literasi informasi bagi pustakawan di era global.doc

33
LITERASI INFORMASI BAGI PUSTAKAWAN DI ERA GLOBAL I. Pendahuluan I.1. Latar Belakang Era global telah menjamah kita, tanda yang signifikan dari era global adalah banjirnya informasi. Informasi sejagad telah menyebar luas seantero dunia. Informasi telah masuk ke setiap ruang sehingga tak sejengkal tanahpun tanpa informasi. Sejak kita bangun pagi hari sampai tidur malam hari, ribuan bahkan jutaan informasi menyebar ke mana-mana. Informasi tersebut bergerak sesuai dengan media yang menghantarkannya, seperti : lisan, media cetak, media non- cetak. Media cetak antara lain : surat kabar, majalah, tabloit, selebaran, spanduk, papan reklame, dsb. Sedangkan media non cetak seperti : televisi, radio, telepon genggam, internet, dsb. Membanjirnya informasi itu juga akibat dari terus berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi. Era global telah merambah dan melanda semua orang tidak terkecuali pustakawan. Era global membuka mata hati bahwa didalam kehidupan ini kita perlu orang lain dimanapun tanpa mengenal batas. Perkembangan teknologi komunikasi dan telekomunikasi seperti Internet dapat mengubah banyak orang menjadi kosmopolitan. Picasso yang dikutip Muis (2001) mengatakan bahwa dunia telah menjadi kosmopolitan dan kita saling mempengaruhi satu sama lain. Internet dengan muatan-muatan bisnis, pendidikan dsb, telah mampu mempengaruhi pola pikir kita semua. Ia telah mengubah kehidupan secara drastis. Internet sudah menjadi 1

Upload: di-tiano

Post on 10-Aug-2015

219 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: LITERASI INFORMASI BAGI PUSTAKAWAN DI ERA GLOBAL.doc

LITERASI INFORMASI BAGI PUSTAKAWAN DI ERA GLOBAL

I. Pendahuluan

I.1. Latar Belakang

Era global telah menjamah kita, tanda yang signifikan dari era global

adalah banjirnya informasi. Informasi sejagad telah menyebar luas seantero dunia.

Informasi telah masuk ke setiap ruang sehingga tak sejengkal tanahpun tanpa

informasi. Sejak kita bangun pagi hari sampai tidur malam hari, ribuan bahkan

jutaan informasi menyebar ke mana-mana. Informasi tersebut bergerak sesuai

dengan media yang menghantarkannya, seperti : lisan, media cetak, media non-

cetak. Media cetak antara lain : surat kabar, majalah, tabloit, selebaran, spanduk,

papan reklame, dsb. Sedangkan media non cetak seperti : televisi, radio, telepon

genggam, internet, dsb. Membanjirnya informasi itu juga akibat dari terus

berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi.

Era global telah merambah dan melanda semua orang tidak terkecuali

pustakawan. Era global membuka mata hati bahwa didalam kehidupan ini kita perlu

orang lain dimanapun tanpa mengenal batas. Perkembangan teknologi komunikasi

dan telekomunikasi seperti Internet dapat mengubah banyak orang menjadi

kosmopolitan. Picasso yang dikutip Muis (2001) mengatakan bahwa dunia telah

menjadi kosmopolitan dan kita saling mempengaruhi satu sama lain.

Internet dengan muatan-muatan bisnis, pendidikan dsb, telah mampu

mempengaruhi pola pikir kita semua. Ia telah mengubah kehidupan secara drastis.

Internet sudah menjadi suatu media pilihan untuk mendapatkan informasi aktual dan

faktual. Walaupun Internet bukanlah panacea (bukan satu-satunya pilihan), namun

sudah menjadi harapan utama untuk mendapatkan informasi aktual.

Pada era globalisasi ini, pustakawan dituntut tidak hanya trampil

mengurusi buku namun juga dituntut bisa menguasai teknologi informasi (TI).

Kemajuan teknologi telah mendorong para pustakawan harus meningkatkan

kemampuannya dalam bidang teknologi agar mereka dapat memenuhi tuntutan

pengguna dan peran pustakawan akan semakin kompleks.

Sumberdaya manusia merupakan salah satu unsur yang penting dalam

organisasi, karena SDM sangat menentukan arah dan kemajuan organisasi.

1

Page 2: LITERASI INFORMASI BAGI PUSTAKAWAN DI ERA GLOBAL.doc

Pustakawan sebagai SDM dalam perpustakaan harus bekerja secara professional,

sesuai dengan profesionalisme pustakawan yang tercermin pada kemapuan

(pengetahuan, pengalaman, keterampilan) dalam mengelola dan mengembangkan

pelaksanaan pekerjaan di bidang kepustakawanan dan kegiatan lainnya secara

mandiri. Profesionalisme pustakawan pun harus terus ditingkatkan jika

perpustakaan ingin terus tumbuh dan berkembang dalam lingkungannya yang

terus berubah.

Sumber daya manusia menjadi salah satu sumber daya terpenting bagi

perpustakaan digital. Suatu perpustakaan digital dikembangkan oleh orang, dalam

hal ini pustakawan. Kreativitas, ide dan upaya pustakawan menjadi faktor

penentu. Oleh Karen itu, pustawakan harus mempersiapkan dirinya agar dapat

meningkatkan kualitas kompetensi professional dan personal yang sudah ada

dengan menambah kemampuan penerapan teknologi informasi dalam

menjalankan tugasnya. Seiring dengan berkembangnya teknologi informasi juga

berpengaruh pada melimpahnya jenis-jenis informasi, jadi seorang pustakawan

saat ini juga harus jeli dalam memilah-milah informasi dengan tepat, cepat dan

akurat.

I.2. Permasalahan

Adapun masalah yang akan kita bahas dalam tulisan ini adalah yang pertama,

profesionalisme pustakawan di era global. Kedua, kompetensi pustakawan di era

web 2.0. ketiga, Ketiga kompetensi pustakawan di era milinium.

I.3. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini adalah untuk memberikan gambaran tentang

profesionalisme pustakawan di era global, kompetensi pustakawan di era web 2.0

dan kompetensi pustakawan di era milinium.

II. Pembahasan

2.1 Profesionalisme Pustakawan di Era Global

Sumberdaya manusia merupakan salah satu unsur yang penting dalam

organisasi. seperti kita ketahui unsur-unsur organisasi yang dikenal dengan 6M

tersebut adalah Sumberdaya Manusia (Man), Peralatan (Machine), bahan-bahan

2

Page 3: LITERASI INFORMASI BAGI PUSTAKAWAN DI ERA GLOBAL.doc

(Materials), biaya (Money), metode (Method), dan pasar (Market). SDM merupakan

unsur yang paling penting. Hal ini karena SDM sangat menentukan arah dan

kemajuan organisasi. Salah satu jenis SDM yang ada di Perpustakaan adalah

Pustakawan selain tenaga-tenaga lain tentunya. Pustakawan diakui sebagai suatu

jabatan profesi dan sejajar dengan profesi-profesi lain seperti profesi peneliti, guru,

dosen, hakim, dokter, dan lain-lain. Profesi secara umum diartikan sebagai pekerjaan.

Dalam “Advanced English-Indonesian Dictionary” (1991: 658) profesi adalah sebagai

suatu pekerjaan yang membutuhkan pendidikan khusus. Sementara itu

“Encyclopedia of Social Science” (1992) memberikan batasan mengenai

“Professions” dilihat dari ciri khasnya, yaitu pendidikan teknik intelektual yang

diperoleh dari pelatihan khusus yang dapat diterapkan pada beberapa suasana

kehidupan sehari-hari, yang memberikan ciri pembeda satu profesi.

Menurut Sulistyo-Basuki (1991: 148-150) ada beberapa ciri dari suatu profesi

seperti :

(1) Adanya sebuah asosiasi atau organisasi keahlian,

(2) Terdapat pola pendidikan yang jelas,

(3) Adanya kode etik profesi,

(4) Berorientasi pada jasa,

(5) Adanya tingkat kemandirian.

Pustakawan sebagai profesi juga harus memiliki beberapa keterampilan antara lain:

1. Adaptability

Pustakawan hendaknya cepat berubah menyesuaikan keadaan yang menantang.

Sudah saatnya adaptif memanfaatkan teknologi informasi. Pustakawan dalam

memberikan informasi tidak lagi bersandar pada buku teks dan jurnal di rak, tetapi

dengan memanfaatkan internet untuk mendapatkan informasi yang aktual bagi

penggunanya.

2. People Skills (Soft Skill)

Pustakawan adalah mitra intelektual yang memberikan jasa kepada pengguna.

Mereka harus lihai berkomunikasi baik lisan maupun tulisan dengan penggunanya.

People Skills ini dapat dikembangkan dengan membaca, mendengarkan kaset-

kaset positif, berkenalan dengan orang-orang positif, bergabung dengan organisasi

positif lain dan kemudian diaplikasikan dalam aktivitas sehari-hari.

3

Page 4: LITERASI INFORMASI BAGI PUSTAKAWAN DI ERA GLOBAL.doc

3. Berpikir Positif

Ketika kita dihadapkan pada suatu pekerjaan yang cukup besar maka pada

umumnya kita berkata: wah…..tidak mungkin; aduh…..sulit!!!! Pustakawan

diharapkan menjadi seorang pemenang yaitu sebagai pemenang yang berpikiran

positif sehingga jika dihadapkan pada pekerjaan besar seharusnya berkata: Yes,

kami bisa.

3. Personal Added Value

Pustakawan harus mempunyai nilai tambah. Pustakawan tidak hanya lihai dalam

mengindeks, mengkatalog, mengadakan bahan pustaka, dan pekerjaan rutin

lainnya. Harus ada nilai tambah misalnya dapat mencarikan informasi yang rinci di

internet dan tahu bagaimana cara cepat mancari informasi tersebut di internet.

4. Berwawasan Enterpreneurship (Kewirausahaan)

Informasi adalah kekuatan, informasi adalah mahal. Maka seyogyanya pustakawan

harus sudah mulai berwawasan enterpreneurship agar dalam perjalanan sejarahnya

nanti dapat bertahan. Lebih-lebih di era otonomi, maka perpustakaan secara

perlahan harus menjadi income generation unit. Memang sudah ada pustakawan

yang berwawasan bisnis, tapi masih belum semuanya. Paradigma lama bahwa

perpustakaan hanya pemberi jasa yang notabene tidak ada uang harus segera

ditinggalkan.

5. Team Work-Sinergi

Di dalam era global yang ditandai dengan ampuhnya internet dan membludaknya

informasi, pustakawan seharusnya tidak lagi bekerja sendiri, mereka harus

membentuk team work untuk bekerja sama mengolah informasi.

Mengutip pendapat Sulistyo-Basuki dalam bukunya Pengantar Ilmu

Perpustakaan, 1991: 147, profesi merupakan sebuah pekerjaan yang memerlukan

pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari teori dan bukan saja dari

praktek, dan diuji dalam bentuk ujian dari sebuah universitas atau lembaga yang

berwenang serta memberikan hak pada orang yang bersangkutan untuk berhubungan

dengan klien. Sedangkan profesionalisme menunjukkan ide, aliran, isme yang

bertujuan mengembangkan profesi, agar profesi dilaksanakan oleh profesional dengan

mengacu norma-norma, standar dan kode etik serta memberikan layanan yang terbaik

kepada klien.

4

Page 5: LITERASI INFORMASI BAGI PUSTAKAWAN DI ERA GLOBAL.doc

Istilah profesionalisme biasanya dikaitkan dengan penguasaan pengetahuan,

keterampilan, dan perilaku dalam mengelola dan melaksanakan pekerjaan/tugas

dalam bidang tertentu. Profesionalisme adalah rasa kepemilikan akan sesuatu, yang

mana dari rasa ini ia benar-benar merasa bahwa sesuatu itu harus dijaga. Adapun

profesionalisme pustakawan hanya dapat dimiliki oleh seorang pustakawan tingkat

ahli/profesional atau pustakawan yang memiliki dasar pendidikan untuk

pengangkatan pertama kali serendah-rendahnya Sarjana Perpustakaan, Dokumentasi

dan Informasi atau Sarjana bidang lain yang disetarakan.

Sedangkan profesionalisme pustakawan adalah pelaksanaan kegiatan

perpustakaan yang didasarkan pada keahlian, rasa tanggung jawab dan pengabdian,

adapun mutu dari hasil kerja yang dilakukan tidak akan dapat dihasilkan oleh tenaga

yang bukan pustakawan, dikarenakan pustakawan yang memiliki jiwa

keprofesionalan terhadap pekerjaannya akan selalu mengembangkan kemampuan dan

keahliannya untuk memberikan hasil kerja yang lebih bermutu dan akan selalu

memberikan sumbangan yang besar kepada masyarakat pengguna perpustakaan.

Profesionalisme pustakawan tercermin pada kemampuan (pengetahuan,

pengalaman, keterampilan) dalam mengelola dan mengembangkan pelaksanaan

pekerjaan di bidang kepustakawanan serta kegiatan terkait lainnya secara mandiri.

Kualitas hasil pekerjaan inilah yang akan menentukan profesionalisme mereka.

Pustakawan profesional dituntut menguasai bidang ilmu kepustakawanan, memiliki

keterampilan dalam melaksanakan tugas/pekerjaan kepustakawanan, melaksanakan

tugas/pekerjaannya dengan motivasi yang tinggi yang dilandasi oleh sikap dan

kepribadian yang menarik, demi mencapai kepuasan pengguna.

Profesionalisme pustakawan harus terus ditingkatkan karena merupakan suatu

hal yang amat penting dan harus dimiliki oleh para pustakawan jika perpustakaan

ingin terus tumbuh dan berkembang dalam lingkungannya yang terus berubah.

Seorang pustakawan di era globalisasi seperti sekarang ini dituntut untuk bekerja

secara profesional dan mampu berkomunikasi ke segenap lapisan masyarakat.

Kalau perlu pustakawan harus beberapa langkah di depan pemakainya, artinya,

pengetahuan dan strategi akses informasi pustakawan harus lebih canggih dari

pemakainya.

Pustakawan memiliki berbagai sarana akses dan mengetahui berbagai

sumber informasi serta strategi untuk mengetahui dan mendapatkannya. Ini hanya

5

Page 6: LITERASI INFORMASI BAGI PUSTAKAWAN DI ERA GLOBAL.doc

dapat dilakukan bila pustakawan selalu mengembangkan wawasan atau

pendidikan, mengikuti pelatihan, studibanding dan share informasi sesama

pustakawan dalam maupun luar negeri serta trampil menggunakan sarana

teknologi informasi dan kemampuan komunikasi, terutama bahasa Inggris.

Selain melayani, pengolahan, dan pengadaan, seorang pustakawan era

globalisasi juga harus mampu memasarkan atau promosi kepada masyarakat,

mampu mengikuti trend, dan berkolega dalam jejaring antara pustakawan atau

pengunjung.

Ciri-ciri pustakawan masa sekarang (globalisasi) yakni ; (1) Kemampuan untuk

mengikuti tren perpustakaan, (2) Kemampuan untuk bekerja di kolegial,

lingkungan jaringan untuk perpustakaan, (3) Menghargai pentingnya

pemasaran/PR . Selanjutnya pustakawan selalu menjadi yang terdepan dalam

penggunaan teknologi, menekankan perangkat tambahan bagi pengguna, dan

bukan hanya teknologi untuk kepentingan teknologi, karena pustakawan memiliki

kesempatan besar untuk berbagi informasi berharga dan bertindak sebagai

pembela bagi kemajuan informasi dan teknologi.

Sedangkan Stueart dan Moran (2002) mengatakan bahwa manajer

informasi atau pustakawan dalam era informasi seharusnya memiliki 7 (tujuh)

kemampuan, yaitu:

1. Technical skill, yaitu seorang pustakawan harus memahami proses pekerjaan

bawahan. Maksudnya tidak mungkin mensupervisi, apabila tidak memahami seluk

beluk pekerjaan yang disupervisi tersebut.

2. Political skill, seorang pustakawan harus memahami masalah sosial,

lingkungan organisasi internal dan eksternal, memiliki wawasan luas.

3. Analytical skills, seorang pustakawan harus memiliki kemampuan analisis yang

baik sehingga dapat menjadi bagian dari agen perubahan.

4. Problem-solving skills, seorang pustakawan harus memiliki kemampuan untuk

memecahkan masalah yang dihadapi dengan cepat, tepat dan baik.

5. People skills, seorang pustakawan harus memiliki kemampuan berkomunikasi

yang baik, termasuk komunikasi interpersonal, memahami dan peduli orang lain.

6. System skills, seorang pustakawan harus memiliki kemampuan bekerja dalam

system dan menggunakan berbagai system jaringan dan komunikasi yang tersedia.

6

Page 7: LITERASI INFORMASI BAGI PUSTAKAWAN DI ERA GLOBAL.doc

7. Business skill, seorang pustakawan harus memiliki naluri bisnis dan semangat

entrepreneurship yang baik. Koleksi yang ada merupakan asset yang harus

dimanfaatkan dengan maksimal.

Selain itu pustakawan juga harus mampu memenuhi tuntutan-tuntutan baru

seperti sebagai spesialis informasi, memiliki pengetahuan mandalam tentang

kelompok saran (pemakai) karena pengunjung perpustakaan terus berubah, serta

pustakawan harus mampu menciptakan dan mengimplementasikan perubahan

dalam berbagai sector atau lini di perpustakaan.

Dan untuk menjadi pustakawan ideal, ada beberapa persyaratan yang harus

dipenuhi, yaitu sebagai berikut:

a. Aspek profesional

Yaitu berpendidikan formal ilmu pengetahuan. Selain itu dituntut gemar

membaca, terampil, kreatif, cerdas, tanggap, berwawasan luas, berorientasi ke

depan, mampu menyerap ilmu lain, obyektif (berorientasi pada data), tetapi

memerlukan disiplin ilmu tertentu dipihak lain, berwawasan lingkungan,

mentaati etika profesi pustakawan, mempunyai motivasi tinggi, berkarya di

bidang kepustakawanan dan mampu melaksanakan penelitian serta

penyuluhan.

b. Aspek kepribadian dan perilaku

Pustakawan Indonesia harus bertakwa kepada Tuhan YME, bermoral

Pancasila, mempunyai tanggungjawab sosial dan kesetiakawanan, memiliki

etos kerja yang tinggi, mandiri, loyalitas tinggi terhadap profesi, luwes,

komunikasi dan sikap suka melayani, ramah dan simpatik, terbuka terhadap

kritik dan saran, selalu siaga dan tanggap terhadap kemajuan dan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, berdisiplin tinggi dan

menjunjung tinggi etika pustakawan Indonesia.Tetapi keterpurukan citra

pustakawan dirusak oleh “pustakawan” sendiri.

Pada saat ini kita sedang menyaksikan sebuah fenomena yang memilukan,

yaitu para pengelola perpustakaan merasa malu atau minder mengenalkan dirinya

sebagai pustakawan. Potret buram pustakawan dalam realitas keindonesiaan. Jika

muncul sebuah pertanyaan: kapasitas apakah yang harus kita miliki untuk

membangun citra pustakawan yang baik? Jawaban pertanyaan ini sebenarnya

7

Page 8: LITERASI INFORMASI BAGI PUSTAKAWAN DI ERA GLOBAL.doc

kembali kepada persoalan visi, misi, dan fungsi pustakawan. Secara umum kita

dapat mengatakan yang diperlukan untuk membangun citra adalah kompetensi

kepakaran kita yang dibentuk oleh dua hal yaitu hard skill dan soft skill. Yang

pertama lebih bersifat scientific achievement, sedangkan yang kedua bersifat

psychological achievement. Yang pertama berkenaan dengan penguasaan teknis

dan detail bidang kepustakawanan dan keperpustakaan, yang kedua berkaitan

dengan kemampuan berpikir strategis sebagai perumus kebijakan, wawasan masa

depan (forward looking), dan kemampuan perencanaan strategis, kemampuan

perencanaan strategis, kemampuan manajerial, kemampuan komunikasi publik,

dan lainnya.

2.2 Kompetensi Pustakawan di Era Web 2.0

Jargon 2.0 merebak di kalangan pengguna dan perancang substansi yang

dipampangkan di internet. Bermula dari istilah Web 2.0 yang lahir pada tahun 2004.

Sejak itu banyak topik yang menyandang label 2.0, seperti: education 2.0, publishing

2.0, enterprise 2.0, marketing 2.0, office 2.0, museum 2.0, identity 2.0, mobile 2.0,

business 2.0, serta banyak lagi 2.0 tanpa ketingalan adalah library 2.0 atau

perpustakaan 2.0 (P 2.0). Istilah ini dikenalkan oleh Michael E Casey pada tahun

2005 dalam blognya yang bernama Library Crunch. Pada dasarnya penyelenggaraan

layanan perpustakaan menggunakan Web 2.0 itulah yang disebut P 2.0. Dengan

layanan tersebut interaksi pemustaka dan perpustakaan akan lebih efektif. Bahkan

dapat dikatakan terjadi transformasi atas konsep perpustakaan terdahulu yang dikenal

dengan istilah users oriented menjadi users centred.

Pada tahun 2004 Tim O'Reilly memprakarsai sebuah konferensi yang

memakai nama Web 2.0. Menurut Paul Graham, nama 2.0 muncul dari sebuah

brainstorming untuk memberi nama konferensi tentang Web yang baru. Mereka

berpendapat bahwa sesuatu yang baru akan muncul. Dan yang baru itulah disebut

Web 2.0 meski masih memiliki banyak ragam interpretasi. Dalam suatu sesi

pertemuan yang dipimpin Tim O’Reilly pada tahun berikutnya (2005) dicoba

mendefinisikan ulang Web 2.0. Batasan yang muncul adalah sederet kriteria berikut :

Web 2.0 menggunakan jaringan sebagai landasan kerja yang menjangkau

semua peralatan terkoneksi;

penerapan web 2.0 memanfaatkan keunggulan intrinsik landasan kerja tersebut;

8

Page 9: LITERASI INFORMASI BAGI PUSTAKAWAN DI ERA GLOBAL.doc

menyediakan peranti lunak yang secara kontinyu diperbaiki karena semakin

banyak pengguna yang berpartisipasi dalam upaya itu;

Memakai dan memadukan data dari beragam sumber termasuk dari setiap

individu pemakai;

Menyediakan data dan jasa dalam format yang memungkinkan dipadukan oleh

pihak lain;

Menciptakan keunggulan jaringan dengan memakai arsitektur yang cocok

untuk partisipasi banyak pihak;

Melebihi kemampuan Web 1.0 karena diperkaya oleh pengalaman para

pengguna.

Kriteria di atas menunjuk pada dua hal yang saling mendukung dan

menguatkan yaitu sisi teknologi dan sisi hubungan manusia dalam bentuk partisipasi.

Sisi teknologi diwakili dengan kelompok peranti blogs, wikis, podcast, RSS, feeds,

dll. Sisi sosial adalah dengan terbentuknya jejaring sosial yang akhir-akhir ini

semakin meluas. Dengan kata lain web 2.0 adalah kecanggihan teknologi dan

kekuatan partisipasi.

Dengan dua hal tersebut wajar bahwa ada pihak yang menaruh minat hanya

pada teknologi, namun juga wajar jika ada pihak yang menaruh minat hanya pada

partisipasi. Idealnya dua-duanya harus seimbang. Namun dalam suatu organisasi

tidak semua orang memiliki dua kemampuan tadi secara seimbang. Dalam hal inilah

tugas manajer untuk membangun tim dengan memadukan dua kekuatan tersebut.

Karena sifatnya, teknologi selalu harus baru sedang partisipasi adalah klasik sehingga

mudah membosankan.

Oleh sebab itu banyak orang yang menyangka bahwa konsentrasi konsep 2.0

adalah pada teknologi. Padahal yang benar yang pertama adalah partisipasi, untuk

meluaskan dan menguatkan partisipasi ini diperlukan teknologi yang mendukung.

Maka muncullah teknologi Web 2.0. Dengan teknologi ini dimungkinkan pustakawan

membangun P 2.0.

Librarian atau pustakawan adalah profesi dimana seseorang mengelola

sebuah lembaga yang dinamakan perpustakaan, profesi ini berkaitan dengan

berbagai macam ilmu pengetahuan. sebagaimana yang di jelaskan di berbagai

macam tulisan, maupun dijelaskan secara visual melalu berbagai macam film.

Perpustakaan adalah tempat di mana berkumpulnya berbagai macam ilmu

9

Page 10: LITERASI INFORMASI BAGI PUSTAKAWAN DI ERA GLOBAL.doc

pengetahuan. seorang librarian atau pustakawan bertugas untuk mencari,

menyimpan, mengelola dan menyebarkan ilmu pengetahuan tersebut dengan

berbagai macam cara maupun pola.

Terinspirasi oleh poin tersebut, maka tulisan ini pun muncul. dimana

konsep dinamic librarian berasal dari dua kata yaitu, dinamis dan librarian.

dinamis itu sendiri bersifat dinamik/ bergerak maju, sedangkan librarian adalah

seorang yang berprofesi untuk mengelola gudang dari ilmu pengetahuan

(perpustakaan). dinamic librarian adalah seorang yang mengelola ilmu

pengetahuan, dan berpola pikir maju (ninamik).

Konsep tersebut yang seharusnya dimiliki oleh banyak pustakawan saat

ini, terkait dengan berkembangnya zaman, yang berpengaruh kepada banyak

aspek. sehingga untuk memberikan sebuah pengelolaan yang berkualitas, profesi

ini perlu berkembang, mengikuti; berpola pikir maju dan berimprovisasi agar

perpustakaan itupun bergerak maju.

Terkait dengan bidang teknologi maupun inovasi, perpustakaan

memerlukan sebuah inovasi untuk memperjelas paradigma konsep perpustakaan

yang bergeser, dari sebuah perpustakaan yang bersifat konvensional, dan sekarang

perpustakaan yang bersifat kontemporer. pustakawan yang merupakan profesi,

dan sangat menjunjung tinggi sebuah keprofesionalitasan dimana hal tersebut

tidak terkait dengan hal-hal yang statis. konsep kontemporer itu sendiri

merupakan konsep yang bergerak maju, memberikan sebuah kemajuan yang dapat

mekasimalkan kualitas dari perpustakaan itu sendiri, memberantas buta huruf,

memberikan ilmu-ilmu literasi, agar masyarakat (manusia)dapat lebih berperan

untuk bertujuan kepada hidup yang lebih maju dan berkembang.

Faktor knowledge inilah yang memberikan sebuah kenaikan martabat bagi

masyarakat (manusia), selain itu, faktor ini pula yang memberikan sebuah

problem solving bagi permasalahan-permasalahan yang muncul di era sekarang.

Kecerdasan dari sebuah knowledge perlu di tingkatkan, untuk memotivasi

masyarakat agar lebih berkembang. dengan konsep pola pikir dinamic librarian ini

pula, profesi librarian akan lebih diakui, khususnya di indonesia yang mungkin

notabenenya, perpustakaan masih dipandang dengan paradigma perpustakaan

zaman dahulu kala.

10

Page 11: LITERASI INFORMASI BAGI PUSTAKAWAN DI ERA GLOBAL.doc

Pola dinamic librarian ini menuntut para pustakawan menguasai apa yang

disebut kompetensi di bidang library 2.0, berkekspresi seperti halnya membuat

sebuah produk itu berkembang, berinovasi memberikan sebuah kulitas pelayanan,

bereksperimen untuk membuat design interior yang memberikan rasa nyaman,

dan berpikir untuk melakukan aktifitas sharing knowledge.

2.3 Kompetensi Pustakawan di Era Milinium

Perpustakaan didirikan di tengah-tengah masyarakat, sehingga selalu

mengikuti dinamika dalam masyarakat. Bentuk manifestasinya terlihat dalam

format dan layanan yang diberikan kepada masyarakat. Ketika teknologi media

simpan informasi baru mengenal kulit hewan sebagai media simpan maka

perpustakaanpun mengelola berbagai media simpan informasi tersebut sebagai

koleksi perpustakaan. Ketika kertas mulai dikenal masyarakat, perpustakaan

kemudian mengelola koleksi tercetak yang berbahan baku kertas sebagai

koleksinya. Kemudian perpustakaan mengelola koleksi kaset, video, VCD dan

koleksi digital terus berkembang seiring dengan teknologi media simpan

informasi.

Teknologi yang digunakan perpustakaan untuk mengelola berbagai koleksi

di atas juga berubah sesuai dengan tren teknologi dimasa itu. Mulai dari pengelola

secara konvensional sampai dengan pemanfaatan aplikasi berbasis web untuk

mengembangan otomasi perpustakaan dan pengelolaan koleksi digital. Aplikasi

berbasis web merupakan aplikasi yang paling banyak digunakan saat ini.

Perpustakaan saat ini tidak hanya cukup menggunakan CDS/ISIS dalam

memberikan layanan kepada pengguna perpustakaan, namun perpustakaan mulai

memanfaatkan aplikasi berbasis web yang memungkinkan katalog online, aplikasi

otomasi dan aplikasi perpustakaan digital dalam digabung ke dalam satu paket.

Saat ini perpustakaan telah memasuki era milienium yang membawa

perubahan besar bagi masyarakat. Sebagai lembaga yang senantiasa mengikuti

dinamika masyarakat maka perpustakaan harus memberikan respon terhadap

setiap perkembangan yang terjadi di masyarakat. Masyarakat saat ini menjadi

masyarakat dengan mobilitas tinggi serta masyarakat yang menuntut segala

sesuatu dilakukan dan dapat diperoleh secara cepat. Kondisi ini terjadi karena

11

Page 12: LITERASI INFORMASI BAGI PUSTAKAWAN DI ERA GLOBAL.doc

perkembangan teknologi informasi yang terjadi sangat pesat dan memanjakan

masyarakat di era milenium ini. Bahkan aktivitas masyarakat sangat bergantung

pada perangkat-perangkat teknologi informasi. Contoh nyata adalah begitu

tergantungnya masyarakat kepada telepon genggam sebagai sarana komunikasi

atau mahasiswa sangat bergantung pada teknologi wireless yang ada pada setiap

komputer jinjing yang dimiliki (laptop) untuk menelusur informasi atau mencari

bahan-bahan kuliah.

Profil Pengguna di Era Milenium

Sejak tahun 2000 masyarakat telah memasuki era baru yang disebut

dengan era milienium. Di era milenium ini, teknologi informasi menjadi tulang

punggung disetiap bidang kehidupan. Masyarakat mulai bergantung terhadap

produk-produk teknologi informasi dalam mendukung rutinas harian.

Sebagai lembaga yang berkembang dan senantiasa mengikuti dinamika

masyarakat maka perpustakaan juga tidak dapat melepaskan diri dari eksistensi

perangkat teknologi informasi. Perpustakaan mulai memanfaatkan produk-produk

teknologi informasi guna memenuhi tuntutan pengguna terkait dengan perbaikan

kualitas layanan perpustakaan.

Profil pengguna atau siapa pengguna serta tingkat kebutuhannya terhadap

layanan perpustakaan berubah. Pengguna menuntut layanan yang diberikan

perpustakaan semakin cepat dan berkualitas. Selain itu kebutuhan pengguna

perpustakaan berbeda-beda antara seorang pengguna dengan pengguna lainnya.

Untuk mengetahui profil pengguna atau siapa pengguna perpustakaan saat ini

akan lebih mudah jika perpustakaan melakukan kategorisasi pengguna

perpustakaan.

Kategorisasi pengguna perpustakaan dapat dilakukan dengan membagi

pengguna perpustakaan ke dalam tiga generasi. Ketiga generasi tersebut adalah

generasi baby boomer, generasi X atau yang dipopulerkan dengan istilah Gen-X

dan yang terakhir adalah generasi Y atau yang dikenal dengan istilah Gen-Y.

Generasi baby boomer merupakan generasi yang terlahir dari periode 1946 sampa

1962. Setelah generasi baby boomer munculnya generasi X yang lahir antara

periode 1963 sampai dengan 1980.

12

Page 13: LITERASI INFORMASI BAGI PUSTAKAWAN DI ERA GLOBAL.doc

Generasi terakhir adalah generasi Y yang terlahir antara periode 1981

sampai dengan 2000. Generasi Y yang terlahir diawal milienia baru yaitu milenia

21 juga disebut generasi melenia (Kusmayanto Kadiman, 2009;1). Ketiga generasi

inilah yang saat ini mengakses perpustakaan. Pengguna perpustakaan di atas

terlahir dengan pada masa yang berbeda. Setiap masa memiliki budaya, tingkat

pemanfaatan teknologi yang berbeda serta gaya hidup yang berbeda.

Perbedaan budaya, gaya hidup serta tingkat pemanfaatan teknologi

informasi menyebabkan setiap generasi memiliki perilaku yang berbeda dalam

memanfaatkan berbagai layanan dan fasilitas yang disediakan perpustakaan serta

tuntutan kebutuhan yang berbeda terhadap layanan yang disediakan perpustakaan.

Generasi baby boomer akan berbeda perilaku serta serta kebutuhannya dengan

generasi X dan generasi millenia.

Perbedaan tersebut dapat dicermati dari gaya hidup setiap generasi.

Generasi baby boomer yang terlahir pasca dunia ini mengalami revolusi dan

berada pada masa teknologi informasi tidak berkembang secepat seperti sekarang

ini. Pada masa kelahiran baby boomer inilah minicomputer atau mainframe

diproduksi dan diperkenalkan kepada masyarakat (Burhan bungin, 2006;139).

Walaupun telah berhasil memproduksi komputer komersil untuk pertama kalinya

namun perkembangan teknologi informasi tidak terjadi secepat seperti sekarang

ini, akibatnya secara tingkat literasi teknologi generasi baby boomer tidak sebaik

generasi X dan generasi Y.

Komputer dimanfaatkan untuk meningkatkan efisensi dan efektifitas kerja.

Kebutuhan generasi ini terhadap layanan perpustakaan adalah pemenuhan

kebutuhan informasi terutama dari koleksi tercetak serta mengangap komputer

sebagai sarana pelangkap untuk penelusuran informasi. Generasi X terlahir antara

rentang waktu tahun 1963 sampai dengan 1980. Pada generasi ini muncul

personal computer sebagai pengganti minicomputer (Burhan bungin, 2006;140).

Pada masa generasi ini mulai terjadi ledakan informasi yang dipicu oleh

perkembangan teknologi jaringan.

Masyarakat yang hidup generasi ini, memiliki literasi teknologi yang lebih

baik dibandingkan generasi sebelumnya. Pada masa ini komputer mulai

dimanfaatkan sebagai media informasi yang mulai familiar mengakses koleksi

13

Page 14: LITERASI INFORMASI BAGI PUSTAKAWAN DI ERA GLOBAL.doc

digital dan menuntut perpustakaan mengoptimalkan teknologi informasi dalam

memberikan layanan. Sedangkan generasi milenia atau mereka yang berstatus

sebagai generasi muda adalah generasi yang terlahir antara rentang waktu tahun

1981 sampai dengan 2000. Generasi ini hidup ketika mulai dikenalnya sistem

informasi dan perkembangan komputer telah mencapai era mobile computing atau

mobile technolgy. Laptop atau komputer jinjing dan telepon genggam merupakan

contoh dari produk mobile computing dan mobile technology.

Mereka yang hidup di masa ini, akrab dengan internet dan menjadikan

telepon genggam sebagai kebutuhan. Browsing, chatting, e-mail atau update status

pada pada situs jaring sosial seperti twitter dan facebook merupakan bagian dari

gaya hidup. Dengan mudah dapat dijumpai mulai dari anak-anak orang dewasa

atau bahkan mereka yang telah berambut putih menggunakan telepon genggam

untuk berkomunikasi, mendengarkan musik bahkan berinternet.

Di era perkembangan teknologi yang terjadi sangat cepat dan kompleks,

generasi ini menjadi generasi instan yang menginginkan segala sesuatu yang

dibutuhkan secara cepat dan teknologi yang berkembang memungkinkan generasi

ini mendapatkannya. Generasi yang terbiasa memperoleh informasi secara cepat

dengan memanfaatkan internet, tentu juga menuntut perpustakaan menyajikan apa

yang dibutuhkan secara cepat dan tepat.

Layanan berbasis web dengan mengembangkan sistem informasi

perpustakaan berbasis web merupakan solusi untuk memenuhi kebutuhan generasi

ini. Melalui sistem informasi perpustakaan berbasis web ini perpustakaan dapat

menyajikan koleksi digital yang dimiliki serta mendekatkan berbagai layanan

perpustakaan seperti OPAC (Online Public Access Catalog), memesan koleksi,

perpanjangan online, pendaftaran keanggotaan online dan layanan perpustakaan

lainnya. Layanan berbasis web memungkinkan pengguna perpustakaan

mengakses koleksi serta layanan tanpa harus datang ke perpustakaan dan dapat

diakses dengan memanfaatkan perangkat.

Melihat berbagai perilaku serta kebutuhan pengguna terhadap layanan

perpustakaan dari berbagai generasi maka perpustakaan yang menghimpun

koleksi digital dan koleksi tercetak dan didukung oleh teknologi informasi adalah

format ideal bagi perpustakaan di era seperti ini. Dengan format seperti ini maka

14

Page 15: LITERASI INFORMASI BAGI PUSTAKAWAN DI ERA GLOBAL.doc

perpustakaan mampu mengakomodasi seluruh kebutuhan pengguna perpustakaan

dari berbagai generasi.

Format Perpustakaan di Era Milenium

Pengguna perpustakaan saat ini terdiri dari berbagai generasi. Berbagai

generasi tersebut memiliki perilaku, tingkat literasi teknologi serta tingkat

kebutuhan yang berbeda terhadap layanan dan koleksi perpustakaan. Di antara

generasi tersebut, terdapat generasi yang memiliki tingkat literasi teknologi yang

tinggi dan sebaliknya. Dan sebagai lembaga jasa yang ingin produknya diakses

oleh pengguna maka sudah selayaknya jika perpustakaan mengakomodir semua

kebutuhan pengguna perpustakaan dari berbagai generasi.

Untuk mengakomodir kebutuhan dari berbagai generasi yang mengakses

perpustakaan maka perpustakaan harus mampu menyajikan layanan serta koleksi

yang dimiliki baik bagi mereka yang miliki literasi dibidang teknologi informasi

maupun tidak. Agar dapat menyajikan layanan serta koleksi yang dimiliki, baik

bagi mereka yang memiliki literasi teknologi maupun tidak maka perpustakaan

hibrida berbasis web 2.0 adalah solusinya.

Para pustakawan dan teknologi di Inggris mendefinisi perpustakaan

hibrida sebagai perpustakaan yang secara bersama-sama menghimpun koleksi

jenis baru yaitu koleksi digital dengan koleksi jenis lama yaitu koleksi tercetak

(Putu Pendit, 2008, 239). Dengan kedua jenis koleksi ini memungkinkan bagi

mereka yang tidak familiar tengan teknologi informasi tetap mengakses koleksi

tercetak dan bagi mereka yang familiar dengan teknologi informasi dapat

mengakses koleksi digital untuk memenuhi kebutuhan informasinya.

Perpustakaan hibrida berbasis web 2.0 adalah konsep perpustakaan hibrida

yang mengadopsi konsep kerja web 2.0 sehingga menghasilkan konsep kerja

library 2.0. Dengan kata lain konsep ini adalah pengelolaan koleksi yang dimiliki

perpustakaan, baik itu koleksi digital maupun koleksi tercetak dengan bantuan

teknologi informasi khususnya teknologi web 2.0. Penerapan teknologi web 2.0

dalam memberikan layanan kepada pengguna perpustakaan disebut dengan istilah

library 2.0. Dengan demikian perpustakaan hibrada berbasis web 2.0 atau library

2.0 adalah pengelolaan perpustakan secara trandional dan dikombinasikan dengan

teknologi web 2.0 atau library 2.0.

15

Page 16: LITERASI INFORMASI BAGI PUSTAKAWAN DI ERA GLOBAL.doc

Perpustakaan mencoba mengoptimalkan aplikasi berbasis web dengan

teknologi web 2.0 untuk memberikan layanan kepada pengguna perpustakaan.

Perpustakaan memilih aplikasi berbasis web untuk mendukung layanan

perpustakaan dikarenakan aplikasi ini memungkinkan perpustakaan menyajikan

layanan serta koleksi melalui web sehingga pengguna tidak perlu dapat langsung

ke perpustakaan untuk mengakses layanan dan koleksi perpustakaan. Dengan

mengakses web perpustakaan pengguna dapat menikmati berbagai layanan yang

koleksi yang dimiliki perpustakaan.

Web 2.0 sendiri memiliki definisi sebagai generasi web yang mempunyai

karateristik kerjasama, interaktif, dinamis, dan batas tidak tegas antara pembuatan

dan pemakaian konten web. Web 2.0 bukanlah web penerbitan tekstual melainkan

sebuah web komunikasi multi sensor. Web jenis ini merupakan sebuah matriks

dialog dan bukan kumpulan monolog. Sebuah web yang berpusat pada pengguna

dalam suatu cara yang belum pernah dilakukan selama ini (O’Relly, 2005;2).

Perpustakaan berbasis web 2.0 berarti bahwa perpustakaan memanfaatkan

teknologi web guna mendukung layanan perpustakaan, khususnya teknologi web

2.0. Menurut sebuah teori Library 2.0 setidaknya memiliki 4 elemen penting yaitu

terpusat pada pengguna, menyediakan sebuah layanan multi media, kaya secara

sosial, inovatif secara bersama-sama (Jack M. Mannes, 2006;2). Elemen terpusat

pada pengguna dimaksudkan bahwa pengguna memiliki peran penting dalam

konsep pengelolaan perpustakaan, pengguna tidak hanya berposisi sebagai objek

layanan tetapi juga menjadi subjek layanan.

Implementasi dari elemen pertama antara lain web atau sistem informasi

perpustakaan yang memberikan fasilitas mengunggah koleksi yang dimiliki

pengguna perpustakaan, pesan koleksi, OPAC berbasis web yang memungkinkan

pengguna memberikan penilaian dan komentar terhadap kualitas sebuah koleks,

serta berusaha menyajikan berbagai koleksi digital yang dimiliki perpustakaan

agar dapat diakses pengguna perpustakaan. Elemen kedua, yaitu menyediakan

layanan multimedia dapat diwujudkan dengan menyediakan kolek si audio dan

video yang dimiliki perpustakaan dengan menggunakan media streaming.

Ada beberapa sistem informasi perpustakaan berbasis web yang

menyediakan fasilitas media streaming yaitu IBRA untuk aplikasi komersil dan

16

Page 17: LITERASI INFORMASI BAGI PUSTAKAWAN DI ERA GLOBAL.doc

Senayan untuk aplikasi berbasis free open source software. Bahkan untuk

mengimplementasikan elemen kedua ini perpustakaan dapat membangun web

yang dimilikinya dengan menggunakan CMS Joomla dan menggunakan

komponen media streaming. Elemen ketiga yaitu kekayaaan sosial dapat

diwujudkan dengan pembuatan blog atau wiki serta fasilitas chatting antara

pengelola perpustakaan dengan pengguna. Elemen keempat inovatif secara

bersama-sama dapat diwujudkan dengan membangun forum diskusi atau buku

tamu yang memungkinkan pengguna memberikan masukan atau ide terkait

dengan layanan perpustakaan. Perpustakaan hibrida berbasis web 2.0. akan

mampu memenuhi berbagai kebutuhan dari generasi yang mengakses

perpustakaan.

Bagi mereka yang tidak familiar dengan aplikasi teknologi informasi

perpustakaan tetap menyediakan koleksi tercetak atau koleksi konvensional.

Bahkan dengan bantuan teknologi informasi pengguna yang tidak familiar

memanfaatkan aplikasi teknologi informasi generasi ini dapat memanfaatakan

koleksi lebih nyaman karena perpustakaan memberikan layanan dengan

memanfaatkan aplikasi teknologi informasi sehingga layanan yang diberikan

semakin cepat dan berkualitas.

Sedangkan bagi generasi yang memiliki literasi teknologi informasi

mereka akan semakin dimanjakan karena koleksi perpustakaan dapat diakses oleh

penggunakan perpustakaan dari web perpustakaan selama 24 jam dalam sehari

dan selama 7 hari dalam seminggu.

Pada tulisan di atas telah dijelaskan bahwa format perpustakaan di era

milenium ini adalah perpustakaan hibrida berbasis web 2.0. Perpustkaan hibrida

web 2.0 adalah perpustakaan yang menghimpun koleksi dalam format tercetak

dan koleksi dalam format digital, di mana untuk menyajikan berbagai koleksi

tersebut perpustakaan menggunakan bantuan teknologi informasi berbasis web

2.0. Dengan format perpustakaan seperti ini maka semua generasi atau pengguna

perpustakaan baik pengguna yang memiliki literasi teknologi informasi dapat

memanfaat koleksi yang disediakan perpustakaan.

Apabila telah diketahui format perpustakaan yang sesuai dengan kondisi di

era milenium ini, lalu kompetensi apa yang harus dimiliki oleh pustakawan di era

17

Page 18: LITERASI INFORMASI BAGI PUSTAKAWAN DI ERA GLOBAL.doc

milenium ini. Berdasakan format perpustakaan di era milenium ini maka

kompetensi yang harus dimiliki seorang pustakawan adalah:

1. Menguasai disiplin ilmu perpustakaan

Kompetensi utama dari pustakawan di era milenium ini adalah memahami

disiplin ilmu perpustakaan. Pustakawan yang baik adalah mereka yang paham

betul akan disiplin ilmu perpustakaaan sehingga mampu mengelola

perpustakaan sesuai dengan standar yang ada dalam bidang ilmu perpustakaan.

2. Memiliki kemampuan penelusuran informasi

Produk yang dilayankan perpustakaan kepada pengguna adalah informasi.

Untuk itu seorang perpustakaan harus mampu melakukan penelusuran

informasi baik secara konvensional mampu penulusuran dengan mamanfaatkan

produk-produk teknologi informasi. Keterampilan yang dibutuhkan oleh

pustakawan untuk melakukan penelusuran secara konvensional antara lain

pustakawan mampu menggunakan katalog tercetak, indeks dan abstrak.

Sedangkan terampilan yang dibutuhkan agar pustakawan mampu melakukan

penelusuran dengan menggunakan bantuan produk-produk teknologi informasi

atau penelusuran online adalah mampu menggunakan internet, menelusur

informasi melalaui berbagai katalog online serta mampu menggunakan trik-trik

penelusuran online (seperti logika bolean dan pembatasan penelusuran)

sehingga mampu menemukan informasi yang dibutuhkan secara cepat.

3. Memiliki literasi teknologi informasi.

Dalam menjalankan aktivitas pelayanan perpustakaan hibrida berbasis web 2.0

didukung oleh perangkat teknologi informasi. Untuk itu pustakawan saat ini

harus memiliki kompetensi dibidang teknologi informasi. Kompetensi dibidang

teknologi informasi ini tidak hanya sebatas pada kemampuan mengoperasikan

komputer, namun kompetensi teknologi yang dapat mengurangi

ketergantungan perpustakaan terhadap praktisi dibidang teknologi informasi.

Selama ini relasi antara perpustakaan dengan praktisi teknologi informasi yang

mendukung perpustakaan terjadi tidak sehat karena para praktisi dibidang

teknologi informasi membuat perpustakaan bergantung sepenuhnya kepada

mereka. Untuk itu kedepan pustakawan harus memiliki kemampuan intalasi

komputer, jaringan komputer, aplikasi desain grafis, aplikasi web desain,

18

Page 19: LITERASI INFORMASI BAGI PUSTAKAWAN DI ERA GLOBAL.doc

bahasa pemgrograman web (seperti html dan PHP), aplikasi web server dan

database.Manfaat dari pustakawan yang mampu menguasai berbagai

kompetensi ini adalah pustakawan dapat mengembangkan perpustakaan

berbasis sumber daya manusia perpustakaan sehingga tidak bergantung pada

unit atau orang lain. Nantinya perpustakaan dapat membangun web, aplikasi

otomasi atau pengembangan perpustakaan digital dengan memanfaatkan

sumber daya manusia perpustakaan.

4. Memiliki kemampuaan komunikasi lisan dan tulis yang baik

Kompetensi lain yang harus dimiliki adalah kemampuan berkomunikasi baik

secara lisan maupun tulisan. Kompetensi komunikasi lisan meliputi

kemampuan berbahasa asing serta kemampuan berbicara di depan publik atau

public speaking. Selain itu pustakawan juga harus memiliki kemampuan

menulis sehingga ide atau gagasanya dapat dituangkan dalam bentuk tulisan,

baik itu berupa artikel maupun proposal-proposal untuk pengembangan

perpustakaan.

5. Memiliki motivasi untuk mengembangkan diri

Pustakawan juga harus memiliki motivasi untuk mengembangkan diri. Apabila

pustakawan memiliki motivasi untuk mengembangkan diri maka pustakawan

tersebut akan selalu mengikuti dinamika ilmu pengetahuan serta perkembangan

teknologi informasi. Motivasi ini dapat memberikan dampak positif bagi

perpustakaan karena pustakawan ini dapat mengimplementasikan pengetahuan

baru atau teknologi terbaru yang untuk perpustakaan.

6. Kemampuan membangun jaringan

Kompetensi lain yang tidak kalah penting dimiliki oleh pustakawan adalah

kemampuan membangun jaringan. Dengan memiliki kemampuan membangun

jaringan maka perpustakaan dapat membangun jaringan-jaringan yang

bermanfaat bagi perpustakaan.

7. Berjiwa besar menerima kritikan sebagai masukan

Dengan mengadopsi konsep web 2.0 atau library 2.0 dalam layanan

perpustakaan, maka peluang pengguna untuk terlibat dalam pengelolaan

perpustakaan semakin terbuka lebar. Penguna perpustakaan dapat memberikan

masukan kepada pengelola perpustakaan baik itu melalui sistem informasi

19

Page 20: LITERASI INFORMASI BAGI PUSTAKAWAN DI ERA GLOBAL.doc

perpustakaan maupun melalui web perpustakaan. Untuk itu pustakawan harus

berjiwa besar menerima masukan maupun kritik dari pengguna atau pihak lain

untuk pengembangan atau perbaikan perpustakaan.

20

Page 21: LITERASI INFORMASI BAGI PUSTAKAWAN DI ERA GLOBAL.doc

III. Penutup

Membicarakan literasi informasi tidak akan pernah ada habisnya, terutama

di negara yang selalu saja berpredikat berkembang ini. Jika dengan kemampuan

ini, orang akan belajar secara mandiri dan mampu meningkatkan taraf hidupnya,

maka sudah selayaknya setiap orang yang memiliki kemampuan ini berbagi dan

memberdayakan orang lain. Pemberdayaan akan terdukung dengan adanya

Internet. Jadi jika pendukungnya telah tersedia, tinggal siapa orang-orang yang

mau melakukannya. Jika pemberdayaan ini adalah salah satu peran pustakawan,

maka tinggal bagaimana menggerakkan mereka untuk pemberdayakan diri sendiri

untuk memberdayakan orang lain.

Pada saat ini, teknologi sudah sangat maju, kompetisi sudah semakin

hebat, masyarakat semakin pintar dan kritis dalam menilai keberadaan

perpustakaan dalam memberikan pelayanan. Maka, mau tidak mau perpustakaan

harus berani dan bersedia melakukan terobosan dan perubahan agar dapat

bersaing dalam era globalisasi saat ini.

Era global dan era Internet telah menantang profesionalisme pustakawan.

Tantangan tersebut bukanlah hal yang menakutkan, tetapi justru menjadi peluang

emas bagi pustakawan untuk bergerak maju meretas batas. Pustakawan sudah

sewajarnya mengadopsi perkembangan teknologi informasi untuk meningkatkan

kualitas jasanya.

21

Page 22: LITERASI INFORMASI BAGI PUSTAKAWAN DI ERA GLOBAL.doc

Daftar Pustaka

Ahmad, 2007. Profesionalisme Pustakawan di Era Global, 2-3 : (online), (http://www.lurik.its.ac.id/, diakses 23 April 2011

Hakim, Heri Abi Burachman, 2010. Kompetensi Pustakawan di Era Milenium, 1-7:(online), http:// 118.98.220.106/senayan/ , diakses 9 April 2011.

Risky, Dimas, 2011. Dinamic Librarian = Kompetensi Pustakawan di Era Web 2.0, 1-2 : (online), http://www.tec-search.net/id/, diakses 9 April 2011

Sudarsono, Blasius, 2009. Menerapkan Konsep Perpustakaan 2.0, 2-3 : (online), http ://elib.unikom.ac.id/ , diakses 9 April 2011

Sudarsono, Blasius, 2008. Profesionalisme Pustakawan di Era Global, 1-10 : (online), (http ://www.cilip.org.uk/ , diakses 9 April 2011

22