literasi sains

19
MAKALAH LITERASI SAINS TUGAS Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Tugas Mata Kuliah Inovasi Pendidikan Dosen Agus Setiawan, DR. M.SI Oleh YUVITA OKTARISA 1104177 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Upload: yuvita-oktarisa

Post on 24-Jul-2015

248 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: LITERASI SAINS

MAKALAH

LITERASI SAINS

TUGAS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat Tugas Mata Kuliah Inovasi Pendidikan

Dosen Agus Setiawan, DR. M.SI

Oleh

YUVITA OKTARISA

1104177

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2012

Page 2: LITERASI SAINS

LITERASI SAINS

I. PendahuluanStandar kompetensi lulusan pada kurikulum KTSP 20061 menyebutkan

bahwa sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga

merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan sains disekolah diharapkan

dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam

sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di

kehidupan sehari-hari. Literasi sains berarti mampu menerapkan konsep-

konsep atau fakta-fakta yang didapatkan disekolah dengan fenomena-

fenomena alam yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan

literasi sains mencerminkan kesiapan warga Negara dalam menjawab

tantangan global yang semakin hari semakin kuat.

Literasi sains merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh mata

pelajaran-mata pelajaran yang berumpun pada sains. Salah satu mata

pelajaran yang mengampu pada sains adalah mata pelajaran fisika. Melalui

mata pelajaran fisika diharapkan siswa mampu mengembangkan

kemampuan berpikir analitis induktif dan deduktif dalam menyelesaikan

masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar. Jika literasi sains

siswa sudah terwujud maka bukan suatu yang mustahil untuk dapat

mewujudkan literasi sains nasional.

PISA-OECD (Programe for International Student Assessment-

Organisation for Economic Cooperation and Development) telah melakukan

suatu pemonitoran mengenai kemampuan literasi sains Negara Indonesia.

Data yang didapatkan dari hasil pengukuran PISA-OECD diketahui bahwa

kemampuan peserta didik di Indonesia dalam hal literasi sains yang diukur

berdasarkan PISA Nasional 2006 masih berada pada tingkatan rendah, yakni

29% untuk konten, 34% untuk proses, dan 32% untuk konteks, sebanding

dengan tingkat literasi pada PISA Internasional. Dari hasil temuan tersebut,

terutama untuk konteks aplikasi sains terbukti bahwa banyak peserta didik di

1

Page 3: LITERASI SAINS

Indonesia tidak dapat mengaitkan pengetahuan sains yang dipelajarinya

dengan fenomena-fenomena yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.

Dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran sains belum tercapai.

Para partisi dibidang pendidikan selakyanya dapat mengurai kembali apa

pengertian dari literasi sains, bagaimana literasi sains dapat dilatihkan dan

bagaimana cara yang tepat agar literasi sains dapat diukur dengan baik.

Makalah ini berisikan uraian mengenai pengertian sains, bagaimana

kemampuan sains itu dapat dilatihkan dan menguraikan alat ukur yang tepat

mengenai literasi sains.

II. Isi

a. Pengertian Literasi sains

Holbrook(2009) dalam jurnalnya The meaning of science, menyatakan

literasi sains berarti penghargaan pada ilmu pengetahuan dengan cara

meningkatkan komponen-komponen belajar dalam diri agar dapat memberi

kontribusi pada lingkungan social. Dari kalimat diatas literasi sains memiliki

arti luas, setiap kalangan dapat memberikan kontribusi dalam mengartikan

literasi sains. Setiap kalangan umur memberikan kontribusi terhadap teknolgi

berdasarkan tingkat pemahaman yang dimilikinya. Secara umum literasi

sains memiliki beberapa komponen, komponen tersebut adalah:

mampu membedakan mana konteks sains dan mana yang bukan

konteks sains

mengerti bagian-bagian dari sains dan memiliki pemahaman secara

umum aplikasi sains

memiliki kemampuan untuk menerapkan pengetahuan sains dalam

pemecahan masalah

mengerti karakteristik dari sains dan mengerti kaitannya dengan

budaya

mengetahui manfaat dan resiko yang ditimbulkan oleh sains

Komponen-komponen diatas merupakan dasar pengembangan dari

indikator yang akan disusun untuk meneliti lebih lanjut literasi sains.

Jika dikaitkan dengan taksonomi bloom literasi sains ini sejajar dengan

aplikasi konsep dalam kehidupan sehari-hari. Jika dikembangkan lebih

Page 4: LITERASI SAINS

lanjut tahap aplikasi konsep dalam kehidupan sehari-hari, akan

menciptakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu.

Aplikasi dan mengkreasikan sesuatu telah masuk pada berpikir tingkat

tinggi, jadi literasi sains secara dapat meningkatkan kemampuan tingkat

tinggi seseorang. Kemampuan tingkat tinggi yang dapat dikembangkan

dalam literasi sains adalah dapat menggunakan konsep sains dan

teknologi, mampu menempatkan, mengklasifikasikan teknologi informasi

untuk memecahkan masalah sehari-hari agar dapat membuat keputusan,

dapat membedakan bukti sains dan bukti teknologi untuk mengetahui

informasi yang reliable dan yang tidak reliable, mampu memberikan

penjelasan mengenai fenomena yang terjadi berdasarkan konsep yang

telah dipahami, dapat menggunakan metode ilmiah dalam memecahkan

masalah dalam kehidupan sehari-hari, dan mampu menganalisis

hubungan sains dan teknologi dengan isu yang berkembang dalam

masyarakat. Produk-produk berpikir tingkat tinggi diatas dapat dipilih

sesuai dengan porsi literasi sains yang diinginkan. Indikator literasi sains

dan berpikir tingkat tingkat tinggi tentu disesuaikan dengan individu yang

akan ditinjau. Dengan pemilihan indikator yang berbeda, maka akan

memberikan pengertian literasi sains yang berbeda. Namun secara garis

besar literasi sains memiliki arti yang sama yaitu mampu mengaplikasikan

konsep-konsep keilmuwan dalam memecahkan masalah sehari-hari.

b. Literasi sains dalam pembelajaran fisika

Menurut standar kompetensi yang terdapat pada Kurikulum 2006,

terdapat dua tujuan pelajarn fisika di sekolah yang sejalan dengan literasi

sains, dua kemampuan itu adalah

1. Kemampuan untuk dapat mengembangkan pengalaman agar dapat

merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui

percobaan, merancang dan merakit instrument percobaan,

mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta

mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan atau tertulis.

2. Mengambangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif

dan deduktif dengan menggunakan prinsip fisika untuk menjelaskan

Page 5: LITERASI SAINS

berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara

kualitaif maupun kuantatif.

Dengan dua tujuan dari pelajaran fisika ini, diharapkan sekolah sebagai

lembaga pendidikan formal dapat menciptakan lingkungan pembelajaran

demi tercapainya tujuan pelajaran fisika. Pertanyaannya adalah apakah

pembelajaran fisika dikelas sudah melatihkan kemampuan literasi sains

siswa?. untuk itu sebagai seorang guru tentu kita harus memiliki wawasan

pembelajaran seperti apa yang bisa diaplikasikan agar kemampuan

literasi sains siswa dapat meningkat. Kompoenen-komponen

pembelajaran mulai dari perencanaan, proses dan evaluasi harus dikuasai

oleh guru agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai.

Pembelajaran adalah penciptaan lingkungan agar manusia-manusia

yang ada didalamnya mengalami pengalaman tertentu sehingga,

tanggapan dan tingkat laku seseorang dapat berubah dari tidak tahu

menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, atau dari suatu keadaan ke

keadaan lain yang diinginkan dalam tujuan pembelajaran.

Dalam penyusunan rangkaian pembelajaran, mengacu pada

kompetensi apa yang ingin dicapai. Setiap kegiatan dalam proses

pembelajaran memberikan andil bagi kompetensi yang ingin dilatihkan

pada siswa. rangkaian aktivitas pembelajaran terangkum dalam model

pembelajaran yang digunakan. Pemilihan model pembelajaran yang

digunakan disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Jika tujuan pembelajarannya adalah ingin melatihkan kemampuan literasi

sains maka guru harus memilih model pembelajaran yang dapat

melatihkan kemampuan literasi sains pada siswa.

Terdapat prinsip-prinsip penting yang harus ada dalam sebuah

pemebalajaran yang bertujuan untuk melatihkan kemampuan literasi

sains pada siswa. prinsip-prisip tersebut adalah sebagai berikut:

1. Membuat pembelajaran lebih konseptual, sehingga siswa

mampu mengintegrasikan konsep dengan kehidupan sehari-

hari. Setelah siswa memahami konsep, siswa dituntun agar

dapat melihat aplikasi dari konsep yang telah dipelajari dalam

kehidupan sehari-hari.

Page 6: LITERASI SAINS

2. Agar siswa lebih termotivasi dalam belajar, maka guru harus

dapat menset pembelajaran yang interaktif.

3. Buat pembelajarn lebih konseptual, berikan informasi pada

siswa mengenai peristiwa terbaru yang terjadi dan berkaitan

dengan konsep yang dipelajari.

4. Buat topic yang dipelajari ada kaitannya dengan isu social yang

sedang hangat dibicarakan.

5. Siswa diajak untuk memahami topic topic secara lebih

mendalam sehingga siswa benar-benar engerti mulai dari

konsep sampai aplikasi mengenai topic tersebut dalam

kehidupan sehari-hari.

Kelima prinsip diatas adalah hal-hal yang tidak boleh ditinggalkan

dalam sebuah pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan literasi

sains. Terdapat beberapa model yang bisa digunakan dalam melatihkan

kemampuan literasi sains. Contoh model pembelajaran yang melatihkan

kemampuan literasi sains adalah model pembelajaran berbasis inkuiri.

Secara garis besar model pembelajaran berbasis inkuiri memiliki hal-hal

penting dimana disetiap tahapannya memiliki tujuan tertentu.

Tabel 1. Tahapan Model Pembelajaran Inkuiri dan Tujuannya

No Tahapan Tujuan

1 Brainstorming Menumbuhkan rasa ingin tahu pada siswa

2 Merumuskan masalah Memfokuskan siswa pada apa yang ingin dicari

3 Merumuskan jawaban sementara

Menjadikan siswa terlatih dengan merumuskan jawaban sementara

Tabel 1. Tahapan Model Pembelajaran Inkuiri dan Tujuannya

No Tahapan Tujuan

4 Memprediksi Membuat siswa merancang cara yang tepat untuk menguji jawaban sementara

5 Mengumpulkan data Melatihkan kemampuan observasi pada

Page 7: LITERASI SAINS

siswa

6 Mengolah data Melatihkan kemampuan interpretasi data

7 Menarik kesimpulan Siswa dilatih bagaimana membuat kesimpulan dari kecendrungan data yang didapatkan

8 Aplikasi konsep Siswa mampu mencari hubungan, aplikasi, dan mensistesis konsep yang telah dipelajari dalam situasi yang berbeda-beda.

Berdasarkan tahap-tahapan yang ada pada pembelajaran inkuiri diatas,

maka dapat dsimpulkan bahwa pembelajaran inkuiri adalah pembelajaran yang

cocok digunakan jika ingin melatihkan kemampuan literasi sains pada siswa.

tahap-tahapan yang ada pada pemebalajaran sains tersebut melatihkan

kemampuan kemapuan yang dimilki oleh saintis sehingga secara tidak

langsung model pembelajaran ini dapat melatihkan kemampuan perbikir

tingkat tinggi.

c. Sistem Penilaian yang digunakan untuk mengukur kemampuan literasi sains

Begitu banyak model-model pembelajaran yang dikembangkan

berdasarkan model pembelajaran inkuiri. Model-model terapan ini disesuaikan

dengan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang ingin dicapai. Tiga

komponen penting dalam sebuah pembelajaran, perencanaan, proses dan

evaluasi. Evaluasi adalah sistem penilaian dimana sistem penilaian ini akan

digunakan sebagai dasar dalam mengambil kebijakan. Evaluasi di awalali oleh

proses pencatatan data. Data yang dicatat menggunakan alat pencatatan atau

alat ukur yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Jika

tujuan pembelajaran yang akan dicapai adalah literasi sains maka alat ukur

yang digunakan haruslah benar-benar bisa mengakses informasi mengenai

kemampuan literasi sains siswa.

Salah satu komponen yang bisa diukur untuk mengakses kemampuan

literasi sains siswa adalah dengan mengakses kemampuan inquiri. Wenning

Page 8: LITERASI SAINS

(2007) dalam jurnalnya Assessing Inquiry Skills as a component of Scientific

Literacy mengatakan bahwa kemampuan literasi sains dapat diketahui dengan

mengukur kemampuan inkuiri siswa. Kemampuan inkuiri berati kemampuan

menyelidiki. Dalam penyelidikan ilmiah terdapat beberapa kompetensi yang

harus dimiliki siswa, kompetensi itu antara lain:

1. Memiliki rasa ingin tahu yang kuat akan masalah yang akan

diinvestigasi

2. Mampu mengindentifikasi masalah yang akan diinvestigasi

3. Menggunakan pola pikir induktif, sehingga siswa mampu menyusun

hipotesis

4. Menggunakan pola pikir deduktif, sehingga siswa memformulasikan

kemungkinan apa yang akan terjadi berdasarkan hipotesa yang sudah

disusun

5. Mampu merancang eksperimen dan melakukan observasi untuk

menguji hipotesa

6. Mengumpulkan data, mengorganisasi data, dan menganalisa data

secara akurat

7. Mampu mengaplikasikan perhitungan statistic dalam pengolahan data

untuk mengambil kesimpulan

8. Dapat menjelaskan secara logis hasil eksperimen jika data yang

diinginkan tidak didapat

9. Menggunakan teknologi untuk mengkomunikasikan hasil temuan

Salah satu cara yang bisa digunakan untuk mengukur literasi sains siswa

adalah dengan menjadikan komponen-komponen inkuiri diatas sebagai

indikator ketercapapaian tujuan pembelajaran. Jika yang ingin dicapai adalah

kemampuan inkuiri, maka yang cocok digunakan sebagai model

pembelajaran adalah model pembelajaran inkuiri. Model pembelajaran inkuiri

dan sistem penilaian inkuiri sudah meruakan satu paket yang dapat

diaplikasikan dalam suatu pembelajaran.

Literasi sains tidak hanya bisa diukur melalui melalui kompetensi inkuiri

siswa, namun bisa juga diukur dengan kompetensi yang lain. Sebelum

mengukur kemampuan literasi sains, maka kita harus menentukan terlebih

Page 9: LITERASI SAINS

dahulu indikator yang bisa dijadikan sebagai penanda bahwa siswa memiliki

kemampuan literasi sains.

PISA menetapkan tiga dimensi besar sains lieterasi dalam pengukurannya,

yaitu proses sains, konten sains, dan konteks aplikasi sains. Proses sains

merujuk pada proses mental yang terlibat ketika menjawab suatu pertanyaan

atau memecahkan masalah, seperti mengidentifikasi dan menginterpretasi

bukti serta menerangkan kesimpulan. Termasuk didalamnya mengenal jenis

pertanyaan yang dapat dan tidak dapat dijawab oleh sains, mengenal bukti

apa yang diperlukan dalam suatu penyelidikan sains, serta mengenal

kesimpulan yang sesuai dengan bukti yang ada. Konten sains merujuk pada

konsep-konsep kunci yang diperlukan untuk memahami fenomena alam dan

perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia. PISA

tidak secara khusus membatasi cakupan konten sains hanya pada

pengetahuan yang menjadi materi kurikulum sains sekolah, namun

pengetahuan ini dapat pula bersumber dari sumber-sumber yang lain.

Konteks sains merujuk pada situasi dalam kehidupan sehari-hari yang

menjadi lahan bagi aplikasi proses dan pemahaman konsep sains. Dalam

kaitan ini PISA membagi bidang aplikasi literasi sains dalam beberapa

kelompok, yaitu; kehidupan dan kesehatan, bumi dan lingkungan, serta

teknologi.

Tiga dimensi versi PISA juga bisa dijadikan acuan dalam penyusunan

indikator ketercapaian literasi sains siswa. dimensi-dimensi diatas tinggal

disesuaikan dengan mata pelajaran yang akan disampaikan. Pada jurnal yang

sama PISA juga mendeskripsikan topic-topik apa saja yang bisa menjadi

sumber belajar agar literasi sains dapat diwujudkan. Topic-topik tersebut

diantaranya: struktur dan sifat materi, perubahan atmosfer, perubahan fisis

dan perubahan kimia, transformasi energy, gerak dan gaya, bentuk dan

fungsi, biologi manusia, perubahan fisiologis, keragaman mahluk hidup,

pengendalian genetic, ekosistem, bumi dan kedudukannya di alam semesta

serta perubahan geologis. Secara umum topik-topik diatas dapat

dikategorikan berasal dari tiga mata pelajaran yaitu: fisika, biologi dan kimia.

Pengembanagan alat ukur literasi sains disesuaikan dengan mata

pelajaran yang akan dilihat literasi sainsnya, sehingga hadirlah fisika literasi,

kimia literasi, ataupun biologi literasi. Semua ini dilakukan bertujuan untuk

Page 10: LITERASI SAINS

seberapa besar konsep-konsep fisika, kimia dan biologi dapat diaplikasikan

oleh siswa agar dapat memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan

sehari-hari.

Satu penelitian yang bisa menjadi acuan dalam pengembangan alat ukur

literasi sain adalah penelitian yang dilakukan oleh Departemen Pendidikan

Sains di Negara Israel. Literasi sains yang diukur adalah literasi sains pada

cabang disiplin ilmu kimia. Jurnal ini berjudul The Use Of Scientific Literacy

Taxonomy For Assessing The Development Of Chemical Literacy Among High

School Students. Penelitian dalam jurnal ini dilakukan pada kelas 10 sampai

kelas 12 untuk melihat apakah ada pengaruh pembelajaran kimia pada

literasi sains. Untuk kelas 10 yang baru masuk pertanyaan penelitian yang

diungkapkan dalam penelitian ini adalah, apakah ada pengaruhnya

pembelajaran kimia pada tingkat dasar pada kimia literasi siswa. Sedangkan

untuk siswa diakhir kelas 10, pertengahan kelas 11 dan diakhir kelas 12,

pertanyaan yang akan dicari jawabannya dalam penelitian adalah apakah

ada pengaruhnya dan apakah terdapat perbedaan mengenai materi kimia

yang didapatkan dikelas 10, 11 dan 12 terhadap kimia literasi siswa.

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian diatas maka,

dikembangkanlah alat ukur kimia literasi yang mengacu pada jurnal yang

dikeluarkan oleh PISA. Terdapat tiga indikator yang dijadikan acuan, tiga

indikator tersebut adalah:

Nominal Literacy dapat mengenali konsep-konsep kimia

Functional Literacy dapat menentukan beberapa konsep inti dari

pembelajaran kimia

Conseptual Literacy menggunakan pemahaman mengenai konsep

kimia agar dapat memahami fenomena-

fenomena yang terjadi dalam kehidupan

sehari-hari.

Multi-Dimensional Literacy menggunakan pemahaman kimia

untuk membaca dan menganalisa

artikel-artikel kimia, informasi yang

terdapat dalam tulisan-tulisan

kimia.

Page 11: LITERASI SAINS

Acuan-acuan diatas selanjutnya diturunkan menjadi indikator-

indikator yang lebih operasional. Untuk kemampuan nominal literasi

instrument yang digunakan adalah skala Likert, artinya siswa memberikan

nilai dari 1-3. Fungsional Literasi diberikan dalam pertanyaan terbuka,

untuk kemampuan konseptual literasi diberikan pertanyaan dengan

pilihan jawaban berganda, sedangkan Multidimensional Literasi diujikan

dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan terbuka.

Untuk menguji kemampuan nominal literacy, siswa dihadapkan

dengan beberapa pertanyaan, pertanyaan yang dikemukakan diambil dari

beberapa topic. Siswa diminta memberikan skala 1-3, angka 1 untuk tidak

tahu sama sekali, angka 2 untuk sedikit tau, dan angka 3 untuk sangat

tahu. Topic-topik yang ditanyakan dalam nominal literacy adalah saintific

Inkuiri, Konsep struktur mikro, kimia material, reaksi kimia. Untuk menguji

kemampuan funsional Literasi, siswa diminta untuk memberikan

penjelasan mengenai masalah-masalah yang diberikan. Masalah-masalah

yang diberikan adalah mengenai molekul, reaksi kimia, asam, ozon, ikatan

kimia dan temperature. Konseptual Literasi diuji dengan meminta

pendapat siswa, mengenai fenomena-fenomena kimia yang terjadi dalam

kehidupan sehari-hari. Pendapat yang diberikan dikategorikan dalam tiga

kategori, pernyataan benar, pernyataan salah, dan saya tidak tahu.

Contoh pertanyaan untuk menguji kemampuan konseptual literasi ini

adalah ketika botol parfum dibuka maka beberapa saat kemudian

ruangan terisi oleh molekul-molekul parfum yang tersebara melalui udara.

Untuk mengetahui kemampuan multi dimensional literasi, siswa diberikan

artikel-artikel yang berkaitan dengan kimia, serta isu-isu social yang

berkaitan dengan kimia literasi. Dalam jurnal ini dipaparkan pertanyaan

yang diberikan untuk menguji kemampuan multi dimensional kimia literasi

siswa adalah dengan memberikan artikel yang salah satu artikelnya

bertemakan peran ilmu kimia dalam mengurangi masalah polusi dan

sampah. Kemudian pertanyaan juga diberikan melalui paragraph yang

menceritakan bahaya yang dapat ditimbulkan oleh pengonsumsian garam

secara berlebihan. Yang diukur dari respon siswa melalui pertanyaan

terbuka yang diberikan adalah kemampuan-kemampuan sebagai berikut:

Page 12: LITERASI SAINS

1. Mengerti informasi yang terdapat dalam paragraph atau

pemahaman bacaan

2. Menghubungkan tema dalam artikel yang dibaca dengan konsep

kimia yang sebelumnya sudah dipelajari

3. Memberikan penjelasan mengenai keputusan apa yang paling

tepat untuk dipilih dan mampu memberikan alasan yang logis

dari setiap pertanyaan

4. Dapat memberikan pertanyaan lebih lanjut mengenai hal apa

yang ingin diketahui oleh siswa.

Agar pertanyaan penelitian dapat dijawab, maka data-data yang

didapatkan diolah dan dikelompokkan sehingga dapat dibuat kesimpulan.

cara pengolahan data untuk setiap pertanyaan instrument dapat disusun

dalam table berikut. Agar dapat mengatahui bagaimana pengaruh konsep

dasar kimia yang diberikan pada kelas 10 terhadap kimia literasi maka

data-data yang didapatkan dikelompokkan dalam table berikut.

Tabel 2. Matrik instrument dan data penelitian

No Kemampuan yang diukur

Instrumen yang

digunakan

Data yang didapatkan

Pengolahan data

1 Nominal Literacy dan Fungsional Literacy

Angket, dengan skala Likert (1-3)

Jumlah siswa yang menjawab 1,2 dan 3

Data yang didapatkan dibandingkan antara kelas sepuluh diawal tahun ajaran dan kelas sepuluh diakhir tahun ajaran, digunakan pada sampel yang samaHubungan dengan literasi sains dicari dengan menggunakan t tes

Page 13: LITERASI SAINS

2 Konseptual Literasi Angket dalam skala Likert 1-3

Tanggapan siswa pernyataan benar, pernyataan salah, dan saya tidak tahu

Pengolahan data sama dengan pengolahan data Nominal dan fungsional literasi

3 Multi dimensional Literasi

Pertanyaan terbuka

Jawaban siswa berupa penjelasan

Jawaban siswa dikategorikan1. Jawaban salah dan

alasan tidak mencerminkan pemahaman yang sesuai

2. Setengah benar, menunjukkan pemahaman yang benar namun tidak memberikan alasan yang memadai

3. Jawaban benar menggambarkan jawaban dan pemahaman yang benar

Untuk menjawab pertanyaan penelitian yang kedua yaitu apakah ada

pengaruh bertambahnya pelajaran kimia pada kelas 10 akhir, kelas 11

pertengahan dan kelas 12 akhir, maka data-data yang didapatkan di

kelompokkan dengan cara yang sama dengan pengelompokkan data

sebelumnya. Namun untuk mencari korelasinya digunakanlah analisis

variansi atau Anova.

Alat akur literasi sains yang diuraikan diatas dapat menjadi rujukan

untuk mengembangkan alat ukur literasi sains yang diinginkan.

III. Rencana Penelitian Lanjut

Literasi sains merupakan tujuan pendidikan khususnya pembelajaran

Fisika yang harus dikembangkan, diteliti dan di evaluasi pelaksanaannya.

Penulis akan mengembangkan suatu metode pembelajaran berbasis inkuiri

Page 14: LITERASI SAINS

yang dapat meningkatkan kemampuan literasi sains siswa, baik sekolah

menengah maupun sekolah tingkat tinggi. Selain itu perlu juga disusun alat

ukur literasi sains, agar dapat mengukur indikator-indikator literasi sains

yang sudah dibuat. Ide-ide ini akan peneliti laksanakan pada penelitian-

penelitian terkait dengan literasi sains selanjutnya.

IV. PenutupMelalui uraian yang dikemukakan di atas maka terdapat hal-hal

penting yang bisa kita simpulkan, beberapa hal penting itu adalah:

1. Mengetahui pengertian literasi sains

2. Mengetahui prinsip-prinsip yang harus ada dalam pembelajaran

yang bertujuan untuk meningkatkan literasi sains

3. Mengetahui indikator-indikator yang dapat digunakan untuk

mengakses kemampuan literasi sains

4. Mendapatkan gambaran mengenai alat ukur yang bisa digunakan

dan dijadikan rujukan untuk mengukur literasi sains

5. Mendapatkan gambaran pengolahan data agar dapat menjawab

pertanyaan penelitian berkaitan dengan literasi sains.

V. Daftar Pustaka

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Standar Kompetensi Mata Pelajaran Fisika Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah, Jakarta: Depdikbud

Holbrook Jack. (2009). “ The Meaning of Scientific Literacy”. International Journal of Environmental & Science Educational, 4 (3), 144-150

Hobson Art. (2005). “Teaching Relevant Science For Scientific Literacy”. Journal of College Science Teaching

Larmer, J. (September 2010). 7 Essentials For Project-Based Learning. Educational Leadership, Halaman 34-37

Liu Xiufeng. (2009). “ Special Issue On Science Literacy”. International Journal Of Environment & Sciene Education, 4 (3). 1-11

Page 15: LITERASI SAINS

OECD-PISA. (2006). Science Competencies for Tomorrow’s World. 1:

Analysis. USA: OECD-PISAs

Shwartz et al. (2006). The Use of Scientific Literacy taxonomy for

Assessing Through Development of Chemical Literacy Among

High-School Students. Journal of Chemistry Education

Research and Practice: 7 (4), 203-204

Wenning J Carl. (2007). “ Assessing Inquiry Skills As A Component of Scientific Lietracy”. Journal of Physics Teacher Education Online, 4 (2), 91-100