dalam bentuk yang paling sederhana, suatu alikuot larutan air digojog dengan pelarut organik yang tidak campur dengan air. Kebanyakan prosedur ekstraksi cair-cair melibatkan ekstraksi analit dari fase air ke dalam pelarut organik yang bersifat non polar atau agak polar seperti heksana, metilbenzen atau diklorometan. Meskipun demikian proses sebaliknya (ekstraksi analit dari pelarut organik non polar ke dalam air) juga mungkin terjadi. Dengan kata lain, dalam ekstraksi cair-cair ini tidaklah mungkin untuk mencapai 100% analit terekstraksi pada salah satu fase/pelarut. Karena ekstraksi merupakan proses kesetimbangan dengan efisiensi terbatas, maka sejumlah tertentu analit akan tertahan di kedua fase. Kesetimbangan kimia yang melibatkan perubahan pH, kompleksasi, pasangan ion, dan sebagainya dapat digunakan untuk meningkatkan perolehan kembali analit dan/atau menghilangkan pengganggu.Berbagai jenis metode pemisahan yang ada, ekstraksi pelarut atau juga disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan populer.pemisahan ini dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro. Prinsip distribusi ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua zat pelarut yang tidak saling bercampur. Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase terlarut. Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan prepratif, pemurnian, pemisahan serta analisis pada semua kerja.Ekstraksi cair-cair ditentukan oleh distribusi Nerst atau hukum partisi yang menyatakan bahwa pada konsentrasi dan tekanan yang konstan, analit akan terdistribusi dalam proporsi yang selalu sama diantara dua pelarut yang saling tidak campur. Perbandingan konsentrasi pada keadaan setimbang di dalam 2 fase disebut dengan koefisien distribusi atau koefisien partisi.II.4 Kromatografi Lapis Tipis (Anonim, 2011)Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi, yang ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen), komponen kimia bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben terhadap komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen kimia dapat bergerak dengan kecepatan yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya, hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan. Prinsip Penampakan Noda adalah sebagai berikut.a. Pada UV 254 nmPada UV 254 nm, lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap.Penampakan noda pada lampu UV 254 nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator fluoresensi yang terdapat pada lempeng. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi.b. Pada UV 366 nmPada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna gelap. Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh auksokrom yang ada pada noda tersebut. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi. Sehingga noda yang tampak pada lampu UV 366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak berfluororesensi pada sinar UV 366 nm.c. Pereaksi Semprot H2SO4 10%Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10% adalah berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata.

BAB IIIMETODOLOGI KERJAIII.1 Alat dan BahanIII.1.1 Alat yang dipakai1. Gunting2. Parang3. Gegep Bambu4. Gunting Bunga5. Cutter6. Ember7. Toples Kaca8. Koran9. Karung10. Seperangkat alat Sokletasi11. Statif dan Klem12. Penangas Air13. Neraca Analitik14. Rotavapor15. Gelas Ukur16. Gelas Kimia17. Cawan Porselin18. Corong Pisah19. Aluminium Foil20. Pipet Tetes21. Pipet Volume22. Pipa Kapiler23. Mistar24. Lampu UV25. Kipas Angin26. Lempeng KLT27. Tabung Reaksi28. Rak Tabung29. Mangkok 30. Batang Pengaduk31. Sendok Tanduk32. Botol SemprotIII.1.2 Bahan yang dipakai1. Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ)2. Metanol3. Etil asetat4. n-hexana5. n-butanol6. Eluen Etil asetat : Heksan : Air (9:1:1)7. Eluen Etil asetat : Heksan : Air (9:2:1)8. Eluen Heksan : Etil asetat (9:1)9. Eluen Heksan : Etil asetat (10:1)10. H2SO4 20 %11. AlCl312. Pereaksi Dragendrof13. Aquadest14. Aluminium foil15. Isolasi16. Koran17. Kertas saring18. DusIII.2 Pengerjaan SampelIII.2.1 Pengambilan SampelPengambilan sampel tanaman dilakukan di Desa Lembasada, Kecamatan Banawa Selatan, Kabupaten Donggala. Dilakukan dengan cara daunnya dipetik.III.2.2 Pengolahan Sampel1. Penyiapan alat dan bahanMenyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk mengambil sampel yang diinginkan.2. PencucianSampel tanaman yang telah diambil kemudian dicuci dengan air mengalir yang dimasudkan untuk membersihkan bagian-bagian tumbuhan dari benda-benda asing seperti tanah, batu dan sebagainya.3. Sortasi basahDilakukan sortasi basah untuk memisahkan bagian-bagian tumbuhan yang tidak diinginkan.4. PengeringanPengeringan dilakukan dengan cara diangin-anginkan pada tempat yang tidak tersinari matahari langsung. Pengeringan ini dilakukan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada saat sampel akan dipisahkan dan pada saat penyimpanan. Selain itu, untuk mengurangi kadar air dari tanaman sehingga pada saat ekstraksi, dapat menarik komponen kimia tumbuhan dengan mudah dan mengurangi gangguan pada saat identifikasi.5. PemotonganSampel yang telah dikeringkan kemudian dipotong kecil-kecil dengan ukuran tertentu. Hal ini bertujuan untuk memperbesar luas permukaan sehingga ekstraksi dapat lebih efektif.6. Sortasi keringSampel yang telah dipotong kecil-kecil kemudian dipisahkan dari kotoran-kotoran yang tidak diinginkan.III.2.3 Ekstraksi SampelIII.2.3.1 Ekstraksi Sokletasia. Ditimbang sampel tanaman benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang sudah dirajang/diserbukkan.b. Tabung klonsong diisi dengan sampel, dengan cara : Kertas saring dimasukkan kedalam tabung yang akan diisi sampel (kertas saring tidak boleh melebihi tinggi pipa sifon) Serbuk sampel kering dimasukkan melalui ujung kondensor ke dalam tabung klonsong tanpa melebihi tinggi pipa sifon. Dimasukkan metanol kedalam tabung yang berisi sampel hingga semua sampel terbasahi dengan metanol. Cairan penyari dari sampel di tambung pada wadah (labu alas bulat) maksimum 2/3 dari ukuran labu. Alat sokletasi dipasang kemudian pada bagian bawah dari labu alas bulat diletakkan ember yang telah berisi air dan di beri pemanas air. Kemudian sampel dipanaskan hingga uap cairan penyari naik keatas pipa samping kemudian di embunkan oleh kondensor bola. Cairan kemudian turun ke dalam labu melalui tabung yang berisi serbuk simplisia. Karena adanya pipa sifon maka setelah cairan mencampai permukaan sifon seluruh cairan kemudian turun ke labu ( 1 siklus). Dilakukan hingga 15 siklus hingga cairan penyari menjadi bening. Ditimbang wadah yang akan digunakan untuk menempatkan ekstrak kental metanol. Dikeringkan ekstrak metanol dengan menggunakan kipas angin hingga pelarutnya menguap keseluruhan.III.2.3.2 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Heksan1. Ditimbang Ekstrak metanol 1 g, dimasukkan ke dalam gelas kimia, tambah 20 ml n-heksan.2. Lalu diaduk hingga merata dan dimasukkan ke dalam corong pisah kemudian dikocok dan didiamkan hingga terpisah.3. Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas kimia.4. Dikeluarkan lapisan atas (n-heksan) ke dalam cawan porselin.5. Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam corong pisah, lalu tambah 30 ml heksan kemudian di kocok.6. Dilakukan pengocokan hingga terpisah, dilakukan sebanyak 3 kali berulang-ulang dengan proses yang sama dan yang tertinggal lapisan bawah (residu dan yang diuapkan lapisan atas n-heksan).7. Hasilnya di angin-anginkan hingga menguap.III.2.3.3 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Butanola. Setelah pengulangan 3 kali lapisan bawah (residu) dimasukkan ke dalam corong pisah, ditambah 10 ml n-butanol lalu dikocok dan didiamkan hingga terpisah.b. Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas kimia.c. Dikeluarkan lapisan atas (n-butanol) ke dalam cawan porselin.d. Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam corong pisah, tambah 10 ml n-butanol lalu di kocok dan didiamkan hingga terpisahe. Dilakukan pengocokan dan pemisahan ini sebanyak 3 kalif. Hasilnya diangin-anginkan hingga menguap.III.2.4 Identifikasi Ekstrak dengan Pereaksi KimiaIII.2.4.1 Pemeriksaan Kandungan Kimia Alkaloid1. Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi.2. Ditambahkan 1 ml H2SO4 20 %.3. Ditambahkan 10 ml aquadest.4. Ditambahkan 5 tetes pereaksi dragendroff.5. Dikocok dan diamati perubahan warna.6. Positif jika warna merah kekuningan.III.2.4.2 Pemeriksaan Kandungan Kimia Flavonoid1. Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi.2. Ditambahkan 1 ml AlCl3.3. Dikocok dan diamati perubahan warna.4. Positif jika warna kuning.III.2.5 Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis III.2.5.1 Pembuatan Lempeng KLTLempeng KLT yang digunakan yaitu Silika Gel, dibuat dengan ukuran yang disesuaikan. Diberi batas atas dan batas bawah, dimana batas bawah diukur dengan panjang 1 cm, dan batas atas dengan panjang 0,5 cm.III.2.5.2 Penjenuhan Wadah Lempeng (Gelas Kimia)1. Disiapkan gelas kimia yang bersih lengkap penutupnya2. Gelas kimia diisi dengan eluen yang diinginkan3. Kemudian dimasukkan potongan kertas saring yang panjangnya lebih dari tinggi wadah dan kemudian ditutup dan dibiarkan terelusi.III.2.5.3 Pembuatan EluenDibuat 20 ml dengan perbandingan :1. Etil asetat : Heksana : Air 9 : 1 : 1 Etil Asetat: Heksan : Air :

2. Etil asetat : Heksana : Air 9 : 2 : 1 Etil Asetat: Heksan: Air : 3. Heksana : Etil asetat 9 : 1 Heksan: Etil Asetat: 4. Heksana : Etil asetat 10 : 1 Heksan : Etil Asetat: III.2.5.4 Penotolan Sampel pada Lempeng1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan2. Ekstrak metanol, n-heksana, dan n-butanol dimasukkan ke dalam cawan porselin yang berbeda.3. Ekstrak metanol, n-heksana, dan n-butanol dilarutkan dalam beberapa ml metanol.4. Masing-masing ekstrak diambil dengan menggunakan pipa penotol (pipa kapiler), kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah disiapkan.5. Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan sebentar untuk menguapkan pelarutnya lalu dimasukkan pada gelas kimia yang telah dijenuhkan.6. Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng silika gel, maka lempeng segera dikeluarkan.III.2.5.5 Penampakan Noda pada UV 254 nm Setelah proses KLT selesai dilakukan, maka lempeng silika gel diletakkan di bawah lampu UV 254 nm, kemudian diamati noda yang tampak, kemudian di beri tanda dengan menggunakan pensil pada noda yang tampak di permukaan lempeng.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASANIV.1 Hasil PraktikumIV.1.1 Hasil Ekstraksi dan Identifikasi Daun Benalu HutanIV.1.1.1 Hasil Ekstraksi dan PartisiHasil EkstraksiBobot EkstrakPersentase Ekstrak

Metanoln-Heksanan-butanol1 g0,76 g0,49 g-24 %51 %

IV.1.1.2 Identifikasi dengan Pereaksi Kimia terhadap Ekstrak MetanolIdentifikasiPerlakuanHasil PengamatanKeterangan

Uji Alkaloida. 1 ml HCl 2Nb. 5 tetes Pereaksi DragendroffWarna Hijau(-) tidak mengandung Alkaloid

Uji Flavonoida. 1 ml AlCl3Warna Kuning(+) mengandung Flavonoid

IV.1.1.3 Hasil Identifikasi Dengan KLT terhadap Ekstrak Metanol, n-Heksan, dan n-butanol dengan menggunakan berbagai Eluen 1. Eluen Etil Asetat : Heksan : Air (9 : 1 : 1) Nilai Rf : Ekstrak Metanol :a. Rf1 = 0,65 b. Rf2 = 0,78 c. Rf3 = 0,95 Ekstrak n-butanol :a. Rf1 = 0,35 b. Rf2 = 0,89

Rf1 = 0,

Ekstrak n-butanol :a. Rf1 = 0,65 b. Rf2 = 0,95 2. Eluen Etil Asetat : Heksan : Air (9 : 2 : 1) Nilai Rf : Ekstrak Metanol :a. Rf1 = 0,64 b. Rf2 = 0,72 c. Rf3 = 0,93 Ekstrak n-butanol :a. Rf1 = 0,31 b. Rf2 = 0,89

c. Rf1 = 0,

Ekstrak n-butanol :a. Rf1 = 0,60 b. Rf2 = 0,923. Heksan : Eluen Etil Asetat (9 : 1) Nilai Rf : Ekstrak Metanol :a. Rf1 = 0,14

Ekstrak n-butanol :a. Rf1 = 0,08

d. e. Rf1 = 0,

Ekstrak n-butanol :a. Rf1 = 0,0354. Heksan : Eluen Etil Asetat (10 : 1)Nilai Rf : Ekstrak Metanol :a. Rf1 = 0,136

Ekstrak n-butanol :a. Rf1 = 0,08

f. g. Rf1 = 0,

Ekstrak n-butanol :a. Rf1 = 0,09

IV.2 PembahasanFitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan, yaitu tentang struktur kimia, biosintetis, perubahan dan metabolism, penyebaran secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic. Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan. Dalam penggunaan umum, fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit.Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa metode pengujian, diantaranya adalah pengolahan sampel, ekstraksi, partisi ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang diinginkan larut. Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai. Prinsip kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar, pelarut semipolar melarutkan senyawa semipolar, pelarut nonpolar melarutkan senyawa non polar. Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak sedangkan pelarutnya disebut penyari, sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut tersari disebut ampas.Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel adalah proses ekstraksi, ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak), identifikasi ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya. Namun, sebelum proses-proses tersebut dilakukan, sebelumnya akan dilakukan preparasi terhadap sampel terlebih dahulu. Dimana akan dilakukan proses pendahuluan, proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta pengolahannya. Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan sampel, dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di Kecamatan Banawa Selatan, Kabupaten Donggala pada pukul 09.00 pagi. Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam keadaan segar. Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda dari daun tersebut. Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan. Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku. Dalam pengumpulan bahan baku, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan digunakan, umur tanaman, lingkungan tempat tumbuh serta waktu panennya. Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian daunnya, karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah. Setelah itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian. Tahap ini dilakukan untuk menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun. Kemudian di sortasi basah, proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-daun dari pengotor-pengotor seperti ranting, kerikil, rumput dan kotoran lain serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau rusak. Selanjutnya dirajang, proses perajangannya dilakukan dengan menggunakan gunting, sampel daun digunting hingga membentuk bagian-bagian yang lebih kecil. Setelah itu pengeringan sampel, proses pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik yang terjadi di dalam sel daun. Selain itu juga dapat mencegah penguapan yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena langsung sinar matahari. Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi kering, prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel. Setelah proses sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel simplisia dan penyimpanan simplisia. Dari pengambilan dan pengolahan sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 54,41 %.Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah diolah, kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi. Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara, serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang dilapisi kertas saring. Cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola. Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon, seluruh cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh. Cairan penyari yang digunakan adalah methanol, hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih yang rendah sehingga mudah disingkirkan. Selain itu methanol juga dapat melarutkan berbagai senyawa organik. Proses soxhletasi dilakukan hingga cairan penyari jernih. Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan. Penguapan ekstrak dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat. Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari yang digunakan, agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan. Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu penguapan dengan menggunakan rotavapor. Prinsip kerja dari rotavapor yaitu, penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat oleh putaran labu alas bulat, dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan. Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung. Proses penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada labu alas bulat tempat sampel. Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi disimpan dalam wadah, ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang lubang kecil. Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan disimpan dalam desikator. Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1 gram.Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses partisi atau ekstraksi cair-cair. Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali ekstraksi cair-cair, yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol. Ekstrak kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram. Ekstraksi cair-cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi, tujuannya yaitu untuk menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak. Prinsip dari ektraksi cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase kedua, kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok, lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan fase cair, dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tetap. Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 0,76 gram sehingga persentase ekstrak kentalnya yaitu 24 % dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 0,49 gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51 %.Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak kental tersebut. Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid. Pemeriksaan komponen kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses biosintesisnya.Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan alkaloid. Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi Dragendorff. Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi perubahan warna pada sampel yang diuji. Pengujian atau pemeriksaan yang kedua yaitu uji Flavanoid, dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu AlCl3. Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning.Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan menggunakan metode KLT. Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan chamber. Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada chamber, kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga melewati penutup kaca. Hal ini menunjukan chamber telah jenuh. Prinsip dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi. Dimana prinsip adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng KLT yang mengandung silika gel, sedangkan untuk prinsip partisi atau pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng sehingga menimbulkan berbagai noda. Metode kromatografi lapis tipis dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV. Penampakan noda pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda tersebut. Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi. Energi inilah yang menyebabkan perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda. Berdasarkan hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda pada kedua lampu UV tersebut. Hal ini sesuai dengan literatur yang ada, yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja lampu UV tersebut. Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap. Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam eluen polar yang digunakan adalah etil asetat : heksan :air dengan variasi perbandingan 9 : 1 : 1 dan 9 : 2 :1 dan eluen non-polar yang digunakan adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 : 1 dan 10 : 1. Eluen dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan semua noda yang ada dalam sampel. Eluen yang digunakan merupakan kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut, hal ini dimaksudkan untuk mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula.Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada proses pengolahan sampel, kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel, pada proses ekstraksi, pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang dihasilkan sangat sedikit, pada proses partisi ekstrak, adanya zat pengotor sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis, hal ini disebabkan karena kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan, pada proses KLT, kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas atas.

BAB VPENUTUPV.1 KesimpulanBerdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :1. Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi dengan cara sokletasi.2. Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak dengan metode KLT.3. Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia yaitu flavonoid.V.2 SaranDiharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil yang baik.

DAFTAR PUSTAKAAnonim, 2008. http://medicafarma.blogspot.com/2008/11/ekstraksi.html (diakses pada hari sabtu, 19 November 2012)Anonim, 2011. http:///G:/ekstraksi-cair-cair.html (diakses pada hari sabtu, 19 November 2012)Anonim, 2011. http:///G:/ekstraksi-cair-cair.htmlm (diakses pada hari sabtu, 19 November 2012)Anonim, 2011. http:///G:Kromatografi-Lapis-Tipis.html (diakses pada hari sabtu, 19 November 2012)Anonim, 2011. http:///G:/ekstraksi/prinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksi.html (diakses pada hari sabtu, 19 November 2012)Ditjen POM, (1986), Sediaan Galenik, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, JakartaTobo. F, (2001), Buku pegangan Laboratorium Fitokimia I, Laboratorium Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas, Makassar.

EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

DI SUSUN OLEH :NAMA: HERLANDO M.TSTAMBUK: G 701 10 026KELOMPOK: VI AASISTEN: ALDY WIJAYA FEBRIYANTO

PROGRAM STUDI FARMASIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS TADULAKO2012

KATA PENGANTARPuji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang mana telah memberikan kita hidayah, kekuatan, petunjuk, serta kesehatan yang melimpah ruah, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya.Pada kesempatan ini, dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya. Adapun hasil yang didapat bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23 september 2012, bertempat di Desa Lembasada, Kec. Banawa Selatan, Kab. Donggala, Sulawesi Tengah. Pada pembuatan laporan kali ini, tidak akan berhasil tanpa bantuan dari beberapa pihak, antara lain: Asisten pembimbing, yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami, atas ketidaktahuan kami, serta begitu setia mendampingi, membantu terhadap segala macam aspek kesulitan. Orang tua, sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta penggunaan materi, sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik. Teman-teman, baik itu per Angkatan, bahkan dari kakak senior yang begitu berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini.Di akhir kesempatan ini, kami berharap apa yang telah didapat dari Praktek Kerja Lapangan, Laporan, bahkan Hasil Praktikum pun, akan sangat bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru sebagai pengembangan ilmu pengetahuan. Amin.Palu, Desember 2012

Penyusun

DAFTAR ISIBAB IPENDAHULUANI.1 Latar BelakangI.2 Rumusan MasalahI.3 Maksud PercobaanI.4 Tujuan PercobaanI.5 Prinsip PercobaanBAB IITINJAUAN PUSTAKAII.1 Uraian Bahan AlamII.2 Metode Ekstraksi Bahan AlamII.3 Ekstraksi Cair-cairII.4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)BAB IIIMETODOLOGI KERJAIII.1 Alat dan BahanIII.2 Pengerjaan SampelBAB IVHASIL DAN PEMBAHASANIV.1 Hasil PraktikumIV.2 PembahasanBAB VPENUTUPV.1 KesimpulanV.2 SaranDAFTAR PUSTAKALAMPIRAN

LEMBAR PENGESAHANLaporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun 2012/2013

Palu, 13 Desember 2011Dosen PembimbingPraktikan

(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando M.T)

Mengetahui Koordinator Umum Koordinator Golongan

(Syariful Anam, S.Si., M.Si.,Apt) (Moh.Yusran)

BIOGRAFIHerlando M.T, dilahirkan di Pagimana, 23 oktober 1992. Anak pertama dari 3 bersaudara. Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana. Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP, di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007. Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010. Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.