lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2175/3/bab ii.pdf · 5 tinggi,...

21
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli. Copyright and reuse: This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.

Upload: dangthu

Post on 17-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2175/3/BAB II.pdf · 5 tinggi, sangat sensitif dan menghasilkan gambar yang sangat sedikit noise, terutama pada

Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP 

 

 

 

 

 

Hak cipta dan penggunaan kembali:

Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.

Copyright and reuse:

This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.

Page 2: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2175/3/BAB II.pdf · 5 tinggi, sangat sensitif dan menghasilkan gambar yang sangat sedikit noise, terutama pada

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Image Sensors

Wheller (2009) menjelaskan bahwa cara kerja sensor adalah cahaya yang masuk

melalui lensa dibagi menjadi elemen gambar merah, hijau dan biru. Kemudian

masing-masing elemen gambar tersebut ditempatkan pada tiap plat yang sesuai.

Merah pada plat 4, hijau pada plat 5 dan biru pada plat 6.

Beliau menambahkan image sensor bertugas untuk memecahkan gambar

optic menjadi titik-titik informasi sehingga yang dapat direkam oleh magnetic

tape. Titik-titik informasi ini kita kenal biasanya dengan nama pixel. Semakin

banyak pixel yang dimiliki maka semakin baik pula gambar yang akan dihasilkan

(hlm.87-88).

2.1.1. CCD Sensors

Dijelakan oleh Wheller (2009) pada sensor CCD (charge couple devices) muatan

listrik diakumulasikan pada setiap pixel selama satu exposure, saat proses tersebut

selesai, maka muatan dikirim melewati sensor ke satu sisi chip dimana masing-

masing muatan listrik dapat dibaca secara berurutan.

Kemudian beliau menambahkan bahwa sensor CCD diproduksi dengan

proses yang special, ini yang membuat produksi memakan biaya yang besar,

namun dibalik itu semua, sensor ini menghasilkan gambar yang sangat berkualitas

Penataan Kamera..., Jovian Pangestu, FSD UMN, 2015

Page 3: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2175/3/BAB II.pdf · 5 tinggi, sangat sensitif dan menghasilkan gambar yang sangat sedikit noise, terutama pada

5

tinggi, sangat sensitif dan menghasilkan gambar yang sangat sedikit noise,

terutama pada bagian gambar yang memperlihatkan detail bayangan. Namun

sayangnya sensor ini mempunyai konsumsi listrik yang besar (hlm.91).

2.1.2. CMOS Sensors

Wheller (2009) mengatakan bahwa sensor ini lebih murah dari sensor CCD,

karena tidak terlalu sulit dalam memprodusinya. Perbedaan yang mencolok adalah

pada sensor CMOS (complementary metal-oxide semiconductor) setiap pixel

dapat langsung diterima dan direkam secara langsung. Sensor CMOS mempunyai

konsumsi listrik yang tidak terlalu besar (hlm.92).

Andersson dan Geyen (2012) menjelaskan sensor CMOS yang tidak bisa

merekam gambar secara langsung seperti sensor CCD, proses perekaman gambar

pada sensor ini terjadi dari bagian atas sensor kemudian menuju kebagian bawah

sensor, proses ini disebut rolling shutter, jadi jika gambar yang direkam

digerakkan terlalu cepat maka gambar bagian bawah akan terlambat dibaca oleh

sensor, ini menyebabkan gambar menjadi terdistorsi dan gambar terlihat bergerak

seperti jelly atau yang biasa disebut jello-effect (hlm.239).

Andersson dan Geyen (2012) menambahkan bahwa karena DSLR

menggunakan sensor CMOS, maka gambar yang dihasilkan akan rentan jittery dan

shaky. Sensor tersebut juga cenderung menghasilkan jello-effect dan distorsi

(hlm.141).

Penataan Kamera..., Jovian Pangestu, FSD UMN, 2015

Page 4: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2175/3/BAB II.pdf · 5 tinggi, sangat sensitif dan menghasilkan gambar yang sangat sedikit noise, terutama pada

6

2.2. Shots

Brown (2012) menjelaskan bahwa shots adalah elemen visual yang jika beberapa

shots digabungkan maka akan menjadi sebuah adegan. Jika sinema di anggap

sebagai bahasa dalam film, maka shots merupakan kosa katanya (hlm. 17).

1. Close Up Shots

Brown menjelaskan bahwa shots ini

Mercado (2011) berkata bahwa kegunaan yang paling penting dari close

up shots adalah penonton dapat melihat emosi dan tindakan aktor

(terutama pada bagian wajah) yang tidak dapat dilihat jika menggunakan

wide shots (hlm. 35).

2. Medium Shots

Shots ini biasanya memperlihatkan subjek dari kepala sampai pinggang.

Dengan adanya ruang lebih pada frame maka shots ini akan

memperlihatkan lingkungan sekitar subjek serta gerak tubuh. Shot ini

memperlihatkan ekspresi subjek dan dynamic relationship antara subjek

satu dan yang lainnya . Shots ini biasanya diterapkan pada two shots,

group shots, dan over the shoulder shots (Mercado, 2011, hlm.47).

Two shot merupakan turunan dari medium shot yang

memperlihatkan dua subjek dalam satu komposisi. Disini two shot dapat

Penataan Kamera..., Jovian Pangestu, FSD UMN, 2015

Page 5: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2175/3/BAB II.pdf · 5 tinggi, sangat sensitif dan menghasilkan gambar yang sangat sedikit noise, terutama pada

7

memperlihatkan dynamic relationship dari kedua subjek tersebut

(Mecardo, 2011, hlm. 89).

3. Long Shot

Long shots meliputi karakter keseluruhan dari kepala sampai kaki dan juga

area atau lingkungan sekitar karakter. Tujuan dari shots ini adalah untuk

menunjukkan adanya keterkaitan hubungan antara subjek dengan

lingkungan tempat karakter berada (Mercado, 2011, hlm. 59).

2.3. Lensa

Lensa merupakan mata dari sistem kamera. Untuk menciptakan gambar yang di

iginkan baik maka penting untuk mengetahui dasar karakteristik lensa. Pada

umunya kamera film biasanya dapat berganti-ganti lensa, ini supaya anda dapat

memilih lensa yang terbaik untuk menciptakan shots (Ascher & Pincus, 2007,

hlm. 141).

1. Lensa zoom

Lensa ini memiliki beberapa variasi focal length dalam 1 lensa. Focal

length dapat diganti-ganti pada saat pengambilan gambar. Lensa zoom

tentu saja lebih berat, lebih besar, lebih sulit dan lebih cenderung

memunculkan flare dan distorsi dibandingkan lensa yang focal

lengthnya tetap (Acher & Pincus, 2007, hlm. 159-163).

Penataan Kamera..., Jovian Pangestu, FSD UMN, 2015

Page 6: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2175/3/BAB II.pdf · 5 tinggi, sangat sensitif dan menghasilkan gambar yang sangat sedikit noise, terutama pada

8

2. Lensa prime

Lensa ini memiliki satu focal length saja. Dengan karakteristik tersebut

lensa ini mempunyai beberapa keunggulan yaitu ketajaman yang lebih

dibandingkan lensa zoom dan untuk penggunaan lebih cepat. Biasanya

lensa ini mempunyai depth of field yang lebar, sehingga lebih mudah

dalam mengambil gambar dengan kondisi malam hari atau kurang

cahaya (Acher & Pincus, 2007, hlm. 163-164).

Mercado (2011) menambahkan bahwa dengan hanya memiliki satu

focal length maka lensa ini menjadi pilihan utama karena gambar yang

dihasilkan menjadi lebih baik dari sisi ketajaman, kontras, warna dan

resolusi gambar. Lensa ini juga memiliki berat yang lebih ringan

daripada lensa zoom karena struktur lensa di dalamnya lebih sedikit

dibandingkan dengan lensa zoom dan juga mempunyai bukaan

aperture yang lebih besar (hlm.14).

3. Lensa Telephoto

Memiliki karakteristik 50% lebih panjang dari lensa normal,

contohnya lensa yang focal length nya diatas 35mm untuk kamera

16mm dan focal length diatas 70mm untuk kamera 35mm dianggap

sebagai lensa telephoto. Lensa ini akan menampakkan subjek terlihat

lebih besar walaupun dengan jarak yang cukup jauh dikarenakan

kompresi perspektif yang ekstrem. Biasanya lensa ini memiliki depth

of field yang sempit atau kecil, maka lensa ini biasanya digunakan

Penataan Kamera..., Jovian Pangestu, FSD UMN, 2015

Page 7: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2175/3/BAB II.pdf · 5 tinggi, sangat sensitif dan menghasilkan gambar yang sangat sedikit noise, terutama pada

9

untuk membuat background yang menganggu menjadi buram (Acher

& Pincus, 2007, hlm.164).

4. Lensa Wide

Adalah lensa yang memiliki karakteristik focal length lebih pendek

dari atau kurang dari 50mm. lensa ini biasanya digunakan untuk

mengambil gambar dengan sudut pandang yang lebih lebar dari mata

manusia dan menimbulkan distorsi jarak pada sumbu z sehingga

menyebabkan timbulnya efek seperti subjek berjalan mendekat atau

menjauhi kamera lebih cepat dari kecepatan biasanya. Namun

penggunaan lensa wide harus sangat berhati-hati karena jika focal

length yang dipakai terlalu pendek maka diujung frame akan membuat

gambar menjadi terdistorsi. Karena sebab ini maka lensa wide jarang

digunakan terlalu dekat dengan subjek karena dapat membuat wajah

subjek terlihat aneh atau distorsi (Mercado, 2011, hlm.12).

5. Lensa Normal

Lensa normal adalah lensa yang menghasilkan gambar hampir sama

atau mendekati dengan prespektif bagaimana mata manusia melihat

dengan berdiri pada jarak yang sama dengan kamera. Focal length

yang biasanya dimiliki lensa ini adalah 50mm pada format sensor

35mm.lensa ini biasanya diterapkan untuk mengambil gambar manusia

seperti closeup shot karena lensa ini tidak memiliki distorsi seperti

pada lensa wide (Mercado, 2011, hlm.13).

Penataan Kamera..., Jovian Pangestu, FSD UMN, 2015

Page 8: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2175/3/BAB II.pdf · 5 tinggi, sangat sensitif dan menghasilkan gambar yang sangat sedikit noise, terutama pada

10

2.4. Pergerakan Kamera

Pergerakan kamera merupakan hal yang sangat penting dimana pergerakan

kamera yang terencana dengan baik akan mampu memunculkan emosi-emosi

tertentu.

Pergerakan kamera merupakan pergerakan yang terjadi berdasarkan

motivasi dan bukan hanya sembarangan bergerak. Dua macam motivasi dalam

pergerakan kamera yang baik adalah sebuah tindakan yang memicu terjadinya

pergerakan kamera dan pergerakan kamera tersebut terjadi karena ada tujuannya

(Brown, 2011, hlm. 210)

Thompson dan Bowen (2009) mengatakan bahwa pergerakan kamera

dapat membawa penonton seperti masuk dan merasakan apa yang terjadi di dalam

film. Namun penata kamera harus paham jenis-jenis pergerakan kamera yang

sesuai untuk digunakan pada sebuah adegan. Sebaiknya pergerakan kamera yang

digunakan terencana dengan baik dan sesuai dengan visi yang ingin dibangun,

karena jika berlebihan dan tidak sesuai maka dapat membingungkan penonton

(hlm. 115).

1. Handheld Shot

Brown (2012) menjelaskan handheld shot merupakan pergerakan kamera

yang dibuat dengan cara mengangkat sendiri kamera dengan

menggunakan tangan dan anggota tubuh lainnya sebagai tumpuan.

Penataan Kamera..., Jovian Pangestu, FSD UMN, 2015

Page 9: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2175/3/BAB II.pdf · 5 tinggi, sangat sensitif dan menghasilkan gambar yang sangat sedikit noise, terutama pada

11

Handheld dapat memunculkan energi yang tidak bisa didapat dari

pergerakan kamera lainnya (hlm. 216). Didukung juga oleh Donati (2009)

mengatakan shot ini tercipta dengan cara mengangkat kamera dengan

menggunakan tubuh untuk mengontrol pergerakan kamera. Shot ini akan

memperlihatkan gambar yang tidak stabil dan membuat penonton merasa

gelisah atau terganggu (hlm. 83). Riley (2009) juga berpendapat bahwa

handheld shots dapat membangun perasaan bimbang antar subjek yang

berada di dalam adegan dan teknik ini juga dapat memunculkan ilusi

seakan penonton melihat melalui mata dari subjek memlalui point of view

(hlm. 41). Ditambahkan pula oleh Thompson dan Bowen (2009) yang

mengatakan bahwa pergerakan kamera handheld shot adalah pergerakan

kamera yang sangat dasar namun tidak mudah untuk diterapkan.

Pergerakan kamera ini haruslah dibuat dengan tujuan yang jelas, tidak

diperbolehkan menggunakan teknik ini hanya karena kekurangan

peralatan karena harus dimengerti bahwa teknik ini digunakan karena

shots yang tercipta dari teknik handheld yang terencana dengan baik akan

memunculkan perasaan atau mood tertentu di dalam film (hlm. 116).

Thompson dan Bowen (2009) juga menjelaskan bahwa kegunaan

dari handheld shots itu sendiri adalah kemudahan dalam pengaturan

framing ketika gambar diambil. Dengan menggunakan teknik ini penata

kamera dapat dengan leluasa menggerakan framming kamera dan bebas

bergerak di set, sehingga gambar yang diambil terlihat lebih berenergi.

Penataan Kamera..., Jovian Pangestu, FSD UMN, 2015

Page 10: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2175/3/BAB II.pdf · 5 tinggi, sangat sensitif dan menghasilkan gambar yang sangat sedikit noise, terutama pada

12

Namun dalam penerapannya teknik ini memiliki beberapa kekurangan

seperti gambar yang dihasilkan mudah kehilangan kestabilan dan

kehilangan garis horizon, sulit dalam mengatur fokus dan jika subjek

keluar dari jarak fokus lensa maka gambar subjek akan buram, dan

transisi ke shots yang statis akan lebih sulit. Untuk mengatasi hal tersebut

maka biasanya teknik ini didukung dengan menggunakan lensa yang

focal length nya lebar (hlm. 116).

2. Steadycam

Pergerakan kamera ini membuat kamera bergerak dengan sangat lembut

dimana dolly sulit untuk dilakukan, contohnya seperti di tangga, tanah

yang tidak beraturan, lereng dan pasir. Seorang operator yang baik dapat

menghasilkan shot yang menarik yang dapat diterapkan pada sebuah

scene.

3. Subtle Dolly

Merupakan pergerakan maju atau mundur kamera dengan sangat perlahan.

Menurut Thompson dan Bowen (2009) dengan adanya pergerakan yang

sangat kecil dan bahkan hampir tidak disadari penonton, subtle dolly dapat

membangun kegelisahan dan kecemasan.

Penataan Kamera..., Jovian Pangestu, FSD UMN, 2015

Page 11: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2175/3/BAB II.pdf · 5 tinggi, sangat sensitif dan menghasilkan gambar yang sangat sedikit noise, terutama pada

13

2.5. Angle

Brown (2012) mengatakan bahwa adanya variasi angle dapat menjadikan shot

menjadi lebih efektif dalam menyampaikan suatu pesan. Angle dihasilkan melalui

ketinggian lensa atau kamera dalam melakukan pengambilan gambar. Ada

beberapa macam angle yang biasa digunakan, yaitu eye-level, low angle, dan high

angle (hlm. 64).

1. Eye-level

Eye-level adalah ketinggian lensa sejajar dengan garis pandang subjek

(Mercardo, 2011, hlm. 9). Brown (2012) mengatakan bahwa biasanya eye-

level digunakan pada saat shot dialog atau shot reaksi subjek dan

memberikan kesen kepada penonton bahwa semuanya berjalan normal

(hlm. 64).

2. High-angle

High-angle adalah saat dimana kamera lebih tinggi dari eye-level atau

lebih tinggi dari garis pandang subjek. Angle ini akan membuat penonton

merasa mendominasi subjek dan membuat subjek merasa tidak penting

(Brown, 2012, hlm. 64). Didukung juga oleh Mercardo (2011) yang

mengatakan bahwa high-angle digunakan untuk menggambarkan subjek

yang lemah, pasif dan tidak mempunyai kekuatan (hlm. 9).

Penataan Kamera..., Jovian Pangestu, FSD UMN, 2015

Page 12: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2175/3/BAB II.pdf · 5 tinggi, sangat sensitif dan menghasilkan gambar yang sangat sedikit noise, terutama pada

14

3. Low-angle

Low-angle adalah saat dimana kamera lebih rendah dari eye-level lebih

renda dari sudut pandang subjek. Low-angle akan membuat penonton

merasa subjek penuh dengan misteri dan seakan membuat ketakutan

penonton akan sosok dari subjek (Brown, 2012, hlm. 65). Didukung pula

oleh Mercado (2011) yang menyebutkan angle ini digunakan untuk

menggambarkan subjek yang lebih berkuasa, percaya diri dan mengontrol

kondisi dan situasi di sekitar subjek (hlm. 9).

4. Eye-level

Eye-level adalah ketinggian lensa sejajar dengan garis pandang subjek

(Mercardo, 2011, hlm. 9). Brown (2012) mengatakan bahwa biasanya eye-

level digunakan pada saat shot dialog atau shot reaksi subjek dan

memberikan kesen kepada penonton bahwa semuanya berjalan normal

(hlm. 64).

5. High-angle

High-angle adalah saat dimana kamera lebih tinggi dari eye-level atau

lebih tinggi dari garis pandang subjek. Angle ini akan membuat penonton

merasa mendominasi subjek dan membuat subjek merasa tidak penting

(Brown, 2012, hlm. 64). Didukung juga oleh Mercardo (2011) yang

Penataan Kamera..., Jovian Pangestu, FSD UMN, 2015

Page 13: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2175/3/BAB II.pdf · 5 tinggi, sangat sensitif dan menghasilkan gambar yang sangat sedikit noise, terutama pada

15

mengatakan bahwa high-angle digunakan untuk menggambarkan subjek

yang lemah, pasif dan tidak mempunyai kekuatan (hlm. 9).

6. Low-angle

Low-angle adalah saat dimana kamera lebih rendah dari eye-level lebih

renda dari sudut pandang subjek. Low-angle akan membuat penonton

merasa subjek penuh dengan misteri dan seakan membuat ketakutan

penonton akan sosok dari subjek (Brown, 2012, hlm. 65). Didukung pula

oleh Mercado (2011) yang menyebutkan angle ini digunakan untuk

menggambarkan subjek yang lebih berkuasa, percaya diri dan mengontrol

kondisi dan situasi di sekitar subjek (hlm. 9).

2.6. Komposisi

Thompson dan Bowen (2009) menjelaskan bahwa komposisi merupakan

peletakan elemen-elemen visual pada sebuah frame kamera. Peletakan elemen-

elemen visual tersebut tidak hanya diletakkan begitu saja, namun dapat memberi

kesan atau maksud-maksud tertentu yang dapat di mengerti penonton. Ini adalah

kekuatan dari komposisi gambar yang mampu memberikan pesen atau maksud

tertentu dari shot-shot yang dibangun dengan baik. Ada beberapa komposisi yang

biasanya digunakan yaitu: rule of third, hitchcock’s rule, focal point dan

unbalanced composition (hlm, 23).

Penataan Kamera..., Jovian Pangestu, FSD UMN, 2015

Page 14: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2175/3/BAB II.pdf · 5 tinggi, sangat sensitif dan menghasilkan gambar yang sangat sedikit noise, terutama pada

16

1. Rule of third

Komposisi rule of third membagi frame menjadi 3 panjang dan 3 lebar

sehingga terbentuknya garis-garis pembagi atau 9 persegi panjang pada

frame kamera. Pada pertemuan garis panjang dan lebar diberi titik yang

jika dijumlahkan akan ada 4 titik pada frame bagian tengah kamera.

Titik-titik tersebut lah yang digunakan untuk meletakkan subjek

sehingga tercipta komposisi yang baik dan sesuai dengan pesan yang

dimaksud. Peletakan subjek di titik tertentu juga mengartikan ruang

pandang subjek luas atau sempit yang dapat memberikan pesan-pesan

tersembunyi (Mercado, 2011, hlm.7).

Gambar 2.1 Rule of Thirds

(Mercado, 2011, hlm. 7)

Penataan Kamera..., Jovian Pangestu, FSD UMN, 2015

Page 15: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2175/3/BAB II.pdf · 5 tinggi, sangat sensitif dan menghasilkan gambar yang sangat sedikit noise, terutama pada

17

2. Hitchcock’s rule

Mercado (2011) menjelaskan ketika subjek yang akan diletakkan pada

sebuah frame diukur dengan kepentingannya didalam cerita. Jika subjek

mempunyai kepentingan yang tidak terlalu berarti dan tidak berdaya

maka ukuran subjek tersebut pada frame jangan terlalu besar melebihi

subjek lain yang memiliki kepentingan lebih besar. Komposisi ini

digunakan saat dalam satu frame lebih dari satu elemen-elemen visual

yang diletakkan dan dapat juga digunakan untuk memberi kesan tertentu

(hlm. 7).

(Mercado, 2011, hlm. 7)

3. Focal point

Focal point adalah komposisi yang mengatur dimana kita harus berfokus

agar penonton mengerti apa yang ingin disampaikan pada sebuah frame

.Focal point dapat diartikan pusat perhatian yang ingin ditunjukan ke

Gambar 2.2 Hitchcock’s Rule

Penataan Kamera..., Jovian Pangestu, FSD UMN, 2015

Page 16: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2175/3/BAB II.pdf · 5 tinggi, sangat sensitif dan menghasilkan gambar yang sangat sedikit noise, terutama pada

18

penonton, untuk mencapai hal itu maka penata kamera menentukan

dalam sebuah frame elemen visual mana yang akan masuk, mana yang

harus fokus dan mana yang harus blur dan mana yang harus diberikan

cahaya yang lebih mana yang tidak (Mecardo, 2011, hlm.11).

Gambar 2.3 Focal Point

(Mercado, 2011, hlm. 11)

2.7. Depth of Field

Wheller (2005) mengatakan depth of field adalah jarak antara subjek yang terdekat

dan terjauh dari lensa yang akan terlihat tajam atau jelas. Subjek yang terlihat

jelas harus lah yang terpenting, karena pada teknisnya gambar yang berada di

jarak fokus lensa akan terlihat jelas dan fokus pada layar film (hlm. 135).

Dikatakan oleh Ascer dan Pincus (2007) bahwa hampir semua lensa memiliki

ketentuan dalam mengatur fokus gambar. Sebagian besar lensa mengharuskan kita

memutar lensa untuk memfokuskan gambar. Pada dasarnya subjek hanya akan ada

satu tempat atau subjek yang fokus, segala sesuatu yang ada di depan atau

belakangnya akan terlihat buram. Salah satu contohnya adalah saat mengambil

Penataan Kamera..., Jovian Pangestu, FSD UMN, 2015

Page 17: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2175/3/BAB II.pdf · 5 tinggi, sangat sensitif dan menghasilkan gambar yang sangat sedikit noise, terutama pada

19

gambar seorang portrait pria dan kita memfokuskan pada mata pria ini maka

hidung atau telinganya akan tidak fokus. Jadi pada intinya depth of field dapat

diartikan sebagai zona, yang mengukur jarak terdekat dan jarak terjauh dari

kamera dimana gambar terlihat fokus (Acher dan Pincus, 2007, hlm. 151).

2.8. Pencahayaan

Pencahayaan merupakan salah satu elemen yang dapat digunakan dalam

mengungkapkan cerita dari bahasa visual. Sebelum melakukan teknis

pencahayaan, tentu saja sebaiknya penata kamera melakukan perancangan konsep

tata cahaya seperti apa yang diinginkan. Konsep penataan cahaya ini tentu saja

harus saja harus sesuai dengan mood yang akan di bangun di film tersebut (Ball et

al., 2010, hlm.68).

Berikut merupakan beberapa teknik-teknik lighting yang biasanya digunakan:

1. Side lighting

Donati (2009) mengatakan bahwa teknik pencahayaan ini

dihasilkan dari sumber cahaya yang diletakkan disamping subjek.

Teknik pencahayaan ini akan menghasilkan gambar yang lebih

dramatis kepada penonton (hlm.151).

Penataan Kamera..., Jovian Pangestu, FSD UMN, 2015

Page 18: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2175/3/BAB II.pdf · 5 tinggi, sangat sensitif dan menghasilkan gambar yang sangat sedikit noise, terutama pada

20

Gambar 2.4 Side Lighting

(http://fstoplounge.com/wp-content/uploads/2012/08/light-diagram-softbox-side-

lighting.jpg, 2012)

2. Contrast

Dikatakan oleh Donati (2009) bahwa teknik pencahayaan contrast

dihasilkan dengan cara sumber cahaya satu arah pada scene

sehingga membuat subjek yang disoroti cahaya menjadi terang dan

bagian lain yang diberi pencahayaan menjadi sangat gelap

sehingga menimbulkan dua perbedaan transisi.

3. Three Point Lighting

Teknik pencahayaan ini dihasilkan dengan menggunakan tiga

sumber cahaya. Tiga sumber cahaya yang digunakan adalah key

light, fill light, dan backlight (Ball et al., 2010, hlm.73).

Penataan Kamera..., Jovian Pangestu, FSD UMN, 2015

Page 19: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2175/3/BAB II.pdf · 5 tinggi, sangat sensitif dan menghasilkan gambar yang sangat sedikit noise, terutama pada

21

(Brown, 2008, hlm.46)

4. High Key

High key lighting adalah pencahayaan yang keliatan sangat terang

dan sangat sedikit ancaman dari shot yang under-exposure dengan

teknik ini. Teknik ini membuat bayangan akan sangat jarang

ditemukan. Untuk membuat teknik pencahayaan ini sangat lah

muda, yaitu dengan cara membuat lighting menjadi soft, dan

menggunakan diffused light (hlm.167). Dikatakan juga oleh Brown

(2008) bahwa scene yang hampir semuanya terang dikategorikan

sebagai high key. Memiliki karakteristik tidak banyak bayangan

yang dihasilkan dan hampir semuanya high level.Biasanya

digunakan pada film historical, komedi, produk komersil dan cerita

rumah tangga (hlm.53).

Gambar 2.5 Diagram Three Point Lighting

Penataan Kamera..., Jovian Pangestu, FSD UMN, 2015

Page 20: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2175/3/BAB II.pdf · 5 tinggi, sangat sensitif dan menghasilkan gambar yang sangat sedikit noise, terutama pada

22

5. Low Key

Teknik pencahayaan ini lebih memunculkan mood daripada high

key dan memanfaatkan shadows sebagai manfaat membangun

mood. Teknik ini didominasi oleh shadows dan area yang gelap.

Teknik ini bukan berarti underexposed shot, tetapi shot yang low-

key. Low key diciptakan dengan cara menggunakan sangat sedikit

fill lighting atau tidak menggunakan fill lighting sama sekali

(hlm.167).

Diungkapkan oleh Brown (2008) bahwa teknik low key

memiliki karakteristik gelap, berbayang dan sedikit atau tidak sama

sekali fill lighting. Biasanya teknik pencahayaan ini digunakan

untuk film misteri, percintaan, dan komersil kelas atas (hlm.53).

2.8.1. Flicker

Dijelaskan oleh Andersson dan Geyen (2012) bahwa jika terjadi gambar flicker,

berarti terjadi kesalahan dalam pengaturan shutter speed. Beberapa cahaya akan

mengalami flicker jika digunakan pada kecepatan tinggi. Hal ini juga tergantung

dinegara mana syuting dilakukan, perbedaan setiap elektrik tiap negara

mempengaruhi munculnya flicker. Cara menghilangkan flicker cukup dengan

malakukan pengaturan shutter speed yang tepat (hlm.249).

Penataan Kamera..., Jovian Pangestu, FSD UMN, 2015

Page 21: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2175/3/BAB II.pdf · 5 tinggi, sangat sensitif dan menghasilkan gambar yang sangat sedikit noise, terutama pada

23

2.9. Penerapan teknik handheld shot

Dalam penerapan teknik handheld shot diterapkan pula teori tentang shots.

Dimana dalam menggunakan teknik handheld shots akan digunakan two shot

untuk memperlihatkan subjek yang lebih dari satu dalam satu komposisi.

Kemudian two shots disini diterapkan agar dapat memperlihatkan dynamic

relationship dari kedua subjek tersebut (mercado, 2011, hlm. 89).

Handheld shots yang pergerakannya dinamis dapat membuat subjek keluar

dari ruang atau zona fokus. Jadi dalam penerapannya harus memperhatikan

depth of field karena subjek yang terlihat jelas haruslah yang terpenting

(Wheller, 2005, hlm. 135).

Teknik handheld shots memang tidak mudah diterapkan karena beresiko

menyebabkan penata kamera kehilangan keseimbangan dan kehilangan garis

horizon, maka pemilihan lensa prime akan sangat membantu, dimana lensa prime

yang hanya memiliki 1 focal length sehingga lebih ringan dari pada lensa dengan

focal length yang bervariasi. Keuntunggan dalam menggunakan lensa ini juga

adalah gambar menjadi lebih tajam, warna, kontras dan resolusi gambar yang

lebih baik (Mercado, 2011, hlm.14).

Penataan Kamera..., Jovian Pangestu, FSD UMN, 2015